Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan di Tengah Pandemi COVID-19

Oleh : Dhimas Ajie Raditya

Kita angakatan 2020 sangat merasakan dampak dari pandemi ini, entah itu di bidang
pendidikan atau pun di bidang ekonomi, dan kita sekarang sebagai mahasiswa harus
menuntut ilmu secara daring, bukan hanya mahasiswa, dari sma sampai sd pun sama, dan
menurut saya itu sangatlah tidak efektif. Contoh kita sedang mengikuti kelas daring, tiba tiba
kita kehabisan kuota/hilang sinyal, jika kita kehilangan sinyal, kita masih bias mencari tempat
yang banyak sinyal, tetapi jika kita kehabisan kuota? dan apesnya lagi uang kita untuk beli
kuota tidak cukup, memang pemerintah sudah memfasilitasi kuota belajar, tetapi nyatanya
tidak semua anak kebagian kuota. Iya kalau kita anak orang kaya, pasti ada fasilitas WIFI,
kalaupun tidak ada WIFI, uang untuk beli kuota juga ada. Coba bayangkan kalau kita anak
dari orang yang kurang mampu, memang ada anak yang kurang mampu mendapat bantuan
kuota dari pemerintah, tapi tidak semuanya mendapat bantuan itu, malah ada anak yang
mampu yang mendapat dapat bantuan. Tidak hanya tentang kuota dan sinyal internet saja,
contoh yang kedua yaitu, sekarang banyak kaum milenial yang menggunakan Bahasa gaul
yaitu, MAGER. MAGER adalah singkatan dari Malas Gerak. Nah, di tengah pandemi ini kita
disuruh untuk tetap dirumah dan menjaga jarak dengan orang lain, dan untuk kaum muda-
mudi, berbulan-bulan dirumah menumbuhkan kebiasaan baru yang buruk, contohnya yaitu
MAGER, karena seringnya dirumah dan bosan dengan kegiatan yang ada dirumah, akhirnya
muda-mudi di Indonesia, termasuk saya, kebanyakan hanya bermain HP dan tiduran saja.
Kebiasaan MAGER ini nantinya akan sangat sulit dihilangkan, kita kaum muda mudi yang
berbulan-bulan belum terbiasa dengan kegiatan new normal yang akan dating nanti, pasti
akan banyak mengeluh, apalagi untuk orang yang jarang berolahraga, yang kerjaannya hanya
tiduran. Untuk menghilangkan kebiasaan ini, kita harus mulai dari sekarang, dengan cara
mulai membiasakan diri dengan pekerjaan, atau mencari kesibukan, contohnya membantu
pekerjaan orang tua, membantu pekerjaan kakak/adik, mengerjakan tugas kuliah sesegera
mungkin, dan masih banyak lagi.

Memang banyak hal negatif yang kita rasakan, tetapi di balik semua hal negatif itu, ada sisi
positifnya juga. Nah, salah satu contoh sisi positif yaitu, kita jadi bisa banyak waktu untuk
berkumpul dengan keluarga dirumah, mempunyai banyak waktu untuk ngobrol/curhat dengan
orang tua kita karena hal itu sebenarnya sangat perlu. Jadi kita yang sebelumnya sering keluar
rumah, tidak ada waktu buat keluarga, sekarang kita jadi lebih dekat dengan keluarga kita.
Dari semua hal diatas dapat kita simpulkan. Kita sebagai manusia yang punya hati nurani
harus saling tolong menolong, dan saling berbagi, karena keadaan pandemi ini kita harus
belajar lewat online dan ekonomi kita terganggu, mungkin untuk kita yang mampu, dampak
yang kita rasakan lebih sedikit dari orang-orang yang tidak mampu.. Jika kalian merasa
mampu untuk membeli kuota dan mendapatkan bantuan, lebih baik jangan terima bantuan itu,
atau kasihlah ke anak yang kurang mampu. Kasihan diluar sana banyak anak yang ingin
menuntut ilmu tetapi terhalang oleh keadaan ekonomi. Ada pepatah mengatakan “Allah itu
maha kaya, jadi jangan takut berbagi kepada yang membutuhkan” tak perlu mengharap
imbalan ketika kita berbagi, imbalan sudah pasti kamu dapatkan, yaitu kebahagiaan dan
ketentraman hati. Sellain itu kita juga dapat mengakrabkan diri dengan keluarga kita, yang
tadinya kita sering sibuk dengan urusan kita masing masing, sekarang karena pandemi
COVID-19 ini kita dapat memperbaiki hubungan keluarga kita menjadi lebih harmonis.

Anda mungkin juga menyukai