Anda di halaman 1dari 13

i

REFERAT
TENSION TYPE HEADACHE

Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik KSM/SMF


Ilmu Penyakit Saraf RSD dr. Soebandi Jember

Oleh:
Yuli Lusiana Sari
142011101084

Pembimbing:
dr. Usman G. Rangkuti, Sp.S

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


KSM/LAB ILMU PENYAKIT SARAF
RSD DR. SOEBANDI JEMBER
2018
ii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 2
2.1 Definisi ................................................................................. 2
2.2 Etiologi......................................... ........................................ . 2
2.3 Patogenesis ............. ............................................................... 2
2.4 Klasifikasi ............................................................................. 4
2.5 Manifestasi ............................................................................ 6
2.6 Diagnosis ............................................................................... 7
2.7 Pemeriksaan ........................................................................... 7
2.8 Diagnosis Banding................................................................. 7
2.9 Terapi ..................................................................................... 7
2.10 Komplikasi ............................................................................ 8
2.11 Prognosis ............................................................................... 8
BAB 3. PENUTUP ...................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 10
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tension-type headache (TTH) adalah bentuk nyeri kepala yang paling sering
di semua kelompok umur di seluruh dunia. Sebuah individu melaporkan 60%
individu penderita TTH mengalami penurunan efektivitas kerja dan berkurangnya
keterlibatan sosial. Kriteria diagnostik untuk TTH seringkali tumpang tindih
dengan kasus migrain. Sebuah penelitian menunjukan bahwa pada sebagian kasus,
keduanya dapat memiliki sifat yang sama, yaitu unilateral, berdenyut, dan
terutama menyerang aktifitas fisik. Rasmussen (1993) menunjukkan bahwa stres,
kelelahan, alkohol dan menstruasi adalah pemicu umum untuk TTH dan migrain.

Untuk sebagian besar individu, onset pertama TTH adalah sebelum usia 20
dengan prevalensi puncak antara usia 30 dan 39 tahun. Prevalensi seumur hidup
TTH dalam populasi umum berkisar antara 30% dan 78% dan ada sedikit
penurunan dengan usia lanjut. Prevalensi TTH bervariasi berdasarkan usia, jenis
kelamin, wilayah geografis serta sesuai dengan tingkat pendidikan dan status
pekerjaan. Penelitian menunjukkan prevalensi TTH dua kali lipat dari pria,
konsisten dengan rasio wanita-pria yang dilaporkan dalam berbagai penelitian
(mulai dari 1,16: 1 hingga 3: 1). Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa
prevalensi TTH meningkat dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat
prevalensi TTH sangat bervariasi di seluruh wilayah global. Prevalensi satu tahun
global TTH baru-baru ini diperkirakan sebesar 32% (30% untuk TTH episodik,
2,4% untuk TTH kronis). Tingkat TTH episodik berkisar dari 10,8% hingga
37,3% dan tingkat TTH kronis berkisar antara 0,6% hingga 3,3%.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Rasa nyeri dalam seperti tertekan atau terikat erat, umumnya bilateral yang
awalnya timbul secara episodik dan terkait dengan stress tetapi kemudian nyaris
setiap hari muncul dalam bentuk kronis, tanpa ada kaitan psikologik yang jelas
lagi.

2.2 Etiologi
Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache adalah stress, depresi,
bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi
otot yang berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan ketidakseimbangan
neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin.

2.3 Patogenesis
Patofisiologi TTH masih belum jelas diketahui. Pada beberapa literatur dan
hasil penelitian disebutkan beberapa keadaan yang berhubungan dengan
terjadinya TTH sebagai berikut6:
1 Disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperan daripada sistem saraf perifer
dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah pada ETTH sedangkan
disfungsi sistem saraf pusat mengarah kepada CTTH.
2 Disfungsi saraf perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan permanen
tanpa disertai iskemia otot.
3 Transmisi nyeri TTH melalui nukleus trigeminoservikalis pars kaudalis yang
akan mensensitasi second order neuron pada nukleus trigeminal dan kornu
dorsalis (aktivasi molekul NO) sehingga meningkatkan input nosiseptif pada
jaringan perikranial dan miofasial lalu akan terjadi regulasi mekanisme perifer
yang akan meningkatkan aktivitas otot perikranial. Hal ini akan meningkatkan
pelepasan neurotransmitter pada jaringan miofasial.
3

4 Hiperflesibilitas neuron sentral nosiseptif pada nukleus trigeminal, talamus,


dan korteks serebri yang diikuti hipersensitifitas supraspinal (limbik) terhadap
nosiseptif. Nilai ambang deteksi nyeri (tekanan, elektrik, dan termal) akan
menurun di sefalik dan ekstrasefalik. Selain itu, terdapat juga penurunan
supraspinal decending paininhibit activity.
5 Kelainan fungsi filter nyeri di batang otak sehingga menyebabkan kesalahan
interpretasi info pada otak yang diartikan sebagai nyeri.
6 Terdapat hubungan jalur serotonergik danmonoaminergik pada batang otak
dan hipotalamus dengan terjadinya TTH. Defisiensi kadar serotonin dan
noradrenalin diotak, dan juga abnormal serotonin platelet, penurunan beta
endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif pada otot temporal dan maseter.
7 Faktor psikogenik (stres mental) dan keadaan non-physiological motor stress
pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi perifer
danaktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal lalu modulasi nyeri sentral.
Depresi danansietas akan meningkatkan frekuensi TTH dengan
mempertahankan sensitisasisentral pada jalur transmisi nyeri.
8 Aktifasi NOS ( Nitric Oxide Synthetase) dan NO pada kornu dorsalis.6,10
9 Pada kasus dijumpai adanya stress yang memicu sakit kepala. Ada beberapa
teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu:6
10 Adanya stress fisik (kelelahan) akan menyebabkan pernafasan hiperventilasi
sehingga kadar CO2 dalam darah menurun yang akan mengganggu
keseimbangan asam basa dalam darah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
alkalosis yang selanjutnya akan mengakibatkan ion kalsium masuk ke dalam
sel dan menimbulkan kontraksi otot yang berlebihan sehingga terjadilah nyeri
kepala.
11 Stress mengaktifasi saraf simpatis sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah
otak selanjutnya akan mengaktivasi nociceptor lalu aktivasi aferengamma
trigeminus yang akan menghasilkan neuropeptida (substansi P).
Neuropeptidaini akan merangsang ganglion trigeminus (pons).
12 Stress dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu alarm reaction, stage of resistance,
dan stage of exhausted.
4

13 Alarm reaction dimana stress menyebabkan vasokontriksi perifer yang akan


mengakibatkan kekurangan asupan oksigen lalu terjadilah metabolisme
anaerob. Metabolisme anaerob akan mengakibatkan penumpukan asam laktat
sehingga merangsang pengeluaran bradikinin dan enzim proteolitik yang
selanjutnya akan menstimulasi jaras nyeri.
14 Stage of resistance dimana sumber energi yang digunakan berasal
dari glikogen yang akan merangsang peningkatan aldosteron, dimana
aldosteron akanmenjaga simpanan ion kalium.
15 Stage of exhausted dimana sumber energi yang digunakan berasal dari protein
dan aldosteron pun menurun sehingga terjadi deplesi K+. Deplesi ion ini akan
menyebabkan disfungsi saraf.

2.4 Klasifikasi

1. Tension Headache Episodik Infrequent


- Berlangsung beberapa menit-hari
- Bilateral, rasa menekan atau mengikat
- Nyeri tidak bertambah ketika aktivitas, mual (-) bisa ada fotofobia
/fonofobia

Diagnosis :
- Paling tidak 10 episode serangan rata-rata < 1 hari/bulan
- Berlangsung 30 menit-hari
- Paling tidak terdapat 2 gejala khas : bilateral, menekan/mengikat,
intensitas ringan/sedang, tidak diperberat dengan aktivitas.
- Tidak didapatkan : mual muntah, lebih dari satu keluhan
fotofobia/fonofobia
- Tidak ada kelainan yang lain
Pericranial terderness
5

2. Tension Headache Episodic Frequent


- Paling tidak 10 episode serangan dalam 1-15 hari/bulan selama 3 bulan
- Berlangsung 30 menit-7 hari
- Terdapat 2 dari : bilateral, menekan/mengikat, intensitas ringan/sedang,
tidak diperberat dengan aktivitas
- Tidak ada mual dan tidak ada fotofobia/fonofobia secara bersama
- Tidak ada kelainan lain

3. Tension Headache Kronik


Nyeri kepala dari ETTH dengan serangan tiap hari/sering berlangsung
menit-hari. Terdapat mual dan fotofobia/fonofobia.
Diagnosis :
- Timbul > 15 hari/bulan, berlangsung >3 bulan
- Nyeri kepala berlangsung beberapa jam-terus menerus
- Terdapat 2 dari : bilateral, menekan/mengikat, ringan/sedang, tidak
diperberat dengan aktivitas
- Tidak ada mual yang berat dan tidak lebih dari 1 keluhan fotofobia,
fonofobia, dan mual ringan
- Tidak ada kelainan yang lain

4. Probable Tension Headache


- Infrequent
a. Terdapat 1 kriteria
b. Episode tidak memenuhi migren tanpa aura
c. Tidak ada penyakit yang lain
- Frequent : Terdapat 2 kriteria
- Kronik
a. Timbul >15 hari/bulan selama > 3 bulan
b. Nyeri berlangsung jam/terus menerus
c. Didapatkan 1 dari fotofobia, fonofobia, mual ringan. Tidak ada muntah
berat.
6

d. Terdapat penggunaan obat yang berlebihan

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala-gejala yang bisa digolongkan dalam nyeri kepala tipe tegang adalah :
· Nyeri kepala bersifat konstan dan terus menerus.
· Terasa berat seperti tertekan atau seperti terikat, diperas, mau meledak.
· Tempat sakitnya tidak dapat ditentukan
· Frekuensi, fluktuasi, dan intensitas nyeri sangat bervariasi. Biasanya akan
bertambah pada masa-masa penuh tekanan seperti pubertas, pindah sekolah,
masalah pekerjaan atau perkawinan.
Biasanya nyeri kepala tipe tegang dikaitkan dengan kelainan yg disebut
spasmohilia. Kelainan ini adalah kecenderungan seseorang yang otot-ototnya
lebih mudah untuk kontraksi (tegang). Spasmohilia memiliki kemungkinan
diturunkan atau ada faktor keluarga. Selain itu juga akan ditanyakan mengenai
kemungkinan adanya stres fisik maupun psikis.

2.6 Diagnosis
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang-kurangnya
dua dari berikut ini :
1 Adanya sensasi tertekan/terjepit.
2 Intensitas ringan-sedang.
3 Lokasi bilateral.
4 Tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual muntah, tidak ada
salah satu dari fotofobia dan fonofobia.
5 Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan-sedang-berat, tumpul seperti ditekan
atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulit
kepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh
stress,insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang
vertigo, dan rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta
temporomandibular.
7

2.7 Pemeriksaan
Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan
pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak
memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan kepala maupun MRI.

2.8 Diagnosis Banding


Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit
kepala pasca punksi lumbal,migren klasik, migren komplikata,cluster
headache,sakit kepala pada arteritis temporalis, sakit kepala pada desakan
intrakranial, sakit kepala pada penyakit kardiovasikular, dan sakit kepala pada
anemia.

2.9 Terapi
1. Farmakologi
 Analgesik
 Asetosal 500-1000 mg / hari
 Paracetamol/metampiron 1000-1500mg/hari
 Acetaminophen 1000 mg/hr
 asam mefenamat 1000-1500 mg/hari\
 Caffein 65 mg
 NSAID : naproxen sodium, dosis 275-550mg 2-3 kali/hari
 Antidepresan
 Trisikilik antidepresan
 SSRI : Fluoxetin, Sertralin, dll
 Muscle relaxan : Eperisone Hcl
 Minor tranguiliser : Diazepam, Lorazepam,Klobazam, dll

2. Non-farmakologis
- Kontrol diet
- Terapi fisik (latihan postur dan posisi, massage, ultrasound, manual terapi,
kompres panas/dingin, dan akupuntur)
8

Behaviour treatment

2.10 Komplikasi
Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang
disebabkan oleh penggunaan obat -obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen,
dll yang berlebihan.

2.11 Prognosis
TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi
tidak membahayakan. Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan
menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH
berupa pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa
analgesia. TTH biasanya mudah diobati sendiri. Progonis penyakit ini baik dan
dengan penatalaksanaan yang baik maka > 90 % pasien dapat disembuhkan.
9

BAB III
PENUTUP

Tension Type Headache (TTH) merupakan rasa nyeri dalam seperti


tertekan atau terikat erat, umumnya bilateral yang awalnya timbul secara episodik
dan terkait dengan stress tetapi kemudian nyaris setiap hari muncul dalam bentuk
kronis, tanpa ada kaitan psikologik yang jelas lagi. Beberapa penelitian
menunjukkan beberapa faktor pencetus yang terlibat, diantaranya adalah stress,
depresi, bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata,
kontraksi otot yang berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan
ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan
enkephalin. Tatalaksana untuk TTH diantaranya fisioterapi dan terapi supportif
saja, dikarenakan etiologi dari TTH yang belum jelas. Prognosis > 90 % pasien
dapat disembuhkan.
10

DAFTAR PUSTAKA

1. 1.Lindsay, Kenneth W,dkk.Headache.Neurology and Neurosurgery I


llustrated. London: Churchill Livingstone.2004.66-72.
2. 2.Bogduk,N.Anatomy and physiology of headache.Australia : faculty of
medicine and health science, University of Newcastle and University
Drive. 1995. available at Elsevier, Paris.
3. 3.ISH Classification ICHD II ( International Classification of Headache
Disorders) available athttp://ihs-
classification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc
4. 4.McPhee, Stephen J, Maxine A. Papadakis, dkk. Nervous System
disorders.Current Medical Diagnosis and Treatment 2014. San Fransisko :
McGraw-HillCompanies.2014.
(http://accessmedicine.mhmedical.com/content.
aspx?bookid=330&sectionid=44291026)
5. 5.Patestas, Maria A. dan Leslie P.Gartner. Cerebrum. A Textbook of
Neuroanatomy.United Kingdom: Blackwell.2006.69-70. (google book)
6. 6. Price, Sylvia dan Lorraine M.Wilson. Nyeri. Huriawati, dkk.
Patofisiologi edisi 6. Jakarta : EGC.2003.
7. 7.Reksodiputro, A.Hariyanto, dkk. Migren dan Sakit Kepala. Aru W.
Sudoyo, Bambang Setyohadi, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi IV.
Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007. 934-936.
8. 8.Reskin, Neil H.Headache. Harrison, T.R, dkk. Harrisons Internal
Medicine.Unitedstates of Amerika : McGraw-Hill Companies.2005. 85-
93.
9. 9.Sherwood, laura.Susunan Saraf Pusat.Beatricia I.Santoso. Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.2001;115-119.
10. 10.Siebernagl, Stefan dan Florian Lang. Pain. Color Atlas of
Pathophysiology. New York : Thieme.2000.320-321.
11.
11

12. 11.Simon, Roger P, David A.Greenberg, dan Michael J. Aminoff.


Headaches and facial pain. Clinical Neurology . United states of Amerika
: Lange.2009.69-93.
13. McGrogan A, Gemma C.M, Helen E.S, Corinne S.V.2009. The
epidemiology ofguillane-barre syndrome worldwide. Neuroepidemiology.
14. Korinthenberg R, Schessl J, Kirschner J, Monting JS. 2005.
IntravenouslyAdministering Immunoglobulin in the Treatment of
ChildhoodGuillainBarre Syndrome: A Randomized Trial. Pediatric.
15. Gutierrez Amparo, Sumner Austin J. Electromyography
inneurorehabilitation. In: Selzer ME, Clarke Stephanie, Cohen LG,
DuncanPW, Gage FH. 2006. Textbook of neural repair and rehabilitation
Vol. II:Medical neurorehabilitation. UK: Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai