Anda di halaman 1dari 3

Short story about child age around three until six years old with the theme children

and the genre


is fantasy adventure

Kunci Emas dalam Botol Kaca

Betsy adalah anak yang bertubuh mungil, dengan rambut panjang berwarna hitam
kecoklatan, kedua mata yang berbinar cerah dan pipi putih yang bersemu kemerahan ketika
tersipu malu. Dia disenangi oleh setiap orang, tetapi sayangnya dia punya sifat ingin tahu yang
tinggi khususnya dengan setiap hal yang membangkitkan rasa penasarannya sehingga cukup
mengkhawatirkan untuk anak berumur enam tahun sepertinya. Namun, untungnya dengan
tingkah lakunya yang lembut dan wajah polosnya yang menggemaskan, tak ada yang tahu sifat
asli yang terpendam dalam dirinya.

Kakeknya tahu dia adalah kesayangan di keluarga. Jadi, setelah kematian sang ibu karena
melahirkannya sebelum disusul kematian ayah gadis cilik itu yang tenggelam di laut dalam
sebuah ekspedisi perdagangan, sang kakek paham dia harus menjaga Betsy dengan segala upaya.
Gadis belia itu adalah cucu kesayangannya dan dia tak bisa kehilangan sang cucu tersebut seperti
ia kehilangan anak perempuannya.

Suatu malam, keluarga tersebut mengadakan acara makan bersama untuk menyambut
tahun baru. Semua hidangan lezat tersedia di atas meja. Ada dua sepupu kembar Betsy—Liam
dan Roy—yang mana duduk di kanan serta kiri Betsy, pamannya Sammy di seberang gadis itu
serta kakak perempuan Betsy, Clara, dan juga suaminya, Pedro, duduk di sebelah kakek. Betsy
duduk dengan gaun cantik yang indah layaknya seorang putri kecil. Apa yang keluarganya tahu,
Betsy adalah anak manis yang menyenangkan untuk dipandang. Mereka tak tahu jika Betsy
memegang rahasia di genggaman kecilnya. Itu adalah benda berharga yang tak mereka ketahui.

Betsy menunggu hingga paman, kedua sepupunya, kakak perempuannya dan sang suami
pulang dengan raut wajah senang setelah menyantap makanan lezat serta kegembiraan tahun
baru yang meliputi mereka sebelum berlari di koridor rumah kakek, kembali ke kamarnya
dengan benda berharga di tangan. Dia menunggu hingga sang kakek mengecup keningnya untuk
mengucapkan selamat malam. Ketika lampu kamar dimatikan dan suasana rumah telah lengang,
Betsy bersembunyi di balik selimutnya dan membuka genggaman tangannya dan tampaklah
sebuah sebuah kunci berwarna emas. Itu adalah kunci yang unik dan hanya Betsy yang
memilikinya.

Betsy menemukan kunci itu mengapung dalam sebuah botol kaca di sungai tempat ia
biasa bermain dengan anak-anak lain. Ketika gadis cilik itu mencoba menyusuri pinggir sungai
mencari bunga teratai, dia melihat sesuatu yang bersinar karena pantulan cahaya matahari. Itu
adalah sebuah botol kaca yang terapung-apung di sungai sebelum tertambat di sela-sela akar
pohon yang timbul dari tanah. Jadi, dia lari untuk mengambilnya—hampir jatuh ke sungai—dan
menyadari ada sebuah benda di dalamnya. Dia tak menemukan bunga teratai satu pun hari itu,
tetapi dia menemukan sesuatu yang lebih baik: sebuah kunci emas berkilauan yang
menyenangkan matanya.

“Jika ini sebuah kunci,” bisik Betsy pada dirinya sendiri di balik selimut. “Pasti ada pintu
yang bisa dibuka dengannya! Aku membayangkan ada apa saja di balik pintu itu! Mungkin aku
akan menemukan banyak permen! Siapa tahu?”

Gadis cilik itu, dengan rasa penasarannya, berusaha memecahkan misteri pintu misterius
mana yang dapat terbuka dengan kunci yang hanya sebesar jempolnya itu. Dia ingat ketika dia
bertanya pada sang kakak “Apakah semua rumah berpintu?” sang kakak menjawab setiap rumah
berpintu dan punya jendela. Jadi, yang dia butuhkan adalah menemukan rumah yang berpintu.

“Tapi, rumah yang mana?” dia berkata kepada dirinya sendiri. “Ini kunci yang kecil
sehingga pintunya pasti kecil.”

Kemudian, tiba-tiba, sebuah pemikiran terbesit di benaknya: Bagaimana jika ini bukan
kunci untuk membuka pintu? Bisa saja memang seperti itu karena suatu kali dia pernah melihat
kakeknya membuka brankas dengan sebuah kunci dan di lain waktu dia ingat pernah melihat
sang kakek membuka laci dengan kunci lainnya. Betsy mulai berpikir jika dia tak menemukan
benda apa pun yang cocok dengan kunci itu, mungkin untuk menemukan permen di dalamnya,
bagaimana dia bisa memuaskan rasa penasarannya? Apakah ia harus mencari jawabannya
bahkan sampai tahun depan?

Sementara gadis cilik itu berpikir, suara letusan kembang api menggelegar seakan dapat
membangunkan seisi kota. Tahun baru telah tiba, jam telah menunjukkan pukul dua belas malam
lewat beberapa menit. Betsy berhenti berpikir dan melihat kembang api lewat jendela. Ingatan
tentang saat-saat bersama sang ayah setahun sebelumnya masih membekas di benaknya. Dia dan
ayahnya biasa begadang sebelum tahun baru sementara sang ayah bercerita padanya tentang
ibunya atau kadang tentang monster laut dan putri duyung sampai mereka mendengar suara
kembang api meletus. Mengingatnya, Betsy mulai menitikkan air mata di pipinya yang putih
karena dia sangat merindukan sang ayah.

Anda mungkin juga menyukai