Anda di halaman 1dari 4

Review Jurnal

Jurnal 1: Jaringan ikat tidak normal


Hasil
Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa, mudah terbakar, tidak mengiritasi namun sangat beracun. Dari sifat-sifat tersebut
CO dikenal sebagai “silent killer”. CO akan menjadi sangat berbahaya jika terhirup oleh
manusia. Dalam tubuh manusia, afinitas hemoglobin untuk mengikat CO 200-250 kali
besarnya daripada afinitas hemoglobin untuk mengikat oksigen.9,22 CO mudah bereaksi
dengan hemoglobin membentuk karboksihemoglobin (COHb). 10,11 Menurut WHO,
paparan CO dengan konsentrasi 100 mg/m3 (87,3 ppm), 60 mg/m3 (52,38 ppm), 30
mg/m3 (26,19 ppm), 10 mg/m3 (8,73 ppm) memiliki durasi batas normal paparan secara
berturut-turut hanya selama 15 menit, 10 menit, 1 jam dan 8 jam.20 Konsentrasi CO yang
tinggi di dalam darah dalam waktu hitungan menit dapat menyebabkan distres
pernapasan dan kematian. Cedera inhalasi menggambarkan kerusakan yang disebabkan
oleh terinhalasinya bahan iritan berupa iritan termal ataupun kimia.Trakea merupakan
bagian dari sistem konduksi pernapasan yang berfungsi menghantarkan gas. trakea
terletak di daerah leher, yang menghubungkan faring dengan bronkus. Posisinya
bersebelahan denganesofagus. Dinding dalamnya (mukosa) dilapisi lendir yang sel-
selnya berambut getar. Sel goblet dan silia merupakan salah satu barier pertahanan di
traktus respiratorius. Berbagai macam stimulus seperti alergen, bakteri, termasuk bahan
iritan seperti karbon monoksida menyebabkan perubahan epitel saluran nafas. Perubahan
epitel tersebut akibat proses inflamasi sehingga terjadipeningkatan sel goblet dan
berkurangnya jumlah silia.
Kesimpulan
Terdapat pengaruh paparan CO terhadap perubahan histologi trakea, terjadi infiltrasi sel
radang pada mukosa dan submukosa trakea, hilangnya silia pada epitel trakea, terdapat
kerusakan deskuamasi pada epitel trakea dan peningkatan jumlah sel goblet.
Daftar Pustaka
World Health Organization. Carbon monoxide environmental health criteria 213. Edisi
ke–2. Geneva: World Health Organization; 2004.
Peter FC, Scott Manaker MD, Holly Perry. Carbon monoxide poisoning. Wolters kluwer;
2014
Kementerian Lingkungan Hidup.Evaluasi kualitas udara perkotaan. Jakarta: Langit biru;
2013
Sentra Informasi Keracunan Nasional. Carbon Monoxide. Jakarta: Badan Pengawasan
Obat dan Makanan; 2010.
Faisal F, Yunus F, Harahap F. Dampak asap kebakaran hutan pada pernafasan. Cermin
Dunia Kedokteran. 2012; 38(1):31–5.
Akbar F. Analisis Penurunan Emisi Gas Karbon Monoksida (CO) dan Efisiensi BBM
Pada Kendaraan Roda Empat Yang Menggunakan Alat Penghemat dan Pencampuran
Bioetanol [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2013.
Kementerian Lingkungan Hidup. Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan. Jakarta:
Kementerian Lingkungan Hidup; 2012.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Keracunan Yang Disebabkan Gas Karbon
Monoksida. Jakarta; 2004.
Armin EMD, Joseph D, Zibrak MD. Carbon Monoxide Poisoning. Engl J
Med..2000;340:1290.
Li An, Chang-Ting Liu, Min-Jun Yu. Oxygenase-1 System, Inflammation And
Ventilator-Induced Lung Injury. European Journal of Pharmacology. 2011; 677
(2012): 1–4.
World Health Organization. Air quality guidelines. Edisi ke–2. Copenhagen: World
Health Organization; 2000.
Dries DJ. Inhalation Injury: Epidemiology, Pathology, Treatment Strategies.
Scandinavian Journal. 2013;12(3): 1–15.
Lasmana PD.Perbedaan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Antara Polisi Satlantas Dengan
Polisi Bagian AdministrasI [skripsi]. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret; 2010.
Setiawan I, Hariyono W. Hubungan Masa Kerja Dengan Kapasitas Vital Paru Operator
Empat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kota Yogyakarta. Kesehatan
Masyarakat. 2011;5(3): 162232
Widodo E. Priosoeryanto BP, Estuningsih S, Agungpriyono DR, Utji R. Effect of clove
cigarette exposure on white rat: special emphasis on the histopathology of respiratory
tract. Medical Jurnal Indonesia. 2007; 16(4):212–8.
Anindyajati EA. Pengaruh asap pelelehan lilin batik (malam) terhadap struktur histologis
trakea dan alveoli pulmo, jumlah eritrosit serta kadar hemoglobin mencit (mus
musculus l.) [skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret; 2007.
Al-Saggaf M. Effect of Car Fuel (Gasoline) Inhalation on Trachea of Guinea pig: Light
and Scanning Microscopic Study under Laboratory Conditions. Journal of Animal
and Veterinanry Advances. 2009;8(11): 2118–24.
Shraideh ZA, Najjar HN. Histological changes in tissues of trachea and lung alveoli of
albino rats exposed to the smoke of two types of narghile tobacco products. Jordan
Journal of Biologicall Sciences.2011; 4(4):219–24.
Anggraeni NIS. Pengaruh lama paparan asap knalpot dengan kadar CO 1800
ppmterhadap gambaran histopatologis jantung pada tikus wistar. Semarang:
Universitas Diponegoro; 2009.
World Health Organization. Carbon Monoxide Environmental Health Criteria, Geneva:
World Health Organization; 2004.
Bruce EN. A Multicompanement Model of Cartoxyhemoglobin and Carboxymyoglobin
Responses to Inhalation of Carbon Monoxide. 2005; 5(6): 1235–47.
Sumardjo DD. Pengantar Kimia: Buku Panduan Mahasiswa Kedokteran.Edisi ke1.
Jakarta: EGC; 2009.
Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Toxicological Profile for Carbon
Monoxide. Georgia: Agency for Toxic Substances and Disease Registry. 2012;
14(10): 284-312.
Selvia, Rahmawati I, Mulyanto J.. Hubungan Kadar HbCO dengan Kapasitas Vital Paru
Pedagang di Terminal Bus Purwokerto. Mandala of Health. 2011; 5(2): 304–8.
Fierro MA, O'Rourke MK, Burgess JL. Adverse health effects of exposure to ambient
carbon monoxide. Arizona: University of Arizona; 2001.
Moore KL, Agur AMR. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: EGC; 2007.
Beate EM, Brand S, Schafer T. Trachea: anatomy and physiology. Department of
Anatomy and Molecular Embryology, Institute of Anatomy, Ruhr University
Bochum. 2014; 24 (1):1-5.
Mescher AL. Histologi Dasar Junquiera. Edisi ke-12. Jakarta: EGC; 2012.
Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem.Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2012.
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2008.
Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC; 2004.
EroschenkoVP. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional Edisi ke-2. Jakarta:
EGC; 2007.
McCall JE, Cahill TJ: Respiratory care of the burn patient. J Burn CareRehabil. 2005;
26:200–6.
Arkeman HD. Efek Vitamin C Dan E Terhadap Sel Goblet Saluran Nafas Pada Tikus
Akibat Pajanan Asap Rokok. Universa Medicina. 2006. 25(2):61–6.
Jurnal 2 : Jaringan ikat normal
Hasil
Jaringan ikat merupakan jaringan yang dapat melengkapi kerangkan badan yang memiliki
fungsi sebagai penghubing, pengikat dan penunjang jaringan lain. Jaringan ikat
dibedakan menjadi beberapa jenis: jaringan ikat longgar, jaringan lemak, jaringan ikat
padat, tulang rawan dan tulang. Jaringan ikat longgar mengikat epitel ke jaringan di
bawahnya dan memegang organ di tempat semestinya. Jaringan ikat longgar terdapat di
sekitar pembulih darah, saraf, dan sekitar organ tubuh. Jaringan adiposa adalah jaringan
yang dikhusukan untuk menyimpan lemak. Jaringan lemak ditemukan di bawah kulit,
ginjal, jantung. Jaringan darah merupakan jaringan yang sangat khusus matriks pada
darah tersusun atas plasma dan sel-sel darah. Jaringan darah ini berfungsi mengikat dan
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Jaringan ikat padat, jaringan ikat ini tersusun atas
serat-serta padat yang mana komponen utamanya adalah serabut kolagen. Jaringan ikat
padat dikelompokkan menjadi jaringan ikat padat teratur dan tidak teratur. Kartilago
terbuat dari bahan padat, bening, dan putih kebiru-biruan. Kartilago terdiri dari matriks
dan sel tulang rawan. Matriks jaringan tulang rawan terdiri atas kondrin , zat jernih
seperti kanji yang terbuat dari mukopolisakarida dan fosfat. Tulang merupakan jaringan
ikat yang mengandung mineral (kalsium fosfat, kalsium karbonat, magnesium fluorida
dan kalsium fluorida). Tulang juga tersusun atas matriks dan sel. Sel tulang ada tiga
macam, yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast.
Kesimpulan
Jaringan ikat merupakan jaringan yang dapat melengkapi kerangkan badan yang memiliki
fungsi sebagai penghubing, pengikat dan penunjang jaringan lain. Jaringan ikat
dibedakan menjadi beberapa jenis: jaringan ikat longgar, jaringan lemak, jaringan ikat
padat, tulang rawan dan tulang.
Daftar Pustaka
Sherwood,I. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. Sloane, Ethel.
2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta
Pearce, E.C. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Pearce, E.C. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Wibowo, D.S. 2008. Neuroanatomi Untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang: Bayumedia
Publishing.
Bawa, W. 1998. Dasar-dasar Biologi Sel. Jakarta: P2PLPTK. Bresnick, S. 2003. Intisari
Biologi. Jakarta: KDT.

Anda mungkin juga menyukai