Anda di halaman 1dari 26

REFERAT NOVEMBER 2020

FIBROMIALGIA

Suriyanti Listin

Endy Adnan

Divisi Rheumatologi

Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. iii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................................. iv

I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

II. EPIDEMIOLOGI ............................................................................................... 2

III. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS ................................................................... 2

IV. MANIFESTASI KLINIS ................................................................................... 5

V. DIAGNOSIS ...................................................................................................... 10

VI. DIAGNOSIS BANDING.................................................................................. 11

VII. PENATALAKSANAAN ................................................................................... 12

VIII. PROGNOSIS ..................................................................................................... 15

IX. RINGKASAN .................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 18

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Nyeri dan modulasinya ........................................................................ 3

Gambar 2 Proses patofisiologi potensial pada fibromyalgia ............................................ 4

Gambar 3 Titik titik nyeri yang berpasangan pada Fibromialgia. .................................. 9

Gambar 4 Tanda fibromialgia (modifikasi ACR 2011 dalam kriteria diagnostik). ........ 11

Gambar 5 Managemen Fibromialgia ................................................................................ 13

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kriteria FM brdasarkan American College of rheumatology (ACR) tahun

2010………………………………………………………………………………….............…10

Tabel 2 Diagnosis banding penyakit yang memiliki gejala diffuse myalgia. ……………….…12

iii
DAFTAR SINGKATAN

AS : Amerika Serikat

ACR : American Collage of Rheumatology

TPE : Tender point examination

AR : Arthritis Rheumatoid

SLE : Systemic Lupus Erythematosus

HPA : Hypotalamic Ptituary Axis

SSP : Sistem Saraf Pusat

FMS : Fybromialgia Syndrome

CNS : Central Nervus system

CPM : Conditioned pain modulation

SNRI : Serotonin Nonadrenalic Reuptake Inhibitor

TLR4 : Toll like reseptor 4

NMDA : N-Metyl D-Aspartat Antagonis Reseptor

ACTH : Adrenocorticotropic hipofisis

TENS : Transcutaneus Electric Nerve stimulation

CBT : Cognitive behavior therapy

NSAID : Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs

iv
SSRI : Selective serotonin reuptake inhibitors

VAS : Visual Analog Scale

v
FIBROMIALGIA

Suriyanti Listin, Endy Adnan


Divisi Reumatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
I. PENDAHULUAN

Fibromialgia (FM) adalah suatu bentuk reumatisme nonartikuler yang ditandai

dengan nyeri muskuloskeletal kronik yang bersifat menyebar luas dan disertai dengan

rasa kelelahan yang ditandai dengan nyeri pada penekanan pada otot, ligament dan

perlekatan tendon.1

Fibromialgia adalah suatu gangguan sensorik yang manifestasinya seperti allodynia

(nyeri yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak berbahaya) dan hiperalgesia (nyeri
2
berlebihan yang ditimbulkan oleh stimulus berbahaya).

Keterlibatan genetik terhadap FM dan gangguan lain yang ditandai dengan nyeri

yang meningkat dikaitkan dengan polimorfisme gen yang melibatkan transmisi nyeri,

neurotransmitter, dan jalur respons stres. Pada orang yang rentan menderita FM dapat

dengan mudah memicu peristiwa yang melibatkan aktivasi nosiseptor sensorik yang

menyebabkan perubahan jangka panjang dalam transmisi nyeri dan jalur neurotransmitter

inhibitor yang menurun.3

Fibromialgia adalah suatu penyakit yang digambarkan dengan penurunan kualitas

hidup terkait dengan nyeri tubuh secara umum yang disertai gejala fisik dan psikologis

yang terjadi tanpa adanya penyebab patologis yang jelas. Banyak kasus yang sulit

mendiagnosis FM oleh klinisi dikarenakan nyeri yang bersifat subjektif dan sulit dinilai,

membuat penyakit ini merupakan suatu tantangan tersendiri bagi klinisi dalam melakukan

diagnosis dan penanganan yang komprehensif. 4

1
II. EPIDEMIOLOGI

Fibromialgia adalah penyakit yang umum terjadi pada semua populasi di seluruh

dunia. Secara umum prevalensi penderita dengan gejala yang memenuhi kriteria

diagnostik berada di antara 2% dan 4% di sebagian besar penelitian. 5

Insidens FM antara 0,5 % - 12 % dari seluruh dunia, dengan puncak insidens antara

usia 20-60 tahun. FM masih menjadi problematika saat ini dikarenakan pengobatan yang

belum adekuat. Studi database kasus baru FM yang teridentifikasi di Amerika Serikat

(AS) antara tahun 1997 hingga 2002 didapatkan sebanyak 2595 kasus kejadian meliputi

6,88 kasus dari 1000 orang per tahun untuk pria dan 11,28 kasus untuk wanita. Wanita

1,64 kali lebih banyak dibandingkan pria. Penderita FM dilaporkan memiliki 2,14

sampai 7,05 kali kemungkinan memiliki satu atau lebih dari komorbiditas seperti depresi,

kecemasan, sakit kepala, Irritable bowel syndrome, sindrom lelah kronik, lupus

eritematosus sistemik dan artritis reumatoid. 6

III. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Sampai saat ini etiologi dan patogenesis fibromialgia masih belum sepenuhnya

dipahami. Beberapa faktor seperti disfungsi sistem saraf pusat dan otonom,

neurotransmiter, hormon, sistem kekebalan tubuh, pemicu stres eksternal, psikologi, dan

lain-lain tampaknya ikut terlibat .5

Meskipun etiologi belum jelas, perubahan pola tidur dan transmitter neuroendokrin

seperti serotonin, Substansi P, growth hormone dan kortisol menyebabkan regulasi

otonom dan sistem neuroendokrin menjadi dasar terjadinya sindrom tersebut. Kecemasan

dan depresi diperkirakan menjadi pemicu tersering terjadinya FM. Hypothalamic pituitary

axis (HPA) adalah komponen penting dari respon adapatasi stress. Pada FM respons

adaptasi stres terganggu yang menyebabkan stress menimbulkan gejala. Psikologi

2
merupakan komorbid yang dikaitkan dengan FM dan perlu diidentifikasi selama

konsultasi karena ini membutuhkan pertimbangan khusus selama perawatan7

Faktor Genetika mendukung perkembangan FM, seperti pada kebanyakan kondisi

nyeri kronis lainnya. Pada Tingkat awal penderita FM menunjukkan risiko delapan kali

lipat lebih besar menderita dan anggota keluarga memiliki lebih banyak tender point dari

kontrol dan meningkatkan risiko terjadinya gangguan fungsional lainnya (gangguan yang

mempengaruhi fungsi tubuh tetapi bukan struktur), termasuk IBS, gangguan

temporomandibular, sakit kepala, dan sindrom nyeri regional lainnya.9

Polimorfisme genetik dilaporkan mempunyai peran pada FM, seperti pada

monoamine related genes. Gen-gen ini meliputi serotonin 2A receptor gene (HTR2A),

serotonin transporter gene (HTTLPR) regulatory region, dan dopamine-D4 related gene.

Namun Sampai saat ini belum diketahui gen yang paling berperan dalam proses nyeri

pada FM. Kemungkinan nyeri pada FM ditentukan oleh beberapa interaksi pada gen.5,8

Gambar 1. Proses nyeri dan modulasinya 5

3
Aktivasi reseptor nyeri di perifer (juga disebut nociceptors) oleh rangsangan nyeri

diteruskan pada radix dorsal sumsum tulang belakang melalui dorsal ganglion. Dari

radix dorsal, sinyal dibawa sepanjang jalur nyeri ascendens atau saluran

spinothalamik thalamus dan korteks. Nyeri dapat dikendalikan oleh nociception-

inhibiting dan nociception facilitated neuron. Sinyal descendens yang berasal dari

pusat supraspinal dapat memodulasi aktivitas di radix dorsal dengan mengendalikan

transmisi nyeri tulang belakang.8

Faktor growth neurotransmitter dan zat P adalah neurotransmiter pro-nosiseptif

tambahan yang meningkat pada FM. Kadar pada growth factor neurotransmitter pada

pada cerebro spinal fluid khususnya, telah terbukti meningkat pada FM primer tetapi

tidak pada FM sekunder, yang mendukung perbedaan antara mekanisme top-down dan

bottom-up pada (Gambar. 2).,10

Gambar 2 proses patofisiologi potensial pada fibromyalgia5

4
Sensitisasi sistem saraf pusat (SSP) merupakan patomekanisme utama yang

mendasari FM. Faktor genetik yang berperan pada sensorik (termasuk rasa nyeri)

dapat mempengaruhi faktor psikologis, seperti kecemasan, depresi dan stres

katastrofosis dan biopsikosial (misalnya, trauma peristiwa kehidupan, trauma masa

kanak-kanak, dan infeksi). Faktor peripheral seperti input nociceptive yang

berlangsung dan dihasilkan oleh komorbid, juga dapat mempengaruhi patogenesis.

Beberapa perubahan dapat terjadi dalam SSP pada penderita FM seperti

ketidakseimbangan neurotransmiter, perubahan dalam hipotaalamik–hipofisis–

adrenal (HPA) axis yang mempengaruhi sistem otonom.3

IV. MANIFESTASI KLINIS

Gejala dari penderita FM tidak khas sehingga sulit untuk didiagnosis. Beberapa

gejala yang ditimbulkan oleh hampir setiap penderita FM seperti nyeri, kelelahan,

dan gangguan tidur serta gejala tambahan lain.

• Nyeri

Secara umum gejala FM adalah nyeri kronis yang bersifat meluas, didefinisikan

sebagai rasa nyeri yang mempengaruhi kedua sisi tubuh, serta bagian atas dan bawah

pinggang yang perlangsungannya lebih dari 3 bulan. Nyeri bersifat menyebar,

menganggu dan rasa terbakar pada lokasi nyeri, penderita mengeluh nyeri sepanjang

waktu. Pada beberapa penderita FM, ada riwayat nyeri lokal kronis, seperti nyeri

pinggang sebelumnya yang berkembang menjadi gejala yang meluas. Pada

Fibromialgia nyeri yang timbul bukan diakibatkan karena suatu kerusakan atau

inflamasi.11

5
• Kelelahan

Selain rasa nyeri banyak penderita FM mengeluh kelelahan sebagai gejala

kedua yang dianggap sulit disembuhkan dan sering terjadi perburukan dipagi dan

sore hari, hal ini ditandai dengan mulai terjadinya kelelahan dengan aktivitas

fisik. Beberapa penderita mengalami kelelahan yang mengurangi kemampuan

mereka untuk melakukan tugas sehari-hari dan berdampak negatif terhadap

kualitas hidup mereka. Menurut Kriteria American College of Rheumatology

gejala kelelahan dapat memenuhi kriteria diagnostik untuk FM.12,13

• Gangguan tidur

Tidur yang tidak restoratif mempengaruhi banyak penderita FM yang sering

dilaporkan, menyebabkan penderita merasa lelah, sangat letih, dan tidak mampu

mengerjakan tugas berat. Ditemukan banyak penderita FM tidak mendapatkan

istirahat yang cukup. Banyak merasa sangat letih dan mengantuk sepanjang hari

serta ingin kembali tidur di pagi hari. Sekitar 90% pasien FM menunjukkan

gangguan tidur, yang memberikan efek negatif pada kesehatan yang disebabkan

karena masih merasakan lelah walaupun waktu tidur cukup dan kelelahan pada

siang hari serta sulit berkonsetrasi. Disertai kondisi komorbid seperti depresi,

kecemasan dan stress. 12,15



Restless leg syndrome” terjadi pada 20-40% penderita dengan FM, dengan

sensasi yang tidak menyenangkan pada ekstremitas bawah terjadi di malam hari,

sehingga harus digerakkan untuk mengurangi rasa sakit, serta menyebabkan

kualitas tidur menjadi buruk dan sulit tidur. 10

6
• Kekakuan

Kekakuan merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita FM

yang menyerupai penderita reumatik lainnya. Rasa kaku di otot pada penderita

FM biasanya dikeluhkan pada saat bangun tidur dan hilang setelah beraktifitas

tetapi kadang menetap sepanjang hari. Namun tidak seperti FM tidak responsif

terhadap kortikosteroid.14

• Emosional : Depresi dan Kecemasan

Fibromialgia sering dikaitkan dengan gangguan emosional dan afektif

(terutama depresi, kecemasan, gangguan kepribadian, gangguan obsesif kompulsif

dan post-traumatic stress disorder ) dan komorbid lainnya yang memperberat hal

tersebut. Fibromialgia menurunkan aktivitas fisik, psikologi dan lingkungan

sosial, memiliki dampak negatif terhadap hubungan pribadi (keluarga dan

hubungan seksual), pekerjaan, aktifitas sehari-hari, dan kesehatan mental.

Fibromialgia juga menurunkan kinerja kognitif seperti memusatkan perhatian

dalam merencanakan sesuatu dan daya ingat, serta mudah marah dan stress.

Dalam beberapa kasus FM menunjukkan citra diri yang negatif dan upaya bunuh

diri, dan kurangnya dukungan sosial dapat memperburuk gejala tersebut 16

• Dyscognition

Terdapat masalah kognitif terhadap pada penderita FM. Gejalanya berupa

gangguan memori, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan fokus, masalah

dalam mendapatkan informasi baru serta kesulitan dalam aritmatika , pemecahan

masalah, dan mempelajari hal baru. Di Amerika Serikat, istilah ‘Fibrofog’ ini

digunakan untuk menggambarkan suatu masalah dalam kognisi, karena penderita

sering menggambarkan perasaan berada dalam kabut.

7
Ketidakmampuan untuk fokus atau kesulitan memperhatikan dan adanya

gangguan memori. Dyscognition sering menyebabkan masalah dalam pekerjaan

dan kesulitan dalam mengerjakan tugas. Hal ini memberikan dampak besar pada

kualitas hidup penderita FM. 17

• Disabilitas fungsional

Dilaporkan 56% penderita FM tidak dapat bekerja karena menderita gangguan

muskuloskeletal (FM) (71% adalah laki-laki). Secara substansi mengakibatkan

berkurangnya kontak sosial dan lebih banyak isolasi. Sebagian besar (49%) belum

menikah, bercerai atau berpisah membuat mereka lebih berfokus pada

disabilitasnya. Kontak sosial terbukti bermanfaat untuk meningkatkan

kepercayaan diri dan rehabilitasi. Jadi penting untuk mendorong pasien dalam

bekerja dan bersosialisasi. Gejala fibromialgia sangat sensitif terhadap stress dan

perubahan cuaca (biasanya lebih baik pada musim panas). Tingkat disabilitas

befluktuasi sehingg sulit untuk menentukan pengobatan.18

• Pemeriksaan fisis

Sekalipun pemeriksaan fisis pada penderita FM tidak ditemukan tanda-tanda

objektif yang jelas, tetapi dapat dijumpai beberapa titik nyeri yang khas (tender

point) yang menyokong diagnosis. Titik nyeri dapat dilihat pada kedua daerah

servikal bawah, trapezius, supraspinatus, iga kedua, epikondilus lateralis, gluteal,

trokanter mayor dan lutut. Penderita akan merasakan nyeri apabila dilakukan

penekanan dengan menggunakan ibu jari pada titik tersebut. Tender point

dilakukan dengan tekanan secara manual sekitar 4 kg pada titik point yang telah

ditentukan berdasarkan American College of Rheumatology kemudian pasien

diminta untuk menilai sensasi dari tender point tersebut “tertekan”, “rasa tidak

8
nyama,” atau “nyeri”. Positif apabila pasien merasakan sensasi nyeri pada area

yang telah ditentukan.12, 19

Gambar 3 . Titik titik nyeri yang berpasangan pada Fibromialgia. 32

Penderita sering merasakan nyeri di hampir seluruh tubuh dan sulit

menunjukkan lokasi nyeri secara tepat dikarenakan nyeri yang berpinda- pindah.

Merasakan nyeri yang dalam berasal dari otot dan tulang. Penderita kadang

menjelaskan sifat nyeri yang berbeda beda seperti throbbing (berdenyut),

stabbing (menusuk) dan burning (terbakar). Nyeri dirasakan hampir sepanjang

hari, meskipun intensitasnya bisa bertambah dan berkurang. Nyeri biasanya

diperburuk oleh aktivitas fisik, dan beberapa penderita melaporkan bahwa nyeri

bertambah parah dengan perubahan cuaca. 11,18

9
V. DIAGNOSIS

Diagnosis Fibromialgia masih berdasarkan laporan pasien dan penilaian secara

klinis karena patogenesis Fibromialgia yang belum dipahami dan kurangnya

biomarker untuk mendiagnosa . Publikasi dari American College of

Rheumatology (ACR) 2010/2011 menggantikan ACR 1990 untuk

menyederhanakan dari kriteria tersebut. Diagnosis Fibromialgia ditegakkan

berdasarkan kriteria American College of rheumatology (ACR) tahun 2010. 7,21

Tabel 1 Kriteria FM brdasarkan American College of rheumatology (ACR) tahun

2010 7

10
Gambar 4 Tanda fibromialgia (modifikasi ACR 2011 dalam kriteria diagnostik) 20

VI. DIAGNOSIS BANDING

Beberapa penyakit memiliki gejala yang menyerupai gejala diffuse myalgia

(nyeri yang menjalar) seperti pada penderita FM. Tetapi ada beberapa perbedaan yang

dapat diidentifikasi untuk membedakan dengan FM seperti tabel dibawah ini

11
Tabel 2 Diagnosis banding penyakit yang memiliki gejala diffuse myalgia.30

12
VII. PENATALAKSANAAN

Pedoman penatalaksanaan terkini untuk fibromialgia adalah berdasarkan

European League Againts Rheumatism (EULAR) didalamnya termasuk pendekatan

non farmakologis dan farmakologis. Rekomendasi untuk melakukan diagnosis yang

cepat dan memberikan informasi kepada penderita. Penatalaksaan ditujukan untuk

meningkatkan kualitas hidup yang berhubungan dengan farmakologis dan pada non

farmakologis. 22,23

Gambar 5 Managemen Fibromialgia 23

CBT (cognitive behavioral therapy) Di antara intervensi psikoterapi,

CBT (cognitive behavioral therapy) mempunyai efikasi yang baik. Rasionalisasi

penggunaan CBT dalam FM didasarkan pada konsep bahwa nyeri adalah gangguan

sensorik dan emosional yang merupakan interaksi antara faktor biologi, kognitif,

afektif, dan tingkah laku..9,28 Faktor tersebut diharapkan dapat mempengaruhi

persepsi pasien terhadap nyeri. CBT dapat mengurangi respon nosiseptif melalui

inhibisi desenden. 27

13
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) dan akupuntur sering

diterapkan, tetapi karena kurang kontrol pada penelitiannya jadi kurang terlaporkan.

Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) merupakan pengobatan non

farmakologi dengan memberikan arus listrik ringan untuk merangsang saraf prifer

pada dasar kulit, prinsipnya untuk mengurangi nyeri. Tujuan TENS adalah untuk

stimulasi kulit dengan intensitas rendah secara afferent menghambat transmisi dari

nosiseptif ke spinal cord dan brainstem. Dan Real acupuncture lebih efektif dari ham

acupuncture dalam meringankan nyeri dan meningkatkan kualitas hidup. Akupunktur

pun lebih efektif dalam meringankan nyeri, dibandingkan dengan pengobatan

konvensional. Tidak ada efek samping ditemukan selama akupunktur. Singkatnya,

terapi akupunktur adalah pengobatan yang efektif dan aman untuk penderita FM, dan

dapat direkomendasikan untuk managemen FM. Namun, sampel RCT yang lebih

besar diperlukan untuk meneliti efek terapeutik electro-acupuncture untuk FM dalam

jangka panjang 24, 25

Bio-feedback merupakan suatu alat yang digunakan untuk pengobatan

fibromialgia untuk menghilangkan gejala tipikal dan meningkatkan kualitas hidup.

Biofeedback mempelajari regulasi diri dari proses fisiologi kemudian parameter

feedback direkam tujuannya untuk meningkatkan kinerja kesehatan.26

a. Pengobatan Konvensional

Obat-obatan sering diberikan pada fibromialgia adalah antiinflamasi

nonsteroid (NSAID), analgesik, obat penenang, antidepresan dan elective serotonin

reuptake inhibitors (SSRI). Opioid hanya sesekali diberikan pada penderita dengan

gejala berat. Namun opioid umumnya tidak direkomendasikan dalam fibromialgia

karena risiko penyalahgunaan yang tinggi. Kortikosteroid sistemik juga kadang-

14
kadang digunakan dalam pengobatan konvensional seperti halnya suntikan trigger

point.28

Nonsteroidal Anti-Inflammatories (NSAID) mengurangi nyeri pada fibromialgia

telah dievaluasi dalam beberapa studi. Naproxen, ibuprofen dan tenoxicam dari

beberapa laporan tidak lebih efisien daripada Plasebo. Menurut Pedoman EULAR

tidak direkomendasikan penggunaan NSAID jangka panjang, karena kurang

efektifitas, meskipun NSAID relatif murah dan mudah untuk didapatkan. Hasil ini

tidak mengejutkan, karena mekanisme inflamasi tidak terlibat dalam patogenesis

FM.29

Dua literatur yang menjelaskan efektivitas dati paracetamol (Acetaminopane)

sedangkan pada aspirin tidak ada literatur yang menjelaskan efektifitasnya dalam

penangananan nyeri pada FM. Tramadol, analgesik yang relatif baru di sebagian besar

negara, adalah gabungan analog opioid, inhibitor norepinephrine dan obat inhibitor

serotonin. Sehingga dari 10 penelitian kecil ada 3 penelitian yang melaporkan nyeri

berkurang pada pemberian obat tersebut, meskipun 6 dari 10 orang memiliki efek

samping.30

VIII. PROGNOSIS

Secara keseluruhan sekitar 30% hingga 40% penderita akan rasa nyeri meskipun

diberikan pengobatan. Namun beberapa penderita mendapat respon yang baik,

sedangkan beberapa lainnya tidak mendapat respon. 31

Tujuh dari Sembilan belas penderita nyeri berkurang sekitar 30% dan memiliki

gejala yang bervariasi. Diperlukan pendekatan khusus seperti rasa simpatik dokter-

penderita dan pendekatan terapi terorganisir yang mencakup intervensi nonfarmasi

15
dan teknik manajemen diri penderita biasanya akan memiliki perbaikan pada banyak

penderita.31

IX. RINGKASAN

Fibromialgia adalah suatu kelainan yang ditandai oleh nyeri muskuloskeletal yang

bersifat menyebar luas, disertai kekakuan, kelelahan, dan gangguan tidur. Untuk

menangani FM, gejala serta karakteristiknya harus dikenali sehingga dapat didiagnosa

dengan tepat. Dapat digunakan kriteria ACR 2011 dan menggunakan tender point untuk

melakukan diagnosis. Penatalaksanaan utama fibromialgia adalah perbaikan gaya hidup.

Untuk mengatasi gejala dan komplikasi, terapi farmakologis maupun modalitas fisik

dapat digunakan. Gejala utama fibromialgia yang berupa nyeri, kaku dan kelelahan tidak

memberikan hasil bermakna dengan pengobatan simptomatik. Aspirin dan OAINS

memberikan hasil kurang optimal, demikian pula kortikosteroid sistemik. Akupunktur,

TENS (Transcutaneous Nerve Stimulation), peregangan otot dan penyuntikan tender

point dengan anestetik lokal hanya memberikan hasil sementara dan tidak efektif untuk

pengobatan jangka panjang. Bila penderita tidak terlibat aktif dalam proses pemulihan,

maka prognosisnya buruk. Yang lebih penting ialah keterlibatan langsung penderita

dalam managemen FM.

Penderita perlu menyadari bahwa fibromialgia ialah gangguan disfungsi dan bukan

penyakit fisik yang akan mengakibatkan cacat, memperbaiki kebugaran fisik, mengurangi

stress, menyesuaikan kebiasaan tidur, tetap dalam aktivitas harian. Perawatan FM sering

membutuhkan pendekatan tim, antara dokter dan profesional kesehatan lainnya, dan yang

paling penting diri sendiri, semua memainkan peran aktif.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Moehad Sjah, O.K. Fibromialgia dan nyeri miofacial. Jakarta: Pusat Penerbitan ilmu

penyakit dalam. 2014. Hal 3227-3232

2. Wolfe, F, Clauw, Fitzcharles, dkk. The American College of Rheumatology

preliminary diagnostic criteria for fibromialgia and measurement of symptom

severity. Arthritis Care Res. 2010 ,Hal 600–610

3. Firdous Jahan, Kashmira Nanji, Qidwai Waris, dkk, Fibromialgia Syndrome: An

Overview of Pathophysiology, Diagnosis and Management. Oman Medical Journal.

2012. Vol. 27, No. 3: Hal 192-195.

4. Juhi Bhargava, John A. Hurley. Fibromialgya. Medstar Washington Hospital Center.

NCBI .2020.

5. Winfried Häuser. Fibromialgia. Department of Internal Medicine

Klinikum Saarbrücken, Winterberg. 2015. Hal 1-9

6. Weir, Peter T, Harlan, Gregory A,dkk, The Incidence of Fibromialgia and Its

Associated Comorbidities: A Population-Based Retrospective Cohort Study Based on

International Classification of Diseases, 9th Revision Codes (2006). Hal 223-226

7. Alwi idrus, Simon Salim, Hidayat Rudy,dkk. Fibromialgia. Panduan praktik klinis.

jakarta. (2015). Hal 823-825

8. Ahmed Sakir, Able Lawrence. Pathogenesis of fibromyalgia in patients with

autoimmune diseases: scoping review for hypothesis generation. Department of

Clinical Immunology & Rheumatology, India. 2020. Vol 1 (1).

17
9. Diatchenko, L., Fillingim, R. B., Smith, S. B. & Maixner, W. The phenotypic and

genetic signatures of common musculoskeletal pain conditions. Nat. Rev. Rheumatol.

9. (2013)., 340–350

10. Arnold LM. The Pathophysiology, diagnosis and treatment of fibromyalgia. Psychiatr

Clin N Am. 2010;33:375-408.

11. Enrico Bellato, Eleonora Marini,Filippo Castoldi,dkk. Fibromialgia Syndrome:

Etiology, Pathogenesis,Diagnosis and treatment, . 2012.hal 17

12. Choy, P. e. Fibromialgia Syndrome. Cardiff University UK: Head of Rheumatology

and translational research. (2015).

13. Nijs J, Roussel N, Van Oosterwijck J, et al. Fear of movement and avoidance

behaviour toward physical activity in chronic-fatigue syndrome and fibromyalgia:

state of the art and implications for clinical practice. Clin Rheumatol 2013; 32(8):

1121–1129.

14. Arnold Lesley M, Bennett, Robert M, Crofford J Leslie, dkk. AAPT Diagnostic

Criteria for Fibromyalgia. The Journal of Pain, Vol 20, No 6, 2019: pp 611−628

15. Buse Keskindag, Meryem Karaaziz. The association between pain and sleep in

fibromyalgia. Saudi Med Journal. 2017; Vol. 38 (5)

16. Carmen M Galvez-Sánchez, Stefan Duschek, Gustavo,dkk, Psychological impact of

fibromyalgia: current perspectives, Psychology Research and Behavior Management.

2019:12 117–127.

17. K.R. Ambrose , R.H. Gracely , J.M. Glass. Fibromyalgia dyscognition: concepts and

issues. University of Michigan, USA 2012; 64 (4): 206-215

18
18. Simon Hayhoe, Fibromyalgia : a real disability. Formerly of Pain Management

Department University Hospital, Colchester.2019. 1-5

19. Browna Deborah, Matthew Mulveya , Cordingley Lis, The relationship between

psychological distress and multiple tender points across the adult lifespan, University

of Manchester, UK. (2016) 102–107.

20. Clauw, Daniel J. Fibromialgia and Related Conditions. Mayo Foundation for Medical

Education and Research. 2015. Hal 680-692

21. F. Atzeni , R. Talotta , I.F. Masala, dkk. One year in review 2019: fibromialgia.

Clinical and Experimental Rheumatology . University of rome. 2019. Hal S3-10.

22. Forseth, Jan T. Gran, Karin. Management of Fibromyalgia. Department of


Rheumatology, Betanien Hospital, Skien, Norway. (2002)

23. G J Macfarlane,C Kronisch, Dean, dkk. EULAR revised recommendations for the

management of fibromyalgia. University of Aberdeen. 2017;76:318–328

24. Chiara Arienti. Is transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) effective in

adults with fibromyalgia. Journal of Musculoskeletal and Neuronal Interactions. Italy.

2019; 19(3):250-252.

25. Xin-chang Zhang, Chen, Hao, Wen-tao Xu dkk. Acupuncture therapy for

fibromyalgia: a systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials.

Journal of Pain Research. China. 2019:12 527–542.

26. Carta Giovanni Mauro, Biofeedback training, efficacy evaluation of fibromialgia

treatment, a pilot study. University of Cagliari. 2019. Hal 1-9

27. Sommer C. Fibromyalgia: a clinical update. International Association for The Study

of Pain. 2010;18:1-4
19
28. Cohen Helen. Controversies and challenges in fibromyalgia: a review and a

proposal. Royal National Orthopaedic Hospital. 2017, Vol. 9(5) 115–127.

29. Margaret Perry. Treatment and management of fibromyalgia. Journal of Prescribing

Practice 2020 Vol 2 No 4.

30. Duehmke RM, Derry S, Wiffen PJ, Bell RF, dkk. Tramadol for neuropathic pain in

adults. Cochrane Database of Systematic Reviews. 2017. Hal 1-49

31. Jason, sterling g. Rheumatology fourth edition. United States of America. 2015.
Chapter 61:481-489

32. Kevin Kelly. Fibromyalgia tender point. 2016. Journal of Rheumatologi.Hal 1-7

20

Anda mungkin juga menyukai