Aku melihat makhluk itu berdiri di hadapanku. Kedua mata merahnya terbuka lebar.
Dagu bergelambirnya meleleh jatuh ke lantai. Bau asam bercampur busuk menguar dari
tubuhnya yang berwarna hijau. Napas berat keluar dari mulutnya yang setengah terbuka
hingga tampak deretan gigi tajam berlumuran ludah ungu yang kental. Kulitnya mengelupas
sehingga terlihat di baliknya otot-otot kemerahan yang berdenyut pelan. Sebelum aku dapat
melarikan diri, kedua tangan makhluk itu secepat kilat mencekik leherku dan perlahan
napasku menghilang…
Aku terbangun dari tidur dengan peluh membasahi seluruh tubuhku. Dadaku naik
turun sementara tanganku yang terasa dingin gemetar di balik jas labku. Mimpi buruk itu lagi.
Aku tak menduga bisa mengalaminya saat tertidur di lab. Mungkin mimpi-mimpi buruk itu
terjadi karena aku terlalu sering meneliti Humons. Humons, singkatan dari Human Monster,
adalah julukan yang kami berikan pada manusia yang terserang virus V-R2—virus rabies
yang telah bermutasi—sehingga mereka berubah dan berperilaku mengerikan dan
pekerjaanku adalah berusaha untuk menemukan penawarnya.
Aku berusaha untuk mengumpulkan seluruh kesadaranku dan kembali bekerja. Jadi,
aku mengambil penaku dan menulis jurnal ini. Namun, tiba-tiba kaca ruangan di sebelahku
pecah dengan suara menggelegar dan makhluk yang sebelumnya terkurung dalam ruangan itu
menatapku dengan sepasang mata merahnya yang lebar serta seringai di wajahnya.
Biodata:
Instagram: @nadiamalia14
Email: nadiaamalia137@gmail.com