Anda di halaman 1dari 81

City Planning

PEDOMAN
KESESUAIAN KEGIATAN PADA

2021
ZONA PEMANFAATAN RUANG
Konsinyasi
12 Oktober 2021

City Planning
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional
Direktorat Jenderal Tata Ruang
Direktorat Sinkronisasi Pemanfaatan Ruang
Outline 1.1. Pendahuluan
Latar belakang, Kerangka Pendekatan, Rumusan 5w 1H

Pembahasan Pemahaman Pedoman


1.2. o Pemahaman Kata Kunci Kegiatan
o Kedudukan Pedoman
o Tinjauan Kebijakan

Kompatibilitas
1.3. o Muatan yang diatur di dalam Pedoman
o Alur Kompatibilitas
o Jenis dan Karakteristik Kegiatan
o Kualitas Kinerja/Kualitas Lokal Minimum
o Proses Analisis Kompatibilitas (Tipologi)
o Ketentuan ITBX

Ketentuan Khusus
1.4. o Pemahaman Zona dengan Ketentuan Khusus/Zona Pertampalan
o Prinsip Pengaturan Ketentuan Khusus
Ilustrasi Ketentuan Khusus/Zona Pertampalan – KKOP
1.
o
o Usulan Matrik ITBX Zona dengan Ketentuan Khusus/Zona
Pertampalan

1.5. Daftar Inventaris Masalah


MILESTONE PEKERJAAN

Diskusi Internal
Pembahasan Pembah Diskusi Internal Diskusi Internal dengan DR. RM. Konsinyasi Uji Konsiny Pembahasan
Diskusi Penjaring asan FGD II Petrus Survey Penyep
Lap FGD I dengan DR. RM. dengan DR. RM. I Konsinyasi II Publik asi Lap Akhir
Internal 1 an Lap Petrus Natalivan Petrus Natalivan Natalivan Sumbar akatan
Pendahuluan masukan (3 Banten (18 Legal
(22 Juni Antara Indradjati, ST., Indradjati, ST., Indradjati, ST., dan (23 (12 Oktober Drafting (Tgl 29
(7 Mei survey 2021) Agustus MT MT dan Binda September 2021) (22 Novem
2021) (Tgl 28 Mei (27 Juli 2021)
MT
NTB (26 November
2021) Online 2021) Oktobe ber) 2021)
2021) 9 Agustus 2021 19 Agustus 2021 7 September r) Nov)
2021

Sudah Dilaksanakan Akan Dilaksanakan


Kegiatan Narasumber Fokus Materi Keterangan
Diskusi Narasumber: § Pemahaman KKPR dan keterkaitan dengan muatan materi kesesuaian kegiatan pada Sebagai bahan awal dalam merumuskan
Internal I DR. RM. Petrus Natalivan Indradjati, ST., MT zona alur dan kriteria indikator analisis
(Akademisi ITB) § Pemahaman analisis kompatibilitas/kesesuaian kegiatan pada zona kompatibilitas/ kesesuaian kegiatan pada
§ Pemahaman relasi jenis kegiatan pemanfaatan ruang dengan KBLI zona
Penjaringan Responden: Pemahaman muatan dalam melakukan analisis kompatibilitas/kesesuaian kegiatan pada Memperkaya dalam pertimbangan
masukan Dinas terkait Tata Ruang dan Dinas PMPTSP di: zona. Pertanyaan tersebut disampaikan melalui kuesioner sebagai berikut: perumusan klasifikasi zona, jenis kegiatan
survei online § Sumut: Kab Tapanuli Selatan dan Kab § Dinas terkait Tata Ruang: pada suatu zona, dan pertimbangan
Batubara Tujuan: ketentuan kegiatan bersifat T dan B
§ Jambi: Kota Sungai Penuh Menggali informasi pedoman dan/atau aturan terkait lainnya yang digunakan dalam proses
§ Kalteng: Kab. Gunung Mas penyusunan ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan atau Ketentuan ITBX
§ Kalbar: Kab Sambas, Kab Sintang, dan Kisi-kisi pertanyaan sebagai berikut:
Kab Landak o Dasar merumuskan klasifikasi zona
§ Jabar: Kab. Sumedang o Dasar merumuskan jenis kegiatan pada suatu zona
§ Jateng: Kab. Sukoharjo dan Kab. Batang o Dasar dalam melakukan penentuan ITBX
§ D.I.Y: Kab. Sleman dan Kab. Gunung Kidul o Pertimbangan ketentuan kegiatan bersifat T dan/atau B
§ Jatim: Kab. Lamongan § Dinas PM PTSP
§ Sulsel: Kab. Soppeng Tujuan:
§ Maluku Utara: Kab. Halmahera Selatan Menggali informasi persoalan penyusunan ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan atau
§ Papua Barat: Kab.Fak Fak dan Kab Teluk Ketentuan ITBX
Wondana Kisi-kisi pertanyaan sebagai berikut:
Asosiasi Perencana: IAP dan ASPI o kendala terkait proses pemberian KKPR
o Keterlibatan Dinas terkait tata ruang dalam proses pelaksanaan KKPR
MILESTONE PEKERJAAN
Kegiatan Narasumber Fokus Materi Keterangan

FGD I Narasumber: § Isu dan permasalahan dalam proses perumusan ketentuan kegiatan dan Memperkaya dalam pertimbangan perumusan klasifikasi zona, jenis
§ Dinas Cipta Karya, Tata penggunaan lahan (ITBX) kegiatan pada suatu zona, dan pertimbangan ketentuan kegiatan
Ruang dan Pertanahan § Informasi proses dan kendala dalam integrasi daftar kegiatan dalam suatu zona bersifat T dan B
Provinsi DKI Jakarta dengan jenis kegiatan KBLI
§ Dinas Dinas Pekerjaan § Pemahaman terhadap kompatibilitas/kesesuaian kegiatan pada zona
Umum dan Penataan pemanfaatan ruang
Ruang Kabupaten § Praktek empiris pada Kab. Sumedang dan DKI Jakarta :
Sumedang o Kab Sumedang (Peraturan Bupati Sumedang Nomor 130 Tahun 2020
§ DR. RM. Petrus Natalivan Tentang Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan Sumedang Tahun 2020-2040
Indradjati, ST., MT ): Gambaran perumusan ketentuan kegiatan penggunaan lahan untuk
(Akademisi ITB) mendukung investasi daerah dengan menggunakan KBLI 4 dan 5 digit
o DKI Jakarta (dalam proses revisi RDTR) : perumusan ketentuan kegiatan
penggunaan lahan mengacu pada PBG (PP No. 16/2021) dan perizinan
berusaha (PP No. 5/2021) à kegiatan menggunakan KBLI 5 digit
FGD II Narasumber: § Pemahaman jenis kegiatan pada digit ke-3, 4, dan 5 di setiap kategori dalam § Sebagai bahan untuk pertimbangan relasi kegiatan dengan jenis
§ Kementerian Investasi/ KBLI 2020 kegiatan di dalam KBLI dan disepakati jenis kegiatan pada digit
BKPM § Pemahaman proses mengakomodir kegiatan non KBLI yang belum terakomodir ke-5 KBLI
§ BPS di dalam KBLI § Ketentuan khusus yang sifatnya aturan khusus (pengecualian) dan
§ DR. RM. Petrus Natalivan § Pemahaman perizinan berusaha berbasis risiko TPZ tidak diatur di dalam pedoman kesesuaian kegiatan pada
Indradjati, ST., MT § Pemahaman kriteria penentuan tingkat risiko dan keterkaitan dengan dokumen zona
(Akademisi ITB) lingkungan
§ Pemahaman keterkaitan ketentuan khusus dan TPZ di dalam analisis
kompatibilitas/kesesuaian kegiatan pada zona
Diskusi Internal II Narasumber: § Alur analisis komaptibilitas/kesesuaian kegiatan pada zona pemanfaatan ruang Kesepakatan meliputi:
DR. RM. Petrus Natalivan § Muatan dalam kualitas kinerja zona à bentuk tabel kualitas kinerja zona § Tabel kualitas kinerja zona disepakati meliputi definisi dan kriteria
Indradjati, ST., MT § Muatan dalam karakteristik kegiatan à Batasan pengaturan, performa/ kualitas yang diharapkan berdasarakan aturan sektor
(Akademisi ITB) § Pertimbangan rumusan kegiatan bersitat T dan B, dan kaitannya dengan PP § Pedoman ini tidak merumuskan jenis kegiatan pada suatu zona. Di
5/2021 (kegiatan berbasis risiko) dalam pedoman ini memberikan rumusan kisi-kisi menentukan
§ Pemahaman kegiatan berusaha dan non berusaha karakteristik kegiatan
§ Relasi dgn jenis kegiatan KBLI 2020 § Perumusan karakteristik kegiatan di dalam suatu zona akan
dirumuskan oleh pemerintah daerah/perencana berdasarkan
rumusan kisi-kisi yang disusun di dalam Pedoman ini
MILESTONE PEKERJAAN
Kegiatan Narasumber Fokus Materi Keterangan

Diskusi Internal II Narasumber: § Alur analisis kompatibilitas/kesesuaian kegiatan pada zona Lanjutan…
DR. RM. Petrus pemanfaatan ruang § Di dalam pedoman ini, dirumuskan indikator terkait kriteria aspek legal, relasi kegiatan
Natalivan Indradjati, § Muatan dalam kualitas kinerja zona à bentuk tabel utama-kegiatan penunjang, skala kegiatan, sifat karakteristik kegiatan dalam pemanfaatan
ST., MT (Akademisi ITB) kualitas kinerja zona ruang, infrastruktur dan utilitas yang memadai, dan dampak.
§ Muatan dalam karakteristik kegiatan à Batasan § Di dalam pedoman ini, tidak dibedakan untuk kegiatan berusaha dan non berusaha, tetapi
pengaturan, untuk contoh simulasi analisis kompatibilitas dapat mempertimbangkan mengambil contoh
§ Pertimbangan rumusan kegiatan bersitat T dan B, dan kegiatan berusaha dan non berusaha.
kaitannya dengan PP 5/2021 (kegiatan berbasis risiko) § Di dalam pedoman ini, untuk relasi kegiatan KBLI dibuat kisi-kisi bagaimana cara
§ Pemahaman kegiatan berusaha dan non berusaha memadankan jenis kegiatan pemanfaatan ruang dengan jenis kegiatan KBLI
§ Relasi dgn jenis kegiatan KBLI 2020 § KBLI memakai jenis kegiatan digit 5

Diskusi Internal III Narasumber: § Kedalaman ketentuan T dan B dalam Pedoman Kesepakatan meliputi:
DR. RM. Petrus § Dasar merumuskan muatan kualitas lokal minimum § Muatan rincian detail T dan B menjadi kewenangan penyusun RDTR, di dalam pedoman ini
Natalivan Indradjati, § Penajaman alur analisis kompatibilitas/kesesuaian kegiatan focus merumuskan kisi-kisi muatan T dan B
ST., MT (Akademisi ITB) pada zona pemanfaatan ruang § Dalam pedoman, muatan kualitas kinerja zona/local minimum zona/subzona merujuk dan
§ Posisi ketentuan intensitas pemanfaatan ruang di dalam mempertimbangkan peraturan sektor dan nilai lokal daerah setempat (untuk nilai lokal
analisis komaptibilitas/kesesuaian kegiatan pada zona dirumuskan oleh pemda)
pemanfaatan ruang § Alur kompatibilitas dapat dibagi menjadi 3, yaitu yang menjadi kriteria awal, kriteria
§ Kesepakatan definisi/ pengertian kegiatan kompatibel, middle, dan kriteria penentu.
kegiatan tidak kompatibel, dan kegiatan kurang § Kompatibilitas selain sbg acuan merumuskan ketentuan kegiatan dan penggunaan
kompatibel/perlu diwaspadai lahan/ITBX, juga sebagai dasar dalam merumuskan intensitas pemanfaatan ruang, tata
§ Posisi Rapermen JOPR terhadap pedoman kesesuaian massa bangunan, sarpras minimal/maksimal
kegiatan pada zona § Pedoman kesesuaian kegiatan pada zona berbeda dgn Rapermen JOPR, di dalam
pedoman ini merumuskan kriteria indikator kompatibilitas/kesesuaian kegiatan pada zona,
dan kisi-kisi merumuskan daftar kegiatan, kualitas kinerja zona/sub zona.

Diskusi Internal Narasumber: Penajaman alur analisis kompatibilitas/kesesuaian kegiatan § Dalam merumuskan karakteristik kegiatan perlu input data yang diperoleh dari hasil survey
IV DR. RM. Petrus pada zona pemanfaatan ruang berdasarkan hasil diskusi dan analisis kegiatan. Sehingga perlu dirumuskan input kegiatan
Natalivan Indradjati, internal sebelumnya § Pedoman ini cukup memberikan kisi-kisi atau panduan di dalam menentukan karakteristik
ST., MT (Akademisi ITB) kegiatan, kualitas local minimum, dan muatan lain yang diperlukan di dalam pedoman ini
§ Dalam pedoman ini, perlu dibuatkan kisi-kisi cara memadankan jenis kegiatan
pemanfaatan ruang dengan jenis kegiatan digit ke-5 KBLI
MILESTONE PEKERJAAN

Kegiatan Narasumber Fokus Materi Keterangan

Konsinyasi I Narasumber: Menggali informasi: § Memperkaya bahan muatan analisis


§ Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan § Pengalaman Pemda dalam melakukan analisis kompatibilitas/kesesuaian kegiatan terhadap kesesuaian kegiatan pada zona
Pertanahan Provinsi DKI Jakarta zona/sub zona pada saat penyusunan RDTR Kota Batam. pemanfaatan ruang dan rumusan
§ Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang § Pengalaman Pemda dalam melakukan perumusan kualitas lokal minimum pada zona/subzona ketentuan khusus di daerah
Kota Batam § Pengalaman Pemda dalam melakukan perumusan jenis dan karakteristik kegiatan pada suatu § Perlu ditelaah kembali terkait posisi
§ DR. RM. Petrus Natalivan Indradjati, zona/subzona ketentuan khusus dalam alur analisis
ST., MT (Akademisi ITB) § Pengalaman Pemda dalam menerapkan pengaturan lokasi-lokasi yang bertampalan dengan kompatiblitas/kesesuaian kegiatan.
aturan ketentuan khusus
§ Pengalaman Pemda dalam melakukan proses pemadanan jenis kegiatan pemanfaatan ruang
dengan jenis kegiatan di dalam KBLI
§ Pendapat Pemda terkait keterkaitan /kesesuaian kegiatan terhadap zona/sub zona dengan
aturan dasar lainnya intensitas, tata bangunan, dan sarana dan prasarana minimum
§ Masukan terhadap muatan analisis kompatibilitas/kesesuaian kegiatan pada zona
Konsinyasi II Rencana Narasumber: § Kedudukan ketentuan khusus di dalam alur analisis kompatiblitas/kesesuaian kegiatan. Akan dirumuskan setelah dilakukan kegiatan
§ Direktur Bina Perencanaan Tata § Pengaruh ketentuan khusus terhadap matriks ITBX konsinyasi II
Ruang Daerah Wil. I, Ditjen Tata
Ruang, Kementerian ATR/BPN
§ DR. RM. Petrus Natalivan Indradjati,
ST., MT (Akademisi ITB)
POIN POIN MASUKAN PEDOMAN SEBAGAI FOKUS MATERI PEDOMAN
Dari beberapa kegiatan penjaringan masukan yang sudah dilakukan, berikut untuk poin-poin masukan terhadap pedoman

ZONA DASAR ZONA DASAR BERTAMPALAN DENGAN


KETENTUAN KHUSUS
Pola Ruang “Aturan dasar focus menjaga kinerja
Kisi-Kisi dalam merumuskan
Kualitas Kinerja zona/subzona yang telah ditetapkan” I, T/B
(Klasifikasi kualitas kinerja zona/sub
Zona/Sub Zona (untuk kegiatan yang di zona dasar
Zona/Sub Zona di zona sudah diizinkan/memiliki syarat, dan
dalam RDTR masuk di dalam zona yang memiliki
ketentuan khusus, maka dilihat
Klasifikasi zona/sub zona
ketentuan zona tsb melalui)
berdasarkan Permen
Karakteristik Kisi-Kisi dalam merumuskan Input Data
14/2021 tentang basis
data Kegiatan karakteristik kegiatan Kegiatan
Ketentuan khusus yang diatur
Kisi-kisi kebutuhan data minimal
untuk dapat merumuskan
oleh peraturan perundang-
karakteristik kegiatan undangan terkait
Pertampalan
dengan ketentuan Bagaimana menentukan aturan kegiatan dalam suatu zona/sub
zona à kompatibel/tidak Syarat yang
khusus Tipologi
diwajibkan di
Klasifikasi ketentuan Untuk menentukan aturan kegiatan dalam suatu zona/sub kegiatan Negatif List dalam aturan
khusus berdasarkan zona dapat kompatibel/tidak dilakukan melalui kriteria kompatibel/ sektor dan
tidak kompatibel aturan daerah
Permen 11/2021 dan tertentu sebagai dasar analisis, yaitu:
Permen 14/2021 tentang 1) Kriteria pengaturan kegiatan berdasarkan aspek Kriteria tsb Kisi-kisi aturan ketentuan khusus sesuai per-
basis data legal, didetailkan Jenis tipologi kompatibel UU-an terkait
2) Kriteria relasi kegiatan utama-penunjang, melalui
X : negatif list
“Digambarkan dengan 3) Kriteria skala kegiatan, indikator
I, T/B, X T/B: tambahan syarat berdasarkan
peta ketentuan khusus” 4) Kriteria sifat-karakteristik kegiatan,
aturan sektor dan aturan daerah
5) Kriteria daya dukung infrastruktur dan utilitas,
Intensitas, tata dalam ketsus
6) Kriteria dampak
bangunan, Kegiatan yang bertampalan dengan aturan ketentuan
sarpras minimal khusus dapat mempengaruhi ketentuan ITBX/aturan
Alur analisis kompatibilitas/kesesuaian kegiatan pada zona dan tabel kerja cara intensitas, tata bangunan, dan atau sarpras minimal
(sesuai aturan yang dipersyaratkan pada masing-
menganalisis berdasarkan kriteria tsb Aturan dasar PZ masing sektor)
HASIL SURVEY

Survey dilakukan di Provinsi Sumatera Barat


dan Nusa Tenggara Barat dengan tujuan:
1) Menggali informasi cara merumuskan
klasifikasi zona, daftar kegiatan,
ketentuan ITBX, intensitas, dan tata
bangunan di kab/kota yang telah
memiliki Perda RDTR dan sedang proses
penyusunan RDTR
2) Menggali informasi terkait isu dan
permasalahan penentuan jenis Provinsi
kegiatan dan penggunaan lahan dalam Sumatera Barat

dokumen RDTR, serta kendala pengajuan


perizinan yang terintegrasi dengan RDTR
3) Menggali informasi proses pengajuan
perizinan yang telah terintegrasi dengan
RDTR

Provinsi
Nusa Tenggara Barat

Provinsi Sumatera Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat

Dinas terkait tata ruang dan Dinas PMPTSP: Dinas terkait tata ruang dan Dinas PMPTSP:
1. Kota Padang 1. Kota Mataram 1. RDTR sedang dalam proses penyusunan
RDTR sedang dalam proses penyusunan
2. Kabupaten Padang Pariaman 2. Kabupaten Lombok Utara 2. Perbup Lombok Utara 20/2020 tentang RDTR Kwsn Perkotaan
Tanjung tahun 2020-2040
1. Kabupaten Payakumbuh 1. Perda No.2 Tahun 2018 tentang RDTR Kota Payakumbuh Dinas terkait tata ruang dan Dinas 1. Perda Kab Bima Nomor 01 Tahun 2019 tentang RDTR dan PZ
2. Kabupaten Sijunjung 2. Perda Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Rencana Detail Tata PMPTSP: Kawasan Pekotaan Woha Tahun 2019-2039
Ruang Kawasan Perkotaan Muaro Sijunjung 1. Kabupaten Bima 2. Perda Kab Sumbawa Barat 12 tahun 2016 tentang RDTR dan PZ
2. Kabupaten Sumbawa Barat Kawasan Perkotaan Taliwang Tahun 2015-2035
HASIL SURVEY Sumbar - Kota Padang
a. Hasil Diskusi

MUATAN HASIL DISKUSI

1. Dokumen Rencana Tata Telah memiliki Perda RTRW dan dokumen RDTR Kota Padang sedang dalam
Ruang proses penyusunan yang saat ini pada tahapan Antara
2. Klasifikasi Zona dan Daftar Dalam proses klasifikasi zona dan daftar kegiatan dalam proses menelaah
Kegiatan dan menyesuaikan perumusannya dengan Permen ATR/BPN 11/2021 dan
Permen ATR/BPN 14/2021, serta jenis kegiatan berdasarkan KBLI
3. Permasalahan a. Dalam mengeluarkan advice planning sebagai lampiran persyaratan izin
menggunakan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) yang berdasarkan
dokumen RTRW. Contoh KRK terlampir (slide selanjutnya)
b. Perlunya payung hukum yang mengatur pelimpahan wewenang KKPR dan
yang berwenang menjadi koordinator di dalam proses KKPR
c. Beberapa pengajuan izin usaha di Kota Padang mengalami kendala
dikarenakan belum adanya dokumen RDTR, dimana per Agustus untuk Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Padang
perizinan dapat melalui sistem OSS

b. Data yang Diperoleh

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan


Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Padang
Terpadu Satu Pintu Kota Padang
1. Materi Teknis RTRW
2. Perda Nomor 3 Tahun 2019 RTRW Revisi Kota Padang
Dinas PMPTSP belum memiliki SOP/Prosedur
3. Perda Kota Padang 7 tahun 2015 tentang Bangunan Gedung
penerbitan KKPR dan belum pernah
4. Contoh Form KRK
mengeluarkan KKPR.
5. Contoh SK KRK
6. Perwako 22 tahun 2015 tentang Intensitas Bangunan Gedung Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kota Padang
HASIL SURVEY Sumbar - Kabupaten Padang Pariaman
a. Hasil Diskusi

MUATAN HASIL DISKUSI


1. Dokumen Telah memiliki Perda RTRW dan dokumen RDTR Kabupaten Padang Pariaman sedang dalam proses
Rencana Tata penyusunan yang saat ini pada tahapan Antara
Ruang Penyusunan RDTR Kabupaten Padang Pariaman mendapatkan Bantek dan difokuskan pada
pengembangan Kawasan Pendidikan.
2. Klasifikasi Zona Dalam proses klasifikasi zona dan daftar kegiatan dalam proses menelaah dan menyesuaikan
dan Daftar perumusannya dengan Permen ATR/BPN 11/2021 dan Permen ATR/BPN 14/2021, serta jenis
Kegiatan kegiatan berdasarkan KBLI
3. Permasalahan a. Dalam mengeluarkan advice planning sebagai lampiran persyaratan izin menggunakan surat
Keterangan Rencana Kota (KRK) yang berdasarkan dokumen RTRW. Contoh KRK terlampir (slide
selanjutnya) Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan
b. Dalam menentukan persyaratan di dalam kegiatan di suatu zona diputuskan melalui tim TKPRD Kabupaten Padang Pariaman
c. Perlunya payung hukum yang mengatur pelimpahan wewenang KKPR dan yang berwenang
menjadi koordinator di dalam proses KKPR
d. Beberapa pengajuan izin usaha di Kota Padang mengalami kendala dikarenakan belum adanya
dokumen RDTR, dimana per Agustus untuk perizinan dapat melalui sistem OSS
e. Diperlukan dokumen RDTR lainnya terutama pada wilayah ibukota kabupaten (Parit Malintang)

b. Data yang Diperoleh

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan


Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Kabupaten
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Padang
Padang Pariaman
Pariaman
1. Peta Rencana Struktur Ruang.pdf Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
2. Peta Pola Ruang Kabupaten Padang Pariaman.pdf Kabupaten Padang Pariaman
3. Peta Kawasan Strategis Kabupaten Padang Pariaman.pdf 1. Dokumen Arahan kepada PT Pertamina Patra
4. Lampiran DI.pdf Niaga (untuk keperluan Pertashop)
5. Lampiran Indikasi Program.pdf 2. Mekanisme Perizinan pada OSS.pdf
6. Contoh Form KRK (Persetujuan Kesesuain Tata Ruang) 3. SOP Hak Akses OSS dan LKPM Online
7. Perda Kabupaten Padang Pariaman Nomor 5 Tahun 2020 tentang
HASIL SURVEY Sumbar - Kota Payakumbuh

a. Hasil Diskusi (via zoom meeting)

MUATAN HASIL DISKUSI


1. Dokumen a. Telah memiliki Perda No.2 Tahun 2018 tentang RDTR Kota Payakumbuh. Dan Perda tsb
Rencana Tata telah terintegrasi di dalam Gistaru.
Ruang b. Di dalam perda tersebut terdapat pengaturan T yang didetailkan T1 s.d T5, dan
pengaturan B yang didetailkan B1 s.d B6. Akan dilakukan revisi Perda RDTR pada tahun
2024.
c. Dalam proses pemberian advice planning untuk kesesuaian lokasi berdasarkan pada Perda
RDTR dan peta rencana teknis kawasan (skala 1:100) yang telah terlihat rencana jalan,
kelas jalan, dll.
d. Saat ini terdapat 2 Perwako terkait rencana teknis yaitu Perwako BWP I (pusat kota) dan
BWP 6 (Pariwisata)
e. Sudah terdapat dokumen KLHS yang disusun oleh Dinas Lingkungan Hidup

2. Klasifikasi Zona Dalam proses klasifikasi zona dan daftar kegiatan berdasarkan Permen ATR/BPN 16/2018.
dan Daftar Untuk ke depan apabila dilakukan revisi Perda maka akan disesuaikan dengan Permen
Kegiatan ATR/BPN 11/2021, Permen ATR/BPN 14/2021, dan jenis kegiatan berdasarkan KBLI

3. Permasalahan a. Dalam mengeluarkan advice planning sebagai lampiran persyaratan izin menggunakan
surat Keterangan Rencana Kota (KRK)
b. Berdasarkan kondisi eksisting banyak terdapat home industri di dalam zona perumahan,
dan peruntukan tsb belum sepenuhnya termuat di dalam Perda RDTR. Saat ini sedang
dilakukan proses kajian pengumpulan data spasial/kondisi eksiting sebagai persiapan
proses revisi RDTR

b. Untuk data dan kuesioner belum disampaikan daerah kepada kami dan saat ini sedang dalam proses konfirmasi
kembali Dokumentasi Zoom Meeting dengan Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang Kota Payakumbuh dan Dinas PMPTSP
Kota Payakumbuh
HASIL SURVEY Sumbar - Kabupaten Sijunjung

a. Hasil Diskusi (via zoom meeting)

MUATAN HASIL DISKUSI


1. Dokumen a. Telah memiliki Perda Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Rencana Tata Perkotaan Muaro Sijunjung. Dan Perda tsb telah terintegrasi di dalam Gistaru.
Ruang b. Di dalam perda tersebut terdapat pengaturan T dan pengaturan B, tetapi tidak
didetailkan dalam pengaturannya.
c. Dokumen RTRW Kabupaten Sijunjung sedang dalam proses revisi sesuai Permen ATR/BPN
11/2021
d. Luas lahan Kabupaten Sijunjung sebagian besar merupakan hutan lindung (53%), serta
dominan pertabia dan perkebunan. Yang saat ini diperlukan aturan adalah pertambangan
di hutan lindung dan aturan LP2B
e. Perda Bangunan Gedung tahun 2011, dan akan dilakukan revisi terhadap perda tsb

2. Klasifikasi Zona Dalam proses klasifikasi zona dan daftar kegiatan berdasarkan Permen ATR/BPN 16/2018.
dan Daftar Untuk ke depan apabila dilakukan revisi Perda maka akan disesuaikan dengan Permen
Kegiatan ATR/BPN 11/2021, Permen ATR/BPN 14/2021, dan jenis kegiatan berdasarkan KBLI

3. Permasalahan a. Dalam mengeluarkan advice planning sebagai lampiran persyaratan izin menggunakan
surat Keterangan Rencana Kota (KRK)
b. Dalam menentukan persyaratan di dalam kegiatan di suatu zona diputuskan melalui tim
TKPRD

b. Untuk data dan kuesioner belum disampaikan daerah kepada kami dan saat ini sedang dalam proses konfirmasi
kembali
Dokumentasi Zoom Meeting dengan Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung dan Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Sijunjung
HASIL SURVEY NTB – Kota Mataram
a. Hasil Diskusi

MUATAN HASIL DISKUSI

1. Dokumen Rencana Tata Telah memiliki Perda RTRW dan dokumen RDTR Kota Mataram dalam proses
Ruang penyusunan, mendapatkan Bantek dari Pusat.
2. Klasifikasi Zona dan Daftar Dalam proses klasifikasi zona dan daftar kegiatan dalam proses menelaah
Kegiatan dan menyesuaikan perumusannya dengan Permen ATR/BPN 11/2021 dan
Permen ATR/BPN 14/2021, serta jenis kegiatan berdasarkan KBLI
3. Permasalahan a. RTH dan LP2B menjadi permasalahan di Kota Mataram dikarenakan ada
yang terplot di tanah milik masyarakat sehingga masyarakat tidak dapat
memanfaatkan tanah tersebut.
b. Dalam mengeluarkan advice planning sebagai lampiran persyaratan izin
menggunakan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) yang berdasarkan
dokumen RTRW. Contoh KRK terlampir (slide selanjutnya)
c. Perlunya payung hukum yang mengatur pelimpahan wewenang KKPR dan
yang berwenang menjadi koordinator di dalam proses KKPR
d. Beberapa pengajuan izin usaha di Kota Mataram mengalami kendala
dikarenakan belum adanya dokumen RDTR

b. Data yang Diperoleh

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan


Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Padang
Terpadu Satu Pintu Kota Padang
1. Dokumen Perda RTRW
2. Contoh Tabel Sistem Jaringan Jalan Kota Mataram
3. Contoh Form KRK Dinas PMPTSP belum memiliki SOP/Prosedur
Dokumentasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
4. Perda Kota Mataram 4 Tahun 2014 tentang Bangunan penerbitan KKPR dan belum pernah
Ruang dan Dinas PMPTSP Kota Mataram
Gedung mengeluarkan KKPR.
5. Perda Kota Mataram 8 Tahun 2015 tentang Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau
HASIL SURVEY NTB – Kabupaten Lombok Utara
a. Hasil Diskusi
MUATAN HASIL DISKUSI

1. Dokumen Rencana Tata Ruang Sedang dalam proses revisi Dokumen RDTR dan sudah dalam proses pembahasan dengan bagian Hukum.
Telah memiliki dokumen RDTR Tanjung, Kab Lombok Utara dan saat ini mendapatkan Bantek untuk penyusunan RDTR Tramena
(tema: pariwisata untuk 3 Gili)sedang
2. Klasifikasi Zona dan Daftar Kegiatan § Dalam proses klasifikasi zona dan daftar kegiatan untuk RDTR Tanjung merujuk pada Permen ATR 16/2018 dan Permen ATR
14/2020 tentang Basis Data. Untuk Bantek RDTR penyusunannya sudah menyesuaikan dengan Permen ATR/BPN 11/2021 dan
Permen ATR/BPN 14/2021, serta jenis kegiatan berdasarkan KBLI
§ Di dalam Perda RDTR Tanjung terdapat ketentuan khusus yaitu Kawasan rawan bencana dan dimuat di dalam batang tubuh.
3. Permasalahan a. Terdapat plot untuk kegiatan Global Hub di Kayangan (sebagai Kawasan Andalan Nasional), dimana Izin lokasinya sudah
dari tahun 2018 tetapi sampai saat ini belum ada realisasi pembangunannya, dan izin tersebut akan berakhir pada Oktober
2021. Lokasi yang terplot di dalam Kawasan tersebut cukup luas yaitu 7000 Ha. Pemanfaatan di lokasi tersebut hanya bisa
digunakan untuk tambang Galian C dengan rekomendasi dari Kemenhub, tetapi per bulan Agustus 2021 rekomendasi tsb
tidak dapat keluar dari Kemenhub dan masyarakat tidak dapat melakukan kegiatan tambang.
b. Dalam mengeluarkan advice planning sebagai lampiran persyaratan izin menggunakan surat Keterangan Rencana Kota (KRK)
yang berdasarkan dokumen RTRW. Contoh KRK terlampir (slide selanjutnya)
c. Dalam menentukan persyaratan di dalam kegiatan di suatu zona diputuskan melalui tim TKPRD
d. Beberapa pengajuan izin usaha di Kab Lombok Utara mengalami kendala dikarenakan belum semua lokasi memiliki RDTR.

b. Data yang Diperoleh

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Ruang Kota Padang Terpadu Satu Pintu Kota Padang
1. Dokumen Perda RTRW
2. Contoh Form KRK
Dinas PMPTSP belum memiliki
3. Perda Kabupaten Lombok Utara 10
SOP/Prosedur penerbitan KKPR dan belum
Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung
pernah mengeluarkan KKPR.
4. Bahan tayang Penyusunan RDTR
Tramena Dokumentasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang dan Dinas PMPTSP Kab. Lombok Utara
Zoom Meeting – Kabupaten Bima dan Kabupaten Sumbawa Barat

a. Hasil Diskusi (via zoom meeting)

MUATAN HASIL DISKUSI


1. Dokumen Kabupaten Bima dan Kabupaten Sumbawa Barat sudah memiliki Perda RDTR
Rencana Tata Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bima Nomor 01 Tahun 2019. Rencana Detail Tata Ruang
Ruang (RDTR) dan Perturan Zonasi Kawasan Pekotaan Woha Tahun 2019-2039 dan Perda Kab
Sumbawa Barat 12 tahun 2016 tentang RDTR dan PZ Kawasan Perkotaan Taliwang Tahun
2015-2035

2. Klasifikasi Zona Dalam proses klasifikasi zona dan daftar kegiatan berdasarkan Permen ATR/BPN 16/2018.
dan Daftar Untuk ke depan apabila dilakukan revisi Perda maka akan disesuaikan dengan Permen
Kegiatan ATR/BPN 11/2021, Permen ATR/BPN 14/2021, dan jenis kegiatan berdasarkan KBLI

3. Permasalahan a. Dalam mengeluarkan advice planning sebagai lampiran persyaratan izin menggunakan
surat Keterangan Rencana Kota (KRK) manual
b. Perlunya pengaturan pada sempadan pantai, dimana masyarakat saat ini memanfaatkan
sempadan pantai sebagai termpat bermukim dan berusaha. à Kawasan sempadan pantai
dapat diplot sebagai ketentuan khusus, apabila di Kawasan tersebut harus diatur secara
ketat untuk kegiatan budidaya.nya Dokumentasi Zoom Meeting dengan Dinas Pekerjaan Umum
c. Dalam kondisi eksisting, terdapat izin yang tidak sesuai. Misal Izin penggemukan sapi yang dan Penataan Ruang dan Dinas PMPTSP Kab. Bima dan Kab.
awalnya diperbolehkan di permukiman, tetapi saat ini harus berada pada Kawasan Sumbawa Barat
pertanian.
d. Proses relasi kegiatan dengan KBLI

b. Untuk data dan kuesioner belum disampaikan daerah kepada kami dan saat ini sedang dalam proses konfirmasi
kembali
PROGRES OUTPUT KEGIATAN

Materi Teknis Pedoman Draft Pedoman Raperman

BAB 1. Pendahuluan Bab 1. Pendahuluan


1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud & Tujuan 1.2 Maksud & Tujuan
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan 1.3 Ruang Lingkup Kegiatan Dalam proses
1.4 Fungsi dan Manfaat 1.4 Fungsi dan Manfaat diskusi untuk
1.5 Istilah dan Definisi 1.5 Istilah dan Definisi materi yang
1.6 Acuan Normatif 1.6 Acuan Normatif akan dimuat
1.7 Kedudukan Pedoman Kesesuaian Kegiatan 1.7 Kedudukan Pedoman
pada Zona terhadap Perundang-undangan 1.8 Pengguna Pedoman
lainnya
Bab 2. Tinjauan Kebijakan & Literatur Bab 2. Ketentuan Umum
2.1 Tinjauan Kebijakan 2.1 Kesesuaian/Kompatibilitas Kegiatan dengan Zona
2.2 Tinjauan Literatur 2.2 Kualitas Kinerja/Kualitas Lokal Minimum Zona/Sub Zona
2.3 Contoh Peruntukan Zona yang 2.3 Jenis dan Karakteristik Kegiatan
Mempertimbangkan Kualitas Lokal Minimum 2.4 Pengaturan Ketentuan Khusus
2.5 Alur Analisis Kompatibilitas/Kesesuaian Kegiatan Pada Zona
Bab 3. Praktik Empiris Bab 3. Ketentuan Teknis
3.1 Gambaran Umum Lokasi Survei 3.1 Perumusan Kualitas Kinerja/Kualitas Lokal Minimum Zona/Sub Zona
3.2 Provinsi Sumatera Barat 3.2 Perumusan Jenis dan Karakteristik Kegiatan
3.3 Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 3.3 Kriteria dan Indikator Kompatibilitas/Kesesuaian Kegiatan Pada Zona
3.4 Provinsi DKI Jakarta 3.4 Tata Cara Perumusan Kompatibilitas/Kesesuaian Pada Zona Pemanfaatan Ruang
3.5 Kabupaten/Kota Lokasi Survei Online 3.5 Tipologi Kompatibilitas/Kesesuaian Pada Zona Pemanfaatan Ruang
3.6 Kesimpulan Praktik Empiris 3.6 Perumusan Ketentuan Kegiatan dan Pengunaan Lahan pada Zona
3.7 Ketentuan Khusus
Bab 4. Ruang Lingkup Materi Muatan Lampiran
4.1 Ketentuan Umum Lampiran 1: Tabel Kualitas Kinerja Zona/Sub Zona berdasarkan aturan sektor
4.2 Ketentuan Teknis
PROGRES OUTPUT KEGIATAN
Outline Progres Outline Progres
Materi Teknis Pedoman Kesesuaian Kegiatan pada Zona Pemanfaatan Ruang Draft Pedoman Kesesuaian Kegiatan pada Zona Pemanfaatan Ruang
Bab 1. Pendahuluan Muatan materi Bab 1. Pendahuluan Muatan materi
1.1 Latar Belakang sudah disusun 1.1 Latar Belakang sudah disusun
1.2 Maksud & Tujuan 1.2 Maksud & Tujuan
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan 1.3 Ruang Lingkup Kegiatan
1.4 Fungsi dan Manfaat 1.4 Fungsi dan Manfaat
1.5 Istilah dan Definisi 1.5 Istilah dan Definisi
1.6 Acuan Normatif 1.6 Acuan Normatif
1.7 Kedudukan Pedoman Kesesuaian Kegiatan pada 1.7 Kedudukan Pedoman
Zona terhadap Perundang-undangan lainnya 1.8 Pengguna Pedoman
Bab 2. Tinjauan Kebijakan & Literatur Muatan materi Bab 2. Ketentuan Umum Muatan materi
2.1 Tinjauan Kebijakan sudah disusun 2.1 Kesesuaian/Kompatibilitas Kegiatan dengan Zona sudah disusun
2.2 Tinjauan Literatur 2.2 Kualitas Kinerja/Kualitas Lokal Minimum Zona/Sub Zona
2.3 Contoh Peruntukan Zona yang Mempertimbangkan 2.3 Jenis dan Karakteristik Kegiatan
Kualitas Lokal Minimum 2.4 Pengaturan Ketentuan Khusus
2.5 Alur Analisis Kompatibilitas/Kesesuaian Kegiatan Pada Zona
Bab 3. Praktik Empiris Muatan materi Bab 3. Ketentuan Teknis Muatan materi
3.1 Gambaran Umum Lokasi Survei sudah disusun 3.1 Perumusan Kualitas Kinerja/Kualitas Lokal Minimum Zona/Sub Zona sudah disusun
3.2 Provinsi Sumatera Barat 3.2 Perumusan Jenis dan Karakteristik Kegiatan
3.3 Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 3.3 Kriteria dan Indikator Kompatibilitas/Kesesuaian Kegiatan Pada Zona
3.4 Provinsi DKI Jakarta 3.4 Tata Cara Perumusan Kompatibilitas/Kesesuaian Pada Zona
3.5 Kabupaten/Kota Lokasi Survei Online Pemanfaatan Ruang
3.6 Kesimpulan Praktik Empiris 3.5 Tipologi Kompatibilitas/Kesesuaian Pada Zona Pemanfaatan Ruang
3.6 Perumusan Ketentuan Kegiatan dan Pengunaan Lahan pada Zona
3.7 Ketentuan Khusus

Bab 4. Ruang Lingkup Materi Muatan Muatan materi Lampiran Muatan materi
4.1 Ketentuan Umum dalam proses Lampiran 1: Tabel Kualitas Kinerja Zona/Sub Zona berdasarkan aturan sektor sudah disusun
4.2 Ketentuan Teknis penyusunan
1. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Semangat pemerintah untuk meningkatkan kemudahan


perizinan investasi dan adanya upaya responsif
Kementerian ATR dalam melakukan sinkronisasi antara
Rencana Detail Tata Ruang dengan Sistem OSS Klasifikasi kegiatan yang Perlu adanya pengaturan
digunakan saat ini terkait berupa panduan yaitu
kebutuhan untuk RDTR dalam melalui PENYUSUNAN
Terbitnya UU 11/2020 tentang Cipta Kerja dan PP Sistem OSS mengacu pada PEDOMAN KESESUAIAN
21/2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, Klasifikasi Baku Lapangan KEGIATAN PADA ZONA
yang salah satunya mengamanatkan pelaksanaan Usaha Indonesia (KBLI) tersebut PEMANFAATAN RUANG
pemberian Konfirmasi KKPR dengan melihat masih perlu dianalisa/ sebagai suatu panduan
kesesuaian rencana lokasi kegiatan pemanfaatan diiterasi sesuai dengan atau kriteria
ruang dengan RTR. RDTR merupakan dasar kebutuhan daftar kegiatan kesesuaian/kompatibilitas
penerbitan Konfirmasi KKPR pada zona RDTR agar dapat perumusan kegiatan dan
terintegrasi dengan sistem penggunaan lahan dalam
informasi penataan ruang dan Penyusunan RDTR
Belum adanya acuan/panduan/kriteria yang lebih sistem OSS.
detail terkait perumusan ketentuan bersifat ITBX
(terutama kegiatan yang bersifat T yang dapat
dirincikan lebih detail menjadi T1, T2, T3 dstnya, serta
kegiatan bersifat B yang dapat dirincikan lebih detail
menjadi B1, B2, B3 dstnya)
KERANGKA PENDEKATAN PEKERJAAN

Input Proses Output

5. Konsepsi Lingkup Muatan


1. Kaidah Penataan Ruang Pedoman
Pemahaman muatan Ketentuan RDTR &PZ
Klasifikasi zona /sub zona
dalam Permen ATR/BPN 11/2021 &
berdasarkan Permen RDTR dan
Permen ATR/BPN 14/2021
Permen Basis Data
Perumusan Fokus 6. Perumusan Dokumen
2. Kajian Normatif Kualitas kinerja zona Analisis Rumusan Pengaturan (output pekerjaan)
(pemahaman awal definisi dan Kompatibilitas/ Kesesuaian
§ UU 26/2007 Penataan Ruang kualitas yang diharapkan) Kegiatan Penggunaan Lahan
sebagaimana diubah dengan UU Kisi-kisi perumusan: 7a. Materi Teknis
11/2020 tentang Cipta Kerja
Jenis dan karakteristik
1) Kualitas kinerja
§ PP 21/2021 zona/subzona
kegiatan
§ Peraturan BPS 2/2020 tentang KBLI 2) Karakteristik 7b. Draft Pedoman
(pemahaman awal karakteristik
Peraturan perundang-undangan Kegiatan
kegiatan dan pemadanan jenis
sektoral 3) Kriteria dan
kegiatan dengan KBLI)
3. Pemahaman terhadap pengertian indikator
Kriteria dan indikator analisis Rancangan Per-UU-an
kompatibilitas/Kese
dan lingkup Kesesuaian Kegiatan (pemahaman awal kriteria dan pedoman
suaian kegiatan
Pemanfaatan Ruang (KKPR) dalam indikator kompatibilitas/
pada zona
PP 21/2021 kesesuaian kegiatan)
Isu dan permasalahan terkait: 4) Tipologi kompatibel
• Kesesuaian lokasi kegiatan dan atau
Ketentuan khusus (pemahaman § Dasar pertimbangan dan tidak
usaha dengan RTR (RDTR merupakan Modul tata cara penggunaan
dasar pemberian KKPR); Salah satu awal aturan ketentuan khusus perumusan matrik ITBX kompatibel
§ Dasar pertimbangan pedoman kesesuaian kegiatan
yang diatur di dalam RDTR: peraturan berdasarkan aturan sektor) 5) Ketentuan Khusus
klasifikasi zona dan jenis pada zona pemanfaatan ruang
zonasi/ ketentuan umum zonasi/
ketentuan kegiatan dan penggunaan kegiatan pada tiap klasifikasi
lahan zona
§ Pengaturan dan kendala
Kajian Empirik integrasi daftar kegiatan
dengan KBLI (3 digit/4
Isu strategis dalam proses digit/5 digit)
4. Kisi-kisi Survei penyusunan kesesuaian kegiatan § Dasar perumusan kegiatan T
dalam zona pemanfaatan ruang dan B
Kisi-kisi survei online & survei primer
di daerah
5W 1H DALAM PERUMUSAN PEDOMAN
ASPEK PEDOMAN SUBSTANSI YANG PERLU DIKAJI
Why Mengapa diperlukan pedoman § Kebutuhan acuan dalam merumuskan kualitas kinerja/kualitas lokal
APA YANG AKAN DIATUR DALAM PEDOMAN Kesesuaian Kegiatan Pada Zona minimum
KESESUAIAN KEGIATAN PADA ZONA
Pemanfaatan Ruang? § Kebutuhan acuan merumuskan daftar kegiatan
PEMANFAATAN RUANG?
§ Kebutuhan acuan dalam merumuskan tabel ITBX
What Apa yang akan diatur dalam pedoman Kisi-kisi muatan materi untuk merumuskan:
Rumusan 5W 1H Kesesuaian Kegiatan Pada Zona 1) Kualitas kinerja zona
Pemanfaatan Ruang? 2) Karakteristik kegiatan
3) Kriteria dan Indikator Kesesuaian Kegiatan pada peruntukan zona
4) Pengelompokkan kegiatan kompatibel dan tidak kompatibel
Who Siapa/pihak yang akan menggunakan seluruh pemangku kepentingan terkait penyusunan RDTR meliputi
pedoman Kesesuaian Kegiatan Pada Pemerintah pusat, pemerintah kabupaten/kota, dan perencana
Zona Pemanfaatan Ruang? sebagai upaya mewujudkan lingkungan yang berkualitas sesuai asas
penataan ruang

Where Dimana posisi Kesesuaian Kegiatan Pada Posisi pedoman ini terhadap pedoman penataan ruang lainnya adalah
Zona Pemanfaatan Ruang terhadap sebagai pelengkap dari pedoman penyusunan rencana tata ruang
pedoman penataan ruang lainnya?

When Kapan pedoman Kesesuaian Kegiatan Digunakan sebagai pelengkap pada saat penyusunan RDTR terutama
Pada Zona Pemanfaatan Ruang dalam melakukan analisis kesesuaian/kompatibilitas kegiatan pada
diimplementasi? suatu zona

How Bagaimana mekanisme implementasi Pemda atau perencana sebagai penyusun RDTR berdasarkan muatan
pedoman ini? kisi-kisi materi di dalam pedoman ini untuk acuan melakukan:
§ Perumusan kualitas lokal minimum zona/sub zona
§ Perumusan karakteristik kegiatan dan pemadanannya dengan KBLI
§ Perumusan kegiatan kompatibel/tidak sebagai dasar merumuskan
ketentuan ITBX
2. PEMAHAMAN
Penyusunan Pedoman Kesesuaian Kegiatan pada Zona Pemanfaatan Ruang
PEMAHAMAN KATA KUNCI KEGIATAN

Pedoman Kesesuaian Kegiatan pada Zona Pemanfaatan Ruang

Hal (pokok) yang menjadi dasar (pegangan, petunjuk, dan sebagainya) untuk menentukan atau
Pedoman melaksanakan sesuatu.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Perihal sesuai; keselarasan (tentang pendapat, paham, nada, kombinasi warna, dan sebagainya);
Kesesuaian kecocokan
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Aktivitas pemanfaatan ruang dalam suatu zona atau sub-zona


Kegiatan
(Hasil FGD I, 22 Juni 2021)

Kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik


Zona (Pasal 1 Permen ATR/BPN No. 14 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyusunan Basis Data dan Penyajian Peta Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, Kabupaten, dan Kota, serta Peta Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota)

Pedoman Kesesuaian Kegiatan Pada Zona Pemanfaatan Ruang merupakan acuan/petunjuk dalam merumuskan
ketentuan kompatibilitas/kesesuaian kegiatan pada peruntukan suatu zona yang termuat dalam ketentuan ITBX
agar terwujud pemanfaatan ruang yang selaras dan mendukung perwujudan kualitas kinerja zona
Peraturan Perundang-
UU 26/2007 tentang Penataan Ruang sebagaimana
undangan Sektor
diubah dengan UU No 11/2020 tentang Cipta Kerja
KEDUDUKAN PEDOMAN
§ UU sektor terkait
§ PP/Permen sektor Kedudukan pedoman Kesesuaian Kegiatan pada Zona
PP 21/2021 tentang Penyelenggaraan
terkait Pemanfaatan Ruang merupakan pelengkap dari pedoman
Penataan Ruang
§ SNI penyusunan rencana tata ruang.
§ Literatur lainnya mengamanatkan Pedoman ini disusun berdasarkan PP 21/2021 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang yang mengamanatkan
penyusunan RDTR Kab/Kota dilaksanakan sesuai dengan NSPK
Pedoman Perencanaan Tata Ruang Pedoman Pemanfaatan Ruang
Produk Tata Ruang yang diatur dengan Permen, dimana salah satu muatan dalam
Rapermen Pedoman Penyusunan RDTR adalah Peraturan Zonasi (PZ).
Pelaksanaan Kesesuaian Tujuan dari tersusunnya pedoman ini yaitu sebagai
dan Revisi Rencana Tata Ruang
RTRWN Kegiatan Pemanfaatan acuan/panduan/kriteria terkait kesesuaian/kompatibilitas
Pulau/Kepulauan, Rencana Tata
(PP 13/2017) Ruang (KKPR) suatu kegiatan pada zona pemanfaatan ruang melalui
Ruang Kawasan Strategis Nasional,
dan Rencana Detail Tata Ruang perumusan kualitas zona dan karakteristik kegiatan pada suatu
RTR
Kawasan Perbatasan Negara zona.
pulau/kepulauan Permen 13/2021 tentang Pedoman Kesesuaian Kegiatan pada Zona Pemanfaatan Ruang
Permen 11/2021 tentang Tata Pelaksanaan KKPR dan berfungsi sebagai:
RTR KSN
Cara Penyusunan, Peninjauan SPPR 1. Dasar dalam pengkategorian kegiatan yang kompatibel,
Kembali, Revisi, dan Penerbitan tidak kompatibel, dan perlu diwaspadai.
Persetujuan Substansi Rencana Tata RDTR KPN Surat Edaran 2. Dasar dalam menentukan suatu kegiatan diizinkan atau
Ruang Wilayah Provinsi, No.4/SE.PF.01/III/2021 tidak pada suatu pola ruang/zona/sub zona.
Kabupaten, Kota, dan Rencana RTRW Provinsi tentang Pelaksanaan 3. Dasar merumuskan ketentuan persyaratan kegiatan
Detail Tata Ruang Kesesuaian Kegiatan pemanfaatan ruang pada kegiatan bersifat T yaitu
Pemanfaatan Ruang di pemanfaatan bersyarat secara terbatas dan kegiatan
Permen 14/2021 Pedoman RTRW Kab/Kota Daerah bersifat B yaitu pemanfaatan bersyarat tertentu.
Penyusunan Basis Data dan 4. Dasar dalam menentukan kesesuaian kegiatan pada zona
Penyajian Peta Rencana Tata yang memiliki ketentuan khusus.
Ruang Wilayah Provinsi, RDTR Kab/Kota
5. Salah satu pelengkap materi dalam penyusunan Perkada
Kabupaten, dan Kota, serta Peta
RDTR
Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten/ Kota
Ket:
= sebagai pelengkap pedoman
Rancangan Permen Pedoman
= sebagai dasar proses penerbitan Konfirmasi KKPR
Kesesuaian Kegiatan Pada Zona
Pemanfaatan Ruang = menjadi masukan dalam penyusunan
= menjadi masukan dalam pertimbangan
Perencanaan Tata Ruang Pemanfaatan Ruang kompatibilitas/kesesuaian kegiatan pada zona
TINJAUAN KEBIJAKAN
UU 11/2020 tentang Cipta Kerja Pemahaman muatan RDTR Pemahaman RDTR
Pasal 13
(PP 21/2021) Permen 11/2021 tentang Tata Cara
Penyederhanaan persyaratan dasar Perizinan Berusaha meliputi: Pasal 56 Ayat (3) Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan
a. kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang (KKPR); RDTR kabupaten/kota paling sedikit Penerbitan Persetujuan Substansi RTRW
b. persetujuan lingkungan; dan memuat: Provinsi, Kabupaten, Kota, dan RDTR
c. Persetujuan Bangunan Gedung dan sertifikat laik fungsi § Tujuan penataan wilayah § RDTR adalah rencana secara terperinci
perencanaan; tentang tata ruang wilayah
Pasal 14
1) KKPR merupakan kesesuaian rencana lokasi kegiatan dan/atau usahanya dengan RDTR. § Rencana Struktur Ruang; kabupaten/kota yang dilengkapi
§ Rencana Pola Ruang. Rencana pola dengan PZ kabupaten/kota
2) Pemerintah Daerah wajib menyusun dan menyediakan RDTR dalam bentuk digital dan sesuai
ruang RDTR terdiri atas: zona § Rumusan Muatan PZ
standar
lindung dan zona budidaya 1. Aturan Dasar (Materi Wajib)
3) Penyediaan RDTR dalam bentuk digital dilakukan sesuai dengan standar dan dapat diakses
§ Ketentuan Pemanfaatan Ruang; dan a. Ketentuan Kegiatan dan
dengan mudah oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai kesesuaian rencana lokasi
kegiatan dan/atau usahanya dengan RDTR § Peraturan zonasi. Penggunaan Lahan
b. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan
4) Pemerintah Pusat wajib mengintegrasikan RDTR dalam bentuk digital ke dalam sistem Perizinan
Ruang
Berusaha secara elektronik
c. Ketentuan Tata Bangunan
Pasal 17 Angka 7 d. Ketentuan Prasarana dan Sarana
Rencana rinci tata ruang terdiri atas: Minimal
a. rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional; dan e. Ketentuan Khusus
b. rencana detail tata ruang kabupaten/kota. f. Ketentuan Pelaksanaan
2. Teknik Pengaturan Zonasi (Materi
PP 21/2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Pilihan)

Pasal 98 Ayat (1) B. Kegiatan nonberusaha Permen 14/2021 tentang Pedoman


Pelaksanaan KKPR terdiri atas: 1. Pasal 116 Ayat (1) Penyusunan Basis Data dan Penyajian Peta
a. KKPR untuk kegiatan berusaha; Pelaksanaan KKPR untuk kegiatan nonberusaha diperoleh melalui sistem RTRW Provinsi, Kab, dan Kota, serta Peta
b. KKPR untuk kegiatan nonberusaha; dan elektronik RDTR Kabupaten/ Kota
c. KKPR untuk kegiatan yang bersifat strategis nasional. 2. Pasal 118 § Pemahaman Klasifikasi Zona
Konfirmasi KKPR untuk kegiatan nonberusaha diberikan berdasarkan § Pemahaman Klasifikasi Ketentuan Khusus
A. Kegiatan berusaha kesesuaian rencana lokasi kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan RDTR dan TPZ
1. Pasal 100 Ayat (1)
Pelaksaan KKPR untuk kegiatan berusaha diperoleh melalui OSS C. Kegiatan yang bersifat strategis nasional Pemahaman Peraturan Per-UU-an
3. Pasal 102 2. Pasal 137 Ayat (3)
Sektoral
Konfirmasi KKPR untuk kegiatan berusaha non UMK Konfirmasi KKPR untuk kegiatan yang bersifat strategis nasional
diberikan berdasarkan kesesuaian rencana lokasi kegiatan diberikan berdasarkan kesesuaian rencana lokasi kegiatan
Pemanfaatan Ruang dengan RDTR Pemanfaatan Ruang dengan RDTR
Pemahaman KBLI
3. KOMPATIBILITAS
MUATAN YANG DIATUR DALAM PEDOMAN
Klasifikasi Turunan Unsur
Muatan yang Diatur
Pola Ruang
Keterangan
Nama Sub- Kualitas yang
Zona Definisi
Unsur Zona Diharapkan/Kriteria Performa
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Muatan materi yang Diatur Pedoman
Kesesuaian Kegiatan pada Zona Matriks Penulisan Ketentuan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang
Pemanfaatan Ruang Zonasi (Permen ATR/BPN 11/2021, Lampiran IV.5)
Kegiatan Zona RTH Kota Zona Perumahan Zona SPU Zona Peruntukan
Lainnya
RTH-1 RTH-2 R-1 R-2 R-3 SPU-1 SPU-2 PL-1 PL-2

Bertujuan untuk menjadi:


1) Acuan dalam merumuskan kualitas
lokal minimum
Acuan untuk kebutuhan pengaturan intensitas, tata
bangunan, dan sarpras minimum suatu kegiatan di
dalam zona (berdasarkan nilai local daerah dan Matriks Penulisan Ketentuan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang
dirumuskan oleh pemda) Zonasi (Permen ATR/BPN 11/2021, Lampiran IV.6)
2) Acuan dalam merumuskan karakteristik Pemanfaatan Bersyarat secara Terbatas (T):
kegiatan/daftar kegiatan 1. Ruko, warung, toko, pasar lingkungan, diijinkan secara terbatas dengan batasan :
a. tidak mengganggu lingkungan sekitarnya;
3) Acuan dalam merumuskan ketentuan b. KDB maksimum sebesar 60%;
c. KLB maksimum 1,0-1,8;
ITBX d. KDH minimal 40% dari luas persil; dan
e. jumlah maksimal perbandingan dari masing-masing kegiatan lahan tersebut
dengan jumlah rumah yang ada di blok tersebut adalah 1 : 4.
ALUR KOMPATIBILITAS/KESESUAIAN KEGIATAN PADA ZONA DASAR dan ZONA PERTAMPALAN
Pola Ruang merupakan Klasifikasi Zona/Sub Zona di dalam RDTR.
Klasifikasi zona/sub zona berdasarkan Permen 14/2021 tentang basis
Kualitas data.
Pola Ruang Zona Kinerja/Kualitas
Lokal Minimum Pertampalan zona dasar dengan ketentuan khusus digambarkan dengan
peta ketentuan khusus. Klasifikasi ketentuan khusus berdasarkan Permen
Kompatibilitas/ Kesesuaian 11/2021 dan Permen 14/2021 tentang basis data.
Kegiatan Pada Zona
Kualitas Kinerja/Kualitas Lokal Minimum dirumuskan sebagai acuan/alat
ukur kondisi zona/subzona yang diharapkan sehingga dapat menjadi
Kompatibilitas/ batasan kegiatan dalam menjaga kinerja zona/subzona yang telah
Kesesuaian
ditetapkan.
Kegiatan Pada
Zona Dasar Karakteristik kegiatan digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan yang saat
ini berkembang dan mungkin akan berkembang di masa mendatang pada
Karakteristik suatu peruntukan/zona/subzona akibat rencana yang disusun. Dilakukan
Kegiatan
melalui pemadanan nomenklatur dengan jenis kegiatan di KBLI digit ke-5

Kompatibilitas/ Kesesuaian Kegiatan Pada Zona Dasar dilakukan untuk


Keberlanjutan menentukan kegiatan dalam suatu zona/sub zona kompatibel/tidak melalui
Pertampalan Zona fungsi Zona kriteria : 1) Kriteria aspek legal, 2) Kriteria relasi kegiatan utama-
Dasar dengan Pertampalan ITBX penunjang, 3) Kriteria skala kegiatan, 4) Kriteria sifat-karakteristik kegiatan,
Ketentuan Khusus dengan Ketentuan 5) Kriteria daya dukung infrastruktur dan utilitas, dan 6) Kriteria dampak.
Khusus Hasil analisis menggambarkan tipologi kegiatan kompatibel/ tidak
kompatibel sebagai dasar dalam menentukan kegiatan I, T/B, X.

Keberlanjutan fungsi zona pertampalan dengan ketentuan khusus


dilakukan terhadap kegiatan yang di zona dasar sudah diizinkan/memiliki
syarat/terbatas (I, T/B) namun bertampahan dengan zona ketentuan khusus
Aturan spesifik sehingga harus memperhatikan aturan yang ada pada zona ketentuan
Analisis Gap Antara Kualitas dengan Kondisi Eksisting yang khusus tersebut.
Kondisi Eksisting membutuhkan Ketentuan khusus dapat mempengaruhi ketentuan ITBX/aturan intensitas,
aturan berbeda tata bangunan, dan sarpras minimal (sesuai aturan yang dipersyaratkan
pada masing-masing sektor dan daerah)
Diatur dengan Pedoman tersendiri
ALUR KOMPATIBILITAS/KESESUAIAN KEGIATAN PADA ZONA DASAR
Iterasi-1:
Kualitas KEGIATAN Tidak diperbolehkan
Kegiatan berada Pengaturan ketentuan kegiatan
Kinerja/Kualitas dan pada zona dasar pada Aspek legal
Lokal Minimum Karakteristik
§ Diperbolehkan
§ Diperbolehkan dengan syarat
§ Tidak diatur
Iterasi-2:
Memenuhi Indikator kompatibilitas?

Relasi KEGIATAN UTAMA- tidak Tidak


KEGIATAN PENUNJANG KEGIATAN DILARANG
(Termasuk Keselarasan yang
diatur dalam Peraturan Perundangan) Dampak tidak dapat
diantisipasi dengan
ketentuan
bersyarat/terbatas
Sebagai “pembanding”/tolak ukur analisis SKALA KEGIATAN
agar kegiatan tidak mengganggu kualitas Tidak
yang ditetapkan Ya Apakah dampak
Iterasi-3:
dapat diantisipasi
Memenuhi Indikator kompatibilitas? dengan ketentuan
Tidak bersyarat/ terbatas?
SIFAT-KARAKTERISTIK
KEGIATAN DALAM sepenuhnya
PEMANFAATAN RUANG KOMPATIBEL?
Dampak dapat
diantisipasi dengan
DAYA DUKUNG ketentuan
INFRASTRUKTUR DAN UTILITAS bersyarat/terbatas
Ya
ya
DAMPAK KEGIATAN § Terbatas; dan/atau
KEGIATAN DIIZINKAN Bersyarat
Lingkup analisis kompatibiltias pada
zona dasar tahap Iterasi-1, Iterasi-2, Sarpras Minimum/maksimum,
dan Iterasi-3. intensitas, tata bangunan
ALUR KOMPATIBILITAS/KESESUAIAN KEGIATAN PADA ZONA DENGAN KETENTUAN KHUSUS/ZONA PERTAMPALAN
Analisis kompatibiltias pada zona dasar tahap Iterasi-1, Iterasi-2, dan Iterasi-3, dihasilkan kegiatan yang ditetapkan sebagai kegiatan diizinkan/memiliki
syarat/terbatas (I, T/B). Kegiatan I, T/B apabila masuk di dalam zona yang memiliki ketentuan khusus, maka dilanjutkan dalam proses penelaahan terhadap
aturan ketentuaan khusus sesuai perUUan. Aturan ketentuan khusus dapat mempengaruhi ketentuan ITBX/aturan intensitas, tata bangunan, dan sarpras minimal
(sesuai aturan yang dipersyaratkan pada masing-masing sektor)

Pengaturan ketentuan kegiatan Tidak diperbolehkan


pada Ketentuan Khusus
(Sesuai peraturan perundang-
undangan sektor terkait)

KEGIATAN DILARANG

Apakah keberlanjutan
kegiatan dapat Tidak dapat diantisipasi
diantisipasi dengan
ketentuan
terbatas?

Dampak dapat
diantisipasi dengan
ketentuan terbatas

Ya

Terbatas

Karena adanya pertampalan zona dasar dengan ketentuan


khusus, maka hasil analisis kompatibilitas tsb dilanjutkan
dengan tahapan analisis keberlanjutan fungsi ketentuan
khusus
ALUR KOMPATIBILITAS Tahapan Proses Analisis Output
1. Kualitas Kinerja/Kualitas Lokal Rumusan tabel Kualitas Kinerja/Kualitas Lokal Minimum Zona/Zub Zona, meliputi: Kualitas Lokal Minimum Zona/Zub Zona.
Minimum Zona/Zub Zona § Definisi;
§ Kualitas yang diharapkan, meliputi Batasan intensitas pemanfaatan ruang,
Batasan tata bangunan, dan sarpras minimal di suatu zona (hasil analisis oleh
Pemda sbg nilai lokal)
2. Karakteristik Kegiatan § Daftar kegiatan disusun selengkap mungkin Jenis kegiatan sesuai KBLI (5 digit)
Kegiatan § Daftar kegiatan dilakukan padanan nomenklatur dengan jenis kegiatan di KBLI
pada digit ke-5
4. Karakteristik Kegiatan melalui
Kriteria Kompatibilitas Zona dasar

a) Iterasi-1
§ Identifikasi Kegiatan Tidak
§ Identifikasi kegiatan yang diperbolehkan, tidak diperbolehkan, dan kegiatan List aturan egiatan
berdasarkan Aspek Legal Tidak diizinkan (X) yang memiliki syarat (T/B) berdasarkan peraturan perundang-undangan sektoral
§ Identifikasi kegiatan yang tidak memiliki aturan
b) Iterasi-2 Ya § Identifikasi kegiatan utama-penunjang Fungsi kegiatan
§ Relasi Kegiatan Utama –
Kegiatan Penunjang § Identifikasi skala kegiatan Skala kegiatan melayani atau tidak
Tidak
§ Skala Kegiatan memenuhi pelayanan di zona
Tidak diizinkan (X)

c) Iterasi-3 1) Apakah kegiatan memiliki karakteristik dan kelengkapan sarpras yang § Potensi mendukung atau merubah
§ Sifat karakteristik kegiatan Ya berpengaruh terhadap fungsi zona? karakter bangunan dan atau lingkungan,
dalam pemanfaatan ruang 2) Apakah dampak disebabkan oleh jumlah kegiatan, waktu operasi, serta telah atau belum didukung dengan
§ Daya Dukung Infrastruktur luasan/intensitas? sarana prasarana yang memadai
dan Utilitas 3) Apakah dampak terkait persyaratan/dampak lingkungan (berkurangnya § Kegiatan berdampak/tidak berdampak
§ Dampak kinerja infrastruktur, utilitas, keselamatan), keterbatasan ruang
5. Hasil Analisis Iterasi 1 s.d Pengelompokan kompatibilitas kegiatan hasil dari analisis melalui iterasi (1 s.d 3) § Kegiatan Kompatibel
Iterasi 3 § Kegiatan Tidak Kompatibel

6. Ketentuan ITBX Perumusan ketentuan kegiatan dalam matrik ITBX Matrik ITBX

Diizinkan (I) Tidak diizinkan (X) Terbatas Bersyarat

7. Zona Dasar yang bertampalan Proses ini sudah dilakukan sebelumnya dengan metode pertampalan peta pola § Negatif list: atau
dengan Ketentuan Khusus ruang dengan peta ketentuan khusus untuk melihat zona dasar terdapat § Sebagai syarat tambahan untuk intensitas,
Diatur dengan Ketentuan khusus sesuai aturan sektor ketsus/tidak. Apabila kegiatan didalam zona dasar bertampalan dgn ketsus maka tata bangunan, atau syarat lainnya yang
dan aturan daerah § Kegiatan yang tidak diperbolehkan diperlukan berdasarkan peraturan
§ Kegiatan yang diperbolehkan dan diberlakukan syarat/ketentuan berdasarkan perundang-undangan sektor terkait
peraturan perundang-undangan sektoral yang mengatur ketentuan khusus ketentuan khusus
KETERKAITAN DENGAN PROSES PENGOLAHAN DATA DAN
PEDOMAN KESESUAIAN KEGIATAN PADA ZONA PEMANFAATAN RUAN
ANALISIS UNTUK PENYUSUNAN RDTR DI DALAM PERMEN 11/2021
1) Karakteristik Peruntukan Zona 1. Kualitas Kinerja/Kualitas Lokal Minimum Zona/Sub
Analisis karakteristik peruntukan zona/sub zona berdasarkan Zona
kondisi yang diharapkan dilakukan untuk mengidentifikasi definisi
dan kualitas lokal minimum pada masing-masing zona/sub zona
2) Jenis dan Karakteristik Kegiatan yang Saat Ini Berkembang dan 2. Kegiatan dan Karakteristik (Daftar Kegiatan)
Mungkin Akan Berkembang di Masa Mendatang
Kegiatan
Analisis jenis dan karakteristik kegiatan eksisting dan
perkembangannya digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan
yang ada saat ini, kegiatan yang direncanakan, dan/atau
Zona dasar
kegiatan yang mungkin timbul akibat rencana yang disusun

3) Kesesuaian Kegiatan terhadap Peruntukan/Zona/Sub Zona 4. Karakteristik Kegiatan melalui Kriteria Kompatibilitas
Analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona Tidak
a) Iterasi-1
dilakukan untuk mengindentifikasi kompatibilitas kegiatan dengan Tidak diizinkan (X)
zona/sub zona serta kompatibilitas kegiatan dengan kualitas local § Pengaturan ketentuan kegiatan pada Aspek legal
minimum zona/sub zona Ya
b) Iterasi-2
4) Dampak Kegiatan terhadap Jenis Peruntukan/Zona/Sub Zona § Relasi Kegiatan Utama –Kegiatan Penunjang Tidak
§ Skala Kegiatan
Tidak diizinkan (X)

c) Iterasi-3
§ Sifat karakteristik kegiatan dalam pemanfaatan Ya

ruang
§ Daya dukung infrastruktur dan utilitas
§ Dampak

5. Hasil Analisis Iterasi 1 s.d Iterasi 3


§ Kompatibel
§ Tidak Kompatibel
§ Berdampak/Tidak Berdampak

6. Ketentuan ITBX Diizinkan (I) Tidak diizinkan (X) Terbatas Bersyarat

5) Analisis Karakteristik Spesifik Lokasi 7. Zona Dasar yang bertampalan dengan Ketentuan
Diatur dengan Ketentuan khusus sesuai aturan sektor
mengidentifikasi lokasi-lokasi dengan karakteristik spesifik yang Khusus dan aturan daerah
membutuhkan pengaturan yang berbeda
JENIS DAN KARAKTERISTIK KEGIATAN Jenis & Karakteristik #1

Jenis dan karakteristik kegiatan digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan yang saat ini berkembang dan mungkin akan berkembang di masa mendatang
pada suatu peruntukan/zona/subzona akibat rencana yang disusun.

Proses identifikasi jenis dan karakteristik kegiatan dilakukan dengan:

Perumusan kegiatan melalui


Perumusan daftar kegiatan pemadanan nomenklatur Perumusan kebutuhan data
selengkap mungkin dengan jenis kegiatan di KBLI minimal kegiatan
pada digit ke-5

1 Perumusan Daftar Kegiatan Selengkap Mungkin

PERUMAHAN PERDAGANGAN DAN JASA INDUSTRI DAFTAR KEGIATAN LAINNYA


1. Berdasarkan jenis bangunan: 1. Berdasarkan jenis kegiatan: 1. Berdasarkan besaran modal dan/atau
§ Rumah Tunggal § Warung tenaga kerja
§ Rumah Deret § Pertokoan § Industri Besar
§ Rumah Susun* (sebagai contoh § Pasar tradisional § Industri Menengah
ilustrasi analisis kompatibilitas) § Hypermarket § Industri Kecil Kelompok daftar kegiatan lainnya
§ Dll § Supermarket dapat didaftar oleh Pemerintah
§ dll Daerah sesuai kondisi eksisting dan
2. Berdasarkan fungsi 2. Berdasarkan barang yang diperdagangkan 2. Berdasarkan jenis industri: rencana kegiatan (yang mungkin ada
§ Asrama § Bahan bangunan dan perkakas § Makanan/ Minuman dan prospektif berkembang di daerah)
§ Kost-kostan § Makanan dan Minuman § Tekstil pada suatu zona
§ Panti jompo § Peralatan Rumah Tangga § Tembakau
§ Guest House § Hewan peliharaan dan kebutuhannya § Pakaian jadi
§ Paviliun § Alat-alat dan bahan farmasi § Publikasi dan Percetakan
§ Rumah dinas § Pakaian dan aksesoris § Minyak, batubara dan Bahan reaktor
§ dll § dll § dll
Jenis pembagian klasifikasi di dalam daftar kegiatan disesuaikan dengan muatan yang akan diatur di dalam daftar kegiatan tsb
JENIS DAN KARAKTERISTIK KEGIATAN Jenis & Karakteristik #2

2 Perumusan kegiatan melalui pemadanan nomenklatur dengan jenis kegiatan di KBLI pada digit ke-5

Langkah proses pemadanan CONTOH PEMADANAN KEGIATAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN KBLI TERBARU
kegiatan pemanfaatan ruang
dengan jenis kegiatan pada KBLI Proses pemadanan kegiatan jenis kegiatan pemanfaatan ruang dengan jenis kegiatan di KBLI
(digit 5), sebagai berikut:
1. Identifikasi kegiatan
berdasarkan kaidah tata ruang
(eksisting, rencana, dan mungkin
akan berkembang)
2. Mendefinisikan kegiatan dari
angka (1)
3. Memadankan nomenklatur dan
definisi kegiatan pada angka
(1) dan (2) dengan definisi jenis Hasil pemadanan kegiatan
kegiatan pada KBLI yang
terbaru Kode Keterangan dalam
No Kegiatan
KBLI KBLI
Untuk kegiatan Non KBLI dilakukan
1 Rumah 41011 Konstruksi Gedung
proses sebagai berikut:
Susun Hunian
1. Identifikasi kegiatan
berdasarkan kaidah tata ruang 2 dst dst dst
(eksisting, rencana, dan mungkin
akan berkembang)
2. Mendefinisikan kegiatan dari
angka (1)
3. Mencari kemiripan jenis
kegiatan pemanfaatan ruang
dengan memadankan
nomenklatur dan definisi
kegiatan pada angka (1) dan
(2) dengan definisi jenis
kegiatan pada KBLI yang
terbaru
JENIS DAN KARAKTERISTIK KEGIATAN Jenis & Karakteristik #3

3 Perumusan kebutuhan data minimal kegiatan


Perumusan kebutuhan data minimal kegiatan sebagai input data dalam merumuskan karakteristik kegiatan. Kebutuhan data minimal kegiatan,
meliputi:

FORMAT TABEL KEBUTUHAN DATA MINIMAL KEGIATAN

NO JENIS KEGIATAN DATA YANG DIPERLUKAN SUMBER DATA

1 Jenis kegiatan § Jenis kegiatan KBLI dan/atau jenis kegiatan lain yang sudah dilakukan proses pemadanan dengan KBLI § Survey Lapangan
pemanfaatan ruang yang § Kondisi bangunan (KDB, KLB, jumlah lantai bangunan, tinggi bangunan, dll) § Dokumen perizinan
ada saat ini (eksisting) § Ketersediaan prasarana parkir, bongkar muat, pengolahan limbah, dll § KBLI 2020
§ Kondisi jalan dan lalu lintas di sekitar kegiatan eksisting
§ Skala kegiatan
§ Jam operasional
§ Data dan informasi izin pemanfaatan ruang eksisting, baik dari sektor kehutanan, kelautan, pertanahan,
pertambangan, dll, terutama yang berskala besar
§ Data dan informasi lainnya yang dianggap perlu
2 Jenis kegiatan § Jenis kegiatan KBLI dan/atau jenis kegiatan lain yang sudah dilakukan proses pemadanan dengan KBLI § Dokumen Rencana Tata Ruang
pemanfaatan ruang yang § Hasil analisis kedudukan (rencana struktur ruang dan pola
direncanakan § Hasil analisis sosial budaya ruang)
§ Hasil analisis kebutuhan sarana prasarana § KUZ di dalam RTRW Kabupaten
§ Hasil analisis lainnya yang dianggap perlu
3 Jenis kegiatan § Jenis kegiatan KBLI dan/atau jenis kegiatan lain yang sudah dilakukan proses pemadanan dengan KBLI § Survey Lapangan
pemanfaatan ruang yang § Kecenderungan perkembangan di lapangan hasil survey lapangan § Dokumen Rencana Tata Ruang
mungkin akan § Hasil analisis kedudukan (rencana struktur ruang dan pola
berkembang § Hasil analisis sosial budaya ruang)
§ Hasil analisis kebutuhan sarana prasarana § KUZ di dalam RTRW Kabupaten
§ Hasil analisis lainnya yang dianggap perlu
JENIS DAN KARAKTERISTIK KEGIATAN Jenis & Karakteristik #1

CONTOH PENULISAN KEBUTUHAN DATA MINIMAL RUMAH SUSUN

NO JENIS KEGIATAN DATA YANG DIPERLUKAN SUMBER DATA

1 Rumah susun Eksisting : § Survey Lapangan


(Sesuai hasil survey dengan menggunakan form survey pada slide 37) § Peraturan sektor terkait
1. KDB: (sesuai hasil survey) § Hasil analisis lainnya
2. KLB: (sesuai hasil survey)
3. Ketersediaan RTH: (sesuai hasil survey)
4. Sarana prasarana di dalam lingkungan rumah susun: (sesuai hasil survey)
5. Dampak: (sesuai hasil survey)
6. Perizinan: (sesuai hasil survey)

Rencana :
(Ketentuan rencana pembangunan Rumah Susun berdasarkan peraturan Permen 60/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan
Rumah Susun)
1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Untuk rumah susun hunian dengan jumlah lantai 5 (lima) dan kepadatan penghuni maksimum : 1.736 orang, dengan nilai Koefisien
Lantai Bangunan (KLB) sebesar 25% (dua puluh lima persen)
2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)\Untuk rumah susun hunian dengan lantai 5 (lima) dan kepadatan penghuni maksimum : 1.736
orang, dengan nilai Koefisien Lantai Bangunan (KLB) sebesar 1,25% (satu dua puluh lima per seratus)
Ketinggian dan kedalaman bangunan merupakan banguanan ukuran tegak di atas dan di bawah permukaan tanah yang
batas ketinggiannya disesuaikan dengan kemampuan teknis teknologi, psikologi dan sosial budaya masyarakat
3. Jarak antara bangunan harus memenuhi persyaratan jarak terhadap bahaya kebakaran, pencahayaan dan pertukaran udara
yang diatur sebagai berikut :
a. Jarak tehadap bahaya kebakaran harus dihitung berdasarkan jarak jilatan api terjauh di luar rumah susun ditambah
lebar ruang untuk pergerakan mobil dan perlengkapan pemadam kebakaran
b. Dstnya
4. Batas pemilikan tanah bersama harus sesuai dengan tanda bukti haknya
Lingkungan rumah susun harus dilengkapai dengan prasarana lingkungan berupa jalan setapak, jalan kendaraan yang
berfungsi sebagai penghubung antar bangunan rumah susun atau keluar lingkungan rumah susun, tempat parkir dan/atau
tempat penyimpanan barang.
5. Aturan lainnya yang diatur sesuai Permen
JENIS DAN KARAKTERISTIK KEGIATAN Jenis & Karakteristik #4

CONTOH FORM SURVEI KOMPATIBILITAS/KESESUAIAN KEGIATAN PADA ZONA


JENIS DAN KARAKTERISTIK KEGIATAN Jenis & Karakteristik #4

CONTOH FORM SURVEI KOMPATIBILITAS/KESESUAIAN KEGIATAN PADA ZONA


KUALITAS KINERJA /KUALITAS LOKAL MINIMUM Kualitas Kinerja Zona #1

Perumusan kualitas kinerja/kualitas lokal minimum dilakukan untuk setiap zona/sub zona, sebagai batasan bagi kegiatan dapat berada di suatu zona
dengan tidak mengurangi kualitas lokal minimum suatu zona yang ditetapkan.
Kualitas lokal minimum disusun berdasarkan pertimbangan:
1. Dampak kegiatan terhadap lingkungan, sosial-budaya, lalu lintas;
2. Kelestarian lingkungan (perlindungan dan pengawasan terhadap pemanfaatan air, udara dan ruang bawah tanah);
3. Rujukan terhadap ketentuan-ketentuan maupun standar-standar yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang, termasuk untuk bangunan yang
memiliki fungsi tertentu (misalnya bandara, pelabuhan, dan lain-lain);
4. Rujukan terhadap ketentuan dalam peraturan bangunan setempat.

Proses perumusan kualitas kinerja/kualitas lokal minimum zona/sub zona dilakukan dengan:

Identifikasi peraturan perundang-undangan Perumusan definisi dan kualitas yang diharapkan


sektor dan aturan daerah terkait yang pada suatu zona berdasarkan aturan sektor dan
berlaku nilai lokal
Nilai lokal dilengkapi dengan lampiran ketentuan intensitas bangunan, ketentuan tata
bangunan, dan ketentuan sarana prasarana minimal pada suatu zona (berdasarkan hasil
analisis yang dilakukan pemerintah daerah)
KUALITAS KINERJA /KUALITAS LOKAL MINIMUM Kualitas Kinerja Zona #2

Form Kualitas Kinerja/Kualitas Lokal Minimum Zona/Sub Zona

No Muatan Keterangan
1 Klasifikasi turunan unsur pola ruang – Nama Unsur Nama jenis pola ruang berupa zona lindung dan zona budi daya
2 Klasifikasi turunan unsur pola ruang – Zona Nama jenis turunan zona lindung dan zona budi daya
3 Klasifikasi turunan unsur pola ruang – Sub Zona Nama jenis turunan sub zona lindung dan sub zona budi daya
4 Materi Muatan Zona – Definisi Definisi zona/subzona memuat pengertian lebih lanjut tentang zona/sub zona
5 Materi Muatan Zona – Kualitas yang Kualitas yang Diharapkan/Kriteria performa zona/sub zona merupakan kualitas atau kinerja yang harus
Diharapkan/Kriteria Performa dipenuhi untuk mencapai tujuan penetapan masing-masing zona/sub zona berdasarkan aturan sektor
6 Materi Muatan Zona – Kualitas Lokal Minimum Kualitas yang Diharapkan/Kriteria performa zona/sub zona merupakan kualitas atau kinerja yang harus
dipenuhi untuk mencapai tujuan penetapan masing-masing zona/sub zona berdasarkan kondisi daerah
setempat/nilai lokal daerah
7 Keterangan Keterangan memuat rujukan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Klasifikasi Turunan Unsur Pola


Muatan yang Diatur
Ruang
Kualitas yang Diharapkan/Kriteria Keterangan
Nama Kualitas Lokal Minimum
Zona Sub-Zona Definisi Performa
Unsur (Diisi oleh Pemda)
(berdasarkan aturan sektor)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Zona Zona…….. Sub Merujuk pada definisi yang Merujuk pada definisi yang telah (Diisikan kualitas lokal minimum oleh Pemerintah Daerah Untuk aturan sektor merujuk
Lindung/ Zona…… telah dirumuskan pada dirumuskan pada Pedoman Kesesuaian dengan mempertimbangkan nilai lokal daerah) yang dapat pada definisi yang telah
Zona Pedoman Kesesuaian Kegiatan Kegiatan pada Zona meliputi: dirumuskan pada Pedoman
Budidaya pada Zona 1) Batasan kegiatan yang diperbolehkan pada suatu Kesesuaian Kegiatan pada
zona Zona, dan dapat ditambahkan
2) Batasan intensitas pemanfaatan ruang dan tata untuk diisi dengan aturan
bangunan pada suatu zona daerah yang mengatur nilai
3) Ketentuan sarana prasana minimal lokal daerah
KUALITAS KINERJA /KUALITAS LOKAL MINIMUM Kualitas Kinerja Zona #3

Contoh Pengisian Form Kualitas Kinerja/Kualitas Lokal Minimum Zona/Sub Zona

Klasifikasi Turunan Unsur Pola


Muatan yang Diatur
Ruang
Kualitas yang Keterangan
Nama Kualitas Lokal Minimum
Zona Sub-Zona Definisi Diharapkan/Kriteria Performa
Unsur (Diisi oleh Pemda)
(berdasarkan aturan sektor)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Zona Zona Rumah Peruntukan ruang Menyediakan unit hunian Contoh 1 penulisan Kualitas Lokal Minimum: Peraturan perundang-undangan sektor:
Budida Peru Kepadatan yang difungsikan dengan tingkat kepadatan Zona perumahan diperuntukan untuk kegiatan hunian 1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
ya maha Sedang untuk tempat sedang yang layak dan dengan intensitas sedang, yang dapat juga berupa tentang Cipta Kerja
n tinggal atau terjangkau dan dilengkapi rumah susun dengan lantai rendah, dan dilengkapi 2) Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang
hunian dengan dengan PSU perumahan dengan kegiatan perdagangan untuk keperluan sehari- Perumahan dan Kawasan Permukiman
perbandingan sehingga tercipta lingkungan hari serta fasilitas penunjang kegiatan perumahan. 3) Permen ATR/BPN Nomor 11 Tahun 2021
yang besar yang sehat, aman, serasi, Pada zona ini diperkenankan kegiatan penunjang tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan
antara jumlah teratur, terencana, terpadu, hunian dengan jumlah yang terkendali dan sesuai Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan
bangunan rumah dan berkelanjutan. standar penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial, Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah
dengan luas serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Rencana
lahan. fungsi hunian. Detail Tata Ruang
(Analisis tim, 2021) 4) Permen ATR/BPN Nomor 14 Tahun 2021
Tentang Pedoman Penyusunan Basis Data
Contoh 2 penulisan Kualitas Lokal Minimum: dan Penyajian Peta Rencana Tata Ruang
Zona perumahan untuk mempertahankan lingkungan Wilayah Provinsi, Kabupaten, dan Kota,
yang memfasilitasi low-rise housing, dengan luas serta Peta Rencana Detail Tata Ruang
kapling besar. Perdagangan dan fasilitas sosial dan Kabupaten/Kota
umum melampaui standar diperkenankan sejauh tidak
mengganggu fungsi zona perumahan besar. Peraturan perundang-undangan daerah terkait:
(Lampiran Perda RDTR Kota Bandung 10/2015 tentang 1) Perda kab/kota terkait bangunan gedung
RDTR dan PZ Kota Bandung (2015-2035) 2) Perda RTRW Kab/Kota terkait
3) Perda terkait lainnya yang berisi pengaturan
untuk pembatasan di dalam tabel kualitas
yang diharapkan
KUALITAS KINERJA /KUALITAS LOKAL MINIMUM Kualitas Kinerja Zona #3

Contoh Aturan Daerah terkait Nilai Lokal (Intensitas, Tata Bangunan, dan Sarpras Minimal Zona) sebagai rujukan perumusan Kualitas Lokal Minimum
Sumber: Ranperda RDTR Kota Batam
FLOWCHART ALUR KRITERIA – Iterasi I

Iterasi-1:
Pengaturan ketentuan Tidak diperbolehkan
KEGIATAN
kegiatan pada Aspek
legal

§ Diperbolehkan
§ Diperbolehkan dengan syarat
§ Tidak diatur

Iterasi-2: DILARANG

KRITERIA INDIKATOR VARIABEL CARA MENILAI


Pengaturan ketentuan Penetapan ketentuan kegiatan § Kegiatan yang tidak diperbolehkan berdasarkan § Jika suatu kegiatan dinyatakan tidak diperbolehkan
kegiatan pada Aspek Legal pemanfaatan ruang di dalam suatu peraturan perundang-undangan sektoral di dalam suatu zona maka kegiatan tersebut tidak
zona berdasarkan peraturan diperbolehkan
perundang-undangan sektor
§ Kegiatan yang diperbolehkan dan kegiatan § Jika suatu kegiatan dinyatakan diperbolehkan/
diperbolehkan yang memiliki syarat (T/B) diperbolehkan dengan syarat, maka diuji kembali
berdasarkan peraturan perundang-undangan pada iterasi-2
sectoral
§ Kegiatan yang tidak memiliki aturan § Jika suatu kegiatan tidak diatur di dalam peraturan
perundang-undangan, maka diuji kembali pada
iterasi-2

Diuji kembali pada Iterasi-2 meliputi: (slide selanjutnya)


§ Relasi kegiatan utama-kegiatan penunjang (termasuk Keselarasan yang diatur dalam
Peraturan Perundangan)
§ Skala Kegiatan
FLOWCHART ALUR KRITERIA – Iterasi II
Iterasi-1:
Kualitas
KEGIATAN
Kinerja/Kualitas
Lokal Minimum Iterasi-2:
Memenuhi Indikator kompatibilitas?
Sebagai “pembanding”/tolak ukur analisis Relasi KEGIATAN UTAMA-KEGIATAN
agar kegiatan tidak mengganggu kualitas
yang ditetapkan
PENUNJANG
(Termasuk Keselarasan yang tidak
diatur dalam Peraturan Perundangan)
KEGIATAN DILARANG

SKALA KEGIATAN

Iterasi-3:

KRITERIA INDIKATOR VARIABEL CARA MENILAI

Relasi Kegiatan a. Kegiatan utama § Kegiatan utama dan atau kegiatan penunjang memiliki 1. Jika kegiatan penunjang, tidak memiliki relasi dengan fungsi
Utama-Kegiatan Kegiatan utama apabila memiliki karakteristik relasi dengan fungsi utama zona utama zona dan skala kegiatan tidak memenuhi, maka
Penunjang sama dengan fungsi utama zona. § Kegiatan penunjang tidak memiliki relasi dengan fungsi kegiatan dilarang
(termasuk utama zona
b. Kegiatan penunjang, dapat: 2. Jika kegiatan penunjang , tidak memiliki relasi dengan
Keselarasan yang
Kegiatan yang berfungsi sebagai aksesoris atau fungsi utama zona, dan skala kegiatan memenuhi/melayani
diatur dalam
kegiatan tambahan dari fungsi/kegiatan utama di dalam suatu zona, maka kegiatan tersebut diuji kembali
Peraturan
dalam kapling/bangunan pada iterasi-3
Perundangan)
§ Sebagai kegiatan pendukung dari kegiatan 3. Jika kegiatan utama dan atau kegiatan penunjang, memiliki
utama zona; atau relasi dengan fungsi utama zona, dan skala kegiatan
§ Sebagai kegiatan lain yang dimungkinkan ada memenuhi/melayani di dalam suatu zona, maka kegiatan
di dalam zona yang tidak berfungsi sebagai tersebut diuji kembali pada iterasi-3
kegiatan pendukung (kegiatan pelengkap)
4. Jika kegiatan penunjang, tidak memiliki relasi dengan fungsi
Skala Kegiatan Kegiatan memiliki skala layanan terhadap zona § Jangkauan layanan sesuai skala kegiatan (skala RT, skala utama zona, tetapi di dalam peraturan perundang-undangan
RW, skala keluarahan, skala kecamatan sesuai aturan yang sektoral tsb dimungkinkan kegiatan tersebut di dalam
berlaku) suatu zona. Dan skala kegiatan tidak memenuhi/melayani
§ Apabila kegiatan tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan di dalam suatu zona, maka kegiatan tersebut diuji kembali
skala kegiatan, maka dapat dilihat dari besaran luas persil pada iterasi-3

Diuji kembali pada Iterasi-3 meliputi: (slide selanjutnya)


FLOWCHART ALUR KRITERIA – Iterasi III
Iterasi-1:
Kualitas KEGIATAN
Kinerja/Kualitas
Lokal Minimum Iterasi-2:

Iterasi-3: Dilarang
Tidak dapat
Memenuhi Indikator kompatibilitas? diantisipasi
Tidak
SIFAT-KARAKTERISTIK KEGIATAN
DALAM PEMANFAATAN RUANG Tidak Apakah dampak
Sebagai “pembanding”/tolak ukur analisis sepenuhnya dapat diantisipasi
agar kegiatan tidak mengganggu kualitas DAYA DUKUNG INFRASTRUKTUR
KOMPATIBEL?
dengan ketentuan
yang ditetapkan DAN UTILITAS bersyarat/ terbatas?

DAMPAK KEGIATAN ya Dapat diantisipasi


Diizinkan T/B

KRITERIA INDIKATOR VARIABEL CARA MENILAI

Sifat-karakteristik Kegiatan tidak berpotensi 1. Perkiraan intensitas: KDB, KLB, KDH 1. Jika karakteristik kegiatan tidak berpotensi merubah dan kegiatan ditunjang
Kegiatan Dalam merubah karakter bangunan dan 2. Karakter massa bangunan: GSB, TB, KTB; dengan infrastruktur dan utilitas yang memadai serta tidak berdampak, maka
Pemanfaatan lingkungan serta mendorong 3. Karakteristik bangunan yang disesuaikan dengan kegiatan tersebut diizinkan
Ruang perubahan pemanfaatan ruang karakteristik kegiatan
2. Jika karakteristik kegiatan berpotensi merubah dan kegiatan tidak ditunjang
dalam zona yang sulit Sifat-karakteristik kegiatan dalam pemanfaatan ruang tidak
dengan infrastruktur dan utilitas yang memadai serta berpotensi berdampak,
dikendalikan. mengganggu/sesuai dengan batasan intensitas yang ditetapkan
maka kegiatan tersebut dilarang
di dalam kualitas local minimum
3. Jika karakteristik kegiatan berpotensi merubah dan kegiatan ditunjang dengan
Daya Dukung Kegiatan ditunjang dengan 1. Sarana prasarana eksisting kegiatan; infrastruktur dan utilitas yang memadai serta berpotensi berdampak, maka
Infrastruktur Dan infrastruktur dan utilitas yang 2. Kebutuhan sarana prasarana yang dibutuhkan kegiatan kegiatan kompatibel tersebut diuji kembali pada iterasi “antisipasi dampak”
Utilitas memadai. sesuai aturan sektor/standar teknis terkait
Kebutuhan sarpras kegiatan tidak melebihi daya dukung sarpras 4. Jika karakteristik kegiatan tidak berpotensi merubah dan kegiatan tidak ditunjang
di dalam zona yang ditetapkan di dalam kualitas local minimum dengan infrastruktur dan utilitas yang memadai serta berpotensi berdampak,
maka kegiatan kompatibel tersebut diuji kembali pada iterasi “antisipasi dampak”
Dampak Kegiatan Berpotensi mengganggu kualitas 1. dampak lingkungan
kinerja/ kualitas lokal minimun 2. dampak lalu lintas 5. Jika karakteristik kegiatan tidak berpotensi merubah dan kegiatan ditunjang
zona yang ditetapkan 3. dampak sosial dengan infrastruktur dan utilitas yang memadai serta berpotensi berdampak,
maka kegiatan kompatibel tersebut diuji kembali pada iterasi “antisipasi dampak”
Pemahaman antisipasi dampak pada slide selanjutnya
FLOWCHART ALUR KRITERIA – “Antisipasi Dampak”

Diuji berdasarkan “iterasi dampak” yaitu


Pendetailan Pengujian Dampak
Dampak kegiatan merupakan dampak yang menimbulkan perubahan
lingkungan yang sangat mendasar, sehingga jika tidak diantisipasi akan
menimbulkan kerusakan lingkungan.
Jenis dampak dapat berupa: Kegiatan Hasil Iterasi 3 (Kompatibel
1) Dampak lingkungan memiliki dampak)– dilakukan “Antisipasi
Pencemaran udara (bau, debu), Pencemaran air (keruh, bau), Pencemaran Dampak” melalui
tanah (lahan kritis, erosi), Lingkungan kumuh, Peningkatan laju run off aliran
air (banjir, genangan), dan dampak lingkungan lainnya
2) Dampak lalu lintas
Kemacetan, Kebisingan, Parkir di badan jalan, Kerusakan jalan, Dampak
lalu lintas lainnya Apakah dampak terkait
3) Dampak social Apakah dampak terkait/ disebabkan oleh
jumlah kegiatan, waktu operasi, persyaratan/dampak
Konflik sosial lingkungan (berkurangnya Kinerja
luasan/intensitas dan sejenisnya (informasi
Aspek dampak wajib mentaati baku mutu dan kegiatan wajib AMDAL dan Infrastruktur, Utilitas) (informasi daya
sifat-karakteristik kegiatan) ?
Andalalin sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dukung infrastruktur&utilitas)?
tidak mengganggu/mengurangi kualitas zona.
(PermenLH P.38/MenLHK/Setjen/Kum.1/7/2019 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang Wajib Memiliki Amdal serta PP No.30 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang LLAJ dan Permen 75/2015 tentang Penyelenggaraan Andalalin) Bersyarat Bersyarat
Dilarang Dilarang
Untuk informasi dampak suatu kegiatan pada zona dapat diperoleh melalui terbatas (T) tertentu (B)
survey lapangan (berdasarkan informasi dampak yang diisikan pada form survei )
TIPOLOGI KOMPATIBILITAS KEGIATAN Tipologi Kompatibilitas #1

Kegiatan Dilarang

Kegiatan Dilarang

Kegiatan
Kompatibel tidak Kegiatan
berdampak Diizinkan

Kegiatan
Kompatibel Kegiatan Terbatas
berdampak dan/atau Bersyarat

Kegiatan tidak
Kompatibel Kegiatan Dilarang
berdampak
Kegiatan tidak
Kompatibel tidak Kegiatan Dilarang
berdampak
TIPOLOGI KOMPATIBILITAS KEGIATAN Tipologi Kompatibilitas #2

Tidak sepenuhnya
(tidak memenuhi salah satu kriteria/indikator )

Ketentuan ITBX Tipologi Kompatibel Relasi Skala Sifat Daya Dukung Dampak Antisipasi Dampak
Kegiatan Dilarang Kegiatan tidak kompatibel x x
Kegiatan Diizinkan Kegiatan Kompatibel tidak Ö Ö Ö Ö Tidak berdampak
berdampak
1) Kegiatan Terbatas 1) Kegiatan Kompatibel Ö Ö Ö Ö berdampak 1) Dapat diantisipasi dengan
dan/atau Bersyarat berdampak dapat ketentuan terbatas atau bersyarat
Ö Ö x Ö berdampak
2) Kegiatan Dilarang diantisipasi 2) Tidak dapat diantisipasi dengan
2) Kegiatan Kompatibel Ö Ö Ö x berdampak ketentuan terbatas atau bersyarat
berdampak tidak dapat
diantisipasi Ö x Ö x berdampak

Kegiatan Dilarang Kegiatan tidak Kompatibel x Ö x x berdampak Tidak kompatibel umumnya tidak sesuai
berdampak dengan karakter zona dan kualitas
x x x x berdampak
kinerja zona yang ditetapkan. Pada
dasarnya kegiatan yang masuk
dalam kategori ini diberikan
ketentuan DILARANG. Dalam kondisi
tertentu (misalnya aspirasi masyarakat,
kegiatan ini sudah ada sejak lama dan
ada izinnya yang sah). Jika kondisinya
tidak dimungkinkan dilarang (pilihan
terakhir), mungkin ini masuk kategori
non conforming use yaitu mempunyai
implikasi kompensasi dsb. Boleh tetap
ada meskipun bertentangan selama tidak
menambah intensitas dengan aturan yang
baru, perubahan yang baru harus
mengikuti aturan yang baru
Kegiatan Dilarang Kegiatan tidak Kompatibel x Ö x x Tidak berdampak
tidak berdampak
x x x x Tidak berdampak
ILUSTRASI ALUR KOMPATIBILITAS/KESESUAIAN KEGIATAN
Zona Dasar yang bertampalan
Zona Dasar
dengan Ketentuan Khusus
1) Jenis kegiatan: 1) Jenis kegiatan:
Rumah susun di dalam sub zona perumahan kepadatan sedang (R-3) Rumah susun di dalam sub zona
2) Kualitas Kinerja sub zona perumahan kepadatan sedang: perumahan kepadatan sedang (R-
§ Definisi 3)
Peruntukan ruang yang difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang besar antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan. 2) Ketentuan Khusus
§ Kualitas yang diharapkan Sub zona perumahan kepadatan
Zona perumahan di peruntukan untuk kegiatan hunian dengan intensitas sedang, yang dapat juga berupa rumah susun dengan lantai rendah, dan dilengkapi dengan sedang bertampalan dengan
kegiatan perdagangan untuk keperluan sehari-hari serta fasilitas penunjang kegiatan perumahan. Pada zona ini diperkenankan kegiatan penunjang hunian dengan ketentuan khusus KKOP
jumlah yang terkendali dan sesuai standar penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial, serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap fungsi hunian. Prinsip pengaruh KKOP berdasarkan
Proses Iterasi Kriteria Analisis Kompatibilitas peraturan perundang-undangan
1) Kegiatan rumah susun dilakukan iterasi-1 pada kriteria pengaturan kegiatan pada aspek legal sektor yaitu ketentuan batas
§ Berdasarkan aturan sektor perumahan (Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan peraturan perumahan terkait lainnya) ketinggian yang telah ditentukan
diperbolehkan sebagai kegiatan fungsi hunian pada setiap kawasan di dalam
§ Hasil iterasi-1: Rumah susun diperbolehkan di dalam sub zona perumahan kepadatan sedang (R-3) KKOP.
2) Apabila diperbolehkan, kegiatan rumah susun diuji di dalam iterasi-2 untuk melihat apakah memenuhi kriteria kompatibilitas berdasarkan kriteria relasi kegiatan Apabila kegiatan rumah susun berada
utama-penunjang dan skala kegiatan pada sub zona perumahan kepadatan
§ Kegiatan rumah susun merupakan kegiatan utama di dalam zona perumahan yang berfungsi sebagai hunian dan memiliki skala kegiatan yang memberikan pelayanan sedang yang bertampalan dengan
hunian terhadap masyarakat KKOP maka ketinggian bangunan
§ Hasil iterasi-2: Rumah susun memenuhi kriteria pada iterasi-2 rumah susun mengikuti aturan batasan
3) Setelah memenuhi kriteria pada iterasi-2, maka kegiatan rumah susun diuji di dalam iterasi-3 untuk melihat karakteristik kegiatan, daya dukung infrastruktur, dan ketinggian yang dipersyaratkan di
dampak dari kegiatan tsb terhadap zona. dalam KKOP sehingga tidak
§ Kegiatan rumah susun memiliki jumlah lantai 5 (lima), KDB 60%, KLB 7.2, dan tidak berpotensi merusak karakter bangunan di lingkungan sekitarnya membahayakan keselamatan operasi
§ Kegiatan rumah susun dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum, meliputi: penerbangan.
o jaringan jalan, saluran pembuangan air limbah, saluran pembuangan air hujan (drainase), dan tempat pembuangan sampah; Ketentuan tambahan tersebut menjadi
o sarana perniagaan/perbelanjaan, sarana pelayanan umum dan pemerintahan, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, sarana rekreasi dan olahraga, sarana persyaratan rumah susun apabila
pemakaman, sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau, dan sarana parkir; dan berada di dalam KKOP
o jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan gas, jaringan transportasi, pemadam kebakaran, dan sarana penerangan jasa umum
§ Kegiatan rumah susun menimbulkan bangkitan lalu lintas dan kemacetan, sehingga berpotensi menimbulkan dampak lalu lintas. Ketentuan dokumen Andalalin berdasarkan
pada Peraturan Menteri Nomor PM 75 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas, dimana kriteria rencana pembangunan rumah susun yang wajib
dilakukan Analisis Dampak Lalu Lintas dihitung berdasarkan jumlah unit. Minimal jumlah unit untuk rumah susun sederhana adalah 100 unit dan apartemen adalah 50 unit.
§ Hasil Iterasi-3: Rumah susun memenuhi kriteria kompatibel dan berdampak

Keterangan :
• Kegiatan yang berada di zona dasar merupakan kegiatan yang berlangsung pada rencana zona yang Rumah susun diijinkan dengan syarat :
ditetapkan oleh RTR sebagai rencana pola ruang, sehingga berlaku ketentuan pengaturan zona dasar
§ melaksanakan penyusunan dokumen ANDALALIN;
• Kegiatan yang berada pada zona khusus adalah kegiatan yang berlangsung pada zona dasar dan sekaligus
§ menyesuaikan dengan desain arsitektur dari rumah-rumah lain yang ada di sekitarnya
bertampalan dengan zona ketentuan khusus, sehingga berlaku ketentuan zona dasar dan aturan tambahan
§ mendapat persetujuan dari Ketua RT dan Ketua RW setempat;
ketentuan khusus
TABEL KERJA PENGISIAN KRITERIA KOMPATIBILITAS Analisis Kompatibilitas #1

Kualitas Kinerja Zona/Kualitas Lokal Minimum : Diisikan dengan kualitas local minimum pada suatu zona yang telah disepakati oleh penyusun RDTR (pemda atau perencana)
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

Klasifikasi Zona/SubZona Identifikasi Karakteristik Kegiatan Keterangan Penilaian Ketentuan Pengaturan


(Kompatibel; Tidak Kegiatan (T/B)
Kegiatan Kriteria/Indikator/Variabel Kompatibel; (Kegiatan tidak kompatibel,
Kesimpulan Berdampak/Tidak Kegiatan kompatibel
Zona SubZona Hasil Identifikasi)
Identifikasi Berdampak) berdampak)
Zona…. Sub Kegiatan: 1 Aspek Legal
Zona…… Penetapan ketentuan kegiatan pemanfaatan ruang di dalam peraturan perundang- (Diisikan Penilaian 1. Ketentuan Pengaturan
undangan sektor sesuai tipologi Bersyarat Terbatas
KBLI (diisikan status kegiatan di dalam peraturan perundang-undangan sebagai kegiatan kompatibel a. Pembatasan
……………..
diperbolehkan, tidak diperbolehkan, memiliki syarat terbatas dan atau bersyarat, serta ………………….. berdasarkan hasil pengoperasian
tidak ada pengaturan ketentuan kegiatan) identifikasi) (Diisikan bentuk
pembatasan yang
terkait dengan
Relasi Kegiatan Utama dan kegiatan Penunjang pengoperasian
……………..
2 (diisikan fungsi kegiatan sebagai kegiatan utama atau kegiatan penunjang) ………………….. berdasarkan aturan
sektor terkait
3 Skala Kegiatan maupun batasan
Melayani jumlah penduduk sesuai standar teknis terkait dalam kualitas lokal
………………….. ……………..
(Diisikan dengan hirarkhi layanan kegiatan eksiting dan atau rencana kegiatan minimum yang
berdasarkan jumlah penduduk yang terlayani) dirumuskan
Luas persil (m2) pemerintah daerah)
………………….. …………….. b. Pembatasan luas
(Diisikan dengan luas lahan kegiatan eksisting dan atau luas lahan minimal yang
disyaratkan untuk rencana kegiatan ) (Diisikan bentuk
4 Daya Dukung Infrastruktur dan Utilitas pembatasan yang
terkait dengan luas
Sarana prasarana eksisting kegiatan
………………….. …………….. berdasarkan aturan
(Diisikan dengan sarana prasarana yang terdapat di dalam kegiatan dan
sektor terkait
lingkungan kegiatan)
maupun batasan
Kebutuhan sarana prasarana yang dibutuhkan kegiatan sesuai aturan dalam kualitas lokal
sektor/standar teknis terkait minimum yang
(Diisikan dengan rencana kebutuhan sarana prasana dari rencana kegiatan sesuai ………………….. ……………..
dirumuskan
standar teknis terkait) pemerintah daerah)
TABEL KERJA PENGISIAN KRITERIA KOMPATIBILITAS Analisis Kompatibilitas #2

Klasifikasi Zona/SubZona Identifikasi Karakteristik Kegiatan Keterangan Penilaian Ketentuan Pengaturan Kegiatan
(Kompatibel; Tidak (T/B)
Kegiatan Kriteria/Indikator/Variabel Kesimpulan Kompatibel; (Kegiatan tidak kompatibel,
Zona SubZona Hasil Identifikasi Berdampak/Tidak Kegiatan kompatibel
Identifikasi
Berdampak) berdampak)
Zona… Sub Zona…… Kegiatan: 5 Sifat karakteristik kegiatan dalam pemanfaatan ruang (Diisikan Penilaian c. Pembatasan jumlah
. a Intensitas pemanfaatan ruang: sesuai tipologi pemanfaatan
§ Koefisien Dasar Bangunan (KDB) kompatibel (Diisikan bentuk
KBLI § Koefisien Lantai Bangunan (KLB) berdasarkan hasil pembatasan yang
§ Koefisien Dasar Hijau (KDH) identifikasi) terkait dengan jumlah
(diisikan nilai KDB, KLB, dan KDH sesuai kondisi eksisting untuk ………………….. …………….. pemanfaatan dan
kegiatan eksisting dan atau nilai KDB, KLB, dan KDH untuk rencana atau pertimbangan
kegiatan sesuai batasan ketentuan intensitas pemanfaatan ruang yang khusus berdasarkan
disyaratkan di kualitas lokal minimum atau sektor terkait) aturan sektor terkait
maupun batasan
b Tata bangunan dalam kualitas lokal
§ Jumlah lantai bangunan minimum yang
§ Garis sempadan bangunan (GSB) dirumuskan pemerintah
§ Jarak bebas samping (JBS) dan jarak bebas belakang (JBB) daerah)
(diisikan nilai jumlah lantai bangunan, GSB, JBS, dan JBB sesuai kondisi 2. Ketentuan Pengaturan
eksisting untuk kegiatan eksisting dan atau nilai jumlah lantai bangunan, ………………….. …………….. Bersyarat Tertentu
GSB, JBS, dan JBB untuk rencana kegiatan sesuai batasan ketentuan (Diisikan bentuk
tata masa bangunan yang disyaratkan di kualitas lokal minimum atau pengaturan bersyarat
sektor terkait) berdasarkan aturan
sektor terkait maupun
c Tidak mengganggu fungsi ekologis batasan dalam kualitas
Luas areal/prosentase luasan yang diizinkan untuk lokal minimum yang
dibangun/dimanfaatkan berdasarkan aturan sektor dan atau standar dirumuskan pemerintah
teknis terkait ………………….. …………….. daerah)
(Diisikan dengan luas areal terbangun sesuai kondisi eksisting dan atau
rencana luasan areal yang akan dibangun)

6 Dampak
Dampak yang ditimbulkan yaitu dampak lingkungan, dampak social, dan
atau dampak lalu lintas
(Diisikan dengan kemungkinan dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan) ………………….. ……………..
CONTOH PENGISIAN TABEL KRITERIA KOMPATIBILITAS Contoh Analisis Kompatibilitas #3

Kualitas Kinerja Zona/Kualitas Lokal Minimum :


Zona perumahan diperuntukan untuk kegiatan hunian dengan intensitas sedang, yang dapat juga berupa rumah susun dengan lantai rendah, dengan kegiatan perdagangan untuk keperluan sehari-hari serta
fasilitas penunjang kegiatan perumahan diperkenankan dengan jumlah yang terkendali dan sesuai standar penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial.

Klasifikasi Keterangan Penilaian Ketentuan Pengaturan


Zona/SubZona Identifikasi Karakteristik Kegiatan ((Kompatibel; Tidak Kegiatan (T/B)
Kegiatan Kriteria/Indikator/Variabel Kompatibel; (Kegiatan tidak
Zona SubZona Hasil Identifikasi Kesimpulan Identifikasi Berdampak/Tidak kompatibel, Kegiatan
Berdampak) kompatibel berdampak)
Zona Rumah Rumah 1 Aspek Legal
Peru Kepada Susun Penetapan ketentuan kegiatan pemanfaatan ruang Rumah susun merupakan fungsi hunian. Diperbolehkan Contoh: Ketentuan
mah tan di dalam peraturan perundang-undangan sektor Berdasarkan aturan sektor perumahan (Undang-Undang No. 1 Tahun Kompatibel Pengaturan Bersyarat
an Sedang KBLI: 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman serta peraturan berdampak Contoh:
41011 perumahan terkait lainnya) diperbolehkan sebagai kegiatan fungsi Rumah susun
hunian. dilengkapi dengan
Relasi Kegiatan Utama dan kegiatan Penunjang Kegiatan utama Kegiatan Utama dokumen Andalalin
2
3 Skala Kegiatan Skala kegiatan
Melayani fungsi hunian Rumah Susun memiliki skala melayani fungsi hunian dan memenuhi skala yang
meningkatkan nilai permukiman yang sudah menurun disyaratkan dan tidak
mengurangi kualitas
Luas persil (m2) § Luas lahan rumah susun eksisting: 3.000m2; atau
§ Rencana luas lahan rumah susun: 5.000m2
4 Daya Dukung Infrastruktur dan utilitas Dilengkapi dengan
Sarana prasarana eksisting kegiatan Rumah susun sudah dilengkapi dengan prasarana parkir dan sarana prasarana
terlayani oleh jaringan jalan lokal, jaringan listrik, jaringan air, dll
sesuai kondisi eksisting
Kebutuhan sarana prasarana yang dibutuhkan Rencana rumah susun wajib dilengkapi dengan rencana prasarana
kegiatan sesuai aturan sektor/standar teknis parkir dan terlayani oleh jaringan jalan lokal, jaringan listrik,
terkait jaringan air, dll sesuai standar teknis

Sifat karakteristik kegiatan dalam pemanfaatan Kegiatan rumah susun


5
ruang tidak berpotensi
a Intensitas pemanfaatan ruang: merusak karakter
§ Koefisien Dasar Bangunan (KDB) § KDB, KLB, dan KDH sesuai kondisi eksisting rumah susun; atau bangunan di
§ Koefisien Lantai Bangunan (KLB) § KDB, KLB, dan KDH rencana kegiatan rumah susun sesuai lingkungan sekitarnya
§ Koefisien Dasar Hijau (KDH) persyaratan teknis pembangunan rumah susun
(Kondisi intensitas sesuai dengan aturan nilai local tata bangunan
yang telah ditetapkan sebagai kualitas local minimum)
CONTOH PENGISIAN TABEL KRITERIA KOMPATIBILITAS Contoh Analisis Kompatibilitas #4

Klasifikasi Ketentuan
Zona/SubZona Keterangan Penilaian Pengaturan
Identifikasi Karakteristik Kegiatan
((Kompatibel; Tidak Kegiatan (T/B)
Kegiatan Kriteria/Indikator/Variabel Kompatibel; (Kegiatan tidak
Zona SubZona Berdampak/Tidak kompatibel,
Hasil Identifikasi Kesimpulan Identifikasi Berdampak) Kegiatan kompatibel
berdampak)
Zona Rumah Rumah 5 Sifat karakteristik kegiatan dalam pemanfaatan ruang Kegiatan rumah susun Contoh: Ketentuan
Perum Kepada Susun b Tata bangunan tidak berpotensi Kompatibel Pengaturan
ahan tan § Jumlah lantai bangunan § Jumlah lantai bangunan, GSB, JBS, dan JBB sesuai kondisi merusak karakter berdampak Bersyarat
Sedang KBLI: § Garis sempadan bangunan (GSB) eksisting Rumah Susun; atau bangunan di lingkungan Contoh:
41011 § Jarak bebas samping (JBS) dan jarak bebas § Jumlah lantai bangunan rencana kegiatan Rumah Susun sekitarnya Rumah susun
belakang (JBB) sesuai penduduk yang akan dilayani, serta untuk nilai GSB, dilengkapi
JBS, dan JBB rencana kegiatan Rumah Susun sesuai dengan dengan dokumen
aturan kelas jalan untuk letak rencana Rumah susun tsb Andalalin
(Kondisi tata bangunan sesuai dengan aturan nilai local tata
bangunan yang telah ditetapkan sebagai kualitas local minimum)
c Tidak mengganggu fungsi ekologis § Luas areal terbangun rumah susun eksisting menggambarkan
Luas areal/prosentase luasan yang diizinkan untuk prosentase areal terbangun sesuai dengan luas lahan
dibangun/dimanfaatkan berdasarkan aturan sektor sehingga tidak berpotensi mengganggu fungsi ekologis
dan atau standar teknis terkait (untuk resapan air); atau
§ Luas areal terbangun untuk rencana kegiatan rumah susun
dengan jumlah lantai 5 (lima) dan kepadatan penghuni
maksimum : 1.736 orang

6 Dampak Memiliki dampak lalu


Dampak yang ditimbulkan yaitu dampak § Kegiatan rumah susun eksisting menimbulkan kemacetan krn lintas
lingkungan dan atau dampak lalu lintas kapasitas rumah susun tidak ditunjang dengan fasilitas
parkir yang memadai
§ Rencana kegiatan rumah susun dilengkapi dengan area
parkir yang memadai sehingga tidak menimbulkan
kemacetan
(merujuk pada referensi daftar jenis kegiatan wajib dampak lalu lintas
dapat mengacu pada PP No.30 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang LLAJ, serta Permen 75/2015 tentang Penyelenggaraan
Andalalin) à ukuran minimal rumah susun yang wajib andalalin adalah
100 unit
KETENTUAN ITBX

Matrik Kompatibel - Zona Dasar Matrik ITBX Zona Dasar

Zona/Sub Zona Zona Perumahan Zona …… Zona/Sub Zona Zona Perumahan Zona ……

Perumahan Kepadatan Sub Perumahan Sub Zona…….


Sedang Zona……. Kepadatan Sedang
Kegiatan R3 ………… Kegiatan R3 …………

Hunian Kompatibel Diterjemahkan Hunian I


ke dalam ITBX
Rumah Susun Kompatibel Berdampak Rumah Susun B

Rumah Kopel Kompatibel Rumah Kopel I

Rumah Deret Kompatibel Berdampak Rumah Deret T

Supermarket Tidak Kompatibel Supermarket X

Departement Store/Mall Tidak Kompatibel Departement Store/Mall X


Berdampak

Kegiatan Dampak

Rumah Susun Dampak Andalalin

Contoh Penulisan ITBX


Rumah Susun diizinkan dengan syarat:
a. Melaksanakan penyusunan ANDALALIN
b. menyesuaikan dengan desain arsitektur dari rumah-rumah lain yang
ada di sekitarnya
c. mendapat persetujuan dari Ketua RT dan Ketua RW setempat
KETENTUAN KEGIATAN TERBATAS DAN BERSYARAT

Ketentuan Kegiatan bersifat T (Pemanfaatan Ketentuan Kegiatan bersifat B (Pemanfaatan Bersyarat Tertentu)
Bersyarat Secara Terbatas)
Pemanfaatan bersyarat secara terbatas Kemungkinan dampak yang ditimbulkan suatu kegiatan, yaitu dampak lingkungan dan dampak lalu lintas sehingga
Pemanfaatan bersyarat secara terbatas bermakna diperlukan pengelolaan lingkungan dan pengelolaan lalu lintas.
bahwa kegiatan Kriteria dampak dapat meliputi:
dan penggunaan lahan dibatasi dengan ketentuan a. Dampak Lingkungan
sebagai berikut: Acuan yang dapat digunakan untuk melihat dampak lingkungan adalah:
a. pembatasan pengoperasian, baik dalam bentuk 1. Permen LHK Nomor: P.38/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan
pembatasan waktu beroperasinya suatu kegiatan di Yang Wajib Memiliki Analisis
dalam subzona maupun pembatasan jangka waktu 2. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2021 tentang Perizinan Berusaha Berbasis Risiko. Tingkat risiko dalam PP
pemanfaatan lahan untuk kegiatan tertentu yang 5/2021 terkait dengan syarat AMDAL, UKL-UPL, dan atau SPPL yang termuat dalam PP 22/2021 tentang
diusulkan; Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
b. pembatasan luas, baik dalam bentuk pembatasan b. Dampak Lalu Lintas
luas maksimum suatu kegiatan di dalam subzona Referensi daftar jenis kegiatan wajib dampak lalu lintas dapat mengacu pada PP No.32 Tahun 2011 tentang
maupun di dalam persil, dengan tujuan untuk tidak Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas
mengurangi dominasi pemanfaatan ruang di
sekitarnya; Pemanfaatan diperbolehkan secara bersyarat
c. pembatasan jumlah pemanfaatan, jika Persyaratan ini diperlukan mengingat pemanfaatan ruang tersebut memiliki dampak yang besar bagi lingkungan
pemanfaatan yang diusulkan telah ada mampu sekitarnya. Persyaratan ini antara lain:
melayani kebutuhan, dan belum memerlukan a. Penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
tambahan, maka pemanfaatan tersebut tidak boleh b. Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
diizinkan atau diizinkan terbatas dengan c. Penyusunan Analisis Dampak Lalu lintas (ANDALIN)
pertimbanganpertimbangan khusus Persyaratan ini dapat dikenakan secara bersamaan atau salah satunya saja. Penentuan persyaratan mana yang
dikenakan ditentukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dengan mempertimbangkan besarnya dampak yang
ditimbulkan oleh kegiatan/pemanfaatan ruang tertentu bagi lingkungan di sekitarnya
Selain dipersyaratkan dokumen lingkungan, di dalam pengaturan pemanfaatan kegiatan diperbolehkan secara
bersyarat juga dapat diwajibkan penyediaan tempat parkir, menambah luas RTH, dan memperlebar pedestrian

Sumber: Permen 11/2021 tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang
4. KETENTUAN KHUSUS
PEMAHAMAN ZONA DENGAN KETENTUAN KHUSUS/ZONA PERTAMPALAN
Ketentuan mengenai penerapan aturan khusus ditetapkan sesuai dengan ketentuan
yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang. Ketentuan khusus dapat menganulir
aturan yang ada pada aturan dasar sesuai dengan tuntutan kekhususannya

Komponen Ketentuan Khusus meliputi:


1) Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)
2) Lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B)
3) Kawasan rawan bencana
4) Kawasan berorientasi transit (TOD)
5) Tempat evakuasi bencana (TES dan TEA)
6) Pusat penelitian (observatorium, peluncuran roket, dan lain-lain)
7) Kawasan cagar budaya
8) Kawasan resapan air
9) Kawasan sempadan
10) Kawasan pertahanan dan keamanan (hankam)
11) Kawasan karst
12) Kawasan pertambangan mineral dan batubara
13) Kawasan migrasi satwa
14) Ruang dalam bumi
(Berdasarkan Permen 11/2021 dan Permen 14/2021)

Ketentuan khusus dijabarkan dengan:

a. penggambaran overlay kawasan/zona ketentuan khusus pada peta pola ruang


b. pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan/zona yang tertampal kawasan/zona dalam ketentuan khusus berdasarkan aturan sektor dan aturan daerah.

Perumusan ketentuan khusus dilakukan melalui:

a. Analisis karakteristik spesifik lokasi dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi dengan karakteristik spesifik yang membutuhkan pengaturan yang berbeda.
b. Kompilasi ketentuan kompatibilitas dari tahapan sebelumnya
c. Melakukan iterasi berdasarkan kegiatan yang tidak diperbolehkan, kegiatan diperbolehkan bersyarat, atau belum ada pengaturan dalam peraturan perundang-undangan terkait
ketentuan khusus
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan (negative list) dalam peraturan perundang-undangan terkait ketentuan khusus akan dikelompokkan dalam kegiatan dilarang (X)
e. Analisis terhadap kegiatan diperbolehkan bersyarat, atau belum ada pengaturan dalam peraturan perundang-undangan terkait ketentuan khusus dengan pendekatan
keberlanjutan fungsi dari kawasan/zona ketentuan khusus, apakah kegiatan tersebut dapat diantisipasi oleh ketentuan bersyarat.
PRINSIP PENGATURAN KETENTUAN KHUSUS – Aturan Sektor
KETENTUAN KHUSUS

telah diatur didalam peraturan perundang-undangan terkait Perlu dilakukan diskusi untuk prinsip pengaturannya di dalam ketentuan khusus
Ketentuan Khusus Pengaturan Negatif List Ketentuan Khusus Pengaturan Negatif List
1. Kawasan Keselamatan Operasi Ketentuan pengaturan pada KKOP yaitu aturan Pada kawasan kemungkinan bahaya 1. Kawasan Ketentuan pengaturan pada kawasan Di dalam Permen
Penerbangan (KKOP) batas ketinggian pada klasifikasi kawasan KKOP kecelakaan sampai jarak mendatar berorientasi transit TOD: 16/2017 tidak memuat
§ Kawasan pendekatan dan lepas landas 1.100 m dari ujung-ujung Permukaan § Terintegrasi dengan sistem negative list/kegiatan
(Peraturan menteri Perhubungan No. § Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan Utama tidak diperbolehkan semua (Permen ATR/BPN No 16 transportasi massal yang tidak
KM 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan § Kawasan di bawah permukaan horizontal kegiatan selain yang digunakan Tahun 2017 tentang § Pengaturan intensitas pemanfaatan diperbolehkan di dalam
Kebandarudaraan Nasional dan SNI dalam untuk bangunan yang diperuntukkan Pedoman Pengembangan ruang Kawasan tsb
03-7112-2005 Kawasan § Kawasan di bawah permukaan horizontal bagi keselamatan operasi Kawasan Berorientasi § Dilengkapi dengan sarana
Keselamatan Operasi Penerbangan) luar penerbangan dan benda tumbuh Transit) prasarana sesuai pengaturan di
§ Kawasan di bawah permukaan kerucut yang tidak membahayakan dalam permen TOD
§ Kawasan di bawah permukaan transisi keselamatan operasi penerbangan § Campuran dan keragaman
pemanfaatan ruang di dalam
kawasan TOD
2. Lahan pertanian pangan Ketentuan pengaturan pada LP2B: Lahan yang sudah ditetapkan 2. Tempat Evakuasi Ketentuan pengaturan pada tempat Kegiatan yang tidak
berkelanjutan (LP2B) § Lahan beririgasi; sebagai Lahan Pertanian Pangan Bencana evakuasi bencana: diperbolehkan pada
§ Lahan reklamasi rawa pasang surut dan Berkelanjutan dilindungi dan dilarang § Tempat Evakuasi Sementara (TES) TES dan TEA adalah
(UU 41/2009 tentang Perlindungan nonpasang surut (lebak); dan/atau dialihfungsikan. (The American National Pengaturan ketinggian bangunan kegiatan yang dapat
Lahan Pertanian Pangan § Lahan tidak beririgasi Dapat dialihfungsikan dan Red Cross Evacuation sebagai escape building yaitu mengganggu atau
Berkelanjutan dan PP 1/2011 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Shelter Standard) ketinggian lantai paling atas minimal menurunkan fungsi
tentang Penetapan dan Alih Fungsi peraturan perundang-undangan untuk Tidak terdapat peraturan 15 meter di atas permukaan laut pada fasilitas/komponen
Lahan Pertanian Pangan kepentingan umum dan atau Proyek perundang-undangan skala RT, skala RW, skala ruang kota sebagai
Berkelanjutan) Strategis Nasional yang mengatur secara desa/kelurahan dan skala kecamatan tempat evakuasi
detail untuk tempat § Tempat Evakuasi Akhir (TEA) bencana.
evakuasi bencana o Bangunan. TEA berupa bangunan
gedung skala kecamatan atau
skala kota berdaya tampung besar
dan permanen yang berada di
Zona aman bencana, dalam bentuk
asrama haji, GSG, ataupun gedung
olah raga
o RTH. Khusus untuk bencana gempa
bumi, TEA dapat berupa RTH skala
kecamatan atau skala kota
berdaya tampung besar, dalam
bentuk taman atau lapangan olah
raga
PRINSIP PENGATURAN KETENTUAN KHUSUS – Aturan Sektor
KETENTUAN KHUSUS

telah diatur didalam peraturan perundang-undangan terkait Perlu dilakukan diskusi untuk prinsip pengaturannya di dalam ketentuan khusus
Ketentuan Khusus Pengaturan Negatif List Ketentuan Khusus Pengaturan Negatif List
3. Kawasan Ketentuan pengaturan pada kawasan rawan Tidak diizinkan atau 3. Pusat penelitian Lokasi harus mempertimbangkan efektivitas dan aksesibilitas Kegiatan yang tidak
rawan bencana: dihentikan kegiatan masing-masing lokasi diperbolehkan adalah
bencana § Konstruksi bangunan beton bertulang yang § UU 11/2019 tentang Sistem kegiatan yang dapat
maupn tidak bertulang sesuai SNI mengganggu/berdam nasional Ilmu Pengetahuan dan menggangu fungsi
(Permen PU No. § Pembatasan kepadatan pak tinggi terhadap Teknologi penelitian
21/2007 tentang bangunan/intensitas bangunan (KDB, fungsi lindung kawasan § Perpres 106/2017 tentang
Kawasan Rawan KLB) rawan bencana dan Kawasan Sains dan Teknologi
Letusan Gunung § Untuk kawasan rawan bencana dengan merelokasi kegiatan- § Permen Riset, Teknologi, dan
Berapi dan Kawasan tingkat kerawanan rendah, peruntukan kegiatan budi daya Pendidikan Tinggi No. 25 Tahun
Rawan Gempa Bumi ruangnya diarahkan sebagai kawasan yang tidak memenuhi 2019 tentang Tata Kelola
dan Permen PU No. budi daya terbatas persyaratan Penyelenggaraan Kawasan Sains
22/2007 tentang § Untuk kawasan rawan bencana yang dan Teknologi
Kawasan Rawan memiliki tingkat bahaya yang
Bencana Longsor) diakibatkan sangat tinggi maka tidak Tidak terdapat peraturan
dapat dikembangkan untuk kegiatan perundang-undangan yang
budidaya dan mutlak harus dilindungi mengatur secara detail untuk pusat
penelitian

4. Kawasan Perlindungan terhadap kawasan resapan Kegiatan tidak 4. Kawasan cagar budaya § Pelindungan Cagar Budaya dilakukan dengan menetapkan Kegiatan yang dilarang
resapan air air dilakukan untuk memberikan ruang diperbolehkan batas-batas keluasannya dan pemanfaatan ruang melalui sistem berupa kegiatan yang
yang cukup bagi peresapan air hujan adalah: § UU No. 11/2010 tentang Zonasi berdasarkan hasil kajian. Pemanfaatan zona pada mengubah fungsi ruang
Cagar Budaya Cagar Budaya dapat dilakukan untuk tujuan rekreatif, edukatif, Situs Cagar Budaya
(Keppres No. 32 Tahun pada daerah tertentu untuk keperluan § Seluruh kegiatan
1990 Pengelolaan § Keppres No. 32/1990 tentang apresiatif, dan/atau religi dan/atau Kawasan
penyediaan kebutuhan air tanah dan yang berpotensi
Kawasan Lindung) Pengelolaan Kawasan Lindung § Sistem Zonasi pada Kawasan Cagar Budaya dapat terdiri atas: Cagar Budaya
penenggulangan banjir, baik untuk menimbulkan § Peraturan Menteri Kebudayaan o Zona inti; peringkat nasional,
kawasan bawahannya maupun kawasan pencemaran dan dan Pariwisata Nomor : o Zona penyangga; peringkat provinsi, atau
yang bersangkutan perusakan PM.49/UM.001/MKP/2009 o Zona pengembangan; dan/atau peringkat
lingkungan hidup tentang Pedoman Pelestarian o Zona penunjang. kabupaten/kota, baik
§ Kegiatan yang Benda Cagar Budaya dan Situs seluruh maupun bagian-
bersifat menutup Perbedaan pengaturan kawasan cagar budaya: bagiannya, kecuali
o Kawasan cagar budaya sebagai kawasan lindung (zona dasar) dalam dengan izin Menteri,
kemungkinan
rencana pola ruang, apabila kawasan tersebut akan dipertahankan gubernur, atau
adanya infiltrasi sebagai kawasan berfungsi lindung, dimana kegiatan lain yang diizinkan bupati/wali kota sesuai
air ke dalam adalah kegiatan yang tidak menganggu fungsi utama kawasan
dengan tingkatannya
tanah o kawasan pertampalan (overlay), apabila kawasan tersebut memiliki fungsi
utama selain sebagai kawasan cagar budaya, atau direncanakan sebagai
kawasan budi daya tertentu dengan tetap mempertahankan fungsi lindung
dari kawasan cagar budaya
PRINSIP PENGATURAN KETENTUAN KHUSUS – Aturan Sektor
KETENTUAN KHUSUS

telah diatur didalam peraturan perundang-undangan terkait Perlu dilakukan diskusi untuk prinsip pengaturannya di dalam ketentuan khusus
Ketentuan Khusus Pengaturan Negatif List Ketentuan Khusus Pengaturan Negatif List
5. Ruang dalam bumi § Konektivitas antarbangunan di Tidak untuk hunian atau 5. Kawasan Sempadan pantai: Sempadan pantai:
RDB diperbolehkan jika terdapat tempat tinggal, tetapi sempadan Kriteria penetapan sempadan pantai meliputi: § Ketentuan pelarangan pendirian
(Permen PU No. keterkaitan fungsi dan dapat berfungsi § Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit bangunan selain pendirian bangunan
02/PRT/M/2014 Tentang kepentingan sebagai ruang § Perpres No 51 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke yang dibatasi hanya untuk menunjang
Pedoman Pemanfaatan Ruang di § Konektivitas antarbangunan pendukung hunian yang Tahun 2016 arah darat; atau kegiatan rekreasi pantai.
Dalam Bumi) maupun bangunan dengan ada di permukaan tentang Batas § Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik § Ketentuan pelarangan semua jenis
jaringan transportasi dapat Sempadan Pantai pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional kegiatan yang dapat menurunkan
§ Permen PU No.
berupa jalur atau ruang terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai luas, nilai ekologis, dan estetika
28/PRT/M/201
penghubung yang berbentuk 5 tentang kawasan.
terowongan untuk pejalan kaki Penetapan Garis Sempadan sungai
§ Koefisien tapak basemen (KTB) Sempadan § Kriteria penetapan sempadan sungai meliputi:
tidak melebihi koefisien dasar Sungai dan o Untuk sungai tidak bertanggul, sempadan sungai
bangunan (KDB) yang diizinkan Sempadan Danau ditentukan : Sempadan Sungai:
di atas permukaan bumi agar ü Paling sedikit berjarak 10 meter dari tepi kiri dan Kegiatan yang dilarang untuk pada
tersisa ruang yang cukup untuk kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kawasan sempadan sungai bertanggul :
peresapan air kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 § Menanam tanaman selain rumput;
§ Jenis konstruksi bangunan meter § Mendirikan bangunan; dan
gedung harus memperhatikan ü Paling sedikit berjarak 15 meter dari tepi kiri dan § Mengurangi dimensi tanggul
kondisi akuifer, geologi, sifat kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal
kebencanaan, dan keberadaan kedalaman sungai lebih dari 3 meter sampai dengan
bentuk pemanfaatan RDB lainnya 20 meter paling sedikit berjarak 30 meter dari tepi
§ dilengkapi dengan sistem kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai,
evakuasi bencana, antara lain dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 meter
kelengkapan untuk o Untuk sungai bertanggul sempadan sungai ditentukan
penanggulangan bencana paling sedikit berjarak 3 meter dari tepi luar kaki tanggul
kebakaran seperti tangga sepanjang alur sungai
darurat, alat pemadam
kebakaran, hidran air, dan Kawasan Sekitar Danau atau Waduk Pemanfaatan sempadan danau pada
masker gas Kriteria kawasan sekitar danau atau waduk meliputi: sempadan danau dilarang untuk:
§ Kawasan sekitar danau/waduk adalah kawasan tertentu di § Mengubah letak tepi danau;
sekeliling danau/waduk yang mempunyai manfaat penting § Membuang limbah;
untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk § Menggembala ternak; dan
§ Luasan lahan yang mengelilingi dan berjarak 50 (lima puluh) § Mengubah aliran air masuk atau ke
meter dari tepi muka air tertinggi yang pernah terjadi luar danau
PRINSIP PENGATURAN KETENTUAN KHUSUS – Aturan Sektor
KETENTUAN KHUSUS

telah diatur didalam peraturan perundang-undangan terkait Perlu dilakukan diskusi untuk prinsip pengaturannya di dalam ketentuan khusus
Ketentuan Khusus Pengaturan Negatif List Ketentuan Khusus Pengaturan Negatif List
5. Kawasan sempadan Kawasan Sekitar Mata Air Kawasan Sekitar Mata
§ Perpres No 51 Tahun 2016 tentang Batas § Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat Air Pelarangan untuk
Sempadan Pantai penting untuk mempertahankan fungsi mata air kegiatan yang dapat
§ Permen PU No. 28/PRT/M/2015 tentang § Kriteria kawasan sekitar mata air adalah sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di merusak fungsi mata air
Penetapan Garis Sempadan Sungai dan sekitar mata air
Sempadan Danau
6. Kawasan pertahanan dan keamanan Wilayah Pertahanan terdiri atas: Di dalam aturan hankam
(hankam) Pangkalan militer atau kesatrian; daerah latihan militer; instalasi militer; daerah uji coba tidak memuat negative
§ PP 68/2014 tentang Penataan Wilayah peralatan dan persenjataan militer; daerah penyimpanan barang eksplosif dan berbahaya list/kegiatan yang tidak
Pertahanan Negara lainnya; daerah disposal amunisi dan peralatan pertahanan berbahaya lainnya; obyek vital diperbolehkan di dalam
§ Perpres No 8/2021 tentang ebijakan Umum nasional yang bersifat strategis; dan/atau kepentingan pertahanan udara Kawasan tsb
Pertahanan Negara Tahun 2020-2024

7. Kawasan karst Bentuk eksokarst dan endokarst tertentu mempunyai kriteria sebagai berikut: Kegiatan tidak
§ Memiliki fungsi ilmiah sebagai obyek penelitian dan penyelidikan bagi pengembangan ilmu mengganggu dan
Permen Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor pengetahuan; merusak nilai keunikan
17 tahun 2012 Tentang Penetapan Kawasan
§ Memiliki fungsi sebagai daerah imbuhan air tanah yang mampu menjadi media meresapkan dan fungsi pengatur
Bentang Alam Karst
air permukaan ke dalam tanah; alami tata air
§ Memiliki fungsi sebagai media penyimpan air tanah secara tetap (permanen) dalam bentuk
Akuifer yang keberadaannya mencukupi fungsi hidrologi;
§ Memiliki Mata Air Permanen; dan
§ Memiliki gua yang membentuk sungai atau jaringan Sungai Bawah Tanah
8. Kawasan pertambangan mineral dan Penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan pertambangan mineral dan batu bara dilakukan Kegiatan pertambangan
batubara dengan ketentuan: di dalam kawasan Hutan
§ Dalam Kawasan Hutan Produksi dapat dilakukan: Lindung dilarang
§ PP No. 22 Tahun 2010 tentang Wilayah o Penambangan dengan pola pertambangan terbuka; dan mengakibatkan:
Pertambangan o Penambangan dengan pola pertambangan bawah tanah; § Turunnya permukaan
§ Permen LHKNOMOR § Dalam Kawasan Hutan Lindung hanya dapat dilakukan penambangan dengan pola tanah;
P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2018 Tentang pertambangan bawah tanah dengan ketentuan dilarang mengakibatkan: § Berubahnya fungsi
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan)
o Turunnya permukaan tanah; pokok kawasan hutan
o Berubahnya fungsi pokok kawasan hutan secara permanen; dan secara permanen;
Pemahaman Kawasan pertambangan mineral
o Terjadinya kerusakan akuiver air tanah; dan
dan batubara sebagai zona dasar dan
o Kuota IPPKH untuk kegiatan pertambangan mineral dan batu bara pada Kawasan Hutan § Terjadinya kerusakan
ketentuan khusus
Produksi yang dibebani izin pemanfaatan hutan dapat dipertimbangkan yaitu 10% akuiver air tanah;
(sepuluh perseratus) dari luas efektif setiap izin pemanfaatan hutan
PRINSIP PENGATURAN KETENTUAN KHUSUS – Aturan Sektor

KETENTUAN KHUSUS

telah diatur didalam peraturan perundang-undangan terkait Perlu dilakukan diskusi untuk prinsip pengaturannya di dalam ketentuan khusus
Ketentuan Khusus Pengaturan Negatif List Ketentuan Khusus Pengaturan Negatif List
9. Kawasan migrasi satwa Kriteria Kawasan migrasi satwa merujuk pada kriteria sub zona suaka margasatwa karena Dilarang untuk kegiatan
fungsinya sebagai tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migrasi tertentu, yaitu: yang dapat mengganggu
§ UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi § Merupakan tempat hidup dan berkembang biak satu atau beberapa jenis satwa langka fungsi kawasan migrasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan/atau hampir punah; satwa
§ PP No. 28/2011 tentang Pengelolaan § Memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi;
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan § Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migrasi tertentu; dan/atau
Pelestarian Alam § Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa
§ PM LHK No. P.76/Menlhk-Setjen/2015
tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman
Nasional dan Blok Pengelolaan Cagar
Alam,Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya
dan Taman Wisata Alam
PRINSIP PENGATURAN KETENTUAN KHUSUS – Aturan Daerah (Benchmarking Ambon dan Yogya)

Perwali Kota Ambon No. 21 Tahun 2021 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Rancangan Perwali Kota Yogyakarta Nomor XX Tahun XXXX tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota
Pusat Kota Ambon tahun 2021-2041 Yogyakarta Tahun 2021 - 2041
Ketentuan khusus merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan kegiatan dan Ketentuan khusus meliputi ketentuan pada:
penggunaan lahan pada zona/subzona yang memiliki fungsi khusus dan terjadi a. Kawasan keselamatan operasional penerbangan (KKOP);
pertampalan (overlay) dengan fungsi zona/subzona lainnya, terdiri atas: b. Kawasan rawan bencana;
a. Kawasan rawan bencana; c. Kawasan berorientasi transit (TOD);
b. Kawasan berorientasi transit /TOD (Transit Oriented Development); d. Tempat evakuasi bencana;
c. Tempat evakuasi bencana; e. Kawasan Cagar Budaya (KCB);
d. Cagar budaya atau adat; f. Pertahanan keamanan; dan
e. Pertahanan kemanan (hankam); dan g. Ruang dalam bumi.
f. Penyangga.

Kawasan rawan 1. Kawasan rawan bencana, merupakan kawasan rawan multi- Kawasan Rawan 1. Kawasan rawan bencana meliputi: kawasan rawan bencana banjir lahar dingin
bencana bencana yang terdiri dari: Bencana atau luapan air sungai dan longsor tingkat sedang yang berada di sepanjang
a. Banjir dengan klasifikasi kawasan rawan bencana tinggi; Sungai Winongo, Sungai Code dan Sungai Gajah Wong.
b. Gerakan tanah dengan klasifikasi kawasan rawan Ketentuan khusus pada kawasan rawan bencana banjir lahar dingin atau luapan
bencana tinggi; dan air sungai dan longsor, meliputi:
c. Tsunami dengan klasifikasi kawasan rawan bencana tinggi. a. Konstruksi bangunan harus mengikuti standar bangunan tahan banjir;
2. Kawasan rawan bencana dalam ketentuan arahan b. KDH harus ditambahkan 10% (sepuluh persen) dari yang ditetapkan;
pemanfaatan ruang terdiri dari: c. Lantai bangunan harus lebih tinggi dari permukaan tanah di kawasan rawan
a. Melarang pembangunan baru fungsi hunian serta fasilitas banjir;
penting berisiko tinggi; d. Menerapkan model bangunan panggung disertai dengan rekayasa
b. Pembangunan hunian pada zona rawan banjir dan tsunami teknologi;
diarahkan dengan bangunan minimal 2 lantai atau lebih e. Sarana dan prasarana minimal untuk drainase lingkungan harus dapat
dengan elevasi lantai dasar setinggi muka air banjir/air menampung debit air sebesar 1 m3/dt;
laut; f. Bangunan dilengkapi dengan sumur resapan; dan
c. Pembangunan kembali hunian pada rawan longsor g. Penyelamatan cagar budaya yang berada di kawasan rawan bencana
dibatasi; banjir lahar dingin atau luapan air sungai dan longsor melalui rekayasa
d. Pada kawasan yang belum terbangun diprioritaskan untuk teknologi tanpa merubah nilai cagar budaya.
kawasan lindung (rth) atau budidaya non-terbangun 2. Kawasan rawan bencana gempa bumi tingkat rendah mencakup seluruh wilayah
(pertanian, perkebunan, rtnh); dan SWP.
e. Ketentuan pengurangan risiko bencana, diatur sesuai Ketentuan khusus pada kawasan rawan bencana gempa bumi, yaitu setiap
ketentuan peraturan perundungan-undangan yang bangunan wajib memenuhi syarat teknis terkait mitigasi bencana sesuai dengan
berlaku. ketentuan peraturan perundang-undangan.
PRINSIP PENGATURAN KETENTUAN KHUSUS – Aturan Daerah (Benchmarking Ambon dan Yogya)

Perwali Kota Ambon No. 21 Tahun 2021 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Pusat Rancangan Perwali Kota Yogyakarta Nomor XX Tahun XXXX tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota
Kota Ambon tahun 2021-2041 Yogyakarta Tahun 2021 - 2041
Kawasan Kawasan berorientasi transit /TOD (Transit Oriented Development) Kawasan 1. Ketentuan khusus dalam pengembangan kawasan TOD, meliputi:
berorientasi transit dalam ketentuan rencana pola ruang merupakan kawasan yang Berorientasi a. Pengembangan berskala regional dan/atau kota yang mengutamakan
/TOD (Transit bertampalan (overlay) dengan zona perdagangan dan jasa serta zona Transit kekompakan dengan penataan kegiatan transit;
Oriented lainnya secara terintegrasi sesuai ketentuan peraturan perundangan. b. Penerapan prinsip-prinsip infrastruktur hijau untuk menjaga fungsi resapan air
Development); kawasan;
c. Penyediaan sarana lingkungan dengan peruntukan beragam dan campuran;
d. Pengembangan yang mampu memicu pembangunan area sekitar pusat transit baik
berupa pembangunan penyisipan, revitalisasi maupun bentuk
penataan/perencanaan;
e. Pembentukan lingkungan yang lebih memprioritaskan kebutuhan pejalan kaki;
f. Pendekatan desain dengan mengutamakan kenyamanan kehidupan pada ruang
publik dan pusat lingkungan serta mempertahankan RTH;
g. Pengembangan pusat kegiatan yang sekaligus mengakomodasi keberadaan sektor
informal sebagai lokasi sentralisasi; dan
h. Penyediaan hunian vertikal bagi MBR paling sedikit 20% dari total luas lantai
hunian komersial yang dikembangkan.

Cagar budaya Kawasan Cagar budaya dan adat memiliki arahan pemanfaatan Kawasan KCB mengacu pada area yang masuk dalam penetapan KCB, terdiri atas area di dalam
ruang meliputi: Cagar Budaya zona inti KCB; dan area penyangga terhadap zona inti KCB, berlaku ketentuan khusus:
a. Pemanfaatan cagar budaya dilaksanakan sesuai dengan aspek (KCB) a. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang, meliputi: KDB maksimum, KLB maksimum, dan
pelestarian dan tidak mengurangi nilai cagar budaya; KDH minimum.
b. Pemanfaatan cagar budaya mengutamakan peningkatan b. Ketentuan gaya arsitektur dan tata bangunan.
kesejahteraan masyarakat;
c. Pemanfaatan cagar budaya harus menjaga ketertiban,
keamanan dan kehidupan masyarakat setempat;
d. Pemanfaatan cagar budaya selaras dengan konservasi
(perjanjian internasional) bagi warisan budaya dunia dan
peraturan perundangan tentang cagar budaya dan peraturan
lainnya; dan
e. Pemanfaatan cagar budaya menghormati hukum adat
kepercayaan, dan adat istiadat serta norma-norma masyarakat.
PRINSIP PENGATURAN KETENTUAN KHUSUS – Aturan Daerah (Benchmarking Ambon dan Yogya)
Perwali Kota Ambon No. 21 Tahun 2021 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Pusat Kota Rancangan Perwali Kota Yogyakarta Nomor XX Tahun XXXX tentang Rencana Detail Tata
Ambon tahun 2021-2041 Ruang Kota Yogyakarta Tahun 2021 - 2041
Tempat evakuasi 1. Ketentuan arahan pemanfaatan ruang yang terdiri atas: Tempat 1. Tempat evakuasi bencana terdiri dari tempat evakuasi sementara dan
bencana a. Tempat Evakuasi Sementara (TES) merupakan ruang penyelamatan diri Evakuasi tempat evakuasi akhir.
(escape building) dan berfungsi sebagai tempat berkumpul (assembly Bencana 2. Ketentuan khusus dalam pengembangan tempat evakuasi bencana,
point) penduduk yang akan melanjutkan mobilisasi ke Tempat Evakuasi meliputi:
Akhir (TEA), meliputi: a. Lokasi tempat evakuasi bencana dapat diintegrasikan dengan
b. waktu tempuh lokasi TES maksimal 10 (sepuluh) menit, untuk bencana pengembangan RTH, lapangan sekolah, lapangan kantor,
tsunami perlu memperhitungkan beberapa faktor yang mempengaruhi lapangan olahraga dan lapangan parkir;
waktu tempuh; b. Lokasi tempat evakuasi bencana harus jauh dari sumber Bahan
c. jarak tempuh ke lokasi TES sekitar 400 – 600 m (empat ratus hingga Berbahaya dan Beracun (B3) dan bahan radioaktif;
enam ratus meter) dari pusat permukiman atau aktivitas masyarakat; c. Lokasi tempat evakuasi bencana harus jauh dari struktur bangunan
d. kecepatan masyarakat menuju tempat evakuasi sangat ditentukan oleh yang diperkirakan rentan atau tidak aman;
letak atau lokasi evakuasi, jalur yang dilalui, serta kepadatan jalur d. Lokasi tempat evakuasi bencana harus dapat dijangkau oleh
tersebut. Dengan asumsi kecepatan (V) orang dalam berlari pada kondisi semua orang, baik yang sehat, maupun yang mempunyai
ketika terjadi bencana diperkirakan paling cepat 2,5 km/jam – 3,6 keterbatasan fisik seperti orang tua, ibu hamil, anak-anak dan
km/jam (dua koma lima kilometer per jam sampai dengan tiga koma orang dengan kebutuhan khusus; dan
e. enam kilometer per jam); e. Lokasi tempat evakuasi bencana harus berada pada lahan yang
f. terletak pada jaringan jalan yang mudah dicapai dari segala arah dimiliki oleh pemerintah.
dengan
g. berlari atau berjalan kaki (aksesibilitas tinggi);
h. memiliki sarana dan prasarana penunjang yang lengkap; dan
i. TES dapat berupa bangunan vertikal sebagai tempat evakuasi vertikal
j. (TEV) pada kawasan rawan bencana banjir tinggi dan tsunami.
2. Tempat Evakuasi Akhir (TEA) merupakan tempat penampungan penduduk di
kawasan aman dari bencana dan dapat ditempati untuk jangka waktu tertentu,
meliputi:
a. Lokasi berada di luar wilayah rawan bencana;
b. Terdapat fasilitas jalan dari permukiman ke tempat penampungan untuk
memudahkan evakuasi (escape road);
c. Memiliki standar minimal daya tampung ruang evakuasi. Dengan standar
minimal kebutuhan ruang yang dianjurkan adalah 3 m2/orang (tiga meter
persegi per orang);
d. Ketersediaan sarana air bersih, MCK, penerangan/listrik, dll yang mencukupi;
e. Ketersediaan pos kesehatan untuk pelayanan kesehatan pengungsi; dan
f. Ketersediaan pos komunikasi dengan sarana yang lebih lengkap (radio
komunikasi, telepon, satelit).
PRINSIP PENGATURAN KETENTUAN KHUSUS – Aturan Daerah (Benchmarking Ambon dan Yogya)

Perwali Kota Ambon No. 21 Tahun 2021 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Pusat Rancangan Perwali Kota Yogyakarta Nomor XX Tahun XXXX tentang Rencana Detail Tata Ruang
Kota Ambon tahun 2021-2041 Kota Yogyakarta Tahun 2021 - 2041
Pertahanan Kawasan Pertahanan keamanan memiliki arahan pemanfaatan ruang untuk Pertahanan Keamanan Ketentuan khusus dalam hal pengembangan dan penetapan pertahanan
keamanan menjamin kegiatan dan pengembangan bidang pertahanan dan keamanan seperti keamanan wajib memenuhi syarat teknis sesuai dengan ketentuan peraturan
kantor, instalasi hankam meliputi: perundang-undangan.
a. Pemanfaatan wilayah pertahanan harus sejalan dengan fungsi pertahanan;
b. Pemanfaatan wilayah pertahanan di luar fungsi pertahanan harus mendapat
ijin menteri;
c. Pemanfaatan wilayah pertahanan di luar fungsi pertahanan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
d. Pemanfaatan wilayah pertahanan tidak mengganggu fungsi lingkungan hidup
dan ekosistem alami, serta memperhatikan peningkatan nilai tambah bagi
wilayah pertahanan yang bersangkutan.
Penyangga Kawasan Penyangga merupakan arahan pemanfaatan ruang sempadan mata air) Ruang Dalam Bumi Ruang dalam bumi dapat dikembangkan di seluruh SWP kecuali pada area badan air
sesuai aturan yang berlaku, meliputi: dan perlindungan setempat.
a. memberikan kelonggaran kepada ketentuan penggunaan lahan yang sudah ada Ketentuan teknis mengenai pemanfaatan ruang dalam bumi diatur dalam peraturan
dan tidak sesuai untuk menyesuaikan dengan ketentuan tertentu untuk tetap tersendiri.
mempertahankan fungsi dan kualitas ruang;
b. pemanfaatan ruang keterlanjuran tidak mengganggu fungsi lingkungan hidup dan Kawasan Keselamatan 1. Kawasan keselamatan operasional penerbangan mengacu pada keberadaan
ekosistem alami, serta memperhatikan peningkatan nilai tambah bagi wilayah Operasional Penerbangan operasi penerbangan di Bandar Udara Adi Sucipto.
yang bersangkutan; (KKOP) 2. Ketentuan khusus pada kawasan keselamatan operasional penerbangan yaitu wajib
c. pembatasan pertumbuhan pemanfaatan ruang pada area sempadan mata air memenuhi syarat teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
dengan jarak 200 m (dua ratus meter) dari lokasi sumber;
d. pencegahan kegiatan dan penggunaan lahan yang dapat merusak atau
mencemari sumber mata air;
e. melarang kegiatan yang dapat menurunkan fungsi ekologis kawasan, dengan
mengubah dan/ atau merusak bentang alam, serta kelestarian fungsi mata air,
termasuk akses terhadap kawasan mata air;
f. melakukan penghijauan, reboisasi, penyediaan sumur resapan, dan/ atau kolam
biopori, wajib dilakukan pada kawasan ini, termasuk pada lahan terbangun yang
secara eksisting telah berada di sekitar kawasan konservasi dan resapan mata
air; dan
g. melarang untuk membuang sampah/ imbah padat, limbah cair, limbah gas, dan
limbah B3, serta dilarang mendirikan bangunan permanen untuk hunian, tempat
usaha, ataupun bangunan permanen lainnya.
CONTOH TABEL KERJA PENGISIAN KETENTUAN KHUSUS KKOP

1. Kompilasi ketentuan kompabilitas dari tahapan sebelumnya


Klasifikasi Zona/SubZona
ZONA DASAR KETENTUAN KHUSUS
Kegiatan
(Berdasarkan hasil Analisis Kompatibilitas) (Berdasarkan hasil Pertampalan)
Zona SubZona

Zona Perdagangan dan Jasa Penginapan Hotel Diperbolehkan (I) Berada pada zona perdagangan jasa yang tertampal
dengan ketentuan khusus KKOP.
KBLI:
41017: Konstruksi Gedung
Penginapan

2. Iterasi kegiatan berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait ketentuan khusus KKOP berdasarkan aturan sektor dan aturan daerah (jika ada)

Aturan KKOP Bandara Husein Sastranegara


Kegiaztan
INFORMASI LOKASI KKOP
Penginapan Hotel § Tinggi rencana bangunan : 15 meter
§ Batas Tinggi : Tidak diperbolehkan membangun batas tinggi yang diperbolehkan 5 meter
KBLI: § Tinggi permukaan tanah : 779 meter
41017: Konstruksi Gedung Penginapan § Akurasi ketinggian : +/- 3 meter
§ Kawasan : Permukaan Horizontal Dalam
§ Jarak dari Landasan 29 : 2417 meter
§ Koordinat Geografis : 60 53’ 23.10” LS
: 1070 36’ 8.17” BT

Kegiatan penginapan hotel yang berada pada zona yang bertampalan dengan ketentuan khusus maka:
§ Ketentuan pembatasan tinggi bangunan penginapan hotel wajib memenuhi syarat teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang telah ditetapkan di Bandar Udara Husein Sastranegara.
§ Kawasan keselamatan operasional penerbangan mengacu pada keberadaan operasi penerbangan di Bandar Udara Husein Sastranegara.

Dipetakan pada peta ketentuan khusus terkait KKOP


ILUSTRASI KETENTUAN KHUSUS/ZONA PERTAMPALAN - KKOP Contoh Ketsus dengan Syarat#1

Ketentuan KKOP Bandara Husein Sastranegara

http://dishub.jabarprov.go.id/kkop/
ILUSTRASI KETENTUAN KHUSUS/ZONA PERTAMPALAN - KKOP Contoh Ketsus dengan Syarat#1

ITBX Zona Dasar

Ketentuan KKOP Bandara Husein Sastranegara

pemanfaatan bersyarat secara terbatas


ILUSTRASI KETENTUAN KHUSUS/ZONA PERTAMPALAN – CAGAR BUDAYA Contoh Ketsus dengan Syarat#2

Ketentuan Kawasan Cagar Budaya Kawasan Kota Tua Jakarta

Perda 1/2014 RDTR & PZ DKI Jakarta

Perda 1/2014 RDTR & PZ DKI Jakarta

Ps.627 ayat (2) TPZ Pelestarian Kawasan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan hunian diperkenankan untuk dirubah tanpa merubah struktur dan bentuk asli bangunan pada kawasan yang dilalui angkutan umum
massal;
b. kegiatan yang diizinkan terbatas, bersyarat, dan diizinkan terbatas bersyarat dalam Kawasan Cagar Budaya ditetapkan Gubernur setelah
mendapatkan pertimbangan dari BKPRD;
c. intensitas pemanfaatan ruang Bangunan Cagar Budaya golongan A dan golongan B sesuai kondisi bangunan asli yang ditetapkan; dan
d. pembangunan baru pada kaveling dalam Kawasan Cagar Budaya harus menyesuaikan dengan karakter kawasan Cagar Budaya.
ILUSTRASI KETENTUAN KHUSUS/ZONA PERTAMPALAN – Kawasan Rawan Bencana Contoh Ketsus untuk Kegiatan Dilarang#1

ILUSTRASI KEGIATAN TIDAK KOMPATIBEL Peta Ketentuan Khusus Kawasan Rawan Bencana
PADA KETENTUAN KHUSUS
Perwali 21/2021 RDTR Kota Ambon 2021-2041

Ketentuan ITBX pada Zona Dasar


1) Ps.55 ayat (1): Ketentuan khusus, merupakan
ketentuan yang mengatur pemanfaatan kegiatan
dan penggunaan lahan pada zona/subzona
yang memiliki fungsi khusus dan terjadi
pertampalan (overlay) dengan fungsi
zona/subzona lainnya, terdiri atas: a. kawasan
rawan bencana;
2) Ps.55 ayat (2): Kawasan rawan bencana,
merupakan kawasan rawan multi-bencana yang
terdiri dari:
a. banjir dengan klasifikasi kawasan rawan
bencana tinggi;
b. gerakan tanah dengan klasifikasi kawasan
rawan bencana tinggi; dan
c. tsunami dengan klasifikasi kawasan rawan
bencana tinggi.

Ps.55 ayat (3): Kawasan rawan bencana, dalam ketentuan arahan


pemanfaatan ruang terdiri dari:
Kegiatan hunian (rumah tinggal, a. melarang pembangunan baru fungsi hunian serta fasilitas
rumah kopel, rumah sederhana, penting berisiko tinggi;
rumah menengah, dan rumah
Pertampalan zona dasar dengan peta b. pembangunan hunian pada zona rawan banjir dan
swadaya) diperbolehkan (I) pada ketentuan khusus KRB tsunami diarahkan dengan bangunan minimal 2 lantai atau
zona R3 lebih dengan elevasi lantai dasar setinggi muka air banjir/air
laut;
ILUSTRASI KETENTUAN KHUSUS/ZONA PERTAMPALAN – Kawasan Rawan Bencana Contoh Ketsus untuk Kegiatan Dilarang#2

PP 1/2011 Penetapan Dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan Ps.35 ayat (2) Alih fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
hanya dapat dilakukan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dalam
rangka:
a. pengadaan tanah untuk kepentingan umum; atau
b. terjadi bencana.

Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 6 Tahun 2020 Tentang


Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Ps. 21
(2) Luasan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang ditetapkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang dialihfungsikan.
(3) Larangan alih fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikecualikan terhadap pengalihfungsian lahan pertanian pangan
berkelanjutan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka:
a. pembangunan rumah tinggal milik petani pemilik lahan;
b. pengadaan tanah untuk kepentingan umum; atau
c. bencana alam.
Perbup 3/2021 RDTR Sleman Timur Ps. 137 ayat (3): Ketentuan Khusus
(5) Apabila lahan pertanian pangan berkelanjutan yang dimiliki petani
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) berupa ketentuan proses hanya satu-satunya dan akan digunakan untuk rumah tinggal, maka
perizinan pemanfaatan ruang yang harus disetujui oleh instansi hanya boleh dialihfungsikan paling banyak 300 m2 (tiga ratus meter
pemangku kepentingan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), persegi).
antara lain berada di Sub BWP C Blok 2,
Tidak ada aturan ketentuan khusus untuk LP2B dalam Perbup 3/2021

Ketentuan ITBX pada Zona Pertampalan


Ketentuan ITBX pada Zona Pertanian
LP2B pada Zona Pertanian
Kegiatan Zona Pertanian
Kegiatan Zona Pertanian
Rumah Tunggal I
Kegiatan pada Zona Dasar yang terkena ketentuan Rumah Tunggal T
Rumah Deret X khusus maka ketentuan kegiatan berubah ketentuannya
Rumah Deret X
Guest House X
Guest House X
Industri Pengolahan Hasil I
Industri Pengolahan Hasil X
Pertanian
Pertanian
Sumber: Analisis tim Sumber: Analisis tim (Perda LP2B)
USULAN MATRIK ITBX ZONA DENGAN KETENTUAN KHUSUS/ZONA PERTAMPALAN
Contoh Matrik ITBX Zona Dasar

Zona Perumahan Zona Sarana Pelayan Umum


Kepadatan
SPU Skala Kota SPU Skala SPU Skala Ilustrasi Kegiatan Rumah Tunggal pada Zona Dasar
Rendah
Sub Zona Kecamatan Kelurahan (R3) merupakan kegiatan yang diijinkan (I), namun
Kegiatan R3 SPU-1 SPU-2 SPU-3 apabila terkena ketentuan khusus misalnya
bertampalan dengan KKOP maka ketentuan kegiatan
Hunian
berubah menjadi kegiatan yang dijinkan secara
Rumah Tunggal I X I I terbatas (T).
Rumah Kopel I X I I
Rumah Deret T X I I
Townhouse X X X X
Rusun Rendah X x X X

Deskripsi Zona dengan Ketentuan Khusus (diamanatkan di Usulan Pelengkap untuk Zona dengan Ketentuan Khusus (tidak diamanatkan di
Permen 11/2021) à masuk dalam batang tubuh Permen 11/2021)

Zona KKOP Rawan Bencana


Sub Zona Perumahan Kepadatan Perumahan Kepadatan
Untuk kawasan yang juga termasuk zona KKOP, yang petanya SPU
Rendah Rendah
terdapat pada lampiran xx, maka :
1. Ketentuan pembatasan tinggi bangunan, tinggi bangun- Kegiatan R3 SPU-2 R3
bangunan dan jenis kegiatan disesuaikan dengan ketentuan
Hunian
peraturan perundang-undangan terkait KKOP yang telah
ditetapkan; Rumah Tunggal T T T
2. Ketentuan bentuk kegiatan yang dapat menghalangi atau
Rumah Kopel T T T
mengganggu rute penerbangan
3. dst. Rumah Deret T T X
Townhouse X X X
Rusun Rendah X X X
5. DAFTAR INVENTARIS MASALAH
DAFTAR INVENTARIS MASALAH
Daftar Inventaris Masalah (DIM) Tanggapan/Hasil Diskusi

Bentuk tabel kualitas kinerja zona terdapat 2 alternatif:


1) Bentuk tabel tidak mengeluarkan sampai list kegiatan
2) Bentuk tabel mengeluarkan list kegiatan berdasarkan peraturan perundang-undangan sektoral
Isu strategis atau kendala dan permasalahan penerapan ketentuan khusus dalam proses kompatibilitas/kesesuaian kegiatan pada zona

Alur proses menganalisis zona dasar yang tertampal dengan ketentuan khusus

Sumber data yang digunakan sebagai input dalam penetapan ketentuan khusus

Posisi ketentuan khusus dalam hierarki RTR dan batasan analisisnya di dalam analisis kompatibilitas/kesesuaian kegiatan pada zona

Acuan/rujukan ketentuan khusus:


1) Kawasan berorientasi transit. Bagaimana pemahaman terkait Kawasan berorientasi transit dan untuk pembatasan kegiatan di Kawasan tsb?
2) Kawasan Tempat evakuasi bencana (TES dan TEA) belum adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur kawasan tersebut. Adakah rujukan
peraturan perundangan yang memuat aturan Kawasan Tempat evakuasi bencana (TES dan TEA)?
3) Pusat penelitian belum adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur secara spesifik terkait pengaturn pusat penelitian, dan saat ini terdapat
pengaturan terkait Kawasan Sains dan Teknologi (KST). Bagaimana pemahaman terkait pusat penelitian tersebut dan rujukan peraturan perundang-
undangannya?.
4) Kawasan migrasi satwa. Muatan ketentuan yang ada dalam Peraturan berupa tujuan penetapan kawasan, kriteria kawasan migrasi satwa, fungsi ruang
migrasi dan kegiatan yang dilarang. Jika aturan khusus lebih detail perlu ditambahkan, bagaimana batasan dan bentuk aturan kawasan migrasi satwa?
5) Kawasan karst. Muatan ketentuan yang ada dalam Peraturan berupa tujuan penetapan bentang alam karst, kriteria bentuk eksokarst dan endokarst
tertentu serta kegiatan yang diperbolehkan secara terbatas. Jika aturan khusus lebih detail perlu ditambahkan, bagaimana batasan dan bentuk aturan
kawasan karst?
6) Kawasan pertahanan keamanan (hankam). Muatan ketentuan yang ada di dalam peraturan pertambangan berupa klasifikasi wilayah pertahanan. . Jika
aturan khusus lebih detail perlu ditambahkan, bagaimana batasan dan bentuk aturan kawasan pertahanan dan keamanan?
7) Kawasan pertambangan mineral dan batubara. Muatan ketentuan yang ada di dalam peraturan pertambangan berupa kriteria penetapan sbg WP,
WUP, dan WIUP. Jika aturan khusus lebih detail perlu ditambahkan, bagaimana batasan dan bentuk aturan kawasan pertambangan mineral dan
batubara?
8) Apakah batasan pengaturan pada kawasan cagar budaya, kawasan resapan air dan kawasan sempadan perlu memuat aturan intensitas dan tata
massa bangunan? Perundangan yang saat ini belum mengatur ketentuan intensitas dan tata massa bangunan.
DAFTAR INVENTARIS MASALAH – BENTUK TABEL KUALITAS KINERJA ZONA (Alternatif 1)

q Tabel rumusan kualitas kinerja zona dibuat dalam rangka perumusan kinerja yang diharapkan pada suatu zona. Dalam tabel ini akan diuraikan
definisi dan kualitas yang diharapakan/kriteria performa, dimana pembagian klasifikasi zona/sub-zonanya sesuai Permen Permen 14/2021
Pedoman Penyusunan Basis Data dan Penyajian Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, dan Kota, serta Peta Rencana Detail Tata
Ruang Kabupaten/ Kota
q Tabel tersebut disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan sektoral yang harus dipenuhi dalam suatu zona/sub-zona

Keterangan Muatan Tabel Kualitas Kinerja Zona

No Muatan Keterangan
1 Klasifikasi turunan unsur pola ruang – Nama Unsur Nama jenis pola ruang berupa zona lindung dan zona budi daya
2 Klasifikasi turunan unsur pola ruang – Zona Nama jenis turunan zona lindung dan zona budi daya
3 Klasifikasi turunan unsur pola ruang – Sub Zona Nama jenis turunan sub zona lindung dan sub zona budi daya
4 Materi Muatan Zona – Definisi Definisi zona/subzona memuat pengertian lebih lanjut tentang zona/sub zona
5 Materi Muatan Zona – Kualitas yang Kualitas yang Diharapkan/Kriteria performa zona/sub zona merupakan kualitas
Diharapkan/Kriteria Performa atau kinerja yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan penetapan masing-
masing zona/sub zona berdasarkan aturan sektor
6 Keterangan Keterangan memuat rujukan peraturan perundang-undangan yang berlaku
DAFTAR INVENTARIS MASALAH – BENTUK TABEL KUALITAS KINERJA ZONA (Alternatif 1)

Klasifikasi Turunan Unsur Pola Ruang Muatan yang Diatur


Nama Keterangan
Zona Sub-Zona Definisi Kualitas yang Diharapkan/Kriteria Performa
Unsur
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Zona Zona Hutan Hutan Hutan yang mempunyai § Memelihara dan mewujudkan kelestarian Mengacu pada :
Lindung
Lindung (HL) Lindung fungsi pokok sebagai fungsi hutan lindung dan mencegah timbulnya • UU Nomor 11 Tahun 2021 tentang Cipta Kerja
(HL) perlindungan sistem kerusakan hutan • PP Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
penyangga kehidupan untuk § Meningkatkan fungsi hutan lindung terhadap Kehutanan
mengatur tata air, mencegah tanah, air, iklim, tumbuhan, dan satwa • Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan
banjir, mengendalikan erosi, Pertanahan Nasional Nomor 14 Tahun 2021 Tentang
mencegah intrusi air laut, Pedoman Penyusunan Basis Data dan Penyajian Peta
dan memelihara kesuburan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten,
tanah. dan Kota, serta Peta Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten/Kota

Zona Zona Kawasan Bentangan lahan yang Mengarahkan agar kegiatan industri dapat Mengacu pada:
Budidaya
Kawasan Peruntukan diperuntukkan bagi kegiatan berlangsung secara efisien dan produktif, • Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang
Peruntukan Industri Industri berdasarkan mendorong pemanfaatan sumber daya setempat, Perindustrian
Industri (KPI) (KPI) Rencana Tata Ruang dan pengendalian dampak lingkungan. Sebagian • Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015
Wilayah yang ditetapkan atau seluruh bagian kawasan peruntukan industri tentang Kawasan Industri
sesuai dengan ketentuan dapat dikelola oleh satu pengelola tertentu. • Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan
peraturan perundang- Dalam hal ini, kawasan yang dikelola oleh satu Pertanahan Nasional Nomor 14 Tahun 2021 Tentang
undangan. pengelola tertentu tersebut disebut kawasan Pedoman Penyusunan Basis Data dan Penyajian Peta
industri Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten,
dan Kota, serta Peta Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten/Kota.
DAFTAR INVENTARIS MASALAH – BENTUK TABEL KUALITAS KINERJA ZONA (Alternatif 2)

q Tabel rumusan kualitas kinerja zona dibuat dalam rangka perumusan kinerja yang diharapkan pada suatu zona. Dalam tabel ini akan diuraikan
definisi, tujuan penetapan zona, kriteria performa, dan kriteria penetapan zona, dimana pembagian klasifikasi zona/sub-zonanya sesuai Permen
Permen 14/2021 Pedoman Penyusunan Basis Data dan Penyajian Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, dan Kota, serta Peta
Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/ Kota
q Tabel tersebut disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan sektoral dan atau standar (SNI) yang harus dipenuhi dalam suatu zona/sub-zona

Keterangan Muatan Tabel Kualitas Kinerja Zona

No Muatan Keterangan

1 Jenis Pola Ruang – Hierarki 1 Nama jenis pola ruang berupa zona lindung dan zona budi daya
2 Jenis Pola Ruang – Hierarki 2 (Zona) Nama jenis turunan zona lindung dan zona budi daya
3 Jenis Pola Ruang – Hierarki 3 (Sub zona) Nama jenis turunan sub zona lindung dan sub zona budi daya
4 Materi Muatan Zona – Definisi Definisi zona/subzona memuat pengertian lebih lanjut tentang zona/sub zona
5 Tujuan penetapan zona memuat tujuan yang ingin dicapai untuk setiap zona/sub zona lindung
Materi Muatan Zona – Tujuan Penetapan
dan budi daya dalam RDTR
6 Kriteria performa zona/sub zona merupakan kualitas atau kinerja yang harus dipenuhi untuk
Materi Muatan Zona – Kriteria Performas
mencapai tujuan penetapan masing-masing zona/sub zona
7 Kriteria perencanaan zona merupakan kriteria dan standar untuk merencanakan ruang suatu zona
Materi Muatan Zona – Kriteria Perencanaan
agar tercapai tujuan penetapan zona/subzona
8 Rumusan identifikasi kegiatan yang dihasilkan dari peraturan perundangan sektoral terkait
Identifikasi Kegiatan
kegiatan dalam zona/sub zona
Kualitas Kinerja
DAFTAR INVENTARIS MASALAH – CONTOH BENTUK TABEL KUALITAS KINERJA ZONA (Alternatif 2) Zona Lindung

Jenis Pola Ruang Materi Muatan Zona

Nama Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Identifikasi Kegiatan
Zona Sub-zona
Unsur
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Zona Zona Hutan Hutan Lindung adalah • Memelihara dan • Terjaga dan terwujudnya Kriteria hutan lindung Pemanfaatan dan penggunaan
Lindung Hutan Lindung (HL) Peruntukan ruang yang mewujudkan kelestarian kelestarian fungsi hutan • kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis Hutan Lindung dapat berupa:
Lindung merupakan kawasan lindung fungsi hutan lindung dan lindung dan tidak adanya tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian 1. Pemanfaatan kawasan,
(HL) yang mempunyai fungsi mencegah timbulnya kerusakan hutan bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) 2. Pemanfaatan jasa lingkungan,
pokok sebagai perlindungan kerusakan hutan • Meningkatnya fungsi atau lebih; 3. Pemungutan hasil hutan bukan
sistem penyangga kehidupan • Meningkatkan fungsi hutan lindung terhadap • kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng kayu
untuk mengatur tata air, hutan lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan, paling sedikit 40% (empat puluh persen); atau 4. Penggunaan kawasan hutan
mencegah banjir, tanah, air, iklim, dan satwa • kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling untuk kepentingan
mengendalikan erosi, tumbuhan, dan satwa (Lampiran I.3 Permen 16/2018 sedikit 2.000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut pembangunan di luar
mencegah intrusi air, dan (Lampiran I.3 Permen tentang Pedoman Penyusunan • kawasan hutan yang mempunyai tanah sangat peka kegiatan kehutanan
memelihara kesuburan tanah 16/2018 tentang Pedoman RDTR dan PZ Kab/Kota) terhadap erosi dengan kelerengan di atas lebih dari (UU 11/2021 tentang Cipta Kerja
(PP No. 104/2015 Tata Cara Penyusunan RDTR dan PZ 15% (lima belas persen) dan PP 23/2021 tentang
Perubahan Peruntukan dan Kab/Kota) Tercegahnya erosi, (PP 13/2017 Perubahan Atas PP No. 26/2008 tentang Penyelenggaraan Kehutanan)
Fungsi Kawasan Hutan) sedimentasi, dan menjaga RTRWN)
fungsi hidrologis tanah untuk
menjamin ketersediaan unsur Hutan Lindung, apabila memenuhi kriteria:
hara tanah, air tanah, dan air • Kawasan Hutan dengan factor kelas lereng, jenis
permukaan. tanah, dan intensitas hujan setelah masingmasing
(KepPres Nomor 32 Tahun dikalikan dengan angka penimbang mempunyai
1990 tentang Pengelolaan jumlah nilai lebih besar dari 175 (seratus tujuh puluh
Kawasan Lindung) lima);
• Kawasan Hutan yang mempunyai lereng lapangan
40% (empat puluh persen) atau lebih;
• Kawasan Hutan yang berada pada ketinggian 2.000
m (dua ribu meter) atau lebih di atas permukaan laut;
• Kawasan Hutan yang mempunyai tanah sangat peka
terhadap erosi dengan lereng lapangan lebih dari
15% (lima belas persen);
• Kawasan Hutan yang merupakan daerah resapan air;
danlatau
• Kawasan Hutan yang merupakan daerah
perlindungan pantai
(PP 23/2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan)
DAFTAR INVENTARIS MASALAH – CONTOH BENTUK TABEL KUALITAS KINERJA ZONA (Alternatif 2) Kualitas Kinerja
Zona Budi Daya

Jenis Pola Ruang Kualitas Kinerja Zona

Nama Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Penetapan Identifikasi Kegiatan
Zona Sub-zona
Unsur
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Zona Kawasan - Kawasan peruntukan industry • Memfasilitasi kegiatan industri agar Terciptanya lingkungan yang Kawasan peruntukan industri Kawasan Peruntukan Industri
Budi Peruntukan merupakan bentangan lahan tercipta aglomerasi kegiatan sinergis antara kegiatan industri ditetapkan dengan kriteria: meliputi:
Daya Industri yang diperuntukkan bagi produksi di satu lokasi dengan biaya (baik di Kawasan Industri, Sentra a. berupa wilayah yang dapat § Kegiatan usaha industry,
kegiatan industri berdasarkan investasi prasarana yang efisien; IKM, dan industri yang berdiri dimanfaatkan untuk kegiatan meliputi Industri Kecil, Industri
Rencana Tata Ruang Wilayah • Mendukung upaya penyediaan sendiri atau beraglomerasi) dan industri; Menengah, dan Industri Besar
yang ditetapkan sesuai dengan lapangan kerja; fasilitas penunjangnya, dimana b. tidak mengganggu kelestarian § Kegiatan usaha Kawasan
ketentuan peraturan • Meningkatkan nilai tambah komoditas lingkungan kegiatan industri fungsi lingkungan hidup; Industri
perundang-undangan(UU yang pada gilirannya meningkatkan tersebut mampu menciptakan dan/atau (PP 28/2021 tentang
3/2014 tentang Perindustrian) Produk Domestik Regional Bruto lingkungan yang berkualitas, c. tidak mengubah lahan produktif Penyelenggaraan Bidang
(PDRB) di wilayah yang tidak menimbulkan dampak (PP 13/2017 Perubahan Atas PP No. Perindustrian)
bersangkutan; negatif, dan tidak menimbulkan 26/2008 tentang RTRWN)
• Mempermudah koordinasi konflik pemanfaatan ruang pada
pengendalian dampak lingkungan lingkungan sekitarnya.
yang mungkin ditimbulkan (Lampiran I.3 Permen 16/2018
(Lampiran I.3 Permen 16/2018 tentang tentang Pedoman Penyusunan RDTR
Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ dan PZ Kab/Kota)
Kab/Kota)
City Planning 2021 City Planning
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai