Keperawatan KMB II
Keperawatan KMB II
HEATING EXTERNAL
Puji dan syukur Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat- Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tulisan tentang Heating External.
Tulisan ini dibuat untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya pemberian
asuhan keperawatan KMB.
Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tulisan ini. Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
pemberian asuhan keperawatan pada anak serta dapat digunakan sebagai acuan dalam
memberikan perawatan.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman, penyusun yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 1
A. TERAPI PANAS (THERMOTHERAPY) ................................................................... 1
1. Jenis-Jenis Terapi Panas (Thermotherapy) .............................................................. 2
2. Indikasi Terapi Panas (Thermotherapy) .................................................................. 4
3. Resiko Thermotherapy ............................................................................................ 5
B. TERAPI INFRARED ..................................................................................................... 6
1. Prinsip Kerja Terapi Infrared................................................................................... 6
2. Indikasi Terapi ......................................................................................................... 6
3. Kontraindikasi Terapi Infrared ................................................................................ 7
4. Efek Samping Terapi Infrared ................................................................................. 7
ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Scott F. Nadler, et al. (2004: 398) terapi panas di kulit menggunakan
hot pad pada area pinggang dengan suhu 40o C meningkatkan suhu dibawah
jaringan kulit sebanyak 5 o C, 3,5o C, dan 2oC pada jaringan otot diketebalan 19
mm, 22 mm, dan 38 mm.
c) Kantung Panas (Heat Pack)
Kantung panas yang dipergunakan berisi silika gel yang dapat direndam air
panas. Kantung panas kemudian diaplikasikan selama 15 sampai 20 menit.
2
Kantung panas ini diindikasikan untuk mendapatkan relaksasi tubuh secara
umum dan mengurangi siklus nyeri-spasme-iskemia-hipoksia.
Pengobatan tradisional China, selama lebih dari 2000 tahun lebih memilih
menggunakan terapi panas untuk menangani cedera musculoskeletal, karena
berdasarkan para terapis tradisional, dengan panas berdampak lebih baik
sebagai upaya untuk melancarkan sirkulasi ( John L., 2007: 3).
d) Tanki Whirpool
Terapi dengan tanki whirlpool ini merupakan jenis kombinasi hydrotherapy,
thermothrapy, dan massage. Efek fisiologis yang ditimbulkan terapi ini antara
lain untuk meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan pelebaran pembuluh darah
dan membantu untuk melemaskan jaringan kolagen.
Terapi tanki whirpool diindikasikan untuk mengurangi pembengkakan pada
radang kronis, spasme otot, dan mengurangi nyeri.
e) Parafin Bath
Teknik parafin bath merupakan teknik yang sering dipergunakan untuk terapi
bagian ujung ujung tubuh. Parafin merupakan semacam lilin cair yang tidak
berwarna yang terbuat dari hidrokarbon yang dipergunakan sebagai pelumas.
Parafin biasanya dicampur dengan minyak mineral pada bak khusus dimana
bagian tubuh yang mengalami keluhan dicelupkan di dalamnya. Bak parafin
dapat dikontrol untuk menjaga suhu parafin pada 52o sampai 54 o C.
3
f) Contrast Bath
Contrast bath merupakan terapi jenis hydrotherapy yang mengkombinasikan
suhu panas dan dingin. Biasanya contrast bath ini digunakan pada aplikasi
ekstremitas. Pelaksanaannya terapi ini memerlukan dua kontainer untuk
penampungan air hangat dengan suhu (41-43o C) dan penampungan air dingin
(10 -18o C). Terapi ini diindikasikan pada fase peralihan antara tahap akut dan
kronis dimana diperlukan peningkatan suhu secara minimal untuk
meningkatkan aliran darah tapi mencegah terjadinya pembengkakan.
2. Indikasi Terapi Panas (Thermotherapy)
Menurut Scott F. Nadler, et al. (2004: 398) penggunaan terapi panas pada lutut
meningkatkan aliran darah arteri sebanyak 29%, 94%, dan 200% setelah 35 menit
dengan heating pad dengan suhu 38o C, 40o C, dan 42o C.
Novita Intan Arovah (2010: 33) mengungkapkan bahwa terapi panas atau
thermotherapy dapat dipergunakan untuk mengatasi berbagai keadaan seperti:
(a) kekakuan otot
(b) arthritis (radang persendian)
(c) hernia discus intervertebral
(d) nyeri bahu
(e) tendinitis (radang tendo)
(f) bursitis (radang bursa)
(g) sprain (robekan ligamen sendi)
(h) strain (robekan otot)
(i) nyeri pada mata yang diakibatkan oleh peradangan kelopak mata (blepharitis)
(j) gangguan sendi temporo mandibular
(k) nyeri dada yang disebabkan oleh nyeri pada tulang rusuk (costochondritis)
(l) nyeri perut dan pelvis
(m) fibromyalgia dengan gejala nyeri otot, kekakuan, kelelahan dan gangguan tidur
4
(n) gangguan nyeri kronis seperti pada lupus dan nyeri myofascial
(o) asma.
3. Resiko Thermotherapy
Thermotherapy tidak boleh dilakukan pada cedera fase akut karena panas dapat
meningkatkan aliran darah dan dapat memperparah pembengkakan. Sebagai contoh
merendam lutut yang mengalami cedera akut dapat menimbulkan nyeri, memperparah
pembengkakan dan memperlama proses penyembuhan. Pada fase awal, disarankan
dilakukan terapi dengan modalitas dingin (cryotherapy) untuk mengurangi peradangan
sebelum kemudian dilakukan thermotherapy. Thermotherapy dilakukan apabilan tanda-
tanda peradangan sudah menurun. Terapi panas juga tidak boleh dilakukan pada
jaringan yang sedang dilakukan terapi radiasi atau yang mengalami kanker. Terapi ini
juga tidak boleh dilakukan pada orang dengan gangguan sensasi saraf seperti orang
dengan diabetes untuk menghindari terjadinya luka bakar. Selanjutnya terapi ini juga
tidak diperkenankan dilakukan pada wanita hamil karena dapat menimbulkan efek
teratogenik (menimbulkan kecacatan pada bayi).
5
panas dapat meningkatkan aliran darah sehingga menghambat respon termoregulasi
sehingga dapat meningkatkan resiko luka bakar.
B. TERAPI INFRARED
Terapi infrared adalah salah satu jenis terapi dalam bidang Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi yang menggunakan gelombang elektromagnetik infra merah dengan
karakteristik gelombang adalah panjang gelombang 770nm-106 nm, berada di antara
spektrum gelombang cahaya yang dapat dilihat dengan gelombang microwave, dengan tujuan
untuk pemanasan struktur muskuloskeletal yang terletak superfisial dengan daya penetrasi
0,8-1mm.
1. Prinsip Kerja Terapi Infrared
Terapi infrared akan memberikan pemanasan superfisial pada daerah kulit yang
diterapi sehingga menimbulkan beberapa efek fisiologis yang diperlukan untuk
penyembuhan. Efek-efek fisiologis tersebut berupa mengaktifasi reseptor panas
superfisial di kulit yang akan merubah transmisi atau konduksi saraf sensoris dalam
menghantarkan nyeri sehingga nyeri akan dirasakan berkurang, pemanasan ini juga
akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) dan meningkatkan aliran
darah pada daerah tersebut sehingga akan memberikan oksigen yang cukup pada daerah
yang diterapi, menigkatkan aktivitas enzim-enzim tertentu yang digunakan untuk
metabolisme jaringan dan membuang sisa-sisa metabolisme yang tidak terpakai
sehingga pada akhirnya akan membantu mempercepat proses penyembuhan jaringan.
Terapi pemanasan dengan infrared ini juga dapat memberikan perasaan nyaman dan
rileks sehingga dapat mengurangi nyeri karena ketegangan otot-otot terutama otot-otot
yang terletak superfisial, meningkatkan daya regang atau ekstensibilitas jaringan lunak
sekitar sendi seperti ligamen dan kapsul sendi sehingga dapat meningkatkan luas
pergerakan sendi terutama sendi-sendi yang terletak superfisial seperti sendi tangan dan
kaki.
2. Indikasi Terapi
a) Nyeri otot, sendi dan jaringan lunak sekitar sendi. Misal: nyeri punggung bawah,
nyeri leher, nyeri punggung atas, nyeri sendi tangan, sendi lutut, dsb.
b) Kekakuan sendi atau keterbatasan gerak sendi karena berbagai sebab.
c) Ketegangan otot atau spasme otot.
d) Peradangan kronik yang disertai dengan pembengkakan.
e) Penyembuhan luka di kulit.
6
3. Kontraindikasi Terapi Infrared
Terapi infrared (IR) merupakan salah satu jenis terapi yang aman dalam bidang
Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Meskipun demikian ada beberapa
kontraindikasi untuk mendapatkan terapi ini dan sebaiknya seseorang yang mempunyai
kontraindikasi di bawah ini memberitahu terlebih dahulu kepada dokter atau fisioterapis
sebelum mendapatkan terapi ini.
Kontra indikasi absolut (yang mutlak tidak boleh) meliputi:
a) Kelainan perdarahan
b) Kelainan pembuluh darah vena atau peradangan pembuluh darah, seperti
thrombophlebitis
c) Gangguan sensoris berupa rasa raba maupun terhadap suhu
d) Gangguan mental
e) Tumor ganas atau kanker
f) Penggunaan infrared pada mata.
Kontra indikasi relatif (boleh diberikan tetapi dengan pengawasan ketat dari dokter
ataupun terapis yang memberikan) meliputi:
a) Trauma atau peradangan akut
b) Kehamilan
c) Gangguan sirkulasi darah
d) Gangguan regulasi suhu tubuh
e) Bengkak atau edema
f) Kelainan jantung
g) Adanya metal di dalam tubuh
h) Luka terbuka
i) Pada kulit yang sudah diolesi obat-obat topikal atau obat gosok
j) Kerusakan saraf.
7
d) Alergi kulit, terutama pada penderita yang mempunyai riwayat alergi terhadap
suhu panas.
e) Perdarahan yang bertambah pada luka terbuka.
f) Pingsan.