Anda di halaman 1dari 6

KEBIJAKAN BISNIS DAN STUDI KASUS

Potensi Ekspor Alat Kesehatan Indonesia

Disusun oleh:

Nida Hanasa
NPM: 2006553896

MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA
MEI 2021
Statement of Authorship

I the undersigned declare to the best of our ability that the paper/assignment herewith is an
authentic writing carried out by ourselves. No other authors or work of other authors have
been used without any reference to its sources.

This paper/assignment has never been presented or used as an assignment for other courses
except if we clearly stated otherwise.

I fully understand that this assignment can be reproduced and/or communicated for the
purpose of detecting plagiarism.

Name Student’s ID Signature

Nida Hanasa 2006553896

Course : Kebijakan Bisnis dan Studi Kasus

Paper/Assignment Title : Potensi Ekspor Alat Kesehatan Indonesia

Date : May 2, 2021

Lecturer : Dr. Ninasapti Triaswati, S.E., M.Sc.


DAFTAR ISI

Surplus Produksi Alat Kesehatan di Indonesia 4


Potensi Ekspor Alat Kesehatan Indonesia 4
DAFTAR PUSTAKA 6
Surplus Produksi Alat Kesehatan di Indonesia
Pasar alat kesehatan merupakan pasar baru bagi Indonesia yang potensinya meningkat di
tengah pandemi COVID-19. Ketatnya persaingan di pasar alat kesehatan, membuat pelaku usaha
harus memiliki strategi tersendiri untuk bisa menembus pasar alat kesehatan dunia. Dilansir dari
Tempo.co, potensi ekspor alat kesehatan RI bisa mencapai US$ 4,54 miliar atau setara Rp 63,4 triliun
pada tahun 2021. Potensi ini disebabkan oleh surplus produksi alat kesehatan dalam negeri.
Berdasarkan Dashboard Monitoring Alat Kesehatan (DMA), Didi mengatakan kapasitas produksi
sampai Desember 2021 untuk alat pelindung diri (APD) coverall mencapai 356,41 juta helai, pakaian
bedah (surgical gown) sebanyak 224,35 juta helai, dan masker bedah sebanyak 3,65 miliar helai.
Meskipun produksi alat kesehatan mengalami surplus, kebutuhan di dalam negeri sendiri masih
berada di bawah jumlah produksi. Didi memaparkan bahwa potensi ekspor alat kesehatan dapat
mencapai US$ 4,54 miliar. Potensi tersebut masing-masing berasal dari APD coverall dengan nilai
US$ 3,16 miliar, pakaian bedah US$618,03 juta, dan masker bedah sekitar US$ 764,79 juta. Nilai
ekspor ini cukup besar mengingat realisasi ekspor pada 2020 masih jauh dari potensi yang ada. Nilai
ekspor pakaian pelindung medis (APD coverall) tahun lalu hanya mencapai US$ 2,47 juta, sementara
pada pakaian bedah senilai US$ 20,29 juta. Adapun nilai ekspor masker pada tahun yang sama adalah
US$ 75,19 juta untuk masker bedah dan US$ 74,09 juta untuk masker dari bahan nonwoven. 1
Kain dari tenun atau rajut berbahan polyester atau rayon sangat melimpah. Mengingat
kapasitas produksi masker dari kain tenun atau rajut besar yang tidak disertai oleh serapan optimal
dalam negeri ini pun lantas membuat pelaku usaha memilih melakukan ekspor. “Permintaan dalam
negeri belum optimal, padahal di luar negeri sudah banyak yang menggunakan polyester dan rayon
yang ditenun atau rajut.” ujar Redma Gita Wiraswasta, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat
dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI). 2 Sejumlah negara yang menjadi destinasi ekspor untuk
APD coverall adalah Korea Selatan, Belanda, Prancis, Australia, Amerika Serikat, Kenya, dan Afrika
Selatan. Sementara itu, negara tujuan ekspor masker mencakup Singapura, Cina, Malaysia, dan Hong
Kong. “Untuk pakaian bedah ekspor sekitar 90 persen dikirim ke Jepang,” kata Didi. Didi mengatakan
peluang ekspor alat kesehatan RI akan terus meningkat sepanjang pandemi Covid-19 masih berlanjut.
Sekalipun pandemi berhasil ditanggulangi seiring meluasnya vaksinasi, Didi mengatakan permintaan
masker tetap akan berlanjut mengingat penggunaan masker telah menjadi kebiasaan baru masyarakat. 1

Potensi Ekspor Alat Kesehatan Indonesia


Seperti yang tertera diatas, banyak negara lain yang sudah memakai masker berbahan kain
tenun maupun rajut. Dengan banyaknya kapasitas produksi masker di Indonesia yang tidak didukung
dengan permintaan dalam negeri yang tinggi, maka hal ini dapat membuka lebar peluang untuk
mengekspor masker kain tenun dari Indonesia. Saat ini juga banyak perusahaan garmen yang beralih
memproduksi masker dengan kualitas yang sangat baik dan dapat bersaing dengan produsen masker
di negara-negara lain. Potensi ekspor APD, pakaian bedah, dan masker yang besar ini dapat didukung
pemerintah dengan menjalin kerja sama perdagangan dengan negara-negara tujuan ekspor untuk
mengurangi biaya dan tarif ekspor. Seperti contoh, berlakunya perjanjian Indonesia-Australia CEPA
per tanggal 5 Juli 2020 telah menjadi langkah yang membuka peluang ekspor alat kesehatan Indonesia
ke Australia. Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Muhammad Lutfi, mengatakan bahwa saat ini
pemerintah Indonesia giat dalam bernegosiasi dan menjalin kerjasama dengan negara-negara lain
dalam bentuk negosiasi perjanjian perdagangan yang tentu saja dapat membantu ekspor alat kesehatan
Indonesia. Diharapkan dengan berlakunya perjanjian perdagangan Indonesia dengan negara lain,
seperti contoh Turki dan Uni Eropa, dapat membantu memperluas cakupan tujuan ekspor APD dan
masker Indonesia yang saat ini memiliki kapasitas produksi melimpah. Selain itu, Kedutaan Besar

1 "Kemendag: Ekspor Alat Kesehatan Berpotensi Tembus Rp 63,4 ...." 15 Feb. 2021, https://bisnis.tempo.co/read/1432930/kemendag-ekspor-alat-kesehatan-berpotensi-
tembus-rp-634-triliun. Diakses pada 1 Mei. 2021.

2 "Pebisnis Mulai Eksplorasi Peluang Ekspor Alat Kesehatan ...." 15 Feb. 2021, https://ekonomi.bisnis.com/read/20210215/12/1356186/pebisnis-mulai-
eksplorasi-peluang-ekspor-alat-kesehatan. Diakses pada 23 Apr. 2021.
Indonesia di negara-negara lain seperti negara G20 dapat menyelenggarakan pameran untuk
mempromosikan masker kain tenun atau polyester dari Indonesia yang memiliki variasi desain
beragam dan berkualitas baik. Pemasaran masker kain tenun Indonesia juga dapat dilakukan di
kedutaan besar negara lain yang ada di Jakarta untuk membantu para pebisnis menemukan pembeli
potensial dari negara lain.

Para produsen yang bergerak di industri alat kesehatan juga harus menggali pengetahuan
tentang pasar yang akan dituju dan kualitas alat kesehatan yang ada di negara tersebut. Pelaku usaha
harus dapat memastikan bahwa mutu barang masker atau APD mereka telah memenuhi standarisasi
internasional sebelum melakukan ekspor. Pemerintah dapat memfasilitasi produsen alat kesehatan
dengan informasi mengenai kualitas alat kesehatan di negara tujuan ekspor maupun pembinaan untuk
pengembangan ekspor. Saat ini Indonesia memiliki lembaga pengelola ekspor bernama Direktorat
Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN). Direktorat Pengembangan Pasar dan
Informasi Ekspor di bawah Ditjen PEN saat ini telah menyelenggarakan pameran virtual yang
bertujuan untuk mempermudah eksportir mempromosikan produk mereka dan membantu para
pembeli untuk menemukan produk di Indonesia. Promosi alat kesehatan dari Indonesia beserta
peningkatan awareness terhadap kualitas alat kesehatan di Indonesia dapat ditingkatkan melalui
pameran virtual ini dan juga melalui media sosial. Ditjen PEN juga dapat merangkul produsen-
produsen masker dan APD untuk mendorong mereka mengekspor produk mereka dan memberikan
informasi bagi para calon eksportir untuk dapat memanfaatkan potensi ekspor alat kesehatan
Indonesia mengingat ekspor alat kesehatan di Indonesia masih merupakan pasar baru di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Bisnis.com. (2021, February 15). Kemendag: Ekspor Alat Kesehatan Berpotensi Tembus Rp 63,4

Triliun. Retrieved from https://bisnis.tempo.co/read/1432930/kemendag-ekspor-alat-kesehatan-

berpotensi-tembus-rp-634-triliun

Pebisnis Mulai Eksplorasi Peluang Ekspor Alat Kesehatan: Ekonomi. (2021, February 15). Retrieved

from https://ekonomi.bisnis.com/read/20210215/12/1356186/pebisnis-mulai-eksplorasi-

peluang-ekspor-alat-kesehatan

Anda mungkin juga menyukai