Anda di halaman 1dari 17

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA


2020

Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Penanganan Keracunan Makanan


Pada anak Usia Sekolah Di SD 1 Sidodadi Masaran Sragen
1)
Nurjannah

1) Mahasiswa Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Racun dalam makanan dapat berasal dari bahan makanan nabati maupun
hewani. Gejala saat mengalami keracunan makanan dimulai dengan mual yang
hebat dan muntah-muntah. Pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama
keracunan makanan merupakan hal yang sangat penting dalam proses pelaksanaan
tindakan pertolongan pertama keracunan makanan. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat pengetahuan orang tua tentang
penanganan keracunan makanan pada anak usia sekolah di SD 1 Sidoda di
Masaran Sragen.
Desain penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengukuran
dengan metode penelitian survey. Pengambilan sampel dengan cara survei tanpa
melakukan intervensi terhadap subjek penelitian. Sampel sebayak 118 responden
dengan teknik sampling yaitu purposive sampling. Teknik analisis data
menggunakan analisis univariat.
Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden berusiaantara26
tahun sampai dengan 35 tahun sebanyak 64 responden (54,2%) dan tingkat
pendidikan didominasi latar belakang pendidikan Sekolah Dasar 52 responden
(44,1%), sedangkan tingkat pengetahuan responden mayoritas berpengetahuan
cukup sebanyak 69 responden (58,5%). Kesimpulan penelitian ini adalah tingkat
pengetahuan orang tua tentang penanganan keracunan makanan pada anak usia
sekolah di SD 1 Sidodadi Masaran Sragen mayoritas cukup. Diharapkan orang tua
dapat dapat meningkatkan pengetahuan tentang penanganan keracunan makanan.

Kata Kunci :Tingkat Pengetahuan, Keracunan Makanan, Penanganan


Daftar Pustaka : 65 (2008 – 2016)

1
NURSING SCIENCE PROGRAM
STIKES KUSUMA HUSADA OF SURAKARTA
2019

Parental Knowledge Level About Handling Food Poisoning in School Age


Children at SD 1 Sidodadi Masaran Sragen

1)
Nurjannah

1) Student of Nursing Science Program of STIKES Kusuma Husada of Surakarta

ABSTRACT

Toxins in food can come from vegetable and animal foods. Symptoms when
experiencing food poisoning begins with severe nausea and vomiting. Public knowledge
about food poisoning first aid is very important in the process of implementing food
poisoning first aid measures. The purpose of this study was to determine how the level of
parental knowledge about handling food poisoning in school-age children at SD 1 Sidoda
in Masaran Sragen.
The research design uses quantitative descriptive methods. Measurement by
survey research methods. Sampling by survey without intervening on the research
subjects. Samples as many as 118 respondents with a sampling technique that is
purposive sampling. Data analysis techniques using univariate analysis.
The results showed that the majority of respondents aged between 26 years to 35
years were 64 respondents (54.2%) and the level of education was dominated by
elementary school educational background of 52 respondents (44.1%), while the
knowledge level of the majority of respondents was knowledgeable enough as many as 69
respondents ( 58.5%). The conclusion of this study is the level of parental knowledge
about handling food poisoning in school-age children in SD 1 Sidodadi Masaran Sragen
is sufficiently majority. It is hoped that parents can improve their knowledge about
handling food poisoning.

Keywords : Knowledge Level, Food Poisoning, Handling


Reference : 65 (2008 – 2016)

2
1. PENDAHULUAN kejadian dengan 4.935 orang
Racun dalam makanan dapat terpapar, sakit 952 orang dan
berasal dari bahan makanan nabati meninggal 1 orang dengan attack
maupun hewani. Racun yang rate (AR 19,30%) dan case fatality
disebabkan karena mikro organisme rate (CFR 0,1% (BPOM RI, 2013).
yang terdapat pada makanan, Kejadian kasus keracunan
misalnya clostridium botulium, pada anak SD pada bulan Desember
mengeluarkan toxin yang menyerang 2013 di SDN Kalibanteng terdapat
saraf, streptococcus, menyebabkan 19 siswa dilarikan ke IGD Rumah
diarrhea, richineltla spiralis pada Sakit Tugurejo setelah
daging sapi dan babi yang sakit mengkonsumsi mie instan yang
(Pratiknjo, 2010). Makanan jajanan dibubuhi dengan saus yang dijual
memegang peranan yang cukup oleh pedagang di luar sekolah. Hasil
penting dalam memberikan asupan laboratorium menunjukkan bahwa
energi dan zat gizi lain bagi anak- makanan tersebut mengandung zat
anak usia sekolah (Hamida Khairuna, pewarna dan pemanis buatan.
2012). Jajanan yang menyebabkan Berdasarkan data Kejadian
keracunan dipengaruhi beberapa Luar Biasa (KLB) pada tahun 2012-
faktor antara lain adalah hygiene 2013 mengenai jajanan anak sekolah
perorangan yang buruk, cara di Indonesia, diperoleh bahwa di
penanganan makanan yang tidak Indonesia kelompok siswa Sekolah
sehat dan perlengkapan pengolahan Dasar (SD) merupakan kelompok
makanan yang tidak bersih (Ningsih, yang paling sering mengalami
2014). Pneumotoraks spontan sering keracunan makanan (BPOM, 2013).
terjadi pada usia muda, dengan Berdasarkan survey BPOM pada
insidensi puncak pada dekade ketiga tahun 2013 hampir semua sekolah di
kehidupan (20-40 tahun). Surabaya membuktikan 45% jajanan
Propinsi Jawa Tengah sekolah merupakan makanan jajanan
menjadi propinsi penyumbang KLB yang berbahaya. Makanan tersebut
tertinggi di Indonesia. Sedangkan diantaranya mengandung boraks,
tahun 2013 KLB keracunan pangan formalin, dan boramin. Boraks atau
di Jawa Tengah sebanyak 17 sodium tetraborate decahydrate

3
adalah bahan yang digunakan dalam Kasus keracunan makanan
pembuatan detergen. Boraks pada anak Sekolah Dasar termasuk
merupakan prekursor dari sodium kelompok umur yang rentan terhadap
perborate monohidrate. Sedangkan penyakit. Sehingga jika kualitas
formalin biasanya digunakan untuk makanan jajanan buruk akan
mengawetkan jasad manusia mempengaruhi proses belajat
(Pongsavee, 2009). Apabila mengajar dan berdampak pada
kandungan dari bahan tersebut prestasi anak di sekolah. Akibat
digunakan dalam campuran bahan lanjut dari keracunan makanan akan
makanan, akan memberikan dampak mempengaruhi derajat kesehatan
buruk bagi kesehatan. Salah satunya anak Sekolah Dasar sehingga
yaitu keracunan makanan. mengganggu proses tumbuh
Pada penelitian Zulaekah kembang anak. Maka sedapat
(2012), menunjukkan bahwa mungkin kejadian keracunan
pengetahuan anak sekolah dasar makanan pada anak harus dicegah
tentang keamanan makanan jajanan (Yunaenah, 2009).
tidak baik sebelum diberikan Menurut hasil penelitian dari
penyuluhan tentang bahaya janjanan Tiari (2016), menunjukkan bahwa
disekolah. Sehingga banyak anak warga masyarakat mengetahui
sekolah dasar yang mengalami penanganan pertama pada kasus
keracunan akibat makanan jajanan keracunan makanan yaitu dengan
disekolah. Menurut Murray (2009) diberi air susu karena dianggap dapat
menyebutkan gejala saat mengalami menetralkan racun yang masuk ke
keracunan makanan dimulai dengan dalam tubuh. Didapatkan pula bahwa
mual yang hebat dan muntah- pengetahuan masyarakat tentang
muntah. Gejala lainnya berupa kram penanganan keracunan di Dusun Dua
perut, diare, sakit kepala dan demam, Gatak Tamantirto Kasihan Bantul
terkadan keracunan dapat berakibat Yogyakarta cukup.
kematian apabila terjadi pada anak- Penelitian Amartani (2012)
anak dan orang tua yang sakit untuk mengurangi kekuatan racun
menahun apabila tidak segera dapat diberikan air putih sebanyak-
ditangani. banyaknya atau susu yang telah

4
dicampur dengan putih telur. Susu orang tua supaya dapat mencegah
dan putih telur mengandung protein terjadinya keracunan makanan (Sari,
tinggi yang dapat menguraikan 2017).
racun, ketika masuk ke dalam tubuh Berdasarkan hasil studi
protein akan diserap oleh organ pendahuluan di Desa Sidodadi
pencernaan. Protein tersebut akan Masaran Sragen, diperoleh jumlah
menggumpalkan zat beracun karena orang tua yang mempunyai anak
kandungan asam amino dan akan sekolah dasar sebanyak 168 orang
dikeluarkan melalui air kencing atau yang sekolah di SD N 1 Sidodadi.
feses. Kepala Sekolah SD N 1 Sidodadi
Pengetahuan masyarakat mengatakan bulan Maret-Mei 2019
tentang pertolongan pertama jumlah murid yang ijin sakit tidak
keracunan makanan merupakan hal masuk sekolah sebanyak 16 siswa.
yang sangat penting dalam proses Hasil wawancara terhadap 20
pelaksanaan tindakan pertolongan orang tua yang memiliki anak
pertama keracunan makanan (Abbas, sekolah dasar di SD N 1 Sidodadi
2013). Pengetahuan tentang Masaran Sragen mengatakan
penanganan keracunan masyarakat anaknya pernah ijin sakit tidak
awam dipengaruhi oleh paparan masuk sekolah karena sakit flu,
informasi yang mempengaruhi demam, dan diare disertai muntah.
proses penanganan keracunan secara Ibu mengatakan belum mengetahui
dini (Arisman, 2009). penanganan keracunan terbukti
Faktor pengetahuan dengan orangtua tidak dapat
merupakan faktor yang menjawab pertanyaan dari peneliti.
mempengaruhi seseorang untuk Sebagian besar orang tua
bertindak (Notoatmojo, 2007). mengatakan anaknya sering jajan di
Pengetahuan anak tentang keamanan sekolahan.
makanan yang dikonsumsi sangat Berdasarkan data diatas maka
diperlukan agar dapat memperbaiki peneliti tertarik untuk melakukan
perilaku siswa untuk tidak jajan penelitian dengan judul “Tingkat
sembarangan. Pendidikan kesehatan Pengetahuan Orang Tua Tentang
diperlukan pada guru, siswa dan Penanganan Keracunan Makanan

5
Pada Anak Usia Sekolah Di SD N 1
Sidodadi Masaran Sragen”. Usia bisa mempengaruhi daya
tangkap dan pola pikir seseorang,
2. METODOLOGI PENELITIAN
semakin bertambah usia maka akan
Penelitian ini adalah penelitian
semakin berkembang daya tangkap
deskriptif kuantitatif. Populasi dalam
dan pola pikirnya, sehingga
penelitian ini adalah seluruh orangtua
pengetahuan yang diperolehnya
yang memiliki anak usia sekolah
semakin baik. Menurut Wawan dan
dasar di SD N 1 Sidodadi sejumlah
Dewi (2011), semakin cukup umur,
166 orang. sempel yang digunakan
tingkat kematangan dan kekuatan
dalam penelitian ini sejumlah 117,73
seseorang akan lebih matang dalam
dibulatkan menjadi 118 orang
berfikir dan bekerja. Usia juga
dengan dengan menggunakan rumus
mempengaruhi daya tangkap dan
slovin. Teknik analisis menggunakan
pola pikir seseorang.
analisis univariat.
Hasil penelitian Hanifah (2010),

3. HASIL PENELITIAN DAN faktor yang mempengaruhi tingkat

PEMBAHASAN pengetahuan yaitu seperti

Karakteristik Responden pengalaman, pekerjaan, pendidikan,

Tabel 4.1. Distribusi Responden lingkungan dan media massa.


Berdasarkan Usia Menurut Notoadmodjo (2012),
(n = 118) menyatakan bahwa salah satu faktor
Usia Frekuensi Persentase
17 – 25 th 37 31,4 yang berhubungan dengan
26 – 35 th 64 54,2
pengetahuan adalah umur. Menurut
36 – 45 th 17 14,4
Total 118 100% peneliti pada usia dewasa awal
Berdasarkan tabel 4.1
responden sudah memiliki
distribusi frekuensi usia responden
pengalaman hidup yang cukup
SD N 1 Sidodadi Masaran Sragen
sehingga berpengaruh pada
menunjukkan bahwa mayoritas
pengetahuan yang didapatkan.
responden berusia antara 26 tahun
Makanan yang mencurigakan
sampai 35 tahun sebanyak 64
mengandung zat kimia banyak atau
responden (54,2%).
racun menurut sepengetahuan

6
responden yaitu makanan berwarna yang rendah. Menurut Notoadmodjo
sangat mencolok, jika dimakan akan (2003), pendidikan merupakan salah
terasa pahit di lidah, sehingga jika satu faktor yang bisa mempengaruhi
responden menjumpai makanan persepsi seseorang untuk menerima
seperti tersebut, responden tidak ide-ide baru. Semakin tinggi
akan membeli atau tidak tingkat pendidikan seseorang,
mengkonsumsi. Dampak keracunan maka orang tersebut akan mudah
makanan seperti muntah-muntah, untuk menerima informasi. Makin
diare, kepala pusing, dan jika tinggi pendidikan seseorang makin
menjumpai kejadian tersebut, tinggi kemampuan yang diperoleh.
responden langsung mencari Sebaliknya, makin rendah
pertolongan dengan membawa ke pendidikan seseorang makin sedikit
rumah sakit agar segera tertangani. kemampuan yang diperoleh.
Tabel 4.2 Distribusi Responden Adanya kemampuan yang tinggi
Berdasarkan Pendidikan memungkinkan seseorang dapat
(n = 118) mengembangkan pengetahuan,
Pendidikan Frekuensi Persentase
SD 52 44,1
sikap dan praktik yang mereka
SMP 41 34,7 lakukan (Hidayah dkk, 2017).
SMA 25 21,2
Total 118 100% Berdasarkan hasil penelitian ini,
Berdasarkan tabel 4.2 peneliti memberikan asumsi bahwa
menunjukan distribusi frekuensi tingkat pendidikan tidak berpengaruh
pendidikan responden SD N 1 terhadap tingkat pengetahuan tentang
Sidodadi Masaran Sragen keracunan makanan. Hasil penelitian
menunjukkan mayoritas mempunyai menunjukkan sebagian besar
latar pendidikan Sekolah Dasar pendidikan responden adalah
sebanyak 52 responden (44,1%), Sekolah Dasar. Walaupun
pendidikan SMP sebesar 41 pendidikan responden termasuk
responden (34,7%) dan pendidikan pendidikan rendah, namun responden
SMA terdapat 25 responden (21,2%). memiliki pengetahuan yang cukup
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian mengenai keracunan makanan.
besar responden memiliki pendidikan Pengetahuan tidak hanya diperoleh

7
dari pendidikan formal, namun juga merupakan faktor yang
dapat diperoleh dari pendidikan non mempengaruhi seseorang untuk
formal seperti lingkungan pergaulan, bertindak (Notoatmojo, 2007).
media sosial, posyandu, dan Hasil penelitian ini sejalan
lingkungan keluarga. dengan penelitian yang dilakukan
oleh Hatta tahun 2018 menyatakan
Analisis Univariat
bahwa pengetahuan berhubungan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi
dengan pemilihan makanan jajanan
Tingkat Pengetahuan Orang Tua
siswa. Kebiasaan jajan pada anak
(n = 118 )
sekolah penting untuk ditangani
Pengetahuan Frekuensi Persentase
Baik 20 16,9 sebagai usaha pencegahan terjadinya
Cukup 69 58,5
penyakit dimasa yang akan datang,
Kurang 29 24,6
Total 118 100% kesadaran tentang pola hidup sehat
Berdasarkan Tabel 4.3
harus dipupuk sejak dini, yaitu sejak
diketahui bahwa tingkat pengetahuan
usia sekolah atau bahkan sejak usia
responden di SD N 1 Sidodadi
pra sekolah.
Masaran Sragen menunjukkan bahwa
Pengetahuan anak tentang
mayoritas responden mempunyai
keamanan makanan yang dikonsumsi
tingkat pengetahuan yang cukup
sangat diperlukan agar dapat
sebanyak 69 responden (58,5%). Hal
memperbaiki perilaku siswa untuk
ini menunjukkan bahwa pengetahaun
tidak jajan sembarangan. Pendidikan
yang dimiliki seseorang akan
kesehatan diperlukan pada guru,
mempengaruhi sikap yang muncul.
siswa dan orang tua supaya dapat
Pengetahuan seseorang akan dapat
mencegah terjadinya keracunan
membentuk kepribadian dirinya,
makanan (Sari, 2010). Hasil
dimana setiap individu memiliki
penelitian ini didukung oleh
gambaran tersebut ditentukan oleh
penelitian Wahyudi (2016)
empat faktor yaitu lingkungan fisik
mengatakan didapatkan 63
dan mental, struktur kejiwaan,
responden (82%) mempunyai
keinginan dan tujuan, serta
pengetahuan cukup. Pengetahuan
pengalaman. Faktor pengetahuan
yang cukup mengenai keracunan

8
makanan ini dapat diperoleh dari Pengetahuan atau kognitif
posyandu, media televisi dan merupakan domain yang sangat
lingkungan pergaulan. penting dalam membentuk sikap dan
Faktor-faktor yang tindakan seseorang (Nasution, 2010).
mempengaruhi pengetahuan menurut Selain itu pengetahuan juga bersifat
Mubarok (2011) yaitu: pendidikan benar karena sesuai dengan realitas
semakin tinggi pendidikan seseorang yang ada (Suryana, 2015). Menurut
semakin mudah pula menerima Handoyo (2014) penyebab keracunan
informasi, pekerjaan dapat makanan bakteri Salmonella
memperoleh pengalaman dan enteritidis, Klebsiella pneumonia,
pengetahuan, umur dapat Enterobacter hafniae dan jamur
mempengaruhi daya tangkap dan Rhizopus sp ditandai dengan
pola pikir seseorang. Sebagian besar ditimbulkan yaitu pusing, diare,
pengetahuan manusia diperoleh mual, lemas/nyeri, demam dan
melalui mata dan telinga seperti muntah.
poster, buklet, leaflet, slide atau Keracunan makanan dapat
informasi yang berupa tulisan dan disebabkan oleh pencemaran bahan
informasi yang berbentuk suara kimia beracun (tanaman, hewnam
seperti ceramah, penyuluhan atau metabolit mikroba) kontaminasi
video yang membantu menstimulasi kimia, mikroba patogen dan non
penginderaan dalam proses bakteri (parasit, ganggang, jamur,
pembelajaran (Efendy, Ferry & virus) yang masuk ke dalam tubuh
Makhfudli, 2012). melalui makanan (Depkes, 2010).
Hasil penelitian Saptiningrum Populasi yang berisiko
(2016) mengatakan terdapat mengalami keracunan dengan jumlah
pengaruh pendidikan kesehatan total kasus 60.860 kasus dari 715.579
dengan metode demonstrasi terhadap . Populasi berisiko (attack rate 9,1%)
pengetahuan pertolongan pertama dan CFR sebesar 0,5% (291 orang).
pada keracunan makanan di Perempuan lebih berisiko dibanding
Padukuhan Sanggrahan Banjarharjo laki-laki. Untuk variabel usia
Kalibawang Kulon Progo. menunjukka usia dewasa dan sekolah

9
mendominasi kasus meskipun belum agent sedang sebanyak 53 responden
dapat dianalisis secara detail yang (53%).
diperoleh sangat bervariasi (Arisanti, Pengetahuan seseorang tentang
2018). Namun dari data World suatu objek mengandung dua aspek,
Health Organization (WHO) yaitu aspek positif dan negatif.
menyebutkan bahwa 40% kasus Kedua aspek ini akan menentukan
keracunan pangan palling banyak sikap seseorang semakin banyak
terjadi pada anak usia <5 tahun aspek positif dan objek yang
(WHO, 2015). diketahui, maka akan menimbulkan
Hasil penelitian yang dilakukan sikap makin positif terhadap objek
di Desa Sidodadi Masaran Sragen tertentu (Wawan & Dewi, 2011).
menunjukkan sebesar 20 responden Penelitian Amal dkk (2015)
(16,9%) mempunyai tingkat mengatakan ada hubungan antara
pengetahuan yang baik. Hal ini tingkat pengetahuan dengan sikap
mungkin dapat sebabkan responden ibu dalam pencegahan keracunan
sudah mengetahui informasi dari pada anak usia 1-5 tahun.
media sosial mengenai jenis Hasil penelitian menunjukkan 29
makanan jajanan yang mengandung responden (24,6%) mempunyai
racun dengan melihat warna pengetahuan yang kurang mengenai
makanan, sehingga dengan keracunan makanan jajanan. Hal ini
mengetahui warna makanan yang dapat disebabkan karena kurangnya
mencolok responden menasehati pendidikan ataupun ceramah-
kepada anaknya agar tidak jajan ceramah tentang makanan yang sehat
sembarang. Selain itu responden yang diperoleh responden tersebut
kemungkinan juga mengetahui sehingga biasanya mereka senang
penanganan jika terjadi keracunan bertanya pada teman yang belum
makanan. Hal ini didukung oleh tentu memiliki pengetahuan yang
penelitian Tiari (2016) mengatakan baik tentang makanan yang sehat
mayoritas tingkat pengetahuan untuk dikonsumsi. Kurangnya
tentang pertolongan pertama pengetahuan dalam pemilihan jenis
keracunan makanan noncorosive makanan jajanan maka akan

10
berpengaruh terhadap konsumsi jajanan yang dijual di sekitar lokasi
makanan dalam keluarga. Dampak SD N 1 Sidodadi tepatnya di Desa
yang ditimbulkan dari keracunan Sidodadi Masaran Sragen masih
makanan yaitu nyeri kepala dan diare banyak yang mengandung zat
pada anak.. Hasil penelitian ini pewarna berbahaya .
didukung oleh penelitian Suparmi
(2016) kurangnya pengetahuan Simpulan
responden disebabkan karena Berdasarkan hasil penelitian
responden belum pernah mengikuti dan pembahasan tentang gambaran
penyuluhna atau pelatihan tentang pengetahuan ibu tentang penanganan
pewarna makanan serta informasi keracunan makanan pada anak usia
dari media cetakmaupun elektronik sekolah di Desa Sidodadi Masaran
kurang. Hal ini berdampak pada Sragen dapat disimpulkan sebagai
perilaku mengkonsumsi makanan berikut:
jajanan sembarang terutama anak- 1. Hasil karakteristik usia
anak. responden mayoritas berusia
Berdasarkan hasil penelitian ini, antara 26 sampai dengan 35
peneliti dapat menyimpulkan bahwa tahun sebanyak 64 responden
meskipun mayoritas responden (54,2%) dan sebagian besar
berpendidikan rendah atau Sekolah responden memiliki pendidikan
Dasar, namun mayoritas responden yang rendah atau Sekolah Dasar
mempunyai pengetahuan yang cukup sebanyak 52 responden (44,1%).
mengenai keracunan makanan. Hal 2. Pengetahuan kategori baik
ini menunjukkan bahwa tingkat tentang keracunan makanan pada
pendidikan responden rendah tidak anak usia sekolah di SD N 1
menjadi faktor yang menentukan Sidodadi Masaran Sragen
rendahnya pengetahuan tentang sebanyak 20 responden (16,9%).
keracunan makanan yang dikonsumsi 3. Pengetahuan kategori cukup
oleh anak-anak mereka yang masih tentang keracunan makanan pada
sekolah di SD. Akan tetapi harus anak usia sekolah di SD N 1
diwaspadai karena pada makanan

11
Sidodadi Masaran Sragen Bagi Peneliti Selanjutnya
sebanyak 69 responden (58,5%). Peneliti selanjutnya
4. Pengetahuan kategori kurang diharapakan dapat
tentang keracunan makanan pada menghubungkan antara
anak usia sekolah di SD N 1 pengaruh pendidikan kesehatan
Sidodadi Masaran Sragen terhadap perubahan
sebanyak 29 responden (24,6%). pengetahuan responden tentang
penanganan keracunan
Saran
makanan.
1. Bagi Masyarakat
3. Bagi Penelit
Diharapkan orang tua selalu
Peneliti memperoleh pengalaman
mengikuti segala bentuk
penelitian tentang penanganan
penyuluhan yang di
keracunan makanan di lahan
selenggarakan oleh petugas
praktek
kesehatan agar dapat
meningkatkan pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
masyarakat tentang kesehatan
sehingga dapat mengaplikasikan Agung D.W.(2016).Pengetahuan
Masyarakat Tentang
ilmu yang di dapat dalam Penanganan Keracunan
kehidupan sehari-hari Makanan di Masyarakat Di
Rt/Rw 02/01 Dusun Tosari
2. Bagi Institusi Pendidikan Desa Munggung Kecamatan
a. Pendidikan keperawatan Pulung Kabupaten Ponorogo.
Skripsi Tesis, Universitas
hendaknya memberikan Muhammadiyah Ponorogo
materi pembelajaran
Almatsier, S.(2009).Prinsip Dasar
penanganan keracunan Ilmu Gizi. Jakarta : PT
makanan Gramedia Pustaka Utama

b. Menyebarluaskan informasi Amal A, Yani I, Kurnia


W.(2015).Hubungan Antara
dan pengetahuan tentang
Tingkat Pengetahuan Dengan
penanganan keracunan Sikap Ibu Dalam Pencegahan
Keracunan Pada Anak Usia 1-
makanan melalui seminar dan
5 Tahun.prosiding konferensi
simposium keperawatan. nasional ppni jawa
tengah.112-119

12
Amartani D.K(2012). Analisis Departemen Gizi dan Kesehatan
Prosedur Keadaan Darurat Masyarakat. (2011).Gizi dan
Keracunan Makanan di PT. Kesehatan Masyarakat.
Denso Indonesia Sunter Jakarta: Raja Gravindo
Plant. Perpustakaan.Uns.ac.id Persada

Arikunto, S. (2009). Penelitian Departemen Kesehatan Rakyat


Tindakan Kelas.Jakarta: PT. Indonesia. (2014).Profil
Bumi Aksara Kesehatan IndonesiaTahun
2014.[di akses dari
Arikunto, S.(2013). Prosedur http://www.depkes.go.id pada
Penelitian Suatu Pendekatan tanggal 08 Januari 2018]
Praktik. Jakarta: PT.Rineka
Cipta. Depkes RI. (2010). Capaian
Pembangunan Kesehatan Tahun
Arisanti RR., Indriani C, Wilopo 2011. Jakarta.
A.A. (2018). Kontribusi Agen
dan Faktor Penyebab Dinas Kesehatan Kota
Kejadian Luar Biasa Surabaya.(2016).Profil
Keracunan Pangan di Kesehatan Kota Surabaya
Indonesia: Kajian Sistematis. 2016. Surabaya: Dinas
Berita Kedokteran Kesehatan Kota Surabaya
Masyarakat Journal of ffendi, F & Makhfudli. (2009).
Community Medicine and Keperawatan Kesehatan
Public Health. Volume 34 Komunitas: Teori dan
Nomor 3 Hal. 99-106. Praktek Dalam Keperawatan.
Jakarta: Salemba medika.
Arisman.(2009. Buku ajar ilmu gizi
keracunan makanan. Jakarta : Hair et al. (2010). Multivariate Data
EGC Analysis, Seventh Edition.
Pearson Prentice Hall
Asfuah S.(2009).Buku ajar gizi untuk
kebidanan. Yogyakarta: Nuha Handoyo A.(2014).Studi Kasus
Medika Kejadian Luar Biasa
Keracunan Pangan Di Desa
Atikah.(2009).Ilmu Gizi Untuk Jembungan Kecamatan
Keperawatan & Gizi Banyudono
Kesehatan. Yogyakarta: CV. Boyolali.Universitas
Trans Info Media Muhammadiyah Surakarta.

Budiman & Riyanto A. (2013). Hidayah R, Asterina dan Afriwardi.


Kapita Selekta Kuisioner (2017). Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Pendidikan dan Pengetahuan
Dalam Penelitian Penjual Es Campur Tentang
Kesehatan.Jakarta : Salemba Zat Pewarna Berbahaya
Medika pp 66-69 dengan Kandungan

13
Rhodamin B dalam Buah Kurniawati Erni.(2012).Hubungan
Kolang Kaling di Kota Tingkat Pengetahuan Ibu
Padang. Jurnal Kesehatan Tentang Gizi Dengan Status
Andalan Volume Gizi Balita Di Kelurahan
6(2)http://jurnal.fk.unanda.ac Baledono, Kecamatan
.id Purworejo, Kabupaten
Purworejo.e-journal.akbid-
Hidayat A.A. (2011). Metode purworejo.ac.id/index.php/jkk
penelitian Keperawatan dan 5/article/view/70/68
Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika Mansur Muslich. (2011). Pendidikan
Karakter. Jakarta: Bumi
Hidayat A.A., (2010). Metode Aksara
Penelitian Kesehatan
Paradigma Kuantitatif, Marmi. (2013). Gizi Dalam
Jakarta: Heath Books Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Junaidi, I.(2011).Pedoman Martini. (2013). Pelayanan Keluarga
pertolongan pertama Berencana. Yogyakarta:
keracunan makanan yang Rohima Press.
harus dilakukan saat gawat
darurat. Yogyakarta: C.V Menkes RI. (2014). Peraturan
ANDI OFFSET MenteriKesehatan RI Nomor
24 Tahun 2014 tentang Upaya
Kartono, K. (2010). Psikologi Kesehatan Anak Pasal 1
Wanita. Mengenal Gadis
Remaja dan Wanita Dewasa Mentri Kesehatan (2010). Keputusan
jilid 2. Bandung : Mandar Menteri Kesehatan Republik
Maju. Indonesia Nomor:
Kementerian Kesehatan RI. (2015). 1995/Menkes/SK/XII/2010
Profil Kesehatan Indonesia tentang Standar
Tahun 2015 Anthropometri Penilaian
Status Gizi Anak. Jakarta:
Krisanti P.(2009). Asuhan Kementrian Kesehatan RI
Keperawatan Gawat Darurat. Direktorat Jenderal Bina Gizi.
Jakarta: TM.
Mubarak. W. I. (2011). Promosi
Kristiyanasari, Weni. (2010). Gizi Kesehatan. Jogyakarta : Graha Ilmu.
Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha
Medika Munir Zaldy. (2010). Pengertian
Orang Tua.Bandung.
Kurniawan, Bayu. (2016). PTRefika Aditama
Determinan Keberhasilan
Pemberian Air Susu Ibu Murty E.M,Shirley E. S. K, Nova H.
Eksklusif.Jurnal Kedokteran Kapantow.(2015).Hubungan
Brawijaya, Vol. 27, No. 4 Antara Pengetahuan Ibu

14
Tentang Gizi dengan Status Notoatmodjo, Soekidjo.
Gizi Anak Umur 1- 3 Tahun (2013).Pendidikan dan
Di Desa Mopusi Kecamatan Perilaku Kesehatan. Jakarta.
Lolayan Kabupaten Bolaang Rineka Cipta.
Mongondow Induk Sulawesi
Utara.Jurnal e-Biomedik Notoatmojo S. (2011). Kesehatan
(eBm), Volume 3(2) Masyarakat Ilmu dan Seni.
Jakarta: Rineka Cipta; 2011
Nanang Djamaludin,
(2010).Panduan Pintar Nursalam. (2013). Metodologi
Merawat Bayi dan Balita. Penelitian Ilmu
Jakarta: PT Wahyu Media Keperawatan: Pendekatan
Praktis. Edisi 3. Jakarta.
Narendra, M.S, dkk. (2008).Buku Salemba Medika.
Ajar Tumbuh Kembang Anak
dan Remaja.Jakarta Nursalam.(2008).Konsep dan
Penerapan Metodologi
Nasution M.N., (2010). Manajemen Penelitian Ilmu Keperawatan.
Mutu Terpadu (Total Quality Jakarta: Salemba Medika
Management), Jakarta:
Ghalia. Indonesia. Potter & Perry. (2009). Fundamental
Keperawatan. Edisi 7. Jakarta
Ni Made SriArwanti. (2009). : Salemba Medika
Swadharma Ibu dalam
Keluarga Hindu. Denpasar: Proverawati A AS. (2009).Buku Ajar
Widya Dharma Gizi Untuk Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Niven, N. (2012). Psikologi
Kesehatan : Pengantar untuk Riskesdas (2013). Badan
Perawat dan Tenaga Penelitiandan
Kesehatan Profesional Lain. PengembanganKesehatan
Jakarta: EGC. LaporanNasional
2013.Departemen
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan KesehatanRepublik
Dan Perilaku Kesehatan. Indonesia;Jakarta.
Jakarta: Rineka Cipta.
Riwidikdo, H. (2010). Statistik
Notoatmodjo, S. Kesehatan. Yogyakarta:
(2010).PromosiKesehatanTeo Mitra Cendekia.
ri dan Perilaku. Jakarta :
Rineka Kesehatan. Safitrih L.(2016).Anjar Mahardian
Kusuma, dan Much Ilham N.
Notoatmodjo, S. (2012). Konsep dan Aji WibowoAngka Kejadian
Penerapan Metodelogi dan Penatalaksanaan
Penelitian Ilmu Keperawatan. Keracunan di Instalasi Gawat
Jakarta : Salemba Medika. Darurat RSUD Prof. Dr.

15
Margono Soekardjo Sastroasmoro,dan Sofyan Ismael.
Purwokerto Tahun 2012– (2010). Dasar-dasar
2014. Media Litbangkes, Vol. Metodologi Penelitian Klinis,
26 No. 3, September 2016, edisi ketiga in: Pemilihan
175-180 Subjek Penelitian dan Desain
Penelitian. Jakarta: Sagung
Saparudin Asma seto
AN.(2017).Hubungan
Tingkat Pengetahuan Ibu Sediaoetama. ((2012). Peranan Gizi
TentangGizi Dengan Status dalam Siklus Kehidupan.
GiziPada Balita di Puskesmas Jakarta : Kencana Prenada
Tegalrejo Kota Media Group
Yogyakarta.Universitas Suarjana, I.M.,.(2011). Kejadian luar
„AisyiyahYogyakarta.Naskah biasa keracunan makanan.
Publikasi www.poltekes.denpasar.ac.id
online.http://digilib.unisayog
ya.ac.id/3001/1/Naskah%20P Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
ublikasi%20.pdf Kuantitatif, Kualitatif, dan
Kombinasi (Mixed Methods).
Saptinigrum E.(2016).Pengaruh Bandung : Alfabeta
Pendidikan Kesehatan
Dengan Metode Demonstrasi Sugiyono. (2016). MetodePenelitian
Terhadap Pengetahuan Kuantitatif, Kualitatif dan
Pertolongan Pertama Pada R&D. Bandung: PT Alfabet
Keracunan Makanan Di
Padukuhan Sanggrahan Suhartono, S., (2008).Filsafat Ilmu
Banjarharjo Kalibawang Pengetahuan Personal
Kulon Progo.Universitas Eksistensi dan Hakikat Ilmu
„Aisyiyah Yogyakarta Pengetahuan, 52-54, Ar-Ruzz
Media, Jogjakarta
Sari, I.P. 2010. Perilaku Jajan
Sembarang, Sumatera: Suparmi dan Desanti OI. (2016).
Universitas Sumatera Utara. Hubungan Pengetahuan,
Jurnal Universitas Sumatera Sikap dan Perilaku Ibu
Utara. Vol.4: 8-16. tentang Penggunaan Pewarna
Makanan dengan Keracunan
Sari MH. (2017). Pengetahuan dan Makanan pada Anak di
Sikap Keamanan Pangan Kelurahan Penggaron Lor
Dengan Perilaku Semarang. MKB, volume 48
PenjajaMakanan Jajanan No. 4 Desember 2016.
Anak Sekolah Dasar. Journal pISSN: 0126-074X;eISSN:
of Health Education. JHE 2338-6223;
2(2). ISSN 2527-4252. http://dx.doi.org/10.15395/m
http://journal.unnes.ac.id/sju/ kb-v48n4.405.
index.php/jhealthedu

16
Suryana. 2015. Kewirausahaan,
Pedoman Praktis Kiat dan Wawan A & Dewi M.(2011). Teori
Proses Menuju Sukses. dan Pengukuran
Bandung: Alfabeta. Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusi.Cetakan II.
Suryani Linda.(2017).Faktor Yang Yogyakarta : Nuha Medika
Mempengaruhi Status Gizi
Balita Di Wilayah Kerja WHO.(2015). World Health Statistic
Puskesmas Payung Sekaki Report. Geneva: World
Pekanbaru.STIKes Payung Health Organization.
Negeri Pekanbaru.JOMIS
(Journal Of Midwifery WHO.(2013). Child Growth
Science).Vol 1. No.2,Juli Standar-Malnutrition Among
2017 Children In Poor Area of
China. Public Health Nutr.
Sutomo, Bdan Anggraeni,DY.
(2010). Menu Sehat Alami Widjaja. (2008). Gizi Tepat Untuk
untuk Balita dan Batita. Perkembangan Otak Dan
Jakarta: PT. Agromedia Kesehatan Balita. : Kawan
Pustaka Pustaka.
Tiari S.(2016).Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Dusun Dua Gatak Wong, D, dkk. (2009). Buku Ajar
Tamantirto Kasihan Bantul Keperawatan Pediatrik.
Yogyakarta Tentang Volume 1. PenerbitBuku
Pertolongan Pertama Kedokteran EGC : Jakarta
Keracunan Makanan
Noncorosive World Health Organization.
Agent.Universitas (2015).Malnutrition Statistics.
Muhammadiyah Yogyakarta
Zulfita, P.N.S.,(2013). Faktor-faktor
Utami C.(2016).Hubungan yang Mempengaruhi
Pengetahuan, Sikap, dan Kejadian Gizi Kurang Buruk
Tindakan Penggunaan pada Balita di Wilayah Kerja
Pestisida Dengan Tingkat Puskesmas Air Dingin Kota
Keracunan Pestisida Pada Padang Tahun 2013. Padang:
Petani Di Desa Kembang STIKes Mercu Bakti Jaya
Kuning Kecamatan
Cepogo.Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Wahyudi A.(2016).Pengetahuan
Masyarakat Tentang
Penanganan Keracunan
Makanan di
Masyarakat.Universitas
Muhammadiyah Ponorogo

17

Anda mungkin juga menyukai