Anda di halaman 1dari 8

TEKNIK PENGELOLAAN KUALITAS UDARA

“ESSAY PENCEMARAN UDARA DAN RESIKO PAPARANNYA”

Oleh : Yumita Sufitri (2220942004)

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Prof. Vera Bachtiar, Ph.D

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
“Pencemaran Udara dan Resiko Paparannya”
Udara adalah salah satu elemen di bumi yang mempunyai peranan yang sangat penting
untuk menunjang kehidupan semua mahluk hidup, di dalam udara terdapat oksigen (O 2) untuk
bernafas, karbon dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun, dan ozon (O 3)
untuk menahan sinar ultraviolet dari matahari sehingga dapat dibayangkan jika di dunia ini tidak
ada udara maka semua akan mati. Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan udara untuk
bernafas dimana dalam proses ini terjadi dengan cara penghirupan oksigen dari udara luar dan
masuk melalui mulut atau hidung kemudian oksigen ini menuju paru-paru, saat berada di paru-
paru, oksigen tersebut di pompa ke seluruh tubuh sedangkan sisa oksigen tersebut akan
dikeluarkan menjadi karbondioksida (CO2).
Pada saat melakukan proses bernafas manusia dibantu oleh berbagai alat pernapasan yang
tergabung dalam sistem pernafasan seperti gambar di bawah ini (Fernandez, 2017) :

1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)


Udara yang dihirup oleh manusia akan masuk ke dalam rongga hidung (cavum nasalis)
dimana di dalam rongga hidung ini terdapat selaput lendir dan rambut yang berfungsi sebagai
penyaring udara dari partikel-partikel asing sebelum memasuki tubuh manusia.
2. Faring (Tenggorokan)
Setelah melewati rongga hidung udara akan memasuki faring (tenggorokan), faring sendiri
memiliki 2 saluran yang terdiri dari saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan
saluran pencernaan(orofarings) pada bagian belakang. Pada system pernafasan faring
berfungsi sebagai jalan atau ruang keluar masuknya udara.
3. Batang Tenggorokan (Trakea)
Trakea memiliki bentuk seperti pipa yang panjangnya ± 10 cm yang terletak di leher hingga
dada. Batang tenggorokan memiliki dinding yang tergolong tipis dan kaku yang dikelilingi
oleh tulang rawan dan pada bagian dalam batang tenggorokan terdapat silia yang berfungsi
sebagai penyaring partikel asing yang akan masuk ke dalam saluran pernapasan.
4. Pangkal Tenggorokan (laring)
Pangkal tenggorokan memiliki bentuk seperti saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan,,
Laring sendiri tepatnya berada berada diantara orofaring dan trakea, serta didepan lariofaring.
Fungsi utama dari laring sendiri pada system pernapasan ialah sebagai saluran keluar
masuknya udara. Laring sendiri memiliki katup yang dapat terbuka dan tertutup, dimana pada
saat makanan masuk katup akan menutup laring dan pada saat bernafas katup akan membuka
laring.
5. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Bronkus merupakan percabangan dari trakea yang terdiri dari bronkus kiri dan kanan yang
tersusun atas tulang-tulang rawan tidak beraturan.
6. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan percabangan dari bronkus yang memounyai dinding saluran yang lebih
tipis dimana bronkiolus kiri berjumlah 2 sedangkan pada bronkiolus sebelah kanan berjumlah
3, dan selanjutnya percabangan ini akan membentuk percabangan lain.
7. Alveolus
Alveolus merupakan saluran udara buntu yang membentuk gelembung udara dan mempunyai
dinding saluran tipis serta berada dekat dengan kapiler darah. Alveolus ini berfungsi sebagai
tempat pertukaran udara ke seluruh tubuh.
8. Paru-Paru
Paru-paru merupakan salah satu alat pernapasan yang terletak di dalam rongga dada yang
terletak di sebelah kanan dan kiri serta dilengkapi dengan lobus, dimana paru-paru sebelah
kanan memiliki lobus 3 lobus dan sebelah kiri mempunya 2 lobus. Paru-paru dilapisi oleh
selaput atau membran serosa rangkap dua disebut pleura. Di antara kedua lapisan pleura itu
terdapat eksudat untuk meminyaki permukaannya sehingga mencegah terjadinya gesekan
antara paru-paru dan dinding dada yang bergerak saat bernapas. Fungsi dari paru-paru sendiri
ialah tempat pertukaran udara dan karbodioksida yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Udara yang masuk ke dalam sistem pernafasan manusia biasanya memiliki komponen
yang beragam seperti gas, partikel padat, energi, ion, dan zat organic atau secara umum dapat
dituliskan jika udara yang bersih dan kering mempunyai komponen Nitrogen (N 2) = 78,09 %,
Oksigen (O2) = 20,94 %, Argon (Ar) = 0,93 %, dan Karbon dioksida (CO 2) = 0,032 % (Khairiah
dkk, 2012). Namun menurut Cahyono (2017) komponen yang ada dalam udara sangat fluktuatif
dinamis, dimana komposisi udara yang ada pada dataran tinggi akan berbeda dengan dataran
rendah, daerah yang berada pada garis khatulistiwa juga akan berbeda dengan daerah kutub,
daerah dengan vegetasi rapat akan berbeda dengan daerah industri, dan daerah rural juga akan
berbeda komponen udaranya dengan daerah urban.
Fluktuasi yang terjadi pada komponen penyusun udara dapat terjadi dikarenakan adanya
pengaruh atau kontaminasi dari komponen lain ke dalam udara. Jika kita membandingkan
komponen udara pada daerah perdesaan dengan vegetasi yang rapat dan jumlah penduduk yang
cenderung sedikit tentu berbeda dengan daerah perkotaan yang padat penduduk dan berbagai
kegiatan perindustrian di dalamnya. Pada daerah pedesaan keadaaan kualitas udaranya
cenderung masih tergolong bersih dan asri hal ini dapat dipengaruhi oleh masih banyaknya
tutupan vegetasi, karena vegetasi salah satunya dapat berperan sebagai serapan atau jerapan
partikel-partikel padat yang ada di udara. Sedangkan pada daearah perkotaan dengan kepadatan
penduduk tinggi resiko untuk terjadinya permasalahan lingkungan khususnya pencemaran udara
tergolong tinggi mengingat karena tingginya kepadatan penduduk dan kegiatan-kegiatan
penduduk di perkotaan tersebut.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 mengenai Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud dengan pencemaran udara
adalah masuk atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lainnya ke dalam Udara
Ambien oleh kegiatan manusia sehi.ngga melampaui Baku Mutu Udara Ambien yang telah
ditetapkan. Pengertian dan pencemaran udara dapat pula diartikan sebagai adanya kontaminasi
komponen-komponen lain yang cenderung berbahaya ke udara yang dapat mengakibatkan
kerusakan lingkungan hingga gangguan kesehatan terhadap makhluk hidup. Menurut Miller dan
Spoolman (2010) terdapat beberapa komponen dominan yang mencemari udara di antaranya :
1. Karbo oksida atau terdiri dari karbon monoksida yang merupakan gas beracun, tidak berbau,
dan tidak berwarna yang dihasilkan akibat pembakaran tidak sempurna dari material karbon
dak karbon dioksida merupakan gas tidak berbau dan berwarna yang sebagian besar
dihasilkan oleh siklus karbon alami
2. Nitrogen oksida, komponen ini terbentuk karena reaksi antara oksigen dan nitrogen di udara,
pencemaran yang diakibatkan oleh nitrogen oksida ini ada yang berwarna coklat kemerahan
ada yang tidak berwarna
3. Sulfur dioksida, merupakan gas yang tidak berwarna namun memiliki bau yang amat
menyengat.
4. Partikulat tersuspensi, partikel padat dan tetesan cairan yang dapat tetap tersuspensi di udara
dalam waktu yang lama karena sangat kecil dan ringan, partikulat ini biasanya memiliki
ukuran 10 µm hingga kurang dari 5 µm)
5. Volatile Organic Compounds (VOCs) merupakan gas-gas organik di atmosfer seperti C 3H8,
C10H15 dan CH4
6. Ozon, ozon yaitu gas yang sangat relative dan tidak berwarana biasanya ozon yang menjadi
sumber pencemar udara berasal dari troposfer.
Keberadaan komponen-komponen tersebut di dalam udara tentunya dapat memberikan
resiko kesehatan terhadap makhluk hidup yang menghirupnya khususnya manusia. Salah satu
pancemar yang sering dijumpai dan hidup berdampingan dengan manusia ialah partikulat
tersuspensi, partikulat dengan ukuran yang lebih kecil biasanya memiliki tingkat bahaya yang
tinggi untuk kesehatan manusia. Menurut WHO tahun 2006 partikulat PM 2,5 atau partikulat
dengan ukuran 2,5 µm dapat menyebabkan berbagai gangguan saluran pernafasan seperti infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA), kanker paru paru, kardiovaskular, kematian dini, dan penyakit
paru-paru obstruktif kronis (WHO, 2006). Hal ini dikarenakan PM 2,5 dengan ukuran sangat
kecil dapat menembus pertahanan sistem saluran pernapasan manusia sehingga dapat terikat oleh
darah manusia melalui pertukaran udara pada alveolus di paru paru. Partikulat dapat mengendap
dalam saluran pernafasan melalui beragam mekanisme fisik antara lain sedimentasi, impaksi,
difusi, intersepsi, dan elektronik presipitasi (Brown, 2015).
Paru-paru menjadi organ sistem pernapasan yang memegang peranan penting saat
terjadinya mekanisme fisik oleh partikulat. Saat partikulat memasuki paru-paru dengan ukuran
sangat kecil, misalnya saja partikulat PM 2,5 akan memungkinan untuk masuk ke dalam sistem
pernapasan bagian dalam alveoli dan dapat masuk ke dalam sirkulasi darah sehingga hal tersebut
dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi paru. PM 2,5 terdeposisi dalam tubuh melalui
beberapa mekanisme yaitu impaksi, sedimentasi, intersepsi dan difusi (EPA, 2004) :

1. Impaksi, mekanisme ini terjadi dikarenakan adanya perubahan pada aliran dan kecepatan
udara pada sistem pernapasan, hal ini dikarenakan partikel tidak bisa mengikuti arah
aliran udara sehingga menyebabkan beberapa partikel tertahan pada permukaan saluran
pernapasan. Impaksi ini sering terjadi pada partikel dengan ukuran lebih dari 2 µm.
2. Sedimentasi, pengendapan dalam proses ini biasanya terjadi pada bronkus dan
bronkiolus, hal ini terjadi dikarenakan proses deposisi yang dipengaruhi oleh gaya
gravitasi, semakin besar ukuran dan berat partikel maka semakin lama pula durasi
bertahan dari partikel terebut di saluran bronkus dan bronkiolus.
3. Intersepsi, merupakan mekanisme yang terjadi karena adanya kontak antara partikulat
dengan saluran pernapasan, sehingga partikulat yang berada dekat dengan saluran
pernapasan maka kemungkinan untu terdepositnya lebih besar.
4. Difusi, ialah mekanisme yang terjadi di alveoli pada partikulat dengan ukuran < 0,1 µm
yang gerakannya akan menyerupai molekul gas dan bergeraj secara acak di dalam saluran
paru-paru sehingga partikulat tersebut aka lebih mudah terdeposisi pada permukaan
saluran pernapasan. Semakin kecil partikulat yang masuk pada saluran pernapasan maka
gerakan partikulat tersebut akan semakin kuat.
REFERENSI

Brown, J. S. (2015). Deposition of Particles. In Comparative Biology of the Normal Lung (2nd
ed. pp. 513– 536). Academic Press. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-404577-4.00027-8
Cahyono T, C. (2017). Penyehatan Udara. Yogyakarta: ANDI.

EPA. 2004. Air Quality Criteria for Particulate Matter. In National Center for Environmental
Assesment in Research Triangle Park (NCEA-RTP) Scientific staff (Ed.) (Vol. I). United
States Environmental Protection Agency
Fernandez, G. J. (2017). Sistem Pernafasan. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas
Udayanarsup Sanglah Rsup Sanglah.
Khairiah, d. (2012). Analisis Konsentrasi Debu dan Keluhan Pada Masyarakat Di Sekitar Pabrik
Semen di Desa Kuala Indah Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara. Medan.

Miller, .. d. (2010). Enviromental Science. Belmont: CA : Brooks.Cole, Cengage Learning.

Novita Laela Sumbara, S. (2021). Laporan Hasil Kelitbangan Dan Penerapan Sistem Iptekin :
Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Particulate Matter (Pm2,5) Pada Pekerja Peleburan
Logam Di Kawasan Perkampungan Industri Kecil (Pik) Desa Kebasen Kecamatan
Talang Kabupaten Tegal Tahun 2020. Tegal: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Dan Penelitian Pengembangan Kabupaten Tegal.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 mengenai Penyelenggaraan


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

WHO. (2006). WHO Air quality guidelines for particulate matter, ozone, nitrogen dioxide and
sulfur dioxide: global update 2005: summary of risk assessment. Retrieved from

Anda mungkin juga menyukai