Anda di halaman 1dari 11

DEPRESI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Paraatlet

Dosen Pengampu : Rr. Dwi Astuti, S. Psi., M. Psi, Psikolog

Disusun Oleh : Kelompok 3

1. Yunus Ridwan Firmansyah (201960010)


2. Maghosina Salsabila (201960014)
3. Fernanda Nicho T (201960017)
4. Adinda Permata Sari (201960018)
5. Anjelina Rahma (201960019)
6. Dina Aprilia P (201960022)
7. Elsa Virly Permata (201960027)
8. Fauzan Akbar Pradana (201960028)
9. Lidya Kusumastutik (201960032)
10. Astrid Junia Vitalia (201960034)
11. Sultanan Nashiro (201960036)
12. Aniar Novianti (201960041)
13. Sulistyowati (201960043)
14. Izzarotul Karimah (201960051)
15. Yemima Glaudia M.D. (201960074)
16. Febiyani Setya Pramesti (201960078)

KELAS 6A

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2022
A. Definisi Depresi
Depresi adalah gangguan perasaan atau mood yang disertai komponen psikologi
berupa sedih, susah, tidak ada harapan dan putus asa disertai komponen biologis atau
somatik misalnya anoreksia, konstipasi dan keringat dingin. Depresi dikatakan normal
apabila terjadi dalam situasi tertentu, bersifat ringan dan dalam waktu yang singkat. Bila
depresi tersebut terjadi di luar kewajaran dan berlanjut maka depresi tersebut dianggap
abnormal (Atkinson, 2010).
Menurut Lubis (2009), secara sederhana depresi dapat dikatakan sebagai suatu
pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan lagi, yang ditandai
dengan afek disforik (kehilangan kegembiraan) disertai dengan gejala- gejala lain, seperti
gangguan tidur dan menurunya selera makan. Sedangkan Trisna (dalam Lubis, 2009)
menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu dan sedih yang biasanya
disertai diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. (Lailil M, 2012)
Depresi menurut Beck dan Alford (2009) merupakan sebuah gangguan psikologis
yang ditandai dengan penyimpangan perasaan, kognitif, dan perilaku individu. Individu
yang mengalami gangguan depresi dapat merasakan kesedihan, kesendirian, menurunnya
konsep diri, serta menunjukkan perilaku menarik diri dari lingkungannya.
Santrock (2003) menjelaskan bahwa terdapat istilah suasana hati yang tertekan
(depressed mood) di mana seseorang mengalami kesedihan dan beberapa afeksi negatif
lainnya dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama karena kegagalannya dalam
menjalankan tugas tertentu. Depresi menunjukkan gejala-gejala seperti munculnya
perilaku dan emosi yang mencerminkan afeksi negatif.
Nolen-Hoeksema dan Hilt (2008) mendefinisikan depresi sebagai sebuah gangguan
emosi dan perilaku yang muncul secara bersamaan membentuk pola tertentu. Tingkat
keparahan depresi dapat dipengaruhi oleh perbedaan tingkat gejala yang meliputi
penyimpangan perilaku beserta perubahan emosi (Rahma, 2019).

B. Gejala Depresi
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition
atau DSM-V (Dianovinina, 2018) seseorang dikatakan depresi jika setidaknya selama dua
minggu mengalami minimal lima dari sembilan gejala berikut:
(1) adanya perasaan depresi yang muncul di sebagian besar waktu, bahkan hampir
setiap hari
(2) adanya penurunan minat dan kesenangan di hampir sebagian besar kegiatan dan
hampir setiap hari
(3) adanya perubahan berat badan atau nafsu makan yang signifikan
(4) adanya perubahan tidur: menjadi insomnia atau hypersomnia
(5) adanya perubahan aktivitas
(6) merasa kelelahan dan kehilangan energy
(7) munculnya perasaan bersalah atau tidak berharga yang berlebihan
(8) mengalami penurunan konsentrasi
(9) memiliki pikiran berulang tentang kematian (tidak hanya takut mati), adanya
keinginan bunuh diri berulang tanpa rencana spesifik, usaha bunuh diri, atau
rencana spesifik untuk melakukan bunuh diri.
C. Faktor Penyebab Depresi
a. Trauma masa kecil
b. Tuntutan tampil baik dan menjadi juara
c. Kehilangan seseorang
d. Mengalami kejadian tragis, kecelakaan
e. Kurang support
f. Kurang di akui oleh masyarakat
g. Atlet para atlet kurang di publish
D. Resiko Yang Ditimbulkan Akibat Depresi
Menurut Dirgayunita (2016) resiko yang ditimbulkan akibat dari depresi yang dialami
oleh atlet adalah sebagai berikut :
1. Bunuh Diri
Orang yang menderita depresi memiliki perasaan kesepian,
ketidakberdayaan dan putus asa. Sehingga mereka mempertimbangkan membunuh
dirinya sendiri.
2. Gangguan Tidur
Insomnia ataupun hypersomnia, gangguan tidur dan depresi biasanya
cenderung muncul bersamaan. Setidaknya 80% dari orang yang menderita depresi
mengalami insomnia atau kesulitan untuk tidur. 15 % mengalami depresi dengan
tidur yang berlebihan. Kesulitan tidur dianggap sebagai gejala gangguan mood.
3. Gangguan Interpersonal
Individu yang mengalami depresi cenderung mudah tersinggung, sedih
yang berkepanjangan sehingga cenderung menarik diri dan menjauhkan diri dari
orang lain. Terkadang menyalahkan orang lain. Hal ini menyebabkan hubungan
dengan orang lain maupun lingkungan sekitar menjadi tidak baik.
4. Gangguan dalam Pekerjaan
Depresi meningkatkan kemungkinan dipecat atau penderita sendiri yang
mengundurkan diri dari pekerjaan ataupun sekolah. Orang yang menderita depresi
cenderung memiliki motivasi yang menurun untuk melakukan aktivitas ataupun
minat pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Gangguan Pola Makan
Depresi dapat menyebabkan gangguan pola makan atau sebaliknya
gangguan pola makan juga dapat menyebabkan depresi. Pada penderita depresi
terdapat dua kecenderungan umum mengenai pola makan yang secara nyata
mempengaruhi berat tubuh yaitu :
a. Tidak selera makan
b. Keinginan makan makanan yang manis bertambah
6. Perilaku-perilaku Merusak
Beberapa orang yang menderita depresi memiliki perilaku yang merusak
seperti, agresivitas dan kekerasan, menggunakan obat-obatan terlarang dan alkohol,
serta perilaku merokok yang berlebihan.
E. Macam Gangguan Depresi
Dulhadi (2013) Depresi berdasarkan karakteristiknya dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam yaitu, depresi akut, depresi kronik, depresi terselubung. Dadang
Hawari (2001) meneybutkan beberapa macam depresi, diantaranya yaitu:
1. Depresi Pasca Kuasa, dimana seseorang yang memiliki jabatan kemudian suatu saat
jabatan itu hilang dampaknya adalah terganggunya keseimbangan mental emosional
dengan munculnya berbagai keluhan fisik, kecemasan dan depresi.
2. Depresi Neurotik (Gangguan Distimik), suatu gangguan afek (mood) yang menahun
dan mencakup gambaran afek (mood) depresif atau hilangnya minat atau rasa senang
di dalam semua aktivitas.
3. Depresi Siklotimik, seseoraang yang mengalami gangguan ini paling sedikit dalam
kurun waktu dua tahun mengalami gangguan alam perasaan (affect/mood).
4. Depresi Pasca NAZA, NAZA mengakibatkan ketergantungan, apabila yang
bersangkutan menghentikannya, maka ia akan jatuh kedalam kecemasan dan atau
depresi.
F. Penanganan Depresi
Depresi dapat ditangani dengan perubahan pola hidup, terapi psikologi, dan dengan
pengobatan (obat antiretroviral/ARV). Dilarang keras mengomati diri sendiri dengan
alkhohol, merokok yang berlebihan dan narkoba, karena zat yang terkandung di dalamnya
dapat meningkatkan gejala depresi dan menimbulkan masalah lain. Berikut beberapa cara
penanganan depresi :
1) Perubahan pola hidup
a. Berolahraga
Orang yang menderita depresi mengalami stress,kecemasan, galau,
kebingungan dan kegelisahan yang berlarut – larut. Hal ini disebabkan oleh
pikiran dan perasaan yang negatif. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menghasilkan pikiran dan perasaan positif yang dapat menghalangi munculnya
mood negatif adalah dengan berolahraga.
b. Mengatur Pola Makan
Simptom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam
tubuh, yaitu:
1) Konsumsi kafein secara berkala.
2) Konsumsi sukrosa (gula).
3) Kekurangan biotin, asam folat, vitamin B, C, kalsium, magnesium atau
kelebihan magnesium dan tembaga.
4) Ketidakseimbangan asam amino.
5) Alergi makanan
c. Berdoa
Beberapa orang mempunyai kecenderungan untuk berpaling dari agama
dalam memperoleh kekuatan dan hiburan. Dengan berdoa seseorang melakukan
dan mengucap rasa syukur kepada Tuhan YME.
d. Memiliki Keberanian Untuk Berubah
Penderita depresi harus memiliki keberanian untuk melewati kegelapan
menuju terang, keberanian untuk berubah.
e. Rekreasi
Berjalan-jalan di tempat yang asri, menyejukkan agar tubuh dan pikiran
menjadi lebih rileks dan nyaman. Selain itu, melakukan aktivitas yang menjadi
minat sebelumnya seperti, membaca buku, memasak, memancing dll yang bisa
membuat penderita menjadi rileks dan nyaman.
2) Terapi Psikologi
a. Terapi Interpersonal
Bantuan psikoterapi bisa dilakukan oleh psikolog dalam jangka pendek
yang berfokus kepada hubungan antara orang-orang dengan perkembangan
symptom gangguan kejiwaan.
b. Konseling kelompok dan dukungan sosial
Mengunjungi tempat layanan bimbingan konseling. Pelaksaan wawancara
konseling yang dilakukan antara seorang konselor professional dengan
beberapa pasien sekaligus dalam kelompok kecil.
c. Terapi humor
Profesional medis yang membantu pasien untuk mempertahankan sikap
mental yang positif dan berbagai tawa merespons psikologis dari tertawa
termasuk meningkatkan pernafasan, sirkulasi, sekresi hormone, enzim
pencernaan, dan peningkatan tekanan darah.
d. Terapi Kognitif (CBT)
Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada proses berpikir klien yang
berhubungan dengan kesulitan emosional dan psikologi klien. Pendekatan ini
akan berupaya membantu klien mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan diri
negatif dan keyakinan-keyakinan pasien yang tidak rasional. Fokus dalam teori
iniadalah mengganti cara-cara berfikir yang tidak logis menjadi logis.
3) Pengobatan
Berkonsultasi kepada dokter kejiwaan/psikiater. Beberapa obat antidepresan yaitu:
lithium, MAOIs, Tricyclics. Beberapa psikiater meresepkan perangsang jiwa
(psychostimulant), obat yang dipakai untuk mengobati gangguan deficit perhatian
(attention deficit disorder).
G. Pencegahan depresi
Peningkatan kualitas hidup melalui peran serta keluarga dan sekolah serta
peningkatan pengetahuan melalui pendidikan kesehatan dapat mencegah depresi,sesuai
dengan hasil penelitian tentang hubungan yang bermakna antara kemungkinan depresi
dengan kualitas hidup lanjut usia di Kelurahan Surau Padang (Utami, Liza, & Ashal, 2018).
Selain kualitas hidup, dukungan sosial berhubungan dengan tingkat depresi. Oleh
sebab itu peran serta yang baik dari orang tua, guru, tokoh masyarakat dan masyarakat
sekitar sangat penting dalam memberikan bimbingan dan berperan serta dalam pencegahan
depresi (Sukma & Panjaitan, 2018).
H. Review Jurnal
Judul Artikel PROFIL MOOD ATLET PRA-PONSEPAK TAKRAW PUTERISULAWESI
TENGAH DALAM MELAKUKAN LATIHAN

Penulis Andi Sultan Brilin Susandi Eka Wahyudi dan Sri Fajarwati

Nama Jurnal Journal Sport Area

Tahun, Vol.5 No.2 November 2020 164-176


halaman

Tujuan Mengatahui seberapa besar Mood atlet Pra - PON puteri sepak takraw
Penelitian Sulawesi Tengah setelah melakukan latihan dan bagaimana keadaan mood atlet
Pra-PON Puteri sepak takraw Sulawesi Tengah setelah melakukan latihan

Latar Belakang Atlet yang mengalami kejenuhan, kebosanan dalam melakukan latihan setiap hari
Masalah dan membuat para atlet merasa stres,lelah yang berakibat kurang besemangat
sehingga motivasi dan mood dalam melakukan latihan akan semakin menurun
yang berakibat ketidakstabilan emosi dan berujung pada stress hingga depresi.

Populasi dan Populasi penelitian ini berjumlah 10 orang yaitu atlet Pra-PON sepak takraw
Sampel puteri Sulawesi Tengah.

Metode Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Metode dalam


Pengambilan penelitian ini adalah penelitian survei. Teknik pengumpulan data yaitu angket
Data dengan menggunakan rating scale.

Metode Metode dalam penelitian ini adalah penelitian survei, dengan, populasi penelitian
Penelitian ini berjumlah 10 orang yaitu atlet Pra-PON sepak takraw puteri Sulawesi Tengah
dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling teknik
pengambilan sampel menggunakan total sampling.
Hasil dan Setelah diadakan penelitian dengan menggunakan penyebaran angket sebanyak
Bahasan 35 item pertanyaan, hal yang akan di analisis dari hasil penelitian ini adalah Atlet
puteri Pra-PON sepak takraw puteri Sulawesi Tengah dalam melakukan latihan,
jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian kali ini merupakan penelitian
kualitatif non-eksperimen serta penyajian datanya menggunakan teknik rating
scale. Penelitian yang diawali dari pengambilan data hingga pengelolahan data
penelitian diperoleh presentase dan kategori pengklarifikasian keadaan mood atlet
Pra-PON sepak takraw puteri Sulawesi Tengah dalam melakukan latihan sehari-
hari. Jika atlet dalam kondisi mood yang baik, maka dapat melakukan setiap
program latihan yang sesuai dengan target pencapaian latihan yang diberikan
oleh pelatih (Gultom, 2018). Hasil analisis bahwa keadaan mood atlet Pra-PON
sepak takraw puteriSulawesi Tengah dalam melakukan latihan sehari-hari
dengan adanyan indikator-indikator yaitu indikator keadaan kelelahan (KLH)
yang dapat diketahui hanya 10% Atlet yang mengalami gejala suasana psikologis
seperti badan yang loyo meskipun sudah istirahat, otot pegal meskipun sudah
istirahat, merasa tidak berdaya dan terasa tidak fit. Kelelahan yang dialami ketika
latihan setiap hari harus segera dilakukan recovery,sehingga kelelahan tidak akan
berlangsung lama.

Indikator keadaan depresi (DPS) yang dapat diketahui atlet sebagian masih
merasakan gejala suasana psikologis seperti suka menyendiri, merasakan
dikucilkan dalam kelompok, makan semakin berkurang, sering mengalami
mimpi buruk, dan pelati atau teman terasa memusuhi, sehingga memiliki
presentase 6,85% dengan kategori sangat rendah. artinya bahwa sangat rendah
tingkat depresi untuk atlet sepak takraw puteri Sulawesi Tengah,

Kesimpulan Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan penulis mengenai “profil
mood atlet Pra-PON sepak takraw puteri Sulawesi Tengah dalam melakukan
latihan”berdasarkan pada masalah yang diajukan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa penelitian ini terbatas hanya untuk mengetahui moodatlet Pra-PON sepak
takraw puteri Sulawesi Tengah dalam melakukan latihan dan seberapa besar mood
atlet setelah melakukan latihan Keadaan moodatlet Pra-PONsepak takraw
puteriSulawesi Tengah dalam melakukan latihan sehari-hari, dengan adanya
indikator suasana hati (mood) atau keadaan psikologispadamasing-masing
indikator yaitu indikator kelelahan 10% kategori sangat rendah, indikator
suasana marah 24% kategori sangat rendah, indikator persiapan siap 54%
kategori tinggi, indikator ketegangan 23,14% kategori sangat rendah, indikator
penilaian diri 40,85% kategori rendah, indikator suasana bingung 26,28%
kategori rendah, dan indikator depresi 6,85% ketegori sangat rendah. Selain itu
keadaan moodatlet sepak takraw puteri Sulawesi Tengah dengan indikator
kelelahan, marah, ketegangan,penialian diri,bingung, depresi semuanya dengan
kategori sangat rendah artinya meskipun para atlet sepak takraw melakukan
latihan setiap hari dan kurang melakukan ujicoba pertandingan, namun mereka
tetap dapat mengatasi keadaan psikologis dengan baik. Sedangkan untuk
indikator siap atlet sepak takraw memiliki kategori tinggi dengan modal latihan
setiap hari.Penelitian ini masih banyak kekurangan didalamnya
sehinggadisarankan kepada peneliti selanjutnyaagar dapat melakukan penelitian
yang sejenis dengan variabel yang lebih kompleks sehingga tidak hanya
mengetahui tingkatmood saja, namun bisa berkembang kepada mental, dan
karakter atlet agar dapatmelengkapi penelitian ini, dan sebaiknya dalam
melakukan penelitian yang sejenis agar dapat menambahkan faktor-faktor lain
yang berkaitan langsung dengan atletnya dan pelatih .

Keunggulan Jurnal berisikan materi yang mudah dipahami dengan bahasa yang mudah
dimengerti. Menjelaskan secara lengkap tentang dinamika psikologi yang di alami
atlet. Banyak sumber yang di gunakan oleh jurnal ini.

Kekurangan Materi dijelaskan secara berulang ulang dan terlalu banyak. Tidak dijelaskan
metode teknik dalam psikologi yang merubah keadaan atau perasan seseorang. Jadi
pembaca hanya mengetahui faktor penyebab dan dinamika psikologi para atlet yang
mengalami gangguan psikologis.
DAFTAR PUSTAKA
Dirgayunita, A. (2016). Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya. Journal An-nafs: Kajian dan
Penelitian Psikologi, 1 (1).
Dianovinina, K. (2018). Depresi pada remaja: gejala dan permasalahannya. Jurnal psikogenesis,
6(1), 69-78.
Dulhadi. (2013). Mengenal Depresi Mental, Resiko Yang Ditimbulkan Dan Cara

Penanggulangannya. Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah, 7(1), 31-32.


Hawari., & Dadang. (2001). Manajemen stress, cemas, dan depresi, Fakultas Kedokteran UI:
Jakarta.

Lailil, M. N. (2012). Hubungan koping dengan tingkat premenstrual syndrome pada mahasiswi
fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Repositori
UIN Malang, 9–39.
Nurtanti, S., & Handayani, S. (2020). Peningkatan Pengetahuan Siswa Tentang Deteksi Dini dan

Pencegahan Depresi di SMK Muhammadiyah Baturetno. Warta LPM, 24(1), 134–144.

Pratiti, B., & Puspitosari, W., A. (2007). Kasus Depresi Berulang Pada Anak Usia Sekolah
dengan Penolakan Bersekolah. Jurnal Mutiara Medika. 7 (2). 121-125.

Rahma. (2019). Jurnal Depresi. Jurnal Keperawatan, 14–27.

Anda mungkin juga menyukai