Anda di halaman 1dari 6

TAFSIR TARBAWI

“HAKIKAT ILMU DALAM QS AL-MUJADALAH AYAT 11”

Oleh: Risti maulidaini Dosen Pengampu: Azhari M.Pd

Deskripsi Surat Al-Mujadalah Surah Al-Mujadalah ayat 11

Ayat ini memberikan gambaran tentang perintah bagi setiap manusia


untuk menjaga adab sopan santun dalam suatu majlis pertemuan dan adab sopan
santun terhadap Rasulullah SAW. Surah Al-Mujadalah merupakan salah satu
surah dalam al-Qur’an dengan jumlah 22 ayat. Surat ini turun di Madinah. Surah
ini diturunkan sesudah surat AlMunaafiqun (Burhanudin: 73). Surah ini termasuk
golongan surat madaniyah. Surat ini dinamai “al-Mujadalah” (wanita yang
mengajukan gugatan), karena pada awal surat ini disebutkan bantahan seorang
wanita. Dan dinamai juga “al-Mujadalah” yang berarti perbantahan. Pada ayat 11
menerangkan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman
dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:


"Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Almujadalah, 58: 11).

Asbab an-Nuzul Ayat

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Muqotil bahwa ayat ini turun pada hari
Jumat. Ketika itu, melihat beberapa sahabat yang dulunya mengikuti perang badar
dari kalangan muhajirin maupun anshor (As-Suyuthi, 2008: 554), diantaranya
tsabit ibn qais mereka telah didahului orang dalam hal tempat duduk. Lalu
merekapun berdiri dihadapan rasulullah saw kemudian mereka mengucapakan
salam dan Rasullullah menjawab salam mereka, kemudian mereka menyalami
orangorang dan orang-orang pun menjawab salam mereka. Mereka berdiri
menunggu untuk diberi kelapangan, tetapi mereka tidak diberi kelapangan.
Rasullullah merasa berat hati kemudian beliau mengatakan kepada orang-orang
disekitar beliau ”berdirilah engkau wahai fulan, berdirilah engkau wahai fulan”.
Merekapun tampak berat dan ketidakenakan beliau tampak oleh mereka.
Kemudian orang-orang itu berkata, “Demi Allah swt, dia tidak adil kepada
mereka. Orang-orang itu telah mengambil tempat duduk mereka dan ingin
berdekat dengan Rasulullah saw tetapi dia menyuruh mereka berdiri dan
menyuruh duduk orang-orang yang datang terlambat (Al-Maraghi, 1993: 23-24).

 Penafsiran Mufasir Penafsiran Menurut Al-Imam Ibnu Katsir (Tafsir Ibnu


Katsir)

Allah berfirman seraya lapangkanlah niscaya Allah akan


mendidik hamba-hambaNya yang memberi kelapangan untukmu.“
beriman seraya memerintahkan Qatadah mengatakan: “Ayat ini turun
kepada mereka untuk saling berbuat berkenan dengan majlis-majlis
baik kepada sesama mereka didalam Dzikir. Yaitu, jika mereka melihat
suatu majelis: “Hai orang-orang yang salah seorang diantara mereka
beriman, apabila dikatakan datang, maka mereka tidak
kepadamu: “Berlapanglapanglah memberikan peluang kepadanya
dalam majelis. Maka lapangkanlah untuk duduk di dekat Rasulullah.
niscaya Allah akan memberi Kemudian Allah Ta’ala menyuruh
kelapangan untukmu“, yang mereka memberikan kelapangan
demikian itu karena balasan itu sesama mereka. Sedangkan Muqatil
sesuai dengan perbuatan, bin Hayyan berkata bahwa ayat ini
sebagaimana ditegaskan didalam diturunkan pada hari Jum’at. Imam
suatu hadist shahih yang artinya: Ahmad dan Imam asy-Syafi’i
“Barang siapa membangun masjid meriwayatkan dari Ibnu “Umar,
karena Allah, maka bahwasannya Rasulullah telah
Allah akan membangunkan baginya bersabda: “Janganlah seseorang
sebuah rumah di syurga.” Dan dalam membangunkan orang lain dari
hadist lain disebutkan, Rasulullah tempat duduknya lalu dia menempati
SAW bersabda: “Barang siapa tempat duduk itu, tetapi hendaklah
memberikan kemudahan kepada kalian melapangkan dan meluaskan,”
orang yang ada dalam kesulitan, (HR.AlBukhari, Muskim dari hadits
maka Allah akan memberikan Nafi’) Dan Imam asy-Syafi’i
kemudahan di dunia dan di akhirat. meriwayatkannya dari jabir bin
Dan Allah senantiasa membantu ‘Abdillah bahwa rasulullah bersabda:
seorang hamba selama itu terus “Janganlah seseorang dari kalian
membantu saudaranya.” Oleh karena membangunkan dari saudaranya
itu Allah Ta’ala berfirman: “maka (dari tempat duduknya) pada hari
Jum’at. Tetapi hendaklah ahli fiqih berbeda pendapat tentang
mengatakan: ‘Lapangkanlah kalian.” boleh tidaknya berdiri untuk
Hadits tersebut diriwayatkan menyambut orang yang datang.
berdasarkan syarat sunan, tetapi Perbedaan pendapat ini terbagi
mereka tidak meriwayatkannya. Para menjadi beberapa pendapat.

 Penafsiran Menurut HAMKA (Alazhar) Menurut Prof.DR.Hamka Dalam


Tafsir Al-Azhar
Memberi Judul Pada telah enak duduknya di dalam itu
Penafsiran Surah Al-Mujadalah Ayat kurang enak kalau ada yang baru
11 ini yang berjudul “Sopan Santun datang meminta agar mereka
(Etiket) Suatu Majlis”. Tentu saja disediakan tempat. Maka datanglah
berkerumunlah sahabat-sahabat peraturan dari Allah sendiri yang
Rasulullah SAW karena ingin mengatur agar majelis itu teratur dan
mendengar butir-butir dan nasehat suasananya terbuka dengan baik.
dan bimbingan beliau. Dan apabila Allah SWT berfirman: "Wahai
masyarakat itu kian berkembang kian orang-orang yang beriman! Apabila
banyaklah majlis tempat berkumpul dikatakan kepadamu berlapang-
membincangkan hal-hal yang lapanglah pada majlis-majlis, maka
penting . Tentu saja majlis demikian lapangkanlah, [pangkal ayat 11].
kadang-kadang menjadi sesak dan Artinya bahwa majlis, yaitu duduk
sempit , karena banyaknya orang bersama. Asal mulanya duduk
yang duduk. Dan kadang-kadang bersama mengelilingi Nabi karena
orang yang terlebih dahulu masuk hendak mendengar ajarun-ajaran dan
mendapat tempat duduk yang bagus hikmat yang akan beliau keluarkan.
sedang yang datang kemudian tidak Tentu ada yang datang terlebih
dapat masuk lagi. Kadang kadang dahulu, sehingga tempat duduk
pula disangka oleh yang datang bersama itu kelihatan telah sempit.
kemudian bahwa tempat buat duduk Karena di waktu itu orang duduk
di muka sudah tidak dapat bersama di atas tanah, belum
menampung orang yang baru datang memakai kursi sebagai sekarang.
lagi, sehingga yang baru datang Niscaya karena sempitnya itu, orang
terpaksa duduk menjauh. Padahal yang datang kemudian tidak lagi
tempat yang di dalam itu masih mendapat tempat. Lalu dianjurkanlah
lapang. Kadang-kadang orang yang oleh Rasul agar yang telah duduk
 Penafsiran Menurut M. Quraish Shihab (Tafsir Al-Misbah)

Larangan berbisik yang kepada kamu agar melakukan itu


diturunkan oleh ayat-ayat yang lalu maka lapangkanlah tempat untuk
merupakan salah satu tuntunan orang lain itu dengan suka rela. Jika
akhlak, guna membina hubungan kamu melakukan hal tersebut,
harmonis antar sesama. Berbisik di niscaya Allah akan melapangkan
tengah orang lain mengeruhkan segala sesuatu buat kamu dalam
hubungan melalui pembicaraan itu. hidup ini. Dan apabila di
Ayat di atas merupakan tuntunan katakan:”Berdirilah kamu ketempat
akhlak yang menyangkut perbuatan yang lain, atau untuk diduduk
dalam majlis untuk menjalin tempatmu buat orang yang lebih
harmonisasi dalam satu majelis. wajar, atau bangkitlah melakukan
Allah berfirman: “ Hai orangorang sesuatu seperti untuk shalat dan
yang beriman, apa bila dikatakan berjihad, maka berdiri dan bangkit-
kepada kamu” oleh siapa pun: lah, Allah akan meninggikan orang-
Berlapang-lapanglah yaitu orang yang beriman di antara kamu
berupayalah dengan sungguh- wahai yang memperkenankan
sungguh walau dengan memaksakan tuntunan ini dan orang-orang yang
diri untuk memberi tempat orang lain diberi ilmu pengetahuan beberapa
dalam majlis-majlis yakni satu derajat kemudian di dunia dan
tempat, baik tempat duduk maupun akhirat.
bukan tempat duduk, apabila diminta

Makna tarbiyah pada QS Al-mujadalah – 11

a) Setiap orang yang beriman hukumnya wajib menuntut ilmu


b) Hendaknya dalam menuntut ilmu juga memberikan kemudahan bagi orang
lain dalam menuntut ilmu seperti orang lain juga, sebab Allah juga akan
memudahkan kita baik didunia maupun diakhirat brang siapa
memudahkan saudaranya dalam kesulitan
c) Orang yang beriman dan berilmu, berbeda derajatnya dengan mereka yang
hanya beriman atau berilmu saja
d) Allah senantiasa mengetahui apa yang diperbuat maupun apa yang ada
didaam hati hambanya

Implementasian Dari Surah Al-Mujadalah – 11

1. Penuh semangat dalam menuntut ilmu agama dan umum


2. Berlomba-lomba dalam melakukan hal-hal kebaikan
3. Menjalankan kewajiban guna memberikan hak-hak orang lain
4. Mempermudah segala urusan manusia seperti mempermudahnya dalam
menuntut ilmu
5. Melakukan segala perbuatan berdasarkan larangan dan perintah Allah
SWT
6. Berlaku dan bersikap sesuai dengan aturan agama islam
7. Senantiasa berhati-hati dalam bersikap, berbuat, berkata berfikir, dan
bertindak karena Allah SWT dan mengetahia apa yang dikerjakan
8. Belajar dengan menggunakan metode Rasulullah dengan bermajlis-majlis

Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Q.S. Al-Mujadalah
ayat 11 ini memberikan gambaran tentang perintah bagi setiap manusia untuk
menjaga adab sopan santun dalam suatu majlis pertemuan dan adab sopan santun
terhadap Rasulullah SAW. Al-Mujadalah merupakan salah satu surat dalam al-
qur’an dengan jumlah 22 ayat. Surat ini turun di Madinah. Yang diturunkan
sesudah surat AlMunaafiqun. Termaksud golongan surat madaniyah yang
diturunkan sesudah surat al-Munafiqun. Adapun isi kandung Q.S. AlMujadalah
ayat 11 ini berhubugan dengan etika dan sopan pendidikan yakni: Pertama, Kajian
Tekstual. Dalam pandangan Al-Quran, ilmu adalah keistimewaan yang
menjadikan manusia unggul dan melebihi dari makhluk-makhluk lain guna
menjalankan kekhalifahan di muka bumi ini. Sementara itu manusia, menurut al-
Quran memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya dengan
seizin Allah. Berkali-kali Allah menunjukan betapa tinggi derajat dan kedudukan
orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Kedua, Kajian Kontekstual.
AlQuran menginformasikan kepada umat manusia bahwa ada beberapa alat yang
dapat digunakan untuk meraih ilmu pengetahuan, diantaranya:
a. Panca indra dan akal yakni ada empat sarana yang dapat digunakan untuk
memperoleh ilmu, yaitu pendengaran, mata (penglihatan), akal dan hati;
b. Observasi dan trial and error (cobacoba), pengamatan, percobaan
danprobability (tes-tes kemungkinan);
c. Akal (intellenc) dan pemikiran (reflection). Di samping mata, telinga, dan
pikiran sebagai sarana untuk meraih pengetahuan.

Al-Quran pun menggaris bawahi bagaimana pentingnya peran kesucian


hati. Ilmu pengetahuan akan mudah diraih dan dipahami dengan baik, apabila hati
seorang itu bersih. Dari sinilah para ilmuan Muslim menerangkan pentingnya
Takziah alNafs (penyucian jiwa) guna memperoleh hidayah (petunjuk dan
pengajaran serta bimbingan Allah).

Anda mungkin juga menyukai