Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KELOMPOK 1

(HAKIKAT, KARAKTERISTIK DAN SEJARAH KEWIRAUSAHAAN)

Oleh:

Uswatun Hasanah ( 1745040020 )

Amalia Aqmarina Lailani ( 1845041027 )

Andiana Putri ( 1845040008 )

A. Muh Rizal (1845040115)

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh krena itu kami harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Makasar, 05, Maret 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. HAKIKAT KEWIRAUSAHAAN
B. KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN
C. SEJARAH KEWIRAUSAHAAN

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep pendidikan kewirausahaan berasal dari Amerika Serikat pada tahun
1947, ketika Myles Mace mengembangkan kursus kewirausahaan di Harvard
Business School (Linnan et al., 2016). Setelah sekitar 70 tahun pembangunan,
pendidikan kewirausahaan telah diakui sebagai disiplin ilmu dan diterima di seluruh
dunia. Pendidikan kewirausahaan berbeda dari manajemen pendidikan Konsep
pendidikan kewirausahaan berasal dari Amerika Serikat pada tahun 1947, ketika
Myles Mace mengembangkan kursus kewirausahaan di Harvard Business School
(Linnan et al., 2016). Setelah sekitar 70 tahun pembangunan, pendidikan
kewirausahaan telah diakui sebagai disiplin ilmu dan diterima di seluruh dunia.
Pendidikan kewirausahaan berbeda dari manajemen pendidikan tradisional terutama
dalam aspek filosofis (Pittaway, 2005).
Leher dan Greene (2011) percaya bahwa pendidikan kewirausahaan memiliki
potensi untuk menghasilkan pemahaman yang lebih dalam daripada jenis lain dari
pengetahuan karena diperlukan tindakan dan praktik. Penelitian mutakhir (Saeid
Karimi et al 2016) menguatkan temuan (Fayolle & Gailly, 2008) bahwa
kewirausahaan itu pada dasarnya merupakan perilaku disengaja dan direncanakan,
yang dapat meningkatkan efisiensi ekonomi, membawa inovasi ke pasar, menciptakan
lapangan kerja baru, dan meningkatkan kualitas pekerjaan. Temuan tersebut
menguatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Shane dan Venkataraman,
2000).
Selanjutnya temuan (Falkang dan Alberti, 2000), yang diperkuat (Harris dan
Gibson, 2008); (Henry, Hill dan Leitch, 2005); (Kuratko, 2005) dan disempurnakan
oleh (Kay, 2013) sampai pada kesimpulan bahwa pendidikan kewirausahaan
merupakan instrumen efektif guna menamakan atau menginternalisasikan tidak saja
persepsi, tetapi juga efikasi diri, intensi dan kompetensi berwirausaha. Secara
nasional, implementasi pelaksanaan pendidikan kewirausahaan di lingkungan
perguruan tinggi dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Dalam perjalanannya,
pendidikan kewirausahaan di lingkungan perguruan tinggi akhir-akhir ini menjadi
kajian di berbagai kesempatan, baik melalui diskusi, seminar, lokakarya, dan bahkan
dijadikan lesson learn dengan menghadirkan sosok keberhasilan “alumni” dalam
berwirausaha dan sekaligus sebagai bench marking.
Dalam penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan di lingkungan perguruan
tinggi, permasalahan yang dihadapi antara lain adanya isu pengangguran. Hal tersebut
diasumsikan ada faktor yang mempengaruhinya, yaitu: kompetensi keahlian lulusan
perguruan tinggi belum memenuhi kebutuhan pasar kerja, lulusan perguruan tinggi
(prodi ilmu-ilmu sosial) kalah bersaing dengan lulusan dari program studi bidang
keteknikan di dunia kerja. Sementara itu, lulusan program studi teknik banyak
dibutuhkan namun kompetensi keahliannya masih belum memadai (Hendarman,
2011).
Berdasarkan teori ekspektasi (harapan) yang dikembangkan oleh Lewin dan
dilanjutkan oleh teori motivasi Vroom. Teori tersebut mendasarkan pemikirannya
pada dua asumsi, yaitu (1) Manusia biasanya meletakkan nilai kepada sesuatu yang
diharapkan dari hasil karyanya, oleh karena itu ia mempunyai urutan kesenangan
(preference) diantara sekian banyak hasil yang ia harapkan. Artinya ada sesuatu yang
dia harapkan, (2) Selain mempertimbangkan hasil yang dicapai, juga
mempertimbangkan keyakinan orang tersebut bahwa yang dikerjakannya itu akan
memberikan sumbangan terhadap tercapainya tujuan yang diharapkan (Alma,
2011:93). Merujuk pada teori tersebut, pada dasarnya mahasiswa perlu merealisasikan
ide ataupun konsep bisnis yang dimilikinya melalui program wirausaha yang sudah
difasilitasi oleh pihak universitas. Program Mahasiswa Wirausaha dan Program
Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan dapat menjadi alternatif yang dipilih
mahasiswa untuk merealisasikan ide atau konsep wirausaha yang dimilikinya dalam
bentuk aktivitas wirausaha.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hakikat Kewirausahaan?
2. Bagaimana Karakteristik Kewirausahaan?
3. Bagaimana Sejarah Kewirausahaan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Hakikat Kewirausahaan
2. Untuk mengetahui Karakteristik Kewirausahaan
3. Untuk mengetahui Sejarah Kewirausahaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Kewirausahaan
Definisi Kewirausahaan Dilihat dari segi etimologi, kewirausahaan berasal
dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan,
berbudi luhur, gagah berani, dan berwatak agung. Adapun usaha berarti perbuatan
amal, bekerja, berbuat sesuatu. Dengan demikian, wirausaha adalah pejuang atau
pahlawan yang berbuat sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha
adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara
produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur
permodalan operasinya, serta memasarkannya.
Definisi lainnya dari kewirausahaan, di antaranya sebagai berikut.
1. Kewirausahaan adalah nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil (Ahmad
Sanusi, 1994).
2. Kewirausahaan adalah nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan
mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997).
3. Kewirausahaan adalah proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif)
dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih
4. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda (Drucker, 1959).
5. Kewirausahaan adalah proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan usaha (Zimmerer, 1996).
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan.
7. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang
dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik
dan/atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Wirausaha mengarah
kepada orang yang melakukan usaha/ kegiatan dengan segala kemampuan
yang dimilikinya, sedangkan kewirausahaan menunjuk pada sikap mental
yang dimiliki seorang wirausaha dalam melaksanakan usaha/kegiatan.
8. Kewirausahaan yang sering dikenal dengan sebutan entrepreneurship yang
diterjemahkan secara harfiah sebagai perantara, diartikan sebagai sikap dan
perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa, dan karsa, serta
karya atau mampu menggabungkan unsur kreativitas, tantangan, kerja keras,
dan kepuasan untuk mencapai prestasi maksimal.
9. Stoner James (1997) mendefinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan
mengambil faktor-faktor produksi lahan kerja, tenaga kerja, dan modal
menggunakannya untuk memproduksi barang atau jasa baru. Wirausahawan
menyadari peluang yang tidak dilihat atau tidak dipedulikan oleh eksekutif
bisnis lain.
10. Paul H. Wilken menjelaskan bahwa kewirausahaan mencakup upaya
mengawali perubahan dalam produksi, sedangkan manajemen mencakup
koordinasi proses produksi yang sudah berjalan.
11. Richard Cantillon (1725) mendefinisikan kewirausahaan sebagai orang-orang
yang menghadapi risiko yang berbeda dengan orang yang menyediakan
modal. Cantillon lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi
risiko atau ketidakpastian. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh
Blaudeu (1797) bahwa kewirausahaan adalah orang-orang yang menghadapi
risiko, merencana-kan, mengawasi, mengorganisasi, dan memiliki. Demikian
halnya, Albert Shapero (1975) mendefenisikan sebagai pengambilan inisiatif
mengorganisasi suatu mekanisme sosial ekonomi dan menghadapi risiko
kegagalan.
12. Definisi kewirausahaan dengan penekanan pada penciptaan hal-hal baru
dikemukakan oleh Joseph Schumpeter (1934) bahwa kewirausahaan adalah
melakukan hal-hal baru atau melakukan hal-hal yang sudah dilakukan dengan
cara baru, termasuk penciptaan produk baru dengan kualitas baru, metode
produksi, pasar, sumber pasokan, dan organisasi. Schumpeter mengaitkan
wirausaha dengan konsep yang diterapkan dalam konteks bisnis dan mencoba
menghubungkan dengan kombinasi berbagai sumber daya.
13. Sejalan dengan penekanan pada penciptaan hal-hal baru dan risiko, Hisrich,
Peters, dan Sheperd (2008) mendefinisikan sebagai proses penciptaan sesuatu
yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan,
menanggung risiko keuangan, fisik, serta risiko sosial yang mengiringi,
menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan kebebasan
pribadi.
14. Wennekers dan Thurik (1999) melengkapi definisi kewirausahaan dengan
menyintesiskan peran fungsional wirausahawan sebagai: “. . . kemampuan dan
kemauan nyata seorang individu, yang berasal dari diri mereka, baik tim di
dalam maupun di luar organisasi yang ada untuk menemukan dan menciptakan
peluang ekonomi baru, yang meliputi produk, metode produksi, skema
organisasi, dan kombinasi barang-pasar, serta untuk memperkenalkan ide-ide
mereka di pasar.” Selain menekankan pada penciptaan hal-hal baru dan risiko,
definisi yang dikemukakan oleh Wennekers dan Thurik juga menekankan
pada kemauan dan kemampuan individu.
Hal ini sejalan dengan definisi yang tertuang dalam Inpres No. 4 tahun 1995
yang mendefinisikan kewirausahaan sebagai semangat, sikap, perilaku, dan
kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan/atau kegiatan yang mengarah
pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru
dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik
dan/atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

B. Karakteristik Kewirausahaan
Karakteristik kewirausahaan yang berhasil dapat dilihat dari indikator berikut.
1. Proaktif, yaitu selalu ada inisiatif dan assertiveness.
2. Berorientasi pada prestasi, yang tercermin dalam ees and acts terhadap
peluang, orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana, dan
mengutamakan monitoring.
3. Komitmen terhadap perusahaan lain, misalnya dalam mengadakan kontrak
kerja dan mengenal baik hubungan bisnis.
Pandangan yang hampir sama dikemukakan oleh Kuriloff (1993: 9) bahwa
seseorang memiliki ciri dan watak kewirausahaan apabila ia memiliki
komitmen terhadap tugas, memilih risiko yang paling moderat daripada
spekulasi, memanfaatkan peluang, lebih realistis dan antisipatif, objektif,
memerlukan umpan balik segera, sikap terhadap uang yang menganggap uang
sebagai alat dalam usaha, dan proaktif terhadap manajemen.
C. Sejarah Kewirausahaan
Kewirausahaan dalam Perspektif Sejarah
1. Awal Mula Kewirausahaan Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad
ke-18, diawali dengan penemuan baru, seperti mesin uap, mesin pemintal, dan
lain-lain. Tujuan utamanya adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi
melalui inovasi dan kreativitas. Saat itu, keuntungan dan kekayaan bukan
tujuan utama. Para wirausahawan dunia modern muncul pertama kali di
Inggris pada masa revolusi industri pada akhir abad ke-18. Masa tersebut
merupakan era produksi dengan menggunakan mesin yang diawali dengan
penemuan mesin uap oleh James Watt, mesin pemintal benang oleh Richard
Arkwright, dan lain-lain. Orang-orang ini sangat penting dalam pembangunan
perekonomian Inggris. Mereka menerapkan penemuan ilmu untuk tujuan
produksi dan berusaha mendapatkan peningkatan output industri yang sangat
besar melalui penggunaan teknologi baru. Para wirausahawan awal ini
mempunyai karakteristik kesabaran dan tenaga yang tidak terbatas. Mereka
bukan berasal dari golongan bangsawan, melainkan muncul dari kelas
menengah-bawah, didorong oleh keinginan untuk mewujudkan impian dan
gagasan inovatif menjadi kenyataan. Tujuan utamanya adalah pertumbuhan
dan perluasan organisasiorganisasi mereka. Mereka percaya pada nilai kerja
yang dilakukan, yaitu tidak mementingkan keuntungan dan kekayaan sebagai
tujuan pertama. Keberhasilan memberi arti dan kebanggaan pada usaha yang
mereka lakukan.
2. Para Tokoh dan Pandangan Kewirausahaan Beberapa tokoh dan
pandangannya tentang kewirausahaan adalah sebagai berikut.
a. Richard Cantillon (1775); kewirausahaan dipandang sebagai bekerja sendiri
(self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada
harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga
tidak menentu. Jadi, definisi ini lebih menekankan pada cara seseorang
menghadapi risiko atau ketidakpastian.
b. Jean Baptista Say (1816); seorang wirausahawan adalah agen yang
menyatukan berbagai alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya.
c. Frank Knight (1921); wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan
menyikapi perubahan pasar. Pandangan ini menekankan pada peranan
wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar.
Seorang wirausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi
manajerial mendasar, seperti pengarahan dan pengawasan.
d. Joseph Schumpeter (1934); wirausahawan adalah seorang inovator yang
mengimplementasikan perubahan di dalam pasar melalui kombinasi baru.
Kombinasi baru bisa dalam bentuk:
memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru;
a) memperkenalkan metode produksi baru;
b) membuka pasar yang baru;
c) memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru;
d) menjalankan organisasi baru pada suatu industri.
Schumpeter mengaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam
konteks bisnis serta mengaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
e. Penrose (1963); kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang di
dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan
kapasitas kewirausahaan.
f. Harvey Leibenstein (1968, 1979); kewirausahaan mencakup kegiatan yang
dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat
semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau
komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
g. Zimmerer (1996); kewirausahaan sebagai proses penerapan kreativitas dan
inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan (usaha).
h. Israel Kirzner (1979); wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap
peluang pasar. Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio
menegaskan, kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi,
mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa
berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu.
Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk
pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
i. Peter F. Drucker (1977); kewirausahaan merupakan kemampuan dalam
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung
maksud bahwa seorang wirausahawan memiliki kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain atau mampu
menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.

Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan/atau


kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan
menghadapi risiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan
tindakan yang kreatif dan inovatif.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep pendidikan kewirausahaan berasal dari Amerika Serikat pada tahun
1947, ketika Myles Mace mengembangkan kursus kewirausahaan di Harvard
Business School (Linnan et al., 2016). Setelah sekitar 70 tahun pembangunan,
pendidikan kewirausahaan telah diakui sebagai disiplin ilmu dan diterima di seluruh
dunia. Pendidikan kewirausahaan berbeda dari manajemen pendidikan Konsep
pendidikan kewirausahaan berasal dari Amerika Serikat pada tahun 1947, ketika
Myles Mace mengembangkan kursus kewirausahaan di Harvard Business School
(Linnan et al., 2016). Setelah sekitar 70 tahun pembangunan, pendidikan
kewirausahaan telah diakui sebagai disiplin ilmu dan diterima di seluruh dunia.
Pendidikan kewirausahaan berbeda dari manajemen pendidikan tradisional terutama
dalam aspek filosofis (Pittaway, 2005).
Dalam penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan di lingkungan perguruan
tinggi, permasalahan yang dihadapi antara lain adanya isu pengangguran. Hal tersebut
diasumsikan ada faktor yang mempengaruhinya, yaitu: kompetensi keahlian lulusan
perguruan tinggi belum memenuhi kebutuhan pasar kerja, lulusan perguruan tinggi
(prodi ilmu-ilmu sosial) kalah bersaing dengan lulusan dari program studi bidang
keteknikan di dunia kerja. Sementara itu, lulusan program studi teknik banyak
dibutuhkan namun kompetensi keahliannya masih belum memadai (Hendarman,
2011).

Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang


dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan/atau
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Wirausaha mengarah kepada orang yang
melakukan usaha/ kegiatan dengan segala kemampuan yang dimilikinya, sedangkan
kewirausahaan menunjuk pada sikap mental yang dimiliki seorang wirausaha dalam
melaksanakan usaha/kegiatan.

Karakteristik kewirausahaan yang berhasil dapat dilihat dari indikator berikut.


4. Proaktif, yaitu selalu ada inisiatif dan assertiveness.
5. Berorientasi pada prestasi, yang tercermin dalam ees and acts terhadap
peluang, orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana, dan
mengutamakan monitoring.
6. Komitmen terhadap perusahaan lain, misalnya dalam mengadakan kontrak
kerja dan mengenal baik hubungan bisnis.
Daftar Pustaka

Ramadni, R. dkk. 2018. Analis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan


Kewirausahaan (Enterpreneurship Edukation) Di Perguruan Tinggi Kota
Bandung. Sosio Didaktika:Social Science Education Journal, 5 (1), 2018,
47-53, Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/SOSIO-FITK p -ISSN: 2356-
1386,e-ISSN: 2442-9430.

Rusdiana, Dr., H., A., M.M. KEWIRAUSAHAAN Teori dan Praktik- Cet. Ke-1-
Bandung: CV Pustaka Setia, 380 hlm.; 16x24 cm.

Anda mungkin juga menyukai