Daerah Irigasi
Peningkatan Kapasitas Pelaksana DAK Bidang Irigasi TA. 2022
Materi
DI. Existing
2. Interval garis kontur 0.5 meter sampai 1.00 meter, tergantung kemiringan
lahan.
1. Data Topografi untuk Perencanaan Irigasi
• Ketelitian planimetris (x,y) dinyatakan dengan 1 : 10.000 yang berarti
bahwa dalam jarak 1 km hanya boleh terjadi kesalahan 0.1 meter.
• Ketelitian ini dapat diperoleh dengan cara:
a. Pengukuran sudut (polygon) dengan ketelitian 10” √n, n =
jumlah sudut
b. Pengukuran jarak datar dengan EDM (total station)
1. Data Topografi Untuk Perencanaan Irigasi
Ketelitian vertical dinyatakan dengan: 7-8 mm √D(km), D= jarak
pengukuran Sifat Datar.
Ketelitian ini dapat diperoleh dengan cara:
a. Pengukuran Sipat Datar pergi pulang dan atau pengukuran loop
tertutup,
b. Alat ukur berada ditengah dua rambu atau dalam satu seri
pengukuran jumlah jarak ke belakang sama dengan jumlah jarak
kemuka, Db = Dm
1. Data Topografi Untuk Perencanaan Irigasi
• Semua sungai, anak sungai dan saluran-saluran alam, termasuk arah
alirannya.
• Semua saluran dan bangunan (Bendung, bangunan bagi sadap, box tersier
dan bangunan lainnya, seperti talang, syphon, gorong2, jembatan, dll)
• Saluran Induk, Sekunder, tersier, saluran drainase0
• Jalan umum, jalan inspeksi, jalan desa
• Batas dan nama kampung, desa
• Batas tata guna lahan seperti: kebun, kolam, ladang, sawah, rawa
• Untuk perncanaan tersier diperlukan batas2 petak sawah, batas petak
tersier
1. Data Topografi Untuk Perencanaan Irigasi
• Peta topografi baru, peta yang sebelumnya tidak ada peta dalam skala
yang sama sehingga perlu dibuat baru, atau
• Peta topografi hasil Up-dating, yaitu sudah ada peta lama dalam skala
yang sama, namun karena sudah terjadi perubahan, seperti:
perubahan tataguna lahan, perubahan sistim jaringan,1 maka perlu
dibuat up-dating map dengan mengukur perubahan yang terjadi,
akan tetapi masih mengacu kepada sistim koordinat yang sama,
datum yang sama memakai BM yang sudah ada.
• Dalam hal BM yang lama sudah tidak ada atau sudah diragukan
kebenarannya, maka pemetaan dilaksanakan sebagaimana pemetaan
baru.
1. Data Topografi Untuk Perencanaan Irigasi
• Peta rincikan untuk keperluan LARAP dengan skala 1 : 1000
• Pemetaan bidang-bidang tanah berdasarkan kepemilikan tanah yang
akan dibebaskan
Peta Petak Skala 1 : 5.000
Peta Petak adalah peta yang memperlihatkan pembagian petak-petak irigasi
sampai tingkat petak tersier.
Informasi tentang luas layanan (ha), debit rencana (lt/det), Panjang saluran;
2. BENCH MARK (BM)
• Bench Mark (BM) merupakan titik acuan yang mempunyai kordinat
horizontal (X,Y) dan posisi vertikal (Z)
• Koordinat (X,Y) dalam sistim proyek UTM (sistim koordinat nasional)
• Posisi Vertikal (Z) merupakan ketinggian diatas bidang datum (MSL),
atau sering disebut sebagai tinggi Orthometrik.
• BM dibuat dari beton ukuran (30x30x 1.20 cm) dan koordinat ditandai
dengan baut (+) dan diberi nomor dan nomenklatur sesuai dengan
nama daerah irigasinya, atau instansi pemiliknya, atau nama saluran
yang jelas.6
2. BENCH MARK (BM)
• Posisi horizontal BM ditentukan dengan pengukuran polygon (polygon
tertutup dan atau polygon terbuka terikat pada kedua ujungnya)
• BM awal dapat ditentukan dengan GPS geodetic atau diikat kepada
titik GPS terdekat atau TTG
• Apabila penentuan posisi vertical BM dengan GPS, maka tinggi yang
dipakai adalah tinggi Orthometrik, yaitu tinggi diatas bidang geoid
bukan tinggi diatas bidang Elipsoid.
• Sebaran BM pada daerah irigasi ditentukan minimal 1satu buah untuk
setiap 500 Ha.
2. BENCH MARK (BM)
• BM ditanam pada setiap 2 kilometer sepanjang jalur pengukuran
polygon atau pengukuran Sipat Datar atau sepanjang saluran irigasi
• BM harus ditanam paling sedikit satu buah di lokasi bangunan utama
atau Bendung
• Setiap BM ditanam pada lokasi yang aman dan mudah ditemukan
• Semua BM dibuat deskripsinya berisi koordinat dan skets lokasi BM
dan CP berikut informasi lain yang penting.
• Pada setiap bangunan (rencana maupun existing) ditanam satu BM
(kecil) dan satu buah CP sebagai pendamping.
Pen kuningan
Ø6 cm
20
Pelat marmer 12 x 12 Pipa pralon PVC Ø6 cm
25
Nomor titik
10
100
65
Dicor beton
75
20
Beton 1:2:3
15
10
20
Pasir dipadatkan
20
40
∂x = (XB-XA) = d Sin α
XB = XA +∂x
∂y = (YB-YA) = d Cos α
YB = YA + ∂y
d2 = (XB – XA)2 + (YB – YA)2
XB B (XB,YB)
YB
X
YA aAB
XA
A (XA,YA)
(DAB )2 = (XB – XA)2 + (YB – YA)2
XB = XA + DAB SinaAB
YB = YA + DAB CosaAB
koordinat
TgaAB = (XB = XA) / (YB – YA)
SUDUT JURUSAN
βC
αAB αCD
C
A dCD
dBC αCB
dAB βB αBC
D
αBA
B
αBC = αBA + βB – 3600 atau (αAB + 1800) + βB – 3600 atau αAB + βB - 1800
( h2 ) = h (1) + ∆ h ( 12 )
tinggi selanjutnya adalah tinggi titik sebelumnya ditambahkan dengan beda tinggi antara
kedua titik yang bersangkutan, Umumnya diambil selisih tinggi titik belakang terhadap titik
muka.
HITUNGAN SIPAT DATAR
a. Untuk menghitung beda tinggi dua titik dapat dihitung dari bacaan benang tengah belakang
dikurangi bacaan benang tengah rambu muka
D h = Bt blk – Bt mk
b. Hitungan beda tinggi dari satu seksi pengukuran atau satu loop pengukuran adalah sum dari
beda tinggi antar slag atau sum dari beda tinggi seluruh seksi dalam satu loop
DH=Dh
c. Besarnya salah penutup diberikan toleransi yang ditetapkan, misalnya toleransi: 7mm sd 8
mm akar Jarak dalam kilometer, atau:
7mm V D(km)
(diberikan gambar atau skets pengukuran Sipat Datar ; bentuk loop pengukuran)
3. Pengukuran situasi sungai dan lokasi bendung
Pengukuran situasi sungai dimaksudkan untuk memperoleh bentuk
morfologi sungai disekitar rencana bendung:
a. Sungai dengan kemiringan landai atau sungai bermeander
diperlukan pengukuran paling sedikit 1,0 kilometer ke arah hulu
dan 1,0 kilometer kearah hilir dari rencana as bendung.
b. Sungai dengan kemiringan yang lebih curam atau sungai tidak
bermeander diperlukan paling sedikit 0.5 kilometer kearah hulu
dan 0.5 kilometer kearah hilir dari rencana as bendung.
3. Pengukuran situasi sungai dan lokasi bendung
Rencana as bendung
Pengukuran profil melintang sungai dengan alat Total Station dari dua sisi
berseberangan (reciprocal)
Total station 2
Total station 1
patok
patok
L1 R2
Posisi TS1 dan TS2
R1 dan R2 dibidik dari TS2
diperoleh dari BM atau
P1 patok yang ada
L1 dan L2 dibidik dari TS1 R2
L2
Kedalaman b1 diukur
dengan alat echo sounding
3.Pengukuran situasi sungai dan lokasi bendung
rambu
d m
br
Alat θ D
ta
dH
Pemasangan BM
Polygon Waterpass
Rincikan
Cross section
Pengikatan Referensi
Bathimetry
Plotting
Tanggul kiri
Tanggul kanan
Dasar saluran
Memasang patok-patok trase
A3
A1
Jarak antar patok P1-P2 : @ 50 m atau 25 m pada tikungan
L1,L2,L3 ; a1,a2,a3; b2,b3 : dihitung
A1, A4 diikat ke Bm dan CP yang diketahui koordinatnya dan ada dilapangan
STA
+100.201+100
P1
50
+97.90 +100.35 1+150
P2
CP1:525.30, 180,55
T
IP1: 500.00 , 150.50
25
Θ= 45
T= 25
+97.85 +100.36
R= 100
IP1
θ
25
R
60
30
50
15
IP2
40
40
CP2
Penentuan posisi
banguan2 air
Penentuan arah dan
panjang saluran
Pematokan
Penggambaran kompilasi
as saluran
10 m – 20 m 10 m – 20 m