MODUL II
OLEH
KELOMPOK XVIII
MUH.RASDI 09120200107
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
bahwa peluang kemunculan mata dadu 6 dan mata dadu yang lainnya adalah
sama? Mungkin saja jawabannya tidak. Dari kasus pelemparan mata dadu ini
penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga
setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk
Sebagian besar peristiwa yang terjadi di alam ini, baik yang berupa
Gunawan, 2018).
Dalam dunia industri sendiri, cara – cara seperti ini sering dipergunakan,
misalnya dalam menentukan ukuran rata – rata produk, usia rata – rata
produk, baik atau rusaknya produk yang dihasilkan oleh sebuah mesin dan
frekuensi relatif.
4. Kartu UNO
5. Kalkulator
6. Lembar pengamatan
7. Media pengujian
1.4 Prosedur dan Langkah Praktikum
80 kali.
7. Buat kesimpulan.
10. Catat permukaan yang muncul pada Kartu UNO (+) atau (-)
11. Ulangi Langkah 1 – 2 untuk Kartu UNO sebanyak 20, 60, dan 80
kali
1. Acak palet
3. Tarik pegas
4. Ambil sebuah palet
kali
9. Buat kesimpulan
1. Acak palet
3. Tarik pegas
kali
9. Buat kesimpulan
5. Buat kesimpulan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Sekop secara definisi adalah peristiwa sederhana, karena hanya ada satu
jenis kartu sekop dalam setumpuk kartu bridge. Akan tetapi peristiwa As
haruslah berisikan keduanya yakni kartu As dan kartu Sekop. Namun definisi
mengganggap hal ini sebagai suatu kesatuan. Pembagian jenis peristiwa ini
Kejadian (event) adalah himpunan bagian (sub set) dari ruang sampel S.
Dengan kata lain, kejadian adalah himpunan dari hasil – hasil yang mungkin
yang diperhatikan dalam eksperimen. Event yang terdiri dari satu outcome
dalam ruang sampel diskrit disebut event elementer. Event dapat juga
tertentu sebagai himpunan bagian (sub set) dari ruang sampel. Suatu event
Kejadian merupakan salah satu sub himpunan (sub set) dari ruang
sampel atau biasa disebut sebagai himpunan bagian dari ruang sampel.
A adalah titik sampel. Pada kasus pelemparan satu buah dadu dengan
kejadian pasti karena salah satu dari elemen S pasti muncul sedangkan
himpunan kosong (Ø atau {}) disebut sebagai kejadian mustahil karena dari
atau keduanya. Event 𝐴∪𝐵 terjadi jika A atau B, atau kedua event A dan B
yang tidak dapat terjadi secara bersamaan disebut mutually exclusive (saling
ekslusif), interseksi dari dua event tersebut adalah event nul, 𝐴∩𝐵 = ∅.
jika dan hanya jika gabungan (union) dari himpunan event-event tersebut
yang sulit diketahui dengan pasti, apalagi untuk kejadian yang akan datang.
Pada prinsipnya, meskipun sulit diketahui, namun fakta – fakta yang ada
pasti tidak akan terjadi, dan “1” menyatakan bahwa peristiwa pasti terjadi
(Kristalina, 2015).
Contoh penggunaan teori peluang misalnya mengundi dengan suatu
mata uang logam atau sebuah dadu, membaca temperatur udara pada tiap
tiap hari oleh mesin penghasil barang tertentu, dan mencatat banyaknya
contoh – contoh tersebut, untuk semua hasil yang mungkin terjadi dapat
Ketiga bentuk peluang ini mempunyai implikasi yang penting bagi para
judi dan kemudian digunakan untuk analisis ilmiah tentang kematian dalam
yang sesuai, teori probabilitas sangat relevan dengan ilmu teknik sekarang
Probabilitas adalah salah satu alat yang amat penting karena probabilitas
untuk mengukur tingkat terjadi suatu kejadian yang acak (Lian G. Otaya,
2016).
Dimana :
yaitu limit dari frekuensi relatif jika jumlah percobaan yang akan
percobaan
m m
P( X )=lim fr=
n dengan n )
………………………………………………………..….(Rumus 2.2)
Dimana:
M : Fekuensi peristiwa
bersangkutan.
atau peristiwa didasarkan pada terjadinya fakta atau bukti. Fakta ini
ini dipakai jika data frekuensi relatif tidak tersedia (Alvin S., 2013).
b. Ruang sampel adalah himpunan semua hasil yang mungkin pada suatu
sampel disebut titik sample (sample point). Notasi: S = {x1, x2, …, xn}
sampel dibedakan atas dua macam, yakni ruang sampel diskret dan
ruang sampel kontinu. Ruang sampel diskret adalah ruang sampel yang
mengandung titik – titik sampel yang banyaknya terhingga atau titik – titik
adalah ruang sampel yang mengandung titik sampel yang banyaknya tak
d. Kejadian atau peristiwa adalah himpunan bagian dari ruang sampel pada
dalam
suatu percobaan (Rabia Edra, 2017).
kedua atau lebih peristiwa itu tidak dapat terjadi pada saat yang
Hidayatulloh, 2018).
Dimana:
Dimana:
peluang A dan B
jika peristiwa yang satu menjadi syarat terjadinya peristiwa yang lain.
Walpole, 2007:58).
P( X ∩Y )
P( X !Y )=
P( X )
...................................................(Rumus 2.5)
Dimana :
P(X/Y) : Probabilitas peristiwa Y jika peristiwa X terjadi
P ( X∩Y )
P( X /Y )=
P( X )
................................................(Rumus
2.6)
Dimana :
peristiwa Y :
...............................................................................(Rumus
P( X∩Y )=P( X ). P(Y ) 2.7)
Dimana:
dan bersyarat.
2) Probabilitas Gabungan
P(………………………………………………………....(Rumus
AdanB )=P( A∩B )=P( A )xP (B ) 2.8)
…………………………………………….
Dimana:
..................................................................................(Rumus
P(B/A) = P(B)
2.9)
Dimana:
P(B/A) : Probabilitas peristiwa B jika peristiwa A
terjadi
P(B) : Probabilitas peristiwa B
1) Probabilitas Bersyarat
P( B∩ A )
P(B / A )= .............................................................(Rumus 2.10)
P( A )
Dimana:
terjadi
2) Probabilitas Gabungan
…………………………………………………...(Rumus
P( AdanB )=P( A∩B )=P( A )xP ( B / A ) 2.11)
Dimana:
terjadi
3) Probabilitas Marginal
mempengaruhi.
Dimana :
P(X) : Probabilitas peristiwa X
(−∞< X <∞ )
xi). Sedangkan untuk semua bilangan real dari ,
1. Faktorial
Dimana:
n : banyaknya data
2. Permutasi
pada ukuran kelompok asalnya dan banyaknya objek yang dipilih dari
kelompok itu.
3.Kombinasi
2001).
peristiwa B !
Penyelesaian :
3
P(A) = 6
P(B) = 1 – P(A)
= 1 – 3/6
=½
2.6 Ekspektasi
X2, ......... Xn, masing-masing dengan peluangnya P1, P2, .............. Pn.
terjadi. Peluang terjadinya tiap peristiwa masing-masing p1, p2, …., pk dan
untuk tiap peristiwa dengan peluang tersebut terdapat satuan-satuan d1, d2,
…., dk. Satuan – satuan ini bisa nol, positif ataupun negatif dan tentulah p1 +
dilakukan dengan dua cara yaitu : (1) proporsi dan (2) ketelitian estimasi
Estimasi merupakan ketrampilan untuk hidup (skill for life), contoh jika
berangkat kerja agar tidak telat, maka kita mengestimasi berapa lama
160 161 158 157 163 171 168 166 155 173
160 165 154 156 161 162 150 153 170 164
adalah:
X = 3227/20 = 161,4 cm
suatu kota yang menderita hepatitis B. Untuk itu diambillah sampel sebesar
500 penduduk yang berkunjung ke poli penyakit dalam rumah sakit umum
diperhatikan sehubungan dengan ini antara lain (Prof. Dr. Sudjana, 1976):
c) Definisikan dengan jelas dan tapat segala unit dan istilah yang
diperlukan.
SMA yang mengikuti kursus satu tahun dan seseorang yang hanya
g) Tentukan ukuran sampel, yakni berupa unit sampling yang harus diambil
biaya terlalu banyak. Hal ini akan dipelajari nanti sehubungan dengan
h) Tantukan cara sampling yang mana yang akan ditempuh agar sampel
k) Sediakan biaya dan minta bantuan ahli baik berbentuk pembantu tetap
Subagyo, 2003):
a) Ukuran Populasi
Telah kita kenal bahwa ada dua macam ukuran populasi, ialah
terhingga dan tak hingga. Dalam hal populasi tak hingga, ialah populasi
berisikan tidak terhingga banyak objek, sudah jelas sensus tak mungkin
dilaksanakan.
b) Masalah biaya
Adalah wajar bahwa makin banyak objek yang diteliti makin banyak
c) Masalah waktu
yang lebih cepat. Dalam hal diinginkan kesimpulan yang segera, maka
kekuatan daya ledak granat yang dihasilkan, kemanjuran obat yang baru
e) Masalah ketelitian
bahwa makin banyak objek yang harus diteliti maka makin kurang
timbul kalau yang diteliti terlalu banyak. Karenanya akan diperoleh data
terjadi ketika mencatat dan menyalin data dari formulir isian hasil sensus
f)Faktor ekonomis
dikeluarkan untuk itu ataukah tidak. Jika tidak, mengapa harus dilakukan
sensus, yang jelas akan memakan biaya, waktu dan tenaga yang
banyak? Faktor ekonomis ini sering dilupakan, karenanya perlu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendahuluan
1. Latar Belakang
Latar belakang berisi tentang event dan probabilitas dalam ilmu
statistik agar kita dapat mengetahui dan lebih memahami fungsi dari
peristiwa.
2. Tujuan Praktikum
4. Kartu UNO
5. Kalkulator
6. Lembar pengamatan
7. Media pengujian
dan 80 kali
7. Buat kesimpulan
10. Catat permukaan yang muncul pada Kartu UNO (+) atau (-)
11. Ulangi Langkah 1 – 2 untuk Kartu UNO sebanyak 20, 60, dan
80 kali
1. Acak palet
3. Tarik pegas
kali
9. Buat kesimpulan
1. Acak palet
3. Tarik pegas
4. Ambil sebuah palet dan catat hasilnya, dilanjutkan dengan
kali
9. Buat kesimpulan
5. Buat kesimpulan
Tinjauan pustaka pada laporan ini berisi tentang materi event dan
probabilitas yang diperoleh dari hasil referensi buku – buku mengenai event
beberapa percobaan dimulai dari data koin Rp. 200, Rp. 500, Rp. 1000,
Kartu UNO, palet berwarna hijau, putih, dan hitam, dan dua buah dadu.
3.5 Pengolahan Data
3.7 Penutup
3.8 Flowchart
Mulai
Latar Belakang
Tujuan Praktikum
Tinjauan Pustaka
Pengumpulan Data
1. Pengamatan
2. Pengukuran
Pengolahan Data
Selesai
Mulai
Lemparkan koin yang
permukaan seimbang
tidak
N = 20,60,
80?
ya
Hitung frekuensi
kemunculan permukaan
Buat kesimpulan
Selesai
Mulai
ya
Hitung frekuensi
kemunculan permukaan
Buat kesimpulan
Selesai
Mulai
ya
Hitung frekuensi
kemunculan permukaan
Buat kesimpulan
Selesai
Mulai
Ambil media
Ambil Kartu Uno pada
permukaan
Kembalikan sampel ke
dalam media
ya
N =20,60,
80?
Hitung frekuensi
kemunculan
Permukaan (+) Permukaan (-)
permukaan
Buat kesimpulan
Selesai
Mulai
N =20,60,
80?
Data tidak cukup
Buat kesimpulan
Selesai
Mulai
Aduk palet
tidak
N =20,60,
80?
Bandingkan dengan
nilai ekspektasinya
Buat kesimpulan
Selesai
Mulai
Lemparkan dua
buah dadu
Catat nilai
yang muncul
tidak
N = 20,60,
80?
ya
Hitung frekuensi
kemunculan
Hitung persentase
kemunculan
Bandingkan dengan
nilai ekspektasinya
Buat kesimpulan
Selesai
BAB IV
Keterangan:
AG : Angka
G : Garuda
BM : Bunga Melati
AK : Angklung
Keterangan:
HT : Hitam
P : Putih
HJ : Hijau
Keterangan:
HT : Hitam
P : Putih
HJ : Hijau
Keterangan:
HT : Hitam
P : Putih
HJ : Hijau
Syarat Hijau
Keterangan:
HT : Hitam
P : Putih
HJ : Hijau
N = 20
G = Garuda
10−11 11−10
= 100 %= 100 % = 5%
20 20
10−9
= 100 % = 5%
20
N = 60
Keterangan : G = Garuda
AG = Angka
Koin = Rp. 200
30−33 33−30
= x 100 %= x 100 %=5 %
60 60
30−27
¿ x 100 %=¿ 5%
60
yaitu 27 < 30
N = 80
Keterangan : G = Garuda
BM = Bunga melati
40−40 40 – 40
= x 100 %= x 100 %=0 %
80 80
40−40
= x 100 %=0 %
80
yaitu 40 = 40
N = 20
Keterangan : + = Positif
- = Negatif
Frek . Kemunculan
h. Persentase kemunculan koin sisi + = x 100 %
N
12
= x 100 %=60 %
20
Frek . Kemunculan
l. Persentase kemunculan koin sisi - = x 100 %
N
8
= x 100 %=40 %
20
N = 60
Keterangan : AK = Angklung
AG = Angka
Frek . Kemunculan
i. = x 100 %
N
32
= x 100 %=55 %
60
Frek . Kemunculan
= x 100 %
N
27
= x 100 %=45 %
60
Keterangan : G = Garuda
AG = Angka
53,33
26,66
Frek . Kemunculan 41
= x 100 %= x 100 %=51 %
N 80
Frek . Kemunculan 39
= x 100 %= x 100 %=49 %
N 80
N = 20
40/100.20 = 8 kali
20/100.20 = 4 kali
8−7
= x 100 %=5 %
20
8−7
= x 100 %=5 %
20
4−6 6−4
¿ x 100 %= x 100 %=10 %
20 20
warna hijau lebih besar dari nilai ekspektasi pallet warna hijau,
yaitu 6 > 4
N = 60
40/100.60 = 24 kali
20/100.60 = 12 kali
24−19
= x 100 %=8,33 %
60
12−20 20−12
= x 100 %= x 100 %=13,33 %
60 60
kecil dari pada nilai ekspektasi pallet warna putih, yaitu 19 < 24,
kecil dari pada nilai ekspektasi pallet warna hitam, yaitu 22 < 24,
hijau lebih besar dari pada nilai ekspektasi pallet warna hijau,
N = 80
40/100.80 = 32 kali
40/100.80 = 32 kali
20/100.80 = 16 kali
32−27
= x 100 %=6,25 %
80
16−23 23−16
= x 100 %= x 100 %=8,75 %
80 80
kecil dari pada nilai ekspektasi pallet warna putih, yaitu 30 < 32,
kecil dari pada nilai ekspektasi pallet warna hitam, yaitu 27 < 32
besar dari pada nilai ekspektasi pallet warna hijau, yaitu 23 > 16.
N = 20
muncul
muncul
muncul
8,08−7
= x 100 %=5,25 %
20
7,87−6
= x 100 %=9,35 %
20
4,04−7 7−4,04
= x 100 %= x 100 %=14,8 %
20 20
muncul
kali muncul
muncul
24,24−21
= x 100 %=5,40 %
60
23,63 – 21
= x 100 %=4,38 %
60
12,12−18 18−12,12
= x 100 %= x 100 %=9,80 %
60 60
N = 80
muncul
kali muncul
muncul
32,32−26
= x 100 %=7,90 %
80
31,51−25
= x 100 %=8,13 %
80
16,16−29 29−16,16
= x 100 %= x 100 %=16,05 %
80 80
j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet cacat
N = 20
kali muncul
kali muncul
kali muncul
5,85−8 8−5,85
= x 100 %= x 100 %=10,75 %
20 20
h. Persentase kemunculan pallet baik (hitam)
6,06−6
= x 100 %=0,30 %
20
4,04−6 6 – 4,04
= x 100 %= x 100 %=9,80 %
20 20
N = 60
23,63−18
= x 100 %=9,38 %
60
24,24−19
= x 100 %=8,73 %
60
12,12−23 23−12,12
= x 100 %= x 100 %=18,13 %
60 60
N = 80
31,51−23
= x 100 %=10,63 %
80
32,32−26
= x 100 %=7,90 %
80
16,16−31 31−16,16
= x 100 %= x 100 %=14,84 %
80 80
31 > 16,16
N = 20
muncul
muncul
muncul
8,08−5
= x 100 %=15,4 %
20
8,08−6
= x 100 %=10,4 %
20
3,83−9 9−3,83
= x 100 %= x 100 %=25,85 %
20 20
j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet cacat (putih)
N = 60
muncul
muncul
kali muncul
24,24−19
= x 100 %=8,73 %
60
24,24−20
= x 100 %=7,06 %
60
i. Persentase kemunculan pallet cacat (hijau)
11,51−21 21−11,51
= x 100 %= x 100 %=15,81 %
60 60
N = 80
muncul
muncul
kali muncul
32,32−24
= x 100 %=10,40 %
80
h. Persentase kemunculan pallet baik (hitam)
32,32−26
= x 100 %=7,90 %
80
15,35−30 30−15,35
= x 100 %= x 100 %=18,31%
80 80
0=-
1=-
Ruang Sampel
1 2 3 4 5 6
N = 20
Dik: N = 36
S = (2,3,4,5,6,7,8,11)
0,45
5. Persentase = ×100 % = 2,25%
20
muncul
1,89
5. Persentase = ×100 % = 9,45%
20
0,34
5. Persentase = × 100 % = 1,70%
20
1,22
5. Persentase = ×100 % = 6,10%
20
muncul
0,23
5. Persentase = ×100 % = 1,15%
20
f. Frekuensi kemunculan angka 7 ; (1,6) (6,1) (6,1) (4,3) = 4 kali
muncul
0,67
5. Persentase = × 100 % = 3,35%
20
muncul
1,78
5. Persentase = ×100 % = 8,90%
20
N = 60
Dik: N = 36
S = (3,4,5,6,7,8,9,10,11,12)
5 = 8 kali muncul (2,3) (3,2) (3,2) (3,2) (4,1) (4,1) (4,1) (4,1)
8 = 13 kali muncul (5,3) (5,3) (4,4) (2,6) (4,4) (2,6) (3,5) (5,3) (4,4)
muncul
0,33
5. Persentase = ×100 % = 0,55%
60
3
5. Persentase = ×100 % = 5%
60
7,34
5. Persentase = × 100 % = 12,23%
60
2,33
5. Persentase = ×100 % = 3,88%
60
5 kali muncul
5
5. Persentase = ×100 % = 8,33%
60
(2,6) (3,5) (5,3) (4,4) (4,4) (3,5) (2,6) (4,4) = 13 kali muncul
4,67
5. Persentase = ×100 % = 7,78%
60
2,34
5. Persentase = × 100 % = 3,90%
60
2
5. Persentase = ×100 % = 3,33%
60
2,67
5. Persentase = × 100 % = 4,45%
60
muncul
1. Frekuensi kemunculan angka 12 yang sebenarnya = (6,6)
1,34
5. Persentase = × 100 % = 2,23%
60
N = 80
Dik: N = 36
S = (3,4,5,6,7,8,9,10,11,12)
6 = 8 kali muncul (4,2) (4,2) (2,4) (1,5) (2,4) (5,1) (5,1) (5,1)
7 = 15 kali muncul (4,3) (1,6) (2,5) (4,3) (5,2) (5,2) (5,2) (4,3) (3,4)
8 = 9 kali muncul (3,5) (5,3) (4,4) (2,6) (4,4) (3,5) (5,3) (4,4) (3,5)
9 = 12 kali muncul (5,4) (4,5) (6,3) (6,3) (3,6) (6,3) (5,4) (4,5) (6,3)
1,56
5. Persentase = ×100 % = 1,95%
80
0,34
5. Persentase = × 100 % = 0,42%
80
1,88
5. Persentase = ×100 % = 2,35%
80
3,11
5. Persentase = ×100 % = 3,88%
80
(5,2) (5,2) (4,3) (3,4) (3,4) (1,6) (2,5) (5,2) (4,3) (5,2) = 15 kali
muncul
1,67
5. Persentase = ×100 % = 2,08%
80
4
5. Persentase = ×100 % = 5%
80
muncul
2,66
5. Persentase = ×100 % = 3,32%
80
2,56
5. Persentase = ×100 % = 3,20%
80
5 kali muncul
2,78
5. Persentase = ×100 % = 3,47%
80
BAB V
5.1 Analisa
Dari hasil pengamatan dan percobaan yang telah kami lakukan. Maka
kemunculan
n (kali) (kali) n
dan nilai
ekspektasi
2 BM 11 10 5% 11 > 10
0 G 9 10 5% 9 < 10
6 G 33 30 5% 40 > 30
0 AG 27 30 5% 27 < 30
8 G 40 40 0% 40 = 40
0 BM 40 40 0% 40 = 40
Frek Nilai
Persentase
N Kemunculan Ekspektasi Perbandingan
Kemunculan
(kali) (kali)
AK 33 40 55% 33 < 40
60
AG 27 20 45% 27 > 20
P HT HJ P HT HJ P HT HJ P HT HJ
Frek Kemunculan
N Nilai Ekspektasi (kali) Persentase Kemunculan Perbandingan
Palet (kali)
P HT HJ P HT HJ P HT HJ P HT HJ
20 7 6 7 8,08 7,87 4,04 5,25% 9,35% 14,8% 7 < 8,08 6 < 7,78 7 > 4,04
60 21 21 18 24,24 23,63 12,12 5,40% 4,38% 9,80% 21 < 24,24 21 < 23,63 18 > 12,12
80 26 25 29 32,32 31,51 16,16 7,90% 8,13% 16,05% 26 < 32,32 25 < 31,51 29 > 16,16
Frek Kemunculan
N Nilai Ekspektasi (kali) Persentase Kemunculan Perbandingan
Palet (kali)
P HT HJ P HT HJ P HT HJ P HT HJ
20 8 6 6 5,85 6,06 4,04 10,75% 0,30% 9,80% 8 > 5,85 6 < 6,06 6 > 4,04
60 18 19 23 23,63 24,24 12,12 9,38% 8,73% 18,13% 18 < 23,63 19 < 24,24 23 > 12,12
80 23 26 31 31,51 32,32 16,16 10,63% 7,90% 14,84% 30<31,51 26 < 32,32 31 > 16,16
P HT HJ P HT HJ P HT HJ P HT HJ
20 5 6 9 8,08 8,08 3,83 15,4% 10,4% 25,85% 5 < 8,08 6 < 8,08 9 > 3,83
60 19 20 21 24,24 24,24 11,51 8,73% 7,06% 15,81% 19 > 24,24 20 < 24,24 21 > 11,51
80 24 26 30 32,32 32,32 15,35 10,40% 7,90% 18,31% 24 < 32,32 26 < 32,32 30 > 15,35
2 1 0,55 2,25%
3 3 1,11 9,45%
4 2 1,66 1,70%
5 1 2,22 6,10%
20
6 3 2,77 1,15%
7 4 3,33 3,35%
8 4 2,77 8,90%
11 2 1 4,45%
60 3 3 3,33 0,55%
4 2 5 5%
5 8 6,66 12,23%
6 7 8,33 3,88%
7 5 10 8,33%
8 13 8,33 7,78%
9 6 6,66 3,90%
10 7 5 3,33%
11 6 3,33 4,45%
12 3 1,66 2,23%
3 6 4,44 1,95%
4 7 6,66 0,42%
5 7 8,88 2,35%
6 8 11,11 3,88%
7 15 13,33 2,08%
80
8 9 11,11 2,63%
9 12 8,88 5%
10 4 6,66 3,32%
11 7 4,44 3,20%
12 5 2,22 3,47%
5.2 Pembahasan
:9
yaitu 11 > 10
yaitu 9 < 10
N = 60 untuk koin Rp. 200
33 : 27
yaitu 40 > 30
yaitu 27 < 30
40 : 40
yaitu 40 : 40
yaitu 40 : 40
13,33
3. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan
sisi (-) lebih besar dari nilai ekspektasinya, yaitu 8 > 6,66
27
26,66
N = 20
palet hijau lebih besar dari pada nilai ekspektasi palet hijau,
yaitu 6 > 4.
N = 60
dari pada nilai ekspektasi palet putih, yaitu 19 < 24, frekuensi
palet hijau lebih besar dari pada nilai ekspektasi palet hijau,
N = 80
dari pada nilai ekspektasi palet putih, yaitu 30 < 32, frekuensi
palet hijau lebih besar dari pada nilai ekspektasi palet hijau,
3. Probabilitas Bersyarat
N = 20
N = 60
N = 80
N = 20
N = 60
1. Perbandingan probabilitas kemunculan palet putih
N = 80
N = 20
N = 60
N = 80
c. Persentase = 2,25%
c. Persentase = 9,45 %
c. Persentase = 1,70%
c. Persentase = 6,10%
c. Persentase 1,15%
muncul
c. Persentase 3,35%
7. Frekuensi munculnya angka 8 (2,6) (3,5) (3,5) (3,5) = 4 kali
muncul
c. Persentase 8,90%
c. Persentase 4,45%
N = 60
muncul
c. Persentase = 0,55%
b. Nilai ekspektasi 5
c. Persentase = 5%
c. Persentase = 12,23%
c. Persentase 3,88%
kali muncul
b. Nilai ekspektasi 10
c. Persentase 5%
(4,4) (6,2) (5,3) (3,5) (5,3) (4,4) (4,4) (4,4) = 13 kali muncul
c. Persentase 7,78%
= 6 kali muncul
c. Persentase 3,90%
b. Nilai ekspektasi 5
c. Persentase 3,33%
c. Persentase 4,45%
10. Frekuensi munculnya angka 12 (6,6) (6,6) (6,6) = 3 kali
muncul
c. Persentase 2,23%
N = 80
c. Persentase = 1,95%
c. Persentase = 0,42%
c. Persentase = 2,35%
c. Persentase 3,88%
5. Frekuensi munculnya angka 7 (5,2), (5,2), (1,6), (3,4), (5,2),
kali muncul
c. Persentase 2,08%
c. Persentase 2,63%
c. Persentase 5%
muncul
c. Persentase 3,32%
c. Persentase 3,20%
10. Frekuensi munculnya angka 12 (6,6) (6,6) (6,6) (6,6) (6,6) = 5
kali muncul
c. Persentase 3,47%
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
frekuensi relatif.
6.2 Saran
Pemberian praktikum kepada praktikan sudah sangat baik dan terarah, tetapi
untuk mendukung praktikum sehingga tidak memakan waktu yang lama pada
saat praktikum.
Kinerja asisten sudah baik serta respon asisten terhadap praktikan sangat
digunakan utamanya pada rumus yang dianggap cukup rumit agar praktikan
tidak bingung saat pengerjaan laporan dan pengiriman soal TP berharap agar