Anda di halaman 1dari 78

PUTUSAN

Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA


Pengadilan Negeri Magetan yang memeriksa dan memutus perkara
perdata pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam
perkara gugatan antara:
Imam Asmuni, tempat/tanggal lahir Sumenep/7 Desember 1961, Islam,
SLTP, Wiraswasta/Dagang, Alamat Kembangan
RT/RW.002/001, Desa Kembangan, Kecamatan
Sukomoro, Kabupaten Magetan, sebagai
Penggugat I;
Rahemah, tempat/tanggal lahir Sumenep/1 Nopember 1967, Islam, SLTP,
Wiraswasta/Dagang, Alamat Kembangan
RT/RW.002/001, Desa Kembangan, Kecamatan
Sukomoro, Kabupaten Magetan, sebagai
Penggugat II;
Dalam hal ini memberikan Kuasa kepada Nur Habib Fauzi, S.H., Solichin
Ratno Priyo Sasmito, S.H., Pitahono, S.H., Advokat/Pengacara &
Konsultan Hukum Nur Habib Fauzi, S.H. & Rekan yang beralamat di
Perum ASABRI Blok R No. 14, Kelurahan Karangsoko, Kecamatan
Trenggalek, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur sebagaimana Surat
Kuasa Khusus tanggal 18 Januari 2021 yang telah didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Magetan dengan nomor register
18/Sk.Pdt/2021/PN.Mgt pada tanggal 15 Februari 2021 selanjutnya disebut
sebagai Kuasa Para Penggugat ;

LAWAN

1. DIREKSI PT. BANK DANAMON INDONESIA Tbk. Berkedudukan di


Jakarta, Cq. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk Kantor Cabang Madiun.
JL. HOS COKROMINOTO 124-126 Madiun, Kota Madiun, selanjutnya
disebut sebagai Tergugat I;
2. Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jendral
Kekayaan Negara Kantor Wilayah DJKN Jawa Timur, Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (Kpknl) Madiun, alamat Jl.

Halaman 1 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Serayu No. 141 Madiun Kota Madiun, selanjutnya disebut sebagai
Tergugat II;
3. SUBARJA ,Agama Islam, Pekerjaan TNI, Bertempat tinggal di KPR
Pondok Magetan Indah Blok B-4, RT 005 / RW 004, Desa Baron
Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan Tergugat III;
Selanjutnya disebut sebagai Para Tergugat;
1. Notaris Feliyanti, SH. Alamat Jl Pahlawan No. 11 Tambran Kecamatan
Magetan Kabupaten Magetan, Turut Tergugat I;
2. BADAN PERTANAHAN NASIONAL, Kantor Pertanahan Kabupaten
Magetan, alamat Jl. Imam Bonjol NO. 8 Magetan kecamatan Magetan
Kabupaten Magetan, Turut Tergugat II;
Selanjutnya disebut sebagai Para Turut Tergugat.
Pengadilan Negeri tersebut;
Setelah membaca berkas perkara;
Setelah mendengar kedua belah pihak yang berperkara;

TENTANG DUDUK PERKARA

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatan tanggal 1


Februari 2021 yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Magetan pada tanggal 1 Februari 2021 dalam Register Nomor
5/Pdt.G/2021/PN.Mgt, telah mengajukan gugatan sebagai berikut;
1. Bahwa Penggugat mempunyai sebidang tanah beserta bangunan rumah
diatasnya, terletak di Desa Kembangan Kecamatan Sukomoro
Kabupaten Magetan, Sartifikat Hak Milik (SHM) Nomor 915 luas 199 M2
atas nama Imam Asmuni sebagai obyek sengketa.
2. Bahwa benar Penggugat dengan Istrinya mempunyai usaha yakni toko
pracangan, sehingga untuk mengembangkan usahanya diperlukan dana
tambahan sehingga Penggugat mengajukan permohonan kredit / Hutang-
piutang kepada Terguggat I.
3. Bahwa hubungan hukum antara Penggugat dengan Tergugat I adalah
hutang-piutang, yang dilakukan pada 09 Maret 2010 dimana Penggugat
tersebut melakukan Hutang-piutang dengan Tergugat I, dengan
menjaminkan jaminan berupa 1 (satu) buah Sertifikat Hak Milik (SHM)
Nomor 915 luas 199 M2 atas nama Imam Asmuni, adapun plafon
pinjaman yang direalisasi oleh pihak Tergugat I sebesar Rp.
105.000.000,- (seratus lima juta rupiah) Perjanjian kesepakatan Hutang-

Halaman 2 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


piutang antara Penggugat dan Tergugat I kesepakatan tersebut yang
dibuatkan dan disahkan oleh Notaris Feliyanti, SH. Alamat Jl Pahlawan
No. 11 Tambran Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan.
4. Bahwa benar kesepakatan Hutang-piutang antara Penggugat dengan
Tergugat I sebesar Rp. 105.000.000,- (seratus lima juta rupiah) dengan
jangka waktu yang telah disetujui adalah 3 Tahun / 36 Bulan dengan
angsuran per bulan dibayar Rp5.740.000,-(Lima juta tujuh ratus empat
puluh ribu rupiah). Sebagaimana tertera pada buku tabungan Penggugat,
dan sejak itu Penggugat telah menjadi Debitur/Nasabah Tergugat I.
setelah berjalan sebanyak 31 X angsuran, Penggugat tidak ada
permasalahan apapun dengan membayar angsurannya.
5. Bahwa pada tahun 2013 Tergugat I menawarkan ke Penggugat untuk
mendapatkan pinjaman kembali sebesar Rp. 150.000.000,- (seratus lima
puluh juta rupiah) dengan jangka waktu selama 36 bulan (3 tahun)
dengan nilai angsuran setiap bulannya sebesar Rp 6.150.000,- (enam
juta seratus lima puluh ribu rupiah) sebagaimana tertera dalam Buku
Tabungan Penggugat.
6. Bahwa dalam pinjaman Penggugat ke Tergugat I sebesar Rp.
150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) kesepakatan tersebut yang
dibuatkan dan disahkan oleh Notaris Feliyanti, SH. Alamat Jl Pahlawan
No. 11 Tambran Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan, di karenakan
Para Penggugat masih mempunyai kekurangan dalam pelunasan sisa
angsuran pinjaman pertama, Tergugat I langsun memotong sisa
pinjaman pertama yaitu sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta
rupiah), sehingga Penggugat menerima sebesar Rp.125.000.000,-
(seratus dua puluh lima juta rupiah), yang mana belum dikurangi
potongan untuk biaya administrasi, dan lain-lainnya. Untuk mendapatkan
pinjaman dari Tergugat I, Penggugat menjaminkan jaminan berupa 1
(satu) buah Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 915 luas 199 M2 atas nama
Imam Asmuni. Bahwa Penggugat berlatar belakang Pendidikan “tidak
tamat Sekolah Dasar” sehingga Penggugat benar-benar tidak bisa
membaca dan menulis (buta aksara) selain itu Penggugat Hanya dapat
menulis namannya sendiri.
7. Bahwa setelah kesepakatan antara Penggugat dengan Tergugat I untuk
melakukan top up untuk menambah modal toko pracangan sebesar Rp.
150.000.000,- (Seratus lima puluh juta) selama 36 (Tiga puluh enam)
bulan / 3 (tiga) tahun angsuran perbulan sebesar Rp 6.150.000,- (enam

Halaman 3 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


juta seratus lima puluh ribu rupiah) kepada Tergugat I, Penggugat hanya
bisa berjalan lancar sampai angsuran ke sampai 18 (delapan belas)
,menginjak angsuran ke 19 (Sembilan belas) Penggugat tidak bisa
mengangsur lagi, atau macet dikarenakan kondisi ekonomi Penggugat
mengalami kemrosotan secara drastis, maka Penggugat mengajukan
keringanan pembayaran angsuran tiap bulannya kepada Tergugat I
berubah menjadi Rp. 4.150.000,- (empat juta seratus lima puluh ribu
rupiah) dengan jangka waktu 36 bulan / 3 tahun kesepakatan tersebut
yang dibuatkan dan disahkan oleh Notaris Feliyanti, SH. Alamat Jl
Pahlawan No. 11 Tambran Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan.
8. Bahwa setelah kesepakatan antara Penggugat dengan Tergugat I,
Penggugat melakukan kewajibanya untuk mengangsur hutang perbulan
sebesar Rp. 4.150.000,- (empat juta seratus lima puluh ribu rupiah), pada
angsuran ke 1 (satu) sampai 18 (delapan belas) berjalan lancar tidak ada
masalah sedikitpun, kemudian permsalahan mulai timbul ketika
Penggugat namun pada angsuran ke 19 (Sembilan belas) angsuran
tidak lancar, sehubungan itu Penggugat meminta kepada Tergugat I
untuk diperpanjang jangka waktu kredit menjadi 36 Tiga puluh enam)
bulan / 3 (tiga) Tahun.
9. Bahwa setelah diperpanjang dan disetujui oleh Tergugat I, Penggugat
berjalan lancar sampai angsuran ke 18 (delapan belas), menginjak
angsuran ke 19 (Sembilan belas) Para Penggugat tidak bisa mengangsur
lagi, atau macet sampai sekarang.
10. Bahwa setelah Penggugat belum bisa melanjutkan angsuranya atau
macet, pihak Tergugat I memberikan teguran 1 sampai 3 agar Penggugat
untuk segera membayar angsuranya pinjaman, apabila Penggugat
mampu wajib melakukan pelunasan Hutang ke Tergugat I
11. Bahwa beberapa waktu kemudian Penggugat mempunyai niatan untuk
membayar angsuran yang macet kepada Tergugat I sebesar Rp.
4.150.000,- (empat juta seratus lima puluh ribu rupiah), dikarenakan
kantor Tergugat I sudah tutup, dan Penggugat juga buta huruf, serta
keterbatasan info yang diperoleh Penggugat maka Penggugat tidak tahu
lagi harus membayar angsuranya kemana.
12. Pada tanggal 17 Maret 2016 obyek sengketa yang merupakan Obyek
Hak Tanggungan telah dijual oleh Tergugat I secara melawan hukum,
tanpa terlebih dahulu mengajukan fiat eksekusi pada Pengadilan Negeri
setempat sebagaimana ketentuan hukum yang berlaku.

Halaman 4 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


13. Bahwa etikad Buruk dari Tergugat I dapat dibuktikan dari cara menjual
obyek sengketa yang merupakan obyek Hak Tanggungan, yang
dilakukan sendiri dengan harga yang ditentukan sendiri tanpa ada
kesepakan dengan Penggugat selaku pemilik dan pemberi Hak
Tanggungan, Tergugat I sengaja menjual seperti miliknya sendiri,
mengabaikan tujuan prinsip eksekusi Hak Tanggungan yang merupakan
pengambilan piutang tertentu yang diatur oleh undang-undang, obyek
sengketa yang merupakan obyek Hak Tanggungan dijual dengan harga
sangat rendah jauh dibawah harga pasar, tanpa ada kesepakatan
dengan Penggugat untuk mencari harga tertinggi sebagaimana ketentuan
hukum yang berlaku.
14. Bahwa KPKNL Madiun Tergugat II telah ceroboh serta apriori terhadap
ketentuan hukum penjualan obyek lelang yang merupakan obyek Hak
Tanggungan, yang sudah seharusnya terlebih dahulu dilaksanakan
melalui fiat eksekusi Pengadilan Negeri setempat atau dapat dijual
sendiri asalkan dengan mengedepankan prinsip keadilan sebagaimana
ketentuan hukum yang berlaku.
15. Bahwa etikad buruk oleh Tergugat III dapat dilihat dari cara membeli
obyek sengketa yaitu dalam keadaan as is, artinya mau membeli barang
yang dilelang itu dalam keadaan apa adanya, dalam keadaan obyek
sengketa yang masih dikuasai dan di tempati oleh Penggugat, dalam hal
ini mau mengosongkan obyek sengketa, maka seharusnya dilakukan
gugatan pengosongan ke Pengadilan, ternyata Tergugat III tidak pernah
mengajukan gugatan pengosongan obyek sengketa ke pengadilan, tetapi
mohon pengosongan ke Pengadilan berdasarkan Risalah Lelang yang
notabane bukan merupakan keputusan Badan / Pejabat Tata Usaha
Negara.
16. Bahwa Kantor Pertanahan Kabupaten Magetan Turut Tergugat II dalam
melakukan proses balik nama obyek sengekta a aquo sengaja apriori
terhadap asas-asas kepatutan, tidak dilaksanakan proses mediasi
terlebih dahulu walau diketahui bahwa obyek tanah masih dalam
penguasan fisik pihak lain yaitu Penggugat.
17. Bahwa, perbuatan Para Tergugat dan turut Tergugat II sebagaimana di
uraikan tersebut diatas, nyata-nyata telah melanggar hak subyektif orang
lain atau melanggar kewajiban hukumnya sendiri atau melanggar kaidah
tata susila atau bertentangan dengan asas-asas kepatutan, ketelitian,
dan kehati-hatian yang harus diperhatikan dalam pergaulan

Halaman 5 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


bermasyarakat dalam memperhatikan kepentingan diri sendiri dan harta
orang lain, merupakan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) akibat
seluruhnya perbuatan Para Tergugat terkait proses lelang sampai
dengan peralihan hak atas tanah Obyek Sengketa a quo adalah batal
demi hukum
18. Bahwa, atas perbuatan Para Tergugat tersebut, Penggugat menderita
kerugian Materiil dan Immateriil yang harus mendapat ganti rugi dari
mereka Para Tergugat untuk seketika dan sekaligus sebagai berikut :
a. KERUGIAN MATERIIL
Kerugian akibat dari pelanggaran hukum dalam proses lelang
eksekusi Hak Tanggungan, Sebesar harga Obyek Sengketa yaitu Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
b. KERUGIAN IMMATERIIL
Sejak peristiwa eksekusi tanah Obyek Sengketa Penggugat
kehilangan kepercayaan masyarakat maupun menanggung rasa malu
dan rendah diri dimasyarakat yang tidak dapat dinilai dengan uang
Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
19. Bahwa oleh karena gugatan ini diajukan dengan alat bukti yang kuat
merupakan bukti autentik diantaranya Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor
915 denga luas 199 M2 atas nama Imam Asmuni, yang dijadikan jaminan
hutang (Obyek Hak Tanggungan).
20. Bahwa, Sertifiat Hak Tanggungan memuat irah-irah “Demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” mempunyai kekuatan
eksekutorial sama dengan putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap yang berlaku sebagai pengganti gosse akte
Hypotheek sepanjang mengenai hak atas tanah, Obyek Hak Tanggungan
dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak
Tanggungan Tingkat Pertama dengan hak mendahului dari pada Kriditor-
kreditor lainnya.
21. Bahwa dasar hukum lelang eksekusi hak tanggungan diatur dalam Pasal
214 dan 224 HIR, pelaksanaan lelang akibat grosse akte hipotik yang
memakai irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa” harus dilaksanakan atas perintah ketua Pengadilan Negeri
setempat, hal mana juga telah ditegaskan dalam Putusan Mahkamah
Agung RI No. 3021 K/Pdt/1984 tanggal 30 Januari 1986.

Halaman 6 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


22. Ketentuan Pasal 6 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan (UU-HT) penjualan obyek Hak Tanggungan dapat
dilaksanakan atas kekuasaan Kreditur sendiri sepanjang tidak
menyimpang dari tujuan prinsipnya, yaitu pengambilan piutang tertentu
yang tidak merugikan salah satu pihak sebagaimana prinsip keadilan
yang tercermin dalam pasal 20 ayat (2) UI-HT, bahwa atas kesepakatan
pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, penjualan obyek Hak
Tanggungan dapat dilaksanakan dibawah tangan jika dengan demikian
itu akan dapat diperoleh harga tertingi yang menguntungkan semua
pihak, artinya Hak Kreditur atas kekuasaanya sendiri menjual Obyek Hak
Tanggungan apabila Debitur Cidera Janji adalah bukan merupakan
kekuatan absolut untuk menjual sendiri obyek Hak Tanggunga dengan
cara semaunya sendiri obyek Hak Tanggungan dengan cara semaunya
sendiri walau menyimbang dari ketentuan peraturan perundangn-
undangan yang berlaku.
23. Penjualan sendiri obyek Hak Tanggungan yang tidak mencerminkan rasa
keadilan sebagaimana telah diatur dalam ketentuan Pasal 20 ayat (2)
UU-HT, mengakibatkan penjualan lelang obyek Hak Tanggungan batal
demi hukum.
24. Selanjutnya oleh karena proses pelaksanaan lelang obyek sengketa a
quo batal demi hukum, maka kepada Tergugat III dan atau kepada siapa
saja yang merasa mempunyai hak milik Tanah Obyek Sengketa baik
yang mendapatkan secara langsung atau tidak langsung dari mereka,
agar dihukum untuk menyerahkan kepada Penggugat kembali dalam
keadaan utuh terbebas dari segaka macam pembebanan apapun
bentuknya, jenisnya atau sifatnya dan bilamana perlu dengan
menggunakan bantuan aparat Negara.
25. Bahwa Penggugat telah mendapatkan surat peringatan dengan cara
tidak sesuai ketentuan Hukum Perdata yang di tegaskan dalam Pasal
1320 KUHPerdata yang terurai bunyinya “untuk sahnya perjanjian di
perlukan 4 syarat : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2.
Cakap mereka yang mengikatkan dirinya 3. Suatu hal tidak tertentu 4.
Suatu sebab yang halal dan jika tetap dilelang suatu tindakan tidak halal
merupakan Perbuatan Melawan Hukum.
26. Bahwa apabila benar menjadi terjualnya atau dengan lelang sepihak hak
milik tanah darat Penggugat atas tanah Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor
915 dengan luas 199 M2 atas nama Imam Asmuni dan dengan cara yang

Halaman 7 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


tidak sesuai peraturan hukum dan menyimpang maka Para Penguggat
merasa dirugikan sesuai Pasal 1365 KUHPerdata jelas adanya kerugian
secara materiil dan moril Maka kategori Perbuatan Melawan Hukum
(PMH) dan keterangan yang tidak konsisten Tergugat melanggar Pasal
1365 KUHPerdata merugikan baik Materiil maupun Moril.
27. Bahwa lelang hak tanggungan tersebut sangat bertentangan dengan
Peraturan Menteri ke-Uangan No. PMK. 27/PMK.06/2016 Edaran
DEP.KEU.RI Urusan Piutang dan Lelang No.SE-23/PN/2000 Tentang
petunjuk pelaksanaan lelang hak tanggungan yang menyatakan lelang
dimaksud dalam butir 1 huruf b. dilaksanakan dalam hal lelang
berdasarkan Pasal 6 UUHT tidak dapat dilakukan karena Akta Pemberian
Hak Tanggungan tidak memuat janji sebagaimana yang dimaksud pasal
6 Jo pasal 11 ayat (2) e atau adanya kendala/gugatan dari debitur/pihak
Tergugat I melanggar ketentuan Peraturan dan Undang-udang yang
berlaku adalah jelas Perbuatan Melawan Hukum (PMH);
28. Bahwa terhadap obyek sengketa tersebut pelaksanaan lelang
bertentangan dengan Hukum Perdata Pasal 1365 yang berbunyi “ 1.
Terdapat Perbuatan Melawan Hukum karena pihak tereksekusi tidak
dihadirkan dan tidak mengerti berapa harga yang terlelang. 2. Adanya
kerugian baik Materiil maupun Moril maka pelelangan tersebut batal demi
Hukum yang
29. menyalahi ketentuan hukum Perdata mohon dapat dihentikan terlebih
dahulu karena menyimpang dan melanggar Hukum.
30. Bahwa dikarenakan perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat tersebut
adalah menyatakan Perbuatan Melawan Hukum dan menyebabkan
kerugian bagi Para Penggugat karena Penggugat tidak dapat merasakan
nyaman dan tindakan Tergugat yang tidak berdasar maka untuk
menetapkan penguasaanya kembali atas obyek sengketa dihadapan
Majelis Hakim.
31. Bahwa dikarenakan gugatan ini diajukan dengan disertai bukti-bukti yang
otentik, agar diletakan sita jaminan terlebih dahulu, maka sesuai dengan
Pasal 180 HIR segala penetapan dan putusan pengadilan dalam perkara
ini dapat dijalankan (dilaksanakan) terlebih dahulu (Uitvoerbaar Bij
Vooraad) meskipun ada upaya hukum Verset, Banding dan Kasasi.
Primair :
Berdasarkan dali-dalil tersebut diatas maka kami mohon kepada yang
terhormat Ketua Pengadilan Magetan melalui Mejlis hakim pemeriksa

Halaman 8 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


perkara aquo untuk memeriksa, mengadili, dan memberikan putusan
sebagai berikut :
1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya
2. Menyatakan Perbuatan Tergugat I Tergugat II, Tergugat III, dan Turut
Tergugat I Turut Tergugat II adalah Perbuatan Melawan Hukum
3. Menyatakan barang jaminan milik Penggugat yang berupa sebidang
tanah dan bangunan seluas 199 M2 sesuai Sertifikat Hak Milik Nomor
915 atas nama Imam Asmuni dan terletak di Dusun Kembangan
RT002/RW01 Desa Kembangan Kecamatan Sukomoro Kabupaten
Magetan yang telah dijaminkan kepada Tergugat I.
4. Menyatakan mewajibkan kepata Penggugat untuk kembali
melanjutkan Pembayaran hutangnya kepada Tergugat I hingga
hutangnya lunas
5. Menghukum kepada Para Tergugat untuk membayar ganti rugi
immateril kepada Para Penggugat uang sebesar Rp.500.000.000,-
[Lima ratus juta rupiah ]
6. Menghukum kepada Tergugat untuk membayar ganti rugi materil
kepada Para Penggugat uang sebesar Rp. 500.000.000,- [Lima ratus
juta rupiah ]
7. Menghukum Turut Tergugat II untuk mengembalikan atas nama
Sertifikat Hak Milik Nomor 915 luas 199 M2 dari nama SUBARJA
kembali ke atas nama IMAM ASMUNI
8. Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun
Tergugat melalukan upaya Verzet, Banding, dan Kasasi
9. Menghukum kepada Para Tergugat secara tanggung renteng untuk
membyara semua biaya yang timbul.
Subsider:
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex
aequo et bono).
Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan, untuk
Para Penggugat hadir Kuasanya, Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III tidak
hadir di persidangan dan tidak pula mengirimkan wakilnya yang sah untuk hadir di
persidangan, Turut Tergugat II hadir Kuasanya atas nama Laelly Dwie
Handayani, sedangkan Turut Tergugat I tidak hadir di persidangan;
Menimbang, bahwa Pengadilan telah mengupayakan perdamaian
diantara para pihak melalui mediasi sebagaimana diatur dalam Perma Nomor 1
Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dengan menunjuk Yuniarto

Halaman 9 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Agung Nurcahyo, S.H., Hakim pada Pengadilan Negeri Magetan, sebagai
Mediator;
Menimbang, bahwa berdasarkan laporan Mediator tanggal 29 Maret
2021, upaya perdamaian tersebut tidak berhasil;
Menimbang, bahwa telah dibacakan di persidangan surat gugatan Para
Penggugat tersebut, yang isinya dipertahankan oleh Para Penggugat;
Menimbang, bahwa Tergugat I telah mengajukan Jawaban terhadap
gugatan itu, yang pada pokoknya sebagai berikut;
DALAM EKSEPSI
A. Para Penggugat Tidak Dirugikan Kepentingannya
Bahwa dari apa yang diuraikan oleh Para Penggugat dalam Gugatannya
jelas dan nyata menunjukkan TIDAK ADA SAMA SEKALI KEPENTINGAN
Para Penggugat YANG DIRUGIKAN karena berdasar-kan fakta-fakta hukum
dalam dalil-dalil Gugatannya (vide: dalil angka 2 sampai dengan dalil angka
9 Gugatan Para Penggugat), Para Penggugat MENGAKUI bahwa
Penggugat (in casu: Imam Asmuni) adalah Debitur yang telah MENERIMA
dan MENIKMATI fasilitas kredit yang diberikan oleh Tergugat I. Hal tersebut
disepakati antara Tergugat I dan Para Penggugat; in casu: Imam Asmuni,
dengan membuat dan menandatangani Perjanjian Kredit, yang
ditandatangani pula oleh Rahemah selaku isteri dari Imam Asmuni, sebagai
tanda persetujuannya, sebagaimana ternyata dalam :
1. Perjanjian Kredit Nomor 0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010.
2. Perjanjian Perubahan Terhadap Perjanjian Kredit Nomor
0000034/PPPK/03345/1800/0411 tanggal 25 April 2011.
3. Perjanjian Perubahan Terhadap Perjanjian Kredit Nomor
01/ADD/SPK/3345/0812 tanggal 15 Agustus 2012.
(untuk selanjutnya disebut “Perjanjian Kredit Nomor
0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010, berikut perubahan-
perubahannya”).
Bahwa jelas dan nyata, berdasarkan dalil-dalil Gugatan Para Penggugat
sendiri (vide: dalil angka 3 sampai dengan dalil angka 9 Gugatan Para
Penggugat) dan berdasarkan Perjanjian Kredit Nomor
0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010, berikut perubahan-
perubahannya, yang telah dibuat dan ditandatangani antara Tergugat I dan
Penggugat (in casu: Imam Asmuni), jelas bahwa Para Penggugat
MENGETAHUI dan MENGAKUI adanya kewajiban pembayaran hutang
kepada Tergugat I atas fasilitas kredit yang telah diterima dan dinikmati oleh

Halaman 10 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Para Penggugat dari Tergugat I. Terutama karena Para Penggugat
MENGETAHUI mengenai konsekuensi apabila Penggugat (in casu: Imam
Asmuni) tidak melaksanakan kewajiban pembayaran hutang kepada
Tergugat I sesuai ketentuan yang telah disepakati bersama dalam Perjanjian
Kredit Nomor 0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010, berikut
perubahan-perubahannya.
Bahwa jelas dan nyata, Penggugat (in casu: Imam Asmuni) secara
SUKARELA dan SADAR telah menyerahkan bidang tanah milik Penggugat
(in casu: Imam Asmuni) kepada Tergugat I sebagai jaminan atas fasilitas
kredit yang telah diterima dan dinikmatinya, yaitu: sebidang tanah dan
bangunan Sertipikat Hak Milik Nomor 915/Kembangan, seluas 199 m²
(seratus sembilan puluh sembilan meter persegi), yang diuraikan dengan
Surat Ukur Nomor 48/Kembangan/2001 tanggal 6 Agustus 2001
sebagaimana ternyata dalam Sertipikat (tanda bukti hak) yang diterbitkan
oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Magetan, terdaftar atas nama IMAM
ASMUNI (untuk selanjutnya disebut “Sertipikat Hak Milik Nomor
915/Kembangan”) yang telah dibebani Hak Tanggungan oleh Tergugat I,
berdasarkan :
a. Akta Pemberian Hak Tanggungan Nomor 290/17/APHT/SKM/III/ 2010
tanggal 17 Maret 2010, peringkat pertama sebesar Rp.131.250.000,-
(seratus tiga puluh satu juta dua ratus lima puluh ribu Rupiah), dibuat di
hadapan FELIYANTI, SH., PPAT di Kabupaten Magetan Juncto Sertipikat
Hak Tanggungan Nomor 406/2010 tanggal 26 Mei 2010.
b. Akta Pemberian Hak Tanggungan Nomor 856/35/APHT/SKM/V/ 2011
tanggal 12 Mei 2011, peringkat kedua sebesar Rp.62.500.000,- (enam
puluh dua juta lima ratus ribu Rupiah), dibuat di hadapan FELIYANTI,
SH., PPAT di Kabupaten Magetan Juncto Sertipikat Hak Tanggungan
Nomor 660/2011 tanggal 20 Juli 2011.
Sehingga adalah mengada-ada apabila Para Penggugat baru menyatakan
keberatan atas adanya penjualan lelang yang dilaksanakan oleh Tergugat I
berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian Kredit Nomor
0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010, berikut perubahan-
perubahannya, yang telah di-sepakati antara Tergugat I dan Penggugat (in
casu: Imam Asmuni) dimana Rahemah selaku isteri Penggugat (in casu:
Imam Asmuni) turut serta menadatanganinya sebagai tanda persetujuan,
SETELAH Para Penggugat MENIKMATI dan MEMANFAATKAN dana
fasilitas kredit yang diberikan oleh Tergugat I.

Halaman 11 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Bahwa fakta yang ada menunjukkan bahwa Para Penggugat MENGAKUI
dalam dalil-dalil angka 7, angka 8, angka 9 dan angka 10 Gugatannya
bahwa Para Pengugat telah tidak melaksanakan kewajiban pembayaran
hutang sebagaimana telah disepakati dalam Perjanjian Kredit Nomor
0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010, berikut perubahan-
perubahannya. PADAHAL Tergugat I telah ber-ITIKAD BAIK dengan
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada Para Penggugat BAHKAN
dengan menyetujui adanya perubahan atas Perjanjian Kredit Nomor
0000016/ PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010, agar Para Penggugat
dapat melaksanakan kewajiban pembayaran hutang kepada Tergugat I
dalam tenggang waktu yang cukup. NAMUN fakta yang ada menunjukkan
Para Penggugat tidak menanggapi itikad baik Tergugat I tersebut, dengan
tetap tidak melaksanakan kewajiban pembayaran hutang kepada Tergugat I
BAHKAN justru mengajukan Gugatan dalam perkara a quo. Hal mana justru
menunjukkan ITIKAD TIDAK BAIK dari Para Penggugat untuk dengan
sengaja mencari-cari kesalahan Tergugat I semata-mata untuk menghindar-
kan diri dari kewajiban untuk membayar hutang atas fasilitas kredit yang
telah diberikan oleh Tergugat I.
Berdasarkan uraian dan fakta-fakta hukum tersebut, Tergugat I mohon
kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo agar
berkenan menerima Eksepsi Tergugat I serta menolak Gugatan Para
Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan Gugatan Para Penggugat
tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk verklaard).
B. Bahwa Gugatan Para Penggugat telah mencampuradukkan antara Gugatan
Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi / Ingkar Janji
Bahwa Gugatan Para Penggugat nyata-nyata telah mencampur-adukkan
antara Gugatan Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi / Ingkar Janji,
hal tersebut jelas ternyata pada bagian perihal / judul Gugatan Para
Penggugat, jelas menyebutkan: “Gugatan Perbuatan Melawan Hukum”
demikian pula dalam dalil-dalil angka 17, angka 25 dan angka 28
Gugatannya, Para Penggugat mendalilkan bahwa penjualan lelang oleh
Tergugat I merupakan perbuatan melawan hukum, bahkan dalam angka 2
petitum Gugatannya, Para Penggugat menuntut agar Tergugat I telah
melakukan perbuatan melawan hukum.
NAMUN dalam dalil-dalil angka 2 sampai dengan angka 9 Gugatan-nya,
Para Penggugat MENGAKUI bahwa hubungan hukum antara Tergugat I dan
Penggugat (in casu: Imam Asmuni) didasarkan pada Perjanjian Kredit

Halaman 12 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Nomor 0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010, berikut perubahan-
perubahannya bahkan dalam dalil-dalil angka 7, angka 8 dan angka 9
Gugatannya, Para Penggugat MENGAKUI bahwa Tergugat I telah
MENYETUJUI permohonan perpanjangan fasilitas kredit dan keringanan
angsuran yang diajukan oleh Penggugat (in casu: Imam Asmuni). Bahwa
dalam dalil angka 25 Gugatannya, Para Penggugat telah menggunakan
Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat sah perjanjian sebagai dasar
hukum mengenai adanya perbuatan melawan hukum Tergugat I.
TERUTAMA karena dalam angka 3 dan angka 4 petitum Gugatannya, Para
Penggugat menuntut agar menyatakan bidang tanah dan bangunan obyek
sengketa sebagai jaminan pada Tergugat I dan mewajibkan Para Penggugat
membayar angsuran kreditnya.
Hal tersebut jelas dan nyata menunjukkan bahwa hubungan hukum antara
Tergugat I dan Para Penggugat, adalah akibat adanya hubungan hukum
berupa pemberian fasilitas kredit oleh Tergugat I kepada Para Penggugat
sebagaimana ternyata dalam Perjanjian Kredit Nomor
0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010, berikut perubahan-
perubahannya. Hal mana jelas dan nyata menunjukkan bahwa hubungan
hukum antara Tergugat I dan Para Penggugat didasarkan pada adanya
suatu perjanjian.
Bahwa faktanya, antara Tergugat I dan Penggugat (in casu: Imam Asmuni)
yang ditandatangani pula oleh Rahemah selaku isteri Penggugat (in casu:
Imam Asmuni) sebagai tanda persetujuan, telah dengan sukarela dan itikad
baik mengikatkan diri dalam Perjanjian Kredit Nomor
0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010, berikut perubahan-
perubahannya, dimana para pihak secara sukarela menyatakan tunduk dan
taat atas syarat-syarat dan atau ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
perjanjian yang berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-pihak yang
membuatnya (in casu: Tergugat I dan Para Penggugat). Bahwa asas hukum
“pacta sunt servanda” sebagaimana Pasal 1338 KUH Perdata merupakan
asas hukum yang sah dan diakui serta tidak bertentangan dengan hukum,
sehingga Gugatan Para Penggugat jelas mengada-ada dan justru
menunjukkan ITIKAD TIDAK BAIK Para Penggugat untuk menghalang-
halangi Tergugat I dalam memperoleh pelunasan atas fasilitas kredit yang
telah diberikannya kepada Para Penggugat.

Halaman 13 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Bahwa jelas dan nyata, antara wanprestasi / ingkar janji dengan perbuatan
melawan hukum merupakan 2 (dua) hal yang berbeda dan memiliki implikasi
hukum yang berbeda pula.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat M. Yahya Harahap, SH., dalam
bukunya yang berjudul “Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan,
Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan”, secara jelas
dan nyata menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prinsip antara
Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum, yaitu:
1. Ditinjau dari segi sumber hukum
Wanprestasi menurut Pasal 1243 KUH Perdata timbul dari per-setujuan
(agreement) yang berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata:
 Harus ada lebih dahulu perjanjian antara dua pihak, sesuai dengan
yang digariskan Pasal 1320 KUH Perdata;
 Salah satu asas perjanjian menggariskan bahwa apa yang telah
disepakati harus dipenuhi atau promise must be kept;
 Dengan demikian, wanprestasi terjadi apabila debitur :
- tidak memenuhi prestasi yang dijanjikan sama sekali; atau
- tidak memenuhi prestasi tepat waktu; atau
- tidak memenuhi prestasi yang dijanjikan secara layak.
Selanjutnya Perbuatan Melawan Hukum (“PMH”) menurut Pasal 1365
KUH Perdata, lahir akibat perbuatan orang:
 yang merupakan perbuatan melanggar hukum atau onrechtmatig
(unlawful) :
- bisa dalam bentuk pelanggaran pidana atau factum delictum, atau
- dalam bentuk pelanggaran maupun kesalahan perdata (law of tort),
- atau dalam perbuatan tersebut sekaligus bertindih delik pidana dan
kesalahan perdata.
 Dalam perbuatan bertindih secara berbarengan maka pelakunya
sekaligus dapat dituntut :
- Hukum pidana, atas pertanggungjawaban pidana (crime liability),
dan
- Pertanggungjawaban perdata (civil liability).
2. Ditinjau dari segi timbulnya hak menuntut
Dasar timbulnya hak menuntut ganti rugi dalam wanprestasi ialah Pasal
1243 KUH Perdata, pada prinsipnya diperlukan proses ingebrekkestelling
atau pernyataan lalai atau in mora stelling (interpellation).

Halaman 14 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Lain halnya dengan PMH tidak diperlukan somasi. Kapan terjadi PMH,
pihak yang dirugikan langsung mendapat hak untuk menuntut ganti rugi.
3. Ditinjau dari segi tuntutan ganti rugi (compensation, indemnification)
Tuntutan ganti rugi dalam wanprestasi, bertitik tolak dari ketentuan
berikut:
 Pasal 1237 KUH Perdata, mengatur jangka waktu perhitungan ganti
rugi yang dapat dituntut, yaitu terhitung sejak saat terjadi kelalaian.
 Pasal 1236 dan Pasal 1243 KUH Perdata mengatur tentang jenis dan
jumlah ganti rugi yang dapat dituntut, yang terdiri dari:
- kerugian yang dialami kreditur,
- keuntungan yang akan diperoleh sekiranya perjanjian dipenuhi, dan
- ganti rugi bunga atau interest.
Sebaliknya, Pasal 1365 KUH Perdata sebagai dasar hukum PMH:
 tidak menyebut bagaimana bentuk ganti ruginya;
 juga tidak menyebutkan rincian ganti rugi;
 dengan demikian dapat dituntut :
a. ganti rugi nyata (actual loss) yang dapat diperhitungkan secara
rinci, obyektif, dan konkret, yang disebut kerugian materiil;
b. kerugian imateriil berupa ganti rugi pemulihan kepada keadaan
semula atau restoration to original condition (herstel in de
oorspronkelijk toestand, hestel in de vorige toestand).
Dalam praktek, patokan menentukan berapa besarnya ganti rugi PMH, ialah
prinsip yang digariskan Pasal 1372 KUH Perdata, yaitu didasarkan pada
penilaian kedudukan sosial ekonomi kedua belah pihak atau bisa
dipedomani Putusan MA No. 1226 K/Sip/1997 yang menyatakan bahwa soal
besarnya ganti rugi karena PMH pada hakikatnya lebih cenderung
merupakan soal kelayakan dan kepatutan. Begitu juga dalam Putusan MA
No. 842 K/Sip/1986 menyatakan bahwa ganti rugi atas PMH berdasarkan
Pasal 1365 KUH Perdata, tidak dirinci seperti halnya yang diatur pembuat
undang-undang mengenai wanprestasi.
Oleh karena itu dalam merumuskan posita atau dalil gugatan, tidak
dibenarkan mencampuradukkan wanprestasi dengan PMH dalam gugatan.
Dianggap keliru merumuskan dalil PMH dalam gugatan jika yang terjadi in
konkreto secara realistis adalah wanprestasi.
Bahwa Prof. Subekti, SH., dalam buku “Hukum Perjanjian”, Penerbit
Intermasa menyatakan:

Halaman 15 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


“Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan)seorang debitur dapat berupa
empat macam :
a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;
b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana
dijanjikan;
c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;
d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.”
Sedangkan yang dimaksud dengan perbuatan melawan hukum menurut
Munir Fuady, SH., MH., LL.M., dalam buku “Perbuatan Melawan Hukum
Pendekatan Kontemporer”, penerbit PT Citra Aditya Bakti, menyatakan:
“kata tort itu sendiri sebenarnya hanya berarti salah (wrong). Akan tetapi
khususnya dalam bidang hukum, kata tort itu berkembang sedemikian
rupa sehingga berarti kesalahan perdata yang bukan berasal dari
wanprestasi kontrak”
Suharnoko, SH., MLI., dalam buku “Hukum Perjanjian, Teori dan Analisa
Kasus”, penerbit Kencana, memberikan gambaran mengenai perbedaan
antara gugatan wanprestasi dan gugatan perbuatan melawan hukum,
sebagai berikut:
“Kitab undang-undang Hukum Perdata membedakan dengan jelas antara
perikatan yang lahir dari perjanjian dan perikatan yang lahir dari undang-
undang. Akibat hukum suatu perikatan yang lahir dari perjanjian memang
dikehendaki oleh para pihak, karena memang perjanjian didasarkan atas
kesepakatan yaitu persesuaian kehendak antara para pihak yang
membuat perjanjian. Sedangkan akibat hukum suatu perikatan yang lahir
dari undang-undang memungkinkan tidak dikehendaki oleh para pihak,
akan tetapi hubungan hukum dan akibat hukumnya ditentukan oleh
undang-undang.
Apabila atas perjanjian yang disepakati terjadi pelanggaran, maka dapat
diajukan gugatan wanprestasi, karena ada hubungan kontraktual antara
pihak yang menimbulkan kerugian.
Apabila tidak ada hubungan kontraktual antara pihak yang menimbulkan
kerugian dan pihak yang menderita kerugian, maka dapat diajukan
gugatan perbuatan melawan hukum.
Menurut teori klasik yang membedakan antara gugatan wanprestasi dan
gugatan perbuatan melawan hukum, tujuan gugatan wanprestasi adalah
menempatkan penggugat pada posisi seandainya perjanjian tersebut
dipenuhi (put the plaintiff to the position if he would have been in had the

Halaman 16 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


contract performed). Dengan demikian ganti rugi tersebut adalah berupa
kehilangan keuntungan yang diharapkan atau disebut dengan istilah
expectation loss atau winstderving.
Sedangkan tujuan gugatan perbuatan melawan hukum adalah untuk
menempatkan posisi penggugat kepada keadaan semula, sebelum
terjadinya perbuatan melawan hukum. Sehingga ganti rugi yang diberikan
adalah kerugian yang nyata atau reliance loss.”
Berdasarkan uraian tersebut, jelas dan nyata Gugatan Para Penggugat telah
mencampuradukkan 2 (dua) dasar yang berbeda, yaitu Wanprestasi dan
Perbuatan Melawan Hukum. Oleh karenanya tuntutan Para Penggugat jelas
dan nyata tidak didasarkan pada dasar hukum yang BENAR karena Gugatan
seharusnya didasarkan pada adanya Perjanjian BUKAN Perbuatan Melawan
Hukum.
Bahwa berdasarkan uraian dan fakta-fakta hukum di atas, jelas dan nyata
bahwa Para Penggugat TIDAK CERMAT dalam mengajukan Gugatannya,
oleh karenanya Tergugat I mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa
dan mengadili perkara aquo, berkenan untuk menolak Gugatan Para
Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan tidak dapat diterima (Niet
Ontvankelijk verklaard).
C. Gugatan Para Penggugat merupakan Perlawanan Terhadap Lelang
Bahwa Gugatan yang diajukan Para Penggugat nyata-nyata telah tidak
memperhatikan / mengabaikan Hukum Acara Perdata yang berlaku pada
Badan Peradilan Umum di Indonesia, dimana tuntutan pem-batalan lelang
diajukan adalah merupakan perlawanan terhadap lelang yang hanya dapat
diajukan dengan syarat:
a. Perlawanan sebagai upaya hukum terhadap putusan verstek
sebagaimana ketentuan Pasal 129 ayat 1 HIR; atau
b. Pembatalan lelang sebagai upaya hukum luar biasa, yaitu perlawanan
pihak ketiga sebagaimana ketentuan Pasal 195 ayat 6 HIR, dengan
menimbang pula ketentuan Pasal 27 huruf c Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor : 93/PMK.06/2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 106/PMK.06/2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor :
93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, yang
menyatakan bahwa Perlawanan HANYA DAPAT DIAJUKAN
TERHADAP RENCANA LELANG EKSEKUSI / sebelum pelaksanaan

Halaman 17 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


lelang eksekusi dijalankan dan HANYA DAPAT DIAJUKAN OLEH
PIHAK KETIGA SELAIN debitur / suami atau isteri debitur / tereksekusi
(vide: Yurisprudensi Mahkamah Agung RI. Nomor 786 K/Pdt/1998
tanggal 5 Agustus 1992 dan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI. Nomor
697 K/SIP/1974 tanggal 31 Agustus 1977).
Bahwa dengan memperhatikan alasan-alasan tersebut di atas jelas dan
nyata Gugatan yang diajukan oleh Para Penggugat telah tidak sejalan dan
bertentangan dengan landasan hukum yang wajib dijadikan dasar oleh Para
Penggugat dalam mengajukan upaya pembatalan lelang.
Oleh karenanya berdasarkan uraian dan fakta-fakta hukum tersebut,
Tergugat I mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili
perkara a quo agar berkenan menerima Eksepsi Tergugat I serta menolak
Gugatan Para Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan Gugatan Para
Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard).
D. Gugatan Para Para Penggugat Kabur (Obscuur Libel)
Bahwa Gugatan Para Penggugat kabur karena Para Penggugat nyata-nyata
telah kurang cermat dalam menyusun posita dan petitum Gugatannya. Hal
tersebut menyebabkan Gugatan Para Penggugat menjadi tidak jelas dan
tidak tertentu (een duidelijke en bepaalde conclusie) sehingga Gugatan Para
Penggugat TIDAK MEMENUHI SYARAT FORMIL suatu Gugatan karena
terdapat dalil-dalil yang satu sama lain saling tidak mendukung, antara lain:
1. Bahwa pada bagian perihal / judul Gugatan Para Penggugat, jelas
menyebutkan : “Gugatan Perbuatan Melawan Hukum” demikian pula
dalam dalil angka 17, dalil angka 25 dan dalil angka 28 Gugatannya,
Para Penggugat mendalilkan bahwa penjualan lelang oleh Tergugat I
merupakan perbuatan melawan hukum bahkan dalam angka 2 petitum
Gugatannya, Para Penggugat menuntut agar Tergugat I telah melakukan
perbuatan melawan hukum.
NAMUN dalam dalil angka 2 sampai dengan dalil angka 9 Gugatannya,
Para Penggugat MENGAKUI bahwa hubungan hukum antara Tergugat I
dan Para Penggugat didasarkan pada Perjanjian Kredit Nomor
0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010, berikut perubahan-
perubahannya bahkan dalam dalil angka 7, dalil angka 8 dan dalil angka
9 Gugatannya, Para Penggugat MENGAKUI bahwa Tergugat I telah
MENYETUJUI permohonan perpanjangan fasilitas kredit dan keringanan
angsuran yang diajukan oleh Penggugat (in casu : Imam Asmuni). Bahwa
dalam dalil angka 25 Gugatannya, Para Penggugat telah menggunakan

Halaman 18 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat sah perjanjian sebagai dasar
hukum mengenai adanya perbuatan melawan hukum Tergugat I.
TERUTAMA karena dalam angka 3 dan angka 4 petitum Gugatannya,
Para Penggugat menuntut agar menyatakan bidang tanah dan bangunan
obyek sengketa sebagai jaminan pada Tergugat I dan mewajibkan Para
Penggugat membayar angsuran kreditnya. Hal tersebut menunjukkan
bahwa apa yang dituntut Para Penggugat tidak jelas dan kontradiktif
antara satu dengan yang lainnya.
2. Bahwa dalam dalil angka 28 Gugatannya, Para Penggugat menggunakan
Pasal 1365 KUH Perdata mengenai perbuatan melawan hukum NAMUN
dalam dalil angka 25 Gugatannya, Para Penggugat mendalilkan adanya
pelanggaran terhadap Pasal 1320 KUH Perdata karena pelaksanaan
penjualan lelang yang menurut Para Penggugat adalah suatu tindakan
tidak halal sehingga merupakan perbuatan melawan hukum. Dalil-dalil
Gugatan Para Penggugat tersebut membingungkan dan nyata-nyata
menunjukkan bahwa Para Penggugat telah mencampur-adukkan antara
2 (dua) dasar hukum yang BERBEDA, yaitu wanprestasi / ingkar janji
dengan perbuatan melawan hukum, sehingga menimbulkan
ketidakjelasan mengenai permasalahan yang didalilkan Para Penggugat.
Bahwa berdasarkan uraian dan fakta-fakta hukum di atas, nyata-nyata
terdapat ketidaksesuaian / kontradiktif antara posita dan petitum pada
Gugatan Para Penggugat. Dimana Para Penggugat TELAH TIDAK TELITI
dan TIDAK CERMAT serta TELAH LALAI merumus-kan posita dan
petitumnya secara BENAR, sehingga menjadi tidak jelas, kabur atau tidak
sempurna mengenai alasan-alasan dan dasar-dasar hukum dalam
Gugatannya, maka dapat berakibat tidak diterimanya petitum tersebut (vide:
Yurisprudensi MA RI Nomor: 582 K/Sip/1973 tanggal 18 Desember 1975 dan
Yurispridensi MA RI Nomor : 492 K/Sip/1970 tanggal 21 Nopember 1970
yang menyatakan bahwa “Gugatan yang tidak sempurna, karena tidak
menyebutkan dengan jelas apa yang dituntut, harus dinyatakan tidak dapat
diterima”). Oleh karenanya, Tergugat I mohon kepada Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili Gugatan perkara a quo agar berkenan menolak
Gugatan Para Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan Gugatan Para
Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard).
Bahwa Eksepsi-eksepsi yang diajukan Tergugat I didukung dengan fakta-fakta
hukum yang ada, maka bersama ini Tergugat I mohon dengan hormat kepada
Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara aquo agar berkenan

Halaman 19 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


mempertimbangkan dan menerima seluruh Eksepsi Tergugat I dan menolak
Gugatan Para Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan Gugatan Para
Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk verklaar).
DALAM POKOK PERKARA
1. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil yang
dikemukakan oleh Para Penggugat dalam Gugatannya, kecuali apa yang
secara tegas diakui kebenarannya.
2. Bahwa segala sesuatu yang telah diuraikan Tergugat I dalam Eksepsi
tersebut di atas, secara mutatis mutandis mohon dianggap merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pokok Perkara.
3. Bahwa dalil angka 1 Gugatan Para Penggugat hanya mererangkan
mengenai status kepemilikan bidang tanah dan bangunan Sertipikat Hak
Milik Nomor 915/Kembangan namun tidak menjelaskan hubungannya
dengan perkara a quo, oleh karenanya Tergugat I tidak menanggapi lebih
lanjut.
4. Bahwa dalil-dalil dalam angka 2 sampai dengan angka 10 Gugatan Para
Penggugat merupakan PENGAKUAN Para Penggugat terhadap FAKTA
HUKUM mengenai adanya fasilitas kredit yang diberikan oleh Tergugat I,
dimana Para Penggugat MENGAKUI telah MENERIMA dan MENIKMATI
fasilitas kredit dari Tergugat I sebagaimana Perjanjian Kredit Nomor
0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010, berikut perubahan-
perubahannya, yang dibuat antara Tergugat I dan Penggugat (in casu: Imam
Asmuni) yang ditandatangani pula oleh Rehemah selaku isteri dari
Penggugat (in casu: Imam Asmuni) sebagai tanda persetujuan. Dimana fakta
yang ada menunjukkan bahwa Para Penggugat telah secara SADAR dan
SUKARELA telah menyerahkan bidang tanah dan bangunan Sertipikat Hak
Milik Nomor 915/Kembangan sebagai JAMINAN HUTANG atas FASILITAS
KREDIT yang TELAH DITERIMA oleh Para Penggugat dari Tergugat I dan
telah dibebani Hak Tanggungan oleh Tergugat I.
Dalil Para Penggugat tersebut juga merupakan PENEGASAN dan
PENGAKUAN terhadap hubungan hukum yang ada antara Tergugat I dan
Para Penggugat, berupa pemberian fasilitas kredit oleh Tergugat I kepada
Penggugat (in casu: Imam Asmuni) yang didasarkan pada adanya
PERJANJIAN (vide: Perjanjian Kredit Nomor 0000016/PK/03345/0310
tanggal 10 Maret 2010, berikut perubahan-perubahannya). Terutama
merupakan bukti yang cukup bahwa Para Penggugat sadar dan mengerti

Halaman 20 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


konsekuensi hukum dengan ditandatanganinya Perjanjian Kredit tersebut
sebagai tanda persetujuan.
5. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 4 sampai dengan dalil
angka 7 Gugatan Para Penggugat karena mengenai jangka waktu, jumlah
angsuran dan nilai fasilitas kredit serta perhitungan jumlah sisa kewajiban
secara jelas dan tegas tercantum pada ketentuan-ketentuan dalam
Perjanjian Kredit Nomor 0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010,
berikut perubahan-perubahannya yang telah dibuat antara Tergugat I dan
Penggugat (in casu: Imam Asmuni) yang ditandatangani pula oleh Rahemah
selaku isteri dari Penggugat (in casu: Imam Asmuni) sebagai tanda
persetujuan, oleh karenanya dalil Gugatan Para Penggugat tersebut hanya
merupakan pendapat subyektif Para Penggugat tanpa didasarkan pada
bukti-bukti yang ada. Hal tersebut menjadi beban Para Penggugat untuk
membuktikan dalil-dalilnya.
6. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 6 Gugatan Para
Penggugat mengenai latar belakang pendidikan Pengggat karena justru
menunjukkan ITIKAD TIDAK BAIK Penggugat yang telah “mengelabui”
Tergugat I mengingat Penggugat (in casu: Imam Asmuni) TIDAK PERNAH
menyatakan bahwa Penggugat (in casu: Imam Asmuni) buta aksara pada
saat mengajukan permohonan kredit kepada Tergugat I NAMUN baru
menyatakan hal tersebut dalam Gugatan a quo. Disamping fakta yang ada
menunjukkan bahwa Penggugat (in casu: Imam Asmuni) telah tidak dapat
melaksanakan kewajiban pembayaran hutang kepada Tergugat I, hal
tersebut menimbulkan sangkaan beralasan bahwa Para Penggugat
berusaha mencari-cari alasan demi untuk “membatalkan” hubungan hukum
yang ada antara Tergugat I dan Penggugat (in casu: Imam Asmuni) dan
menunjukkan bahwa sejak awal mengajukan permohonan fasilitas kredit
kepada Tergugat I, Para Penggugat telah memiliki maksud untuk dengan
sengaja merugikan Tergugat I.
7. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 7 Gugatan Para
Penggugat mengenai jumlah angsuran yang telah dibayar Penggugat (in
casu: Imam Asmuni) karena mengenai jadwal pembayaran angsuran
kewajiban hutang Penggugat (in casu: Imam Asmuni) kepada Tergugat I
telah secara jelas diatur dalam Perjanjian Kredit Nomor
0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010, berikut perubahan-
perubahannya, oleh karenanya menjadi beban Para Penggugat untuk dapat
membuktikan dalilnya. Bahwa dalil Para Penggugat yang menyatakan

Halaman 21 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


bahwa Penggugat (in casu: Imam Asmuni) tidak dapat mengangsur lagi
merupakan PENGAKUAN bahwa Penggugat (in casu: Imam Asmuni) telah
tidak melaksanakan kewajiban pembayaran hutang kepada Tergugat I. Oleh
karenanya adalah sesuai hukum apabila Tergugat I melaksanakan penjualan
lelang berdasarkan Perjanjian Kredit Nomor 0000016/PK/03345/0310
tanggal 10 Maret 2010, berikut perubahan-perubahannya untuk memperoleh
pelunasan atas fasilitas kredit yang telah diberikannya kepada Penggugat (in
casu: Imam Asmuni), hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda
yang Berkaitan dengan Tanah ("UUHT").
8. Bahwa dalil angka 8 Gugatan Para Penggugat mengenai adanya
persetujuan Tergugat I atas permohonan perubahan terhadap Perjanjian
Kredit Nomor 0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010 menunjukkan
bahwa Tergugat I selaku Kreditur beritikad baik berupaya agar Penggugat (in
casu: Imam Asmuni) dapat memenuhi kewajibannya, oleh karenanya
Tergugat I dengan mempertimbangkan kemampuan Penggugat (in casu:
Imam Asmuni), telah menyetujui untuk memberikan keringan angsuran
kewajiban pembayaran hutang dan memberikan jangka waktu yang cukup,
demi memberikan kesempatan kepada Penggugat (in casu: Imam Asmuni)
agar dapat melunasi hutangnya. NAMUN faktanya Penggugat (in casu:
Imam Asmuni) telah tidak memenuhi kewajiban pembayaran hutang kepada
Tergugat I, hal mana DIAKUI oleh Para Penggugat dalam dalil Gugatannya.
9. Bahwa dalil angka 9 Gugatan Para Penggugat merupakan PENGAKUAN
dan PENEGASAN Para Penggugat atas dalil-dalil Gugatan Para Penggugat
sebelumnya yang menyatakan bahwa Penggugat (in casu: Imam Asmuni)
tidak bisa mengangsur lagi atau macet sampai sekarang, hal tersebut
menunjukkan bahwa Penggugat (in casu: Imam Asmuni) telah tidak
melaksanakan kewajiban pembayaran hutang kepada Tergugat I (vide: dalil
angka 7 dan dalil angka 8 Gugatan Para Penggugat).
10. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 10 Gugatan Para
Penggugat karena jelas dan nyata surat peringatan yang disampaikan
secara PATUT oleh Tergugat I kepada Penggugat (in casu: Imam Asmuni)
merupakan itikad baik Tergugat I untuk mengingatkan Penggugat (in casu:
Imam Asmuni) mengenai adanya kewajiban pembayaran hutang oleh
Penggugat (in casu: Imam Asmuni) kepada Tergugat I, hal tersebut untuk
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Penggugat (in casu:
Imam Asmuni) agar dapat melaksanakan kewajiban pembayaran hutang

Halaman 22 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


kepada Tergugat I dalam tenggang waktu yang cukup. NAMUN Para
Penggugat tidak menanggapi itikad baik Tergugat I tersebut, dengan tetap
tidak melaksanakan kewajiban pembayaran hutang kepada Tergugat I.
Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil Gugatan Para Penggugat
yang menyatakan “… apabila Penggugat mampu wajib melakukan
pelunasan hutang ke Tergugat I” karena mengenai tata cara dan jangka
waktu pelunasan kewajiban hutang oleh Penggugat (in casu: Imam Asmuni)
kepada Tergugat I telah secara jelas diatur dalam Perjanjian Kredit Nomor
0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010, berikut perubahan-
perubahannya, hal tersebut menunjukkan bahwa dalil Gugatan Para
Penggugat tidak didasarkan pada bukti-bukti yang ada.
11. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 11 Gugatan Para
Penggugat karena hanya merupakan pendapat subyektif Para Penggugat
tanpa didasarkan pada fakta-fakta dan bukti-bukti yang ada, hal tersebut
menunjukkan upaya Para Penggugat untuk membangun argumen dan untuk
dengan sengaja men-DISKREDIT-kan Tergugat I, hal tersebut menjadi
beban Para Penggugat untuk dapat membuktikan dalilnya.
12. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 12 Gugatan Para
Penggugat karena menunjukkan bahwa Para Penggugat tidak teliti dan tidak
cermat dalam membaca dan memahami Akta Hak Tanggungan yang telah
dibuat dan ditandatangani antara Tergugat I dan Penggugat (in casu: Imam
Asmuni). Bahwa jelas dan nyata dalam melaksanakan penjualan lelang,
Tergugat I telah memenuhi dan mematuhi seluruh syarat-syarat dan
prosedur yang ditetapkan oleh ketentuan hukum yang berlaku sebagaimana
UUHT dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
106/PMK.06/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor: 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, sehingga
tidak terdapat cacat yang membatalkannya.
Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil Gugatan Para Penggugat
mengenai fiat eksekusi karena menunjukkan bahwa Para Penggugat telah
mengabaikan dan tidak memperhatikan ketentuan dalam Pasal 2 Akta
Pemberian Hak Tanggungan tersebut secara tegas menyatakan:
“Dalam hal Debitor tidak memenuhi kewajiban untuk melunasi utangnya,
berdasarkan perjanjian utang-piutang tersebut di atas, oleh Pihak
Pertama, Pihak Kedua selaku Pemegang Hak Tanggungan Peringkat

Halaman 23 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Pertama dengan akta ini diberikan dan menyatakan menerima
kewenangan, dan untuk itu kuasa, untuk tanpa persetujuan terlebih
dahulu dari Pihak Pertama:
a. Menjual atau suruh menjual dihadapan umum secara lelang Obyek
Hak Tanggungan baik seluruhnya maupun sebagian-sebagian;
b. Mengatur dan menetapkan waktu, tempat, cara dan syarat-syarat
penjualan;
c. Menerima uang penjualan, menandatangai dan menyerahkan
kwitansi;
d. Menyerahkan apa yang dijual itu kepada pembeli yang bersangkutan;
e. Mengambil dari uang hasil penjualan itu seluruhnya atau sebagian
untuk melunasi utang Debitor tersebut di atas; dan Melakukan hal-hal
lain yang menurut Undang—undang dan peraturan hukum yang
berlaku diharuskan atau menurut pendapat Pihak Kedua perlu
dilakukan dalam rangka melaksanakan kuasa tersebut;”
Bahwa pelaksanaan penjualan lelang oleh Tergugat I jelas dan nyata sesuai
dan tidak bertentangan dengan Pasal 6 UUHT yang menyatakan:
“Apabila debitur cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggugan atas kekuasaan
sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan
pihutangnya dari hasil penjualan tersebut.”
Beserta penjelasan pasal tersebut yang menyatakan :
“Hak untuk menjual obyek hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri
merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan yang
dipunyai oleh pemegang Hak Tanggungan atau pemegang Hak
Tanggungan pertama dalam hal terdapat lebih dari satu pemegang Hak
Tanggungan. Hak tersebut didasarkan pada janji yang diberikan oleh
pemberi Hak Tanggungan bahwa apabila debitor cidera janji, pemegang
Hak Tanggungan melalui pelelangan umum tanpa memerlukan
persetujuan lagi dari pemberi Hak Tanggungan dan selanjutnya
mengambil pelunasan pihutangnya dari hasil penjualan itu terlebih dahulu
daripada Kreditur-Kreditur yang lain...”
Bahwa jelas dan nyata, pelaksanaan penjualan lelang oleh Tergugat I
merupakan pelaksanaan dari Perjanjian Kredit Nomor
0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010, berikut perubahan-
perubahannya dan Akta Pemberian Hak Tanggungan serta sejalan dengan
Pasal 6 UUHT, sehingga adalah mengada-ada apabila tindakan Tergugat I

Halaman 24 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku didalilkan sebagai
perbuatan melawan hukum. Hal mana justru menunjukkan ITIKAD TIDAK
BAIK dari Para Penggugat untuk dengan sengaja mencari-cari kesalahan
Tergugat I semata-mata untuk menghalang-halangi kepastian hukum bagi
Tergugat I.
13. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 13 Gugatan Para
Penggugat karena dalam melaksanakan penjualan lelang, Tergugat I telah
memenuhi dan mematuhi seluruh syarat-syarat dan prosedur yang
ditetapkan oleh ketentuan hukum yang berlaku sebagaimana UUHT dan
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 93/PMK.06/2010
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 106/PMK.06/2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 93/PMK.06/2010
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, sehingga tidak terdapat cacat yang
membatalkannya. Terutama dalam penentuan nilai limit lelang, nyata-nyata
didasarkan pada penilaian sebagaimana disyaratkan dalam Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 93/PMK.06/2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor: 106/PMK.06/2013 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 93/PMK.06/2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang, oleh karenanya dalil Gugatan Para
Penggugat tersebut hanya merupakan pendapat subyektif Para Penggugat
yang didasarkan pada asumsi-asumsi Para Penggugat NAMUN tanpa
didasarkan pada fakta-fakta dan bukti-bukti yang ada.
Bahwa dalil Para Penggugat tersebut nyata-nyata merupakan usaha Para
Penggugat untuk dengan sengaja men-DISKREDIT-kan Tergugat I namun
tidak didukung dengan alasan-alasan dan bukti-bukti yang benar sehingga
justru menunjukkan adanya ITIKAD TIDAK BAIK dari Para Penggugat yang
telah dengan sengaja melakukan tindakan yang dapat di-KUALIFISIR
sebagai suatu perbuatan melawan hukum sebagaimana Pasal 1365 KUH
Perdata karena perbuatan Para Penggugat mengajukan Gugatan dalam
perkara a quo sengaja dilakukan untuk membawa kerugian kepada Tergu-
gat I.
Oleh karenanya Tergugat I berpendapat bahwa segala sesuatu mengenai
putusan perkara a quo seluruhnya terpulang kepada pertimbangan Majelis
Hakim dengan memperhatikan fakta-fakta dan bukti-bukti yang diajukan
dalam proses pemeriksaan perkara di pengadilan bukan dengan

Halaman 25 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


membangun argumen. Hal tersebut menjadi beban Para Penggugat untuk
dapat membuktikan dalilnya.
14. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 14 Gugatan Para
Penggugat karena mengenai pelaksanaan tugas Tergugat II secara jelas
dan tegas diatur dalam UUHT dan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor: 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor: 106/PMK.06/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor: 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang,
hal tersebut menunjukkan bahwa dalil Gugatan Para Penggugat tidak
didasarkan pada ketentuan hukum yang berlaku.
15. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 15 Gugatan Para
Penggugat karena dalam melaksanakan penjualan lelang, Tergugat I telah
memenuhi dan mematuhi seluruh syarat-syarat dan prosedur yang
ditetapkan oleh ketentuan hukum yang berlaku sebagaimana UUHT dan
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 93/PMK.06/2010
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 106/PMK.06/2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 93/PMK.06/2010
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Oleh karenanya kepemilikan
Tergugat III selaku pemenang lelang adalah SAH dan DIAKUI secara
hukum.
16. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 16 dan dalil angka 17
Gugatan Para Penggugat karena mengenai ke-wenangan dalam bidang
pertanahan merupakan kewenangan mandiri dari Badan Pertanahan
Nasional (in casu: Turut Tergugat II) dan tidak ada campur tangan dari pihak
manapun dengan memperhatikan ketentuan hukum yang berlaku, sehingga
dalil Para Penggugat tersebut hanya merupakan pendapat subyektif Para
Penggugat tanpa didasarkan pada fakta-fakta dan bukti-bukti yang ada.
17. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 17 Gugatan Para
Penggugat mengenai pelaksanaan lelang karena fakta yang ada
menunjukkan bahwa pelaksanaan penjualan lelang oleh Tergugat I telah
memenuhi dan mematuhi seluruh syarat-syarat dan prosedur yang
ditetapkan oleh ketentuan hukum yang berlaku sebagaimana UUHT dan
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 93/PMK.06/2010
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 106/PMK.06/2013 tentang

Halaman 26 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 93/PMK.06/2010
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Bahwa fakta yang ada menunjukkan,
penjualan lelang oleh Tergugat I terjadi karena Penggugat (in casu: Imam
Asmuni) TELAH TIDAK MELAKSANAKAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN
HUTANG kepada Tergugat I sebagai-mana telah disepakati dalam
Perjanjian Kredit Nomor 0000016/ PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010,
berikut perubahan-perubahannya, hal mana DIAKUI oleh Para Penggugat
dalam dalil-dalil Gugatannya (vide: dalil angka 7 sampai dengan dalil angka
10 Gugatan Para Penggugat, sehingga adalah SESUAI HUKUM apabila
Tergugat I berusaha memperoleh pelunasan atas fasilitas kredit yang telah
diberikan dan dinikmati oleh Penggugat (in casu: Imam Asmuni) melalui
penjualan lelang. Oleh karenanya dalil Para Penggugat hanyalah pendapat
subyektif Para Penggugat yang didasarkan pada asumsi-asumsi Para
Penggugat TANPA didukung dengan fakta-fakta dan bukti-bukti yang ada,
sehingga semata-mata hanya upaya untuk membangun argumen demi
melempar-kan kesalahan kepada Tergugat I. Hal tersebut menjadi beban
Para Penggugat untuk dapat membuktikan dalilnya.
18. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 18 Gugatan Para
Penggugat mengenai adanya kerugian materiil dan imateriil karena fakta
yang ada menunjukkan bahwa justru Tergugat I-lah yang DIRUGIKAN
dengan TIDAK DILUNASINYA dana fasilitas kredit yang telah diterima dan
dinikmati serta dipergunakan oleh Para Penggugat.
Bahwa jelas dan nyata tidak ada sama sekali kepentingan Para Penggugat
yang dirugikan oleh Tergugat I mengingat pelaksanaan penjualan lelang
telah sesuai dan tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku. Oleh
karenanya, dalil-dalil Para Penggugat tidak relevan, cenderung dicari-cari /
mengada-ada dan irrasional, sehingga tuntutan Para Penggugat merupakan
illusi dari Para Penggugat untuk memperoleh / mendapat uang / keuntungan
dari Tergugat I, tanpa didukung dengan bukti-bukti yang benar.
Bahwa faktanya justru menunjukkan bahwa Para Penggugat MENGAKUI
bahwa Penggugat (in casu: Imam Asmuni) telah menerima dan menikmati
dana fasilitas kredit yang diberikan oleh Tergugat I NAMUN telah TIDAK
MELAKSANAKAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN hutang kepada Tergugat I.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Penggugat memiliki ITIKAD TIDAK BAIK
kepada Tergugat I dengan berupaya mencari-cari kesalahan Tergugat I
untuk menghindarkan diri dari kewajiban pembayaran hutang dan
menghalang-halangi Tergugat I dalam memperoleh pelunasan atas fasilitas

Halaman 27 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


kredit yang telah diberikannya kepada Penggugat (in casu: Imam Asmuni).
Oleh karenanya Tergugat I selaku KREDITUR YANG BERITIKAD BAIK
mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo
agar berkenan melindungi hak Tergugat I mengingat dana yang diberikan
sebagai fasilitas kredit merupakan dana masyarakat sehingga tindakan Para
Penggugat tersebut jelas dan nyata telah merugikan masyarakat.
19. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 19 Gugatan Para
Penggugat karena hanya merupakan pendapat subyektif Para Penggugat
dan upaya membangun argumen MENGINGAT fakta yang ada menunjukkan
bahwa Tergugat I adalah Kreditur BERITIKAD BAIK yang telah
melaksanakan kewajibannya untuk memberikan fasilitas kredit kepada
Penggugat (in casu: Imam Asmuni) sebagaimana ketentuan dalam
Perjanjian Kredit Nomor 0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010,
berikut perubahan-perubahannya, yang telah disepakati antara Tergugat I
dan Penggugat (in casu: Imam Asmuni) dimana Rahemah selaku isteri
Penggugat (in casu: Imam Asmuni) turut serta menandatanganinya sebagai
tanda persetujuan dan Para Penggugat MENGAKUI telah MENERIMA dan
MENIKMATI dana fasilitas kredit yang diberikan oleh Tergugat I, sehingga
adalah WAJAR dan BENAR apabila Tergugat I selaku Pemegang Hak
Tanggungan berupaya untuk memperoleh pelunasan atas fasilitas kredit
yang telah diberikannya sesuai dengan prosedur yang ditentukan dalam
Perjanjian Kredit Nomor 0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010,
berikut perubahan-perubahannya dan Akta Pemberian Hak Tanggungan
Juncto Sertipikat Hak Tanggungan, yang nyata-nyata sejalan dan tidak
bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku (vide: UUHT dan
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 106/PMK.06/2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang).
Oleh karenanya Tergugat I berpendapat bahwa segala sesuatu mengenai
putusan perkara a quo seluruhnya terpulang kepada pertimbangan Majelis
Hakim dengan memperhatikan fakta-fakta dan bukti-bukti yang diajukan
dalam proses pemeriksaan perkara di pengadilan bukan dengan
membangun argumen. Hal tersebut menjadi beban Para Penggugat untuk
dapat membuktikan dalilnya.
20. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 20 dan dalil angka 21
Gugatan Para Penggugat dan meminta kepada Para Pengugat untuk
membaca secara lengkap Pasal 14 ayat 2 UUHT berikut penjelasannya

Halaman 28 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


karena dalam penjelasan umum angka 9 dan penjelasan Pasal 14 ayat 2
dan ayat 3 UUHT secara jelas dan tegas menyatakan:
Penjelasan Umum angka 9 UUHT :
“Salah satu ciri Hak Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti
dalam pelaksanaan eksekusinya, jika debitor cidera janji. Walaupun
secara umum ketentuan tentang eksekusi telah diatur dalam Hukum
Acara Perdata yang berlaku, dipandang perlu untuk memasukkan secara
khusus ketentuan tentang eksekusi Hak Tanggungan dalam Undang-
undang ini, yaitu yang mengatur lembaga parate executie sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 224 Reglemen Indonesia yang Diperbaharui (Het
Herziene Indonesisch Reglement) dan Pasal 258 Reglemen Acara
Hukum Untuk Daerah Luar Jawa dan Madura (Reglement tot Regeling
van het Rechtswezen in de Gewesten Buiten Java en Madura).
Sehubungan dengan itu pada sertipikat Hak Tanggungan, yang berfungsi
sebagai surat-tanda-bukti adanya Hak Tanggungan, dibubuhkan irah-irah
dengan kata-kata "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA", untuk memberikan kekuatan eksekutorial yang sama
dengan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum
tetap. Selain itu sertipikat Hak Tanggungan tersebut dinyatakan sebagai
pengganti grosse acte Hypotheek, yang untuk eksekusi hypotheek atas
tanah ditetapkan sebagai syarat dalam melaksanakan ketentuan pasal-
pasal kedua Reglemen di atas. Agar ada kesatuan pengertian dan
kepastian mengenai penggunaan ketentuan-ketentuan tersebut,
ditegaskan lebih lanjut dalam Undang-undang ini, bahwa selama belum
ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, peraturan
mengenai eksekusi hypotheek yang diatur dalam kedua Reglemen
tersebut, berlaku terhadap eksekusi Hak Tanggungan.”
Penjelasan Pasal 14 ayat 2 dan ayat 3 UUHT ;
Ïrah-irah yang dicantumkan pada sertipikat Hak Tanggungan dan dalam
ketentuan pada ayat ini, dimaksudkan untuk menegaskan adanya
kekuatan eksekutorial pada sertipikat Hak Tanggungan, sehingga apabila
debitor cidera janji, siap dieksekusi seperti halnya suatu putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, melalui tata
cara dan dengan menggunakan Lembaga parate executie sesuai dengan
peraturan Hukum Acara Perdata.”
Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas dan nyata bahwa pelaksanaan
eksekusi Hak Tanggungan sebagaimana UUHT dapat dilaksanakan melalui

Halaman 29 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Lembaga parate eksekusi, oleh karenanya dalil Para Penggugat justru
menunjukkan ITIKAD TIDAK BAIK Para Penggugat yang dengan sengaja
berusaha memutar-balikkan ketentuan-ketentuan hukum demi
“memaksakan”kehendak Para Penggugat.
Bahwa Akta Pemberian Hak Tanggungan yang telah dibuat dan
ditandatangani antara Tergugat I dan Penggugat (in casu : Imam Asmuni)
dalam Pasal 2 Akta Pemberian Hak Tanggungan tersebut secara tegas
menyatakan:
“Dalam hal Debitor tidak memenuhi kewajiban untuk melunasi utangnya,
berdasarkan perjanjian utang-piutang tersebut di atas, oleh Pihak
Pertama, Pihak Kedua selaku Pemegang Hak Tanggungan Peringkat
Pertama dengan akta ini diberikan dan menyatakan menerima
kewenangan, dan untuk itu kuasa, untuk tanpa persetujuan terlebih
dahulu dari Pihak Pertama :
a. Menjual atau suruh menjual dihadapan umum secara lelang Obyek
Hak Tanggungan baik seluruhnya maupun sebagian-sebagian;
b. Mengatur dan menetapkan waktu, tempat, cara dan syarat-syarat
penjualan;
c. Menerima uang penjualan, menandatangai dan menyerahkan
kwitansi;
d. Menyerahkan apa yang dijual itu kepada pembeli yang bersangkutan;
e. Mengambil dari uang hasil penjualan itu seluruhnya atau sebagian
untuk melunasi utang Debitor tersebut di atas; dan
f. Melakukan hal-hal lain yang menurut Undang—undang dan peraturan
hukum yang berlaku diharuskan atau menurut pendapat Pihak Kedua
perlu dilakukan dalam rangka melaksanakan kuasa tersebut;”
Bahwa pelaksanaan penjualan lelang oleh Tergugat I jelas dan nyata sesuai
dan tidak bertentangan dengan Pasal 6 UUHT yang menyatakan:
“Apabila debitur cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggugan atas kekuasaan
sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan
pihutangnya dari hasil penjualan tersebut.”
Beserta penjelasan pasal tersebut yang menyatakan :
“Hak untuk menjual obyek hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri
merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan yang
dipunyai oleh pemegang Hak Tanggungan atau pemegang Hak
Tanggungan pertama dalam hal terdapat lebih dari satu pemegang Hak

Halaman 30 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Tanggungan. Hak tersebut didasarkan pada janji yang diberikan oleh
pemberi Hak Tanggungan bahwa apabila debitor cidera janji, pemegang
Hak Tanggungan melalui pelelangan umum tanpa memerlukan
persetujuan lagi dari pemberi Hak Tanggungan dan selanjutnya
mengambil pelunasan pihutangnya dari hasil penjualan itu terlebih dahulu
daripada Kreditur-Kreditur yang lain...”
Bahwa Tergugat I mempertanyakan dalil Gugatan Para Penggugat yang
menggunakan Putusan Makamah Agung RI No.3021 K/Pdt/1984 tanggal 30
Januari 1986 karena putusan tersebut terbit SEBELUM adanya Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta
Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah (“UUHT”), hal tersebut
menunjukkan ketidak-cermatan Para Penggugat dalam menggunakan dasar
hukum dalam Gugatannya. MENGINGAT dengan telah diberlakukannya
UUHT maka ketentuan UUHT-lah yang berlaku dalam pelaksanaan eksekusi
Hak Tanggungan.
Bahwa Tergugat I adalah Lembaga Perbankan yang merupakan lembaga
kepercayaan masyarakat, dimana dana yang ada pada Tergugat I yang
disalurkan sebagai fasilitas kredit adalah dana yang dihimpun dari
masyarakat sehingga perbuatan Para Penggugat yang TELAH TIDAK
melaksanakan KEWAJIBAN PEMBAYARAN HUTANG atas fasilitas kredit
yang diterimanya dari Tergugat I, nyata-nyata telah merugikan masyarakat.
Oleh karenanya Tergugat I selaku KREDITUR YANG BERITIKAD BAIK
mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo
untuk berkenan melindungi hak-hak Tergugat I dan masyarakat yang telah
mempercayakan dananya pada Tergugat I;
21. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 22 dan dalil angka 23
Gugatan Para Penggugat karena dalil Para Penggugat tersebut justru
menunjukkan ITIKAD TIDAK BAIK Para Penggugat yang berupaya
mengaburkan ketentuan hukum yang ada semata-mata untuk
“memaksakan” kehendak Para Penggugat kepada Tergu- gat I. TERUTAMA
karena jelas dalam Pasal 20 ayat 1 huruf a berikut penjelasannya,
menyatakan:
“(1) Apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan :
a. Hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek
Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, atau “
Penjelasan Pasal 20 ayat (1) UUHT menyatakan:

Halaman 31 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


“Ketentuan ayat ini merupakan perwujudan dari kemudahan yang
disediakan oleh Undang-undang ini bagi para kreditor pemegang Hak
Tanggungan dalam hal harus dilakukan eksekusi. Pada prinsipnya setiap
eksekusi harus dilaksanakan dengan melalui pelelangan umum, karena
dengan cara ini diharapkan dapat diperoleh harga yang paling tinggi
untuk obyek Hak Tanggungan. Kreditor berhak mengambil pelunasan
piutang yang dijamin dari hasil penjualan obyek Hak Tanggungan. Dalam
hal hasil penjualan itu lebih besar daripada piutang tersebut yang
setinggi-tingginya sebesar nilai tanggungan, sisanya menjadi hak
pemberi Hak Tanggungan.”
Bahwa Para Penggugat telah mengabaikan dan tidak memperhati-kan
ketentuan dalam Pasal 2 Akta Pemberian Hak Tanggungan tersebut secara
tegas menyatakan:
“Dalam hal Debitor tidak memenuhi kewajiban untuk melunasi utangnya,
berdasarkan perjanjian utang-piutang tersebut di atas, oleh Pihak
Pertama, Pihak Kedua selaku Pemegang Hak Tanggungan Peringkat
Pertama dengan akta ini diberikan dan menyatakan menerima
kewenangan, dan untuk itu kuasa, untuk tanpa persetujuan terlebih
dahulu dari Pihak Pertama:
a. Menjual atau suruh menjual dihadapan umum secara lelang Obyek
Hak Tanggungan baik seluruhnya maupun sebagian-sebagian;
b. Mengatur dan menetapkan waktu, tempat, cara dan syarat-syarat
penjualan;
c. Menerima uang penjualan, menandatangai dan menyerahkan
kwitansi;
d. Menyerahkan apa yang dijual itu kepada pembeli yang bersangkutan;
e. Mengambil dari uang hasil penjualan itu seluruhnya atau sebagian
untuk melunasi utang Debitor tersebut di atas; dan
f. Melakukan hal-hal lain yang menurut Undang—undang dan peraturan
hukum yang berlaku diharuskan atau menurut pendapat Pihak Kedua
perlu dilakukan dalam rangka melaksanakan kuasa tersebut;”
Bahwa pelaksanaan penjualan lelang oleh Tergugat I jelas dan nyata sesuai
dan tidak bertentangan dengan Pasal 6 UUHT yang menyatakan:
“Apabila debitur cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggugan atas kekuasaan
sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan
pihutangnya dari hasil penjualan tersebut.”

Halaman 32 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Beserta penjelasan pasal tersebut yang menyatakan:
“Hak untuk menjual obyek hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri
merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan yang
dipunyai oleh pemegang Hak Tanggungan atau pemegang Hak
Tanggungan pertama dalam hal terdapat lebih dari satu pemegang Hak
Tanggungan. Hak tersebut didasarkan pada janji yang diberikan oleh
pemberi Hak Tanggungan bahwa apabila debitor cidera janji, pemegang
Hak Tanggungan melalui pelelangan umum tanpa memerlukan
persetujuan lagi dari pemberi Hak Tanggungan dan selanjutnya
mengambil pelunasan pihutangnya dari hasil penjualan itu terlebih dahulu
daripada Kreditur-Kreditur yang lain...”
Fakta yang ada menunjukkan bahwa pelaksanaan penjualan lelang oleh
Tergugat I telah memenuhi dan mematuhi seluruh syarat-syarat dan
prosedur yang ditetapkan oleh ketentuan hukum yang berlaku sebagaimana
Pasal 6 UUHT dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
106/PMK.06/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor: 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Hal mana
justru menunjukkan ITIKAD TIDAK BAIK dari Para Penggugat untuk dengan
sengaja mencari-cari kesalahan Tergugat I semata-mata untuk menghalang-
halangi kepastian hukum bagi Tergugat I.
22. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 23 Gugatan Para
Penggugat karena dalam melaksanakan penjualan lelang, Tergugat I telah
memenuhi dan mematuhi seluruh syarat-syarat dan prosedur yang
ditetapkan oleh ketentuan hukum yang berlaku sebagaimana UUHT dan
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 93/PMK.06/2010
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 106/PMK.06/2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 93/PMK.06/2010
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, sehingga tidak terdapat cacat yang
membatalkannya. Oleh karenanya, kepemilikan Tergugat III selaku
pemenang lelang adalah SAH DIAKUI secara HUKUM.
23. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 25 Gugatan Para
Penggugat karena dalil Para Penggugat tersebut nyata-nyata merupakan
usaha Para Penggugat untuk dengan sengaja men-DISKREDIT-kan

Halaman 33 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Tergugat I namun tidak didukung dengan alasan-alasan dan bukti-bukti yang
benar sehingga justru menunjukkan adanya ITIKAD TIDAK BAIK dari Para
Penggugat yang telah dengan sengaja melakukan tindakan yang dapat di-
KUALIFISIR sebagai suatu perbuatan melawan hukum sebagaimana Pasal
1365 KUH Perdata karena perbuatan Para Penggugat mengajukan Gugatan
tersebut sengaja dilakukan untuk membawa kerugian kepada Tergugat I.
Oleh karenanya Tergugat I berpendapat bahwa segala sesuatu mengenai
putusan perkara a quo seluruhnya terpulang kepada pertimbangan Majelis
Hakim dengan memperhatikan fakta-fakta dan bukti-bukti yang diajukan
dalam proses pemeriksaan perkara di pengadilan bukan dengan
membangun argumen. Hal tersebut menjadi beban Para Penggugat untuk
dapat membuktikan dalilnya.
24. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 26 Gugatan Para
Penggugat karena fakta yang ada menunjukkan tidak ada kepentingan Para
Penggugat yang dirugikan oleh Tergugat I mengingat fakta yang ada
menunjukkan bahwa Para Penggugat MENGAKUI bahwa Penggugat (in
casu: Imam Asmuni) telah menerima dan menikmati dana fasilitas kredit
yang diberikan oleh Tergugat I NAMUN TELAH TIDAK MELAKSANAKAN
KEWAJIBAN PEMBAYARAN hutang kepada Tergugat I (vide: dalil angka 2
sampai dengan dalil angka 10 Gugatan Para Penggugat). Hal tersebut
menunjukkan bahwa Para Penggugat memiliki ITIKAD TIDAK BAIK kepada
Tergugat I dengan berupaya mencari-cari kesalahan Tergugat I untuk
menghindarkan diri dari kewajiban pembayaran hutang dan menghalang-
halangi Tergugat I dalam memperoleh pelunasan atas fasilitas kredit yang
telah diberikannya kepada Penggugat (in casu: Imam Asmuni). Oleh
karenanya Tergugat I selaku KREDITUR YANG BERITIKAD BAIK mohon
kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo agar
berkenan melindungi hak Tergugat I mengingat dana yang diberikan sebagai
fasilitas kredit merupakan dana masyarakat sehingga tindakan Para
Penggugat tersebut jelas dan nyata telah merugikan masyarakat.
Bahwa jelas dan nyata tuntutan ganti kerugian oleh Para Penggugat adalah
tidak relevan, cenderung dicari-cari / mengada-ada dan irrasional. Selain itu,
tuntutan Para Penggugat merupakan illusi dari Para Penggugat untuk
memperoleh/ mendapat uang / keuntungan tanpa didukung dengan bukti-
bukti yang akurat.
25. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 27 Gugatan Para
Penggugat dan meminta kepada Para Penggugat untuk LEBIH TELITI dan

Halaman 34 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


LEBIH CERMAT dalam membaca dan memahami ketentuan hukum yang
dipergunakan Para Penggugat sebagai dasar hukum dalam dalilnya karena
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 27/PMK.06/2016
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang BELUM BERLAKU pada saat
pelaksanaan penjualan lelang oleh Tergugat I, hal tersebut secara tegas
dinyatakan dalam Pasal 100 Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor: 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
yang menyatakan:
“Peraturan Menteri ini mulai berlaku 3 (tiga) bulan sejak tanggal
diundangkan.”
Bahwa Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang ditetapkan pada
tanggal 19 Pebruari 2016 dan diundangkan pada tanggal 22 Pebruari 2016
sehingga baru berlaku pada tanggal 26 Mei 2016, hal tersebut menunjukkan
Para Penggugat tidak cermat dan tidak teliti dalam Menyusun dalil
Gugatannya.
TERUTAMA karena Para Penggugat telah MENGABAIKAN dan TIDAK
MENGHORMATI Akta Pemberian Hak Tanggungan yang telah dibuat dan
ditandatangan antara Tergugat I dengan dan Penggugat (in casu: Imam
Asmuni) dalam Pasal 2 Akta Pemberian Hak Tanggungan tersebut secara
tegas menyatakan:
“Dalam hal Debitor tidak memenuhi kewajiban untuk melunasi utangnya,
berdasarkan perjanjian utang-piutang tersebut di atas, oleh Pihak
Pertama, Pihak Kedua selaku Pemegang Hak Tanggungan Peringkat
Pertama dengan akta ini diberikan dan menyatakan menerima
kewenangan, dan untuk itu kuasa, untuk tanpa persetujuan terlebih
dahulu dari Pihak Pertama :
a. Menjual atau suruh menjual dihadapan umum secara lelang
Obyek Hak Tanggungan baik seluruhnya maupun sebagian-
sebagian;
b. Mengatur dan menetapkan waktu, tempat, cara dan syarat-syarat
penjualan;
c. Menerima uang penjualan, menandatangai dan menyerahkan
kwitansi;
d. Menyerahkan apa yang dijual itu kepada pembeli yang
bersangkutan;

Halaman 35 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


e. Mengambil dari uang hasil penjualan itu seluruhnya atau sebagian
untuk melunasi utang Debitor tersebut di atas; dan
f. Melakukan hal-hal lain yang menurut Undang—undang dan
peraturan hukum yang berlaku diharuskan atau menurut pendapat
Pihak Kedua perlu dilakukan dalam rangka melaksanakan kuasa
tersebut;”
Bahwa pelaksanaan penjualan lelang oleh Tergugat I jelas dan nyata sesuai
dan tidak bertentangan dengan Pasal 6 UUHT yang mengatur mengenai
parate eksekusi yang menyatakan:
“Apabila debitur cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggugan atas kekuasaan
sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan
pihutangnya dari hasil penjualan tersebut.”
Beserta penjelasan pasal tersebut yang menyatakan :
“Hak untuk menjual obyek hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri
merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan yang
dipunyai oleh pemegang Hak Tanggungan atau pemegang Hak
Tanggungan pertama dalam hal terdapat lebih dari satu pemegang Hak
Tanggungan. Hak tersebut didasarkan pada janji yang diberikan oleh
pemberi Hak Tanggungan bahwa apabila debitor cidera janji, pemegang
Hak Tanggungan melalui pelelangan umum tanpa memerlukan
persetujuan lagi dari pemberi Hak Tanggungan dan selanjutnya
mengambil pelunasan pihutangnya dari hasil penjualan itu terlebih dahulu
daripada Kreditur-Kreditur yang lain...”
Bahwa jelas dan nyata, pelaksanaan penjualan lelang oleh Tergugat I
merupakan pelaksanaan dari Perjanjian Kredit Nomor
0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010, berikut perubahan-
perubahannya dan Akta Pemberian Hak Tanggungan serta sejalan dengan
Pasal 6 UUHT, sehingga adalah mengada-ada apabila tindakan Tergugat I
yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku didalilkan sebagai
perbuatan melawan hukum. Hal mana justru menunjukkan ITIKAD TIDAK
BAIK dari Para Penggugat untuk dengan sengaja mencari-cari kesalahan
Tergugat I semata-mata untuk menghalang-halangi kepastian hukum bagi
Tergugat I.
26. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 28 dan dalil angka 29
Gugatan Para Penggugat karena merupakan upaya Para Penggugat untuk
memutarbalikkan fakta-fakta mengingat sebelum dilakukannya penjualan

Halaman 36 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


lelang atas bidang tanah dan bangunan Obyek Sengketa, Tergugat I telah
menyampaikan pemberitahuan lelang kepada Penggugat (in casu: Imam
Asmuni) sebagaimana surat No.0180/ALU-JATIM-SEMM/0316 tanggal 8
Maret 2016 dan telah melaksanakan pengumuman lelang melalui surat
kabar harian pada tanggal 3 Maret 2016, hal tersebut sejalan dengan UUHT
dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
106/PMK.06/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor: 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Sehingga
dalil Penggugat Penggugat adalah alasan yang tidak didasarkan pada fakta-
fakta yang ada.
Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil Gugatan Para Penggugat
karena hanya merupakan pendapat subyektif Para Penggugat yang
didasarkan oleh asumsi-asumsi Para Penggugat sendiri NAMUN tanpa
didukung dengan fakta-fakta dan bukti-bukti yang ada sehingga dalil tersebut
hanyalah upaya Para Penggugat untuk dengan sengaja men-DISKREDIT-
kan Tergugat I dan menunjukkan adanya ITIKAD TIDAK BAIK dari Para
Penggugat yang telah dengan sengaja melakukan tindakan yang dapat di-
KUALIFISIR sebagai suatu perbuatan melawan hukum sebagaimana Pasal
1365 KUH Perdata karena perbuatan Para Penggugat mengajukan Gugatan
tersebut sengaja dilakukan untuk membawa kerugian kepada Tergugat I.
Berdasarkan fakta-fakta dan dasar hukum di atas, sangat jelas dan terang
bahwa pelaksanaan penjualan lelang oleh Tergugat I adalah SAH sesuai
hukum sehingga tidak terdapat cacat yang dapat membatalkannya. Oleh
karenanya, Tergugat I mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan
mengadili perkara a quo berkenan untuk menolak Gugatan Para Penggugat.
27. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 30 Gugatan Para
Penggugat karena faktanya penguasaan atas bidang tanah dan bangunan
obyek perkara a quo SEJAK PEMBERIAN FASILITAS KREDIT sampai
dengan SAAT INI tetap berada para Para Penggugat, oleh karenanya dalil
Para Penggugat tersebut justru menunjukkan ITIKAD TIDAK BAIK Para
Penggugat yang berupaya membangun argumen untuk men-DISKREDIT-
kan Tergugat I namun tidak didukung dengan alasan-alasan dan bukti-bukti
yang benar. Hal tersebut justru menunjukkan bahwa Para Penggugat
memiliki ITIKAD TIDAK BAIK yang TIDAK MENGHORMATI kedudukan

Halaman 37 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Tergu- gat III selaku PEMENANG LELANG dan PEMILIK yang SAH DIAKUI
secara HUKUM.
28. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil angka 31 Gugatan Para
Penggugat karena Gugatan Para Penggugat tidak didasarkan pada bukti-
bukti dan fakta-fakta hukum yang benar, yang merupakan syarat utama
dikabulkannya Putusan Serta Merta. Hal mana telah diatur dengan tegas
dalam Pasal 180 HIR ayat (1) dan butir 4 Surat Edaran Mahkamah Agung RI
No. 3 Tahun 2000 Tentang Putusan Serta Merta (uitvoerbaar bij voorraad)
dan Provisionil yang menyatakan:
“...maka pengadilan negeri itu boleh memerintahkan supaya putusan
hakim itu dijalankan dahulu, jika ada surat sah, suatu surat tulisan yang
menurut peraturan tentang hal itu boleh diterima sebagai bukti, atau jika
ada keputusan hukuman lebih dahulu dengan putusan hakim yang sudah
menjadi tetap, demikian pula jika dikabulkan tuntutan dahulu, lagipula di
dalam perselisihan tentang hak milik”;
Angka 4 (empat) Surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 3 Tahun 2000
Tentang Putusan Serta Merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan Provisionil yang
menyatakan:
“Selanjutnya, Mahkamah Agung memberikan petunjuk, yaitu Ketua
Pengadilan Negeri, Ketua Pengadilan Agama, para Hakim Pengadilan
Negeri dan Hakim Pengadilan Agama tidak menjatuhkan Putusan Serta
Merta, kecuali dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Gugatan didasarkan pada bukti autentik atau surat tulisan tangan
(handschrift) yang tidak dibantah kebenarannya tentang isi dan tanda
tangannya, yang menurut Undang-undang tidak mempunyai
kekuatan bukti;”
Dengan demikian permohonan putusan serta merta (uitvoerbaar bij
voorraad) adalah permohonan yang tidak berdasar hukum dan haruslah
ditolak.
29. Bahwa Tergugat I dengan ini mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa
dan mengadili perkara a quo untuk menolak Gugatan Para Penggugat atau
setidak-tidaknya menyatakan Gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima
(Niet Ontvankelijk Verklaard).
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, Tergugat I mohon kiranya kepada
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Magetan yang memeriksa dan mengadili
perkara ini, berkenan untuk memberikan putusan sebagai berikut:

Halaman 38 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


DALAM EKSEPSI
- Menerima Eksepsi Tergugat I untuk seluruhnya.
DALAM POKOK PERKARA
1. Menolak Gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya.
2. Menyatakan secara hukum Tergugat I adalah Kreditur yang beritikad baik.
3. Menyatakan sah dan mengikat :
- Perjanjian Kredit Nomor 0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010.
- Perjanjian Perubahan Terhadap Perjanjian Kredit Nomor
0000034/PPPK/03345/1800/0411 tanggal 25 April 2011.
- Perjanjian Perubahan Terhadap Perjanjian Kredit Nomor
01/ADD/SPK/3345/0812 tanggal 15 Agustus 2012.
-
4. Menyatakan sah dan mengikat :
Hak Tanggungan terhadap Sertipikat Hak Milik Nomor Nomor
915/Kembangan, seluas 199 m² (seratus sembilan puluh sembilan meter
persegi), yang diuraikan dengan Surat Ukur Nomor 48/Kembangan/2001
tanggal 6 Agustus 2001 sebagaimana ternyata dalam Sertipikat (tanda bukti
hak) yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Magetan, terdaftar
atas nama IMAM ASMUNI, berikut dengan bangunan yang didirikan di
atasnya dan segala bagian dan turutan-turutannya, yang telah dibebani Hak
Tanggungan berdasarkan :
a. Akta Pemberian Hak Tanggungan Nomor 290/17/APHT/SKM/III/ 2010
tanggal 17 Maret 2010, peringkat pertama sebesar Rp.131.250.000,-
(seratus tiga puluh satu juta dua ratus lima puluh ribu Rupiah), dibuat di
hadapan FELIYANTI, SH., PPAT di Kabupaten Magetan Juncto Sertipikat
Hak Tanggungan Nomor 406/2010 tanggal 26 Mei 2010.
b. Akta Pemberian Hak Tanggungan Nomor 856/35/APHT/SKM/V/ 2011
tanggal 12 Mei 2011, peringkat kedua sebesar Rp.62.500.000,- (enam
puluh dua juta lima ratus ribu Rupiah), dibuat di hadapan FELIYANTI,
SH., PPAT di Kabupaten Magetan Juncto Sertipikat Hak Tanggungan
Nomor 660/2011 tanggal 20 Juli 2011.
5. Menghukum Para Penggugat untuk membayar seluruh biaya perkara
yang timbul akibat perkara ini.
Atau:
Apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Magetan yang memeriksa dan
mengadili perkara ini berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (Ex
Aequo et Bono).

Halaman 39 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Menimbang, bahwa Tergugat II telah mengajukan jawaban terhadap
gugatan itu, yang pada pokoknya sebagai berikut;
DALAM EKSEPSI
Eksepsi Kompetensi Absolut
1. Bahwa sebagaimana posita angka 12 sampai dengan angka 14, Posita
angka 24 sampai dengan 30 yang dihubungkan dengan petitum angka 2
gugatan, Para Penggugat pada pokoknya meminta kepada Majelis Hakim
untuk menyatakan Tergugat II selaku Instansi Pelaksana lelang telah
melakukan perbuatan melawan hukum sehingga lelang yang
dilaksanakan batal demi hukum.
2. Bahwa dapat Tergugat II jelaskan, sesuai ketentuan Pasal 1 angka 8
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (UU AP), yang mengatur bahwa Tindakan Administrasi
Pemerintahan yang selanjutnya disebut tindakan adalah perbuatan
Pejabat Pemerintahan atau penyelenggaraan negara lainnya untuk
melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan konkret dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan.
3. Bahwa unsur dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dalam
ketentuan UU AP dimaksud, adalah Badan dan/atau Pejabat Tata Usaha
Negara melakukan tindakan sesuai dengan tugas dan fungsinya
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
4. Bahwa Tergugat II adalah unit vertikal dari Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara merupakan badan dan/atau pejabat pemerintahan
yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan dhi.
menyelenggarakan fungsi antara lain pelayanan pelaksanaan lelang
sebagaimana diatur dalam Pasal 28 Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun
2020 tentang Kementerian Keuangan, yang mengatur sebagai berikut:
“Direktorat Jenderal Kekayaan Negara mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang kekayaan negara, penilaian dan lelang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan”.
5. Bahwa sesuai ketentuan dimaksud, terbukti bahwa Tergugat II dalam
melaksanakan lelang merupakan tugas dan fungsi dalam bidang
Administrasi Pemerintahan, yang dalam pelaksanaan tugas di bidang
lelang, Tergugat II mendasarkan pada Vendureglement dan PMK No.
93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang sebagaimana
telah diubah dengan PMK No. 106/PMK.06/2013.

Halaman 40 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


6. Bahwa sesuai Surat Edaran Mahkamah Agung 4 Tahun 2016, bagian
Rumusan Hukum Kamar Tata Usaha Negara angka 1 huruf b, sebagai
berikut:
“Perubahan paradigma beracara di Pengadilan Tata Usaha Negara
pasca berlakunya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan (UU AP):
1. Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara
a. Berwenang mengadili perkara berupa gugatan dan
permohonan.
b. Berwenang mengadili perbuatan melanggar hukum oleh
Pemerintah, yaitu perbuatan melanggar hukum yang
dilakukan oleh pemegang kekuasaan (Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan) yang biasa disebut dengan
onrechtmatige overheidsdaad (OOD)”.
7. Bahwa Pasal 2 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun
2019 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan Pemerintahan
dan Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum Oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan (untuk selanjutnya disebut Perma
2/2019), mengatur bahwa perkara perbuatan melanggar hukum oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige
Overheidsdaad) merupakan kewenangan peradilan tata usaha
negara.
8. Bahwa pengertian Pejabat Pemerintahan telah dijelaskan dalam Pasal 1
angka 2 Perma 2/2019 yang memberikan pengertian yaitu unsur yang
melaksanakan fungsi pemerintahan baik di lingkungan pemerintah atau
penyelenggara negara lainnya.
9. Bahwa selanjutnya, Pasal 1 angka 4 Perma 2/2019 telah mengatur
pengertian dari Perbuatan Melanggar Hukum yang dilakukan oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan, yang lengkapnya berbunyi sebagai
berikut:
“Sengketa Perbuatan Melanggar Hukum yang dilakukan oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad) adalah
sengketa yang di dalamnya mengandung tuntutan untuk menyatakan
tidak sah dan/atau batal tindakan Pejabat Pemerintahan, atau tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat beserta tuntutan ganti rugi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Halaman 41 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


10. Bahwa selanjutnya Pasal 10 dan 11 Perma 2/2019, mengatur sebagai
berikut:
Pasal 10
“Pada saat Peraturan Mahkamah Agung ini mulai berlaku, perkara
perbuatan melawan hukum oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad) yang diajukan ke
Pengadilan Negeri tetapi belum diperiksa, dilimpahkan ke
Pengadilan Tata Usaha Negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”.
Pasal 11
“Perkara perbuatan melawan hukum oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad) sedang diperiksa
oleh Pengadilan Negeri, Pengadilan Negeri harus menyatakan tidak
berwenang mengadili”.
11. Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara yang menyatakan:
“Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi
tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual,
dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan
hukum perdata.”
12. Bahwa unsur-unsur atas Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara adalah sebagai
berikut:
a. Penetapan Tertulis, dalam perkara a quo Risalah lelang merupakan
akta otentik dalam bentuk tulisan yang dikeluarkan oleh badan atau
pejabat negara yang memuat semua peristiwa yang terjadi dalam
prosesi penjualan lelang sebagai bukti otentikasi pelaksanaan
lelang atas objek lelang a quo.
b. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, Risalah Lelang
dikeluarkan oleh Tergugat yang merupakan badan atau pejabat
negara yang berwenang mengeluarkan Risalah Lelang tersebut.

Halaman 42 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


c. Tindakan Hukum Tata Usaha Negara, dalam perkara a quo
dibuktikan dengan beralihnya kepemilikan objek lelang a quo
dengan cara pelelangan yang dilakukan Tergugat.
d. Konkret, mengingat atas pelaksanaan lelang tersebut telah
berwujud Risalah Lelang Nomor 075/2016 tanggal 17 Maret 2016.
e. Individual, karena risalah lelang dimaksud hanya ditujukan terhadap
objek lelang dan hanya ditujukan kepada tiap-tiap orang yang
berkepentingan dengan objek lelang yang dilakukan pelelangan.
f. Final, karena dalam menerbitkan risalah lelang tidak memerlukan
persetujuan dari instansi lain dan telah menimbulkan akibat hukum
yaitu penjualan terhadap objek lelang dan telah terjadi peralihan
kepemilikan atas objek lelang tersebut.
13. Bahwa dari uraian dimaksud, dapat disimpulkan bahwa Risalah Lelang
Nomor No. 075/2016 tanggal 17 Maret 2016 merupakan Keputusan TUN
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009.
14. Bahwa sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung, sebagai berikut:
a. Putusan Mahkamah Agung No. 1456 K/Pdt/1998 tanggal 28 Juni
1999
“Untuk membuktikan kebenaran adanya penyimpangan-
penyimpangan dan pelanggaran peraturan “Lelang Eksekusi oleh
Pejabat Kantor Lelang Negara, maka pihak Tereksekusi harus
mengajukan gugatan ke PERATUN – Pengadilan Tata Usaha
Negara, karena masalah tersebut menyangkut kewenangan
“Pejabat Tata Usaha Negara” dan menjadi “Jurisdiksi PERATUN”.
Masalah ini bukan wewenang Peradilan Umum”.
b. Putusan Mahkamah Agung No. 205 PK/Pdt/2010 tanggal 31 Mei
2011
“Bahwa alasan Pemohon Peninjauan Kembali tidak dapat
dibenarkan, oleh karena meneliti dengan seksama memori
peninjauan kembali tanggal 30 Juli 2009 dan kontrak memori
peninjauan kembali tanggal 17 Januari 2008 Nomor 1606
K/Pdt/2007 dan Putusan Medan tanggal 12 Oktober 2005 Nomor
115/Pdt/2005/PT.Mdn yang membatalkan putusan PN Tebing Tinggi
Deli tanggal 22 Juli 2004 Nomor 36/Pdt.G/2003/PN.TTD ternyata
tidak salah dan tidak ada kekeliruan penerapan hukum dan telah

Halaman 43 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


memberi pertimbangan yang cukup dan benar, karena yang
dipermasalahkan dalam perkara a quo adalah produk Pejabat
Tata Usaha Negara yaitu Risalah Lelang Nomor 361/1994-1995
tanggal 21 November 1994, maka Pengadilan yang berwenang
mengadili perkara ini adalah Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN)”.
c. Putusan Mahkamah Agung No. 2590 K/Pdt/2013 tanggal 5 Juni
2014
“Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, Judex
Facti/Pengadilan Tinggi Denpasar yang menguatkan putusan PN
Denpasar sudah tepat dan benar serta tidak salah dalam
menerapkan hukum, karena telah benar bahwa sesuai dengan
ketentuan Pasal 1 butir ke-4 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 51 Tahun 2009
bahwa sengketa Keputusan Tata Usaha Negara adalah
kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara untuk memeriksa dan
mengadilinya. Bahwa sesuai dengan fakta persidangan obyek
gugatan a quo adalah surat paksa dan surat risalah lelang yang
diterbitkan oleh Tergugat yang merupakan Pejabat Tata Usaha
Negara sehingga telah benar sengketa a quo adalah sengketa
Keputusan Tata Usaha Negara, karena itu PN tidak berwenang
untuk memeriksa dan mengadili perkara a quo”.
15. Bahwa berdasarkan hal tersebut, dalil Para Penggugat yang menyatakan
Tergugat II telah melakukan perbuatan melawan hukum karena
melaksanakan lelang atas Objek Lelang, sehingga pelaksanaan lelang
yang telah tertuang dalam Risalah harus dinyatakan tidak sah dan batal
demi hukum serta menuntut ganti kerugian kepada Para Tergugat
khususnya Tergugat II jelas merupakan kewenangan PTUN untuk
melakukan memeriksa dan mengadili perkara a quo.
16. Bahwa ketentuan tersebut telah diikuti oleh pengadilan untuk memutus
perkara perbuatan melawan hukum oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan. Hal tersebut, sesuai dengan pertimbangan hukum
Putusan Pengadilan sebagai berikut:
a. Putusan Pengadilan Negeri Magetan Nomor
14/Pdt.G/2019/PN.Mgt tanggal 14 Januari 2020
“Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 4
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019 dan Pasal 2 ayat

Halaman 44 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


(1) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019, Majelis
Hakim berpendapat bahwa Perbuatan Tergugat II dalam
melaksanakan lelang merupakan perbuatan Pejabat Pemerintah
dan dalam posita perlawanan tersebut Para Penggugat
mendalilkan pada pokoknya Tergugat II telah melakukan
perbuatan melawan hukum sehingga lelang yang dilaksanakan
dalam perkara a quo batal demi hukum, maka perbuatan
Tergugat II merupakan sengketa Perbuatan Melanggar Hukum
oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan maka hal tersebut
menjadi kewenangan absolut Pengadilan Tata Usaha Negara”.
“Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum sebagai di
atas oleh karena dalam perkara a quo yang menjadi Tergugat II
adalah Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara Kantor Wilayah DJKN Jawa Timur,
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Madiun
dan Turut Tergugat II adalah Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Magetan, maka berdasar ketentuan Pasal 11
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019, Pengadilan
Negeri Magetan harus menyatakan tidak berwenang mengadili”.
b. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor
541/Pdt.G/2018/PN.Jkt.Tim
“…maka oleh karena itu sesuai dengan Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 2 th 2019 tentang “PEDOMAN PENYELESAIAN
SENGKETA TINDAKAN PEMERINTAHAN DAN KEWENANGAN
MENGADILI PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH BADAN
DAN/ATAU PEJABAT PEMERINTAH (ONRECHTMATIGE
OVERHEIDSDAAD)” dalam Pasal 1 angka 4 disebutkan “Sengketa
Perbuatan Melanggar Hukum oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad) adalah sengketa
yang di dalamnya mengandung tuntutan untuk menyatakan tidak
sah dan/atau batal tindakan Pejabat Pemerintahan, atau tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat beserta ganti rugi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menimbang, bahwa Tergugat I dan IV merupakan Pejabat Tata
Usaha Negara sedangkan Tergugat II dan Tergugat III
merupakan pihak swasta, sehingga perlawanan Para
Penggugat harus dipisahkan pihak Tergugatnya, sementara

Halaman 45 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


dalam perkara a quo masih jadi satu dan juga petitumnya,
sehingga menjadi rancu karena menjadi kompetensi absolut
Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata Usaha Negara,
berdasarkan pertimbangan tersebut di atas karena ada
sengketa Tata Usaha Negara, maka secara absolut menjadi
kewenangan dari Pengadilan Tata Usaha Negara dan beralasan
menurut hukum eksepsi absolut dari Para Terlawan dapat
dikabulkan”.
c. Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor
585/Pdt.G/2019/PN.Dps tanggal 27 April 2020
“Menimbang, bahwa Tergugat I, Tergugat IV dan Tergugat V dalam
hal ini adalah Pejabat Pemerintahan yang melaksanakan fungsi
pemerintahan baik di lingkungan pemerintahan maupun
penyelenggara negara lainnya, dimana selaku Pejabat
Pemerintahan Tergugat I, Tergugat IV, Tergugat V memiliki
kewenangan untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2019 tentang
Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan Pemerintahan dan
Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad)
menyatakan bahwa “Perkara melanggar hukum oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad)
merupakan kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara, sehingga
terhadap perkara yang diperiksa oleh Pengadilan Negeri,
Pengadilan Negeri harus menyatakan tidak berwenang mengadili
(Pasal 11 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2019….”
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian-uraian pertimbangan
tersebut di atas, maka segala bentuk perlawanan (termasuk
perlawanan a quo) terhadap sengketa yang di dalamnya
mengandung tuntutan untuk menyatakan tidak sah dan/atau
batal tindakan Pejabat Pemerintahan, atau tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat beserta ganti rugi sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan harus diajukan ke Pengadilan
Tata Usaha Negara (PTUN)”.

Halaman 46 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


17. Bahwa Mahkamah Agung juga memberikan kaidah hukum melalui
putusan Mahkamah Agung Nomor 1456 K/Pdt/1998 tanggal 28 Juni
1999, sebagai berikut:
“Untuk membuktikan kebenaran adanya penyimpangan-penyimpangan
dan pelanggaran peraturan “Lelang Eksekusi oleh Pejabat Kantor
Lelang Negara, maka pihak Ter-eksekusi harus mengajukan
gugatannya ke Peradilan Tata Usaha Negara, karena masalah tersebut
menyangkut kewenangan “Pejabat Tata Usaha Negara” dan menjadi
“Jurisdiksi Peradilan Tata Usaha Negara”. Masalah ini bukan wewenang
Peradilan Umum.”
18. Bahwa sesuai uraian dimaksud, maka Pengadilan Negeri Magetan tidak
berwenang memeriksa dan mengadili perkara a quo melainkan
kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) untuk memeriksa
dan mengadilinya, karena Tergugat II merupakan Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan yang melaksanakan tugas dan fungsi
pemerintahan melalui pelayanan di bidang lelang.
19. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Tergugat II mohon
kepada Majelis Hakim untuk kiranya dapat memberikan putusan atas
eksepsi Kompetensi Absolut terlebih dahulu sebelum memasuki
pemeriksaan Pokok Perkara dengan amar mengabulkan eksepsi
Kompetensi Absolut yang Tergugat II sampaikan, serta menyatakan
gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijke
Verklaard).
Eksepsi Nebis In Idem
1. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 1917 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (KUH Perdata) yang berbunyi:
“Kekuatan suatu putusan Hakim yang telah memperoleh kekuatan
hukum yang pasti hanya mengenai pokok perkara yang bersangkutan.
Untuk dapat menggunakan kekuatan itu, soal yang dituntut harus
sama; tuntutan harus didasarkan pada alasan yang sama; dan harus
diajukan oleh pihak yang sama dan terhadap pihak-pihak yang sama
dalam hubungan yang sama pula.”
Berdasarkan ketentuan tersebut pokok perkara yang telah pernah
diperiksa sebelumnya dan telah berkekuatan hukum tetap (inkracht) tidak
dapat diajukan kembali ke Pengadilan.
2. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1917 KUH Perdata tersebut,
gugatan yang diajukan oleh Para Penggugat merupakan gugatan yang

Halaman 47 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


nebis in idem dikarenakan pokok sengketa yang diajukan Para
Penggugat telah pernah diperiksa dalam perkara nomor
14/Pdt.G/2019/PN.Mgt yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht)
sehingga tidak dapat diajukan kembali ke Pengadilan, sebagai berikut:
a. Bahwa pokok sengketa yang diajukan Para Penggugat dalam
perkara a quo sebagaimana posita angka 1 sampai 31 Gugatan,
sama persis dengan Pokok sengketa pada perkara Nomor
14/Pdt.G/2019/PN.Mgt yaitu berkenaan dengan adanya perjanjian
hutang piutang Para Penggugat dengan Tergugat I dengan jaminan
berupa SHM Nomor 915 seluas 199 m 2 atas nama Imam Asmuni
(Objek Gugatan) dikarenakan Para Penggugat tidak sanggup
melakukan pembayaran angsuran pinjaman sehingga dilakukan
lelang terhadap objek hak tanggungan milik Para Penggugat yang
menurut Para Penggugat proses lelang yang dilakukan oleh Tergugat
I, Tergugat II, dan Tergugat III merupakan perbuatan melawan hukum
dan batal demi hukum.
b. Bahwa para pihak (subjek hukum) dalam perkara
14/Pdt.G/2019/PN.Mgt sama dengan Perkara a quo yaitu:

Perkara 14/Pdt.G/2019/PN.Mgt Perkara 5/Pdt.G/2021/PN.Mgt


Para Penggugat: Para Penggugat:
1) Imam Asmuni, dan 1) Imam Asmuni
2) Rahemah 2) Rahemah
Tanpa Kuasa Hukum dengan kuasa hukum Nur Habib
Fauzi, S.H., dkk.
Tergugat: Tergugat:
1) PT. Bank Danamon Indonesia 1) PT. Bank Danamon Indonesia
Tbk Kantor Cabang Madiun Tbk Kantor Cabang Madiun
sebagai Tergugat I; sebagai Tergugat I;
2) Kementerian Keuangan RI c.q. 2) Kementerian Keuangan RI c.q.
Direktorat Jenderal Kekayaan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara (DJKN) cq. Kantor Negara (DJKN) cq. Kantor
Wilayah DJKN Jawa Timur cq. Wilayah DJKN Jawa Timur cq.
Kantor Pelayanan Kekayaan Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang Madiun Negara dan Lelang Madiun
selaku Tergugat II; selaku Tergugat II;
3) Subarja selaku Tergugat III; 3) Subarja selaku Tergugat III;

Halaman 48 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Turut Tergugat: Turut Tergugat:
1) Notaris Feliyanti, S.H. selaku 1) Notaris Feliyanti, S.H. selaku
Turut Tergugat I, dan Turut Tergugat I, dan
2) Badan Pertanahan Nasional, 2) Badan Pertanahan Nasional,
Kantor Pertanahan Kabupaten Kantor Pertanahan Kabupaten
Magetan selaku Turut Magetan selaku Turut
Tergugat II. Tergugat II.

c. Bahwa perkara nomor 14/Pdt.G/2019/PN.Mgt telah berkekuatan


hukum tetap (inkracht).
3. Bahwa penerapan asas nebis in idem dimaksudkan agar terdapat
kepastian hukum sehingga tidak terjadi putusan yang saling bertentangan
sebagaimana yang dimaksudkan oleh Ketua Mahkamah Agung Bagir
Manan dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor No. 3 tahun 2002
tentang Penanganan Perkara yang Berkaitan dengan Asas nebis in idem.
Oleh karenanya pokok sengketa yang diajukan oleh Para Penggugat
sebagaimana perkara a quo yang jelas memiliki kualifikasi subjek dan
objek yang sama dengan perkara 14/Pdt.G/2019/PN.Mgt sudah
seharusnya dinyatakan tidak dapat diterima.
4. Bahwa terhadap asas nebis in idem telah banyak diterapkan oleh
Mahkamah Agung sebagaimana Yurisprudensinya:
a. Putusan Mahkamah Agung RI No. 1456 K/Sip/1967, tanggal 6
Desember 1969 menyatakan “Hakikat dari asas hukum nebis in idem
adalah bahwa baik para pihak yang berperkara (subject) maupun
barang yang disengketakan (object) dalam gugatan perdata tersebut
adalah sama.”
b. Putusan Mahkamah Agung RI No. 123 K/Sip/1968, tanggal 23 April
1969 menyatakan “Meskipun posita gugatan tidak sama dengan
gugatan terdahulu, namun karena memiliki kesamaan dalam subjek
dan objeknya serta status hukum tanah telah ditetapkan oleh putusan
terdahulu yang sudah inkracht, maka terhadap perkara yang
demikian ini dapat diterapkan asas hukum nebis in idem.”
c. Putusan Mahkamah Agung RI No. 588 K/Sip/1973, tanggal 3 Oktober
1973 menyatakan “Karena perkara ini sama dengan perkara yang
terdahulu, baik dalil gugatannya maupun objek perkara dan Para
Penggugatnya, yang telah mendapat keputusan Mahkamah Agung
tanggal 19 Desember 1970 No. 1121 K/Sip/1970 No. 350 K/Sip/1970,

Halaman 49 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


seharusnya gugatan dinyatakan tidak dapat diterima, bukannya
ditolak.”
d. Putusan Mahkamah Agung No. 497 K/Sip/1973, tanggal 6 Januari
1976 menyatakan “karena terbukti perkara ini pernah diperiksa dan
diputus oleh Pengadilan Negeri Surakarta, maka gugatan Para
Penggugat tidak dapat diterima.”
e. Putusan Mahkamah Agung No. 1149 K/Sip/1982, tanggal 10 Maret
1983 menyatakan “Terhadap perkara ini dihubungkan dengan
perkara terdahulu, yang telah ada putusan Mahkamah Agung,
berlaku asas nebis in idem, mengingat kedua perkara ini, pada
hakikatnya sasarannya sama, yaitu pernyataan tidak sahnya jual beli
tanah tersebut dan pihak-pihak pokoknya sama.”
f. Putusan Mahkamah Agung RI No. 1226 K/Sip/2001, tanggal 2002
menyatakan “Meski kedudukan subjeknya berbeda tetapi objeknya
sama dengan perkara yang telah diputus terdahulu dan berkekuatan
hukum tetap, maka gugatan dinyatakan nebis in idem.”
g. Putusan Mahkamah Agung RI No. 547 K/Sip/1973, tanggal 13 April
1976 menyatakan “Menurut Hukum Acara Perdata, asas nebis in
idem, tidak hanya ditentukan oleh kesamaan para pihaknya saja,
melainkan juga adanya kesamaan dalam objek sengketanya.”
5. Bahwa berdasarkan Yurisprudensi dimaksud, Tergugat II mohon agar
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Magetan yang memeriksa perkara a
quo untuk menyatakan gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima.
Eksepsi Error in Persona (Mohon Dikeluarkan Sebagai Pihak)
6. Bahwa substansi gugatan Para Penggugat adalah terkait pelaksanaan
lelang yang diajukan oleh PT Bank Danamon Indonesia, Tbk Cab.
Madiun in casu Tergugat I atas sebidang tanah berikut bangunan di
atasnya berdasarkan SHM Nomor 915 seluas 199 m 2 atas nama
Penggugat I sebagaimana yang tercantum dalam Risalah Lelang Nomor
075/2016 tanggal 17 Maret 2016.
7. Bahwa dalam permohonan lelang yang diajukan kepada Tergugat II,
Tergugat I selaku Pemohon Lelang/Penjual telah melampirkan Surat
Pernyataan nomor 192/ALU SOLO/11/15 tanggal 25 November 2015
yang salah satu isinya menyatakan bahwa Pemohon Lelang bertanggung
jawab terhadap segala tuntutan dan gugatan yang timbul saat sekarang
maupun kemudian hari.

Halaman 50 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


8. Bahwa hal ini telah sesuai dengan ketentuan Pasal 16 ayat (2) PMK No.
93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang sebagai berikut:
“Penjual/Pemilik Barang bertanggung jawab terhadap gugatan perdata
maupun tuntutan pidana yang timbul akibat tidak dipenuhinya
peraturan perundang-undangan di bidang lelang”.
9. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut, Tergugat II mohon untuk
dikeluarkan sebagai pihak dalam perkara a quo dikarenakan sesuai Surat
Pernyataan yang dibuat oleh Tergugat I selaku Pemohon Lelang/Penjual,
konsekuensi hukum yang sekiranya harus ditanggung oleh Tergugat II,
terkait proses lelang telah beralih kepada Pemohon Lelang/Penjual
in casu Tergugat I.
DALAM POKOK PERKARA
Bahwa Tergugat II menolak seluruh dalil-dalil Para Penggugat, kecuali
terhadap hal-hal yang diakui secara tegas kebenarannya.
1. Bahwa permasalahan yang dikemukakan oleh Para Penggugat adalah
sehubungan dengan keberatan atas pelaksanaan lelang atas sebidang
tanah berikut bangunan di atasnya berdasarkan Sertifikat Hak Milik
(SHM) Nomor 915 seluas 199 m2 terletak di Desa Kembangan,
Kecamatan Sukamoro, Kabupaten Magetan atas nama Penggugat I
(objek lelang), dengan alasan-alasan antara lain:
a. Lelang terjual dengan harga yang rendah, di bawah nilai pasar.
b. Penjualan objek hak tanggungan tidak mencerminkan rasa keadilan
sebagaimana telah diatur dalam ketentuan Pasal 20 ayat (2) UUHT.
c. Lelang seharusnya dilaksanakan atas perintah Ketua Pengadilan
sesuai Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 3021 K/Pdt/1984.
d. Pelaksanaan lelang telah melanggar PMK Nomor 27/PMK.06/2016
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dan Surat Edaran Badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara Nomor SE-23/PN/2000 tanggal
22 November 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Hak
Tanggungan.
2. Bahwa perlu Tergugat II sampaikan pelelangan atas objek lelang a quo
adalah Lelang Eksekusi Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan
(UUHT) sehingga pelaksanaannya selain tunduk pada Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) No. 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Lelang sebagaimana telah diubah dengan PMK No. 106/PMK.06/2013,
juga tunduk pada Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan (“UU No. 4/1996”).

Halaman 51 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Pelaksanaan Lelang Dengan Risalah Lelang Nomor 075/2016 tanggal 17 Maret
2016 Yang Dilakukan Tergugat II Telah Sesuai Dengan Ketentuan Perundang-
Undangan Yang Berlaku
3. Bahwa Tergugat II membantah dengan tegas dalil Para Penggugat baik
pada posita maupun petitum gugatannya yang pada pokoknya
menyatakan bahwa Tergugat II telah melakukan perbuatan melawan
hukum dan menyatakan pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh
Tergugat II terhadap Objek Lelang serta Risalah Lelang No. 075/2016
tanggal 17 Maret 2016 adalah tidak sah dan batal demi hukum atau tidak
memiliki kekuatan hukum yang mengikat.
4. Bahwa pelaksanaan lelang atas objek lelang a quo telah sesuai dengan
UU No. 4/1996 dan ketentuan pelelangan yang berlaku yaitu PMK No.
93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang sebagaimana
telah diubah dengan PMK No. 106/PMK.06/2013, serta tidak ada
permintaan/putusan yang memerintahkan penundaan/pembatalan
rencana lelang atas objek a quo sebagaimana yang akan Tergugat II
uraikan dalam dalil-dalil selanjutnya dalam jawaban ini.
5. Bahwa pelelangan terhadap objek sengketa a quo adalah akibat dari
tindakan wanprestasi atau cedera janjinya Penggugat I atas Perjanjian
Kredit Nomor 0000016/PK/03345/0310 tanggal 10 Maret 2010, Perjanjian
Perubahan Perjanjian Terhadap Kredit Nomor
0000034/PPPK/03345/1800/0411 tanggal 25 April 2011 dan Perjanjian
Perubahan Terhadap Perjanjian Kredit Nomor 01/ADD/SPK/03345/0811
tanggal 15 Agustus 2012 antara Penggugat I dengan Tergugat I. Hal
tersebut juga diakui oleh Para Penggugat sebagaimana tertuang dalam
posita gugatan angka 9, yang mendalilkan sebagai berikut:
“Bahwa setelah diperpanjang dan disetujui oleh Tergugat I, Penggugat
berjalan lancar sampai angsuran ke 18 (delapan belas), menginjak
angsuran ke 19 (sembilan belas) Penggugat tidak bisa mengangsur
lagi, atau macet sampai sekarang”.
6. Bahwa dalam perjanjian tersebut, Para Penggugat telah sepakat untuk
mengagunkan objek lelang a quo sebagai jaminan pembayaran pinjaman
kredit Penggugat I dan atas jaminan tersebut telah diikatkan hak
tanggungan peringkat I atas nama Tergugat I.
7. Bahwa berdasarkan dokumen persyaratan permohonan lelang yang telah
diterima oleh Tergugat II dari Tergugat I selaku penjual, meskipun Debitur
telah melakukan wanprestasi/cedera janji dalam pemenuhan

Halaman 52 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


pembayaran angsuran fasilitas kreditnya, namun Kreditur tetap
memberikan kesempatan dengan melakukan upaya penagihan secara
layak melalui surat tertulis kepada Debitur in casu Para Penggugat untuk
melunasi utangnya sebagaimana terlihat dalam surat-surat peringatan
Kreditur kepada Debitur sebagai berikut:
a. Surat Nomor 005/SP/DSP/3345/12/12 Tanggal 19 November 2012
perihal Peringatan 1;
b. Surat Nomor 007/SP/DSP/3345/12/12 Tanggal 24 Desember 2012
perihal Peringatan 2;
c. Surat Nomor 008/SP/DSP/3345/12/12 Tanggal 9 Januari 2013 perihal
Peringatan 3.
8. Bahwa terhadap peringatan-peringatan tersebut, mengingat Debitur tetap
tidak melunasi kewajibannya, maka Tergugat I kemudian mengirimkan
permohonan pelaksanaan lelang kepada Tergugat II berdasarkan surat
permohonan pelaksanaan lelang Nomor 192/ALU SOLO/11/15 tanggal
25 November 2015 perihal Permohonan Lelang dan SKPT.
9. Bahwa hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Pasal 6 UU No. 4/1996:
“Apabila debitur cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan
sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya
dari hasil penjualan tersebut.”
10. Bahwa berdasarkan ketentuan dalam pasal-pasal tersebut, seketika saat
Para Penggugat selaku Debitur melakukan wanprestasi/cedera janji,
yang mana terbukti dan dibuktikan dengan adanya tunggakan dan atau
tidak dipenuhinya kewajiban angsuran, maka Tergugat I sebagai
pemegang hak tanggungan peringkat I atas objek lelang mempunyai
kewenangan untuk mengajukan permohonan lelang atas objek lelang a
quo kepada Tergugat II serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil
penjualan tersebut.
11. Bahwa terhadap surat permohonan penjualan lelang eksekusi Hak
Tanggungan a quo, maka Tergugat II memeriksa kelengkapan dokumen
persyaratan secara administratif.
12. Bahwa setelah dilakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen dan
dinyatakan dokumen telah lengkap secara administratif sehingga
telah memenuhi syarat untuk dilaksanakan lelang, maka sesuai
ketentuan Pasal 7 Vendureglement dan Pasal 12 PMK No.
93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang sebagaimana

Halaman 53 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


telah diubah dengan PMK No. 106/PMK.06/2013, Tergugat II
menerbitkan surat Nomor S-
153/WKN.10/KNL.06/2016 tanggal 16 Februari 2016 hal Penetapan
Jadwal Lelang.
13. Bahwa selanjutnya sesuai dengan ketentuan Pasal 44 ayat (1) PMK No.
93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang sebagaimana
telah diubah dengan PMK No. 106/PMK.06/2013, Tergugat I selaku
Kreditur/penjual harus membuat pengumuman dan memberitahukan
rencana pelaksanaan lelang a quo kepada Debitur, dan terhadap hal
tersebut Tergugat I selaku Kreditur/penjual telah mengumumkan rencana
pelaksanaan lelang a quo sebanyak 2 (dua) kali, yakni melalui
pengumuman selebaran/tempel tanggal 17 Februari 2016 sebagai
pengumuman lelang pertama dan melalui surat kabar harian Jawa Pos
“Radar Madiun” tanggal 3 Maret 2016.
14. Bahwa terhadap rencana pelelangan a quo Tergugat I selaku Penjual
telah memberitahukan kepada Debitur in casu Para Penggugat melalui
surat Nomor B.0180/ALU-JATIM-SEMM/0316 tanggal 8 Maret 2016
perihal Pemberitahuan Lelang Eksekusi.
15. Bahwa untuk melengkapi salah satu syarat pelaksanaan lelang, Tergugat
II telah meminta Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) kepada
Kantor Pertanahan Kabupaten Magetan dan berdasarkan SKPT yang
diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Magetan Nomor 23/Ke-
35.20/III/2016 tanggal 8 Maret 2016, menerangkan bahwa atas objek
sebidang tanah dan bangunan SHM Nomor 915 seluas 199 m2 atas
nama Imam Asmuni terdapat catatan sebagai Objek Hak Tanggungan
peringkat I pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk. berkedudukan di
Jakarta, Hak Tanggungan No. 406/2010 Pencatatan tanggal 26-05-2010.
16. Bahwa sesuai dengan Risalah Lelang No. 075/2016 tanggal 17 Maret
2016, lelang eksekusi Hak Tanggungan a quo telah dilaksanakan,
dengan Sdr. Subarja (Tergugat III) sebagai pembeli lelang atas sebidang
tanah dan bangunan dengan SHM Nomor 915 seluas 199 m2 terletak di
Desa Kembangan, Kecamatan Sukamoro, Kabupaten Magetan.
17. Bahwa Sdr. Subarja (Tergugat III) sebagai pembeli lelang yang beriktikad
baik harus dilindungi oleh undang-undang. Hal ini sesuai dengan
Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 126 K/Sip/1962 tanggal 9 Juni
1962.

Halaman 54 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


18. Bahwa pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh Tergugat II telah sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku maka tindakan hukum
yang dilakukan oleh Tergugat II adalah sah menurut hukum dan oleh
karenanya Risalah Lelang Nomor 075/2016 tanggal 17 Maret 2016
adalah sah dan tidak dapat dibatalkan (vide Buku II Mahkamah Agung
halaman 149 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi
Pengadilan dan Pasal 4 PMK 27/2016, yang pokoknya menyebutkan
bahwa “lelang yang telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tidak dapat dibatalkan”). Sehingga tidak ada satu pun perbuatan
Tergugat II yang dapat dinyatakan sebagai suatu perbuatan melawan
hukum.
19. Bahwa Tergugat II dalam hal ini melaksanakan jual secara lelang
terhadap objek sengketa a quo atas permohonan Tergugat I adalah
dalam kapasitasnya menjalankan tugas dan fungsinya sebagaimana
diatur dalam PMK No. 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Lelang sebagaimana telah diubah dengan PMK No. 106/PMK.06/2013.
20. Bahwa selanjutnya, sesuai dengan ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata,
unsur-unsur perbuatan melawan hukum sebagai berikut:
a. Adanya suatu perbuatan;
b. Perbuatan tersebut melawan hukum;
c. Adanya kesalahan atau kelalaian atau kurang hati-hati dari si pelaku;
d. Adanya kerugian bagi korban;
e. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.
21. Bahwa unsur-unsur perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur
dalam Pasal 1365 KUHPerdata merupakan unsur yang bersifat kumulatif,
apabila salah satu unsur tidak terpenuhi maka tidak dapat dianggap telah
melakukan perbuatan melawan hukum.
22. Bahwa dalil Penggugat dalam gugatannya tidak dapat membuktikan atau
tidak dapat menguraikan unsur-unsur perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh Tergugat II sebagaimana diatur dalam Pasal 1365
KUHPerdata atau aturan hukum yang dilanggar oleh Tergugat II.
Sebaliknya, Tergugat II dalam uraian jawaban di atas membuktikan
bahwa pelaksanaan lelang atas objek sengketa telah sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku. Dengan demikian, dalil-dalil Penggugat
yang menyatakan bahwa proses lelang cacat hukum dan Tergugat II
telah melakukan perbuatan melawan hukum sangat tidak beralasan dan
tidak berdasarkan hukum.

Halaman 55 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


23. Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum di atas, jelas terbukti dalil Para
Penggugat yang menyatakan bahwa lelang atas objek lelang a quo
adalah suatu perbuatan melawan hukum adalah dalil yang mengada-ada
dan tidak berdasar hukum sama sekali, karena pada faktanya
pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan atas objek lelang a quo
adalah telah sesuai dan memenuhi prosedur ketentuan yang berlaku,
oleh karenanya Risalah Lelang atas objek lelang a quo adalah sah dan
benar serta sempurna mempunyai kekuatan mengikat bagi para pihak,
sehingga sudah sepatutnya dalil Para Penggugat tersebut ditolak oleh
Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara a quo.
Tanggapan Atas Dalil Para Penggugat Tentang Lelang Terjual Dengan Harga
Yang Rendah, Di Bawah Nilai Pasar
24. Bahwa Tergugat II menolak dengan tegas posita gugatan Penggugat
angka 13 yang pada pokoknya mendalilkan bahwa penjualan objek
sengketa a quo dilakukan dengan harga yang ditentukan sendiri tanpa
ada kesepakatan dengan Para Penggugat dan dijual di bawah nilai
pasar.
25. Bahwa sesuai dengan Pasal 1 angka 27 PMK No. 93/PMK.06/2010
sebagaimana telah diubah dengan PMK No. 106/PMK.06/2013 dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan “Harga Lelang adalah harga penawaran
tertinggi yang diajukan oleh peserta lelang yang telah disahkan sebagai
pemenang lelang oleh Pejabat Lelang”. Bahwa dengan demikian, harga
lelang sepenuhnya ditentukan oleh pembeli lelang.
26. Bahwa namun apabila yang dimaksud Para Penggugat adalah nilai limit
lelang, perlu Tergugat II tegaskan bahwa penentuan nilai limit lelang
dan penilaian harga objek lelang merupakan kewenangan mutlak
Tergugat I selaku Penjual. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan-
ketentuan berikut ini:
a. Pasal 1 angka 26 PMK No. 93/PMK.06/2010 sebagaimana telah
diubah dengan PMK No. 106/PMK.06/2013, Nilai Limit adalah harga
minimal barang yang akan dilelang dan ditetapkan oleh
Penjual/Pemilik Barang;
b. Pasal 35 ayat (2) PMK No. 93/PMK.06/2010, penetapan Nilai Limit
menjadi tanggung jawab Penjual.
27. Bahwa tidak terdapat peraturan atau ketentuan yang mengatur
bahwa penentuan nilai limit harus mendapat kesepakatan debitur in
casu Para Penggugat.

Halaman 56 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


28. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 6 UU Hak Tanggungan, oleh karena
Debitur cedera janji, pemegang Hak Tanggungan berhak untuk menjual
objek Hak Tanggungan melalui pelelangan umum tanpa memerlukan
persetujuan lagi dari pemberi Hak Tanggungan.
Pasal 6 UUHT:
“Apabila debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan
sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan
piutangnya dari hasil penjualan tersebut.”
Penjelasan Pasal 6 UUHT:
“Hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri
merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan yang
dipunyai oleh pemegang Hak Tanggungan atau pemegang Hak
Tanggungan pertama dalam hal terdapat lebih dari satu pemegang Hak
Tanggungan. Hak tersebut didasarkan pada janji yang diberikan
oleh pemberi Hak Tanggungan bahwa apabila debitor cidera janji,
pemegang Hak Tanggungan berhak untuk menjual obyek Hak
Tanggungan melalui pelelangan umum tanpa memerlukan
persetujuan lagi dari pemberi Hak Tanggungan dan selanjutnya
mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan itu lebih dahulu
daripada kreditor-kreditor yang lain. Sisa hasil penjualan tetap menjadi
hak pemberi Hak Tanggungan.”
29. Bahwa meskipun tidak terdapat aturan yang mengharuskan nilai limit
mendapatkan kesepakatan dari Debitur in casu Para Penggugat, namun
sesuai data yang disampaikan Tergugat I kepada Tergugat II yaitu Surat
Pernyataan Penjual tanggal 25 November 2015, penetapan nilai limit
sebesar Rp70.000.000 (tujuh puluh juta rupiah) telah dilakukan dengan
metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dilakukan oleh Penilai
Independen sebagaimana didasarkan pada laporan penilaian nomor
617/KJPP-KR/LPA-BDI.S/I/2015 tanggal 4 November 2015 sehingga
penentuan nilai limit oleh Tergugat I telah sesuai dengan ketentuan Pasal
36 PMK No. 93/PMK.06/2010 sebagaimana telah diubah dengan PMK
No. 106/PMK.06/2013.
Pasal 36 PMK No. 106/PMK.06/2013
(1) Penjual/Pemilik Barang dalam menetapkan Nilai Limit, berdasarkan:
a. penilaian oleh penilai; atau
b. penaksiran oleh penaksir/tim penaksir.

Halaman 57 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


(2) Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
pihak yang melakukan penilaian secara independen berdasarkan
kompetensi yang dimilikinya.
(6) Dalam hal Lelang Eksekusi berdasarkan Pasal 6 UUHT dengan
Nilai Limit paling sedikit Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah),
Nilai Limit harus ditetapkan oleh Penjual berdasarkan hasil penilaian
dari penilai.
30. Bahwa selain itu, berdasarkan Yurisprudensi Putusan Mahkamah
Agung Nomor 198 PK/Pdt/2015 tanggal 25 November 2015
disebutkan bahwa “pelelangan yang telah sesuai prosedur hukum
tidak dapat dibatalkan walaupun harga limit lelang dianggap terlalu
rendah, sehingga lelang tetap sah dan risalah lelang tidak dapat
dibatalkan”.
31. Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, Kreditur (Tergugat I) telah
memenuhi ketentuan dalam hal penentuan nilai limit objek lelang, maka
sudah sepatutnya dalil dan alasan Para Penggugat ditolak oleh Majelis
Hakim yang memeriksa perkara a quo.
Tanggapan Atas Dalil Para Penggugat Yang Mendalilkan Bahwa Penjualan
Sendiri Objek Hak Tanggungan Tidak Mencerminkan Rasa Keadilan
Sebagaimana Telah Diatur Dalam Ketentuan Pasal 20 Ayat (2) UUHT
32. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas posita gugatan Penggugat
angka 23, yang pada pokoknya mendalilkan bahwa penjualan sendiri
objek hak tanggungan yang tidak mencerminkan rasa keadilan
sebagaimana telah diatur dalam ketentuan Pasal 20 ayat (2) UUHT,
mengakibatkan penjualan lelang objek hak tanggungan batal demi
hukum.
33. Bahwa dapat Tergugat II jelaskan, sesuai uraian jawaban di atas,
membuktikan bahwa pelaksanaan lelang terhadap objek sengketa telah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
34. Bahwa sesuai Pasal 3 PMK No. 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang sebagaimana telah diubah dengan PMK No.
106/PMK.06/2013, telah mengatur “Lelang yang telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, tidak dapat dibatalkan”.
35. Bahwa selanjutnya dalam huruf AJ. LELANG (Penjualan Umum) Angka 21
Buku II Mahkamah Agung tentang Pedoman Teknis Administrasi dan
Teknis Peradilan Edisi 2007, halaman 100 menyatakan “Lelang yang telah
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku tidak dapat dibatalkan”.

Halaman 58 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


36. Berdasarkan ketentuan hukum di atas, maka pelaksanaan jual secara
lelang atas objek sengketa yang dilakukan oleh Tergugat II tidak dapat
dibatalkan, mengingat pelaksanaan jual secara lelang atas objek sengketa
telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
37. Bahwa berkesesuaian dengan dalil Tergugat II tersebut, dalam petitum
gugatannya, Penggugat juga tidak memohonkan pembatalan terhadap
pelaksanaan lelang atas objek sengketa. Dengan demikian, dalil
Penggugat pada posita gugatan angka 23 yang menyatakan penjualan
lelang objek hak tanggungan batal demi hukum, sudah sepantasnya
dikesampingkan.
Tanggapan Atas Dalil Para Penggugat Yang Menyatakan Lelang
Seharusnya Dilaksanakan Atas Perintah Ketua Pengadilan Sesuai
Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 3021 K/Pdt/1984
38. Bahwa Tergugat II menolak dengan tegas posita gugatan Para Penggugat
angka 14 dan angka 21, yang pada pokoknya mendalilkan bahwa
pelaksanaan lelang objek sengketa a quo harus dilaksanakan atas
perintah Ketua Pengadilan sesuai Yurisprudensi Mahkamah Agung RI
Nomor 3021 K/Pdt/1984.
39. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (1) PMK No.
93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang sebagaimana
telah diubah dengan PMK No. 106/PMK.06/2013, apabila tidak ada
gugatan terhadap objek lelang hak tanggungan dari pihak lain selain
debitur/tereksekusi, suami atau istri Debitur/tereksekusi yang terkait
kepemilikan, sebelum dilaksanakannya lelang, maka pelaksanaan lelang
dapat dilakukan tanpa fiat eksekusi (eksekusi berdasarkan putusan
Pengadilan).
40. Bahwa selanjutnya, sesuai Penjelasan Umum angka 9 Undang-Undang
No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-
Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, yang menjelaskan sebagai berikut:
“Sehubungan dengan itu pada sertipikat Hak Tanggungan, yang
berfungsi sebagai surat tanda bukti adanya hak tanggungan,
dibubuhkan irah-irah dengan kata-kata “DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, untuk
memberikan kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan
pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap”.

Halaman 59 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


41. Bahwa sesuai Penjelasan Umum angka 9 di atas, pelaksanaan lelang
dapat dilakukan tanpa fiat eksekusi pengadilan, mengingat dalam Sertifikat
Hak Tanggungan telah terdapat irah-irah “DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, yang memberikan
kekuatan eksekutorial.
42. Bahwa sesuai dengan penjelasan Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang No. 4
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, dinyatakan bahwa Sertifikat Hak
Tanggungan mencantumkan irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa” dan ketentuan ayat ini dimaksudkan untuk
menegaskan adanya ketentuan eksekutorial pada Sertifikat Hak
Tanggungan, sehingga apabila Debitur cedera janji, siap untuk dieksekusi
seperti halnya suatu putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
43. Bahwa selanjutnya, dasar hukum Yurisprudensi yang dikutip oleh
Penggugat diterbitkan sebelum berlakunya Undang-Undang 4 Tahun
1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang
Berkaitan Dengan Tanah.
44. Bahwa pelaksanaan lelang terhadap objek sengketa merupakan lelang
berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan
Tanah dan Sertifikat Hak Tanggungan yang berkepala “DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”.
45. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
dasar hukum dan yurisprudensi yang dikutip oleh Penggugat tidak relevan
lagi, mengingat diterbitkan sebelum berlakunya Undang-Undang 4 Tahun
1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang
Berkaitan Dengan Tanah.
46. Bahwa dengan demikian dalil Para Penggugat angka 14 posita
gugatannya yang pada pokoknya menyatakan Tergugat II telah ceroboh
dan apriori terhadap ketentuan penjualan objek hak tanggungan yang
seharusnya terlebih dahulu dilaksanakan melalui fiat eksekusi pengadilan
negeri setempat terbukti terbantahkan, oleh karena itu dalil tersebut sudah
sepatutnya ditolak oleh Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili
perkara a quo.
Tanggapan Atas Dalil Para Penggugat Yang Menyatakan Pelaksanaan lelang
telah melanggar PMK Nomor 27/PMK.06/2016 dan SE-23/PN/2000 tanggal 22
November 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Hak Tanggungan.

Halaman 60 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


47. Bahwa Tergugat II menolak dengan tegas seluruh posita gugatan
Penggugat terutama posita angka 27 yang mendasarkan pada Surat
Edaran Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara Nomor SE-
23/PN/2000 tanggal 22 November 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Lelang Hak Tanggungan dan PMK Nomor 27/PMK.06/2016 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

48. Bahwa dapat Tergugat II jelaskan, sesuai asas preferensi hukum “Lex
Posterior Derogat Legi Priori” yang menjelaskan bahwa dalam hal ini
aturan-aturan lelang hak tanggungan yang lama telah digantikan dengan
peraturan-peraturan lelang yang terbaru.

49. Bahwa selanjutnya, Surat Edaran Badan Urusan Piutang dan Lelang
Negara Nomor SE-23/PN/2000 tanggal 22 November 2000 sudah tidak
berlaku pada saat pelaksanaan lelang atas objek sengketa a quo,
mengingat pelaksanaan lelang hak tanggungan didasarkan pada
ketentuan yaitu PMK No. 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Lelang sebagaimana telah diubah dengan PMK No. 106/PMK.06/2013.

50. Bahwa selain itu, Penggugat dalam posita gugatannya mendasarkan pada
PMK Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
Bahwa lelang objek sengketa a quo yang dilaksanakan pada tanggal 17
Maret 2016 masih menggunakan PMK No. 93/PMK.06/2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang sebagaimana telah diubah dengan PMK No.
106/PMK.06/2013 sebagai dasar hukumnya, karena PMK Nomor
27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang belum berlaku,
mengingat PMK Nomor 27/PMK.06/2016 baru mulai berlaku 3 (tiga) bulan
sejak tanggal diundangkan pada tanggal 19 Februari 2016. Hal tersebut,
sesuai ketentuan Pasal 100 PMK Nomor 27/PMK.06/2016, yang mengatur
“Peraturan Menteri ini mulai berlaku 3 (tiga) bulan sejak tanggal
diundangkan”, yang berarti 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang baru akan berlaku pada tanggal 19 Mei 2016.

51. Bahwa sesuai hal-hal dimaksud, mengingat dasar hukum yang digunakan
oleh Penggugat sudah tidak berlaku dan belum berlaku, sehingga tidak
relevan bila digunakan sebagai dasar dalam perkara a quo. Dengan
demikian, seluruh dalil-dalil Penggugat yang mendasarkan pada SE
Nomor SE-23/PN/2000 tanggal 22 November 2000 dan PMK Nomor
27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang sudah
sepantasnya ditolak.

Halaman 61 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Tanggapan Atas Tuntutan Ganti Rugi Para Penggugat

52. Bahwa Tergugat II menolak dengan tegas petitum gugatan Penggugat


angka 5 dan 6, yang pada pokoknya memohon kepada Majelis Hakim agar
menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng untuk membayar
kerugian materiil sebesar Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan
immateriil Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

53. Bahwa sesuai uraian jawaban di atas, Tergugat II tidak terbukti melakukan
perbuatan melawan hukum, sebaliknya membuktikan bahwa pelaksanaan
lelang yang dilakukan oleh Tergugat II telah sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku, sehingga tuntutan ganti rugi khususnya ganti rugi
yang ditujukan kepada Tergugat II sangat tidak beralasan dan tidak
berdasarkan hukum.

54. Bahwa selain itu, permintaan ganti rugi dimaksud tidak berlandaskan
hukum yang ada serta tidak diperinci secara tegas dan jelas serta tuntutan
yang illusoir, sehingga harus ditolak. Hal tersebut, sesuai dengan ilusi
yurisprudensi sebagai berikut:

a. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 492 K/Sip/1970 tanggal 16


Desember 1970, sebagai berikut:

“Ganti kerugian sejumlah uang tertentu tanpa perincian kerugian dari


bentuk apa yang menjadi dasar tuntutan harus dinyatakan tidak dapat
diterima karena tuntutan-tuntutan tersebut adalah tidak jelas/tidak
sempurna”.

b. Putusan Mahkamah Agung RI No. 117K/Sip/1971 tanggal 2 Juni 1971,


sebagai berikut:

“Gugatan atas ganti rugi yang tidak dijelaskan dengan sempurna dan
tidak disertai dengan pembuktian yang meyakinkan mengenai jumlah
ganti kerugian yang harus diterima oleh Penggugat, tidak dapat
dikabulkan oleh Pengadilan”.

c. Putusan Mahkamah Agung RI No. 598K/Sip/1971 tanggal 18


Desember 1971, sebagai berikut:

“Apabila besarnya kerugian yang diderita oleh Penggugat tidak


dibuktikan secara terperinci maka gugatan untuk ganti kerugian yang
telah diajukan oleh Penggugat harus ditolak oleh Pengadilan”.

d. Putusan Mahkamah Agung Nomor 1057 K/Sip/1973 tanggal 25 Maret


1976, sebagai berikut:
Halaman 62 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt
“Karena tuntutan ganti rugi tidak diperinci, gugatan ganti rugi tersebut
harus dinyatakan tidak dapat diterima”.

e. Putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 146/1970/Perd/PTB


tanggal 8 Februari 1970, sebagai berikut:

“Tuntutan ganti rugi yang tidak disertai perincian kerugian harus


ditolak”.

55. Bahwa tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh Para Penggugat kepada
Tergugat II sangat berpotensi membebani keuangan negara padahal
pelelangan yang dilakukan oleh Tergugat II atas permohonan
Tergugat I telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan antara Para Penggugat dan Tergugat II
tidak terdapat hubungan hukum, sehingga tidak sepatutnya tuntutan
ganti rugi dibebankan pula kepada Tergugat II.

56. Bahwa dengan demikian, berdasarkan uraian pada dalil-dalil sebelumnya,


Tergugat II dengan tegas menolak dalil Para Penggugat baik dalam posita
maupun petitumnya yang pada pokoknya menyatakan bahwa perlakuan
Tergugat II telah menimbulkan kerugian bagi Para Penggugat, sebab tidak
ada satu pun perbuatan/tindakan Tergugat II pada saat melaksanakan
lelang yang memenuhi unsur perbuatan melawan hukum sebagaimana
yang dimaksud dalam Pasal 1365 jo. Pasal 1366 jo. Pasal 1367 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, karena jelas-jelas pelaksanaan lelang
yang dilakukan Tergugat II tersebut telah dilakukan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

57. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, terbukti dengan jelas bahwa
proses dan tata cara pelaksanaan pelelangan atas objek lelang a quo telah
sesuai dengan prosedur dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku, sehingga perbuatan Tergugat II tersebut adalah sah secara
hukum, sehingga tidak dapatlah Tergugat II dituntut untuk membayar ganti
rugi mengingat pelaksanaan lelang tersebut merupakan pelaksanaan dari
kewajiban tugas dan wewenang yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan, dan bukanlah perbuatan melawan hukum
sebagaimana yang didalilkan oleh Para Penggugat. Oleh karena itu, sudah
sepatutnya tuntutan ganti rugi tersebut ditolak oleh Majelis Hakim yang
memeriksa dan memutus perkara a quo.

Tanggapan Atas Dalil Para Penggugat yang Meminta Putusan dalam Perkara A
quo dijalankan terlebih dahulu (Uitvoerbaar bij Vooraad)
Halaman 63 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt
58. Bahwa Tergugat II menolak dalil Para Penggugat dalam surat gugatannya
yang pada pokoknya memohon agar putusan perkara ini dapat
dilaksanakan terlebih dahulu/secara serta merta (uitvoerbaar bij vooraad)
meskipun terdapat upaya hukum bantahan, banding maupun kasasi
terhadapnya.

59. Bahwa petitum tersebut harus ditolak atau dikesampingkan oleh Majelis
Hakim yang memeriksa dan memutus perkara a quo, karena berdasarkan
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2001 Tanggal 20 Agustus
2001 tentang Permasalahan Putusan Serta Merta (uitvoerbaar bij vooraad)
dan Provisionil dengan tegas dinyatakan bahwa setiap kali akan
melaksanakan putusan serta merta harus disertai dengan pendapat dari
Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan sebagaimana diatur dalam
butir 6 dan butir 7 SEMA nomor 3 Tahun 2000 dan harus disertai dengan
adanya pemberian jaminan yang nilainya sama dengan nilai/objek
eksekusi sehingga tidak menimbulkan kerugian pada pihak lain apabila
ternyata dikemudian hari dijatuhkan putusan yang membatalkan putusan
Pengadilan Tingkat Pertama.

60. Bahwa dalam perkara a quo Para Penggugat tidak menyertakan jaminan
yang nilainya sama dengan nilai objek lelang dan dengan demikian jelas
bahwa tanpa disertainya pemberian jaminan dari Para Penggugat yang
nilainya sama dengan objek lelang tersebut, maka pelaksanaan putusan
serta merta dan provisional tidak boleh dijalankan.

Maka berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Tergugat II mohon kepada


Majelis Hakim Pengadilan Negeri Magetan yang mengadili dan memeriksa
perkara a quo berkenan memutus dengan diktum sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI:

 Menerima Eksepsi Tergugat II;

 Menyatakan gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima (niet


ontvankelijke verklaard);

DALAM POKOK PERKARA:

 Menolak gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya


menyatakan gugatan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard);

 Menyatakan proses lelang yang dilakukan Tergugat I melalui Tergugat II


adalah sah dan bukan merupakan suatu perbuatan melawan hukum;

Halaman 64 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


 Menyatakan segala tindakan Tergugat II terkait proses pelelangan telah
sesuai ketentuan/peraturan yang berlaku sehingga bukan merupakan suatu
perbuatan melawan hukum;

 Menyatakan Risalah Lelang Nomor 075/2016 tanggal 17 Maret 2016 sah


dan tidak dapat dibatalkan;

 Menolak tuntutan ganti rugi Para Penggugat; dan

 Menghukum Para Penggugat untuk membayar biaya perkara yang timbul;

Apabila Majelis Hakim yang terhormat berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya (Ex Aequo Et Bono).

Menimbang, bahwa Tergugat III telah mengajukan jawaban terhadap


gugatan itu, yang pada pokoknya sebagai berikut;
1. Bahwa Tergugat III menolak secara tegas semua dalil gugatan
Penggugat, kecuali yang secara tegas diakui kebenarannya
olehTergugat III.
2. Bahwa Tergugat III mengetahui obyek akan dilakukan lelang di Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Madiun melalui Pengumuman
Lelang di Media masa / koran JawaPosRadar Madiun tanggal 3 Maret
2016, akan ada lelang atas SHM No : 915 a.n. IMAM ASMUNI, luas
tanah 199 m2 yang terletak di Desa Kembangan, Kecamatan Sukomoro,
Kabupaten Magetan, dengan harga limit sebesar Rp. 70.000.000,- (tujuh
puluh juta rupiah).yang akan dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2016
di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Madiun.
3. Bahwa pada tanggal 17 Maret 2016 Tergugat III mengikuti proses Lelang
di KPKNL Madiun sesuai dengan prosedur yang telah diatur yaitu Pasal 6
Undang-undang Hak Tanggungan UU No . 4 Tahun 1996 serta
beberapa Pasal dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor :
27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
4. Bahwa oleh karena Tergugat III telah mengikuti segala sesuatu yang
sesuai dengan prosedur lelang, Tergugat IIIditetapkan sebagai
pemenang lelang sebagimana Risalah Lelang No : 075/2016 tanggal 17
Maret2016, maka lelang atas obyek perkara tersebut adalah sah,
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan harus dilindungi oleh
hukum.
5. Bahwa selanjutnya berdasarkan Risalah Lelang No : 075/2016 tanggal
17 Maret 2016 Tergugat IIItelah melakukan proses balik nama atas

Halaman 65 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


SHM No : 915 Desa Kembangan. Kecamatan Sukomoro, Kabupaten
Magetan di Badan Pertanahan Nasional Magetan, dan pada tanggal 7
April 2016 terjadi peralihan menjadi atas nama Tergugat III, mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat dan harus dilindungi oleh hukum.
6. Bahwa selanjutnya Tergugat III dalam rangka mengusai secara fisik atas
tanah dan bangunan tersebut, berdasarkan Risalah Lelang No : 075/2016
tanggal 17 Maret 2016, Tergugat III mengajukan permohonan Eksekusi
atas sebidang tanah dan bangunankePengadilan Negeri Magetan,
namun tertunda pelaksanaanya karena adanya gugatan dari Penggugat
di Pengadilan Negeri Kota Madiun perkara no : 38/Pdt.G/2016, danatas
gugatan tersebut telah diputus oleh Pengadilan Kota Madiun pada
tanggal 27 April 2017.
7. Bahwa pada tanggal 28 November 2017 Tergugat IIImenerima surat dari
Pengadilan Negeri Magetan tentang akan dilaksanakan Eksekusi Tanah
dan bangunan pada Hari : Selasa, tanggal : 5 Desember 2017;
8. Bahwa Eksekusi telah dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2017 oleh
Panitera Pengadilan Negeri Magetan atas Perintah Ketua Pengadilan
Negeri Magetan sesuai surat Penetapan tertanggal 27 Nopember 2017
Nomor : 05/Pdt.Eks/2016/PN.Mgt. tertuang dalam Berita Acara
Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan Nomor :
05/Pdt.Eks/2016/PN.Mgt tanggal 5 Desember 2017, mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat dan harus dilindungi oleh hukum.
9. Bahwa oleh karena proses kepemilikan dan penguasaan atas sebidang
tanah dan bangunan SHM No : 915 Desa Kembangan, Kecamatan
Sukomoro, Kabupaten Magetan, telah sesuai dengan prosedur
kepemilikan dan prosedur penguasaan, maka hak milik dan
penguasaan atas tanah dan bangunanolehTergugat III adalah sah
sesuai dengan hukum yang berlaku, mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat dan harus dilindungi oleh hukum.
10. Bahwa Penggugat juga telah mengajukan Gugatan-1 kepada Tergugat III
pada tahun 2018 di Pengadilan Negeri Magetan yaitu perkara No :
06/Pdt.G/2018/PN.Mgt tanggal 29 Maret 2018sampai tingkat banding ke
PT JawaTimur dan berdasarkan Putusan PT JawaTimur Nomor
663/PDT/2018/PT.Sbytanggal 16 Januari 2019, telah mempunyai
kekuatan hukum Tetap.
11. Bahwa Penggugat juga telah mengajukan Gugatan-2 kepadaTergugat III
pada tahun 2019 di Pengadilan Negeri Magetan yaitu perkara No :
Halaman 66 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt
4/Pdt.G/2019/PN.Mgt tanggal 12 Maret 2019, telah mempunyai kekuatan
hokum Tetap.
12. Bahwa Penggugat juga telah mengajukan Gugatan-3 pada tahun 2019 di
Pengadilan Negeri Magetan kepada Tergugat III yaitu perkara No :
14/Pdt.G/2019/PN.Mgt tanggal 17 September 2019, telah mempunyai
kekuatan hukum Tetap.
13. Bahwa Penggugat juga telah mengajukan Gugatan-4 pada tahun 2020 di
Pengadilan Negeri Magetan kepada Tergugat III yaitu perkara No :
9/Pdt.G/2020/PN.Mgt tanggal 7 Juli 2020, telah mempunyai kekuatan
hukum Tetap.
Berdasarkan fakta-fakta hukum sebagimana terurai diatas, maka mohon
kiranya kepada Majelis Hakim Pemeriksa Perkara No : 5/Pdt.G/2021/PN. Mgt ini
untuk memutuskan sebagai berikut :
1. Menyatakan menolak gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya
menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima.
2. MenyatakanTergugat III selaku pemenang lelang sebagai pembeli
beritikad baik berdasarkan Akta Risalah Lelang No.075/2016 tertanggal
17 Maret 2016 yang harus dilindungi hak-ha dan kepentingan-
kepentingannya secara hukum.
3. Menyatakansah secara hukum pencatatan dan penerbitan sertipikat
tanah atas obyek sengketa atas namaTergugat III.
4. Menyatakansah Penetapan Eksekusi Pengosongan yang dikeluarkan
Pengadilan Negeri Magetan No : 05/Pdt.Eks/2016/PN.Mgt atas Obyek
Lelang milik Tergugat III.
5. Menghukum Para Penggugat untuk membayar seluruh biaya perkara
yang timbul;
Atau : Apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Magetan yang
terhormat kiranya berpendapat lain, maka kami Tergugat III mohon putusan
yang seadil-adilnya.
Menimbang, bahwa Turut Tergugat I telah mengajukan jawaban terhadap
gugatan, yang pada pokoknya sebagai berikut :
- Akta Pemberian Hak Tanggungan No. 290/17/APHT/SKM/ III/201G , tanggal
17-03-2010,

Dan Nomor : 8D6/i5/APHT-5KMA,T/2011, tanggai 12-05-2011 yang dibebankan


pada Sertipikat Hak Milik Nomor : 915/Desa Kembangan terdaftar atas nama
IMAM ASMUNI benar-benar dibuat dibadapan saya, PPAT di Kabupaten
Halaman 67 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt
Magetan, dan telah ditebitkan SHT I Nomor : 406/2010 tanggai 26-05-2010 dan
SHT II Nomor : 660/2011 tanggal 20-07-2011 oleh Kantor Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Magetan.
Pengerjaan dari akta sampai proses pendaftaran di Kantor Badan Pertanahan
Nasional sudah saya kerjakan sesuai dengan tata cara penulisan, pengesahan
dan pendaftaran, sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomor : 4
tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Baik mengenai subyek pemegang Hak
Atas Tanah, Debitur, Kreditur maupun obyek jaminan yang dipasang Hak
Tanggungan, dan sesuai ketentuan pasal 6, UU No. 4, tahun 1996 dituliskan
bahwa apabila Debitur cidera janji pemegang Hak Tanggungan Pertama
mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas Kekuasaan sendiri
melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari-hasil
penjualan tersebut.
Bahwa berdasarkan hai-hai tersebut diatas mohon agar Majeiis Hakim
Yang Mulia dapat memberikan Putusan :
- Menolak gugatan penggugat seluruhnya. Atau apabila Majelis Hakim
berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya.
Menimbang, bahwa Turut Tergugat II telah mengajukan jawaban
terhadap gugatan itu, yang pada pokoknya sebagai berikut;
I. DALAM EKSEPSI
1. Bahwa Turut Tergugat II menolak dengan tegas seluruh dalil para
Penggugat kecuali yang diakui oleh Turut Tergugat II;
2. Bahwa yang menjadi obyek sengketa di Pengadilan Negeri Kabupaten
Magetan adalah Sertipikat Hak Milik Nomor 915/Desa Kembangan
Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan, Surat Ukur tanggal 6
Agustus 2001 Nomor 48/Kembangan/2001, Luas 199 M 2 an Imam
Asmuni diterbitkan pada tanggal 3 April 2002;
3. Bahwa Gugatan para Penggugat tidak jelas atau kabur (obscuur libel)
di karenakan Turut Tergugat II telah berpendapat bahwa Penggugat
telah salah menarik Kantor Pertanahan Kabupaten Magetan sebagai
Turut Tergugat II, hal ini dikarenakan : para Penggugat tidak bisa
mendalilkan kesalahan-kesalahan dari Turut Tergugat II;
4. Bahwa para Penggugat merupakan pihak debitur dari pihak Tergugat I
dengan jaminan obyek sengketanya dibuktikan dengan adanya
perjanjian jaminan kredit secara notariel, dengan demikian para
Penggugat jelas-jelas mengetahui secara hukum akan segala akibat
yang nantinya akan terjadi apabila pihak debitur yang dalam hal ini

Halaman 68 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


selaku para Penggugat cidera janji kepada pihak Tergugat I atas
hutang piutang;

Bahwa terhadap obyek sengketa aquo telah terbit Sertipikat Hak


Tanggungan No. 660/2011 tertulis atas nama PT. Bank Danamon
Indonesia atau disingkat PT Bank Danamon berkedudukan di Jakarta
tertanggal 20 Juli 2011 berdasarkan Akta Pemberian Hak Tanggungan
tanggal 12 Mei 2011 No. 856/35/APHT/SKM/V/2011 yang dibuat oleh
Pejabat Pembuat Akta Tanah Feliyanti, SH, sesuai dengan pasal 14
ayat 3 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
Atas Tanah berserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang
berbunyi :
“ Sertipikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan
berlaku sebagai pengganti groose acte Hypotheek sepanjang
mengenai hak atas tanah.”
Bahwa menurut penjelasan pasal 2 ayat (2) dan pasal 14 ayat (3)
Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah pada
Sertipikat Hak Tanggungan berbunyi :
“ Irah-irah yang dicantumkan pada Sertipikat Hak Tanggungan
dan dalam Ketentuan pada ayat ini, dimaksud untuk menegaskan
adanya kekuatan eksekutorial pada Sertipikat Hak Tanggungan,
sehingga apabila debitur cidera janji, siap untuk dieksekusi
seperti halnya suatu putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, melalui tata cara dengan menggunakan
lembaga parate executie sesuai dengan Hukum Acara Perdata.”
5. Bahwa para Penggugat sangat tidak cermat tentang Hak Tanggungan,
dengan dasar hukum Undang-Undang No. 4 tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Hak Atas Tanah beserta benda-benda yang berkaitan
dengan tanah, adapun tatacara pemberian, pendaftaran, peralihan,
dan hapusnya Hak Tanggungan diatur pada pasal 10 ayat 2 Undang-
Undang No. 4 tahun 1996 tentang diamanatkan pada Hak Tanggungan
Atas Tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang
berbunyi sebagai berikut :

Halaman 69 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


” Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan pembuatan Akta
Pemberian Hak Tanggungan oleh PPAT sesuai dengan Peraturan
Perundangan yang berlaku.”
Sedang menurut pasal 1 ayat (4) Undang-Undang No. 4 tahun 1996
tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta benda-benda yang
berkaitan dengan tanah berbunyi sebagai berikut :
” Pejabat Pembuat Akta Tanah, yang selanjutnya disebut PPAT,
adalah pejabat umum yang diberi wewenang untuk membuat akta
pemindahan hak atas tanah, akta pembebanan hak atas tanah,
dan akta pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Dengan alasan hal tersebut diatas Turut Tergugat II berpendapat
bahwa gugatan para Penggugat tidak mempunyai unsur-unsur
gugatan atau gugatan para Penggugat tidak memenuhi persyaratan
formil atau mengandung cacat formil dikarenakan gugatan para
Penggugat tidak jelas atau kabur (Obscuur Libel) dan karena itu
gugatan para Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvsnkelijk
Verklaard/No).
II. DALAM POKOK PERKARA
1. Bahwa Turut Tergugat II menolak seluruh dalil-dalil yang diajukan para
Penggugat kecuali terhadap hal-hal yang diakui secara tegas oleh
Turut Tergugat II;
2. Bahwa Turut Tergugat II mohon agar segala sesuatu yang diuraikan
dalam eksepsi juga masuk dalam bagian pokok pekara;
3. Bahwa para Penggugat tidak berkualitas, didalam posita para
Penggugat tidak ada satupun yang mendalilkan obyek sengketa yang
saat ini telah dikuasai secara yuridis oleh Tergugat III dengan bukti
peralihan berupa Risalah Lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang,
telah dilakukan eksekusi berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri
Kabupaten Magetan dan tidak ada perlawanan termohon eksekusi
yang dalam hal ini adalah para Penggugat, yang mengakibatkan
beralihnya hak keperdataan atas obyek sengketa tersebut, kondisi
seperti ini berarti para Penggugat telah mengakui obyek sengketa
sudah tidak ada hubungan hukum lagi dengan Penggugat;
4. Bahwa dalil para Penggugat tanggal 01 Februari 2021 halaman 5
angka 16 dan 17 tidak benar :

Halaman 70 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Bahwa Turut Tergugat II melakukan pencatatan peralihan hak atas
tanah atas obyek sengketa berdasarkan Peraturan Perundangan yang
berlaku antara lain :
a. Obyek sengketa merupakan obyek yang telah terdaftar
sebagaimana Sertipikat Hak Milik No. 915/Kembangan seluas :
199 m2 yang semula tertulis atas nama Penggugat I , berdasarkan
Akta Pemberian Hak Tanggungan tanggal 12 Mei 2011 No.
856/35/APHT/SKM/V/2011 yang dibuat oleh Feliyanti, SH
(PPAT/Notaris) untuk sementara, karena masih jaminan hutang
piutang sehingga tercatat atas nama PT. Bank Danamon
Indonesia, Tbk atau disingkat PT. Bank Danamon berkedudukan di
Jakarta. Berdasarkan perbuatan hukum diatas obyek sengketa
diterbitkan Sertipikat Hak Tanggungan No. 660/2011 tertulis atas
nama PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk atau disingkat PT. Bank
Danamon berkedudukan di Jakarta tertanggal 20 Juli 2011;
b. Oleh karena pihak para Penggugat yang dalam hal ini debitur
cidera janji, maka obyek sengketa beralih menjadi atas nama
Tergugat III yang berdasarkan kutipan Risalah Lelang
sebagaimana diamanatkan pada pasal 41 ayat (1) Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, yang
berbunyi : “ Peralihan Hak melalui pemidahan hak dengan
Lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan
kutipan risalah Lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang.” Dan
pasal 41 ayat (5) yang berbunyi :
“ Untuk pendaftaran peralihan hak yang diperoleh melalui
lelang disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan :
a. Kutipan risalah lelang yang bersangkutan;
b. 1) sertipikat hak milik atas satuan rumah susun atau hak
atas tanah yang dilelang jika bidang tanah yang
bersangkutan sudah terdaftar; atau
2) dalam hal sertipikat tersebut tidak diserahkan kepada
pembeli lelang eksekusi, surat keterengan dari Kepala
Kantor Lelang mengenai alasan tidak diserahkannya
sertipikat tersebut; atau
3) jika bidang tanah yang bersangkutan belum terdaftar,
surat-surat sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf b
Pasal ini;

Halaman 71 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


c. bukti identitas pembeli lelang;
d. bukti pelunasan harga pembelian.”
6. Bahwa dalam petitium para Penggugat yang salah, salah satu
diantaranya menuntut agar para Tergugat dan Turut Tergugat dihukum
untuk membayar kerugian secara tanggung renteng, yang menjadi
pertanyaan, kerugian tersebut atas obyek yang mana, sehingga gugatan
para Penggugat menjadi kabur, untuk itu gugatan para Penggugat mohon
untuk ditolak oleh Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini;
III. DALAM EKSEPSI :
- Menerima eksepsi Turut Tergugat II; dan
- Menyatakan gugatan para Penggugat tidak dapat diterima.
IV. DALAM POKOK PERKARA :
- Menolak gugatan para Penggugat untuk seluruhnya setidak-
tidaknya menyatakan gugatan tidak dapat diterima;
- Menghukum penggugat untuk membayar biaya Perkara.
Apabila Majelis Hakim yang terhormat kiranya berpendapat lain, maka kami
Turut Tergugat II memohon untuk memutus perkara ini dengan seadil-adilnya
( et aequo et bono ).
Menimbang, bahwa Penggugat terhadap tangkisan itu telah
mengajukan Replik tertanggal 19 April 2021;
Menimbang, bahwa Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Turut Tergugat
I telah mengajukan Duplik tanggal 26 April 2021 sedangkan Turut Tergugat II
mengajukan Duplik pada tanggal 30 April 2021;
Menimbang, bahwa selanjutnya segala sesuatu yang termuat dalam
berita acara persidangan perkara ini, yang untuk ringkasnya putusan ini
dianggap telah termuat dan menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dengan
putusan ini;
Menimbang, bahwa akhirnya para pihak menyatakan tidak ada hal-hal
yang diajukan lagi dan mohon putusan;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat yang pada


pokoknya adalah bahwa Para Penggugat mempunyai hubungan hukum dengan
Tergugat I yaitu Penggugat I berserta istrinya yaitu Penggugat II sebagai Debitur
dan Tergugat I sebagai Kreditur oleh karena dalam hubungan hutang piutang
tersebut oleh Tergugat I menyatakan bahwa Para Penggugat tidak dapat

Halaman 72 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


melunasi hutangnya maka obyek hak tanggungan tersebut dilelang oleh
Tergugat I melalui Tergugat II dan kemudian objek sengketa tersebut dibeli oleh
Tergugat III dan dilakukan proses balik nama oleh Tergugat III melalui Turut
Tergugat I dan Turut Tergugat II dan atas perbuatan Tergugat I, Tergugat II,
Tergugat III, serta Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II tersebut oleh Para
Penggugat dianggap sebagai perbuatan melawan hukum;
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim memeriksa Jawaban yang
diajukan oleh Para Tergugat dan Para Turut Tergugat dan ternyata di dalam
eksepsi yang diajukan Tergugat II dan Turut Tergugat II ada yang menyangkut
mengenai kewenangan absolut;
Menimbang, bahwa sebagaimana Pasal 125 Ayat (2) HIR menyatakan
bahwa “Akan tetapi jika si tergugat dalam surat jawabnya tersebut pada Pasal
121, mengemukakan eksepsi (tangkisan) bahwa pengadilan negeri tidak
berkuasa memeriksa perkaranya, maka meskipun ia sendiri atau wakilnya tidak
dating, wajiblah pengadilan negeri mengambil keputusan tentang eksepsi itu,
sesudah mendengar penggugat itu, hanya jika eksepsi itu tidak dibenarkan,
pengadilan negeri boleh memutuskan perkara itu.” Maka Majelis Hakim akan
terlebih dahulu mempertimbangkan eksepsi (tangkisan) yang diajukan oleh
Tergugat II dan Turut Tergugat II yang menyangkut mengenai kewenangan
absolut;
Menimbang, bahwa dalam posita Gugatan poin 14 yang menyatakan
bahwa KPKNL Madiun Tergugat II telah ceroboh serta apriori terhadap
ketentuan hukum penjualan objek lelang yang merupakan hak tanggungan;
Menimbang, bahwa dalam posita Gugatan poin 16 yang menyatakan
bahwa Kantor Pertanahan Kabupaten Magetan Turut Tergugat II dalam
melakukan proses balik nama objek sengketa aquo sengaja apriori terhadap
asas-asas kepatutan, tidak dilaksanakan proses mediasi terlebih dahulu walau
diketahui oleh objek tanah masih dalam penguasaan fisik pihak lain yaitu
Penggugat.
Menimbang, bahwa untuk menyatakan suatu perbuatan instansi
pemerintah sebagai suatu adminitrasi pemerintahan harus dilihat dulu perbuatan
hukum dan konstruksi hukum dari hubungan hukum tersebut;
Menimbang, bahwa berdasarkan Posita Gugatan yang telah
disampaikan tersebut diatas Para Penggugat mendalilkan pada pokoknya
instansi pemerintah yaitu Tergugat II dan Turut Tergugat II telah melakukan
perbuatan melawan hukum karena telah melaksanakan lelang atas hak
tanggungan serta melakukan balik nama atas objek sengketa aquo;

Halaman 73 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Menimbang, bahwa perbuatan Tergugat II dalam menyelenggarakan
lelang merupakan perbuatan lembaga pemerintah dalam menjalankan fungsi
pelayanan sebagaimana diatur dalam Vendureglement dan pelaksanaan lelang
yang dilakukan oleh Tergugat II adalah lelang eksekusi Pasal 6 Undang-Undang
Hak Tanggungan sehingga pelaksanaannya selain tunduk pada Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) No.93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Lelang sebagaimana telah diubah dengan PMK N0.106/PMK.06/2013 juga
tunduk pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan;
Menimbang, bahwa perbuatan Tergugat II dalam menyelenggarakan
lelang merupakan perbuatan lembaga pemerintah dalam menjalankan fungsi
pelayanan sebagaimana diatur dalam Vendureglement dan terhadap objek
sengketa aquo telah terbit Sertifikat Hak Tanggungan No.660/2011 tertulis atas
nama PT. Bank Danamon Indonesia berkedudukan di Jakarta tanggal 20 Juli
2011 berdasarkan Akta Pemberian Hak Tanggungan tanggal 12 Mei 2011
No.856/35/APHT/SKM/V/2011 yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah
Feliyanti, S.H., sesuai dengan Pasal 14 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1996 tentang Hak Tanggungan;
Menimbang, bahwa gugatan harus diajukan kepada badan peradilan
yang berwenang untuk mengadili perkara tersebut. Pengadilan Negeri memiliki
batasan kewenangan, batasan tersebut menyebabkan Pengadilan Negeri
menjadi tidak berwenang dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
yang diajukan kepadanya.Hal tersebut merupakan konsekuensi dari adanya
pengaturan mengenai kewenangan atau kompetensi absolut suatu badan
peradilan.
Menimbang, bahwa Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019
tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan Pemerintahan Dan
Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum oleh Badan Dan/Atau
Pejabat Pemerintahan (onrechmatige overheidsdaad(;
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 1 Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 2 Tahun 2019 pengertian dari Tindakan Pemerintah adalah
perbuatan Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya untuk
melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan konkret dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan, sedangkan pada Pasal 1 angka 2 Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019 yang dimaksud Pejabat Pemerintahan
adalah unsur yang melaksanakan fungsi pemerintahan baik di lingkungan
pemerintah maupun penyelenggara negara lainnya;

Halaman 74 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Menimbang, bahwa apabila pengertian tindakan pemerintah serta
pengertian dari pejabat pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam perkara in
cassu terdapat pihak Kementrian Keuangan Republik Indonesia c.q Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara Kantor Wilayah Djkn Jawa Timur c.q. Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang )KPKNL) Madiun sebagai Tergugat II
dan Badan Pertanahan Nasional Kantor Pertanahan Kabupaten Magetan
sebagai Turut Tergugat II yang keduanya adalah merupakan Pejabat
Pemerintahan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas oleh karena
pengertian dari Tindakan Pemerintah sebagaimana pengertian yang dimaksud
dari Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019 maka terhadap
Tergugat II dan Turut Tergugat II berlaku ketentuan dari Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 2 Tahun 2019;
Menimbang, bahwa sesuai Pasal 1 angka 4 Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 2 Tahun 2019, yang mengatur bahwa sengketa Perbuatan
Melanggar Hukum oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan (onrechtmatige
Overheidsdaad) adalah sengketa didalamnya mengandung tuntutan untuk
menyatakan tidak sah dan/atau batal tindakan Pejabat Pemerintahan atau tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat beserta ganti rugi dengan ketentuan
perundang-undangan;
Menimbang, bahwa sesuai Pasal 2 ayat (1) Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 2 Tahun 2019, yang mengatur bahwa perkara perbuatan
melanggar hukum oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige
Overheidsdaad) merupakan kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara.
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 4 Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019 dan Pasal 2 ayat (1) Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019, Majelis Hakim berpendapat bahwa
perbuatan Tergugat II dalam melaksanakan lelang dan perbuatan Turut
Tergugat II merupakan perbuatan Pejabat Pemerintah dan dalam posita
Gugatan tersebut Penggugat mendalilkan pada pokoknya Tergugat II dan Turut
Tergugat II telah melakukan perbuatan melawan hukum, maka perbuatan
Tergugat II dan Turut Tergugat II merupakan sengketa Perbuatan Melanggar
Hukum oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan maka hal tersebut menjadi
kewenangan absolut Pengadilan Tata Usaha Negara;
Menimbang, bahwa sesuai Pasal 10 Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 2 Tahun 2019, yang mengatur sebagai berikut: “Pada saat Peraturan
Mahkamah Agung ini mulai berlaku, perkara perbuatan melawan hukum oleh

Halaman 75 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad) yang
diajukan ke Pengadilan Negeri tetapi belum diperiksa, dilimpahkan ke
Pengadilan Tata Usaha Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan”.
Menimbang, bahwa sesuai Pasal 11 Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 2 Tahun 2019, yang mengatur sebagai berikut :“Perkara perbuatan
melawan hukum oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige
Overheidsdaad) sedang diperiksa oleh Pengadilan Negeri, Pengadilan Negeri
harus menyatakan tidak berwenang mengadili”.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum sebagai diatas
oleh karena dalam perkara Aquo yang menjadi Tergugat II adalah Kementerian
Keuangan Republik Indonesia c.q. Direktorat Jendral Kekayaan Negara Kantor
Wilayah Djkn Jawa Timur c.q. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang
)KPKNL) Madiun dan Turut Tergugat II adalah Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Magetan maka berdasar ketentuan Pasal 11 Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 2 Tahun 2019, Pengadilan Negeri Magetan harus menyatakan
tidak berwenang mengadili;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum
sebagaimana yang telah dikemukakan di atas maka terhadap Eksepsi Tergugat
II dan Turut Tergugat II dapat diterima;
Menimbang, bahwa oleh karena Pengadilan Negeri Magetan dinyatakan
tidak berwenang mengadili, maka Majelis Hakim tidak perlu mempertimbangkan
pokok perkara;
Menimbang, bahwa oleh karena Pengadilan Negeri Magetan dinyatakan
tidak berwenang mengadili, maka sebagaimana dipertimbangkan di atas, maka
Penggugat harus dihukum untuk membayar biaya perkara ini yang besarnya
akan ditetapkan dalam Amar Putusan;
Mengingat ketentuan Pasal 125 Ayat 2 HIR, Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 2 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa
Tindakan Pemerintah dan Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum
oleh Badan Dan/Atau Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad(
serta peraturan perundang - undangan lain yang bersangkutan dengan perkara
ini;

MENGADILI

DALAM EKSEPSI

Halaman 76 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


- Menerima Eksepsi dari Tergugat II dan Turut Tergugat II
DALAM POKOK PERKARA
1. Menyatakan Pengadilan Negeri Magetan tidak berwenang mengadili perkara
aquo ;
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.
1.545.000,- (Satu Juta Lima Ratus Empat Puluh Lima Ribu Rupiah);

Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim


Pengadilan Negeri Magetan, pada hari Kamis tanggal 6 Mei 2021, oleh kami, D.
H. Wisnu Gautama, S.H., M.Kn., sebagai Hakim Ketua, Lusiantari Ramadhania,
S.H., M.H., dan Dian Lismana Zamroni, S.H., M.Hum., masing-masing sebagai
Hakim Anggota. Putusan tersebut pada hari Senin, tanggal 10 Mei 2021
diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua dengan
dihadiri oleh para Hakim Anggota tersebut, Sutrisno, S.H., Panitera Pengganti
dan dihadiri oleh Kuasa Para Penggugat, Tergugat I, Tergugat III, Turut
Tergugat I dan Turut Tergugat II dan tanpa dihadiri oleh Tergugat II;

Hakim Anggota, Hakim Ketua,

Ttd Ttd

Lusiantari Ramadhania, S.H., M.H. D.H. Wisnu Gautama, S.H.MKn.

Ttd

Dian Lismana Zamroni, S.H., M.H.um

Panitera Pengganti,

Ttd

Sutrisno, S.H.

Halaman 77 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt


Perincian biaya :
1. Pendaftaran ................ Rp. 30.000,00
2. Biaya Proses .............. Rp. 50.000,00
3. Panggilan .................... Rp. 1.395.000,00
4. PNBP ......................... Rp. 50.000,00
5. Redaksi ...................... Rp. 10.000,00
6. Materai ...................... Rp. 10.000,00
Jumlah ................................... Rp. 1.545.000,00
(Satu juta lima ratus empat puluh lima ribu rupiah).

Halaman 78 dari 78 Putusan Perdata Gugatan Nomor 5/Pdt.G/2021/PN Mgt

Pengadilan Negeri Magetan Jl. Medan Merdeka Utara No.9 - 13


Panitera Tingkat Pertama Telp.: (021) 3843348 | (021) 3810350 | (021) 3457661
Sigit Indriyatno S.H., M.H. - 197404151994031001 Email: info@mahkamahagung.go.id
Digital Signature www.mahkamahagung.go.id

Keterangan :
- Salinan sesuai dengan aslinya.
- Surat/dokumen ini tidak memerlukan tanda tangan basah karena telah ditandatangani secara elektronik (digital signature) dengan dilengkapi sertifikat elektronik.
- Dokumen ini telah ditandatangani secara digital menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE) BSSN.
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai