Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul tumor leher (colli) pada
neonatus dengan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada stase ners keperawatan anak selain itu tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menambah wawasan tentang asuhan keperawatan tumor colli pada neonatus bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Tim
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumor jaringan lunak adalah kelompok tumor heterogen yang berasal dari sel
mesenkim embrionik; mereka diklasifikasikan secara histopatologi, menurut
jaringan dewasa yang menyerupai, dan mungkin jinak atau ganas (Scorza,
2011).
Fibromatosis colli adalah suatu kondisi di mana terjadi pembesaran difus dari
otot sternokleidomastoid, biasanya pada masa bayi (Oliveira, 2018).
Tumor neonatus mencakup sekelompok neoplasma heterogen yang didiagnosis
sebelum lahir atau dalam 30 hari pertama kehidupan. Tumor neonatus
menunjukkan lokasi anatomis, pola perilaku, gambaran histologis, dan respons
pengobatan yang berbeda dari neoplasma yang ditemukan pada anak yang lebih
besar.
Mayoritas tumor neonatus adalah jinak, dengan lesi ganas hanya 2% dari kanker
masa kanak-kanak. Namun, tumor jinak secara histologis dapat menyebabkan
efek merugikan pada janin dan bayi baru lahir karena ukuran dan lokasinya dalam
kaitannya dengan struktur vital. Pemahaman tentang kejadian, penampilan, dan
lokasi khas tumor neonatus dapat memberikan informasi diagnostik yang penting
dan memandu keputusan pengobatan. Meskipun intervensi bedah adalah terapi
utama untuk banyak tumor neonatus, penting untuk diketahui bahwa beberapa lesi
akan mengalami regresi spontan, sedangkan yang lain mungkin menanggapi
modalitas pengobatan non-invasif.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan tumor
colli pada neonatal
C. MANFAAT
1. Dapat memahami bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada anak
dengan tumor colli pada neonatal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tumor jaringan lunak adalah kelompok tumor heterogen yang berasal
dari sel mesenkim embrionik; mereka diklasifikasikan secara
histopatologi, menurut jaringan dewasa yang menyerupai, dan mungkin
jinak atau ganas (Scorza, 2011).
Fibromatosis colli atau tumor sternokleidomastoid pada masa bayi
adalah suatu kondisi proliferasi jinak jaringan fibrosa di dalam otot
sternokleidomastoid yang menyebabkan pembesaran fokal atau difus otot
sternokleidomastoid dan sering dikaitkan secara klinis dengan tortikolis
(Khalid, 2012).
Fibromatosis colli adalah suatu kondisi di mana terjadi pembesaran difus
dari otot sternokleidomastoid, biasanya pada masa bayi (Oliveira, 2018).
B. Faktor Resiko
Faktor resiko antara lain:
a. Trauma lahir (Smiti S, 2010)
b. Iskemia otot setelah persalinan yang sulit atau forsep(Oliveira,
2018).
c. Persalinan sungsang
d. Robeknya sternokleidomastoid selama pelahiran yang
mengakibatkan hematoma, yang pada akhirnya menyebabkan atrofi
(Skelton, 2014).
C. ManifestasiKlinis
Pada bayi biasanya menunjukkan
1. Massa halus, massa intramuskular menunjukkan fase pertumbuhan awal
dan dapat meningkat selama beberapa minggu diikuti dengan fase
stabilisasi (Adamoli, 2014).
2. Leher kaku dengan mobilitas leher terbatas (Chao, 2015).
3. Muncul lesi, lesi menunjukkan batas bebas tumor yang jelas (Smith,
2019).
E. Pathway
Pre Operasi Robeknya
Iskemia Otot Setelah Persalinan Sumsang
persalinan Sternokleidomasokideus
Trauma Lahir
Tumor Colli /
Fibromatosis Colli
Lesi Pada
Muncul Massa Halus Leher
Pada Leher
Gangguan Menelan
Kerusakan Integritas
Gangguan Penekanan Pada Jalan Kulit
Pergerakan Leher Nafas Penurunan Intake
Nutrisi
Dyspneu
Gangguan Rasa Gangguan
Nyaman Mobilitas Fisik Pola Nafas Tidak Risiko Defisit Nutrisi
Efektif
Post Operasi
2. DiagnosaKeperawatan
Pre Operatif
a. Gangguan rasa nyaman
b. Gangguan mobilitas fisik
c. Pola nafas tidak efektif
d. Resiko defisit nutrisi
e. Kerusakan integritas kulit
Post Operatif
a. Gangguan perlekatan
b. Resiko infeksi
c. Nyeri akut
3. Rencana TindakanKeperawatan
Pre Operatif
Intervensi :
Post operatif
a. Resiko gangguan perlekatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
perlekatan meningkat
Intervensi :
1. Monitor kegiatan menyusui
2. Identifikasi kemampuan bayi menghisap dan menelan asi
3. Identifikasi payudara ibu (misalnya bengkak, puting lecet,
mastitis, nyeri pada payudara)
4. Monitor perlekatan saat menyusui
5. Hindari memegang kepala bayi
6. Diskusikan ibu masalah selama proses menyusui
7. Ajarkan ibu menopang seluruh tubuh bayi
8. Anjurkan ibu melepas pakaian bagian atas agar bayi dapat
menyentuh payudara ibu
9. Anjurkan bayi yang mendekati ke arah payudara ibu dari
bagian bawah
10. Anjurkan ibu untuk memegang payudara menggunakan
jari seperti huruf c pada posisi posisi jam 12-6 atau 3-9
saat mengarahkan ke mulut bayi
11. Anjurkan ibu untuk menyusui menunggu mulut bayi
terbuka lebar sehingga areora bagian bawah dapat masuk
sempurna
12. Ajarkan ibu mengenali tanda bayi siap menyusu
b. Resiko infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
tingkat infeksi menurun
Intervensi :
1. Pantau suhu dengan teliti Rasional : untuk mendeteksi
kemungkinan infeksi
c. Nyeri akut
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
tingkat nyeri menurun
Intervensi :
1. Kaji lokasi, lamanya dan intensitas nyeri Rasional: untuk
menetukan intervensiselanjutnya
2. Pantau TTV Rasional : peningkatan nadi dan tekanan
darahmengindentifikasi adanya nyeri
3. Kolaborasi pemberian analgetik Rasional :
menghilagkannyeri
By. Ny. D lahir persalinan SC usia gestasi 37-38 minggu. atas indikasi sups
gastroschisis pada tanggal 20 november 2021, dengan berjenis kelamin perempuan, G2 P2
A0 , BB : 2800 Gr, panjang badan : 47 Cm, lingkar kepala : 34 Cm, lingkar perut : 30 Cm,
dengan jumlah cairan ketuban ± 80 CC, dan lama persalinan ± 1 jam, Dengan komplikasi
persalinan : bayi lahir tidak segera menangis, asfiksia neonatorum, terdapat masa dileher
dan dada. Pada riwayat kehamilan ibu bayi memiliki riwayat komplikasi hamil dengan
massa di axila dan leher, dan masalah kesehatan pada saat hamil yaitu hiperemesis
gravidarum. Saat melakukan pengkajian pada tanggal 22 november 2021 bayi saat ini
terlihat gelisah dengan hasil tanda-tanda vital, TD :- , N: 135X/i, S:36 º C, nilai APGAR :
8/9, nilai NIPS : 6 .
Saat dilakukan pengkajian reflek menghisap lemah, kemampuan menyusu
tidak baik. Tonus otot aktif, bentuk thorax tidak simetris karena terdapat massa di
dada. tampak lesi dikarenakan massa pecah di bawah ketiak dan mengeluarkan
cairan. Bunyi nafas vesikular, bunyi jantung S1-S2 regular, dengan frekuensi nafas
40X/i. Denyut nadi teraba kuat dan teratur. Pada tanggal 22 november 2021 tampak
pusat bayi berbau dan basah. Pada saat bertemu dengan orang tua bayi orang tua
mengaku merasa sedih karena harus berpisah dengan anaknya.
Pada tanggal 23 november bayi dilakukan operasi, dengan kondisi bayi terpasang
ogt, bayi tampak tenang. Bayi mendapat terapi analgetik dan anti piretik pct 4 X 30
Mg Bolus/IV, nilai NIPS pasien didapat dengan score : 5, pasien tampak menangis
dan gelisah. setelah 1 hari di operasi pada tanggal 24 november 2021 bayi
mengalami demam dengan suhu : 38º C Pada jam 11.00.
Hasil labor pada tanggal 20 november 2021 :
Data tambahan (pemeriksaandiagnostik)
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Haemoglobin 16,8g/dL 18 – 26 g/dl
Hematokrit 45,9% 34,5 – 54 %
Eritrosit 4,51 x 106/uL 4,0 – 5,0x 106/uL
Trombosit 243x 103/uL 150 – 450 x 103/uL
Leukosit 20,5x 103/uL 4,0 – 10,0 x 103/uL
Natrium 140,1mmol/l 135 – 147 mmol/l
Kalium 5,20mmol/l 3,5 – 5,0 mmol/l
Chlorida 107,5mmol/l 95 – 105 mmol/l
Calcium 1,31mmol/l 1,00 – 1,15 mmol/l
Albumin 2,8 g/dl 3,4 – 5,0 g/dl
Ureum 9 mg/dl 15 – 39 mg/dl
Creatinin 0,89 mg/dl 0,55 – 1,3 mg/dl
Bilirubin total 14,1 mg/dl 0,2 – 1,0 mg/dl
Bilirubin direct 0,3 mg/dl 0,0 – 0,2 mg/dl
Bilirubin 13,8 mg/dl
indirect
- Therapy
Tanggal 22/11/21 : IVFD D10% + ca gluconas 2 amp
Inj. Ampisilin 2 x 150 mg
Inj. Gentamicin 14 mg/36 jam
Transfusi albumin
Diet 8 x 10 cc (OGT).
Tanggal 23/11/21 : -injeksi pct 4 X 30 mg Bolus/ IV
- Inj antibiotik lanjut
tanggal 24/11/2021 : injeksi pct 4 X 30 mg Bolus/ IV
- Inj antibiotik lanjut
ANALISA DATA
Pre op “tanggal 22-11-2021”
(D.0142)
TABEL PERENCANAAN KEPERAWATAN
Observasi
Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat alergi obat
Indentifikasi kesesuaian jenis analgesik
dengan tingkat keparahan nyeri
Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
Terapeutik
Pertimbangkan penggunaan infus kontinu,
atau bolus oploid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
Tetapkan target efektifitas analgesik untuk
mengoptimalkan respons pasien
Dokumentasikan respon terhadap efek
analgesik dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapi dan samping obat
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tumor neonatus mencakup kelompok neoplasma yang sangat beragam dan
heterogen. tumor neonatus menunjukkan spektrum perilaku dan hasil yang luas
dengan beberapa lesi yang secara spontan mengalami regresi tanpa pengobatan,
sementara yang lain resisten terhadap agresif, multipel. terapi odal. Sebagian besar
lesi jinak, tetapi klasifikasi histologis tidak selalu menunjukkan periilcaku klinis
atau hasil keseluruhan. Pengobatan tumor neonatus memerlukan pemahaman yang
jelas tentang riwayat alami penyakit dan keterbatasan setiap pengobatan ( Bedah
anak dan neonatal INTECH open).
DAFTAR PUSTAKA
6
Pediatric Soft Tissue Tumors
Scorza Ezequiel Trejo, Belinda Beatriz Márquez Álvarez, Carlos José Trejo-Scorza and
Simón Paz- Ivannov. In book: Soft Tissue Tumors (pp.103-114)Edition: First published
October, 2011Chapter: Pediatric soft tissue tumorsPublisher: InTech
Smiti S, Kulkarni NM, Singh J. Case report: Fibromatosis colli in a neonate. Indian J
Radiol Imaging 2010;20(1):45–46. doi: 10.4103/0971-3026.59753. Search PubMed
Lee Y-T, Yoon K, Kim Y-B, et al. Clinical features and outcome of physiotherapy in
early presenting congenital muscular torticollis with severe fibrosis on ultrasonography:
A prospective study. J Pediatr Surg 2011;46(8):1526–31. doi:
10.1016/j.jpedsurg.2011.02.040. Search PubMed
Smith A, Cronin M (2019)Paediatric neck lumps- An approach for the primary physician.
Australian Journal of General Practice 48(5): 289-293.
Nursing Management of Fever in Neonatal Intensive Care Units: Evidence Based Practice.
Shereen S. Gouda , Wafaa, E. Ouda , Randa, M. Adly , Hyam, R. Tantawi. International
Journal of Novel Research in Healthcare and Nursing Vol. 6, Issue 1, pp: (277-285), Month:
January - April 2019, Available at: www.noveltyjournals.com
Moore SW, Satge D, Sasco AJ, dkk. Epidemiologi tumor neonatus. Laporan
kelompok kerja internasional. Bedah Anak Internasional. 2003;19:509–519
Chen MM, Coakley FV, Kaimal A, dkk. Pedoman untuk computed tomography dan
penggunaan pencitraan resonansi magnetik selama kehamilan dan menyusui.
Obstetrics & Gynecology. 2008; 112:333–340
Kanal E, Barkovich AJ, Bell C, dkk. Dokumen panduan ACR tentang praktik aman
MR: 2013. Panel Pakar tentang Keamanan MR. Jurnal Pencitraan Resonansi
Magnetik. 2013;37:501–530
Borsellino A, Zaccara A, Nahom A, dkk. Tingkat positif palsu dalam diagnosis prenatal
Isaacs H Jr. Tumor otak perinatal: Tinjauan terhadap 250 kasus. Neurologi
Anak.2002;27:333–342