Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN KMB II

HEATING EXTERNAL

OLEH KELOMPOK III


1. NI MADE TEKEN NIM : C2121025
2. NI EKA SETYANI NIM : C2121026
3. NI KETUT EKA WAHYUNI NIM : C2121027
4. I WAYAN MIARTA NIM : C2121028
5. MUHAMAD BADRUS SOLEH NIM : C2121029
6. NI KOMANG CICI GAMIATI NIM : C2121030
7. I NYOMAN DIRGANTARA NIM : C2121031
8. NI KETUT NOVIANI SUWANTI NIM : C2121032
9. P.DENDY SAPUTRA NIM : C2121033
10. KETUT GIRIADA NIM : C2121034
11. KADEK ADI WIGUNA NIM : C2121035
12. NI MADE DEVI ADNYANI PUTRI NIM : C2121036

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA USADA BALI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat- Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tulisan tentang Heating External.
Tulisan ini dibuat untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya pemberian
asuhan keperawatan KMB.
Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tulisan ini. Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
pemberian asuhan keperawatan pada anak serta dapat digunakan sebagai acuan dalam
memberikan perawatan.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman, penyusun yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah.

Denpasar, 12 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 1
A. TERAPI PANAS (THERMOTHERAPY) ................................................................... 1
1. Jenis-Jenis Terapi Panas (Thermotherapy) .............................................................. 2
2. Indikasi Terapi Panas (Thermotherapy) .................................................................. 4
3. Resiko Thermotherapy ............................................................................................ 5
B. TERAPI INFRARED ..................................................................................................... 6
1. Prinsip Kerja Terapi Infrared................................................................................... 6
2. Indikasi Terapi ......................................................................................................... 6
3. Kontraindikasi Terapi Infrared ................................................................................ 7
4. Efek Samping Terapi Infrared ................................................................................. 7

ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TERAPI PANAS (THERMOTHERAPY)


Novita (2010: 7-8) menyatakan bahwa terapi panas atau thermotherapy merupakan
terapi dengan menggunakan suhu panas biasanya dipergunakan dengan kombinasi dengan
modalitas fisioterapi yang lain seperti exercise dan manual therapy. Pemanas listrik, botol
berisi air hangat, dan kompres panas merupakan sumber panas yang baik (Penny Simkin,
dkk, 2007: 164). Terapi panas biasanya dipakai sesudah terhentinya peradangan awal
dengan terapi pendinginan. Penggunaan terapi panas ini akan menyebabkan vasodilatation
(pelebaran pembuluh darah). Membiarkan darah mengalir lebih banyak pada daerah yang
terluka akan membantu penyembuhan. Panas dapat digunakan selama beristirahat karena
mengalami cedera, dapat juga dipakai untuk melunakkan bagian tubuh sebelum melakukan
latihan pemanasan dan mengurangi kekakuan-kekakuan yang muncul karena cedera yang
terjadi sebelumnya (Paul M. Taylor,2002: 33). Pengertian terapi panas atau thermotherapy
juga diungkapkan oleh Scott F. Nadler, et al. (2004: 397) yang mengatakan bahwa
thermotherapy adalah bentuk terapi yang diaplikasikan ke tubuh sebagai upaya untuk
meningkatkan suhu pada jaringan otot. Scott F. Nadler, DO, FACSM, Kurt Weingand,Ph.D,
DUM, and Roger Kruse, MD. dalam jurnalnya yang berjudul “ The Physiologic Basic and
Clinical Application of Cryotherapy and Thermotherapy for the Pain Practitioner” Novita
Intan (2010: 31) mengatakan bahwa panas pada fisioterapi digunakan untuk meningkatkan
aliran darah pada kulit dengan jalan melebarkan dan pembuluh darah yang dapat
meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan. Panas juga meningkatkan elastisitas
otot sehingga mengurangi kekakuan otot.
Menurut Asmadi (2008: 159) tujuan pemberian terapi panas untuk memperlancar
sirkulasi darah, megurangi rasa sakit, memberi rasa hangat, dan tenang, merangsang
peristaltik usus. Terapi panas atau thermotherapy sering dipergunakan pada fase kronis
cedera, sedangkan terapi dingin (coldtherapy) digunakan pada fase akut cedera untuk
mengurangi reaksi peradangan sebelum thermotherapy dilakukan untuk meningkatkan
aliran darah pada daerah tersebut. Atas dasar ini thermotherapy baru dilakukan setelah
beberapa hari paska cedera (Novita Intan A.,2010: 31). Thermotherapy adalah suatu metode
terapi dengan menggunakan panas yang telah banyak digunakan di dunia kesehatan dan
telah terbukti mempunyai banyak khasiat.
1
Jenis thermotherapy sendiri ada 2 macam yaitu :
 Superficial (permukaan) Thermotheraphy dengan menggunakan alat-alat seperti infra
merah, moist heat packs atau alat Superficial Thermotherapy lainnya.
 Deep Thermotherapy yaitu dengan menggunakan alat-alat seperti Microwave
Diathermy, Shortwave Diathermy, dan Ultrasound.
1. Jenis-Jenis Terapi Panas (Thermotherapy)
Terdapat beberapa jenis terapi panas (thermotherapy) seperti yang diungkapkan oleh
Novita Intan Arovah (2010: 34-38).
Beberapa diantaranya adalah:
a) Krim Panas (Hot Cream)
Krim panas atau dapat meredakan nyeri otot ringan. Walaupun demikian krim
tidak dapat menembus otot sehingga kurang efektif dalam mengatasi nyeri otot.

b) Bantal Pemanas (Heat Pad)


Bantal yang dipergunakan berupa kain yang berisi silika gel yang dapat
dipanaskan. Biasanya, bantal panas dipergunakan untuk mengurangi nyeri otot
pada leher, tulang belakag, kaki, kekakuan otot/spasme otot, inflamasi pada
tendo dan bursa.

Menurut Scott F. Nadler, et al. (2004: 398) terapi panas di kulit menggunakan
hot pad pada area pinggang dengan suhu 40o C meningkatkan suhu dibawah
jaringan kulit sebanyak 5 o C, 3,5o C, dan 2oC pada jaringan otot diketebalan 19
mm, 22 mm, dan 38 mm.
c) Kantung Panas (Heat Pack)
Kantung panas yang dipergunakan berisi silika gel yang dapat direndam air
panas. Kantung panas kemudian diaplikasikan selama 15 sampai 20 menit.

2
Kantung panas ini diindikasikan untuk mendapatkan relaksasi tubuh secara
umum dan mengurangi siklus nyeri-spasme-iskemia-hipoksia.

Pengobatan tradisional China, selama lebih dari 2000 tahun lebih memilih
menggunakan terapi panas untuk menangani cedera musculoskeletal, karena
berdasarkan para terapis tradisional, dengan panas berdampak lebih baik
sebagai upaya untuk melancarkan sirkulasi ( John L., 2007: 3).
d) Tanki Whirpool
Terapi dengan tanki whirlpool ini merupakan jenis kombinasi hydrotherapy,
thermothrapy, dan massage. Efek fisiologis yang ditimbulkan terapi ini antara
lain untuk meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan pelebaran pembuluh darah
dan membantu untuk melemaskan jaringan kolagen.
Terapi tanki whirpool diindikasikan untuk mengurangi pembengkakan pada
radang kronis, spasme otot, dan mengurangi nyeri.

e) Parafin Bath
Teknik parafin bath merupakan teknik yang sering dipergunakan untuk terapi
bagian ujung ujung tubuh. Parafin merupakan semacam lilin cair yang tidak
berwarna yang terbuat dari hidrokarbon yang dipergunakan sebagai pelumas.
Parafin biasanya dicampur dengan minyak mineral pada bak khusus dimana
bagian tubuh yang mengalami keluhan dicelupkan di dalamnya. Bak parafin
dapat dikontrol untuk menjaga suhu parafin pada 52o sampai 54 o C.

3
f) Contrast Bath
Contrast bath merupakan terapi jenis hydrotherapy yang mengkombinasikan
suhu panas dan dingin. Biasanya contrast bath ini digunakan pada aplikasi
ekstremitas. Pelaksanaannya terapi ini memerlukan dua kontainer untuk
penampungan air hangat dengan suhu (41-43o C) dan penampungan air dingin
(10 -18o C). Terapi ini diindikasikan pada fase peralihan antara tahap akut dan
kronis dimana diperlukan peningkatan suhu secara minimal untuk
meningkatkan aliran darah tapi mencegah terjadinya pembengkakan.
2. Indikasi Terapi Panas (Thermotherapy)
Menurut Scott F. Nadler, et al. (2004: 398) penggunaan terapi panas pada lutut
meningkatkan aliran darah arteri sebanyak 29%, 94%, dan 200% setelah 35 menit
dengan heating pad dengan suhu 38o C, 40o C, dan 42o C.
Novita Intan Arovah (2010: 33) mengungkapkan bahwa terapi panas atau
thermotherapy dapat dipergunakan untuk mengatasi berbagai keadaan seperti:
(a) kekakuan otot
(b) arthritis (radang persendian)
(c) hernia discus intervertebral
(d) nyeri bahu
(e) tendinitis (radang tendo)
(f) bursitis (radang bursa)
(g) sprain (robekan ligamen sendi)
(h) strain (robekan otot)
(i) nyeri pada mata yang diakibatkan oleh peradangan kelopak mata (blepharitis)
(j) gangguan sendi temporo mandibular
(k) nyeri dada yang disebabkan oleh nyeri pada tulang rusuk (costochondritis)
(l) nyeri perut dan pelvis
(m) fibromyalgia dengan gejala nyeri otot, kekakuan, kelelahan dan gangguan tidur

4
(n) gangguan nyeri kronis seperti pada lupus dan nyeri myofascial
(o) asma.

3. Resiko Thermotherapy
Thermotherapy tidak boleh dilakukan pada cedera fase akut karena panas dapat
meningkatkan aliran darah dan dapat memperparah pembengkakan. Sebagai contoh
merendam lutut yang mengalami cedera akut dapat menimbulkan nyeri, memperparah
pembengkakan dan memperlama proses penyembuhan. Pada fase awal, disarankan
dilakukan terapi dengan modalitas dingin (cryotherapy) untuk mengurangi peradangan
sebelum kemudian dilakukan thermotherapy. Thermotherapy dilakukan apabilan tanda-
tanda peradangan sudah menurun. Terapi panas juga tidak boleh dilakukan pada
jaringan yang sedang dilakukan terapi radiasi atau yang mengalami kanker. Terapi ini
juga tidak boleh dilakukan pada orang dengan gangguan sensasi saraf seperti orang
dengan diabetes untuk menghindari terjadinya luka bakar. Selanjutnya terapi ini juga
tidak diperkenankan dilakukan pada wanita hamil karena dapat menimbulkan efek
teratogenik (menimbulkan kecacatan pada bayi).

Resiko lain thermotherapy meliputi :


a) Hot packs dapat meningkatkan suhu basal tubuh dan aliran darah sehingga dapat
meningkatkan resiko peradangan. Selain itu hot pack dapat menimbulkan luka bakar.
b) Parafin dapat menimbulkan luka bakar. Terapi ini tidak boleh dilakukan pada luka
terbuka, infeksi kulit, neoplasm (pertumbuhan jaringan yang abnormal), dan
gangguan pembuluh darah.
c) Terapi ultrasound dapat menimbulkan kavitasi (rongga) pada jaringan atau dapat
pula terjadi pemanasan yang berlebihan pada periosteum (jaringan fibrosa yang
melindungi permukaan tulang). Terapi ini tidak boleh dilakukan pada area sumsum
tulang belakang. Terapi ini juga tidak boleh dilakukan pada area perut wanita hamil,
mata atau daerah yang terindikasi mengalami keganasan. Penderita dengan
gangguan persepsi nyeri juga tidak boleh diterapi dengan ultrasound.
d) Diathermy juga meningkatkan resiko luka bakar. Gelombang mikro tidak
diperkenankan pada wanita hamil, penderita dengan pacemaker atau penderita
dengan implant elektrik.
e) Kream panas tidak boleh diberikan pada daerah dekat mata dan kulit yang sensitif.
Terapi ini tidak boleh dikombinasikan dengan terapi panas yang lain untuk
menghindari efek panas yang berlebihan karena bahan kimia yang ada pada kream

5
panas dapat meningkatkan aliran darah sehingga menghambat respon termoregulasi
sehingga dapat meningkatkan resiko luka bakar.

B. TERAPI INFRARED
Terapi infrared adalah salah satu jenis terapi dalam bidang Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi yang menggunakan gelombang elektromagnetik infra merah dengan
karakteristik gelombang adalah panjang gelombang 770nm-106 nm, berada di antara
spektrum gelombang cahaya yang dapat dilihat dengan gelombang microwave, dengan tujuan
untuk pemanasan struktur muskuloskeletal yang terletak superfisial dengan daya penetrasi
0,8-1mm.
1. Prinsip Kerja Terapi Infrared
Terapi infrared akan memberikan pemanasan superfisial pada daerah kulit yang
diterapi sehingga menimbulkan beberapa efek fisiologis yang diperlukan untuk
penyembuhan. Efek-efek fisiologis tersebut berupa mengaktifasi reseptor panas
superfisial di kulit yang akan merubah transmisi atau konduksi saraf sensoris dalam
menghantarkan nyeri sehingga nyeri akan dirasakan berkurang, pemanasan ini juga
akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) dan meningkatkan aliran
darah pada daerah tersebut sehingga akan memberikan oksigen yang cukup pada daerah
yang diterapi, menigkatkan aktivitas enzim-enzim tertentu yang digunakan untuk
metabolisme jaringan dan membuang sisa-sisa metabolisme yang tidak terpakai
sehingga pada akhirnya akan membantu mempercepat proses penyembuhan jaringan.
Terapi pemanasan dengan infrared ini juga dapat memberikan perasaan nyaman dan
rileks sehingga dapat mengurangi nyeri karena ketegangan otot-otot terutama otot-otot
yang terletak superfisial, meningkatkan daya regang atau ekstensibilitas jaringan lunak
sekitar sendi seperti ligamen dan kapsul sendi sehingga dapat meningkatkan luas
pergerakan sendi terutama sendi-sendi yang terletak superfisial seperti sendi tangan dan
kaki.
2. Indikasi Terapi
a) Nyeri otot, sendi dan jaringan lunak sekitar sendi. Misal: nyeri punggung bawah,
nyeri leher, nyeri punggung atas, nyeri sendi tangan, sendi lutut, dsb.
b) Kekakuan sendi atau keterbatasan gerak sendi karena berbagai sebab.
c) Ketegangan otot atau spasme otot.
d) Peradangan kronik yang disertai dengan pembengkakan.
e) Penyembuhan luka di kulit.

6
3. Kontraindikasi Terapi Infrared
Terapi infrared (IR) merupakan salah satu jenis terapi yang aman dalam bidang
Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Meskipun demikian ada beberapa
kontraindikasi untuk mendapatkan terapi ini dan sebaiknya seseorang yang mempunyai
kontraindikasi di bawah ini memberitahu terlebih dahulu kepada dokter atau fisioterapis
sebelum mendapatkan terapi ini.
Kontra indikasi absolut (yang mutlak tidak boleh) meliputi:
a) Kelainan perdarahan
b) Kelainan pembuluh darah vena atau peradangan pembuluh darah, seperti
thrombophlebitis
c) Gangguan sensoris berupa rasa raba maupun terhadap suhu
d) Gangguan mental
e) Tumor ganas atau kanker
f) Penggunaan infrared pada mata.

Kontra indikasi relatif (boleh diberikan tetapi dengan pengawasan ketat dari dokter
ataupun terapis yang memberikan) meliputi:
a) Trauma atau peradangan akut
b) Kehamilan
c) Gangguan sirkulasi darah
d) Gangguan regulasi suhu tubuh
e) Bengkak atau edema
f) Kelainan jantung
g) Adanya metal di dalam tubuh
h) Luka terbuka
i) Pada kulit yang sudah diolesi obat-obat topikal atau obat gosok
j) Kerusakan saraf.

4. Efek Samping Terapi Infrared


Secara umum terapi infrared (IR) sangat jarang menimbulkan efek samping, bila
terjadi efek samping pun bersifat reversibel atau dapat kembali sempurna setelah terapi
dihentikan atau dalam waktu 2-3 hari. Efek samping yang dapat terjadi:
a) Luka bakar derajat ringan.
b) Bertambahnya peradangan.
c) Nyeri yang bertambah.

7
d) Alergi kulit, terutama pada penderita yang mempunyai riwayat alergi terhadap
suhu panas.
e) Perdarahan yang bertambah pada luka terbuka.
f) Pingsan.

Anda mungkin juga menyukai