Anda di halaman 1dari 107

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL II

EVENT DAN PROBABILITAS

OLEH

KELOMPOK XVIII

UMI SUGANDA 09120200017

BAYU MUHAMMAD FARHAN 09120200044

SAID AGIL HAS 09120200048

CINDY AMALIA AMIR 09120200082

MUH.RASDI 09120200107

LABORATORIUM STATISTIKA INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kejadian sehari – hari, kita sering melakukan kegiatan atau

mungkin permainan yang berhubungan dengan peluang kemunculan atau

probabilitas dari sebuah kejadian. Dalam permainan ular tangga misalnya,

ketika dadu permainan dilemparkan, pelempar selalu mengharapkan

munculnya angka 6 pada dadu yang dilemparkannya. Tapi sadarkah kita

bahwa peluang kemunculan mata dadu 6 dan mata dadu yang lainnya adalah

sama? Mungkin saja jawabannya tidak. Dari kasus pelemparan mata dadu ini

sebenarnya banyak kasus yang dapat terjawab, khususnya yang

berhubungan dengan penentuan probabilitas dari penarikan sampel yang

dilakukan secara random (acak). Simple random sampling adalah metode

penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga

setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk

terpilih atau terambil (JH. Lumbantoruan, 2019).

Sebagian besar peristiwa yang terjadi di alam ini, baik yang berupa

peristiwa – peristiwa yang sifatnya alami maupun yang dirancang oleh

manusia, seperti terjadinya hujan di hari-hari tertentu pada suatu bulan

tertentu, munculnya bintang berekor di langit, terjadinya badai, demikian pula

mahasiswa yang memperoleh nilai A, B, atau C dari suatu matakuliah,

merupakan peristiwaperistiwa yang tidak memiliki ketidakpastian. Terhadap

peristiwa – peristiwa tersebut, hanya mungkin dilakukan pendugaan –

pendugaan berdasarkan pada peristiwa – peristiwa yang sebelumnya (Iman

Gunawan, 2018).
Dalam dunia industri sendiri, cara – cara seperti ini sering dipergunakan,

misalnya dalam menentukan ukuran rata – rata produk, usia rata – rata

produk, baik atau rusaknya produk yang dihasilkan oleh sebuah mesin dan

sebagainya, yang nantinya akan sangat membantu dalam kegiatan lain

seperti perancangan produk, pengendalian produksi, pengendalian

persediaan, pengambilan keputusan dan sebagainya (Nata Wirawan, 2016).

Untuk itulah, ilmu probabilitas sudah harus diterapkan dalam perkuliahan,

khususnya untuk jurusan Teknik dan Manajemen Industri. Pengertian teknik

sampling acak sederhana adalah suatu teknik pengambilan sampel elemen

secara acak, dimana setiap elemen anggota populasi memiliki kesempatan

yang sama untuk terpilih menjadi sampel (Nugraha Setiawan, 2005).

1.2 Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa dapat menerapkan definisi empiris dan probabilitas

munculnya suatu peristiwa.

2. Mahasiswa dapat mengetahui nilai probabilitas berdasarkan pendekatan

frekuensi relatif.

3. Mahasiswa dapat mengetahui peristiwa yang bersifat mutually exclusive.

4. Mahasiswa dapat untuk mengetahui probabilitas bersyarat.

1.3 Alat dan Bahan

1. Koin (Rp.200, Rp.500, dan Rp.1000)

2. Palet berwarna hijau, putih, dan hitam

3. Dua buah dadu

4. Kartu UNO

5. Kalkulator

6. Lembar pengamatan

7. Media pengujian
1.4 Prosedur dan Langkah Praktikum

1.4.1 Percobaan Apriori dan Frekuensi Relatif

1. Lemparkan uang logam yang permukaannya seimbang.

2. Catat permukaan yang muncul.

3. Ulangi langkah 1 – 2 untuk masing – masing sebanyak 20, 60 dan

80 kali.

4. Hitung frekuensi kemunculan masing – masing permukaan.

5. Bandingkan hasil tersebut dengan nilai ekspektasinya.

6. Hitung probabilitas kemunculan masing – masing permukaan.

7. Buat kesimpulan.

8. Acak Kartu UNO

9. Ambil Kartu UNO

10. Catat permukaan yang muncul pada Kartu UNO (+) atau (-)

11. Ulangi Langkah 1 – 2 untuk Kartu UNO sebanyak 20, 60, dan 80

kali

12. Hitung frekuensi kemunculan masing – masing permukaan

13. Bandingkan hasil tersebut dengan nilai ekspektasi

14. Hitung probabilitas kemunculan masing – masing permukaan

15. Buat kesimpulan

1.4.2 Percobaan Peristiwa Independent

1. Acak palet

2. Tekan tombol on pada alat lalu pilih statistik

3. Tarik pegas
4. Ambil sebuah palet

5. Catat warna palet yang terambil (hijau, putih, dan hitam)

6. Ulangi langkah 1 – 2 masing – masing sebanyak 20, 60 dan 80

kali

7. Hitung frekuensi kemunculan masing – masing warna palet

8. Bandingkan hasil percobaan dengan nilai ekspektasi

9. Buat kesimpulan

1.4.3 Percobaan Probabilitas Bersyarat

1. Acak palet

2. Tekan tombol on pada alat lalu pilih statistik

3. Tarik pegas

4. Ambil sebuah palet dan catat hasilnya, dilanjutkan dengan

pengambilan sebuah palet berikutnya dan catat hasilnya

5. Kembalikan sampel tersebut ke media

6. Ulangi langkah 1 – 3 masing – masing sebanyak 20, 60, dan 80

kali

7. Hitung kemunculan masing – masing palet

8. Bandingkan hasil percobaan dengan nilai ekspektasi

9. Buat kesimpulan

1.4.4 Percobaan Mutually Exclusive

1. Lemparkan dua buah dadu.

2. Catat angka yang muncul.

3. Ulangi langkah 1 – 2 sebanyak 20, 60 dan 80 kali.

4. Bandingkan hasil percobaan dengan nilai ekspektasi.

5. Buat kesimpulan.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Event dan Probabilitas

Untuk keperluan penentuan peluang ada gunanya untuk membagi

peristiwa ke dalam dua jenis peristiwa, yakni peristiwa sederhana dan

peristiwa majemuk (Soedibjo, 2010:2).

Peristiwa sederhana tidak dapat dibagi lebih lanjut lagi ke dalam

komponen-komponen peristiwa, sedangkan peristiwa majemuk selalu

memiliki dua atau lebih komponen peristiwa sederhana. Peristiwa Kartu

Sekop secara definisi adalah peristiwa sederhana, karena hanya ada satu

jenis kartu sekop dalam setumpuk kartu bridge. Akan tetapi peristiwa As

Sekop dapat dianggap sebagai peristiwa majemuk, karena kartunya

haruslah berisikan keduanya yakni kartu As dan kartu Sekop. Namun definisi

ini tergantung dari pandangan si pelaku percobaan. Bisa saja seseorang

mengatakan bahwa As Sekop sebagai suatu peristiwa sederhana, jika

mengganggap hal ini sebagai suatu kesatuan. Pembagian jenis peristiwa ini

dimaksudkan untuk kemudahan dalam mempelajari teori peluang

selanjutnya (Sutarto Hadi, 2018).

Kejadian (event) adalah himpunan bagian (sub set) dari ruang sampel S.

Dengan kata lain, kejadian adalah himpunan dari hasil – hasil yang mungkin

terjadi (Rinaldi Munir, 2014).

Kejadian (event) merupakan suatu himpunan bagian dari ruang sampel.

Bila suatu kejadian dapat dinyatakan sebagai sebuah himpunan yang hanya

terdiri dari satu titik contoh. Bila suatu kejadian dapat dinyatakan sebagai

gabungan beberapa kejadian sederhana (Walpole,1995).


Event merupakan subset dari S yang memunyai karakteristik tertentu

yang diperhatikan dalam eksperimen. Event yang terdiri dari satu outcome

dalam ruang sampel diskrit disebut event elementer. Event dapat juga

didefinisikan sebagai hasil (outcome) eksperimen dengan karakteristik

tertentu sebagai himpunan bagian (sub set) dari ruang sampel. Suatu event

dapat diperoleh dari kombinasi beberapa event menggunakan operasi

himpunan (Agustinah N., 2014).

Kejadian merupakan salah satu sub himpunan (sub set) dari ruang

sampel atau biasa disebut sebagai himpunan bagian dari ruang sampel.

Kejadian dilambangkan dengan himpunan A dimana anggota – anggota dari

A adalah titik sampel. Pada kasus pelemparan satu buah dadu dengan

himpunan semesta S = {1,2,3,4,5,6} dan A = {2} dapat diartikan bahwa A

adalah kejadian muncul mata dadu 2 sehingga A ⊆ S dimana A merupakan

himpunan bagian dari S dan 2 ∈ A dibaca dengan 2 elemen A dimana 2

disebut sebagai titik sampel. Sebagaimana kejadian maka S merupakan

kejadian pasti karena salah satu dari elemen S pasti muncul sedangkan

himpunan kosong (Ø atau {}) disebut sebagai kejadian mustahil karena dari

Ø tidak mungkin muncul. Dengan menggunakan operasi – operasi himpunan

terhadap kejadian – kejadian dalam S, maka akan diperoleh kejadian –

kejadian lain dalam S. Selanjutnya akan dibahas sekilas tentang diagram

venn. Diagram venn merupakan gambaran dari hubungan antara kejadian

dan ruang sampel (MP. Kusrini, 2016).


Sumber: www.belajarMTK.com

Gambar 2.1 Diagram Venn (MP.Kusrini, 2016)

Gabungan (union) dua event A dan B, dinotasikan dengan 𝐴∪𝐵,

didefinisikan sebagai himpunan outcome yang termasuk dalam A, atau B

atau keduanya. Event 𝐴∪𝐵 terjadi jika A atau B, atau kedua event A dan B

terjadi. Interseksi dua event A dan B, dinotasikan 𝐴∩𝐵, didefinisikan sebagai

himpunan outcome dalam A dan B. Dua event yang memunyai outcome

yang tidak dapat terjadi secara bersamaan disebut mutually exclusive (saling

ekslusif), interseksi dari dua event tersebut adalah event nul, 𝐴∩𝐵 = ∅.

Kumpulan event – event disebut collectively exhaustive (kolektif lengkap)

jika dan hanya jika gabungan (union) dari himpunan event-event tersebut

adalah sama dengan ruang sampel (Arif Rahman, 2016).

Menurut Prima, dalam kehidupan sehari – hari banyak kejadian (event)

yang sulit diketahui dengan pasti, apalagi untuk kejadian yang akan datang.

Pada prinsipnya, meskipun sulit diketahui, namun fakta – fakta yang ada

bisa menuju derajat kepastian/derajat keyakinan (degree of belief) bahwa

sesuatu akan terjadi. Probabilitas memberikan penjelasan menegenai

besarnya kesempatan (kemungkinan) suatu peristiwa akan terjadi yang

rangenya berkisar antara 0 – 1, di mana “0” menyatakan bahwa peristiwa

pasti tidak akan terjadi, dan “1” menyatakan bahwa peristiwa pasti terjadi

(Kristalina, 2015).
Contoh penggunaan teori peluang misalnya mengundi dengan suatu

mata uang logam atau sebuah dadu, membaca temperatur udara pada tiap

hari dari termometer, menghitung banyaknya barang rusak yang dihasilkan

tiap hari oleh mesin penghasil barang tertentu, dan mencatat banyaknya

orang yang melewati sebuah jembatan penyeberangan untuk setiap jam,

merupakan eksperimen yang dapat diulang – ulang. Berdasarkan seperti

contoh – contoh tersebut, untuk semua hasil yang mungkin terjadi dapat

dicatat. Segala bagian yang mungkin diperoleh dari pencatatan tersebut

disebut peristiwa (Imam Gunawan, 2018).

Untuk peristiwa sederhana, peluang dapat diturunkan baik secara logis,

melalui pengamatan empiris maupun secara subjektif (Soedibjo, 2010:3).

Ketiga bentuk peluang ini mempunyai implikasi yang penting bagi para

manajer atau pimpinan organisasi, khususnya dalam proses pengambilan

keputusan (Imam Gunawan, 2018).

Teori probabilitas merupakan perkembangan dari cabang matematika

yang digunakan untuk mengatasi ketidakpastian (uncertain). Awalnya

didorong oleh keinginan para ahli matematika untuk menganalisis permainan

judi dan kemudian digunakan untuk analisis ilmiah tentang kematian dalam

kegiatan medis, teori probabilitas telah dikembangkan sebagai alat ilmiah

berhubungan dengan peluang. Probabilitas merupakan salah satu ilmu yang

menarik dan juga paling berguna pada area matematika. Probabilitas

merupakan ilmu dasar bagi inferensi statistik melalui eksperimen dan

analisis data. Melalui aplikasi untuk masalah seperti penilaian realibilitas

suatu sistem, interpretasi akurasi pengukuran, dan pemeliharaan kualitas

yang sesuai, teori probabilitas sangat relevan dengan ilmu teknik sekarang

ini (Hayter, 2012).

Peluang menurut (Soedibjo, 2010:1) adalah suatu cara untuk

menyatakan kesempatan terjadinya suatu peristiwa. Secara kualitatif,


peluang dapat dinyatakan dalam bentuk kata sifat untuk menunjukkan

kemungkinan terjadinya suatu keadaan seperti: baik, lemah, kuat, miskin,

dan sedikit. Secara kuantitatif, peluang dinyatakan sebagai nilai-nilai

numeris, baik dalam bentuk pecahan maupun desimal antara 0 dan 1.

Peluang sama dengan 0 berarti sebuah peristiwa tidak bisa terjadi,

sedangkan peluang sama dengan 1 berarti peristiwa tersebut pasti terjadi

(Sutarto Hadi, 2018)

Probabilitas adalah salah satu alat yang amat penting karena probabilitas

banyak digunakan untuk menaksir derajat ketidakpastian dan oleh

karenanya mengurangi resiko. Probabilitas ialah suatu nilai yang digunakan

untuk mengukur tingkat terjadi suatu kejadian yang acak (Lian G. Otaya,

2016).

Kata probabilitas sering disebut peluang dan kemungkinan. Secara

umum Probabilitas merupakan peluang bahwa sesuatu terjadi. Secara

lengkap didefinisikan sebagai berikut: “Probabilitas” ialah suatu nilai yang

digunakan untuk mengukur tingkat terjadinya suatu kejadian yang acak.

Agus Irianto (2009 : 73) mengemukakan teori probabilitas berkembang dari

permainan gamblang, dimana setiap tebakan mengandung unsur

kemungkinan keluar maupun tidak persoalannya terletak pada pilihan itu

mengandung kemungkinan keluar lebih besar daripada kemungkinan tidak

keluar atau tidak (Lian G. Otaya, 2016).

Pengertian mengenai probabilitas dapat dilihat dari tiga macam

pendekatan, yaitu pendekatan klasik, frekuensi relatif, dan subjektif (Adi

Putra S., 2015):

2.1.1 Probabilitas Pendekatan Klasik

Pendekatan klasik atau probabilistik apriori merupakan suatu

peristiwa yang akan terjadin sudah dapat diketahui sebelum


dilakukan percobaan. Jika dari N kali percobaan, muncul peristiwa X

dan dilakukan sebanyak n kali (Imanuel kant, 1724 - 1804).

Menurut pendekatan klasik, probabilitas diartikan sebagai hasil

bagi dari banyak peristiwa yang dimaksud dengan seluruh peristiwa

yang mungkin. Menurut pendekatan klasik, probabilitas dirumuskan :

P(X) = n/N ……….........................……………..…......(Rumus 2.1)

Dimana :

P(X) : Probabilitas terjadinya peristiwa X

N : Peristiwa yang dimaksud

N : Banyaknya peristiwa yang mungkin

2.1.2 Probabilitas Pendekatan Frekuensi Relatif

Probabilistik menurut pendekatan ini sering diberi nama

probabilistik empiris karena besarnya melalui percobaan. Besarnya

yaitu limit dari frekuensi relatif jika jumlah percobaan yang akan

selalu bertambah tanpa batas, karena semakin banyak percobaan,

frekuensi relatif akan bertambah stabil. Menurut pendekatan

frekuensi relatif, probabilitas diartikan sebagai berikut :

1) Proporsi waktu terjadinya suatu peristiwa dalam jangka panjang,

jika kondisi stabil, atau

2) Frekuensi relatif dari seluruh peristiwa dalam sejumlah besar

percobaan

Probabilitas berdasarkan pedekatan frekuensi relatif sering

disebut probabilitas empiris. Nilai probabilitas ditentukan melalui

percobaan, sehingga nilai probabilitas itu merupakan limit dari

frekuensi relatif peristiwa tersebut (Eman Mendrofa, 2019). Menurut

pendekatan frekuensi relatif, probabilitas dirumuskan :

m m
P( X )=lim fr=
n dengan n )
………………………………………………………..….(Rumus 2.2)

Dimana:

P(X) : Probabilitas peristiwa X

M : Fekuensi peristiwa

N : Banyaknya peristiwa yang bersangkutan

Dalam prakteknya, frekuensi relatif itu sendiri dapat diperkirakan

dalam memperkirakan nilai probabilitas dari kejadian yang

bersangkutan.

2.1.3 Pendekatan Subjektif

Probabilitas subyektif didasarkan pada keyakinan pribadi atau

perasaan orang yang membuat perkiraan probabilitas. Kita dapat

membahas probabilitas subyektif sebagai penentuan probabilitas

atau peristiwa didasarkan pada terjadinya fakta atau bukti. Fakta ini

dapat berupa data mengenai frekuensi relatif terjadinya, atau bisa

juga tidak lebih dari tebakan yang mengena.

Menurut pendekatan subjektif, probabilitas diartikan sebagai

tingkat kepercayaan individu yang didasarkan pada peristiwa masa

lalu yang berupa terkaan saja. Atau probabilistik adalah probabilistik

peristiwa yang ditentukan dengan perasaan atau kepercayaan

seseorang yang didasarkan pada fakta – fakta yang ada. Pendekatan

ini dipakai jika data frekuensi relatif tidak tersedia (Alvin S., 2013).

2.2 Populasi, Ruang Sampel, Sampel dan Peristiwa

Pengertian percobaan, ruang sampel, titik sampel dan peristiwa adalah

sebagai berikut (Rabia Edra, 2017):


a. Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat

dibedakan satu sama lain karena karakteristiknya. Perbedaan –

perbedaan itu disebabkan karena adanya nilai kerakteristik yang

berlainan (Supranto, 2008: 22).

b. Ruang sampel adalah himpunan semua hasil yang mungkin pada suatu

percobaan. Ruang sampel: himpunan semua hasil (outcome) yang

mungkin dari suatu eksperimen (percobaan). Setiap hasil dari ruang

sampel disebut titik sample (sample point). Notasi: S = {x1, x2, …, xn}

(Rinaldi Munir, 2014). Ruang sampel dari suatu percobaan adalah

himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan. Ruang

sampel dibedakan atas dua macam, yakni ruang sampel diskret dan

ruang sampel kontinu. Ruang sampel diskret adalah ruang sampel yang

mengandung titik – titik sampel yang banyaknya terhingga atau titik – titik

sampelnya berupa barisan yang tidak berakhir namun nilainya sama

banyak dengan nilai bilangan cacah. Adapun ruang sampel kontinu

adalah ruang sampel yang mengandung titik sampel yang banyaknya tak

terhingga dan sama banyak dengan banyaknya titik-titik pada sebuah

ruas garis (Walpole & Myers, 1995:52).

c. Sampel adalah sebagian dari populasi. Jika n adalah banyaknya elemen

sampel dan N adalah banyaknya elemen populasi, maka n < N ( n lebih

kecil dari N) (Supranto, 2008: 22).

d. Kejadian atau peristiwa adalah himpunan bagian dari ruang sampel pada

suatu percobaan, atau hasil dari percobaan.

2.3 Aturan – Aturan Probabilistik

2.3.1 Peristiwa Bersama

Peristiwa bersama adalah terjadinya dua atau lebih peristiwa

dalam
suatu percobaan (Rabia Edra, 2017).

P(XY) : Probabilistik terjadinya X dan Y

P(X+Y) : Probabilistik terjadinya X atau Y

2.3.2 Peristiwa Mutually Exclusive

Suatu kejadian yang paling meniadakan antara satu sama lain

disebut dengan mutually exclusive events. Dalam bahasa sehari-hari

kejadian yang mutually exclusive kadang – kadang disebut dengan

kejadian alternatif. Dalam kejadian alternatif orang hanya

mengharapkan salah satu dari semua kejadian yang ada atau

mungkin terjadi dalam kejadian mutually exclusive adalah nihil. Dua

peristiwa dikatakn non mutually exclusive, jika kedua peristiwa

tersebut bisa terjadi pada waktu yang bersamaan.

Dua peristiwa atau lebih dinamakan peristiwa saling lepas jika

kedua atau lebih peristiwa itu tidak dapat terjadi pada saat yang

bersamaan, disebut juga peristiwa saling asing. Atau dua peristiwa

atau lebih disebut dengan peristiwa mutually exclusive jika terjadinya

peristiwa yang data mencegah terjadinya peristiwa yang lain (Amir

Hidayatulloh, 2018).

O < P (X) < 1

Jika P(X) = 0, peristiwa X pasti tidak terjadi

Jika P(X) = 1, peristiwa X pasti terjadi

Kedua hubungan di atas disebut mutually exclusive sehingga :

P(X) = 1 – P(X) atau P(X) + P(X)......................................(Rumus


=1 2.3)

Dimana:

P(X) : Probabilitas terjadinya peristiwa X


Hal yang penting yang harus diperhatikan :

P( A∩B )=P( A )+P (B )−P( A∪B ) ................................(Rumus 2.4)

Dimana:

P(A ∩ B) : Probabilitas peristiwa A dan B

P(A ∪ B ) : Probabilitas peristiwa saling lepas antara

peluang A dan B

P(A) : Probabilitas peristiwa A

P(B) : Probabilitas peristiwa B

2.3.3 Probabilitas Bersyarat

Hubungan kedua yang terdapat antara peristiwa adalah hubungan

bersyarat. Dua peristiwa dikatakan mempunyai hubungan bersyarat

jika peristiwa yang satu menjadi syarat terjadinya peristiwa yang lain.

Kita tulis A/B untuk menyatakan peristiwa A terjadi dengan didahului

terjadinya peristiwa B. peluangnya ditulis P(A/B) dan disebut peluang

bersyarat untuk terjadinya peristiwa A dengan syarat B. (Ronald E.

Walpole, 2007:58).

Jika peristiwa X menjadi syarat terjadinya atau tidak terjadinya

suatu peristiwa Y maka :

1. Probabilitas peristiwa X terjadi dilalui oleh peristiwa Y, dimana:

P( X ∩Y )
P( X !Y )=
P( X )

...................................................(Rumus 2.5)

Dimana :
P(X/Y) : Probabilitas peristiwa Y jika peristiwa X terjadi

P(Y) : Probabilitas peristiwa Y

2. Probabilitas peristiwa Y terjadi dilalui oleh peristiwa X, dimana:

P ( X∩Y )
P( X /Y )=
P( X )
................................................(Rumus
2.6)

Dimana :

P(X/Y) : Probabilitas peristiwa X jika peristiwa Y terjadi

P(X) : Probabilitas peristiwa X

2.3.4 Peristiwa Bebas (Independent)

Jika terjadinya atau tidak terjadinya peristiwa B tidak

mempengaruhi terjadinya peristiwa A, maka A dan B disebut

peristiwa – peristiwa bebas atau independen. Jika kita tulis A dan B

untuk menyatakan peristiwa – peristiwa A dan B kedua-duanya

terjadi, maka peluangnya dinyatakan dalam peluang bersyarat

diperoleh: Jika A dan B independen.

Jika probabilitas terjadi peristiwa X tidak mempengaruhi terjadinya

peristiwa Y :

...............................................................................(Rumus
P( X∩Y )=P( X ). P(Y ) 2.7)

Dimana:

P(X ∩ Y) : Probabilitas peristiwa X dan Y


P(X) : Probabilitas peristiwa X

P(Y) : Probabilitas peristiwa Y

Karena X dan Y independent maka : P(Y!X) = P (Y)

Dua peristiwa atau lebih disebut peristiwa saling bebas apabila

terjadinya peristiwa yang satu tidak mempengaruhi terjadinya

peristiwa yang lain. Probabilitas peristiwa saling bebas dapat

dibedakan atas tiga macam, yaitu probabilitas marginal, gabungan,

dan bersyarat.

1) Probabilitas marginal atau probabilitas tidak bersyarat

Probabilitas marginal peristiwa saling bebas adalah probabilitas

terjadinya suatu peristiwa yang tidak memiliki hubungan dengan

terjadinya peristiwa lain. Peristiwa – peristiwa tersebut tidak saling

mempengaruhi (Prima Kristalina, 2020).

2) Probabilitas Gabungan

Probabilitas gabungan peristiwa saling bebas adalah

probabilitas terjadinya dua peristiwa atau lebih secara berurutan

dan peristiwa – peristiwa tersebut tidak saling mempengaruhi. Jika

peristiwa A dan B gabungan, probabilitas terjadinya peristiwa

tersebut adalah (Prima Kristalina, 2020).

P(………………………………………………………....(Rumus
AdanB )=P( A∩B )=P( A )xP (B ) 2.8)

…………………………………………….
Dimana:

P(A ∩ B) : Probabilitas peristiwa A dan B

P(A) : Probabilitas peristiwa A

P(B) : Probabilitas peristiwa B


3) Probabilitas Bersyarat

Probabilitas bersyarat peristiwa saling bebas adalah

probabilitas terjadinya suatu peristiwa dengan syarat peristiwa lain

harus terjadi. Peristiwa – peristiwa itu tidak saling mempengaruhi.

Jika peristiwa B bersyarat terhadap A, probabilitas terjadinya

peristiwa tersebut adalah (Prima Kristalina, 2020).

..................................................................................(Rumus
P(B/A) = P(B)
2.9)

Dimana:
P(B/A) : Probabilitas peristiwa B jika peristiwa A
terjadi
P(B) : Probabilitas peristiwa B

2.3.5 Peristiwa Tidak Saling Bebas (Peristiwa Dependent)

Dua peristiwa atau lebih disebut peristiwa tidak saling bebas

apabila peristiwa yang satu dipengaruhi atau bergantung pada

peristiwa lainnya. Probabilitas peristiwa tidak saling bebas dapat pula

dibedakan atas tiga macam, yaitu probabilitas bersyarat, gabungan,

dan marginal (Lian G. Otaya, 2016).

1) Probabilitas Bersyarat

Probabilitas bersyarat peristiwa tidak saling bebas adalah

probabilitas terjadinya suatu peristiwa dengan syarat peristiwa lain

harus terjadi dan peristiwa – peristiwa tersebut saling

mempengaruhi. Jika peristiwa B bersyarat terhadap A, probabilitas

terjadinya peristiwa tersebut adalah

P( B∩ A )
P(B / A )= .............................................................(Rumus 2.10)
P( A )
Dimana:

P(B/A) : Probabilitas peristiwa B jika peristiwa A

terjadi

P(B ∩ A) : Probabilitas peristiwa B dan A

P(A) : Probabilitas peristiwa A

2) Probabilitas Gabungan

Probabilitas gabungan peristiwa tidak saling bebas adalah

probabilitas terjadinya dua atau lebih peristiwa secara berurutan

(bersamaan) dan peristiwa – peristiwa itu saling mempengaruhi.

Jika dua peristiwa A dan B gabungan, probabilitas terjadinya

peristiwa tersebut adalah

…………………………………………………...(Rumus
P( AdanB )=P( A∩B )=P( A )xP ( B / A ) 2.11)

Dimana:

P(B/A) : Probabilitas peristiwa B jika peristiwa A

terjadi

P(A ∩ B) : Probabilitas peristiwa A dan B

P(A) : Probabilitas peristiwa A

3) Probabilitas Marginal

Probabilitas marginal peristiwa tidak saling bebas adalah

probabilitas terjadinya suatu peristiwa yang memiliki hubungan

dengan terjadinya peristiwa lain dan peristiwa tersebut saling

mempengaruhi.

2.3.6 Hubungan Inklusif

Berlaku hubungan antara X dan Y atau kedua-duanya terjadi:

P ( X∪Y ) =P ( X )+ P ( Y ) −P ( X∩Y ) .............................(Rumus 2.12)

Dimana :
P(X) : Probabilitas peristiwa X

P(Y) : Probabilitas peristiwa Y

Variabel acak diskrit X menentukan distribusi probabilitas apabila

untuk nilai – nilai X = x1, x2 ........... xn terdapat probabilitas P(xi) = P(X =

(−∞< X <∞ )
xi). Sedangkan untuk semua bilangan real dari ,

terhadap variabel acak kontinyu mempunyai fungsi kepadatan

probabilistik (Probability Density Function).

2.4 Probabilitas Beberapa Peristiwa dengan Pendekatan Kombinasi

Pembicaraan mengenai permutasi dan kombinasi selalu berkaitan

dengan prinsip dasar membilang dan faktorial (Juhriyansyah Dalle, 2018):

1. Faktorial

Faktorial adalah perkalian semua bilangan bulat positif (bilangan

asli) terurut mulai dari bilangan 1 sampai dengan bilangan bersangkutan

atau sebaliknya. Faktorial dilambangkan : “!”. Jika n = 1, 2, …, maka :

n = n (n-1) (n-2) …x 2 x 1 = n (n-1…………………............(Rumus


........ ) 2.13)

Dimana:

n : banyaknya data

2. Permutasi

Permutasi adalah suatu penyusunan atau pengaturan beberapa

objek ke dalam suatu urutan tertentu. Banyaknya mutasi bergantung

pada ukuran kelompok asalnya dan banyaknya objek yang dipilih dari

kelompok itu.

3.Kombinasi

Kombinasi adalah cara bagaimana peneliti mengetahui banyaknya

cara mengambil r objek dari n objek tanpa memperhatikan urutannya.


Suatu kombinasi dari N objek yang bervariasi dan setiap kali diambil r

objek adalah susunan r objek itu dengan memerhatikan urutan

pengambilan. Nilai kombinasi dinyatakan sebagai NCr atau C(N,r).

2.5 Peristiwa Komplementer

Dua peristiwa disebut komplementer apabila peristiwa yang satu

melengkapi peristiwa lainnya atau peristiwa yang saling melengkapi (Hasan,

2001).

1. Sebuah dadu dilemparkan ke atas, dimana peristiwa-peristiwanya adalah

A = Peristiwa mata dadu bilangan prima muncul

B = Peristiwa mata dadu bukan bilangan prima muncul

Jika peristiwa A dan B komplementer, tentukan probabilitas munculnya

peristiwa B !

Penyelesaian :

3
P(A) = 6
P(B) = 1 – P(A)
= 1 – 3/6

2.6 Ekspektasi

Harga ekspektasi merupakan konsep dasar dalam studi distribusi peluang.

Defenisi; Apabila mempunyai sebuah varian yang bisa berharga X1,

X2, ......... Xn, masing-masing dengan peluangnya P1, P2, .............. Pn.

Misalkan kita punya sebuah eksperimen yang menghasilkan k buah dapat

terjadi. Peluang terjadinya tiap peristiwa masing-masing p1, p2, …., pk dan

untuk tiap peristiwa dengan peluang tersebut terdapat satuan-satuan d1, d2,

…., dk. Satuan – satuan ini bisa nol, positif ataupun negatif dan tentulah p1 +

p2 +….+ pk = 1. Maka rumus tersebut menyatakan, bahwa jika tiap peristiwa


diberi nilai maka pukul rata diharapkan terdapat nilai sejumlah
∑ pi.di untuk
eksperimen tersebut (Imam Gunawan, 2018).

2.7 Distribusi Peluang

Distribusi peluang merupakan alat bagi seorang peneliti untuk

menentukan apa yang dapat peneliti harapkan, apabila asumsi – asumsi

yang dibuat oleh peneliti benar. Distribusi peluang memungkinkan para

pembuat keputusan untuk memperoleh dasar logika yang kuat di dalam

keputusan, dan sangat berguna sebagai dasar pembuatan ramalan

berdasarkan informasi yang terbatas atau pertimbangan – pertimbangan

teoritis, serta berguna pula untuk menghitung probabilitas terjadinya suatu

kejadian. Setiap kejadian yang dapat dinyatakan ebagai perubahan nilai

suatu variabel, umumnya mengikuti suatu distribusi peluang tertentu dan

apabila sudah diketahui jenis distribusinya, maka peneliti akan dengan

mudah dapat mengetahui besarnya nilai probabilitas terjadinya kejadian

tersebut (Sutarto Hadi, 2018).

2.8 Teknik Menghitung Besarnya Anggota Sampel

Teknik untuk menghitung besarnya anggota sampel secara umum dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu : (1) proporsi dan (2) ketelitian estimasi

(Yudhie Ardiana, 2012).

Proporsi merupakan perbandingan antara terjadinya suatu peristiwa

dengan semua kemungkinan peristiwa yang bisa terjadi. Besaran proporsi

dalam sampel banyak dipakai dalam penelitian untuk mengestimasi proporsi

dalam populasi. Misalnya untuk mengestimasi proporsi karyawan

berpendidikan sarjana, digunakan proporsi antara karyawan berpendidikan


sarjana dengan bukan sarjana. Untuk mengetahui tingkat cacat barang

dalam produksi, digunakan dalam bentuk proporsi yaitu perbandingan antara

barang cacat dalam setiap 1.000 barang yang diproksi.

Proses estimasi merupakan peristiwa yang dialami orang setiap hari.

Estimasi merupakan ketrampilan untuk hidup (skill for life), contoh jika

berangkat kerja agar tidak telat, maka kita mengestimasi berapa lama

perjalanan dari tempat tinggal ke tempat kerja dengan menggunakan jenis

kendaraan tertentu. Dengan estimasi tersebut, kita akan terhindar dari

keterlambatan sampai tempat kerja.

Estimasi dalam statistik : Sampel = Statistik -> Populasi = Parameter.

Estimasi adalah Metode memperkirakan nilai populasi (parameter) dengan

memakai nilai sampel (statistik) karena perhitungan langsung pada seluruh

populasi tidak mungkin dilakukan.

Estimasi Titik Rata-Rata ( x )

Terhadap Rata-Rata Populasi ( µ )

Untuk membuat estimasi rata-rata TB Mahasiswa Teknik Industri

dilakukan pengambilan sampel sebanyak 20 orang dengan hasil sbb:

160 161 158 157 163 171 168 166 155 173

160 165 154 156 161 162 150 153 170 164

Maka didapatkan estimasi titik terhadap TB Mahasiswa Teknik Industri

adalah:

X = 3227/20 = 161,4 cm

Tinggi badan 161,4 cm merupakan titik estimasi terhadap tinggi badan

Mahasiswa Teknik Industri.

Estimasi Titik Proporsi Sampel (p)

Terhadap Proporsi Populasi (P)


Jika seorang peneliti ingin mengetahui presentase/proporsi penduduk

suatu kota yang menderita hepatitis B. Untuk itu diambillah sampel sebesar

500 penduduk yang berkunjung ke poli penyakit dalam rumah sakit umum

daerah tersebut. Ternyata didapatkan 3 orang menderita hepatitis B. Dengan

demikian, proporsi penderita hepatitis B di RSUD tersebut adalah: p = x/n p

= 3/500 = 0.006 = 0.6%

2.9 Rancangan Sampling

Jika untuk penelitian ternyata sampling telah disepakati, selanjutnya

sampling perlu dirancangkan dengan baik. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan sehubungan dengan ini antara lain (Prof. Dr. Sudjana, 1976):

a) Rumuskan persoalan yang ingin diketahui.

b) Tentukan dengan jelas batas populasi mengenai persoalan yang ingin

diketahui itu. Sering kesimpulan tidak benar karena telah dibuat

berdasarkan sampel yang diambil dari populasi yang salah.

c) Definisikan dengan jelas dan tapat segala unit dan istilah yang

diperlukan.

d) Tentukan unit sampling yang diperlukan. Unit sampling adalah satuan

terkecil yang menjadi anggota populasi. Untuk meneliti macam beras

yang digunakan misalnya, apakah unit samplingnya keluarga atau

perorangan anggota keluarga?

e) Tentukan dan rumuskan cara – cara pengukuran dan penilaian yang

akan dilakukan. Untuk mengukur derajat kecerdasan penduduk

berdasarkan pendidikan terakhir, ukuran apa yang dipakai dan berapa

nilainya untuk tiap kategori? Samakah nilainya untuk seorang lulusan

SMA yang mengikuti kursus satu tahun dan seseorang yang hanya

mengakhiri akademi di tahun pertama?


f) Kumpulkan, jika ada, segala keterangan tentang hal yang ingin diteliti

yang pernah dilakukan masa lampau. Misalnya mengenai persentase,

rata – rata dan ukuran – ukuran lainnya.

g) Tentukan ukuran sampel, yakni berupa unit sampling yang harus diambil

dari populasi. Jangan sampai sampel berukuran terlalu kecil, sehingga

kesimpulan tidak memuaskan dan pula terlalu besar yang menyebabkan

biaya terlalu banyak. Hal ini akan dipelajari nanti sehubungan dengan

presisi yang dikehendaki dari hasil penelitian.

h) Tantukan cara sampling yang mana yang akan ditempuh agar sampel

yang diperoleh representatif. Beberapa cara yang dikenal dengan akan

disebutkan dalam bagian sesuadah ini.

i) Tentukan cara pengumpulan data yang mana akan dilakukan, apakah

wawancara langsung, dengan daftar isian, meneliti langsung, atau

mengumpulkan dari sumber – sumber yang sudah ada. Siapkan daftar

wawancara, daftar isian, formulir yang perlu dan lain – lain.

j) Tentukan metode analisis mana yang akan digunakan.

k) Sediakan biaya dan minta bantuan ahli baik berbentuk pembantu tetap

ataupun hanya sebagai konsultan.

2.10 Alasan Sampling

Untuk melakukan analisis statistik diperlukan data, karenanya data perlu

dikumpulkan. Bergantung pada berbagai faktor untuk ini kadang-kadang

dilakukan sensus, kadang-kadang dilakukan sampling. Sensus terjadi

apabila setiap anggota atau karakteristik yang ada didalam populasi

dikenai penelitian. Jika tidak, maka samplinglah yang ditempuh, yaitu

sampel diambil dari populasi dan datanya dikumpulkan. Ada berbagai


alasan mengapa sensus tidak dapat dilakukan, antara lain (Pangestu

Subagyo, 2003):

a) Ukuran Populasi

Telah kita kenal bahwa ada dua macam ukuran populasi, ialah

terhingga dan tak hingga. Dalam hal populasi tak hingga, ialah populasi

berisikan tidak terhingga banyak objek, sudah jelas sensus tak mungkin

dilakukan. Juga mengingat populasi takhingga pada dasarnya hanya

konseptual sukarlah untuk melakukan sensus terhadapnya. Meskipun

kita punya populasi terhingga, sensus belum tentu selalu bisa

dilaksanakan.

b) Masalah biaya

Adalah wajar bahwa makin banyak objek yang diteliti makin banyak

pula biaya yang diperlukan. Bagaimanapun juga jika hanya tersedia

biaya terbatas, sampling satu-satunya pilihan, terkecuali jika ukuran

populasi sedikit sekali sehingga dengan biaya tersebut sensus bias

dilaksanakan. Perlu diingat bahwa biaya diperlukan bukan saja hanya

untuk pengumpulan data tetapi juga untuk analisis, diskusi, perhitungan

– perhitungan, gaji ahli, dan ongkos konsultasi.

c) Masalah waktu

Sensus memerlukan waktu yang lebih lama bila dibandingkan

dengan sampling. Dengan demikian sampling dapat memberikan data

yang lebih cepat. Dalam hal diinginkan kesimpulan yang segera, maka

sampling benar-benar terasa faedahnya. Jelaslah pula bahwa

menganalisis data hasil sampling, selain dari pada menghemat biaya

seperti tertera diatas, juga menghemat waktu karena dapat dilakukan

dalam tempo yang singkat.

d) Percobaan yang sifatnya merusak


Jika penelitian terhadap objek sifatnya merusak, maka jelas sampling

harus dilakukan. Tidak mungkin sensus dilakukan untuk mengetahui :

kekuatan daya ledak granat yang dihasilkan, kemanjuran obat yang baru

dihasilkan, kekuatan ban mobil yang dihasilkan, keadaan darah seorang

pasien dan masih banyak contoh lagi.

e) Masalah ketelitian

Salah satu segi agar kesimpulan cukup dapat dipertanggung

jawabkan adalah masalah ketelitian. Data harus benar dan

pengumpulannya harus dilakukan dengan benar dan teliti. Demikian

pula pencatatan dan penganalisaannya. Pengalaman menyatakan

bahwa makin banyak objek yang harus diteliti maka makin kurang

ketelitian yang dihasilkan. Petugas, peneliti, pencacah akan menjadi

merasa bosan untuk melakukan tugasnya yang juga yang jumlahnya

sangat banyak. Kebosanan pada saat melakukan wawancara akan

timbul kalau yang diteliti terlalu banyak. Karenanya akan diperoleh data

yang tidak dapat dipercaya kebenarannya. Kesalahan akan lebih besar

terjadi ketika mencatat dan menyalin data dari formulir isian hasil sensus

dari pada hasil sampling. Umumnya, menguasai objek yang sedikit

hasilnya lebih baik daripada menguasai objek terlalu banyak.

f)Faktor ekonomis

Dengan faktor ekonomis diartikan: apakah kegunaan dari hasil

penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga yang telah

dikeluarkan untuk itu ataukah tidak. Jika tidak, mengapa harus dilakukan

sensus, yang jelas akan memakan biaya, waktu dan tenaga yang
banyak? Faktor ekonomis ini sering dilupakan, karenanya perlu

mendapatkan perhatian sewajarnya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendahuluan

1. Latar Belakang
Latar belakang berisi tentang event dan probabilitas dalam ilmu

statistik agar kita dapat mengetahui dan lebih memahami fungsi dari

ilmu statistik dibidang industri. Event dan probabilitas digunakan untuk

memperkirakan/mengetahui kemungkinan – kemungkinan dari suatu

peristiwa.

2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini yaitu, untuk menerapkan definisi empiris

dan probabilitas munculnya suatu peristiwa, agar praktikan dapat

mengetahui nilai probabilitas berdasarkan pendekatan frekuensi relatif,

dapat mengetahui peristiwa yang bersifat mutually exclusive dan untuk

mengetahui probabilitas bersyarat.

3. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan selama praktikum yaitu :

1. Koin (Rp.200, Rp.500, dan Rp.1000)

2. Palet berwarna hijau, putih, dan hitam

3. Dua buah dadu

4. Kartu UNO

5. Kalkulator

6. Lembar pengamatan

7. Media pengujian

4. Langkah – Langkah Percobaan

a. Percobaan Apriori dan Frekuensi Relatif

1. Lemparkan uang logam yang permukaannya seimbang

2. Catat permukaan yang muncul

3. Ulangi langkah 1 – 2 untuk masing – masing sebanyak 20, 60

dan 80 kali

4. Hitung frekuensi kemunculan masing – masing permukaan


5. Bandingkan hasil tersebut dengan nilai ekspektasi

6. Hitung probabilitas kemunculan masing – masing permukaan

7. Buat kesimpulan

8. Acak Kartu UNO

9. Ambil Kartu UNO

10. Catat permukaan yang muncul pada Kartu UNO (+) atau (-)

11. Ulangi Langkah 1 – 2 untuk Kartu UNO sebanyak 20, 60, dan

80 kali

12. Hitung frekuensi kemunculan masing – masing permukaan

13. Bandingkan hasil tersebut dengan nilai ekspektasi

14. Hitung probabilitas kemunculan masing – masing permukaan

15. Buat kesimpulan

b. Percobaan Peristiwa Independent

1. Acak palet

2. Tekan tombol on pada alat lalu pilih statistik

3. Tarik pegas

4. Ambil sebuah palet

5. Catat warna palet yang terambil (hijau, putih, dan hitam)

6. Ulangi langkah 1 – 2 masing – masing sebanyak 20, 60 dan 80

kali

7. Hitung frekuensi kemunculan masing – masing warna palet

8. Bandingkan hasil percobaan dengan nilai ekspektasi

9. Buat kesimpulan

c. Percobaan Probabilitas Bersyarat

1. Acak palet

2. Tekan tombol on pada alat lalu pilih statistik

3. Tarik pegas
4. Ambil sebuah palet dan catat hasilnya, dilanjutkan dengan

pengambilan sebuah palet berikutnya dan catat hasilnya

5. Kembalikan sampel tersebut ke media

6. Ulangi langkah 1 – 3 masing – masing sebanyak 20, 60, dan 80

kali

7. Hitung kemunculan masing – masing palet

8. Bandingkan hasil percobaan dengan nilai ekspektasi

9. Buat kesimpulan

d. Percobaan Mutually Exclusive

1. Lemparkan dua buah dadu

2. Catat angka yang muncul

3. Ulangi langkah 1 – 2 sebanyak 20, 60 dan 80 kali

4. Bandingkan hasil percobaan dengan nilai ekspektasi

5. Buat kesimpulan

3.2 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka pada laporan ini berisi tentang materi event dan

probabilitas yang diperoleh dari hasil referensi buku – buku mengenai event

dan probabilitas dan jurnal digital.

3.3 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian dalam laporan ini berisi urutan atau langkah –

langkah yang harus dikerjakan ketika menyusun laporan.

3.4 Pengumpulan Data

Data yang diperoleh merupakan hasil pengambilan secara acak terhadap

beberapa percobaan dimulai dari data koin Rp. 200, Rp. 500, Rp. 1000,

Kartu UNO, palet berwarna hijau, putih, dan hitam, dan dua buah dadu.
3.5 Pengolahan Data

1. Menghitung frekuensi kemunculan tiap media.

2. Menentukan nilai ekspektasi kemunculan tiap media.

3. Menghitung persentase kemunculan tiap media.

4. Menentukan perbandingan kemunculan tiap media.

3.6 Analisis dan Pembahasan

Analisis dan pembahasan berisi tentang pemaparan langkah – langkah

mengolah data yang diperoleh selama praktikum.

3.7 Penutup

Event dan probabilitas memudahkan kita untuk memperhitungkan

kemungkinan – kemungkinan yang akan terjadi pada suatu peristiwa.

3.8 Flowchart

3.8.1 Flowchart Keseluruhan

Mulai
Latar Belakang

Tujuan Praktikum

Tinjauan Pustaka

Pengumpulan Data
1. Pengamatan
2. Pengukuran

Pengolahan Data

1. Mencatat data permukaan koin yang muncul

2. Mencatat data uno yang muncul

3. Mencatat data warna palet yang muncul

4. Mencatat data mata dadu yang muncul

5. Menghitung frekuensi kemunculan masing – masing

6. Bandingkan dengan nilai ekspektasinya

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Keseluruhan

3.8.2 Flowchart Percobaan Apriori dan Frekuensi Relatif

a. Percobaan Apriori Untuk Koin Rp. 200

Mulai
Lemparkan koin yang
permukaan seimbang

Catat permukaan yang


muncul

tidak
N = 20,60,
80?

ya

Hitung frekuensi
kemunculan permukaan

Hitung ekspektasi kemunculan


permukaan

Hitung persentase kemunculan


masing-masing sisi

Bandingkan dengan nilai


ekspektasi sebenarnya

Buat kesimpulan

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Percobaan Apriori Koin Rp. 200

b. Percobaan Apriori Untuk Koin Rp. 500

Mulai

Lemparkan koin yang


permukaan seimbang

Catat permukaan yang


muncul
tidak
N = 20,60,
80?

ya

Hitung frekuensi
kemunculan permukaan

Hitung ekspektasi kemunculan


permukaan

Hitung persentase kemunculan


masing-masing sisi

Bandingkan dengan nilai


ekspektasi sebenarnya

Buat kesimpulan

Selesai

Gambar 3.3 Flowchart Percobaan Apriori Koin Rp. 500

c. Percobaan Apriori Untuk Koin Rp. 1000

Mulai

Lemparkan koin yang


permukaan seimbang

Catat permukaan yang


muncul
tidak
N = 20,60,
80?

ya

Hitung frekuensi
kemunculan permukaan

Hitung ekspektasi kemunculan


permukaan

Hitung persentase kemunculan


masing-masing sisi

Bandingkan dengan nilai


ekspektasi sebenarnya

Buat kesimpulan

Selesai

Gambar 3.4 Flowchart Percobaan Apriori Koin Rp. 1.000

d. Percobaan Frekuensi Relatif Untuk Kartu UNO

Mulai

Ambil media
Ambil Kartu Uno pada
permukaan

Catat permukaan yang


muncul (+) atau (-)

Kembalikan sampel ke
dalam media

ya

N =20,60,
80?

Hitung frekuensi
kemunculan
Permukaan (+) Permukaan (-)
permukaan

Hitung ekspektasi kemunculan


permukaan

Hitung persentase kemunculan


masing-masing sisi

Bandingkan dengan nilai


ekspektasi sebenarnya

Buat kesimpulan

Selesai

Gambar 3.5 Flowchart Percobaan Frekuensi Relatif K. UNO


3.8.3 Flowchart Percobaan Independent

Mulai

Tuangkan pallet kedalam wadah


alat yang telah disediakan
Aduk media

Ambil sebuah palet yang


terambil

Catat warna palet yang keluar


dari logictic system

Kembalikan palet ke dalam alat

N =20,60,
80?
Data tidak cukup

Hitung frekuensi kemunculan palet

Hitung ekspektasi kemunculan

Hitung persentase kemunculan

Bandingkan dengan nilai ekspektasinya

Buat kesimpulan

Selesai

Gambar 3.6 Flowchart Percobaan Independent

3.8.4 Flowchart Percobaan Probabilitas Bersyarat

Mulai

Penentuan warna pallet cacat


(putih, hitam, hijau)
Tuangkan palet wadah

Aduk palet

Catat palet yang terambil


(Hijau, Putih, Hitam) Sesuai warna yang
telah ditentukan
(hitam, putih, hijau)
Kembalikan palet ke wadah

tidak
N =20,60,
80?

Hitung frekuensi kemunculan

Tentukan nilai ekspektasinya

Hitung persentase kemunculan

Bandingkan dengan
nilai ekspektasinya

Buat kesimpulan

Selesai

Gambar 3.7 Flowchart Percobaan Probabilitas Bersyarat

3.8.5 Flowchart Percobaan Mutually Exclusive

Mulai
Lemparkan dua
buah dadu

Catat nilai
yang muncul

tidak
N = 20,60,
80?

ya

Hitung frekuensi
kemunculan

Hitung nilai ekspektasi


yang sebenarnya

Hitung persentase
kemunculan

Bandingkan dengan
nilai ekspektasinya

Buat kesimpulan

Selesai

Gambar 3.8 Flowchart Percobaan Mutually Exlusive

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Percobaan Apriori Dan Frekuensi Relatif

Tabel 4.1 Data Pengamatan Apriori dan Frekuensi Relatif

Tabel Pengamatan Apriori + Frekuensi Relatif


N = 20 N = 60 N = 80
Perc. Perc. Perc.
Ke 500 K. UNO Ke 200 1000 Ke 500 200
Apriori F. Relatif Apriori F. Relatif Apriori F. Relatif
1 BM + 1 AG AG 1 G G
2 BM - 2 AG AG 2 G G
3 BM + 3 AG AK 3 G G
4 G - 4 G AK 4 G AG
5 G + 5 AG AK 5 AG G
6 G + 6 AG AK 6 AG G
7 BM + 7 G AG 7 G G
8 BM - 8 AG AG 8 AG AG
9 G + 9 AG AK 9 G AG
10 BM - 10 G AG 10 G G
11 BM - 11 G AK 11 AG AG
12 G + 12 AG AK 12 AG AG
13 G - 13 AG AG 13 G G
14 G - 14 G AG 14 AG G
15 BM + 15 AG AK 15 AG AG
16 BM + 16 AG AG 16 AG AG
17 G + 17 G AK 17 G G
18 BM - 18 G AK 18 G AG
19 BM + 19 AG AG 19 AG AG
20 G + 20 AG AK 20 AG G
      21 G AK 21 G G
    22 G AK 22 AG AG
      23 G AG 23 AG AG
      24 AG AG 24 G G
      25 G AK 25 G G
      26 AG AK 26 AG AG
      27 G AK 27 AG AG
      28 G AG 28 AG G
      29 AG AG 29 G G
      30 AG AK 30 G AG
      31 G AK 31 AG AG
      32 G AK 32 AG G
      33 AG AG 33 G AG
      34 G AG 34 AG AG
      35 AG AK 35 G G
      36 G AG 36 AG AG
      37 AG AK 37 AG AG
      38 AG AK 38 G G
      39 AG AG 39 G G
      40 G AK 40 G AG
      41 AG AG 41 AG G
      42 AG AK 42 G G
      43 G AK 43 G AG
      44 G AG 44 AG G
      45 AG AK 45 AG G
      46 AG AG 46 G G
      47 AG AK 47 AG AG
      48 G AG 48 AG AG
      49 G AK 49 G G
      50 G AG 50 AG AG
      51 AG AK 51 AG G
      52 AG AK 52 AG AG
      53 G AK 53 G AG
      54 AG AG 54 AG G
      55 AG AG 55 G AG
      56 G AK 56 AG G
      57 G AK 57 G AG
      58 AG AK 58 AG G
      59 AG AG 59 AG G
      60 G AK 60 G G
            61 AG AG
          62 AG AG
            63 G G
            64 G AG
            65 G G
            66 AG AG
            67 G G
            68 AG AG
            69 G G
            70 G AG
            71 G G
            72 AG AG
            73 G AG
            74 AG AG
            75 AG G
            76 G G
            77 G AG
            78 G G
            79 AG AG
          80 G AG

Sumber: Data Pengamatan (2022)

Keterangan:

AG : Angka

G : Garuda

BM : Bunga Melati

AK : Angklung

4.1.2 Percobaan Peristiwa Independent

Tabel 4.2 Data Pengamatan Peristiwa Independent

Tabel Pengamatan Peristiwa Independent


Perc. Ke N = 20 Perc. Ke N = 60 Perc. Ke N = 80
1 HT 1 P 1 P
2 HT 2 P 2 HJ
3 HJ 3 HT 3 HT
4 P 4 HT 4 P
5 HT 5 HJ 5 HT
6 HT 6 HT 6 P
7 HJ 7 HT 7 HJ
8 P 8 P 8 P
9 HJ 9 P 9 HT
10 P 10 HJ 10 HT
11 P 11 HT 11 P
12 HT 12 HT 12 P
13 HT 13 HJ 13 HT
14 HJ 14 P 14 HJ
15 P 15 P 15 HT
16 HT 16 HT 16 P
17 HJ 17 HJ 17 HJ
18 P 18 P 18 HT
19 HJ 19 HJ 19 HJ
20 P 20 HJ 20 P
21 HT 21 P
22 P 22 HT
23 P 23 HJ
24 HJ 24 HJ
25 HT 25 P
26 HJ 26 P
27 P 27 HJ
28 HJ 28 HT
29 HT 29 P
30 HT 30 P
31 HT 31 P
32 P 32 HT
33 HJ 33 HT
34 HJ 34 HJ
35 P 35 HJ
36 HJ 36 HJ
37 HT 37 P
38 HT 38 P
39 P 39 HT
40 P 40 HJ
41 HT 41 HT
42 HJ 42 HJ
43 HT 43 P
44 P 44 P
45 HT 45 HT
46 HT 46 P
47 P 47 HJ
48 HJ 48 HJ
49 HJ 49 HT
50 P 50 HJ
51 P 51 HT
52 HT 52 HT
53 HJ 53 P
54 HJ 54 HJ
55 P 55 P
56 HT 56 P
57 HJ 57 HT
58 HT 58 HT
59 HT 59 HJ
60 HJ 60 P
61 P
62 HT
63 HT
64 HT
65 HJ
66 P
67 HJ
68 HJ
69 P
70 P
71 HT
72 P
73 HJ
74 HT
75 HT
76 P
77 P
78 HJ
79 HT
80 HT

Sumber: Data Pengamatan (2022)

Keterangan:

HT : Hitam

P : Putih

HJ : Hijau

4.1.3 Percobaan Probabilitas Bersyarat

4.1.3.1 Pola Pengambilan Pertama Warna Hitam

Tabel 4.3 Data Pengamatan Pola Pengambilan Pertama

Dengan Syarat Hitam


Tabel Pengamatan Bersyarat Hitam
Perc. Ke N = 20 Perc. Ke N = 60 Perc. Ke N = 80
1 HT 1 HT 1 HT
2 HJ 2 HT 2 P
3 HT 3 P 3 HT
4 P 4 HT 4 HJ
5 HT 5 HJ 5 HJ
6 P 6 P 6 P
7 P 7 HT 7 P
8 HT 8 HJ 8 HJ
9 HJ 9 HJ 9 HJ
10 HT 10 P 10 HT
11 HJ 11 HJ 11 P
12 P 12 HT 12 P
13 P 13 HT 13 P
14 HJ 14 P 14 HT
15 P 15 P 15 HJ
16 HJ 16 HJ 16 P
17 HT 17 HT 17 HJ
18 HT 18 HT 18 P
19 P 19 HJ 19 HT
20 HJ 20 P 20 HT
    21 HT 21 HJ
    22 HJ 22 P
    23 HJ 23 P
    24 P 24 HT
    25 HJ 25 HJ
    26 P 26 HT
    27 P 27 P
    28 HT 28 HT
    29 HJ 29 P
    30 HT 30 HJ
    31 HJ 31 HT
    32 P 32 HT
    33 HJ 33 P
    34 HJ 34 HT
    35 P 35 HJ
    36 P 36 P
    37 HT 37 HJ
    38 HJ 38 P
    39 HT 39 P
    40 HJ 40 HT
    41 HT 41 HJ
    42 P 42 P
    43 P 43 HT
    44 HJ 44 HJ
    45 HT 45 P
    46 P 46 HJ
    47 HJ 47 HT
    48 HT 48 P
    49 HT 49 HJ
    50 HJ 50 HT
    51 HJ 51 HT
    52 HT 52 P
    53 P 53 HJ
    54 P 54 P
    55 HT 55 HJ
    56 P 56 HT
    57 HT 57 P
    58 HJ 58 P
    59 HJ 59 HT
    60 HT 60 HJ
        61 HJ
        62 HT
        63 HT
        64 HJ
        65 P
        66 P
        67 HT
        68 HJ
        69 HT
        70 HT
        71 P
        72 HJ
        73 HT
        74 P
        75 P
        76 HT
        77 HJ
        78 P
        79 HJ
        80 HJ
Sumber: Data Pengamatan (2022)

Keterangan:

HT : Hitam

P : Putih

HJ : Hijau

4.3.1.2 Pengambilan Pertama Warna Putih

Tabel 4.4 Data Pengamatan Pola Pengambilan Pertama

Dengan Syarat Putih

Tabel Pengamatan Bersyarat Putih


Perc. Ke N = 20 Perc. Ke N = 60 Perc. Ke N = 80
1 P 1 P 1 P
2 HJ 2 HJ 2 HJ
3 HT 3 P 3 HJ
4 P 4 HT 4 P
5 HT 5 P 5 P
6 HT 6 HJ 6 HT
7 HJ 7 HT 7 HJ
8 P 8 P 8 P
9 HJ 9 HT 9 HT
10 HJ 10 HT 10 HT
11 P 11 HJ 11 P
12 HT 12 P 12 HJ
13 P 13 P 13 P
14 P 14 HJ 14 HT
15 HT 15 HT 15 HJ
16 P 16 HJ 16 HJ
17 HT 17 P 17 HT
18 HJ 18 P 18 HJ
19 HJ 19 HJ 19 P
20 P 20 HT 20 P
    21 HT 21 HT
    22 HJ 22 HJ
    23 P 23 HT
    24 HJ 24 P
    25 HT 25 HT
    26 P 26 P
    27 HT 27 P
    28 HJ 28 HT
    29 P 29 P
    30 P 30 HJ
    31 HT 31 HT
    32 P 32 HJ
    33 HJ 33 P
    34 HT 34 P
    35 HJ 35 HT
    36 P 36 HJ
    37 P 37 P
    38 HT 38 HT
    39 HJ 39 HT
    40 P 40 HJ
    41 P 41 HT
    42 HJ 42 P
    43 HT 43 P
    44 HJ 44 HJ
    45 HJ 45 P
    46 HT 46 HJ
    47 P 47 HT
    48 P 48 P
    49 HT 49 HT
    50 HJ 50 P
    51 HT 51 P
    52 HT 52 HT
    53 HJ 53 HJ
    54 P 54 P
    55 P 55 HJ
    56 HT 56 HJ
    57 P 57 HT
    58 HJ 58 HJ
    59 HJ 59 P
    60 P 60 P
        61 HT
        62 P
        63 HJ
        64 P
        65 P
        66 HJ
        67 HT
        68 HT
        69 P
        70 HJ
        71 HJ
        72 HT
        73 HJ
        74 P
        75 P
        76 HJ
        77 HJ
        78 P
        79 HT
        80 HJ

Sumber: Data Pengamatan (2022)

Keterangan:

HT : Hitam

P : Putih

HJ : Hijau

4.3.1.3 Pengambilan Pertama Warna Hijau

Tabel 4.5 Pengamatan Pola Pengambilan Pertama Dengan

Syarat Hijau

Tabel Pengamatan Bersyarat Hijau


Perc. Ke N = 20 Perc. Ke N = 60 Perc. Ke N = 80
1 HJ 1 HJ 1 HJ
2 HJ 2 HT 2 P
3 P 3 P 3 P
4 P 4 P 4 HT
5 HT 5 HT 5 P
6 HT 6 HJ 6 P
7 P 7 HT 7 HJ
8 HJ 8 P 8 HJ
9 P 9 HJ 9 P
10 HT 10 HT 10 HT
11 P 11 HJ 11 P
12 HT 12 HT 12 HT
13 HJ 13 P 13 HJ
14 P 14 P 14 HT
15 HJ 15 HT 15 HT
16 P 16 HJ 16 HJ
17 HT 17 P 17 P
18 P 18 HT 18 P
19 HJ 19 HT 19 HJ
20 P 20 P 20 HJ
    21 P 21 HT
    22 P 22 P
    23 HT 23 HT
    24 HJ 24 HT
    25 HJ 25 P
    26 HT 26 HJ
    27 HT 27 P
    28 HJ 28 HJ
    29 P 29 HJ
    30 HJ 30 HT
    31 P 31 HJ
    32 HJ 32 HJ
    33 P 33 P
    34 HT 34 HT
    35 HT 35 P
    36 HJ 36 HT
    37 P 37 P
    38 HJ 38 P
    39 HT 39 HJ
    40 HT 40 P
    41 P 41 HJ
    42 HJ 42 P
    43 HT 43 HJ
    44 HJ 44 HT
    45 HJ 45 HT
    46 HT 46 HT
    47 P 47 P
    48 P 48 HT
    49 HJ 49 HJ
    50 P 50 HJ
    51 P 51 HJ
    52 HJ 52 P
    53 HT 53 HT
    54 HJ 54 HJ
    55 HJ 55 HT
    56 HT 56 P
    57 P 57 P
    58 P 58 HT
    59 HJ 59 HJ
    60 P 60 P
        61 P
        62 HJ
        63 HJ
        64 P
        65 HT
        66 HT
        67 P
        68 P
        69 HJ
        70 HT
        71 HJ
        72 HJ
        73 P
        74 P
        75 HT
        76 P
        77 HT
        78 P
        79 HT
        80 HJ

Sumber: Data Pengamatan (2022)

Keterangan:

HT : Hitam

P : Putih

HJ : Hijau

4.1.4 Percobaan Mutually Exclusive

Tabel 4.6 Pengamatan Mutually Exclusive

Tabel Pengamatan Mutually Exclusive


N = 20 N = 60 N = 80
Perc Dadu Dadu Jml Perc Dadu Dadu Jml Perc Dadu Dadu Jml
Ke I II Ke I II Ke I II
1 3 3 6 1 5 5 10 1 1 6 7
2 1 6 7 2 2 3 5 2 6 6 12
3 3 5 8 3 3 5 8 3 3 1 4
4 5 6 11 4 5 4 9 4 2 3 5
5 2 2 4 5 4 5 9 5 3 4 7
6 3 5 8 6 4 2 6 6 4 5 9
7 2 6 8 7 1 3 4 7 3 2 5
8 1 1 2 8 6 3 9 8 4 4 8
9 4 2 6 9 6 5 11 9 6 5 11
10 6 5 11 10 5 3 8 10 5 5 10
11 2 2 4 11 4 2 6 11 3 6 9
12 2 1 3 12 2 4 6 12 4 2 6
13 6 1 7 13 4 3 7 13 6 5 11
14 1 2 3 14 4 1 5 14 6 6 12
15 3 5 8 15 4 4 8 15 5 3 8
16 1 4 5 16 1 6 7 16 1 2 3
17 6 1 7 17 6 5 11 17 4 3 7
18 4 3 7 18 2 6 8 18 6 1 7
19 3 3 6 19 1 5 6 19 5 2 7
20 2 1 3 20 6 5 11 20 1 3 4
        21 4 1 5 21 5 2 7
        22 6 4 10 22 6 2 8
        23 5 6 11 23 6 6 12
        24 6 5 11 24 5 3 8
        25 4 4 8 25 2 2 4
        26 6 4 10 26 3 3 6
        27 1 5 6 27 4 2 6
        28 2 4 6 28 6 5 11
        29 3 1 4 29 5 2 7
        30 4 1 5 30 5 4 9
        31 6 6 12 31 4 2 6
        32 2 5 7 32 5 4 9
        33 4 1 5 33 3 3 6
        34 5 5 10 34 4 1 5
        35 3 2 5 35 2 1 3
        36 6 5 11 36 4 5 9
        37 2 6 8 37 6 3 9
        38 4 3 7 38 2 1 3
        39 6 4 10 39 4 3 7
        40 3 5 8 40 6 6 12
        41 5 1 6 41 6 5 11
        42 4 6 10 42 3 2 5
        43 6 6 12 43 4 1 5
        44 5 3 8 44 3 2 5
        45 2 1 3 45 4 6 10
        46 6 3 9 46 6 1 7
        47 3 2 5 47 4 5 9
        48 4 4 8 48 3 1 4
        49 3 6 9 49 2 5 7
        50 4 4 8 50 6 3 9
        51 3 5 8 51 5 2 7
        52 2 1 3 52 2 1 3
        53 4 6 10 53 4 3 7
        54 5 2 7 54 6 1 7
        55 2 6 8 55 6 4 10
        56 6 6 12 56 3 2 5
        57 6 3 9 57 4 5 9
        58 4 4 8 58 6 3 9
        59 3 2 5 59 5 5 10
        60 1 2 3 60 2 1 3
                61 6 2 8
                62 3 1 4
                63 2 4 6
                64 6 5 11
                65 4 4 8
                66 5 4 9
                67 3 1 4
                68 2 2 4
                69 3 6 9
                70 1 2 3
                71 4 2 6
                72 6 6 12
                73 5 6 11
                74 4 3 7
                75 2 6 8
                76 3 4 7
                77 6 5 11
                78 4 4 8
                79 6 2 8
                80 3 3 6

Sumber: Data Pengamatan (2022)

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 Percobaan Apriori (seimbang = ½)

N = 20

Keterangan : BM = Bunga Melati

G = Garuda

Koin = Rp. 500

a.Frekuensi kemunculan permukaan sisi koin BM = 11 kali

b.Frekuensi kemunculan permukaan sisi koin G = 9 kali

c.Nilai ekspektasi kemunculan permukaan sisi koin BM :

Ne(S) = ½.n → ½.20 = 10 kali

d.Nilai ekspektasi kemunculan permukaan sisi koin G:

Ne(G) = ½.n → ½.20 = 10 kali

e.Persentase kemunculan permukaan sisi koin BM dengan frekuensi

Nilai Ekspektasi−Frek . Kemunculan


nilai ekspektasi = x 100 %
N

10−11 11−10
= 100 %= 100 % = 5%
20 20

f. Persentase kemunculan permukaan sisi koin G dengan frekuensi

Nilai Ekspektasi−Frek . Kemunculan


nilai ekspektasi = x 100 %
N

10−9
= 100 % = 5%
20

g.Perbandingan antara ferkuensi kemunculan permukaan sisi koin

untuk BM lebih besar dari nilai ekspektasinya, yaitu 11 > 10 dan

Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan sisi koin

untuk G lebih kecil dari nilai ekspektasinya, yaitu 9 < 10.

N = 60

Keterangan : G = Garuda

AG = Angka
Koin = Rp. 200

a. Frekuensi kemunculan permukaan sisi koin G = 33 kali

b. Frekuensi kemunculan permukaan sisi koin AG = 27 kali

c. Nilai ekspektasi kemunculan permukaan sisi koin G:

Ne(G) = ½.n→½.60 = 30 kali muncul

d. Nilai ekspektasi kemunculan permukaan sisi koin AG:

Ne(AG) = ½.n→½.60 = 30 kali muncul

e. Prosentase kemunculan permukaan sisi koin G dengan frekuensi

Nilai Ekspektasi−Frek . Kemunculan


nilai ekspektasi = x 100 %
N

30−33 33−30
= x 100 %= x 100 %=5 %
60 60

f. Prosentase kemunculan permukaan sisi koin AG dengan

frekuensi nilai ekspektasi =

Nilai Ekspektasi−Frek . Kemunculan


x 100 %
N

30−27
¿ x 100 %=¿ 5%
60

g. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan sisi koin

untuk G lebih besar dari nilai ekspektasinya, yaitu 40 > 30

sedangkan perbandingan antara frekuensi kemunculan

permukaan sisi koin untuk AG lebih kecil dari nilai ekspektasinya,

yaitu 27 < 30

N = 80

Keterangan : G = Garuda

BM = Bunga melati

Koin = Rp. 500

a.Frekuensi kemunculan permukaan sisi koin G = 40 kali


b.Frekuensi kemunculan permukaan sisi koin BM = 40 kali

c.Nilai ekspektasi kemunculan permukaan sisi koin G:

Ne(G) = ½.n→½.80 = 40 kali

d. Nilai ekspektasi kemunculan permukaan sisi koin B:

Ne(BM) = ½.n→ 80 = 40 kali

e. Persentase kemunculan permukaan sisi koin G dengan frekuensi

Nilai Ekspektasi−Frek . Kemunculan


nilai ekspektasi = x 100 %
N

40−40 40 – 40
= x 100 %= x 100 %=0 %
80 80

f. Persentase kemunculan permukaan sisi koin BM dengan frekuensi

Nilai Ekspektasi−Frek . Kemunculan


nilai ekspektasi = x 100 %
N

40−40
= x 100 %=0 %
80

g.Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan sisi koin

untuk G sama dengan nilai ekspektasinya, yaitu 40 = 40

sedangkan perbandingan antara frekuensi kemunculan

permukaan sisi koin untuk BM sama dengan nilai ekspektasinya,

yaitu 40 = 40

4.2.2 Percobaan Relatif (Tidak Seimbang)

N = 20

Keterangan : + = Positif

- = Negatif

a. Frekuensi kemunculan sisi + = 12 kali

b. Frekuensi kemunculan sisi - = 8 kali


c. Nilai ekspektasi sisi + :

Ne(+) = 2/3.n = 2/3.20 = 13,33

d. Nilai ekspektasi sisi - :

Ne(-) = 1/3.n = 1/3.20 = 6,66

e. Peluang kemunculan koin sisi + = 12/n = 12/20 = 0,6

f. Probabilitas 1 – 0,60 = 0,40

g. Perbandingan peluang kemunculan koin sisi (+) lebih besar dari

koin sisi (-) yaitu 0,60 > 0,40

Frek . Kemunculan
h. Persentase kemunculan koin sisi + = x 100 %
N

12
= x 100 %=60 %
20

i. Peluang kemunculan koin sisi - = 8/n =8/20 = 0,40

j. Probabilitas 1 – 0,40 = 0,60

k. Perbandingan peluang kemunculan koin sisi (-) lebih kecil dari

koin sisi (+) yaitu 0,60 < 0,40

Frek . Kemunculan
l. Persentase kemunculan koin sisi - = x 100 %
N

8
= x 100 %=40 %
20

m. Perbandingan antara frekuensi kemunculan koin sisi (+) lebih

kecil dari nilai ekspektasinya yaitu 12 < 13,33 sedangkan

kemunculan koin tanda (-) lebih besar dari nilai ekspektasinya,

yaitu 8 > 6,66

N = 60

Keterangan : AK = Angklung

AG = Angka

Koin = Rp. 1000


a. Frekuensi kemunculan permukaan sisi AK = 33 kali

b. Frekuensi kemunculan permukaan sisi AG = 27 kali

c. Nilai ekspektasi permukaan sisi AG :

Ne(AK) = 2/3.n = 2/3.60 = 40

d. Nilai ekspektasi permukaan sisi S :

Ne(AG) = 1/3.n = 1/3.60 = 20

e. Peluang kemunculan permukaan sisi AK = 33/n = 33/60 = 0,55

f. Probabilitas 1 – 0.55 = 0.45

g. Perbandingan peluang kemunculan permukaan sisi AK lebih

besar dari permukaan sisi AG yaitu 0.55 > 0.45

h. Persentase kemunculan permukaan sisi AK adalah

Frek . Kemunculan
i. = x 100 %
N

32
= x 100 %=55 %
60

j. Peluang kemunculan permukaan sisi AG = 27/n = 27/60 = 0,45

k. Probabilitas 1 – 0,45 = 0,55

Perbandingan peluang kemunculan permukaan sisi AG lebih

kecil dari permukaan sisi AK yaitu 0,45 < 0.55.

l. Persentase kemunculan permukaan sisi G

Frek . Kemunculan
= x 100 %
N

27
= x 100 %=45 %
60

m. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan sisi AK

lebih kecil dari nilai ekspektasinya yaitu 33 < 40 sedangkan

frekuensi kemunculan permukaan sisi AG lebih besar dari nilai

ekspektasinya, yaitu 27 > 20


N = 80

Keterangan : G = Garuda

AG = Angka

Koin = Rp. 200

a. Frekuensi kemunculan permukaan sisi G = 41 kali

b. Frekuensi kemunculan permukaan sisi AG = 39 kali

c. Nilai ekspektasi permukaan sisi (G) = Ne(G) = 2/3.n = 2/3.80 =

53,33

d. Nilai ekspektasi permukaan sisi (AG) = Ne(S) = 1/3.n = 1/3.80 =

26,66

e. Peluang kemunculan permukaan sisi (G) = 41/n = 41/80 = 0,51.

f. Probabilitas 1 – 0,51 = 0,49.

g. Perbandingan peluang kemunculan permukaan sisi (G) lebih

besar dari permukaan sisi (AG) yaitu 0,51 > 0,49

h. Persentase kemunculan permukaan sisi (G)

Frek . Kemunculan 41
= x 100 %= x 100 %=51 %
N 80

i. Peluang kemunculan permukaan sisi (AG) = 39/n = 39/80 = 0,49.

j. Probabilitas 1 – 0,49 = 0,51

k. Perbandingan peluang kemunculan permukaan sisi (AG) lebih

kecil dari Permukaan sisi (G) yaitu 0,49 < 0,51.

l. Persentase kemunculan permukaan sisi (A)

Frek . Kemunculan 39
= x 100 %= x 100 %=49 %
N 80

m. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan sisi (G)

lebih kecil dari nilai ekspektasinya yaitu 41 < 53,33 sedangkan


frekuensi kemunculan permukaan sisi (AG) lebih besar dari nilai

ekspektasinya, yaitu 39 > 26,66

4.2.3 Percobaan Independent

Jumlah pallet warna putih =40

Jumlah pallet warna hitam = 40

Jumlah pallet warna hijau = 20

N = 20

a. Frekuensi pengambilan pallet warna putih = 7 kali

b. Frekuensi pengambilan pallet warna hitam = 7 kali

c. Frekuensi pengambilan pallet warna hijau = 6 kali

d. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna putih, Ne(P) =

40/100.n = 40/100.20 = 8 kali

e. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna hitam, Ne(Ht) =

40/100.20 = 8 kali

f. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna hijau, Ne(Hj) =

20/100.20 = 4 kali

g. Persentase kemunculan pallet warna putih

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
20

8−7
= x 100 %=5 %
20

h. Persentase kemunculan pallet warna hitam

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
20

8−7
= x 100 %=5 %
20

i. Persentase kemunculan pallet warna hijau


Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan
= x 100 %
20

4−6 6−4
¿ x 100 %= x 100 %=10 %
20 20

j. Perbandingan frekuensi kemunculan pallet warna putih lebih kecil

dari nilai ekspektasi pallet warna putih, yaitu 7 < 8, frekuensi

kemunculan pallet warna hitam lebih kecil dari nilai ekspektasi

pallet warna hitam, yaitu 7 < 8 dan frekuensi kemunculan pallet

warna hijau lebih besar dari nilai ekspektasi pallet warna hijau,

yaitu 6 > 4

N = 60

a. Frekuensi pengambilan pallet warna putih = 19 kali

b. Frekuensi pengambilan pallet warna hitam = 22 kali

c. Frekuensi pengambilan pallet warna hijau = 19 kali

d. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna putih, Ne(P) =

40/100.n = 40/100.60 = 24 kali

e. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna hitam, Ne(Ht) =

40/100.60 = 24 kali

f. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna hijau, Ne(Hj) =

20/100.60 = 12 kali

g. Persentase kemunculan pallet warna putih

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
60

24−19
= x 100 %=8,33 %
60

h. Persentase kemunculan pallet warna hitam

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
60
24−22
= x 100 %=3,33 %
60

i. Persentase kemunculan pallet warna hijau

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
60

12−20 20−12
= x 100 %= x 100 %=13,33 %
60 60

j. Perbandingan frekuensi kemunculan pallet warna putih lebih

kecil dari pada nilai ekspektasi pallet warna putih, yaitu 19 < 24,

perbandingan frekuensi kemunculan pallet warna hitam lebih

kecil dari pada nilai ekspektasi pallet warna hitam, yaitu 22 < 24,

sedangkan perbandingan frekuensi kemunculan pallet warna

hijau lebih besar dari pada nilai ekspektasi pallet warna hijau,

yaitu 20 > 12.

N = 80

a. Frekuensi pengambilan pallet warna putih = 30 kali

b. Frekuensi pengambilan pallet warna hitam = 27 kali

c. Frekuensi pengambilan pallet warna hijau = 23 kali

d. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna putih, Ne(P) =

40/100.80 = 32 kali

e. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna hitam, Ne(Ht) =

40/100.80 = 32 kali

f. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna hijau, Ne(Hj) =

20/100.80 = 16 kali

g. Presentase kemunculan pallet warna putih

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
80
32−30
= x 100 %=2,50 %
80

h. Presentase kemunculan pallet warna hitam

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
80

32−27
= x 100 %=6,25 %
80

i. Presentase kemunculan pallet warna hijau

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
80

16−23 23−16
= x 100 %= x 100 %=8,75 %
80 80

j. Perbandingan frekuensi kemunculan pallet warna putih lebih

kecil dari pada nilai ekspektasi pallet warna putih, yaitu 30 < 32,

perbandingan frekuensi kemunculan pallet warna hitam lebih

kecil dari pada nilai ekspektasi pallet warna hitam, yaitu 27 < 32

dan perbandingan frekuensi kemunculan pallet warna hijau lebih

besar dari pada nilai ekspektasi pallet warna hijau, yaitu 23 > 16.

4.2.4 Probabilitas Bersyarat

a. Untuk Palet Dengan Syarat Hitam

Jumlah pallet warna putih = 40

Jumlah pallet warna hitam = 40

Jumlah pallet warna hijau = 20

N = 20

a. Frekuensi kemunculan pallet baik (P/Ht) = 7 kali muncul

b. Frekuensi kemunculan pallet cacat (Ht/Ht) = 6 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet baik (Hj/Ht) = 7 kali muncul


d. Nilai ekspektasi pallet baik; Ne(P/Ht) = 40/99.20 = 8,08 kali

muncul

e. Nilai ekspektasi pallet cacat; Ne(Ht/Ht) = 39/99.20 = 7,87 kali

muncul

f. Nilai ekspektasi pallet baik; Ne(Hj/Ht) = 20/99.20 = 4,04 kali

muncul

g. Persentase kemunculan pallet baik (putih)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
20

8,08−7
= x 100 %=5,25 %
20

h. Persentase kemunculan pallet cacat (hitam)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
20

7,87−6
= x 100 %=9,35 %
20

i. Persentase kemunculan pallet baik (hijau)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
20

4,04−7 7−4,04
= x 100 %= x 100 %=14,8 %
20 20

j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet cacat

(putih) lebih kecil dibandingkan dengan nilai ekspektasi

pallet cacat (putih), yaitu 7 < 8,08, Perbandingan frekuensi

kemunculan pallet baik (hitam) lebih kecil dibandingkan nilai

ekspektasi pallet baik (hitam), yaitu 6 < 7,87, dan

Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet cacat

(hijau) lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspektasi

pallet cacat (hijau), yaitu 7 > 4,04


N = 60

a. Frekuensi kemunculan pallet baik (P/Ht) = 21 kali muncul

b. Frekuensi kemunculan pallet cacat (Ht/Ht) = 21 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet baik (P/Ht) = 18 kali muncul

d. Nilai ekspektasi pallet baik; Ne(P/Ht) = 40/99.60 = 24,24 kali

muncul

e. Nilai ekspektasi pallet cacat; Ne(Ht/Ht) = 39/99.60 = 23,63

kali muncul

f. Nilai ekspektasi pallet baik; Ne(Hj/Ht) = 20/99.60 = 12,12 kali

muncul

g. Persentase kemunculan pallet baik (putih)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
60

24,24−21
= x 100 %=5,40 %
60

h. Persentase kemunculan pallet cacat (hitam)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
60

23,63 – 21
= x 100 %=4,38 %
60

i. Persentase kemunculan pallet baik (hijau)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
60

12,12−18 18−12,12
= x 100 %= x 100 %=9,80 %
60 60

j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet cacat

(putih) lebih kecil dibandingkan dengan nilai ekspektasi

pallet cacat (putih), yaitu 21 < 24,24, Perbandingan frekuensi

kemunculan pallet baik (hitam) lebih kecil dibandingkan nilai


ekspektasi pallet baik (hitam), yaitu 21 < 23,63, dan

Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet cacat

(hijau) lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspektasi

pallet cacat (hijau), yaitu 18 > 12,12.

N = 80

a. Frekuensi kemunculan pallet baik (P/Ht) = 26 kali muncul

b. Frekuensi kemunculan pallet cacat (Ht/Ht) = 25 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet baik (Hj/Ht) = 29 kali muncul

d. Nilai ekspektasi pallet baik; Ne(P/Ht) = 40/99.80 = 32,32 kali

muncul

e. Nilai ekspektasi pallet cacat; Ne(Ht/Ht) = 39/99.80 = 31,51

kali muncul

f. Nilai ekspektasi pallet baik; Ne(Hj/Ht) = 20/99.80 = 16,16 kali

muncul

g. Persentase kemunculan pallet baik (putih)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
80

32,32−26
= x 100 %=7,90 %
80

h. Persentase kemunculan pallet cacat (hitam)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
80

31,51−25
= x 100 %=8,13 %
80

i. Persentase kemunculan pallet baik (hijau)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
80

16,16−29 29−16,16
= x 100 %= x 100 %=16,05 %
80 80
j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet cacat

(putih) lebih kecil dibandingkan dengan nilai ekspektasi

pallet cacat (putih), yaitu 26 < 32,32, Perbandingan frekuensi

kemunculan pallet baik (hitam) lebih kecil dibandingkan nilai

ekspektasi pallet baik (hitam), yaitu 25 < 31,51, dan

Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet cacat

(hijau) lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspektasi

pallet cacat (hijau), yaitu 29 > 16,16.

b. Untuk Palet Dengan Syarat Putih

Jumlah pallet warna putih = 40

Jumlah pallet warna hitam = 40

Jumlah pallet warna hijau = 20

N = 20

a. Frekuensi kemunculan pallet cacat(P/P) = 8 kali muncul

b. Frekuensi kemunculan pallet baik (Ht/P) = 6 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet baik (Hj/P) = 6 kali muncul

d. Nilai ekspetasi pallet cacat (P/P); Ne(P/P) = 39/99.20 = 5,85

kali muncul

e. Nilai ekspetasi pallet baik (Ht/P); Ne(Ht/P) = 40/99.20 = 6,06

kali muncul

f. Nilai ekspetasi pallet baik (Hj/P); Ne(Hj/P) = 20/99.20 = 4,04

kali muncul

g. Persentase kemunculan pallet cacat (putih)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
20

5,85−8 8−5,85
= x 100 %= x 100 %=10,75 %
20 20
h. Persentase kemunculan pallet baik (hitam)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
20

6,06−6
= x 100 %=0,30 %
20

i. Persentase kemunculan pallet baik (hijau)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
20

4,04−6 6 – 4,04
= x 100 %= x 100 %=9,80 %
20 20

j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet baik

(putih) lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspetasi

pallet baik, yaitu 8 > 5,85, Perbandingan frekuensi

kemunculan pallet cacat (hitam) lebih kecil dibandingkan

nilai ekspetasi pallet cacat (hitam), yaitu 6 < 6,06, dan

Perbandingan frekuensi kemunculan pallet cacat (hijau)

lebih besar dibandingkan nilai ekspetasi pallet cacat (hijau),

yaitu 6 > 4,04.

N = 60

a. Frekuensi kemunculan pallet cacat (P/P) = 18 kali muncul

b. Frekuensi kemunculan pallet baik (Ht/P) = 19 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet baik (Hj/P) = 23 kali muncul

d. Nilai ekspektasi pallet cacat (P/P); Ne(P/P) = 39/99.60 =

23,63 kali muncul

e. Nilai ekspektasi pallet baik (Ht/P); Ne(Ht/P) = 40/99.60 =

24,24 kali muncul

f. Nilai ekspektasi pallet baik (Ht/P); Ne(Ht/P) = 20/99.60 =

12,12 kali muncul


g. Persentase kemunculan bola cacat (putih)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
60

23,63−18
= x 100 %=9,38 %
60

h. Persentase kemunculan pallet baik (hitam)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
60

24,24−19
= x 100 %=8,73 %
60

i. Persentase kemunculan pallet baik (hijau)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
60

12,12−23 23−12,12
= x 100 %= x 100 %=18,13 %
60 60

j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet baik

(putih) lebih kecil dibandingkan dengan nilai ekspektasinya,

yaitu 18 < 23,63, Perbandingan frekuensi kemunculan pallet

cacat (hitam) lebih kecil dibandingkan nilai ekspektasi pallet

cacat (hitam), yaitu 19 < 24,24 , dan Perbandingan frekuensi

kemunculan pallet cacat (hijau) lebih besar dibandingkan

nilai ekspektasi pallet cacat (hijau), yaitu 23 > 12,12

N = 80

a. Frekuensi kemunculan pallet cacat (P/P) = 23 kali muncul

b. Frekuensi kemunculan pallet baik (Ht/P) = 26 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet baik (Hj/P) = 31 kali muncul

d. Nilai ekspektasi pallet cacat (P/P); Ne(P/P) = 39/99.80 =

31,51 kali muncul


e. Nilai ekspektasi pallet baik (Ht/P); Ne(Ht/P) = 40/99.80 =

32,32 kali muncul

f. Nilai ekspektasi pallet baik (Ht/P); Ne(Hj/P) = 20/99.80 =

16,16 kali muncul

g. Persentase kemunculan pallet cacat (putih)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
100

31,51−23
= x 100 %=10,63 %
80

h. Persentase kemunculan pallet baik (hitam)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
100

32,32−26
= x 100 %=7,90 %
80

i. Persentase kemunculan pallet baik (hijau)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
100

16,16−31 31−16,16
= x 100 %= x 100 %=14,84 %
80 80

j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet baik

(putih) lebih kecil dibandingkan dengan nilai ekspektasi

pallet baik (putih), yaitu 23 < 31,51, Perbandingan frekuensi

kemunculan pallet cacat (hitam) lebih kecil dibandingkan

nilai ekspektasi pallet cacat (hitam), yaitu 26 < 32,32,

Perbandingan frekuensi kemunculan pallet cacat (hijau) lebih

besar dibandingkan nilai ekspektasi pallet cacat (hijau), yaitu

31 > 16,16

c. Untuk Palet Dengan Syarat Hijau


Jumlah pallet warna putih = 40

Jumlah pallet warna hitam = 40

Jumlah pallet warna hijau = 20

N = 20

a. Frekuensi kemunculan pallet baik (P/Hj) = 5 kali muncul

b. Frekuensi kemunculan pallet baik (Ht/Hj) = 6 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet cacat (Hj/Hj) = 9 kali muncul

d. Nilai ekspektasi pallet baik; Ne(P/Hj) = 40/99.20 = 8,08 kali

muncul

e. Nilai ekspektasi pallet baik; Ne(Ht/Hj) = 40/99.20 = 8,08 kali

muncul

f. Nilai ekspektasi pallet cacat; Ne(Hj/Hj) = 19/99.20 = 3,83 kali

muncul

g. Persentase kemunculan pallet baik (putih)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
20

8,08−5
= x 100 %=15,4 %
20

h. Persentase kemunculan pallet baik (hitam)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
20

8,08−6
= x 100 %=10,4 %
20

i. Persentase kemunculan pallet cacat (hijau)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
20

3,83−9 9−3,83
= x 100 %= x 100 %=25,85 %
20 20
j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet cacat (putih)

lebih kecil dibandingkan dengan nilai ekspektasi pallet cacat

(putih), yaitu 5 < 8,08, Perbandingan frekuensi kemunculan

pallet baik (hitam) lebih kecil dibandingkan nilai ekspektasi

pallet baik (hitam), yaitu 6 < 8,08, dan Perbandingan antara

frekuensi kemunculan pallet cacat (hijau) lebih besar

dibandingkan dengan nilai ekspektasi pallet cacat (hijau),

yaitu 9 > 3,83

N = 60

a. Frekuensi kemunculan pallet baik (P/Hj) = 19 kali muncul

b. Frekuensi kemunculan pallet baik (Ht/Hj) = 20 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet cacat (P/Hj) = 21 kali muncul

d. Nilai ekspektasi pallet baik; Ne(P/Hj) = 40/99.60 = 24,24 kali

muncul

e. Nilai ekspektasi pallet baik; Ne(Ht/Hj) = 40/99.60 = 24,24 kali

muncul

f. Nilai ekspektasi pallet cacat; Ne(Hj/Ht) = 19/99.60 = 11,51

kali muncul

g. Persentase kemunculan pallet baik (putih)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
60

24,24−19
= x 100 %=8,73 %
60

h. Persentase kemunculan pallet baik (hitam)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
60

24,24−20
= x 100 %=7,06 %
60
i. Persentase kemunculan pallet cacat (hijau)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
60

11,51−21 21−11,51
= x 100 %= x 100 %=15,81 %
60 60

j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet cacat

(putih) lebih kecil dibandingkan dengan nilai ekspektasi

pallet cacat (putih), yaitu 19 < 24,24, Perbandingan frekuensi

kemunculan pallet baik (hitam) lebih kecil dibandingkan nilai

ekspektasi pallet baik (hitam), yaitu 20 < 24,24, dan

Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet cacat

(hijau) lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspektasi

pallet cacat (hijau), yaitu 21 > 11,51.

N = 80

a. Frekuensi kemunculan pallet baik (P/Hj) = 24 kali muncul

b. Frekuensi kemunculan pallet baik (Ht/Hj) = 26 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet cacat (Hj/Hj) = 30 kali muncul

d. Nilai ekspektasi pallet baik; Ne(P/Hj) = 40/99.80 = 32,32 kali

muncul

e. Nilai ekspektasi pallet baik; Ne(Ht/Hj) = 40/99.80 = 32,32 kali

muncul

f. Nilai ekspektasi pallet cacat; Ne(Hj/Hj) = 19/99.80 = 15,35

kali muncul

g. Persentase kemunculan pallet baik (putih)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
80

32,32−24
= x 100 %=10,40 %
80
h. Persentase kemunculan pallet baik (hitam)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
80

32,32−26
= x 100 %=7,90 %
80

i. Persentase kemunculan pallet cacat (hijau)

Nilai Ekspektasi – Frek . Pengambilan


= x 100 %
80

15,35−30 30−15,35
= x 100 %= x 100 %=18,31%
80 80

j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet cacat

(putih) lebih kecil dibandingkan dengan nilai ekspektasi

pallet cacat (putih), yaitu 24 < 32,32, Perbandingan frekuensi

kemunculan pallet baik (hitam) lebih kecil dibandingkan nilai

ekspektasi pallet baik (hitam), yaitu 26 < 32,32, dan

Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet cacat

(hijau) lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspektasi

pallet cacat (hijau), yaitu 30 > 15,35.

4.2.5 Percobaan Mutually Exclusive

Kemungkinan muncul angka yang seharusnya berjumlah:

0=-

1=-

2 = 1 kali yaitu (1,1)

3 = 2 kali yaitu (2,1) (1,2)

4 = 3 kali yaitu (3,1) (1,3) (2,2)

5 = 4 kali yaitu (3,2) (2,3) (1,4) (4,1)


6 = 5 kali yaitu (3,3) (5,1) (1,5) (4,2) (2,4)

7 = 6 kali yaitu (3,4) (4,3) (5,2) (2,5) (6,1) (1,6)

8 = 5 kali yaitu (6,2) (2,6) (4,4) (5,3) (3,5)

9 = 4 kali yaitu (3,6) (6,3) (4,5) (5,4)

10 = 3 kali yaitu (4,6) (6,4) (5,5)

11 = 2 kali yaitu (5,6) (6,5)

12 = 1 kali yaitu (6,6)

Ruang Sampel

1 2 3 4 5 6

1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6

2 2,1 2,2 2,3 2,4 2,5 2,6

3 3,1 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6

4 4,1 4,2 4,3 4,4 4,5 4,6

5 5,1 5,2 5,3 5,4 5,5 5,6

6 6,1 6,2 6,3 6,4 6,5 6,6

N = 20

Dik: N = 36

S = (2,3,4,5,6,7,8,11)

2 = 1 kali yaitu (1,1)

3 = 3 kali yaitu (1,2) (2,1) (2,1)

4 = 2 kali yaitu (2,2) (2,2)

5 = 1 kali yaitu (1,4)

6 = 3 kali yaitu (3,3) (3,3) (4,2)


7 = 4 kali yaitu (1,6) (4,3) (6,1) (6,1)

8 = 4 kali yaitu (2,6) (3,5) (3,5) (3,5)

11= 2 Kali yaitu (5,6) (6,5)

a. Frekuensi kemunculan angka 2 ; (1,1) = 1 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 2 yang sebenarnya = (1,1)

sebanyak 1 kali muncul, maka 2 x 1 = 2

2. Nilai ekspektasi = 1/36.20 = 0.55

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 2 lebih besar dari

nilai ekspektasinya yaitu 1 > 0,55

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 1 – 0,55 = 0,45

0,45
5. Persentase = ×100 % = 2,25%
20

b. Frekuensi kemunculan angka 3 ; (1,2) (2,1) (2,1) = 3 kali

muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 3 yang sebenarnya = (1,2) (1,2)

sebanyak 2 kali muncul, maka 3 x 2 = 6

2. Nilai ekspektasi = 2/36.20 = 1,11

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 3 lebih besar dari

nilai ekspektasi yaitu 3 > 1,11

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 3 – 1,11 = 1,89

1,89
5. Persentase = ×100 % = 9,45%
20

c. Frekuensi kemunculan angka 4 ; (2,2) (2,2) = 2 kali muncul


1. Frekuensi kemunculan angka 4 yang sebenarnya = (1,3) (3,1)

(2,2) sebanyak 3 kali muncul, maka 4 x 3 = 12

2. Nilai ekspektasi = 3/36.20 = 1,66

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 4 lebih kecil dari

nilai ekspektasi yaitu 2 < 1,66

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 2 −¿ 1,66 = 0,34

0,34
5. Persentase = × 100 % = 1,70%
20

d. Frekuensi kemunculan angka 5 ; (1,4) = 1 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 5 yang sebenarnya = (1,4) (3,2)

(2,3) (4,1), sebanyak 4 kali muncul, maka 5 x 4 = 20

2. Nilai ekspektasi = 4/36.20 = 2,22

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 5 lebih kecil dari

nilai ekspektasi yaitu 1 < 2,22

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 2,22 – 1 = 1,22

1,22
5. Persentase = ×100 % = 6,10%
20

e. Frekuensi kemunculan angka 6 ; (3,3) (3,3) (4,2) = 3 kali

muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 6 yang sebenarnya = (1,5) (51)

(2,4) (4,2) (3,3) sebanyak 5 kali muncul, maka 6 x 5 = 30

2. Nilai ekspektasi = 5/36.20 = 2,77

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 6 lebih besar dari

nilai ekspektasi yaitu 3 > 2,77

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 3 −¿2,77 = 0,23

0,23
5. Persentase = ×100 % = 1,15%
20
f. Frekuensi kemunculan angka 7 ; (1,6) (6,1) (6,1) (4,3) = 4 kali

muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 7 yang sebenarnya = (3,4) (4,3)

(5,2) (2,5) (6,1) (1,6) sebanyak 6 kali muncul, maka 7 x 6 = 42

2. Nilai ekspektasi = 6/36.20 = 3,33

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 7 lebih besar dari

nilai ekspektasi yaitu 4 > 3,33

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 4 −¿ 3,33 = 0,67

0,67
5. Persentase = × 100 % = 3,35%
20

g. Frekuensi kemunculan angka 8 ; (2,6) (3,5) (3,5) (3,5) = 4 kali

muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 8 yang sebenarnya = (6,2) (2,6)

(4,4) (5,3) (3,5) sebanyak 5 kali muncul, maka 8 x 5 = 40

2. Nilai ekspektasi = 5/36.20 = 2,77

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 8 lebih besar dari

nilai ekspektasi yaitu 4 > 2,22

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 4 – 2,22 = 1,78

1,78
5. Persentase = ×100 % = 8,90%
20

h. Frekuensi kemunculan angka 11 ; (5,6) (6,5) = 2 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 12 yang sebenarnya = (5,6)

(6,5) sebanyak 2 kali muncul, maka 11 x 2 = 22

2. Nilai ekspektasi = 2/36.20 = 1,11

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 11 lebih besar

dari nilai ekspektasi yaitu 2 > 1,11

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 2 – 1,11 = 0,89


0,89
5. Persentase = ×100 % = 4,45%
20

N = 60

Dik: N = 36

S = (3,4,5,6,7,8,9,10,11,12)

3 = 3 kali muncul (1,2) (2,1) (2,1)

4 = 2 kali muncul (1,3 ) (3,1)

5 = 8 kali muncul (2,3) (3,2) (3,2) (3,2) (4,1) (4,1) (4,1) (4,1)

6 = 7 kali muncul (2,4) (4,2) (4,2) (1,5) (1,5) (2,4) (5,1)

7 = 5 kali muncul (1,6) (2,5) (4,3) (4,3) (5,2)

8 = 13 kali muncul (5,3) (5,3) (4,4) (2,6) (4,4) (2,6) (3,5) (5,3) (4,4)

(4,4) (3,5) (2,6) (4,4)

9 = 6 kali muncul (5,4) (4,5) (6,3) (6,3) (3,6) (6,3)

10 = 7 kali muncul (5,5) (6,4) (6,4) (5,5) (6,4) (4,6) (4,6)

11 = 6 kali muncul (6,5) (6,5) (6,5) (5,6) (6,5) (6,5) (4,6)

12 = 3 kali muncul (6,6) (6,6) (6,6)

a. Frekuensi kemunculan angka 3 ; (1,2) (2,1) (2,1) = 3 kali

muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 3 yang sebenarnya = (1,2) (2,1)

sebanyak 2 kali muncul, maka 3 x 2 = 6

2. Nilai ekspektasi = 2/36.60 = 3,33

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 3 lebih kecil dari

nilai ekspektasi yaitu 3 < 3,33

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 3,33 – 3 = 0,33

0,33
5. Persentase = ×100 % = 0,55%
60

b. Frekuensi kemunculan angka 4 ; (1,3 ) (3,1) = 2 kali muncul


1. Frekuensi kemunculan angka 4 yang sebenarnya = (1,3) (2,2)

(3,1) sebanyak 3 kali muncul, maka 4 x 3 = 12

2. Nilai ekspektasi = 3/36.60 = 5

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 4 lebih kecil dari

nilai ekspektasi yaitu 2 < 5

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 5 – 2 = 3

3
5. Persentase = ×100 % = 5%
60

c. Frekuensi kemunculan angka 5 ; (2,3) (3,2) (3,2) (3,2) (4,1)

(4,1) (4,1) (4,1) = 8 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 5 yang sebenarnya = (1,4) (2,3)

(3,2) (4,1) sebanyak 4 kali muncul, maka 5 x 4 = 20

2. Nilai ekspektasi = 4/36.60 = 6,66

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 5 lebih besar dari

nilai ekspektasi yaitu 8 > 6,66

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 8 – 6,66 = 7,54

7,34
5. Persentase = × 100 % = 12,23%
60

d. Frekuensi kemunculan angka 6 ; (2,4) (4,2) (4,2) (1,5) (1,5)

(2,4) (5,1) = 7 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 6 yang sebenarnya = (1,5) (5,1)

(2,4) (2,4) (3,3) sebanyak 5 kali muncul, maka 6 x 5 = 30

2. Nilai ekspektasi = 5/36.60 = 8,33

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 6 lebih kecil dari

nilai ekspektasi yaitu 6 < 8,33


4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi =8,33 – 6 = 2,33

2,33
5. Persentase = ×100 % = 3,88%
60

e. Frekuensi kemunculan angka 7 ; (1,6) (2,5) (4,3) (4,3) (5,2) =

5 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 7 yang sebenarnya = (1,6) (6,1)

(2,5) (5,2) (3,4) (4,3) sebanyak 6 kali muncul, maka 7 x 6 = 42

2. Nilai ekspektasi = 6/36.60 = 10

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 7 lebih kecil dari

nilai ekspektasi yaitu 5 < 10

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 10 – 5 = 5

5
5. Persentase = ×100 % = 8,33%
60

f. Frekuensi kemunculan angka 8 ; (5,3) (5,3) (4,4) (2,6) (4,4)

(2,6) (3,5) (5,3) (4,4) (4,4) (3,5) (2,6) (4,4) = 13 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 8 yang sebenarnya = (2,6) (6,2)

(3,5) (5,3) (4,4) sebanyak 5 kali muncul, maka 8 x 5 = 40

2. Nilai ekspektasi = 5/36.60 = 8,33

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 8 lebih besar dari

nilai ekspektasi yaitu 13 > 8,33

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 13 – 8,33 = 4,67

4,67
5. Persentase = ×100 % = 7,78%
60

g. Frekuensi kemunculan angka 9 ; (5,4) (4,5) (6,3) (6,3) (3,6)

(6,3) = 6 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 9 yang sebenarnya = (5,4) (3,6)

(6,3) (4,5) sebanyak 4 kali muncul, maka 9 x 4 = 36

2. Nilai ekspektasi = 4/36.60 = 6,66


3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 9 lebih besar dari

nilai ekspektasi yaitu 9 > 6,66

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 9 −¿ 6,66 = 2,34

2,34
5. Persentase = × 100 % = 3,90%
60

h. Frekuensi kemunculan angka 10 ; (5,5) (6,4) (6,4) (5,5) (6,4)

(4,6) (4,6) = 7 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 10 yang sebenarnya = (4,6)

(6,4) (5,5) sebanyak 3 kali muncul, maka 10 x 3 = 30

2. Nilai ekspektasi = 3/36.60 = 5

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 10 lebih besar

dari nilai ekspektasi yaitu 7 > 5

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 7 – 5 = 2

2
5. Persentase = ×100 % = 3,33%
60

i. Frekuensi kemunculan angka 11 ; (6,5) (6,5) (6,5) (5,6) (6,5)

(6,5) = 6 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 11 yang sebenarnya = (6,5)

(5,6) sebanyak 2 kali muncul, maka 11 x 2 = 22

2. Nilai ekspektasi = 2/36.60 = 3,33

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 11 lebih besar

dari nilai ekspektasi yaitu 6 > 3,33

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 6 −¿ 3,33 = 2,67

2,67
5. Persentase = × 100 % = 4,45%
60

j. Frekuensi kemunculan angka 12 ; (6,6) (6,6) (6,6) = 3 kali

muncul
1. Frekuensi kemunculan angka 12 yang sebenarnya = (6,6)

sebanyak 1 kali muncul, maka 12 x 1 = 12

2. Nilai ekspektasi = 1/36.60 = 1,66

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 12 lebih besar

dari nilai ekspektasi yaitu 3 > 1,66

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 3 – 1,66 = 1,34

1,34
5. Persentase = × 100 % = 2,23%
60

N = 80

Dik: N = 36

S = (3,4,5,6,7,8,9,10,11,12)

3 = 6 kali muncul (1,2) (2,1) (1,2) (2,1) (2,1) (1,2)

4 = 7 kali muncul (1,3) (1,3) (3,1) (3,1) (3,1) (1,3) (1,3)

5 = 7 kali muncul (2,3) (4,1) (4,1) (4,1) (4,1) (3,2) (3,2)

6 = 8 kali muncul (4,2) (4,2) (2,4) (1,5) (2,4) (5,1) (5,1) (5,1)

7 = 15 kali muncul (4,3) (1,6) (2,5) (4,3) (5,2) (5,2) (5,2) (4,3) (3,4)

(3,4) (1,6) (315) (5,2) (4,3) (5,2)

8 = 9 kali muncul (3,5) (5,3) (4,4) (2,6) (4,4) (3,5) (5,3) (4,4) (3,5)

9 = 12 kali muncul (5,4) (4,5) (6,3) (6,3) (3,6) (6,3) (5,4) (4,5) (6,3)

(6,3) (3,6) (6,3)

10 = 4 kali muncul (5,5) (6,4) (6,4) (4,6)

11 = 7 kali muncul (6,5) (6,5) (6,5) (5,6) (6,5) (6,5) (6,5)

12 = 5 kali muncul (6,6) (6,6) (6,6) (6,6) (6,6)

a. Frekuensi kemunculan angka 3 ; (1,2) (2,1) (1,2) (2,1) (2,1)

(1,2) = 6 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 3 yang sebenarnya = (1,2), (2,1)

sebanyak 2 kali muncul, maka 3 x 2 = 6


2. Nilai ekspektasi = 2/36.80 = 4,44

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 3 lebih besar dari

nilai ekspektasi yaitu 6 > 4,44

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 6 – 4,44 = 1,56

1,56
5. Persentase = ×100 % = 1,95%
80

b. Frekuensi kemunculan angka 4 ; (1,3) (1,3) (3,1) (3,1) (3,1)

(1,3) (1,3) = 7 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 4 yang sebenarnya = (1,3) (2,3)

(3,1) sebanyak 3 kali muncul, maka 4 x 3 = 12

2. Nilai ekspektasi = 3/36.80 = 6,66

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 4 lebih besar dari

nilai ekspektasi yaitu 7 > 6,66

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 7 – 6,66 = 0,34

0,34
5. Persentase = × 100 % = 0,42%
80

c. Frekuensi kemunculan angka 5 ; (2,3) (4,1) (4,1) (4,1) (4,1)

(3,2) (3,2) = 7 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 5 yang sebenarnya = (1,4) (2,3)

(3,2) (4,1) sebanyak 4 kali muncul, maka 5 x 4 = 20

2. Nilai ekspektasi = 4/36.80 = 8,88

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 5 lebih kecil dari

nilai ekspektasi yaitu 7 < 8,88

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 8,88 – 7 = 1,88

1,88
5. Persentase = ×100 % = 2,35%
80

d. Frekuensi kemunculan angka 6; (4,2) (4,2) (2,4) (1,5) (2,4)

(5,1) (5,1) (5,1) = 8 kali muncul


1. Frekuensi kemunculan angka 6 yang sebenarnya = (3,3) (5,1)

(1,5) (4,2) (2,4) sebanyak 5 kali muncul, maka 6 x 5 = 30

2. Nilai ekspektasi = 5/36.80 = 11,11

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 6 lebih kecil dari

nilai ekspektasi yaitu 8 < 11,11

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 11,11 – 8 = 3,11

3,11
5. Persentase = ×100 % = 3,88%
80

e. Frekuensi kemunculan angka 7; (4,3) (1,6) (2,5) (4,3) (5,2)

(5,2) (5,2) (4,3) (3,4) (3,4) (1,6) (2,5) (5,2) (4,3) (5,2) = 15 kali

muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 7 yang sebenarnya = (1,6) (6,1)

(2,5) (5,2) (3,4) (4,3) sebanyak 6 kali muncul, maka 7 x 6 = 42

2. Nilai ekspektasi = 6/36.80 = 13,33

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 7 lebih besar dari

nilai ekspektasi yaitu 15 > 13,33

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 15 – 13,33 = 1,67

1,67
5. Persentase = ×100 % = 2,08%
80

f. Frekuensi kemunculan angka 8 ; (3,5) (5,3) (4,4) (2,6) (4,4)

(3,5) (5,3) (4,4) (3,5) = 9 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 8 yang sebenarnya = (2,6) (6,2)

(3,5) (5,3) (4,4) sebanyak 5 kali muncul, maka 8 x 5 = 40

2. Nilai ekspektasi = 5/36.80 = 11,11

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 8 lebih kecil dari

ekspektasi yaitu 9 < 11,11

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 11,11 – 9 = 2,11


2,11
5. Persentase = ×100 % = 2,63%
80

g. Frekuensi kemunculan angka 9 ; (5,4) (4,5) (6,3) (6,3) (3,6)

(6,3) (5,4) (4,5) (6,3) (6,3) (3,6) (6,3) = 12 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 9 yang sebenarnya = (5,4) (6,3)

(3,6) (4,5) sebanyak 4 kali muncul, maka 9 x 4 = 36

2. Nilai ekspektasi = 4/36.80 = 8,88

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 9 lebih besar dari

nilai ekspektasi yaitu 12 > 8,88

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 12 −¿ 8 = 4

4
5. Persentase = ×100 % = 5%
80

h. Frekuensi kemunculan angka 10 ; (5,5) (6,4) (6,4) (4,6) = 4 kali

muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 10 yang sebenarnya = (4,6)

(6,4) (5,5) sebanyak 3 kali muncul, maka 10 x 3 = 30

2. Nilai ekspektasi = 3/36.80 = 6,66

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 10 lebih kecil dari

nilai ekspektasi yaitu 4 < 6,66

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 6,66 −¿ 4 = 2,66

2,66
5. Persentase = ×100 % = 3,32%
80

i. Frekuensi kemunculan angka 11 ; (6,5) (6,5) (6,5) (5,6) (6,5)

(6,5) (6,5) = 7 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 11 yang sebenarnya = (6,5)

(5,6) sebanyak 2 kali muncul, maka 11 x 2 = 22

2. Nilai ekspektasi = 2/36.80 = 4,44


3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 11 lebih besar

dari nilai ekspektasi yaitu 7 > 4,44

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 7 – 4,44 = 2,56

2,56
5. Persentase = ×100 % = 3,20%
80

j. Frekuensi kemunculan angka 12 ; (6.6) (6,6) (6,6) (6,6) (6,6) =

5 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 12 yang sebenarnya = (6,6)

sebanyak 1 kali muncul, maka 12 x 1 = 12

2. Nilai ekspektasi = 1/36.80 = 2,22

3. Perbandingan frekuensi kemunculan angka 12 lebih besar

dari nilai ekspektasi yaitu 5 > 2,22

4. Hasil pengamatan nilai ekspektasi = 5 – 2,22 = 2,78

2,78
5. Persentase = ×100 % = 3,47%
80

BAB V

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisa

Dari hasil pengamatan dan percobaan yang telah kami lakukan. Maka

kami dapat memberikan Analisa sebagai berikut:

Tabel 5.1 Hasil Pengolahan Data Percobaan Apriori

N Frek Nilai Persentase Perbandingan

Kemuncula Ekspektasi Kemuncula Frekuensi


antara

kemunculan
n (kali) (kali) n
dan nilai

ekspektasi

2 BM 11 10 5% 11 > 10

0 G 9 10 5% 9 < 10

6 G 33 30 5% 40 > 30

0 AG 27 30 5% 27 < 30

8 G 40 40 0% 40 = 40

0 BM 40 40 0% 40 = 40

Sumber: Data Pengolahan (2022)

Tabel 5.2 Hasil Pengolahan Data Percobaan Frekuensi Relatif

Frek Nilai
Persentase
N Kemunculan Ekspektasi Perbandingan
Kemunculan
(kali) (kali)

+ 12 13,33 60% 12 < 13,33


20
- 8 6,66 40% 8 > 6,66

AK 33 40 55% 33 < 40
60
AG 27 20 45% 27 > 20

G 41 53,33 51% 41 < 53,33


80
AG 39 26,66 49% 39 > 26,66

Sumber: Data Pengolahan (2022)

Tabel 5.3 Hasil Pengolahan Data Percobaan Peristiwa Independent

N Frek Nilai Persentase Kemunculan Perbandingan


Kemunculan Ekspektasi

Palet (kali) (kali)

P HT HJ P HT HJ P HT HJ P HT HJ

20 7 7 6 8 8 4 5% 5% 10% 7<8 7<8 6>4

40 19 22 19 24 24 12 8,33% 3,33% 13,33% 19 < 24 22 < 24 20 > 12

80 30 27 23 32 32 16 2,50% 6,25% 8,75% 30 < 32 27 < 32 23 > 16

Sumber: Data Pengolahan (2022)

Tabel 5.4 Hasil Pengolahan Data Percobaan Probabilitas Bersyarat Hitam

Frek Kemunculan
N Nilai Ekspektasi (kali) Persentase Kemunculan Perbandingan
Palet (kali)

P HT HJ P HT HJ P HT HJ P HT HJ

20 7 6 7 8,08 7,87 4,04 5,25% 9,35% 14,8% 7 < 8,08 6 < 7,78 7 > 4,04

60 21 21 18 24,24 23,63 12,12 5,40% 4,38% 9,80% 21 < 24,24 21 < 23,63 18 > 12,12

80 26 25 29 32,32 31,51 16,16 7,90% 8,13% 16,05% 26 < 32,32 25 < 31,51 29 > 16,16

Sumber: Data Pengolahan (2022)

Tabel 5.5 Hasil Pengolahan Data Percobaan Probabilitas Bersyarat Putih

Frek Kemunculan
N Nilai Ekspektasi (kali) Persentase Kemunculan Perbandingan
Palet (kali)

P HT HJ P HT HJ P HT HJ P HT HJ

20 8 6 6 5,85 6,06 4,04 10,75% 0,30% 9,80% 8 > 5,85 6 < 6,06 6 > 4,04

60 18 19 23 23,63 24,24 12,12 9,38% 8,73% 18,13% 18 < 23,63 19 < 24,24 23 > 12,12

80 23 26 31 31,51 32,32 16,16 10,63% 7,90% 14,84% 30<31,51 26 < 32,32 31 > 16,16

Sumber: Data Pengolahan (2022)

Tabel 5.6 Hasil Pengolahan Data Percobaan Probabilitas Bersyarat Hijau


Frek Kemunculan
N Nilai Ekspektasi (kali) Persentase Kemunculan Perbandingan
Palet (kali)

P HT HJ P HT HJ P HT HJ P HT HJ

20 5 6 9 8,08 8,08 3,83 15,4% 10,4% 25,85% 5 < 8,08 6 < 8,08 9 > 3,83

60 19 20 21 24,24 24,24 11,51 8,73% 7,06% 15,81% 19 > 24,24 20 < 24,24 21 > 11,51

80 24 26 30 32,32 32,32 15,35 10,40% 7,90% 18,31% 24 < 32,32 26 < 32,32 30 > 15,35

Sumber: Data Pengolahan (2022)

Tabel 5.7 Hasil Pengolahan Data Percobaan Mutually Exclusive

Jumlah Muncul dadu Nilai Nilai


N
angka dadu (kali) Ekspektasi Presentase

2 1 0,55 2,25%

3 3 1,11 9,45%

4 2 1,66 1,70%

5 1 2,22 6,10%
20
6 3 2,77 1,15%

7 4 3,33 3,35%

8 4 2,77 8,90%

11 2 1 4,45%

60 3 3 3,33 0,55%

4 2 5 5%

5 8 6,66 12,23%

6 7 8,33 3,88%

7 5 10 8,33%

8 13 8,33 7,78%

9 6 6,66 3,90%

10 7 5 3,33%
11 6 3,33 4,45%

12 3 1,66 2,23%

3 6 4,44 1,95%

4 7 6,66 0,42%

5 7 8,88 2,35%

6 8 11,11 3,88%

7 15 13,33 2,08%
80
8 9 11,11 2,63%

9 12 8,88 5%

10 4 6,66 3,32%

11 7 4,44 3,20%

12 5 2,22 3,47%

Sumber: Data Pengolahan (2022)

5.2 Pembahasan

1. Percobaan Apriori dan Frekuensi Relatif

a. Percobaan Apriori (seimbang = 1/2)

N = 20 untuk koin Rp. 500

1. Perbandingan antara frekuensi kemunculan sisi koin BM

dengan sisi koin G pada nilai ekspektasi Gambar, yaitu 11

:9

2. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan

sisi koin untuk BM lebih kecil dari nilai ekspektasinya,

yaitu 11 > 10

3. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan

sisi koin untuk G lebih besar dari nilai ekspektasinya,

yaitu 9 < 10
N = 60 untuk koin Rp. 200

1. Perbandingan antara frekuensi kemunculan sisi koin G

dengan sisi koin AG pada nilai ekspektasi Gambar, yaitu

33 : 27

2. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan

sisi koin untuk G lebih besar dari nilai ekspektasinya,

yaitu 40 > 30

3. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan

sisi koin untuk AG lebih kecil dari nilai ekspektasinya,

yaitu 27 < 30

N = 80 untuk koin Rp. 500

1. Perbandingan antara frekuensi kemunculan sisi koin G

dengan sisi koin BM pada nilai ekspektasi Gambar, yaitu

40 : 40

2. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan

sisi koin untuk G lebih besar dari nilai ekspektasinya,

yaitu 40 : 40

3. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan

sisi koin untuk BM lebih kecil dari nilai ekspektasinya,

yaitu 40 : 40

b. Percobaan Relatif (tidak seimbang)

N = 20 untuk Kartu UNO

1. Perbandingan antara frekuensi kemunculan sisi (+)

dengan sisi (-) pada nilai ekspektasi Gambar, yaitu 12 : 8

2. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan

sisi (+) lebih kecil dari nilai ekspektasinya, yaitu 12 <

13,33
3. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan

sisi (-) lebih besar dari nilai ekspektasinya, yaitu 8 > 6,66

N = 60 untuk koin Rp. 1000

1. Perbandingan antara frekuensi kemunculan sisi AK

dengan sisi AG pada nilai ekspektasi Gambar, yaitu 33 :

27

2. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan

sisi AK lebih kecil dari nilai ekspektasinya, yaitu 33 < 40

3. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan

sisi A lebih besar dari nilai ekspektasinya, yaitu 27 ˃ 20

N = 80 untuk koin Rp. 200

1. Perbandingan antara frekuensi kemunculan sisi G dengan

sisi AG pada nilai ekspektasi Gambar, yaitu 41 : 39

2. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan

sisi G lebih kecil dari nilai ekspektasinya, yaitu 41 ˂ 53,33

3. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan

sisi AG lebih besar dari nilai ekspektasinya, yaitu 39 >

26,66

2. Percobaan Independent (Bebas)

N = 20

1. Perbandingan frekuensi kemunculan palet putih sama dengan

frekuensi kemunculan palet hitam lebih besar dari frekuensi

kemunculan palet hijau 7 = 7 > 6

2. Perbandingan nilai ekspektasi kemunculan palet putih sama

dengan nilai ekspektasi kemunculan palet hitam lebih besar

dari nilai ekspektasi kemunculan palet hijau 8 = 8 > 4


3. Perbandingan frekuensi kemunculan palet putih lebih kecil

dari pada nilai ekspektasi palet putih, yaitu 7 < 8, frekuensi

kemunculan palet hitam lebih kecil dari pada nilai ekspektasi

palet hitam, yaitu 7 < 8, sedangkan frekuensi kemunculan

palet hijau lebih besar dari pada nilai ekspektasi palet hijau,

yaitu 6 > 4.

N = 60

1. Perbandingan frekuensi kemunculan palet putih lebih kecil

dari frekuensi kemunculan palet hitam lebih besar dari

frekuensi kemunculan palet hijau 19 < 22 > 19

2. Perbandingan nilai ekspektasi kemunculan palet putih sama

dengan nilai ekspektasi kemunculan palet hitam lebih besar

dari nilai ekspektasi kemunculan palet hijau 24 = 24 > 12

3. Perbandingan frekuensi kemunculan palet putih lebih kecil

dari pada nilai ekspektasi palet putih, yaitu 19 < 24, frekuensi

kemunculan palet hitam lebih besar dari pada nilai ekspektasi

palet hitam, yaitu 22 < 24, sedangkan frekuensi kemunculan

palet hijau lebih besar dari pada nilai ekspektasi palet hijau,

yaitu 20 > 12.

N = 80

1. Perbandingan frekuensi kemunculan palet putih lebih besar

dari frekuensi kemunculan palet hitam lebih besar dari

frekuensi kemunculan palet hijau 30 > 27 > 23

2. Perbandingan nilai ekspektasi kemunculan palet putih sama

dengan nilai ekspektasi kemunculan palet hitam lebih besar

dari nilai ekspektasi kemunculan palet hijau 32 = 32 > 16


3. Perbandingan frekuensi kemunculan palet putih lebih kecil

dari pada nilai ekspektasi palet putih, yaitu 30 < 32, frekuensi

kemunculan palet hitam lebih besar dari pada nilai ekspektasi

palet hitam, yaitu 27 < 32, sedangkan frekuensi kemunculan

palet hijau lebih besar dari pada nilai ekspektasi palet hijau,

yaitu 23 > 16.

3. Probabilitas Bersyarat

a. Probabilitas Bersyarat Palet Warna Hitam

N = 20

1. Perbandingan probabilitas kemunculan palet putih

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet hitam

lebih kecil dari pada nilai ekspektasi, yaitu 7 < 8,08

2. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hitam

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet hitam

lebih kecil dari pada nilai ekspektasi, yaitu 6 < 7,78

3. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hijau dengan

syarat pengambilan pertama adalah palet hitam lebih

besar dari pada nilai ekspektasi, yaitu 7 > 4,04

N = 60

1. Perbandingan probabilitas kemunculan palet putih

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet hitam

lebih kecil dari pada nilai ekspektasi, yaitu 21 < 24,24

2. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hitam

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet hitam

lebih besar dari pada nilai ekspektasi, yaitu 21 < 23,63


3. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hijau dengan

syarat pengambilan pertama adalah palet hitam lebih

besar dari pada nilai ekspektasi, yaitu 18 > 12,12

N = 80

1. Perbandingan probabilitas kemunculan palet putih

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet hitam

lebih kecil dari pada nilai ekspektasi, yaitu 26 < 32,32

2. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hitam

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet hitam

lebih besar dari pada nilai ekspektasi, yaitu 25 < 31,51

3. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hijau dengan

syarat pengambilan pertama adalah palet hitam lebih

besar dari pada nilai ekspektasi, yaitu 29 > 16,16

b. Probabilitas Bersyarat Palet Warna Putih

N = 20

1. Perbandingan probabilitas kemunculan palet putih

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet putih

lebih besar dari pada nilai ekspektasi, yaitu 8 > 5,85

2. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hitam

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet putih

lebih kecil dari pada nilai ekspektasi, yaitu 6 < 6,06

3. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hijau dengan

syarat pengambilan pertama adalah palet putih lebih

besar dari pada nilai ekspektasi, yaitu 6 > 4,04

N = 60
1. Perbandingan probabilitas kemunculan palet putih

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet putih

lebih kecil dari pada nilai ekspektasi, yaitu 18 < 23,63

2. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hitam

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet putih

lebih kecil dari pada nilai ekspektasi, yaitu 19 < 24,24

3. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hijau dengan

syarat pengambilan pertama adalah palet putih lebih kecil

dari pada nilai ekspektasi, yaitu 23 > 12,12

N = 80

1. Perbandingan probabilitas kemunculan palet putih

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet putih

lebih kecil dari pada nilai ekspektasi, yaitu 23 < 31,51

2. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hitam

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet putih

lebih kecil dari pada nilai ekspektasi, yaitu 26 < 32,32

3. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hijau dengan

syarat pengambilan pertama adalah palet putih lebih

besar dari pada nilai ekspektasi, yaitu 31 > 16,16

c. Probabilitas Bersyarat Palet Warna Hijau

N = 20

1. Perbandingan probabilitas kemunculan palet putih

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet hijau

lebih kecil dari pada nilai ekspektasi, yaitu 5 < 8,08


2. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hitam

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet hijau

lebih kecil dari pada nilai ekspektasi, yaitu 6 < 8,08

3. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hijau dengan

syarat pengambilan pertama adalah palet hijau lebih

besar dari pada nilai ekspektasi, yaitu 9 > 3,83

N = 60

1. Perbandingan probabilitas kemunculan palet putih

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet hijau

lebih kecil dari pada nilai ekspektasi, yaitu 19 < 24,24

2. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hitam

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet hijau

lebih besar dari pada nilai ekspektasi, yaitu 20 < 24,24

3. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hijau dengan

syarat pengambilan pertama adalah palet hijau lebih

besar dari pada nilai ekspektasi, yaitu 21 > 11,51

N = 80

1. Perbandingan probabilitas kemunculan palet putih

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet hijau

lebih kecil dari pada nilai ekspektasi, yaitu 24 < 32,32

2. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hitam

dengan syarat pengambilan pertama adalah palet hijau

lebih kecil dari pada nilai ekspektasi, yaitu 26 < 32,32

3. Perbandingan probabilitas kemunculan palet hijau dengan

syarat pengambilan pertama adalah palet hijau lebih

besar dari pada nilai ekspektasi, yaitu 30 > 15,35

4. Probabilitas Mutually Exclusive


N = 20

1. Frekuensi munculnya angka 2 (1,1) = 1 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 2

b. Nilai ekspektasi 0,55

c. Persentase = 2,25%

2. Frekuensi munculnya angka 3 (2,1) (2,1) (2,1) = 3 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 6

b. Nilai ekspektasi 1,11

c. Persentase = 9,45 %

3. Frekuensi munculnya angka 4 (2,2) (2,2) = 2 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 12

b. Nilai ekspektasi 1,66

c. Persentase = 1,70%

4. Frekuensi munculnya angka 5 (1,4) = 1 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 20

b. Nilai ekspektasi 2,22

c. Persentase = 6,10%

5. Frekuensi munculnya angka 6 (3,3) (3,3) (4,2) = 3 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 30

b. Nilai ekspektasi 2,77

c. Persentase 1,15%

6. Frekuensi munculnya angka 7 (1,6) (6,1) (1,6) (4,3) = 4 kali

muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 42

b. Nilai ekspektasi 3,33

c. Persentase 3,35%
7. Frekuensi munculnya angka 8 (2,6) (3,5) (3,5) (3,5) = 4 kali

muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 40

b. Nilai Ekspektasi 2,77

c. Persentase 8,90%

8. Frekuensi munculnya angka 11 (5,6) (6,5) = 2 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 22

b. Nilai Ekspektasi 1,11

c. Persentase 4,45%

N = 60

1. Frekuensi munculnya angka 3 (2,1), (2,1), (1,2) = 3 kali

muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 6

b. Nilai ekspektasi 3,33

c. Persentase = 0,55%

2. Frekuensi munculnya angka 4 (3,1) (1,3) = 2 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 12

b. Nilai ekspektasi 5

c. Persentase = 5%

3. Frekuensi munculnya angka 5 (4,1) (1,4) (3,2) (3,2) (4,1) (3,2),

(3,2) (2,3) = 8 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 20

b. Nilai ekspektasi 6,66

c. Persentase = 12,23%

4. Frekuensi munculnya angka 6 (4,2) (4,2), (4,2), (2,4) (4,2)

(1,5) (5,1) = 7 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 30


b. Nilai ekspektasi 8,33

c. Persentase 3,88%

5. Frekuensi munculnya angka 7 (3,4) (4,3) (5,2) (6,1) (5,2) = 5

kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 42

b. Nilai ekspektasi 10

c. Persentase 5%

6. Frekuensi munculnya angka 8 (6,2), (6,2), (6,2), (4,4), (3,5),

(4,4) (6,2) (5,3) (3,5) (5,3) (4,4) (4,4) (4,4) = 13 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 40

b. Nilai Ekspektasi 8,33

c. Persentase 7,78%

7. Frekuensi munculnya angka 9 (6,3) (5,4) (6,3) (6,3) (4,5) (6,3)

= 6 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 36

b. Nilai Ekspektasi 6,66

c. Persentase 3,90%

8. Frekuensi munculnya angka 10 (4,6) (5,5) (5,5) (4,6) (6,4)

(6,4) (6,4 = 7 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 30

b. Nilai ekspektasi 5

c. Persentase 3,33%

9. Frekuensi munculnya angka 11 (6,5) (5,6) (5,6) (6,5) (6,5)

(6,5) = 6 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 22

b. Nilai Ekspektasi 3,33

c. Persentase 4,45%
10. Frekuensi munculnya angka 12 (6,6) (6,6) (6,6) = 3 kali

muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 12

b. Nilai Ekspektasi 1,66

c. Persentase 2,23%

N = 80

1. Frekuensi munculnya angka 3 (2,1), (1,2), (2,1), (2,1), (1,2),

(2,1) = 6 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 6

b. Nilai ekspektasi 4,44

c. Persentase = 1,95%

2. Frekuensi munculnya angka 4 (2,2), (1,3), (3,1), (2,2), (2,2),

(1,3), (2,2) = 7 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 12

b. Nilai ekspektasi 6,66

c. Persentase = 0,42%

3. Frekuensi munculnya angka 5 (2,3), (2,3), (3,2), (1,4), (3,2),

(3,2), (1,4) = 7 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 20

b. Nilai ekspektasi 8,88

c. Persentase = 2,35%

4. Frekuensi munculnya angka 6 (4,2), (4,2), (2,4), (4,2), (4,2),

(2,4) (4,2) (5,1) = 8 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 30

b. Nilai ekspektasi 11,11

c. Persentase 3,88%
5. Frekuensi munculnya angka 7 (5,2), (5,2), (1,6), (3,4), (5,2),

(4,3), (5,2), (3,4), (4,3), (3,4), (5,2), (2,5), (5,2),(2,5), (4,3) = 16

kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 42

b. Nilai ekspektasi 13,33

c. Persentase 2,08%

6. Frekuensi munculnya angka 8 (2,6), (2,6), (6,2), (5,3), (6,2),

(6,2), (6,2), (4,4), (2,6) = 9 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 40

b. Nilai Ekspektasi 11,11

c. Persentase 2,63%

7. Frekuensi munculnya angka 9 (6,3), (4,5), (6,3), (6,3), (5,4),

(6,3), (6,3) (4,5) (5,4) (6,3) (3,6) (6,3) = 12 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 36

b. Nilai ekspektasi 8,88

c. Persentase 5%

8. Frekuensi munculnya angka 10 (6,4), (6,4) (4,6) (6,4) = 4 kali

muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 30

b. Nilai ekspektasi 6,66

c. Persentase 3,32%

9. Frekuensi munculnya angka 11 (6,5), (6,5) (5,6) (5,6) (6,5)

(6,5) (6,5) = 7 kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 22

b. Nilai ekspektasi 4,44

c. Persentase 3,20%
10. Frekuensi munculnya angka 12 (6,6) (6,6) (6,6) (6,6) (6,6) = 5

kali muncul

a. Frekuensi yang seharusnya adalah 12

b. Nilai ekspektasi 2,22

c. Persentase 3,47%

BAB VI

PENUTUP
6.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan percobaan tentang probabilitas yang telah

dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Setelah melakukan praktikum kami dapat menerapkan definisi empiris

dan probabilitas munculnya suatu peristiwa.

2. Kami dapat mengetahui nilai probabilitas berdasarkan pendekatan

frekuensi relatif.

3. Kami dapat mengetahui peristiwa yang bersifat mutually exclusive.

4. Kami dapat untuk mengetahui probabilitas bersyarat.

6.2 Saran

1. Saran Untuk Laboratorium

Pemberian praktikum kepada praktikan sudah sangat baik dan terarah, tetapi

semoga kedepannya untuk memperbanyak alat seperti kancing dan lainnya

untuk mendukung praktikum sehingga tidak memakan waktu yang lama pada

saat praktikum.

2. Saran Untuk Asisten

Kinerja asisten sudah baik serta respon asisten terhadap praktikan sangat

ramah, semoga kedepannya saat pengarahan asisten dapat lebih detail

membahas materi dan merincikan (poin-poin) formula perhitungan yang akan

digunakan utamanya pada rumus yang dianggap cukup rumit agar praktikan

tidak bingung saat pengerjaan laporan dan pengiriman soal TP berharap agar

waktu pengiriman nya tidak terlalu larut malam.

Anda mungkin juga menyukai