Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul tumor leher (colli) pada
neonatus dengan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada stase ners keperawatan anak selain itu tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menambah wawasan tentang asuhan keperawatan tumor colli pada neonatus bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen pembimbing kampus dan CI


lapangan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jambi , 29 November 2021

Tim
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumor jaringan lunak adalah kelompok tumor heterogen yang berasal dari sel
mesenkim embrionik; mereka diklasifikasikan secara histopatologi, menurut
jaringan dewasa yang menyerupai, dan mungkin jinak atau ganas (Scorza,
2011).
Fibromatosis colli adalah suatu kondisi di mana terjadi pembesaran difus dari
otot sternokleidomastoid, biasanya pada masa bayi (Oliveira, 2018).
Tumor neonatus mencakup sekelompok neoplasma heterogen yang didiagnosis
sebelum lahir atau dalam 30 hari pertama kehidupan. Tumor neonatus
menunjukkan lokasi anatomis, pola perilaku, gambaran histologis, dan respons
pengobatan yang berbeda dari neoplasma yang ditemukan pada anak yang lebih
besar.

Kebanyakan neoplasma padat yang diidentifikasi pada neonatus adalah jinak.


Insiden tumor ganas adalah 1 dari setiap 12.500-27.500 kelahiran hidup, terhitung
2% dari semua kanker anak.

Mayoritas tumor neonatus adalah jinak, dengan lesi ganas hanya 2% dari kanker
masa kanak-kanak. Namun, tumor jinak secara histologis dapat menyebabkan
efek merugikan pada janin dan bayi baru lahir karena ukuran dan lokasinya dalam
kaitannya dengan struktur vital. Pemahaman tentang kejadian, penampilan, dan
lokasi khas tumor neonatus dapat memberikan informasi diagnostik yang penting
dan memandu keputusan pengobatan. Meskipun intervensi bedah adalah terapi
utama untuk banyak tumor neonatus, penting untuk diketahui bahwa beberapa lesi
akan mengalami regresi spontan, sedangkan yang lain mungkin menanggapi
modalitas pengobatan non-invasif.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan tumor
colli pada neonatal
C. MANFAAT
1. Dapat memahami bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada anak
dengan tumor colli pada neonatal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tumor jaringan lunak adalah kelompok tumor heterogen yang berasal
dari sel mesenkim embrionik; mereka diklasifikasikan secara
histopatologi, menurut jaringan dewasa yang menyerupai, dan mungkin
jinak atau ganas (Scorza, 2011).
Fibromatosis colli atau tumor sternokleidomastoid pada masa bayi
adalah suatu kondisi proliferasi jinak jaringan fibrosa di dalam otot
sternokleidomastoid yang menyebabkan pembesaran fokal atau difus otot
sternokleidomastoid dan sering dikaitkan secara klinis dengan tortikolis
(Khalid, 2012).
Fibromatosis colli adalah suatu kondisi di mana terjadi pembesaran difus
dari otot sternokleidomastoid, biasanya pada masa bayi (Oliveira, 2018).

B. Faktor Resiko
Faktor resiko antara lain:
a. Trauma lahir (Smiti S, 2010)
b. Iskemia otot setelah persalinan yang sulit atau forsep(Oliveira,
2018).
c. Persalinan sungsang
d. Robeknya sternokleidomastoid selama pelahiran yang
mengakibatkan hematoma, yang pada akhirnya menyebabkan atrofi
(Skelton, 2014).
C. ManifestasiKlinis
Pada bayi biasanya menunjukkan
1. Massa halus, massa intramuskular menunjukkan fase pertumbuhan awal
dan dapat meningkat selama beberapa minggu diikuti dengan fase
stabilisasi (Adamoli, 2014).
2. Leher kaku dengan mobilitas leher terbatas (Chao, 2015).
3. Muncul lesi, lesi menunjukkan batas bebas tumor yang jelas (Smith,
2019).
E. Pathway
Pre Operasi Robeknya
Iskemia Otot Setelah Persalinan Sumsang
persalinan Sternokleidomasokideus
Trauma Lahir

Tumor Colli /
Fibromatosis Colli
Lesi Pada
Muncul Massa Halus Leher
Pada Leher
Gangguan Menelan
Kerusakan Integritas
Gangguan Penekanan Pada Jalan Kulit
Pergerakan Leher Nafas Penurunan Intake
Nutrisi
Dyspneu
Gangguan Rasa Gangguan
Nyaman Mobilitas Fisik Pola Nafas Tidak Risiko Defisit Nutrisi
Efektif

Post Operasi

Tindakan Kecemasan Tindakan


Kemoteraphy Orang Tua Operatif
Hospitalisasi
Gangguan
Tindakan
Perlekatan Nyeri Akut
Invasif

Sumber:Oliveira, 2018; Smith, 2019; Skelton, 2014; Risiko Infeksi


Adamoli, 2014; Chao, 2015; Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016);
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018); Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018).
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Ultrasonografi
Gambarannya meliputi pembesaran fusiform dari otot
sternokleidomastoid, umumnya pada dua pertiga bagian bawah, dengan
batas yang jelas. Ekogenisitas bervariasi, dengan 49% massa menjadi
hiperekoik. Ultrasonografi juga berguna untuk menyingkirkan kondisi
yang dipertimbangkan dalam diagnosis banding (Passarelo, 2019).
2. CT computed tomography
Gambar CT menunjukkan pembesaran isodense otot (Skelton, 2014).
3. MRI magnetic resonance imaging
Ada peningkatan intensitas sinyal pada T1 jika dibandingkan dengan
gambar pembobotan T2, menunjukkan adanya jaringan fibrosa.MRI
juga dapat memberikan informasi tentang bidang fasia di sekitarnya,
hubungannya dengan vaskular struktur dan jalan napas, dan keterlibatan
tulang (Skelton, 2014).
4. Biopsi
Aspirasi jarum halus untuk pemeriksaan sitologi dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi diagnosis pada presentasi non-klasik (Baisakh, 2012).
E. Penatalaksanaan
1. Fisioterapi dengan lembut,
Program latihan peregangan pasif (Skelton, 2014) Lee et al
menyarankan protokol 15 peregangan manual otot dipertahankan selama
satu detik, dan 10 detik antara peregangan, selama tiga pengulangan. Ini
dilakukan tiga kali per minggu (Lee, 2011).Pemosisian aktif di rumah
juga dapat disarankan, di mana orang tua diajarkan untuk mendorong
bayi tidur dengan kepala menghadap ke sisi yang sakit.
2. Pembedahan (colli otomi,tiroidektomi)
Tenotomi bedah adalah pilihan. Saat ini sedang dieksplorasi sebagai
pengobatan alternatif untuk anak-anak dengan gejala yang berkelanjutan
meskipun fisioterapi, tetapi bukti lebih lanjut tentang keamanan dan
gejala sisa jangka panjang diperlukan sebelum ini diterima sebagai
pengobatan yang sesuai (Tempark, 2012).
F. Konsep AsuhanKeperawatan
1. FokusPengkajian
a. SistemIntegumen
• Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis,ulkus
• Inspeksi kemerahan & gatal,eritema
• Perhatikan pigmentasikulit
• Kondisi gusi, gigi, mukosa &lidah
b. SistemGastrointestinalis
• Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah
setelah pemberiankemotherapi
• Observasi perubahan keseimbangan cairan &elektrolit
• Kaji diare &konstipasi
• Kajianoreksia
• Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
c. SistemHematopoetik
• KajiNetropenia
• Kaji tandainfeksi
• Auskultasiparu
• Perhatikan batuk produktif & nafasdispnoe
• Kajisuhu
• Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 – menengah,
<20.000/m3
– berat
• KajiAnemia
• Warna kulit, capilarryrefill
• Dispnoe, lemah, palpitasi,vertigo
d. Sistem Respiratorik &Kardiovaskular
• Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering,
batuk non produktif – terutamableomisin
• Kaji tandaCHF
• Lakukan pemeriksaanEKG
e. SistemNeuromuskular
• Perhatikan adanya perubahan aktifitasmotorik
• Perhatikan adanya parestesia
• Evaluasireflex
• Kaji ataksia, lemah, menyeretkaki
• Kaji gangguanpendengaran
• DiskusikanADL
f. Sistemgenitour
inari
• Kaji frekwensiBAK
• Perhatikan bau, warna, kekeruhanurine
• Kaji : hematuria, oliguria,anuria
• Monitor BUN,kreatinin

2. DiagnosaKeperawatan
Pre Operatif
a. Gangguan rasa nyaman
b. Gangguan mobilitas fisik
c. Pola nafas tidak efektif
d. Resiko defisit nutrisi
e. Kerusakan integritas kulit
Post Operatif
a. Gangguan perlekatan
b. Resiko infeksi
c. Nyeri akut

3. Rencana TindakanKeperawatan
Pre Operatif

a. Gangguan rasa nyaman


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
status kenyamanan meningkat
Intervensi :
1. Monitor status oksigen sebelum dan sesudah mengubah
posisi
2. Tempatkan pada matras atau tempat tidur terapeutik yang
tepat
3. Tempatkan pada posisi terapeutik
4. Tempatkan objek yang sering digunakan dalam jangkauan
5. Tempatkan bel atau lampu panggilan dalam jangkauan
6. Sediakan matras yang kokoh atau padat
7. Atur posisi tidur yang disukai jika tidak kontraindikasi
8. Atur posisi untuk mengurangi sesak
9. Posisikan pada kesejajaran tubuh yang tepat
10. Imobilisasi dan topang bagian tubuh yang cedera dengan
tepat
11. Tinggikan bagian tubuh yang sakit dengan tepat
12. Tinggikan anggota gerak 20° atau lebih di atas level jantung
13. Tinggikan tempat tidur bagian kepala
14. Berikan bantal yang tepat pada leher
15. Posisikan untuk mempermudah ventilasi atau perfusi
16. Hindari menempatkan pada posisi yang dapat
meningkatkan nyeri
17. Hindari posisi yang menimbulkan ketegangan pada luka
18. Minimalkan gesekan atau tarikan saat mengubah posisi
19. Ubah posisi setiap 2 jam

b. Gangguan mobilitas fisik


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
mobilitas fisik meningkat
Intervensi :

1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya


2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
4. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
5. Anjurkan melakukan ambulasi dini
c. Pola nafas tidak efektif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pola nafas membaik
Intervensi :
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
2. Monitor pola nafas (sepertibradipnea, takipnea,
hierventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, ataksisk)
3. Monitor saturasi oksigen
4. Auskultasi bunyi nafas
5. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
6. Monitor nilai AGD
7. Monitor hasil x-ray thoraks
8. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
9. Dokumentasi hasil pemantauan
10. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
11. Informasikan hasil pemantauan jika perlu

d. Resiko defisit nutrisi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


status nutrisi membaik

Intervensi :

1. Identifikasi status nutrisi

2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

3. Identifikasi makanan yang disukai

4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient

5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

6. Monitor asupan makanan

7. Monitor berat badan

8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium


9. Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi

10. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori


dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
e. Gangguan integritas kulit
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
integritas kulit meningkat
Intervensi :
1. Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam
mulut dan daerah perianal Rasional : karena area ini
cenderung mengalamiulserasi
2. Ubah posisi dengan sering Rasional : untuk merangsang
sirkulasi dan mencegah tekanan padakulit
3. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan Rasional :
mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasikulit
4. Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus,
ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa
agen kemoterapi
5. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk
kulit yang kering Rasional : membantu mencegah friksi
atau trauma kulit
6. Dorong masukan kalori protein yang adekuat Rasional :
untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
7. Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang
teradiasi Rasional : untuk meminimalkan iritasitambaha

Post operatif
a. Resiko gangguan perlekatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
perlekatan meningkat
Intervensi :
1. Monitor kegiatan menyusui
2. Identifikasi kemampuan bayi menghisap dan menelan asi
3. Identifikasi payudara ibu (misalnya bengkak, puting lecet,
mastitis, nyeri pada payudara)
4. Monitor perlekatan saat menyusui
5. Hindari memegang kepala bayi
6. Diskusikan ibu masalah selama proses menyusui
7. Ajarkan ibu menopang seluruh tubuh bayi
8. Anjurkan ibu melepas pakaian bagian atas agar bayi dapat
menyentuh payudara ibu
9. Anjurkan bayi yang mendekati ke arah payudara ibu dari
bagian bawah
10. Anjurkan ibu untuk memegang payudara menggunakan
jari seperti huruf c pada posisi posisi jam 12-6 atau 3-9
saat mengarahkan ke mulut bayi
11. Anjurkan ibu untuk menyusui menunggu mulut bayi
terbuka lebar sehingga areora bagian bawah dapat masuk
sempurna
12. Ajarkan ibu mengenali tanda bayi siap menyusu

b. Resiko infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
tingkat infeksi menurun
Intervensi :
1. Pantau suhu dengan teliti Rasional : untuk mendeteksi
kemungkinan infeksi

2. Tempatkan anak dalam ruangan khusus Rasional : untuk


meminimalkan terpaparnya anak dari sumberinfeksi
3. Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk
melaksanakan teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada
organismeinfektif
4. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur
invasif Rasional : untuk mencegah kontaminasi
silang/menurunkan resikoinfeksi
5. Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya
infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa,
dan masalah gigi Rasional : untuk intervensi dini
penanganan infeksi
6. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan
baik Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik
untuk pertumbuhanorganisme
7. Berikan periode istirahat tanpa gangguan Rasional :
menambah energi untuk penyembuhan dan
regenerasiseluler
8. Berikan antibiotik sesuai ketentuan Rasional : diberikan
sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

c. Nyeri akut
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
tingkat nyeri menurun
Intervensi :
1. Kaji lokasi, lamanya dan intensitas nyeri Rasional: untuk
menetukan intervensiselanjutnya
2. Pantau TTV Rasional : peningkatan nadi dan tekanan
darahmengindentifikasi adanya nyeri
3. Kolaborasi pemberian analgetik Rasional :
menghilagkannyeri

4. Anjurkan teknik relaksasi teknik nafas dalam


Rasional :mengurangi rasa nyeri dan
meningkatkankenyamanan
5. Health education Rasional : memudahkan pengobatan jika
pasien mengertisakitnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS

By. Ny. D lahir persalinan SC usia gestasi 37-38 minggu. atas indikasi sups
gastroschisis pada tanggal 20 november 2021, dengan berjenis kelamin perempuan, G2 P2
A0 , BB : 2800 Gr, panjang badan : 47 Cm, lingkar kepala : 34 Cm, lingkar perut : 30 Cm,
dengan jumlah cairan ketuban ± 80 CC, dan lama persalinan ± 1 jam, Dengan komplikasi
persalinan : bayi lahir tidak segera menangis, asfiksia neonatorum, terdapat masa dileher
dan dada. Pada riwayat kehamilan ibu bayi memiliki riwayat komplikasi hamil dengan
massa di axila dan leher, dan masalah kesehatan pada saat hamil yaitu hiperemesis
gravidarum. Saat melakukan pengkajian pada tanggal 22 november 2021 bayi saat ini
terlihat gelisah dengan hasil tanda-tanda vital, TD :- , N: 135X/i, S:36 º C, nilai APGAR :
8/9, nilai NIPS : 6 .
Saat dilakukan pengkajian reflek menghisap lemah, kemampuan menyusu
tidak baik. Tonus otot aktif, bentuk thorax tidak simetris karena terdapat massa di
dada. tampak lesi dikarenakan massa pecah di bawah ketiak dan mengeluarkan
cairan. Bunyi nafas vesikular, bunyi jantung S1-S2 regular, dengan frekuensi nafas
40X/i. Denyut nadi teraba kuat dan teratur. Pada tanggal 22 november 2021 tampak
pusat bayi berbau dan basah. Pada saat bertemu dengan orang tua bayi orang tua
mengaku merasa sedih karena harus berpisah dengan anaknya.
Pada tanggal 23 november bayi dilakukan operasi, dengan kondisi bayi terpasang
ogt, bayi tampak tenang. Bayi mendapat terapi analgetik dan anti piretik pct 4 X 30
Mg Bolus/IV, nilai NIPS pasien didapat dengan score : 5, pasien tampak menangis
dan gelisah. setelah 1 hari di operasi pada tanggal 24 november 2021 bayi
mengalami demam dengan suhu : 38º C Pada jam 11.00.
Hasil labor pada tanggal 20 november 2021 :
Data tambahan (pemeriksaandiagnostik)
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Haemoglobin 16,8g/dL 18 – 26 g/dl
Hematokrit 45,9% 34,5 – 54 %
Eritrosit 4,51 x 106/uL 4,0 – 5,0x 106/uL
Trombosit 243x 103/uL 150 – 450 x 103/uL
Leukosit 20,5x 103/uL 4,0 – 10,0 x 103/uL
Natrium 140,1mmol/l 135 – 147 mmol/l
Kalium 5,20mmol/l 3,5 – 5,0 mmol/l
Chlorida 107,5mmol/l 95 – 105 mmol/l
Calcium 1,31mmol/l 1,00 – 1,15 mmol/l
Albumin 2,8 g/dl 3,4 – 5,0 g/dl
Ureum 9 mg/dl 15 – 39 mg/dl
Creatinin 0,89 mg/dl 0,55 – 1,3 mg/dl
Bilirubin total 14,1 mg/dl 0,2 – 1,0 mg/dl
Bilirubin direct 0,3 mg/dl 0,0 – 0,2 mg/dl
Bilirubin 13,8 mg/dl
indirect

- Therapy
Tanggal 22/11/21 : IVFD D10% + ca gluconas 2 amp
Inj. Ampisilin 2 x 150 mg
Inj. Gentamicin 14 mg/36 jam
Transfusi albumin
Diet 8 x 10 cc (OGT).
Tanggal 23/11/21 : -injeksi pct 4 X 30 mg Bolus/ IV
- Inj antibiotik lanjut
tanggal 24/11/2021 : injeksi pct 4 X 30 mg Bolus/ IV
- Inj antibiotik lanjut
ANALISA DATA
Pre op “tanggal 22-11-2021”

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Data Subjektif: - Terpapar agen nosokomial Resiko cidera
(D.0136)
Data Objektif:-

2 Ds:- Hospitalisasi Risiko Gangguan Perlekatan


Do:- (D.0127)
ANALISA DATA
Post Op “tanggal 23-11-21”
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Ds : - Agen pencederaan fisiolgis Nyeri akut
Do : (Prosedur Invasif) (post op)
- Nilai NIPS : 5
(D.0077)

2 Ds : - Respon Trauma Hipertermi


Do : (post op)
- Pasien menangis dan
gelisah (D.0130)
- Pasien tampak
berkeringat
- Suhu pada hari pertama
pengkajian tanggal
22/11/21 suhu kulit :
36.5 º C,ke dua post
operasi 23 november
2021 jam 11:00 S: 38’5
C
3 Ds:- Efek prosedur infasif Risiko infeksi
Do:- (post op)

(D.0142)
TABEL PERENCANAAN KEPERAWATAN

Pre op “tanggal 22-11-2021”

N DIAGNOSA TUJUAN &


INTERVENSI KEPERAWATAN
O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Risiko cidera b.d Setelah dilakukan Perawatan bayi (I.10338)
Terpapar agen tindakan keperawatan Observasi
nosokomial selama 3 x 24 jam  Monitor tanda-tanda vital bayi (terutama
diharapkan keparahan suhu 36,5°C-37,5°C)
dan cedera yang Terapeutik
diamati atau  Mandikan bayi dalam suhu ruangan 21-
dilaporkan menurun 24°C
dengan kriteria hasil:  Mandikan bayi dalam waktu 5-10 menit
 Tali pusat dan 2 kali dalam sehari
kering  Rawat Tali pusat secara terbuka (tali
pusat tidak di bungkus apapun)
 Bersihkan pangkal tali pusat
menggunakan lidi kapas yang telah
diberi air matang
 Kenakan popok bayi dibawah umbilikus
jika tali pusat belum terlepas
 Lakukan pemijatan bayi
 Ganti popok bayi jika basah
 Kenakan pakaian bayi dari bahan katun
Edukasi
 Anjurkan ibu menyusui sesuai kebutuhan
bayi
 Ajarkan ibu cara merawat bayi dirumah
 Ajarkan cara pemberian makanan
pendamping ASI pada bayi >6 bulan
2 Risiko Gangguan Setelah dilakukan Promosi perlekatan (I.10342)
Perlekatan b.d asuhan keperawatan Observasi:
Hospitalisasi selama 3x24 jam di  Identifikasi kemampuan bayi menghisap
harapkan gangguan dan menelan ASI
perlekatan menurun  Identifikasi payudara ubu (mis.benkak,
dengan kriteria hasil: putting lecet, mastitis,nyeri pada
 Kekhawatiran payudara)
akibat hospitalisasi  Monitor perlekatan saat menyusui
menurun (mis.aerola bagain bawah lebih kecil dari
 Penghalang fisik pada aerola bagian atas, mulut bayi
menurun terbuka lebar , bibir bayi terputar keluar
 Kekhawatiran dan dagu bayi menempel pada payudara
menjalankan peran ibu
orang tua menurun Terapeutik:
 Verbalisasi  Dihindarkan memegang kepala bayi
perasaan positif  Diskusikan dengan ibu masalah selama
terhadap bayi proses menyusui
meningkat Edukasi
 Menggendong  Ajarkan ibu menopang seluruh bayi
bayi untuk  Anjurkan ibu melepas pakaian bagian atas
menyusui / agar bayi dapat menyentuh payudara ibu
memberi makan  Anjurkan bayi yang mendekati kearah
meningkat payudara ibu dari bagian bagian bawah
 Anjurkan ibu untuk memegang payudara
menggunakan jarinya seperti huruf C pada
posisi kam 12-6 atau 3-9 saat mengaahkan
kemulut bayi
 Anjurkan ibu untuk menyusui menunggu
mulut bayi terbuka lebar sehingga areola
bagian bawah dapat masuk sempurna
 Ajarkan ibu mengenali tanda bayi siap
menyusu
Promosi Keutuhan Keluarga (I.13490)
Observasi
 Identifikasi pemahaman keluarga terhadap
masalah
 Identifikasi mekanisme koping keluarga
Terapeutik
 Hargai privasi keluarga
 Fasilitasi kunjungan keluarga
 Fasilitasi komunikasi antar setiap anggota
keluarga
Edukasi
 Informasikan kondisi pasien secara
berkala kepada keluarga
Kolaborasi
 Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu
Post Op “tanggal 23-11-21”
DIAGNOSIS TUJUAN
N INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN &KRITERIA HASIL
O
1 Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I. 08238)
pencedera fisiolgis asuhan keperawatan
selama 3x24 jam di Observasi
harapkan tingkat nyeri  lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
menurun dengan
 Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil:  Identifikasi respon nyeri non verbal
 skor nyeri  Identifikasi pengaruh nyeri pada
menurun degan kualitas hidup
menggunakan  Monitor keberhasilan terapi
skor Nips komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik

 Berikan teknik perawatan skin to skin


untuk nyeri prosedural pada neonatus
(perawatan kulit ke kulit untuk nyeri
prosedural pada neonatus, Celeste
johnston dkk,2017).
 Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

Pemberian Analgesik (I.08243)

Observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
 Identifikasi riwayat alergi obat
 Indentifikasi kesesuaian jenis analgesik
dengan tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
Terapeutik
 Pertimbangkan penggunaan infus kontinu,
atau bolus oploid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
 Tetapkan target efektifitas analgesik untuk
mengoptimalkan respons pasien
 Dokumentasikan respon terhadap efek
analgesik dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan samping obat
 Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi

2 Hipertermi b.d Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia (I.15506)


Respon trauma tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan  Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
termoregulasi membaik dehidrasi terpapar lingkungan panas
dengan kriteria hasil: penggunaan incubator)
 Menggigill  Monitor suhu tubuh
menurun  Monitor kadar elektrolit
 Kulit memerah  Monitor haluaran urine
menurun Terapeutik
 Kejang meurun  Sediakan lingkungan yang dingin
 Konsumsi oksigen  Longgarkan atau lepaskan pakaian
menurun  Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Pucat menurun  Berikan cairan oral
 Hipoksia menurun  Ganti linen setiap hari atau lebih sering
 Suhu tubuh jika mengalami hiperhidrosis (keringat
membaik berlebih)
 Suhu kulit  Lakukan pendinginan eksternal (mis.
membaik selimut hipotermia atau kompres dingin
 Ventilasi membaik pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu

Regulasi Tempratur (I.14578)


Observasi
 Monitor suhu bayi sampai stabil ( 36.5 C -
37.5 C)
 Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika
perlu
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor dan catat  tanda dan gejala
hipotermia dan hipertermia
Terapeutik
 Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika
perlu
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat
 Bedong bayi segera setelah lahir, untuk
mencegah kehilangan panas
 Anjurkan teknik perawatan metode
kangguru (PMK) untuk bayi (berdasarkan
artikel Asih, et., al, 2013 Jurnal
keperawatan dan kebidanan)
 Gunakan topi bayi untuk memcegah
kehilangan panas pada bayi baru lahir
 Tempatkan bayi baru lahir di bawah
radiant warmer
 Pertahankan kelembaban incubator 50 %
atau lebih untuk mengurangi kehilangan
panas Karena proses evaporasi
 Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
 Hangatkan terlebih dahulu bhan-bahan
yang akan kontak dengan bayi (mis.
seelimut,kain bedongan,stetoskop)
 Hindari meletakkan bayi di dekat jendela
terbuka atau di area aliran pendingin
ruangan atau kipas angin
Edukasi
 Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena
terpapar udara dingin
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antipiretik jika perlu
3 Risiko Infeksi b.d Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539)
Efek Prosedur asuhan keperawatan  Monitor tanda dan gejala
Invasif selama 3x24 jam di  infeksi lokal dan sistemik
harapkan tingkat  Batasi jumlah pengunjung
infeksi menurun  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan kriteria hasil: dengan pasien
 Demam menurun  Pertahankan teknik aseptik pada pasien
 kemerahan menurun beresiko tinggi
 nyeri menurun Perawatan luka (I.14564)
Observasi
 kadar sel darah putih
 monitor karakteristik luka (drainase,
membaik
warna, ukuran, bau)
 monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
 lepaskan balutan dan plester secara
perlahan
 bersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih nontoksik sesuai kebutuhan
 pasang balutan sesuai dengan jenis luka
 pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
 ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase
kolaborasi
 kolaborasi pemberian antibiotik Jika perlu
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI HARI KE-1

Tgl/Jam DX IMPLEMENTASI EVALUASI


22-11-2021 1  Melakukan monitor tanda-tanda vital S:-
10.00 bayi (terutama suhu 36,5°C-37,5°C) O: tali pusat tampak basah
 Memandikan bayi dalam suhu A: masalah keperawatan
ruangan 21-24°C belum teratasi
 Merawat Tali pusat secara terbuka P: dianjutkanintervensi
(tali pusat tidak di bungkus apapun) keperawatan
 Membersihkan pangkal tali pusat
menggunakan lidi kapas yang telah
diberi air matang
 Mengenakan popok bayi dibawah
umbilikus jika tali pusat belum
terlepas
 Melakukan pemijatan bayi
 Melakukan ganti popok bayi jika
basah
 Menganjurkan ibu menyusui sesuai
kebutuhan bayi
 Mengajarkan ibu cara merawat bayi
dirumah
22-11-2021 2 • Mengidentifikasi kemampuan bayi S:-
10.30 menghisap dan menelan O: ibu tampak masih khawatir
• Memonitor perlekatan saat menyusui terhadap kondisi penyakit
• memfasilitasi kunjungan keluarga anaknya
A: intervensi keperawatan
belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
keperawatan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI HARI KE-2

WAKTU DX IMPLEMENTASI EVALUASI


23-11-2021 1  Melakukan monitor tanda-tanda vital S:-
09.00 bayi (terutama suhu 36,5°C-37,5°C) O: tali pusat tampak mulai
 Memandikan bayi dalam suhu ruangan kering
21-24°C A: masalah keperawatan
 Merawat Tali pusat secara terbuka (tali teratasi sebagian
pusat tidak di bungkus apapun) P: dianjutkan intervensi
 Membersihkan pangkal tali pusat keperawatan
menggunakan lidi kapas yang telah
diberi air matang
 Mengenakan popok bayi dibawah
umbilikus jika tali pusat belum terlepas
 Melakukan pemijatan bayi
 Melakukan ganti popok bayi jika basah
 Menganjurkan ibu menyusui sesuai
kebutuhan bayi
 Mengajarkan ibu cara merawat bayi
dirumah
23-11-2021 2 • Mengidentifikasi kemampuan bayi S:-
09.30 menghisap dan menelan O : ibu tampak masih khawatir
• Memonitor perlekatan saat menyusui terhadap kondisi penyakit
• memfasilitasi kunjungan keluarga anaknya
A : intervensi keperawatan
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
keperawatan
23-11-2021 1 • Identifikasi skala nyeri S:-
10.00 • Identifikasi respon nyeri non verbal O: nilai nips 5
• Berikan teknik perawatan skin to skin A :masalah keperawatan belum
untuk nyeri prosedural pada neonatus teratasi
(perawatan kulit ke kulit untuk nyeri P : dianjutkan intervensi
prosedural pada neonatus, Celeste keperawatan
johnston dkk,2017).
• Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
• Fasilitasi istirahat dan tidur

23-11-2021 2 • Identifkasi penyebab hipertermi (mis. S : -


10.30 dehidrasi terpapar lingkungan panas O: bayi tampak gelisah dan
penggunaan incubator) menangis, suhu 38,5C
• Monitor suhu tubuh A :masalah keperawatan belum
• Monitor haluaran urine teratasi
• Longgarkan atau lepaskan pakaian P : dianjutkan intervensi
• Berikan cairan oral keperawatan
• Anjurkan teknik perawatan metode
kangguru (PMK) untuk bayi
(berdasarkan artikel Asih, et., al, 2013
Jurnal keperawatan dan kebidanan)
23-11-2021 3 • Monitor tanda dan gejala S:-
11.00 • Batasi jumlah pengunjung O : luka tampak tidak ada pus
• Cuci tangan sebelum dan sesudah A :masalah keperawatan
kontak dengan pasien teratasi sebagian
• Pertahankan teknik aseptik pada pasien P : dianjutkan intervensi
beresiko tinggi keperawatan
• monitor karakteristik luka (drainase,
warna, ukuran, bau)
• monitor tanda-tanda infeksi
• lepaskan balutan dan plester secara
perlahan
• bersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih nontoksik sesuai kebutuhan
• pasang balutan sesuai dengan jenis luka
• pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI HARI KE-3


WAKTU DX IMPLEMENTASI EVALUASI
24-11-2021 1  Melakukan monitor tanda-tanda vital S:-
10.30 bayi (terutama suhu 36,5°C-37,5°C) O: tali pusat tampak mulai
 Memandikan bayi dalam suhu ruangan kering
21-24°C A: masalah keperawatan
 Merawat Tali pusat secara terbuka (tali teratasi sebagian
pusat tidak di bungkus apapun) P: dianjutkanintervensi
 Membersihkan pangkal tali pusat keperawatan
menggunakan lidi kapas yang telah
diberi air matang
 Mengenakan popok bayi dibawah
umbilikus jika tali pusat belum terlepas
 Melakukan pemijatan bayi
 Melakukan ganti popok bayi jika basah
 Menganjurkan ibu menyusui sesuai
kebutuhan bayi
 Mengajarkan ibu cara merawat bayi
dirumah
24-11-2021 2 • Mengidentifikasi kemampuan bayi S:-
11.00 menghisap dan menelan O : ibu tampak masih khawatir
• Memonitor perlekatan saat menyusui terhadap kondisi penyakit
• memfasilitasi kunjungan keluarga anaknya
A : intervensi keperawatan
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
keperawatan
24-11-2021 1 • Identifikasi skala nyeri S:-
11.20 • Identifikasi respon nyeri non verbal O: nilai nips 4
• Berikan teknik perawatan skin to skin A :masalah keperawatan teratasi
untuk nyeri prosedural pada neonatus sebagian
(perawatan kulit ke kulit untuk nyeri P : dianjutkan intervensi
prosedural pada neonatus, Celeste keperawatan
johnston dkk,2017).
• Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
• Fasilitasi istirahat dan tidur

24-11-2021 2 • Identifkasi penyebab hipertermi (mis. S : -


11.40 dehidrasi terpapar lingkungan panas O: bayi tampak tenang, suhu
penggunaan incubator) 37C
• Monitor suhu tubuh A :masalah keperawatan teratasi
• Monitor haluaran urine P : intervensi keperawatan
• Longgarkan atau lepaskan pakaian dihentikan
• Berikan cairan oral
• Anjurkan teknik perawatan metode
kangguru (PMK) untuk bayi
(berdasarkan artikel Asih, et., al, 2013
Jurnal keperawatan dan kebidanan)
24-11-2021 3 • Monitor tanda dan gejala S:-
12.00 • Batasi jumlah pengunjung O : luka tampak tidak ada pus
• Cuci tangan sebelum dan sesudah A :masalah keperawatan teratasi
kontak dengan pasien sebagian
• Pertahankan teknik aseptik pada pasien P : dianjutkan intervensi
beresiko tinggi keperawatan
• monitor karakteristik luka (drainase,
warna, ukuran, bau)
• monitor tanda-tanda infeksi
• lepaskan balutan dan plester secara
perlahan
• bersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih nontoksik sesuai kebutuhan
• pasang balutan sesuai dengan jenis luka
• pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tumor neonatus mencakup kelompok neoplasma yang sangat beragam dan
heterogen. tumor neonatus menunjukkan spektrum perilaku dan hasil yang luas
dengan beberapa lesi yang secara spontan mengalami regresi tanpa pengobatan,
sementara yang lain resisten terhadap agresif, multipel. terapi odal. Sebagian besar
lesi jinak, tetapi klasifikasi histologis tidak selalu menunjukkan periilcaku klinis
atau hasil keseluruhan. Pengobatan tumor neonatus memerlukan pemahaman yang
jelas tentang riwayat alami penyakit dan keterbatasan setiap pengobatan ( Bedah
anak dan neonatal INTECH open).

DAFTAR PUSTAKA

6
Pediatric Soft Tissue Tumors
Scorza Ezequiel Trejo, Belinda Beatriz Márquez Álvarez, Carlos José Trejo-Scorza and
Simón Paz- Ivannov. In book: Soft Tissue Tumors (pp.103-114)Edition: First published
October, 2011Chapter: Pediatric soft tissue tumorsPublisher: InTech

Oliveira JC, Abreu MS, Gomes FM. Sternocleidomastoid tumour in neonate:


Fibromatosis colli. BMJ Case Rep 2018. doi: 10.1136/bcr-2017-223543. Search PubMed

Smiti S, Kulkarni NM, Singh J. Case report: Fibromatosis colli in a neonate. Indian J
Radiol Imaging 2010;20(1):45–46. doi: 10.4103/0971-3026.59753. Search PubMed

Skelton E, Howlett D. Fibromatosis colli: The sternocleidomastoid pseudotumour of


infancy. J Paediatr Child Health 2014;50(10):833–35. doi: 10.1111/jpc.12506. Search
PubMed

Khalid S, Zaheer S, Wahab S, Siddiqui MA, Redhu N, Yusuf F. Fibromatosis colli: A


case report. Oman Med J 2012;27(6):e011. doi: 10.5001/omj.2012.126. Search PubMed

Tempark T, Chatproedprai S, Mahayosnond A, Wananukul S. Fibromatosis colli,


overlooked cause of neonatal torticollis. Int J Pediatr Otorhinolaryngol 2012;7(1):15–17.
doi: 10.1016/j.pedex.2011.07.007. Search PubMed

Lee Y-T, Yoon K, Kim Y-B, et al. Clinical features and outcome of physiotherapy in
early presenting congenital muscular torticollis with severe fibrosis on ultrasonography:
A prospective study. J Pediatr Surg 2011;46(8):1526–31. doi:
10.1016/j.jpedsurg.2011.02.040. Search PubMed

Adamoli P, Pavone P (2014)Rapid spontaneous resolution of Fibromatosis Colli in a 3-


week old girl. Case Rep Otolaryngol 2014: 264940.

Chao M, Pegbessou PE (2015) Congenital Fibromatosis Colli or torticollis- it’s diagnosis


and management in two cases. Pan Afr Med J 22: 74.

Smith A, Cronin M (2019)Paediatric neck lumps- An approach for the primary physician.
Australian Journal of General Practice 48(5): 289-293.

PassarelloLarissa,Habib Bhurawala.   Fibromatosis colli: An infant with neck swelling.


Volume 48, Issue 11, November 2019. doi: 10.31128/AJGP-11-18-4770

Nursing Management of Fever in Neonatal Intensive Care Units: Evidence Based Practice.
Shereen S. Gouda , Wafaa, E. Ouda , Randa, M. Adly , Hyam, R. Tantawi. International
Journal of Novel Research in Healthcare and Nursing Vol. 6, Issue 1, pp: (277-285), Month:
January - April 2019, Available at: www.noveltyjournals.com

Moore SW, Satge D, Sasco AJ, dkk. Epidemiologi tumor neonatus. Laporan
kelompok kerja internasional. Bedah Anak Internasional. 2003;19:509–519

Weitzman S, Grant R. Onkologi neonatus: Dilema diagnostik dan terapeutik. Seminar


Perinatologi. 1997;21(1):102–111
Pugash D, Brugger PC, Bettelheim D, dkk. Ultrasonografi prenatal dan MRI janin:
Nilai komparatif dari setiap modalitas dalam diagnosis prenatal. Jurnal Radiologi
Eropa. 2008; 68:214–226

Klinik Perinatologi. 2009;36:685–699

Bricker L, Garcia J, Henderson J, dkk. Skrining ultrasound pada kehamilan:Sebuah


sistem- Atic review efektivitas klinis, efektivitas biaya, dan pandangan perempuan.
Penilaian Teknologi Kesehatan. 2000;4(16)::1–193

Chen MM, Coakley FV, Kaimal A, dkk. Pedoman untuk computed tomography dan
penggunaan pencitraan resonansi magnetik selama kehamilan dan menyusui.
Obstetrics & Gynecology. 2008; 112:333–340

American College of Obstetricians and Gynecologists' Committee on Obstetric Practice.


Pedoman pencitraan diagnostik selama kehamilan dan menyusui. Obstetrics
& Gynecology. 2016;127(2): e75-e80

Kanal E, Barkovich AJ, Bell C, dkk. Dokumen panduan ACR tentang praktik aman
MR: 2013. Panel Pakar tentang Keamanan MR. Jurnal Pencitraan Resonansi
Magnetik. 2013;37:501–530

Alamo L, Beck-Popovic M, Gudinchet F, dkk. Tumor bawaan: Pencitraan saat


kehidupan baru saja dimulai. Wawasan tentang Pencitraan. 2011;2:297–308

Borsellino A, Zaccara A, Nahom A, dkk. Tingkat positif palsu dalam diagnosis prenatal

Isaacs H Jr. Tumor otak perinatal: Tinjauan terhadap 250 kasus. Neurologi
Anak.2002;27:333–342

Magdum SA. Tumor otak neonatus—ulasan. Perkembangan Manusia Awal. 2010;86:


627– 631
⌘ Pedoman Praktik Profesi Ners

Pedoman Klinik Profesi Ners Keperawatan Anak |

Anda mungkin juga menyukai