Anda di halaman 1dari 112

SKRIPSI

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KARANGU (KACANG MERAH DAN


UBI JALAR UNGU) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK, ZAT GIZI, DAN
DAYA TERIMA COOKIES KARANGU PADA REMAJA KEK

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Program Pendidikan


Diploma IV (D-IV) Kesehatan Jurusan Gizi
Tahun Akademik 2018/2019

DISUSUN OLEH:

SYARMITA ULFAH
PO7131115080

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN GIZI
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI
Dipertahankan didepan Tim Penguji Skripsi Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Mataram Jurusan Gizi dan Diterima Untuk
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma IV (D IV) Kesehatan
Jurusan Gizi Tahun Akademik 2018/2019

Mengesahkan:
Ketua Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Mataram

(I Gde Narda Widiada,STP, M.Si)


NIP. 19650920 198603 1 003

Tim Penguji

Ketua Penguji
1. I Gde Narda Widiada,STP , M.Si ( )
NIP. 19650920 198603 1 003
Penguji 1
2. I Ketut Swirya Jaya, SKM., M.Erg ( )
NIP. 19641209 199003 1 001
Penguji II
3. Dr. Made Darawati, STP. MSc ( )
NIP. 19710523 199303 2 001

Tanggal Lulus : Senin, 05 Agustus 2019

2
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Program Pendidikan

Diploma IV (D-IV) Kesehatan Jurusan Gizi

Tahun Akademik 2018/2019

OLEH:

SYARMITA ULFAH
P07131115080

Mengetahui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(I Ketut Swirya Jaya, SKM., M.Er Dr. Made Darawati, STP. MSc
NIP. 19641209 199003 1 004 NIP. 19710523 199303 2 001

3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telahmelimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “PENGARUH
PENAMBAHAN TEPUNG KARANGU (KACANG MERAH DAN UBI
JALAR UNGU) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK, ZAT GIZI, DAN
DAYA TERIMA COOKIES KARANGU PADA REMAJA KEK”

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1. Bapak H. Awan Darmawan, S.Pd, M.kes selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Mataram Kemenkes RI.

2. Bapak I Gde Narda Widiada, STP, M.Si selaku Ketua Jurusan Gizi

Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes RI. Sekaligus selaku

ketua penguji yang telah memberikan masukan, serta bimbingan

kepada penulis.

3. Bapak I Ketut Swirya Jaya, SKM., M.Erg Selaku pembimbing

Utama Yang telah banyak memberikan masukan, serta

bimbingannya kepada penulis.

4. Ibu Dr. Made Darawati, STP, M.Sc selaku pembimbing pendamping

dalam penulisan proposal skripsi.

5. Kedua orang tua (Bapak M.Ali dan Ibu Badariah) yang sudah

bersusah payah mendukung dan memberikan motivasi tiada

hentinya.

4
6. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

penulisan Proposal Skripsi, diucapkan banyak terimakasih.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini mempunyai

banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya

kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

proposal skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga

proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang lain.

Mataram, Juli 2018

Penulis

5
RINGKASAN

SYARMITA ULFAH: Pengaruh Penambahan Tepung Karangu (Kacang


merah dan Ubi jalar ungu) Terhadap Sifat Organoleptik, Zat gizi, dan Daya
Terima Cookies Karangu Pada Remaja KEK. (Atas Bimbingan I Ketut Swirya
Jaya, SKM., M.Erg dan Dr. Made Darawati, STP.MSc)
Latar Belakang: KEK (kurang energy kronis) masih banyak terjadi pada remaja
diantaranya disebabkan oleh pemahaman yang salah terkait gizi dan kesehatan,
body images, atau ketiadaan akses terhadap makanan sehat. Berdasarkan
Rikesdas tahun 2018. Persentase gizi kurang energy kronis pada remaja usia 13-
15 tahun sebesar 14,5 %. Berbagai upaya untuk mengatasi penyakit tersebut
perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Untuk menangani masalah KEK, prioritas
yang harus diberikan adalah meningkatkan jumlah energi dan protein yang
dikonsumsi. Kebutuhan energi bisa didapatkan dari sumber pangan seperti ubi
jalar ungu sedangkan kebutuhan protein dapat diperoleh dari sumber pangan
nabati yaitu dari kacang-kacangan, salah satunya adalah kacang merah.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung karangu (kacang
merah dan ubi ungu) terhadap sifat organoleptic, zat gizi, dan daya terima produk
cookies karangu.
Metode: Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni 2019. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimental dengan percobaan laboraturium dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 5 aras, masing-masing 3 kali
pengulangan (20%, 30%, 40%, 50%, 60% dari berat seluruh bahan). Dimana
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Penambahan Tepung Karangu
(kacang merah dan ubi ungu) dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah sifat
organoleptic, kandungan zat gizi, dan daya terima.
Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil uji hedonik yang telah dilakukan didapatkan
warna cookies karangu adalah ungu,dengan tekstur renyah, aroma khas tepung
kacang merah, serta rasa enak dan gurih. Hasil Uji Daya Terima dari 30 orang
siswi terdapat 25 siswi (83%) yang dapat menerima dengan baik dan 5 siswi
(17%) dengan daya terima kurang yang artinya cookies karangu dapat diterima.
Hasil rata-rata kandungan zat gizi Air: 12,99%, Abu: 2,66%, Protein: 8,40%,
Lemak: 12,85%, Karbohidrat 63,1%

Kesimpulan: Ada pengaruh penambahan Tepung Karangu yang signifikan


terhadap parameter rasa, aroma, warna dan tekstur Cookies Karangu (p < 0,05).

Saran: Melakukan uji lanjut berupa intervensi langsung kepada remaja KEK.

Kata Kunci: Cookies Karangu, Sifat Organoleptik, Tepung Kacang Merah,


Tepung Ubi Jalar.

6
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................iii
KATA PENGANTAR...............................................................................iv
RINGKASAN...........................................................................................vi
DAFTAR ISI.............................................................................................vii
DAFTAR TABEL.....................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................5
1. Tujuan Umum...........................................................................5
2. Tujuan Khusus..........................................................................5
D. Manfaat.........................................................................................6
1. Bagi Peneliti..............................................................................6
2. Bagi Masyarakat.......................................................................6
3. Bagi Institusi..............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................7
A. Kerangka Teori..............................................................................7
B. Kerangka Konsep..........................................................................31
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................32
A. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................32
1. Tempat......................................................................................32
2. Waktu........................................................................................32
B. Rancangan Penelitian...................................................................32
C. Tata Letak Percobaan...................................................................33
D. Variabel Penelitian........................................................................35
E. Data yang Dikumpulkan................................................................35

7
F. Alat dan Bahan..............................................................................36
G. Alur Penelitian...............................................................................38
H. Penatalaksanaan Penelitian.........................................................38
I. Cara Pengumpulan Data..............................................................43
J. Cara Pengolahan dan Analisis Data.............................................46
K. Definisi Operasional......................................................................47
BAB IV HASIL PENELITIAN..................................................................53
A. Cookies Karangu...........................................................................53
B. Sifat Organoleptik Cookies Karangu.............................................53
C. Pengaruh Penambahan Tepung Karangu Terhadap Sifat
Organoleptik Cookies Karangu.....................................................54
D. Kandungan Zat Gizi Cookies Karangu.........................................58
E. Uji Daya Terima Cookies Karangu...............................................59
BAB V PEMBAHASAN...........................................................................61
A. Sifat Organoleptik Cookies Karangu.............................................61
B. Pengaruh Penambahan Tepung Karangu Terhadap Sifat
Organoleptik Cookies Karangu.....................................................61
C. Analisis Kandungan Zat Gizi Cookies Karangu............................66
D. Uji Daya Terima Cookies Karangu...............................................70
BAB VI PENUTUP...................................................................................72
A. Kesimpulan...................................................................................72
B. Saran.............................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

8
DAFTAR TABEL

Table 1. Komposisi kimia cookies per 100 gram bahan..........................10


Table 2. Syarat Mutu Cookies.................................................................11
Table 3. Karakteristik Cookies.................................................................12
Table 4. Tata Letak Lay Out....................................................................35
Table 5. Resep Cookies Standar.............................................................39
Table 6. Formula Cookies Karangu.........................................................40
Table 7. Defisi Operasional.....................................................................48
Tabel 8. Nilai rata-rata uji sifat organoleptik Cookies Karangu...............55
Tabel 9. Signifikansi Pengaruh Penambahan Tepung Karangu
Terhadap Sifat Organoleptik Cookies Karangu.........................55
Tabel 10. Hasil Uji Organoleptik Terhadap Rasa Cookies Karangu.......56
Tabel 11. Hasil Uji Organoleptik Terhadap Aroma Cookies Karangu.....57
Tabel 12. Hasil Uji Organoleptik Terhadap Warna Cookies Karangu.....58
Tabel 13. Hasil Uji Organoleptik Terhadap Tekstur Cookies Karangu....58
Tabel 14. Rata-rata Hasil Analisis Kandungan Zat Gizi Cookies
Karangu...................................................................................60

9
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ubi Ungu................................................................................19


Gambar 2. Kacang Merah.......................................................................20
Gambar 3. Kerangka Konsep..................................................................32
Gambar 4. Alur Penelitian........................................................................39
Gambar 5. Proses pembuatan tepung kacang merah............................41
Gambar 6. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Ubi jalar ungu
(Nur Richana,2012)...............................................................42
Gambar 7. Proses Pembuatan Cookies Karangu...................................43
Gambar 8. Daya Terima COOKIES KARANGU......................................61

10
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Uji Kesukaan Panelis......................................................77


LAMPIRAN 2 : Uji Ranking......................................................................79
LAMPIRAN 3 : Form Uji Daya Terima.....................................................80
LAMPIRAN 4 : Nilai Zat Gizi Pada Cookies Per 100 Gram.....................81
LAMPIRAN 5 : Nilai Zat Gizi Cookies Karangu Per 100 Gram...............82
LAMPIRAN 6 : Tabulasi Perlakuan Hasil Uji Organoleptik Terhadap
Rasa Cookies Karangu....................................................83
LAMPIRAN 7 : Tabulasi Perlakuan Hasil Uji Organoleptik Terhadap
Aroma Cookies Karangu.................................................84
LAMPIRAN 8 Tabulasi Perlakuan Hasil Uji Organoleptik Terhadap
Warna Cookies Karangu...................................................85
LAMPIRAN 9 Tabulasi Perlakuan Hasil Uji Organoleptik Terhadap
Tekstur Cookies Karangu..................................................86
LAMPIRAN 10. Tabulasi Hasil Perhitungan Uji Rangking.......................87
LAMPIRAN 11. Hasil Uji Statistik Rangking............................................88
LAMPIRAN 12. Hasil Uji Statistik Cookies Karangu................................90
LAMPIRAN 13.Hasil Uji Proksimat Kandungan Zat Gizi.........................92
LAMPIRAN 14. Informed Consent...........................................................93
LAMPIRAN 15. Proses Pembuatan Cookies Karangu sampai
dengan Daya Terima......................................................96
Dokumentasi Uji Organolepti...................................................................97
Dokumentasi Uji Daya Terima.................................................................98

11
BAB I
PENDAHULUAN

1.

A. Latar belakang

Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor utama yang

diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk

mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang peran penting. Gizi

yang baik akan menghasilkan SDM yang berkualitas yaitu sehat,

cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Perbaikkan gizi

diperlukan pada seluruh siklus kehidupan, mulai sejak masa kehamilan,

bayi dan anak balita, pra sekolah, anak SD dan MI, remaja dan dewasa

sampai usia lanjut (Depkes RI,2005)

Remaja adalah individu kelompok umur 10-19 tahun yang dibagi

dalam dua terminasi yaitu remaja awal pada rentang umur 10-14 tahun

dan remaja akhir 15-19 tahun. Masa remaja adalah peralihan dari masa

anak dengan masa dewasa yang mengalami semua perkembangan

semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Argana,2004)

Pola makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak

pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, yaitu dewasa (ibu

hamil) dan lanjut usia. Buruknya pola makan remaja akan menimbulkan

berbagai macam permasalahan gizi diantaranya anemia gizi besi,

overweight, obesitas, dan KEK. Hasil penelitian (Tanziha et al. 2016)

1
menyatakan bahwa faktor resiko utama kejadian anemia pada ibu hamil

adalah status gizi KEK yang terjadi akibat pola makan sebelum hamil

yang tidak adekuat. Malnutrisi KEK masih banyak terjadi pada remaja

diantaranya disebabkan oleh pemahaman yang salah terkait gizi dan

kesehatan, body images, atau ketiadaan akses terhadap makanan

sehat (Brown 2011).

Berdasarkan Rikesdas tahun 2018. Persentase gizi kurang

energy kronis pada remaja usia 13-15 tahun sebesar 14,5 %. Berbagai

upaya untuk mengatasi penyakit tersebut perlu ditingkatkan dan

dikembangkan. Untuk menangani masalah KEK, prioritas yang harus

diberikan adalah meningkatkan jumlah energi dan protein yang

dikonsumsi. Salah satu alternative yang dapat dilakukan dengan cara

memberikan makanan yang padat kalori dan tinggi protein. Selain

memenuhi zat gizi yang dibutuhkan, bentuk makanan tersebut harus

dapat diterima dan disukai oleh kelompok sasaran, mudah diperoleh

bahannya dan tidak sulit untuk mengolahnya.

Fungsi utama protein yaitu sebagai zat pembangun dalam

pertumbuhan jaringan. Protein khususnya enzim, hormon, dan antibodi,

berfungsi dalam pengaturan proses biokimia seperti pencernaan,

anabolisme dan katabolisme zat gizi, reaksi pertahanan tubuh dan lain-

lain. Protein berfungsi juga sebagai sumber energi, jika penyediaan

energy dari karbohidrat dan lemak tidak mencukupi (Tejasari, 2005 :

46).

2
Kebutuhan protein dapat diperoleh dari sumber pangan nabati

yaitu dari kacang-kacangan, salah satunya adalah kacang merah

karena tingginya protein yang terkandung didalamnya. Kandungan

protein dari setiap 100 gram kacang merah kering adalah sebesar 22,1

(gram). Jika dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan yang lain,

kacang merah memiliki susunan asam amino yang lengkap (Astawan,

2009). Institute of Medicine’s food and Nutrition menyatakan bahwa

salah satu indikator protein berkualitas adalah memiliki kandungan

lausin minimal 25 mg per gram protein. Pada kacang merah terkandung

kadar lausin yang mencapai 76,16 mg per gram protein, jumlah

tersebut termasuk jumlah yang cukup banyak sehingga menjadikan

kacang merah sebagai salah satu sumber makanan yang memiliki

kandungan protein berkualitas.

Kebutuhan energi bisa didapatkan dari sumber pangan seperti

ubi jalar ungu. Ubi jalar memiliki kandungan karbohidrat sebesar 27,9%

dengan kadar air 68,5%, sedangkan dalam bentuk tepung

karbohidratnya mencapai 85,26% dengan kadar air 7,0% Selain itu

tepung ubi jalar mempunyai kadar abu dan kadar serat yang lebih

tinggi, serta kandungan karbohidrat dan kalori hampir setara dengan

tepung terigu. Hal ini mendukung pemanfaatan tepung ubi jalar dapat

disubtitusikan pada produk tepung terigu (Zuraida dan Supriati, 2001).

Pada tahun 2014, produksi ubi jalar di NTB mencapai 19,015 ton

3
menunjukan kenaikan sebesar 67,75% dibandingkan dengan tahun

2013 (11.335 ton). (BPS Provinsi NTB,2015)

Untuk mengatasi masalah KEK perlu diadakan makanan

tambahan tinggi energy dan protein yang memadai salah satunyanya

adalah cookies yang berbahan dasar tepung komposit karangu (kacang

merah dan ubi jalar ungu)

Remaja putri usia 13-15 tahun memiliki kebutuhan energy

sebesar 2125 kkal, protein sebesar 69 gram, lemak sebesar 71 gram

dan karbohidrat sebesar 292 gram (AKG,2013). Selingan diberikan 15-

20% dari kebutuhan, dari kebutuhan energy total maka diperoleh

energy sebesar 318,75 kkal, protein sebesar 10,35 gram, lemak

sebesar 10,65 gram dan karbohidrat sebesar 43,8 garam.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, Nurlita (2017) pembuatan

biscuit dengan penambahan tepung kacang merah dan tepung labu

kuning dengan 5 aras perlakuan 0%: 100% (P1), 30%: 40% (P2), 40%:

30% (P3), 50%, 20% (P4) dan 60%: 10% (P5), didapatkan hasil bahwa

P4 merupakan sampel yang paling disukai panelis dengan

penambahan tepung kacang merah 50% dan tepung labu kuning 20%.

Berdasarkan uraian di atas perlu dilaksanakan penelitian tentang

sifat organoleptik dan daya terima serta nilai gizi pada makanan jajanan

(Cookies) dengan penambahan tepung ubi jalar ungu dengan tepung

kacang merah sebagai snack untuk remaja kurang energi kronis

4
(KEK). Berdasarkan penjelasan diatas cookies ini diharapkan menjadi

makanan tambahan sumber energy dan protein yang baik serta dapat

diterima oleh semua kelompok umur, terutama remaja yang sedang

dalam masa pertumbuhan. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui sifat organoleptik, daya terima, serta

kandungan gizi dari produk cookies karanggu ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh penambahan tepung ubi jalar ungu dan tepung

kacang merah terhadap sifat organoleptik, zat gizi, daya terima

cookies karangu.

C. Tujuan

1.Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung ubi jalar ungu dan

tepung kacang merah terhadap sifat organoleptik, zat gizi, daya

terima cookies karangu.

2.Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi penambahan tepung kacang merah dan tepung

ubi ungu terhadap sifat organoleptic cookies karangu

b. Mengidentifikasi kandungan zat gizi cookies karangu pada

perlakuan terbaik

c. Mengidentifikasi daya terima cookies karangu pada remaja kek

d. Menganalisis pengaruh penambahan tepung kacang merah dan

tepung ubi ungu terhadap sifat organoleptic

5
D. Manfaat

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan

serta pengalaman dalam melakukan penelitian dibidang Ilmu Gizi

2. Bagi masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

masyarakat tentang manfaat bahan pangan lokal seperti ubi jalar

ungu dan kacang merah untuk pembuatan berbagai jenis makanan

contohnya seperti pembuatan cookies karangu.

3. Bagi institusi

a. Sebagai refrensi keilmuan mengenai gizi, khususnya dalam

mengembangkan produk makanan berbasis bahan pangan lokal.

b. Sebagai wujud peran akademisi dalam penerapan keilmuan

dibidang gizi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka teori

1. Remaja

Remaja adalah individu kelompok umur 10-19 tahun yang

dibagi dalam dua terminasi yaitu remaja awal pada rentang umur 10-

14 tahun dan remaja akhir 15-19 tahun. Masa remaja adalah

peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami

semua perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki

masa dewasa (Argana, 2004)

Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja putri adalah

kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk,

kurang energi kronis, kurang energi protein dan dapat terjadi anemia.

Masalah tersebut akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan

masyarakat, misalnya terdapat masalah penurunan konsentrasi

belajar, pada WUS berisiko melahirkan bayi dengan berat badan

bayi rendah (BBLR) maupun penurunan kesegaran jasmani. Di

Indonesia banyak terjadi kasus kekurangan energi kronis terutama

yang disebabkan karena adanya kurang asupan gizi seperti energi

protein, sehingga zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh tidak tercukupi.

7
2. Pengertian makanan jajanan

Makanan jajanan adalah jenis makanan yang disajikan dan

diperjualbelikan oleh pedagang kaki lima , toko-toko makanan

maupun selawayan. Makanan jajanan tersebut sangat bervasiasi

baik dalam bentuk,rasa,aroma,dan harga. Makanan jajanan yang

mengandung zat gizi dikemas dan diolah secara aman memiliki daya

Tarik tersendiri bagi masyarakat (Anonim,2003)

3. Cookies

a. Pengertian cookies

Cookies merupakan jenis biskuit yang dibuat dari adonan

lunak, berkadar lemak tinggi, bertekstur renyah dan apabila

dipatahkan akan terlihat teksturnya yang kurang padat (Standar

Nasional Indonesia, 1992). Cookies biasanya mengandung kadar

lemak sekitar 20-40% dan gula sebesar 30%, lebih tinggi

dibandingkan dengan jenis biskuit lainnya, seperti biskuit keras,

crakers, dan wafer yaitu. Cookies memiliki kadar air yang rendah

(kurang dari 5%) sehingga teksturnya renyah, bila dikemas akan

terlindung dari kelembaban, dan memiliki umur simpan yang lama

(Brown, 2000 dalam Syah, 2009).

Cookies atau kue kering merupakan salah satu jenis biskuit

yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, relatif

8
renyah bila dipatahkan dan penampang potongannya bertekstur

padat (BSN, 1992).

b. Komposisi cookies

Komposisi kimia cookies sampai saat ini masih belum ada,

karena cookies merupakan baan makanan kering, maka cookies

masuk kedalam kelompok biscuit. Dengan demikian komposisi

kimia cookies dapat disetarakan dengan komposisi kimia berikut

yang dapat dilihan pada tabel 1

Table 8.Komposisi kimia cookies per 100 gram bahan

Komposisi kimia Nilai


Energy
Protein 0,9 g
Lemak 14,4 g
Karbohidrat 74,1 g
Kalsium 62 g
Fosfor 87 mg
Besi 2,7 mg
Vitamin A -
Vitamin B1 0,09 mg
Vitamin C -
Air 2,2 g
Sumber : depertemen perindustrian dan perdagangan, 1990

c. Syarat mutu cookies

Seluruh tahap pembuatan dan bahan-bahan yang digunakan

akan berpengaruh terhadap kenampakan dan kualitas akhir

produk cookies. Cookies yang dihasilkan harus dapat diterima

secara organoleptik oleh konsumen dan memenuhi standar SNI.

9
Syarat mutu cookies diatur dalam SNI No. 01-2973-1992 dan SNI

No.01-2973-2011

Table 9.Syarat Mutu Cookies

No Kriteria uji Satuan Persyaratan


1. Bau, rasa, warna dan - Normal
tekstur
2. Kadar air %, b/b Maksimum 5
3. Kadar abu %, b/b Maksimum 2
4. Kadar protein %, b/b Minimum 5*
5. Kadar lemak %, b/b Minimum 9,5
6. Kadar karbohidrat %, b/b Minimum 70
7. Serat kasar %, b/b Maksimum 0,5
8. Kalori Kal/100g Minimum 400
9. Bahan tambahan Yang diizinkan
makanan tidak boleh ada
 Pewarna
 Pemanis
buatan
10. Cemaran logam
 Tembaga (Cu) Mg/kg Maksimum 1,0
 Timbal (Pb) Maksimum 4,0
 Seng (Za) Maksimum 0,05
 Merkuri (Hg) Maksimum 0,5
 Arsen (As) Maksimum 0,5
11. Cemaran Mikroba
 Angka Koloni/gram Maksimum 1,0 x
lempeng total Per 25 gram 106
 Salmonella sp. Per gram Maksimum Negatif
 E. coli Koloni/gram Maksumum < 3
 Kapang Maksimum 1,0 x
102
Sumber: Badan Standardisasi Nasional, 1992.
*) Badan Standardisasi Nasional, 2011
d. Karakteristik cookies

Karakteristik fisika, kimia dan organoleptik cookies akan

menentukan seberapa besar produk tersebut dapat diterima oleh

konsumen. Sifat-sifat tersebut dipengaruhi oleh bahan-bahan yang

10
digunakan dan cara pengolahannya. Cookies tergolong dalam

produk olahan biskuit. Menurut Herudiyanto et al., (2009), kriteria

biscuit dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Table 10. Karakteristik Cookies

No Biskuit
Karakteristik Intrinsik Karakteristik Ekstinsik
Sebelum Baking
 Bentuk seragam,  Warna putih, krem dan
1. bagian sisi rata tidak terdapat spot
 Ukuran seragam kuning atau coklat
lebih besar 2 kali
Setelah Baking
 Warna seragam,  Butiran berlapis
coklat terang  Tekstur lembut, ringan
2. atas dan bawah, dan agak lembab
tidak ada spot  Flavor lezat tanpa rasa
kuning dan pahit
coklat
 Crust lembut,
halus dan bebas
dari sisa tepung
Sumber: Herudiyanto et al., 2009

e. Bahan-bahan pembuatan cookies

1. Bahan utama

a. Tepung Terigu

Tepung terigu adalah salah satu bahan yang

mempengaruhi proses pembuatan adonan dan menentukan

kualitas akhir produk berbasis tepung terigu. Tepung terigu

lunak cenderung membentuk adonan yang lebih lembut dan

lengket. Fungsi tepung sebagai struktur cookies. Sebaiknya

gunakan tepung terigu protein rendah (8-9%). Warna tepung

ini sedikit gelap, jika menggunakan tepung terigu jenis ini

11
akan menghasilkan kue yang rapuh dan kering merata.

Tepung terigu adalah tepung/ bubuk halus yang berasal dari

biji gandum (Tritikum vulgare), dan digunakan sebagai

bahan dasar pembuat kue, mie, dan roti. Tepung terigu

mengandung banyak pati,yaitu karbohidrat kompleks yang

tidak larut air. Tepung terigu juga mengandung protein

dalam bentuk gluten, yang berperan dalam menentukkan

kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu. Kadar

protein ini menentukan elastisitas dan tekstur sehingga

penggunaannya disesuaikan dengan jenis dan spesifikasi

adonan yang dibuat.

 Klasifikasi pertama adalah protein tinggi, yang mendukung

kadar protein 12%-13% atau bahkan lebih. Bila terkena

bahan cair maka glutennya akan mengembang dan saling

mengikat dengan kuat membentuk adonan yang sifatnya

liat.

 Kedua, protein sedang, yang mengandung kadar protein

antara 10%-11% digunakan pada adonan yang

memerlukan kerangka lembut namun masih bisa

mengembang seperti cake. Tepung terigu jenis ini sangat

fleksible penggunaannya.

 Ketiga adalah protein rendah, yang mengandung kadar

protein sekitar 8% - 9%, diperlukan untuk membuat

12
adonan yang bersifat renyah, cocok untuk membuat

cookies, pastel, dan kue-kue yang tidak memerlukan

proses fermentasi (Anni et al, 2008).

b. Gula

Gula merupakan bahan yang banyak digunakan dalam

pembuatan cookies. Jumlah gula yang ditambahkan

biasanya berpengaruh terhadap tekstur dan penampilan

cookies.

Fungsi gula dalam proses pembuatan cookies selain

sebagai pemberi rasa manis, juga berfungsi memperbaiki

tekstur, memberikan warna pada permukaan cookies,

Meningkatnya kadar gula di dalam adonan cookies, akan

mengakibatkan cookies menjadi semakin keras. Dengan

adanya gula, maka waktu pembakaran harus sesingkat

mungkin agar tidak hangus karena sisa gula yang masih

terdapat dalam adonan dapat mempercepat proses

pembentukan warna. Hampir semua gula yang digunakan

dalam pembuatan cookies mengandung 99,8% sukrosa,

kurang dari 0,05% air dan 0,05% berupa gula invert dan

karbohidrat lain selain sukrosa serta abu.

c. Telur ayam

Telur memiliki suatu reaksi mengikat, dan bilamana

telur digunakan dalam jumlah besar maka kue kering akan

13
lebih mengembang dari pada menyebar. Penggunaan

kuning telur saja akan menghasilkan kue kering yang lebih

empuk daripada memakai seluruh telur. Lecithin dalam

kuning telur mempunyai daya pengemulsi, sedangkan lute in

dapat membangkitkan warna pada hasil produksi (U.S

Wheat associates,1983)

d. Susu skim

Susu skim berbentuk padatan (serbuk) memiliki aroma

khas kuat dan sering digunakan pada pembuatan cookies.

Skim merupakan bagian susu yang mengandung protein

paling tinggi yaitu sebesar 36.4%. Susu skim berfungsi

memberikan aroma, memperbaiki tesktur dan warna

permukaan. Laktosa yang terkandung di dalam susu skim

merupakan disakarida pereduksi, yang jika berkombinasi

dengan protein melalui reaksi maillard dan adanya proses

pemanasan akan memberikan warna cokelat menarik pada

permukaan cookies setelah dipanggang.

e. Shortening

Shortening merupakan tipe lemak yang memiliki

kemampuan untuk melumas (lubricating) dan mengempukan

bahan pangan khususnya cookies. Kemampuan shortening

lemak atau minyak dipengaruhi oleh komposisi asam lemak

(Ketaren, 2005). Shortening yang digunakan berupa lemak

14
yang sudah dijernihkan. Shortening terbagi dua yaitu

margarin dan mentega. Margarin merupakan produk minyak

nabati sedangkan mentega adalah produk minyak hewani.

Menurut Sulton (1981) shortening biasa digunakan dalam

pembuatan cake dan kue yang dipanggang dengan tujuan

untuk membantu pengempukan produk akhir, memperbaiki

volume roti. Shortening juga berperan memberi nilai gizi,

kelembutan, rasa enak, flavor yang spesifik dan

perpengaruh pada tekstur yang dihasilkan. Shortening

dengan sifat plastis dan mampu membentuk krim, akan

memberikan kekuatan mekanis pada adonan, sehingga tidak

mudah hancur sewaktu dipanggang (Triyono, 2010).

f. Baking powder

Pengembangan adonan yang sering digunakan dalam

pembuatan cookies adalah baking powder. Baking powder

merupakan campuran sodium bikarbonat (NaHCO3) dan

asam seperti sitrat dan tertarat. Biasanya baking powder

mengandung pati sebagai bahan pengisi. Sifatnya cepat

larut pada suhu kamar dan tahan lama selama pengolahan

(Matz dan Matz 1978), kombinasi sodium bikarbonat baik

sebelum dipanggang maupun pada saat dipanaskan dalam

oven (Miniey 1983 dalam Gustiar,2009)

15
g. Vanili

Merupakan bumbu yang hamper selalu disertakan

dalam proses pembuatan kue atau dessert manis (Anonim

2007). Vanili adalah senyawa organic dengan rumus

C8H8O3 (4-hidroksi-3-metoksi benzaldehid). Vanili

merupakan komponen utama dari sekitar 200 jenis senyawa

beraroma yang terdapat dalam buah vanilla (Vanillia spp.)

Vanili berfungsi untuk pemberi flavor. Vlafor merupakan

komponen yang memiliki karakteristik yang dapat

menimbulkan efek sensoris. Flavor dirasakan terutama oleh

indera berasa dan indera penciuman dan secara umum oleh

berbagai reseptor yang ada didalam mulut. Flavor sintetik

dibuat dari bahan organic dan bahan kimia yang telah

diisolasi dari sumber-sumber alami (Kaya.2008 dalam

Fajar.2013)

h. Garam

Garam mampu membangkitkan rasa atau bau. Garam

merupakan bahan yang memegang peranan penting dalam

membangkitkan rasa lezat. Oleh karena itu penggunaan

garam harus tepat ukurannya. Garam juga dapat

menurunkan suhu penggulalian dalam adonan, juga

memegang peran penting dalam menimbulkan warna kerak

(U.S Wheat associates, 1983)

16
2. Bahan penolong

a. Tepung ubi jalar ungu

Ubi jalar adalah salah satu pilihan dari sekian banyak

jenis umbi, yang untuk tahap awal bisa dijadikan jawaban

untuk pemenuhan kebutuhan tepung di Indonesia, serta

tepung yang dihasilkan mempunyai karakteristik yang baik,

serta nilai gizinya yang cukup baik (Budijanto, 2008).

Pengembangan pengolahan ubi jalar menjadi produk-produk

setengah jadi maupun produk jadi selain dapat mendorong

penganekaragaman pangan diharapkan juga dapat

meningkatkan nilai tambah ubi jalar serta meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan petani (Hariyadi, 2004).

Tepung ubi jalar juga memiliki beberapa kelebihan

yaitu sebagai sumber karbohidrat, serat pangan, dan beta

karoten (Kadarisman dan Sulaeman, 1993). Selain itu tepung

ubi jalar mempunyai kandungan gula yang cukup tinggi

sehingga dalam pembuatan produk olahan berbahan tepung

ubi jalar dapat mengurangi penggunaan gula sebanyak 20%

(Nuraini, 2004).

Ubi jalar sebagai bahan baku pada pembuatan

tepung, mempunyai keragaman jenis yang cukup banyak,

yang terdiri dari jenis-jenis lokal dan beberapa varietas

unggul. Jenis-jenis ubi jalar tersebut mempunyai perbedaan

17
yaitu pada bentuk, ukuran, warna daging umbi, warna kulit,

10 daya simpan, komposisi kimia, sifat pengolahan dan umur

panen.

Tepung ubi jalar dapat diproduksi dari berbagai jenis

ubi jalar dan akan menghasilkan mutu produk yang beragam.

Kulit umbi dibedakan menjadi dua tipe yaitu tebal dan tipis.

Kandungan getahnya, ada jenis yang bergetah banyak,

sedang atau sedikit. Warna kulit umbi ada yang putih, kuning

atau ungu/merah. Bentuk umbi umumnya dapat dibedakan

antara lain bentuk bulat dan lonjong dengan permukaan rata

atau tidak rata. Warna daging umbi terdiri dari beberapa

yaitu putih, kuning, jingga, dan ungu.

Gambar 8.Ubi Ungu


b. Tepung kacang merah

Kacang merah (Phaseolus vulgaris L) termasuk dalam

Famili Leguminoseae alias polong-polongan, satu keluarga

dengan kacang hijau, kacang kedelai dan kacang tolo.

18
Kacang merah merupakan salah satu jenis kacang yang

sering digunakan dalam pembuatan 20 makanan di

Indonesia dan dunia. Kacang merah mudah didapatkan

karena sudah ditanam di seluruh propinsi di Indonesia.

Kacang merah kering adalah sumber karbohidrat kompleks,

serat, vitamin B (terutama asam folat dan vitamin B1),

kalsium, fosfor, zat besi dan protein. (Afriansyah, 2007).

Kacang merah merupakan sumber serat yang baik.

Setiap 100 gram kacang merah kering menyediakan serat

sekitar 24 gram, yang terdiri dari campuran serat larut dan

tidak larut air. Serat larut dapat menurunkan konsentrasi

kolesterol dan gula darah. Serat larut air difermentasi dalam

usus besar menghasilkan asam lemak rantai pendek, yang

dapat menghambat sintesis kolesterol hati (Afriansyah,

2007). Kacang merah juga merupakan salah satu jenis

kacang yang mengandung senyawa bioaktif polifenol dalam

bentuk prosianidin sekitar 7%-9% terutama pada kulitnya.

Polifenol antara lain mempunyai aktivitas antibakteri yaitu

menghambat pertumbuhan bakteri patogen.

Gambar 9.Kacang Merah

19
f. Proses pembuatan cookies

Dalam proses pembuatan cookies menurut Smith (1872),

dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses pencampuran,

pencetakan, dan pemanggangan.

1. Proses Pencampuran

Pencampuran merupakan salah satu tahapan yang paling

penting dalam pembuatan cookies ataupun produk roti

lainnya. Adonan diaduk agar semua bahan dapat bercampur

dengan baik. Cara pencampuran bahan ada 2 yaitu pertama

adalah creaming yaitu mencampur lebih dahulu lemak dan

gula bersama baru dimasukan tepungnya. Cara kedua disebut

all in method yaitu mencampurkan semua bahan menjadi satu

hingga homogen. Pembentukan kerangka kue kering diawali

selama pencampuran. Menurut Smith (1972), ada 2 metode

pencampuran secara creaming yaitu two stage method dan

three stage method. Pada two stage method, semua bahan

selain tepung dan baking powder dicampur Pencampuran

dengan kecepatan putaran tinggi selama 3-7 menit

Shortening, Gula, Susu (creaming) Tepung Pencampuran

dengan kecepatan putaran rendah selama 3-10 menit

Pencetakan Pemanggangan biasanya menggunakan suhu

berkisar 150-1800 C perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 12 selama 4 – 10 menit, kemudian dilakukan

20
pencampuran kedua dengan menambahkan tepung dan

baking powder.

a. Pencampuran shortening, gula, susu dengan kecepatan

putaran tinggi selama 3-7 menit.

b. Penambahan tepung dengan kecepatan putaran rendah

selama 3-10 menit. Setelah homogen lalu dilakukan

pencetakan dan pemanggangan. Metode pencampuran ini

digunakan untuk mengontrol penyebaran dan volume

selama pemanggangan. Pada two stage method adonan

yang dihasilkan lebih banyak mengikat air dari pada three

stage method. Sehingga jumlah air yang digunakan

menjadi faktor yang sangat menentukan dalam

pencampuran.

2. Proses Pencetakan

Pencetakan dimaksudkan untuk memperoleh produk

cookies dengan bentuk yang seragam dan meningkatkan

daya tarik. Pencetakan biasanya dilakukan pada loyang

dengan diberi jarak untuk menghindari agar cookies tidak

saling lengket. Alat yang digunakan untuk mencetak cookies

dari allumunium yang mudah digunakan dan dibersihkan.

Bentuk dan cetakan cookies bermacam-macam dan dapat

disesuaikan dengan selera. Metode pencetakan juga

tergantung pada bentuk adonan. Berdasarkan bentuk adonan

21
cookies terbagi dua yaitu hard dough dan soft dough. Hard

dough merupakan adonan cookies yang memiliki kandungan

air tinggi, kandungan lemak dan gula relatif rendah.

Sedangkan soft dough merupakan adonan cookies yang

memiliki kandungan air rendah, kandungan lemak dan gula

relatif tinggi. Perbedaan ini terjadi karena jumlah penggunaan

shortening yang berbeda, shoft dough lebih banyak

menggunakan shortening dari pada hard dough (Manley,

1998). Menurut Wade (1995), pencetakan bertujuan supaya

diperoleh produk yang seragam. Adonan yang kuat seperti

hard dough pencetakannya dilakukan dengan cara

membentuk adonan menjadi lembaran sesuai ketebalan yang

diinginkan dengan menggunakan penggiling. Kemudian

dicetak secara seragam dengan menekan lembaran adonan.

Penggilingan ini bertujuan agar adonan dapat dicetak. Soft

dough dicetak dengan menggunakan compression seperti

rotary moulder. Adonan yang dicetak menggunakan rotary

moulder adalah adonan yang kandungan airnya rendah.

adonan jenis soft dough juga dapat dibentuk dengan extrusion

seperti wire cut sesuai ukuran yang diinginkan.

3. Proses Pemanggangan

Selama pemanggangan akan terjadi perubahan sifat fisik

maupun kimiawi. Perubahan fisik meliputi mencairnya lemak,

22
pengembangan gas dan penguapan air. Sedangkan

perubahan kimiawi meliputi gelatinisasi pati,koagulasi protein,

karamelisasi gula, dan reaksi maillard. Pengembangan akan

terjadi tidak hanya sebagai hasil peningkatan volume gas

yang sudah berada pada rongga udara tetapi juga sebagai

akibat lebih lanjut dari pengembangan CO2, peningkatan

tekanan uap air serta hilangnya senyawa-senyawa yang

mudah menguap. Koagulasi protein dan gelatinisasi pati

merubah sifat dinding sel berongga udara adonan menjadi

lebih permeabel terhadap CO2. Pada proses pemanggangan

biasanya menggunakan suhu berkisar 150-1800 C. Suhu

pemanggangan tidak boleh terlalu tinggi, agar penguapan

berjalan perlahan-lahan sehingga pemasakan terjadi rata.

Menurut Brown (2000) cara pengolahan atau pencetakan

cookies dapat dibagi atau di klasifikasikan menjadi 6 jenis

yaitu :

a. Molded cookies, yaitu adonan yang dibentuk dengan alat

atau dengan tangan.

b. Pressed cookies, yaitu adonan yang dimasukkan kedalam

cetakan semprit dan baru setelah itu disemprotkan di atas

loyang.

c. Bar cookies, yaitu adonan yang dimasukkan ke dalam

loyang pembakaran yang sudah dialas kertas roti dengan

23
ketebalan ½ cm, dimasak setengah matang lalu dipotong

bujur sangkar, kemudian dibakar kembali sampai matang.

d. Drop cookies, yaitu adonan yang dicetak dengan

menggunakan sendok teh kemudian di drop diatas liyang

pembakaran.

e. Rolled cookies, yaitu adonan diletakan di atas papan atau

meja kerja kemudian digiling dengan menggunakan rolling

pin lalu adonan dicetak sesuai dengan selera.

f. Ice box/ refrigerator, yaitu adonan cookies dibungkus dan

disimpan dalam refrigerator setelah agak mengeras adonan

diambil sedikitsedikit sudah bisa untuk dicetak atau

dipotong atau dibentuk sesuai dengan selera.

4. Sifat Organoleptic

Organoleptik yaitu penilaian dan mengamati tekstur,

warna, bentuk, aroma, rasa dari suatu makanan, minuman,

maupun obat-obatan (Nasiru, 2014: 9). Pengujian organoleptik

merupakan cara menilai dengan panca indera, hal ini untuk

mengetahui perubahan maupun penyimpangan pada produk

(Kartika dkk, 1988: 63). Penilaian organoleptik digunakan

untuk menilai mutu suatu makanan. Dalam penilaian

organoleptik memerlukan panel, baik perorangan maupun

kelompok, untuk menilai mutu maupun sifat benda dari kesan

subjektif. Orang yang menjadi anggota panel dinamakan

24
panelis. Terdapat beberapa macam panel, seperti; (1) panel

pencicip perorangan, (2) panel pencicip terbatas, (3) panel

terlatih, (4) panel tidak terlatih, (5) panel agak terlatih, (6)

panel konsumen (Soekarto, 2012: 42).

Organoleptik merupakan pengujian berdasarkan pada

proses pengindraan. Pengindraan artinya suatu proses fisio

psikologis, yaitu kesadaran pengenalan alat indra terhadap

sifat benda karena adanya rangsangan terhadap alat indra

dari benda itu. Kesadaran kesan dan sikap kepada

rangsangan adalah reaksi dari psikologis atau reaksi subjektif.

Disebut penilaian subjektif karena hasil penilaian ditentukan

oleh pelaku yang melakukan penilaian (Agusman, 2013: 3). Uji

Rangking

5. Panelis

Panelis adalah orang atau kelompok yang bertugas

menilai sifat atau mutu komoditi berdasarkan kesan subjektif.

Dalam penelitian ini panelis digunakan adalah panelis agak

terlatih, yang terdiri dari 20-25 orang yang sebelumnya dilatih

untuk mengetahui sifat sensorik tertentu. Panelis agak terlatih

dari kalangan terbatas dengan menguji kepekaannya terlebih

dahulu (Rahayu, 1998)

25
a. Seleksi panelis

Seleksi panelis dilakukan sebelum melaksanakan uji

organoleptic. Untuk mendapatkan panelis yang diinginkan,

khususnya panelis agak terlatih perlu dilakukan tahap-tahap

seleksi salah satunya menggunakan uji keterandalan

panelis.

Adapun uji keterandalan panelis menggunakan

metode uji pembedaan pasangan (Rahayu, 1998). Bahan

yang dipakai untuk uji keterandalan panelis adalah cookies

karangu dengan penambahan tepung karangu sebanyak

20%, 30%, 40%, 50% dan 60% dari berat total bahan. Cara

penyajian uji pembeda pasangan:

1. Panelis disajikan dua produk pangan sekaligus dengan

salah satu control dan sampel menggunakan kode

tertentu

2. Panelis memberikan tanda pada form yang telah dibuat,

tanda (0) apabila kedua produk sama, tanda (1) apabila

kedua produk berbeda.

3. Dari data-data tersebut dibuat suatu grafik hubungan

antara jumlah keputusan benar dengan jumlah percobaan

yang dilengkapi dengan garis batas antara keputusan

diterima, dipertimbangkan dan ditolak.

26
4. Laboratorium

Untuk melakukan uji organoleptic dibutuhkan

beberapa ruang yang terdiri dari bagian persiapan (dapur),

ruang pencicip dan ruang tunggu atau ruang diskusi.

Bagian dapur harus selalu bersih dan mempunyai sarana

yang lengkap untuk uji organoleptic serta dilengkapi

dengan vasilitasi yang cukup (Rahayu, 1998)

b. Persiapan contoh

Penyediaan contoh sangat perlu diperhatikan. Contoh

atau sampel yang akan diuji harus disajikan sedemikian rupa

sehingga seragam dalam penampilannya. Adapun hal-hal

yang harus diperhatikan dalam persiapan contoh adalah:

suhu, ukuran, kode serta jumlah contoh.

Setelah segala persiapan uji organoleptic telah

dipenuhi, maka uji organoleptic dengan menggunakan

metode uji hedonic dapat dilakukan (Rahayu, 1998)

c. Cara penyajian

Jumlah contoh cookies karangu yang akan diberikan

untuk setiap panelis adalah 1 biji per perlakuan. Disajikan

secara acak dan dalam penilaian panelis tidak boleh

mengulang-ulang penilaian atau membandingkan contoh

yang disajikan (Rahayu, 1998)

27
d. Cara penilaian

Penilaian terhadap uji hedonic dilakukan secara

pontan. Lalu mengisi penilaian pada formulir yang telah

disediakan (Rahayu, 1998)

e. Cara analisis

Hasil uji hedonic yang telah dilakukan oleh 25 orang

lalu dikumpulkan atau ditabulasikan dalam suatu tabel untuk

kemudian dilakukan analisis zat gizi dengan uji proximat.

f. Tahap pengolahan

Hasil penilaian panelis dapat dikategorikan seperti

warna, aroma, tekstur, dan rasa dinyatakan dengan angka,

menggunakan skala 1-5 yaitu 5= sangat suka, 4= suka, 3=

agak suka, 2= tidak suka, 1= sangat tidak suka. Tahapan uji

dengan menggunakan uji sifat organoleptic (Rahayu, 1998)

6. Uji Rangking

Uji ranking merupakan uji skalar dimana hasil pengujian

oleh panelis telah dinyatakan dalam besaran kesan dengan

jarak atau interval tertentu.Prinsip dari uji ranking, panelis

diminta untuk membuat urutan dari yang diuji menurut

perbedaan tingkat mutu sensorik. Penilaian ini bersifat subjektif

karena panelis memberikan nilai dari kesukaannya sendiri.

Dalam uji rangking tidak disertakan contoh pembanding. Urutan

28
pertama selalu menyatakan yang paling tinggi, makin ke bawah

nomor urut makin rendah. Data hasil dari pengamatan yang

telah diuji secara statistik yaitu denganmenggunakan analysis

of variance (ANOVA) dan uji Duncan. Analisis ragam untuk

mengetahui adanya perbedaan nyata dalam data. Jika terdapat

perbedaan nyata dalam data maka dilakukan uji Duncan untuk

menguji perbedaan di antara semua pasangan perlakuan yang

ada dari percobaan tersebut, serta masih dapat

mempertahankan tingkat signifikasi yang ditetapkan. Ranking

adalah metode yang digunakan untuk menguji tiga atau lebih

sampel yang disajikan dalam waktu bersamaan, dengan tujuan

untuk mengetahui urutan atau  jenjang sampel berdasarkan

atribut tertantu. Uji ranking merupakan uji yang mudah

dilakukan dan dapat menguju sampel dalam jumlah relatif

banyak (Rosenthal, 1999).

7. Uji Proximat

Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia

untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein,

karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari

bahan pakan atau pangan. Pendapat itu didukung oleh

pernyataan Mulyono (2000), menyatakan bahwa Analisis

proksimat adalah analisis  atau pengujian kimia yang

dilakukan untuk bahan baku yang akan diproses lebih lanjut

29
dalam industri menjadi barang jadi.Analisis proksimat memiliki

manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan

terutama pada standar zat makanan yang seharusnya

terkandung di dalamnya. Selain itu, analisis proksimat dapat

digunakan untuk mengevaluasi dan menyusun formula ransum

dengan baik.Mengevaluasi ransum yang telah ada seperti

mencari kekurangan pada ransum tersebut kemudian kita bisa

menyusun formula ransum baru dengan menambahkan zat

makanan yang diperlukan.

8. Uji Daya Terima Konsumen

Untuk mengetahui daya terima dilakukan dengan cara

membandingkan berat produk makanan yang tidak dihabiskan

(sisa makanan) dengan berat produk makanan yang tidak

disajikan dikalikan seratus persen.

Daya terima makanan adalah kesanggupan seseorang

untuk menghabiskan makanan yang disajikan (Rudatin, 1997).

Daya terima atau preferensi makanan dapat didefinisikan

sebagai tingkat kesukaan atau ketidaksukaan individu terhadap

suatu jenis makanan. Diduga tingkat kesukaan ini sangat

beragam pada setiap individu. Sehingga akan berpengaruh

terhadap konsumsi pangan (Suhardjo, 1989)

30
B. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini dilakukan analisis zat gizi, uji orgaloneptik,

uji daya terima cookies karangu kepada remaja kek dengan

penambahan tepung kacang merah dan tepung ubi ungu.

Penambahan Faktor yang


tepung karangu mempengaruhi:
(kacang merah dan Bahan Dasar:
ubi jalar ungu) Suhu dan lama
tepung terigu,telur ayam
T1 : 20 % pengovenan
ras, susu bubuk, vanili,
baking powder, gula
T2 : 30 %
pasir, air
T3 : 40 %
Cookies
T4 : 50 % Karangu
T5 : 60 %

Uji Organoleptik Analisis zat gizi:

(Metode Uji Hedonik):  Kadar air


 Kadar abu
 Penilaian warna  Kadar karbohidrat
 Penilaian rasa  Kadar protein
 Penilaian bau  Kadar lemak
 Penilaian tekstur

Uji daya terima pada remaja putri

Keterangan:
= variable yang diteliti
= variable yang tidak diteliti
Gambar 10.Kerangka Konsep

31
BAB III
METODE PENELITIAN

2.

A. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di 3 (tiga) tempat yaitu di Laboratorium

Ilmu Teknologi Pangan (ITP) Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan

Mataram untuk uji organoleptic dan uji ranking (untuk memilih produk

terbaik), uji proksimat akan dilakukan di Laboraturium Pusat Studi

Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada dan untuk uji daya terima

kepada anak remaja umur 13-15 tahun di MTS Darusalam Bremi

Lombok barat.

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2019

B. Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan

percobaan laboraturium dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri

atas 5 aras, masing-masing 3 kali pen gulangan yaitu:

t1 = penambahan tepung karangu 20% dari berat total bahan

t2 = penambahan tepung karangu 30% dari berat total bahan

t3 = penambahan tepung karangu 40% dari berat total bahan

32
t4 = penambahan tepung karangu 5 0% dari berat total bahan

t5 = penambahan tepung karangu 60% dari berat total bahan

C. Tata letak percobaan

Adapun langkah melakukan layout dan tata letak percobaan

adalah sebagai berikut :

1. Jumlah unit percobaan

Diketahui (t) = 5

Replikasi (r) = 3

Jumlah unit percobaan (n) = t x r

=5x3

= 15 unit percobaan

2. Bilangan random diperoleh dengan menggunakan kalkulator.

211 , 109 , 948 , 756 , 139 , 690 , 178 , 339 , 547 , 202 ,

841 , 895 , 390 , 297 , 187

3. Meletakkan rangking sebagai unit nomor percobaan

a) Lay Out
Nomor 1 2 3
Bilangan random 211 109 948
Rangking 6 1 15
t1

Nomor 4 5 6
Bilangan random 756 139 690
Rangking 12 2 11
t2

33
Nomor 7 8 9
Bilangan random 178 339 547
Rangking 3 8 10
t3

Nomor 10 11 12
Bilangan random 202 841 895
Rangking 5 13 14
t4

Nomor 13 14 15
Bilangan random 390 297 187
Rangking 9 7 4
t5

b) Tata Letak Lay Out


Table 11. Tata Letak Lay Out
1 2 3 4 5

t1 t2 t3 t4 t5
6 7 8 9 10

t1 t5 t3 t5 t3
11 12 13 14 15

t2 t2 t4 t4 t1

34
D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel independen atau yang sering disebut dengan

variabel bebas adalah adalah variabel yang dapat mempengaruhi

hasil penelitian. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

penambahan tepung karangu 20%, 30%, 40%, 50%, 60%

2. Variabel Dependent (terikat)

Variabel dependent atau variabel terikat adalah variabel yang

diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau

pengaruh dari variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian

ini adalah (1) sifat organoleptik yang meliputi warna, bau, rasa, dan

tekstur, (2) Kandungan zat gizi seperti kadar air, kadar abu, protein,

lemak, dan karbohidrat, serta (3) daya terima konsumen terhadap

cookies dengan penambahan tepung komposit karangu.

E. Data yang Dikumpulkan

Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Data Uji Sifat Organoleptik

Data uji sifat organoleptik yang meliputi warna, bau, rasa,

dan tekstur cookies dengan penambahan tepung karangu dengan

menggunakan metode uji hedonic dan adanya form uji hedonik

(Rahayu,1998).

35
2. Data Nilai Zat Gizi

Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

uji proximat cookies karangu dengan penambahan tepung kacang

merah dan tepung ubi ungu yang meliputi :

a. Uji kadar air dengan metode Termogravimetri (metode oven)

b. Uji kadar abu dengan metode Drying Ash.

c. Uji kadar lemak dengan metode Soxhletasi.

d. Uji kadar protein dengan metode Kjeldahl

e. Uji kadar Karbohidrat dengan menggunakan metode by

difference.

3. Data Daya Terima Makanan

Data uji daya terima yang membandingkan berat produk

makanan yang tidak dihabiskan (sisa makanan) dengan berat

produk makanan yang disajikan dikalikan dengan seratus persen

F. Alat dan Bahan

1. Bahan

a. Pembuatan cookies : tepung terigu, tepung kacang merah, tepung

ubi jalar ungu, gula pasir, margarine, telur ayam, baking powder,

vanili dan garam.

b. Uji sifat organoleptik : cookies karangu dengan 5 jenis perlakuan

dan air minum

36
c. Uji daya terima sasaran : pengembangan cookies dengan

penambahan tepung kacang merah dan tepung ubi jalar ungu

2. Alat

a. Pembuatan cookies : mixer, timbangan analitik, cetakan kue

kering, oven, Loyang, rolling, kuas

b. Uji sifat organoleptik : formulir Uji Hedonik, formulir Uji rangking,

kertas label, tempat Uji Hedonik, piring, sendok

c. Uji Proksimat : Oven, neraca analitik, desikator, botol timbangan,

labu kjedahl, alat penyuling, pemanas listrik, labu ukur, beaker

gelas, buret, Erlenmeyer

d. Uji daya terima sasaran : Formulir daya terima

37
G. Alur Penelitian

Alur penelitian dapat dilihat pada gambar 4.

Pembuatan tepung kacang


merah dan tepung ubi jalar
ungu

Margarin, telur ayam, Cookies


baking powder, Karangu
vanilnili, garam

Uji Hedonik

Uji Rangking

Uji Proksimat

Uji daya terima

Gambar 11.Alur Penelitian


H. Penatalaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini dila kukan dalam beberapa tahap yaitu :

1. Penyusunan Formula pada tahap ini dilakukan penyusunan

bahan makanan penyusun cookies

Table 12. Resep Cookies Standar

No Bahan Berat

1. Tepung terigu (g) 40

38
2. Margarin (g) 40

3. Gula pasir (g) 30

4. Telur ayam ras (g) 35

5. Susu Skim (g) 49

6. Baking powder (g) 0,5

7. Vanili (g) 0,5

8. Garam (g) 5

Table 13. Formula Cookies Karangu

No Bahan Makanan Perlakuan


t1 t2 t3 t4 t5
1. Tepung karangu 20 30 40 50 60
(%)
2. Tepung terigu (g) 20 20 20 20 20

3. Margarin (g) 20 20 20 20 20

4. Gula pasir (g) 15 15 15 15 15

5. Telur (g) 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5

6. Susu skim (g) 24,5 24,5 24,5 24,5 24,5

7. Baking powder 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25


(g)
8. Vanili (g) 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25

9. Garam (g) 2,5 2,5 2,5 2,5 2,b5

*Keterangan: Formula cookies karangu menggunakan setengah


resep dari resep standar

2. Proses pembuatan tepung tepungan ( tepung kacang merah dan

tepung ubi jalar ungu)

a. Proses pembuatan tepung kacang merah

39
Tepung kacang merah merupakan salah satu olahan

kacang merah dalam bentuk tepung kacang merah

Pemilihan kacang
merah

Kacang merah

Di sangrai

Penggilingan

Pengayakan 100 mesh

Tepung kacang merah

Gambar 12. Proses pembuatan tepung kacang merah

b. Proses pembuatan tepung ubi jalar ungu

Bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan

tepung ubi jalar adalah ubi jalar yang berwarna ungu.

Sebelum dikupas dilakukan sortasi ubi jalar ungu yang

terbaik seperti masih segar, tidak berlubang, tidak busuk dan

tidak mengalami kerusakan.

40
Ubi jalar ungu

Pencucian dan pengupasan

Dikukus setengah matang

Pengecilan ukuran

Pengeringan

Pengayakan 100 mesh

Tepung ubi jalar ungu

Gambar 13. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Ubi jalar ungu (Nur
Richana,2012)

41
3. Pembuatan cookies karangu

Bahan dipilih dan dipersiapkan

Bahan ditimbang

Tepung terigu, tepung kacang merah dan


tepung ubijalar ungu di ayak menjadi satu

Gula pasir, garam, margarin, vanili, dan telur


dikocok hingga terbentuk krim

Campurkan ayakan tepung dan baking


powder ditambahkan pada adonan krim
sdikit demi sedikit sambil diaduk sampai rata

Adonan dibentuk sesuai selera dan diletakan


diatas loyang yang diolesi margarin

Adonan yang dicetak, dipanggang didalam


oven dengan suhu 180 derajat Celsius
selama 20 menit atau sampai kue matang

Cookies diangkat dan dinginkan

Kukis karangu

(Sumber: Modifikasi dari koswara, 2009)

Gambar 14. Proses Pembuatan Cookies Karamgu 42


I. Cara Pengumpulan Data

1. Data Uji Sifat Organoleptik

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sifat

organoleptik yang meliputi warna, rasa, aroma, dan tekstur yang

dilakukan dengan uji organoleptik dengan metode hedonik 5 skala

sebagai berikut : 5= sangat suka, 4= suka, 3= agak suka, 2= tidak

suka, 1= sangat tidak suka.

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam uji

organoleptik, antara lain:

a. Uji hedonik dilakukan oleh 25 orang panelis dengan kriteria agak

terlatih yang sebelumnya telah melakukan uji keterandalan

panelis, dengan melakukan uji pembedaan pasangan.

b. Penyajian contoh disajikan satu persatu dari setiap perlakuan.

c. Panelis melakukan penilaian dengan mengisi formulir yang telah

disediakan.

d. Hasil penilaian kemudian ditabulasikan dalam satu tabel, untuk

kemudian dilakukan analisis dengan anova dan uji lanjutan

dengan uji Duncan.

2. Data Nilai Zat Gizi

1) Perhitungan kadar air total (termogravimetri)

43
W
Kadar Air = x 100 %
W1

Dimana:

W = bobot cuplikan sebelum dikeringkan (gram)

W1= kehilangan bobot setelah dikeringkan (gram)

2) Perhitungan kadar abu total (Dry Ashing)

W 1−W 2
Kadar Abu= x 100 %
W

Dimana:

W = bobot contoh sebelum diabukan, dalam gram

W1= bobot contoh+cawan sesudah diabukan, dalam gram

W2= bobot cawan kosong, dalam gram.

3) Pengukuran kadar protein (Kjeldahl)

(V 1−V 2 ) x Nx 0,014 x f . k . x . f . p .
Kadar Protein=
W

Dimana:

W = bobot cuplikan

W1 = volume HCl 0,01 N yang dipergunakan penitraan

contoh

W2 = volume HCl yang dipergunakan dalam penitraan

44
blanko

N = Normalitas HCl

f.k= protein dari (makanan secara umum 6,25)

f.p = faktor pengenceran.

4) Perhitungan lemak total (Soxhletasi)

W −W 1
% lemak = x 100 %
W2

Dimana:

W = bobot contoh, dalam gram.

W1= bobot lemak sebelum ekstraksi, dalam gram.

W2= labu lemak sesudah ekstraksi, dalam gram.

5) Pengukuran kadar karbohidrat total dengan menggunakan

metode by difference dalam sampel dihitung berdasarkan

perhitungan (dalam%)

% karbohidrat = 100% - % (protein + lemak + abu + air)

3. Data Uji Daya Terima

Data yang dikumpulkan berupa hasil dari form uji daya

terhadap sisa makanan konsumen. Dengan membandingkan

jumlah makananan yang di habiskan dengan jumlah yang disajikan.

Konsumen untuk cookies karangu

45
Klasifikasi hasil persentase:

jumlah yang dihabiskan


x100%
jumlah yang disajikan

a. Daya terima baik jika makanan dihabiskan ≥80%

b. Daya terima kurang jika makanan dihabiskan ≤80%.

J. Cara Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data Uji Organoleptik

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan akan disajikan

dalam bentuk tabel. Untuk mengetahui sifat organoleptik (warna,

bau, rasa, dan tekstur) dari setiap penambahan tepung karangu

dapat diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik

One Way Anova Pada tingkat kepercayaan 95% atau ɑlfa 0,05.

Analisis statistik ini akan dilakukan dengan menggunakan software

program SPSS 16.0. jika terdapat pengaruh yang signifikan

(sig.<0,05), maka data dapat diolah lebih lanjut menggunakan uji

Duncan.

2. Pengolahan Data Uji Kandungan Gizi

Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah uji

kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat.

Uji kandungan gizi dilaksanakan apabila sudah mendapatkan hasil

terbaik pada uji organoleptik, yang dimana terdapat 15 sampel yang

diberikan kepada panelis agak terlatih, dari ke lima belas sampel

46
tersebut didapatkan 1 sampel yang paling disukai. 1 sampel yang

paling disukai inilah yang akan dilakukan uji kandungan zat gizi.

Pengolahan data uji kandungan zat gizi disajikan dalam bentuk

tabulasi.

3. Pengolahan Data Uji Daya Terima

Hasil uji daya terima diolah dengan cara membandingkan

cookies yang disisakan dengan berat cookies yang disajikan dan

dirumuskan dalam bentuk sebagai berikut :

jumlah yang dihabiskan


x100%
jumlah yang disajikan

a. Daya terima baik jika makanan dihabiskan ≥80%

b. Daya terima kurang jika makanan dihabiskan ≤80%.

K. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut :

Table 14. Defisi Operasional

No Variabel Defisi Alat ukur Cara ukur Skala

data

1 Cookies Cookies (kue kering) - - -

adalah salah satu

jenis makanan ringan

(camilan) yang

sangat digemari

47
masyarakat baik di

perkotaan maupun di

pedesaan.

2 Uji organoleptic Suatu proses Metode - Ordinal

mengidentifikasi sifat hedonic

bahan dengan

memanfaatkan alat

indera manusia untuk

mengamati tekstur,

warna, bentuk,

aroma, rasa suatu

produk makanan.

1) Warna Warna adalah Metode 5 skala hedonik Ordinal

sesuatu yang dapat hedonic yaitu :

dilihat oleh indera Skala 5:sangat suka

penglihatan atau Sakala 4:suka

mata yang akan Skala 3:agak suka

mempengaruhi Skala 2:tidak suka

tingkat kesukaan Skala 1:sangat tidak

panelis suka

2) bau Bau adalah sesuatu Metode 5 skala hedonik Ordinal

yang dapat dirasakan hedonic yaitu :

oleh indera pembau Skala 5:sangat suka

48
yang akan Sakala 4:suka

mempengaruhi Skala 3:agak suka

tingkat kesukaan Skala 2:tidak suka

panelis. Skala 1:sangat tidak

suka

3) tekstur Tekstur adalah hasil Uji 5 skala hedonik Ordinal

pengindraan manusia hedonic yaitu :

menggunakan tangan Skala 5:sangat suka

melalui perabaan Sakala 4:suka

untuk menilai Skala 3:agak suka

organoleptik yang Skala 2:tidak suka

diterjemahkan dalam Skala 1:sangat tidak

skala hedonik dan suka

numerik.

4) rasa Rasa adalah sesuatu Uji 5 skala hedonik Ordinal

yang dirasakan oleh hedonic yaitu :

indera pengecap Skala 5:sangat suka

yaitu lidah yang akan Sakala 4:suka

mempengaruhi Skala 3:agak suka

tingkat kesukaan Skala 2:tidak suka

panelis pada cookies Skala 1:sangat tidak

karangu suka

3 Uji kandungan zat

49
gizi

1) karbohidrat Pengukuran kadar Metode Rasio

karbohidrat total yang by

terkandung dalam different

cookies karangu

dengan penambahan

tepung kacang merah

dan tepung ubi jalar

ungu menggunakan

metode by different

yang dinyatakan

dalam persen (%)

2) protein Pengukuran kadar Metode Rasio

protein total yang kjedhal

terkandung dalam

cookies karangu

dengan penambahan

tepung kacang merah

dan tepung ubi jalar

ungu menggunakan

metode kejldahl dan

dinyatakan dalam (%)

3) lemak Pengukuran kadar Metode Rasio

50
lemak yang soxhletas

terkandung dalam i

cookies karangu

dengan penambahan

tepung kacang merah

dan tepung ubi jalar

ungu menggunakan

metode soxhletasi

dan dinyatakan

dalam (%).

4) kadar abu Pengukuran kadar Metode Rasio

total abu total yang drying

terkandung dalam ash

cookies karangu

dengan penambahan

tepung kacang merah

dan tepung ubi jalar

ungu menggunakan

metode drying ash

5) kadar air Pengukuran kadar air Metode Rasio

yang terkandung kukus

dalam cookies

karangu dengan

51
menggunakan

metode oven dan

dinyatakan dalam

persen (%).

4 Uji daya terima Pengujian untuk Timbang Klasifikasi hasil Ordinal

melihat bagaimana an persentase :

penerimaan subjek makanan 1. Daya terima baik

penelitian terhadap jika makanan

cookies karangu dihabiskan ≥80%

dengan penambahan 2. Daya terima

tepung kacang merah kurang jika

dan tepung ubi jalar makanan

ungu yang diberikan dihabiskan ≤ 80%.

ke remaja kek

52
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Cookies Karangu

Cookies Karangu dibuat dari berbagai macam campuran bahan

makanan yaitu tepung terigu sebanyak 20 gram, margarin sebanyak 20

gram, gula pasir sebanyak 15 gram, telur sebnyak 17.5 gram, susu

skim seabnyak 24.5 gram, baking powder sebnayak 0.25, vanili

sebanyak 0.25 gram, garam seabnyak 2.5 gram yang kemudian

ditambahkan dengan tepung kacang merah dan tepung ubi jalar ungu

sebanyak 20%, 30%, 40%, 50% dan 60 % dari berat total bahan. Nama

dari yaitu “Cookies Karangu” didapatkan dari singkatan dari 2 tepung

yang ditambahkan diantaranya KARA (kacang merah) NGU (ubi jalar

ungu).

B. Sifat Organoleptik Cookies Karangu

Uji hedonik yang telah dilakukan didapatkan dari hasil penilaian

25 panelis semi terlatih yang merupakan mahasiswa gizi semester VI

dan semester VIII terhadap produk Cookies Karangu dengan

mempertimbangkan tingkat kesukaan panelis dari segi rasa, aroma,

warna dan tekstur dimana menggunakan 5 skala hedonik yaitu (1)

sangat tidak suka, (2) tidak suka, (3) agak suka, (4) suka dan (5) sangat

suka. Nilai rata-rata uji sifat organoleptic cookies karangu dapat dilihat

pada table 8.

53
Tabel 8 nilai rata-rata uji sifat organoleptik Cookies Karangu.

Perlakuan Rata-rata hasil uji organoleptik Cookies Karangu


Rasa Aroma Warna Tekstur
t1 (20%) 4.52 4.44 4.36 4.40
t2 (30%) 3.88 4.20 4.32 3.96
t3 (40%) 3.28 3.64 3.32 3.48
t4 (50%) 3.44 3.64 3.72 3.44
t5 (60%) 3.12 3.48 3.52 3.48

Berdasarkan hasil uji hedonik yang telah dilakukan didapatkan

warna cookies karangu adalah ungu, tekstur cookies karangu renyah,

aroma cookies karangu adalah khas tepung kacang merah, serta rasa

cookies karangu adalah enak dan gurih.

C. Pengaruh Penambahan Tepung Karangu Terhadap Sifat

Organoleptik Cookies Karangu.

Signifikansi pengaruh penambahan tepung karangu terhadap

sifat organoleptik cookies karangu. Nilai rata-rata Signifikansi Pengaruh

Penambahan Tepung Karangu Terhadap Sifat Organoleptik Cookies

Karangu dapat dilihat pada table 9.

Tabel 9 Signifikansi Pengaruh Penambahan Tepung Karangu


Terhadap Sifat Organoleptik Cookies Karangu.

Parameter P (Value) Notasi

Rasa 0,000 S

54
Aroma 0,000 S
Warna 0,000 S
Tekstur 0,000 S
Keterangan : NS = Non Signifikan : Tidak Berbeda Nyata
S = Signifikan : Berbeda Nyata

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa parameter rasa, aroma,

warna dan tekstur memiliki nilai p < 0,05, hal ini menunjukan bahwa

penambahan tepung karangu terhadap sifat organoleptik cookies

karangu memiliki pengaruh nyata terhadap parameter rasa, aroma,

warna dan tekstur.

1. Rasa Cookies Karangu

Skor pengaruh penambahan Tepung Karangu terhadap

parameter rasa Cookies Karangu dapat dilihat pada pada tabel 10.

Tabel 10. Hasil Uji Organoleptik Terhadap Rasa Cookies Karangu.

Perlakuan Penambahan Rata-rata Hasil Uji Notasi


Tepung Karangu Organoleptik Rasa
Cookies Karangu

t1 (20%) 4.52 c
t2 (30%) 3.88 b
t3 (40%) 3.28 a
t4 (50%) 3.44 a
t5 (60%) 3.12 a
Keteran

55
KeteKeterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama
pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada
 5%.

Berdasarkan Tabel 9. dapat dilihat bahwa rasa Cookies

Karangu pada aras perlakuan t1 dengan skor nilai 3.52 dan t2

dengan skor nilai 3.8 berbeda nyata dengan aras perlakuan t3, t4

dan t5 dengan skor nilai yaitu 3,28, 3,44 dan 3.12.

56
2. Aroma Cookies Karangu

Skor pengaruh penambahan Tepung Karangu terhadap

parameter aroma Cookies Karangu dapat dilihat pada pada tabel

11.

Tabel 11. Hasil Uji Organoleptik Terhadap Aroma Cookies Karangu

Rata-rata Hasil Uji Notasi


Perlakuan Penambahan Organoleptik Aroma
Tepung Karangu Cookies Karangu
t1 (20%) 4.44 b
t2 (30%) 4.20 b
t3 (40%) 3.64 a
t4 (50%) 3.64 a
t5 (60%) 3.48 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada
kolom yang sama tidak berbeda nyata pada  5%.

Berdasarkan Tabel 10. dapat dilihat bahwa aroma Cookies

Karangu pada aras perlakuan t1 dengan skor nilai 4.44 dan t2

dengan skor nilai 4.20 berbeda nyata dengan aras perlakuan t3, t4

dan t5 dengan skor nilai yaitu 3.64, 3.64 dan 3.48

3. Warna Cookies Karangu

Skor pengaruh penambahan Tepung Karangu terhadap

parameter warna Cookies Karangu dapat dilihat pada pada tabel 12

Tabel 12. Hasil Uji Organoleptik Terhadap Warna Cookies Karangu

57
Perlakuan Rata-rata Hasil Uji Notasi
Penambahan Tepung Organoleptik Warna
Karangu Cookies Karangu
t1 (20%) 4.36 c
t2 (30%) 4.32 C
t3 (40%) 3.32 A
t4 (50%) 3.72 B
t5 (60%) 3.52 ab
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada
kolom yang sama tidak berbeda nyata pada  5%.

Berdasarkan Tabel 12. dapat dilihat bahwa warna Cookies

Karangu pada aras perlakuan t1 dengan skor nilai 4.36 dan t2

dengan skor nilai 4.32 berbeda nyata dengan aras perlakuan t3, t4

dan t5 dengan skor nilai yaitu 3,32, 3,72 dan 3.52.

4. Tekstur Cookies Karangu

Skor pengaruh penambahan Tepung Karangu terhadap

parameter tekstur Cookies Karangu dapat dilihat pada pada tabel

13.

Tabel 13. Hasil Uji Organoleptik Terhadap Tekstur Cookies

Karangu

Perlakuan Penambahan Rata-rata Hasil Uji Notasi


Tepung Karangu Organoleptik Tekstur
Cookies Karangu
t1 (20%) 4.40 c
t2 (30%) 3.96 b
t3 (40%) 3.48 a
t4 (50%) 3.44 a
t5 (60%) 3.48 a

58
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada
kolom yang sama tidak berbeda nyata pada  5%.

Berdasarkan Tabel 12. dapat dilihat bahwa tekstur Cookies

Karangu pada aras perlakuan t1 dengan skor nilai 4.40 dan t2

dengan skor nilai 3.96 berbeda nyata dengan aras perlakuan t3, t4

dan t5 dengan skor nilai yaitu 3.48, 3,44 dan 3.48.

Setelah melakukan uji hedonik, 25 panelis semi terlatih

kemudian melakukan uji rangking dari produk cookies karangu

yang telah disajikan. Pada uji rangking ini panelis diminta untuk

mengurutkan dari angka 1, 2, 3, 4 dan lima, dimana angka 1 yang

berarti memiliki tingkat kesukaan terbaik dari segi rasa, aroma,

warna dan tekstur dan begi seterusnya.

Hasil analisis uji rangking terhadap Cookies dengan

menggunakan penambahan tepung karangu dari berat total bahan

dapat dilihat pada Lampiran cookies karangu dengan penambahan

tepung karangu dari 25 panelis yang telah dilakukan maka dapat

diketahui bahwa perlakuan yang terbaik berada pada t1 dengan

penambahan tepung karangu 20% dari berat total bahan.

D. Kandungan Zat Gizi Cookies Karangu

Kelima formula produk cookies karangu (t1, t2, t3, t4 dan t5), dari

hasil analisis pengujian sifat organoleptik dengan mempertimbangkan

hasil uji hedonik dan rangking, terpilihlah produk cookies karangu

59
dengan perlakuan t1 yaitu dengan penambahan tepung karangu 20%

dari berat total bahan untuk dianalisis kandungan gizinya.

Berdasarkan hasil uji kandungan gizi dengan metode proximat

yang terdiri dari kadar air, kadar abu, protein, lemak dan karbohidrat

pada produk cookies karangu. Adapun dari uji proximat tersebut

didapatkan hasil kandungan gizi dibawah ini.

Tabel 14. Rata-rata Hasil Analisis Kandungan Zat Gizi Cookies


Karangu.
Komponen Satuan Cookies Karangu
Air % 12.99
Abu % 2.66
Protein % 8,40
Lemak % 12,85
Karbohidrat % 63,1

Hasil uji zat gizi cookies karangu menunjukkan bahwa kadar air

pada perlakuan t1 dalam 100 gram bahan yaitu 12.99%, kadar abu

2.66%, protein 8,40%, lemak 12,85%, karbohidrat 63.1% serta memiliki

kandungan energi 404.96 kkal.

E. Uji Daya Terima Cookies Karangu.

Uji daya terima dilakukan untuk mengetahui tingkat konsumsi

atau daya terima konsumen (remaja putri) terhadap produk cookies

karangu sebagai selingan yang akan diberikan dengan menggunakan

60
metode sisa makanan yang di adopsi dari Pedoman Pelayanan Gizi

Rumah Sakit (PGRS) 2013.

Remaja yang menjadi panelis dalam uji daya terima ini adalah

remaja putri di MTs. Darussalam Bermi Kab. Lobar sebanyak 30 orang.

Dari 30 orang siswi terdapat 25 siswi (83%) yang dapat menerima

dengan baik (> 80% habis dimakan) dan 5 siswi (17%) sisanya dengan

daya terima kurang (< 80% habis dimakan). Hasil rata-rata daya terima

produk Cookies Karangu dapat dilihat pada Gambar 8:

DAYA TERIMA COOKIES KARANGU PADA REMAJA PUTRI


Daya Terima Baik Daya Terima Kurang

17%

83%

Gambar 8 Daya Terima COOKIES KARANGU

61
BAB V
PEMBAHASAN

A. Sifat Organoleptik Cookies Karangu

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa probabilitas parameter

rasa, aroma, warna dan tekstur memiliki nilai p < 0,05, hal ini

menunjukan bahwa perbandingan Cookies Karangu dan tepung

karangu (kacang merah dan ubi ungu) terhadap sifat organoleptik

Cookies Karangu memiliki pengaruh nyata terhadap parameter rasa,

aroma, warna dan tekstur.

B. Pengaruh Penambahan Tepung Karangu Terhadap Sifat

Organoleptik Cookies Karangu.

a. Rasa Cookies Karangu

Rasa merupakan faktor penentu penerimaan konsumen

terhadap suatu produk. Rasa dari makanan merupakan kombinasi

dari lima rasa dasar yaitu asin, manis, asam, pahit, dan umami.

Kepekaan manusia terhadap rasa pahit jauh lebih tinggi

dibandingkan rasa manis (Vaclavik VA & Christian EW, 2003). Rasa

makanan dapat dinilai oleh indra pencicip antara lain rongga mulut,

lidah, dan langit-langit (Setyaningsih dkk, 2010).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa probabilitas rasa

Cookies Karangu adalah 0,000 (p ˂ 0,05) yang berarti bahwa

penambahan tepung karangu pada cookies karangu memiliki

62
pengaruh yang nyata terhadap rasa cookies karangu. Berdasarkan

hasil uji organoleptik dapat diketahui bahwa rasa cookies karangu

pada aras perlakuan t1 berada dalam kategori sangat suka, t2 salam

kategori suka, t3 berada dalam katagori agak suka, t4 dan t5 berada

dalam katagori agak suka.

Rasa yang dihasilkan cookies karangu adalah gurih. Rasa

gurih yang dihasilkan dalam cookies karangu yaitu karena adanya

asam amino dalam protein dan lemak yang mampu meningkatkan

cita rasa. Rasa merupakan gabungan dari berbagai bahan dan

bumbu. Ketepatan pemberian bahan dalam pengolahan makanan

dapat mempengaruhi hasil produk.

Faktor yang dapat mempengaruhi rasa dari cookies karangu

yaitu adanya penambahan gula. Penambahan telur juga dapat

menambahkan rasa pada produk cookies, karena telur sendiri

mengandung gula sebanyak 0,2%.

b. Aroma Cookies Karangu

Aroma merupakan atribut organoleptik yang dapat dinilai

melalui indra penciuman (Meilgaard, dkk, 1999). Manusia dapat

mendeteksi dan membedakan sekitar 16 juta jenis bau karena

memiliki 10—20 juta sel olfaktori yang bertugas mengenali dan

menentukan jenis bau yang masuk (Winarno, 2008). Aroma atau

bau yang diterima oleh hidung adalah campuran dari empat aroma

yaitu harum, asam, tengik, dan hangus (Winarno, 2004). Proses

63
pemasakan dengan pemanasan tinggi menghasilkan aroma yang

kuat (Moehyi, 1998).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa probabilitas aroma

Cookies Karangu adalah 0,000 (p˂ 0,05) yang berarti bahwa

penambahan tepung karangu pada cookies karangu memiliki

pengaruh yang nyata terhadap aroma cookies karangu. Berdasarkan

hasil uji organoleptik dapat diketahui bahwa aroma cookies karangu

pada aras perlakuan t1, t2 dan t5 berada agak suka t3 dan t4

berada dalam katagori suka.

Proses pemasakan dengan pemanasan yang tinggi

menghasilkan aroma yang kuat (Moehyi, 1998). Aroma yang

dihasilkan dari cookies karangu adalah aroma khas dari kacang

merah.

Faktor lain yang mempengaruhi aroma cookies karangu yaitu

adanya penambahan gula, telur ayam dan margarin ke dalam

adonan cookies karangu, sehingga menghasilkan aroma wangi yang

lebih disukai. penambahan gula dapat memberikan aroma pada

cookies karangu yang disebabkan oleh adanya proes karamelisasi.

Menurut (DeMan, 1997) dalam (Sari, 2016), pencokelatan

selama proses pemanggangan merupakan penyebab utama dalam

munculnya aroma suatu produk pangan yang khas. Reaksi Maillard

dapat menghasilkan senyawa aroma yang disebut Furaneol

(Makfoeld, 2002 dalam Ladamay, 2014)

64
c. Warna Cookies Karangu

Warna merupakan salah satu kenampakan yang sangat

menonjol secara visual. Suatu bahan yang dinilai bergizi, rasanya

enak dan teksturnya sangat baik, tidak akan menarik bila warna yang

ada pada produk tidak enak dipandang (Ladamay dan Yuwono,

2014).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa probabilitas warna

Cookies Karangu adalah 0,000 (p ˂ 0,05) yang berarti bahwa

penambahan tepung karangu pada cookies karangu memiliki

pengaruh yang nyata terhadap warna cookies karangu. Berdasarkan

hasil uji organoleptik dapat diketahui bahwa warna cookies karangu

pada aras perlakuan t1, t2, t4 dan t5 berada dalam katagori suka

sedangkan t3 berada dalam katagori agak suka.

Warna makanan yang menarik dan tampak alamiah dapat

mempengaruhi selera makan seseorang (Winarno, 2004). Warna

cookies karangu yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah ungu.

ungu ini didapatkan dari bahan yang digunakan dalam pembuatan

cookies karangu yaitu tepung ubi ungu yang didalamnya

mengandung pigmen antosianin. Sehingga warna cookies karangu

yang dihasilkan adalah ungu. Pemberian gula dan pemanasan 

dapat menyebabkan warna coklat, dimana warna coklat tersebut

didapat dari  reaksi pencoklatan non enzimatik. Warna memegang

peranan penting dalam penerimaan makanan, selain itu warna dapat

65
memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam

makanan (Deman, 1997) dalam (Sari, 2016).

d. Tekstur Cookies Karangu

Tekstur bersifat kompleks dan terikat dengan struktur bahan

yang terdiri dari tiga elemen yaitu, mekanik (kekerasan, kekenyalan),

geometrik (berpasir, beremah) dan mouthfeel (berminyak, berair)

(Setyaningsih, 2010).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa probabilitas tekstur

cookies karangu adalah 0,000 (p ˂ 0,05) yang berarti bahwa

penambahan tepung karangu pada cookies karangu memiliki

pengaruh yang nyata terhadap tekstur cookies karangu. Berdasarkan

hasil uji organoleptik dapat diketahui bahwa rasa cookies karangu

pada aras perlakuan t1 dan t2 berada dalam kategori suka, t3, t4 dan

t5 berada dalam katagori agak suka.

Tekstur yang dihasilkan cookies karangu ini adalah renyah.

Penambahan lemak atau margarin dalam adonan memberikan fungsi

shortening dan fungsi tesktur sehingga menjadikan produk menjadi

lebih lembut. Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai pemberi flavor.

Penggunaan lemak atau margarin juga akan menghasilkan produk

yang rapuh dan kering. Penambahan telur berpengaruh terhadap

tekstur produk. Sebagai hasil dari fungsi. Penggunaan telur

merupakan emulsifikasi, pelembut tekstur, dan daya pengikat

66
bahan-bahan lain, sehingga struktur jatebila bars lebih stabil

( Faridah dkk, 2008).

C. Analisis Kandungan Zat Gizi Cookies Karangu.

1. Kadar air

Analisis kadar air merupakan analisis yang dilakukan untuk

menentukan kadar air di dalam suatu bahan pangan dan dinyatakan

dalam persen. Kadar air di dalam bahan pangan dapat ditentukan

dengan cara analisis kadar air metode oven (Thermogravimetri).

Kadar air dalam suatu bahan pangan mempengaruhi penampakan,

tekstur, cita rasa, dan keawetan bahan pangan (Ridla, 2014).

Berdasarkan hasil uji kesukaan pada aras perlakuan terbaik,

produk yang terpilih akan dilakukan uji kadar air. Hasil uji kadar air

Cookies Karangu yaitu 12,99%. Kadar cookies menurut BSN Badan

Standarisasi Nasional (1992) yaitu Maks.5%. Berdasarkan hasil

penelitian dapat diketahui bahwa kadar air cookies karangu lebih

tinggi dibandingkan dengan kadar air sesuai dalam Badan

Standarisasi Nasional (BSN) 1992.

2. Kadar abu

Abu merupakan residu anorganik yang didapat dari hasil

pemanasan pada suhu tinggi >450°C. Kadar abu menunjukkan

kandungan mineral suatu bahan (Fajri dkk, 2013). Residu anorganik

67
ini terdiri dari bermacam-macam mineral yang komposisi dan

jumlahnya tergantung pada jenis bahan pangan dan metode analisis

yang digunakan. Perinsip dari penetapan kadar abu dalam bahan

pangan adalah dengan menimbang sisa mineral sebagai hasil

pembakaran bahan organik dengan suhu 550°C (Ridla, 2014).

Berdasarkan hasil analisis proksimat cookies karangu untuk kadar

abu didapatkan kadar abu sebesar .

Berdasarkan hasil uji kesukaan pada aras perlakuan terbaik,

produk yang terpilih akan dilakukan uji kadar abu. Hasil uji kadar abu

Cookies Karangu yaitu 2,66%. Kadar abu cookies menurut BSN

Badan Standarisasi Nasional (1992) yaitu Maks. 2%.

Kadar abu yang menunjukkan kandungan mineral dalam

bahan pangan berhubungan erat dengan nilai gizi dan kemurnian

suatu bahan. Mineral merupakan zat anorganik dalam bahan yang

tidak terbakar selama proses pembakaran di tanur. Menurut

Salamah dkk, (2012) menyatakan penetapan kadar abu ini juga

bermanfaat untuk mengetahui baik atau tidaknya pengolahan,

mengetahui jenis bahan yang digunakan, penentuan parameter nilai

gizi suatu makanan dan memperkirakan kandungan dan keaslian

bahan yang digunakan.

3. Protein

Protein merupakan salah satu makronutrien pada bahan

pangan. Protein merupakan suatu zat makanan yang penting bagi

68
tubuh karena sebagai sumber energi, pembangun, dan pengatur

(Ekafitri & Isworo, 2014). Menurut Almatsier (2009) menyatakan

bahwa nilai energi makanan dapat diketahui dengan melakukan

perhitungan menggunakan faktor atwater berdasarkan komposisi

protein dan energi dari makanan yang dihasilkan. Faktor atwater

merupakan angka konversi dimana dalam 1 gram protein

menghasilkan energi 4 kkal.

Penetapan kadar protein di dalam cookies karanggu diketahui

dengan metode kjeldhal. Prinsip dasar metode ini adalah endapan

protein kasar berdasarkan oksidasi bahan berkarbon dan konversi

nitrogen menjadi ammonia. Selanjutnya ammonia bereaksi dengan

kelebihan asam membentuk ammonium sulfat. Larutan dibuat

menjadi basa dan ammonia diuapkan untuk diserap atau diikat oleh

asam borat dan kemudia dititrasi dengan asam klorida (HCl).

Penetapan jumlah nitrogen dihitung secara stoikiometri dan kadar

protein diperoleh dengan mengalikan jumlah nitrogen dengan faktor

konversi jenis bahan makanan. (Apriyanto,dkk 1989 dalam lailiyana

2012).

Berdasarkan hasil uji kesukaan pada aras perlakuan terbaik,

produk yang terpilih akan dilakukan uji kadar protein. Hasil uji kadar

protein Cookies Karangu yaitu 8,40%. Kadar Protein cookies

menurut BSN Badan Standarisasi Nasional (1992) yaitu Minimum

5%.

69
Kadar protein Cookies Karangu lebih tinggi dari kadar protein

yang disyaratkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) 2002.

Kandungan protein pada cookies karangu sebagian besar berasal

dari tepung kacang merah, susu skim dan telur. Protein tersebut

tersusun atas berbagai macam asam amino. Menurut Samaee et al.,

(2010), kandungan asam amino essensial yang terdapat pada telur

adalah leusin, lisin, isoleusin, valin, treonin, triptofan, penilalanin,

histidin dan metionin.

4. Lemak

Lemak merupakan salah satu kelompok dari lipida. Fungsi

lemak pada bahan pangan adalah sebagai salah satu sumber energi

tubuh, kandungan lemak dalam tubuh membantu dalam pelarutan

vitamin larut lemak seperti A, D, E, K, selain itu lemak memberikan

rasa renyah dan gurih pada bahan pangan (Ekafitri & Isworo, 2014).

Menurut Almatsier (2009) menyatakan bahwa nilai energi makanan

dapat diketahui dengan melakukan perhitungan menggunakan faktor

atwater berdasarkan komposisi lemak dan energi dari makanan yang

dihasilkan. Faktor atwater merupakan angka konversi dimana dalam

1 gram lemak menghasilkan energi 9 kkal.

Analisis kadar lemak pada cookies karangu mengunakan

metode soxhlet. Anaslisis lemak menggunakan istilah analisis lemak

kasar dikarenakan dalam analisis ini yang diperoleh adalah suatu zat

kimia yang larut dalam proses ekstrasi yang menggunakan pelarut

70
organik. Pelarut organik yang digunakan adalah petroleum ether

(Ridla, 2014).

Berdasarkan hasil uji kesukaan pada aras perlakuan terbaik,

produk yang terpilih akan dilakukan uji kadar protein. Hasil uji kadar

lemak Cookies Karangu yaitu 12,85%. Kadar lemak cookies menurut

BSN Badan Standarisasi Nasional (1992) yaitu Minimum 9,5%.

Kandungan lemak utama yang ada pada cookies karangu ini adalah

margarin.

5. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa organik yang mengandung

atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Pada bahan pangan

karbohidrat berperan dalam menentukan karakteristik bahan

makanan seperti rasa, warna, tekstur, dan lainnya (Ekafitri & Isworo,

2014). Menurut Almatsier (2009) menyatakan bahwa nilai energi

makanan dapat diketahui dengan melakukan perhitungan

menggunakan faktor atwater berdasarkan komposisi karbohidrat dan

energi dari makanan yang dihasilkan. Faktor atwater merupakan

angka konversi dimana dalam 1 gram karbohidrat menghasilkan

energi 4 kkal. Kadar karbohidrat di dalam jatebila bars diketahui

dengan menggunakan metode by difference. Metode ini menentukan

persentase karbohidrat dengan cara 100% dikurangi persentase

kadar air, kadar abu, kadar protein, dan kadar lemak (Ridla, 2014).

71
Berdasarkan hasil uji kesukaan pada aras perlakuan terbaik,

produk yang terpilih akan dilakukan uji kadar karbohidrat. Hasil uji

kadar karbohidrat Cookies Karangu yaitu 63,09%. Kadar karbohidrat

cookies menurut BSN Badan Standarisasi Nasional (1992) yaitu

Minimum 70%.

D. Uji Daya Terima Cookies Karangu

Uji daya terima dilakukan untuk mengetahui tingkat konsumsi

atau daya terima konsumen (remaja putri) terhadap produk cookies

karangu sebagai selingan yang akan diberikan dengan menggunakan

metode sisa makanan yang di adopsi dari Pedoman Pelayanan Gizi

Rumah Sakit (PGRS) 2013.

Panelis yang digunakan dalam uji daya terima ini adalah siswi di

di MTs. Darussalam Bermi Kab. Lobar sebanyak 30 orang. Dari 30

orang siswi terdapat 25 siswi (83%) yang dapat menerima dengan baik

(> 80% habis dimakan) dan 5 siswi (17%) sisanya dengan daya terima

kurang (< 80% habis dimakan).

Sisa makanan dapat diketahui dengan menghitung selisih berat

makanan yang disajikan dengan berat makanan yang dihabiskan lalu

dibagi berat makanan yang disajikan dan diperlihatkan dalam

persentase. Daya terima dikatakan baik jika yang habis dimakan ≥80%

dan daya terima kurang jika yang habis dimakan <80%.

Hasil daya terima pada 25 siswi dengan daya terima baik

memberikan tanggapan bahwa produk Cookis Karangu memiliki rasa

72
yang enak dan gurih. Sedangkan 5 siswi dengan daya terima yang

kurang memberi tanggapan bahwa rasanya enak, tetapi sedikit kurang

manis.

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh penambahan Tepung Karangu yang signifikan

terhadap parameter rasa, aroma, warna dan tekstur Cookies

Karangu (p < 0,05).

2. Cookies Karangu memiliki kandungan gizi yaitu air 12,99%, abu

2,66%, protein 19,25%, lemak 8,40% dan KH 63,09%.

3. Cookies karangu memiiki daya terima yang baik yaitu ≥ 80% (83 %).

B. Saran

73
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran-saran

yang dapat diberikan antara lain:

1. Melakukan uji lanjut berupa intervensi langsung kepada remaja

KEK.

DAFTAR PUSTAKA

Afriansyah, N. 2007. “Kacang Merah Turunkan Kolesterol dan Gula


Darah” (online), (http://www.fmipa.ipb.ac.id, diakses: 15 Setember
2015).

Agusman. 2013. Pengujian Organoleptik. Teknologi Pangan Universitas


Muhammadiyah Semarang. Semarang

Almatsir, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta

Anonim, 2003. Awas Bahan Makanan Berbahaya.


http://www.mailarchive.com/jemaah@arroyyan.com/
msg01106.html.Diakses tanggal 01- 07-05.

Argana,G., Kusharisupeni dan Utari Diah . 2004. Vitamin C Sebagai


Faktor Dominan Untuk KadarHemoglobin Pada Wanita Usia 20 -
35 Tahun. Jurnal Kedokteran Trisakti, 23 (1)

74
Astawan. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Badan Stantandarisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia-SNI


01-2973-1992. BSN-Jakarta

Brown, A. (2000). Understanding Food: Principles and Preparation.


WadSworth Inc. Belmon. University of Hawaii.

Brown, JE., et al. 2011. Nutrition Through the Life Cycle 3rd Edition. USA:
Wadsworth Inc.

Deman, J. M. (1997). Kimia makanan. Bandung: Institut Teknologi


Bandung.

Ekafitri, R., & Isworo, R. 2014. Pemanfaatan Kacang-Kacangan sebagai


Bahan Baku Sumber Protein Untuk Pangan Darurat. Jurnal
Pangan, 23(2), 134–144.

Faridah,A., Pada, K.S, Yulastri,A., Yusuf, L. 2008. Patiseri Jilid 2.


Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta

Herudiyanto Marleen S. dan Hudaya Sarifah. 2009. Teknologi Pengolahan


Roti dan Kue. Jatinangor: Widya Padjajaran.

Kartika, dkk. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta:


UGM.

Ladamay, N.A dan Sudarminto,S.Y. 2014. Pemanfaatan Bangan Lokal


Dalam Pembuatan Food bars (Kajian Rasio Tapioka : Tepung
Kacang Hijau dan Proporsi CMC). Jurnal Pangan dan Agroindustri
Vol.2 No.1 p.67-78, Januari 2014. Universitas Brawijaya

Makfoeld, Djarir. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi.Yogyakarta :


Kanisius

Manley D. 1998. Technology of Biscuit, Cracker, and Cookies Third


Edition. Washington: CRC Press

Meilgaard,M., Civille G,V.,Carr B,T. 1999. Sensory Evaluation Techniques.


CRC Press, Boca Raton.

75
Moehyi, S. 1998. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga.
Bhratara, Jakarta

Mulyono. 2000. Metode Analisis Proksimat. Erlangga. Jakarta

Nasiru, N. 2014. Teknologi Pangan Teori Praktis dan Aplikasi. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Rahayu, W.P. 1998. Diktat Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik.


Fakultas Teknologi Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Ridla, M. 2014. Pengenalan Bahan Makanan. Bogor: Institusi Pertanian


Bogor

Rosenthal, A.J. 1999. Food Texture Measurement and Perception.


Gaithersburg, Maryland: Aspen Publishers.

Rudatin. 1997. Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Daya Terima Makan


Pasien Rawat Inap Lanjut Usia Di Rumah Sakit Umum Bakti
Yudha Depok. Skripsi Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia. Depok.

Salamah, E., Purwaningsih, S., & Kurnia, R. 2012. Kandungan Mineral


Remis (Corbicula Javanica) Akibat Proses Pengolahan. Jurnal
Akuatika, 3(1), 74–83. Institus Pertanian Bogor. Bogor

Setyaningsih, D., Apriyanto, A & Sari, M.P,. 2010. Analisis Sensori untuk
Industri Pangan dan Agro. IPB Press, Bogor

Smith, W.H. 1972. Biscuit, Crackers and Cookies. Technology. Production


and Management. Applied Science Publisher, London

Tejasari. (2005). Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Triyono, A. 2010. Mempelajari Pengaruh Penambahan Beberapa Asam


pada Proses Isolasi Protein terhadap Tepung Protein Isolat
Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L.). Jurnal Teknik Kimia.
1(10):1-9

Us. Wheat Associates (1983). Pedoman Pembuatan Roti dan Kue.


Jakarta, Penerbit DJamatan.

76
Vaclavik, V.A, Christian, E.W. 2003. Essentials of Food Science 2nd Ed.
Kluwer Academic/Plenum Publishers, New York

Wade, P. 1995. Biscuits, Cookies and Crackers Vol 1. The Principles of


The Craft. London : Chapman and Hall.

Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi (Cetakan ke-XI). PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta

Winarno. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. M-Brio Press, Bogor

77
LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji Kesukaan Panelis

Form Uji Hedonik

Nama Panelis :
Tanggal Pengujian :
Nama Produk : Cookies karangu
Petunjuk : Dihadapan anda tersaji 5 sampel produk. Anda diminta untuk
memberikan penilaian terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur.

78
1. Minumlah air mineral terlebih dahulu
2. Cicipi sampel yang disediakan satu per satu
3. Berikan penilaian dengan checklist (√) pada pernyataan yang
sesuai penilaian anda
4. Anda TIDAK BOLEH MEMBANDINGKAN sampel
5. Penilaian tiap sampel BOLEH SAMA
6. Gunakan air mineral sebagai penetral tiap berpindah sampel

Deskripsi Kode Sampel


.......... .......... .......... …….. …….
Warna
Sangat Suka
Suka
Agak Suka
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
Aroma
Sangat Suka
Suka
Agak Suka
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
Warna
Sangat Suka
Suka
Agak Suka
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
Tekstur
Sangat Suka
Suka
Agak Suka
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka

79
Lampiran 2. Uji Ranking

Form Uji Rangking

Nama Panelis :
Tanggal Pengujian :

80
Nama Produk : Cookies karangu
Petunjuk :
Ujilah rasa ketiga cookies karangu, kemudian urutkan sesuai rangking.
Kode sample dengan rasa terbaik diberi rangking satu, begitu seterusnya.
Tetapkan nomor rangking di dalam kode sampel di bawah ini :

.......... ........... ............

.......... ...........

Lampiran 3. Form Uji Daya Terima

81
FORM DAYA TERIMA

Nama :
Tanggal Pengujian :
Nama Produk : Cookies karangu
Petunjuk
1. Berdoalah terlebih dahulu sebelum makan secara bersama-sama,
kemudian minumlah beberapa teguk air mineral yang telah
disediakan.
2. Nikmati produk cookies karangu hingga saudara merasa cukup
atau hingga habis. Jika ada produk yang tersisa/tidak habis simpan
kembali pada kemasan semula dan jangan dibuang.
3. Berikanlah kritik maupun saran sebagai tindak lanjut dari
pengembangan produk cookies karangu.

KRITIK : SARAN :

No. Produk Makanan Berat (g)


1 Yang disajikan (berat awal)
2 Yang dihabiskan oleh sampel
3 Sisa yang tidak dihabiskan oleh sampel

Lampiran 4. Nilai Zat Gizi Pada Cookies Per 100 Gram.

82
NO Bahan Jumlah Nilai Zat Gizi
Makanan Energi Protein LEMAK KH
Hewani Nabati
1. Tepung 20 73,0 0,0 1,8 0,3 15,5
terigu
2. Margarine 20 144,0 0,1 0,0 16,2 0,1
3. Gula pasir 15 54,6 0,0 0,0 0,0 14,1
4. Telur ayam 17,5 28,4 2,2 0,0 2,0 0,1
5. Susu skim 24,5 8,8 0,9 0,0 0,0 1,2
6. Baking 0,25 - - - - -
powder
7. Vanili 0,25 - - - - -
8. Garam 2.5 - - - - -
Sub Total 308,8 5 18,5 31

83
Lampiran 5. Nilai Zat Gizi Cookies Karangu Per 100 Gram

NO Bahan Jumlah Nilai Zat Gizi


Makanan Energi Protein LEMAK KH
Hewani Nabati
1. Tepung 20 45,9 0,0 2,5 0,5 8,8
karangu
2. Tepung 20 73,0 0,0 1,8 0,3 15,5
terigu
3. Margarine 20 144,0 0,1 0,0 16,2 0,1
4. Gula pasir 15 54,6 0,0 0,0 0,0 14,1
5. Telur ayam 15 28,4 2,2 0,0 2,0 0,1
6. Susu skim 7 2,5 0,2 0,0 0,0 0,4
7. Baking 0,25 - - - - -
powder
8. Vanili 0,25 - - - - -
9. Garam 2,5 - - - - -
Sub Total 348,4 6,9 18,7 38,9

84
Lampiran 6.Tabulasi Perlakuan Hasil Uji Organoleptik Terhadap Rasa

Cookies Karangu

Rasa
Panelis T1 T2 T3 T4 T5
1 5 5 4 3 3
2 4 3 3 3 3
3 5 3 3 4 3
4 5 5 3 4 3
5 5 5 3 4 3
6 4 3 3 3 3
7 4 4 3 3 3
8 5 4 3 3 3
9 5 4 3 4 3
10 3 4 4 5 3
11 5 4 3 4 3
12 3 5 4 4 4
13 4 3 3 4 3
14 5 4 4 3 3
15 4 3 3 3 3
16 5 3 3 3 3
17 5 4 3 4 3
18 4 3 4 3 4
19 3 4 3 4 4
20 5 3 4 3 3
21 5 4 3 3 3
22 5 4 3 3 3
23 5 4 3 3 3
24 5 4 3 3 3
25 5 5 4 3 3
Jumlah 113 97 82 86 78
Rata-rata 4.52 3.88 3.28 3.44 3.12

85
Lampiran 7. Tabulasi Perlakuan Hasil Uji Organoleptik Terhadap Aroma

Cookies Karangu

Aroma
Panelis T1 T2 T3 T4 T5
1 5 5 4 4 3
2 5 3 4 3 3
3 4 3 4 3 4
4 5 5 4 4 3
5 5 4 3 3 3
6 5 4 3 3 4
7 5 4 3 4 3
8 5 5 4 4 3
9 3 4 4 3 4
10 3 4 4 5 4
11 4 5 3 3 3
12 4 5 4 4 4
13 3 3 4 4 4
14 5 4 3 3 3
15 5 4 3 4 4
16 4 4 4 4 4
17 5 5 4 4 4
18 5 5 5 5 5
19 3 4 4 4 3
20 5 5 4 3 3
21 4 3 3 3 4
22 5 4 3 4 3
23 5 4 3 3 3
24 4 4 3 3 3
25 5 5 4 4 3
Jumlah 111 105 91 91 87
Rata-rata 4.44 4.2 3.64 3.64 3.48

86
Lampiran 8. Tabulasi Perlakuan Hasil Uji Organoleptik Terhadap Warna

Cookies Karangu

Warna
Panelis T1 T2 T3 T4 T5
1 5 4 3 3 3
2 3 4 3 3 3
3 5 3 3 3 4
4 5 4 4 4 3
5 4 4 3 5 3
6 5 5 4 3 4
7 4 5 3 3 3
8 5 5 3 4 4
9 4 5 3 4 3
10 5 4 3 5 3
11 5 5 3 4 3
12 4 5 4 4 4
13 3 3 3 4 4
14 5 3 4 3 5
15 4 5 4 4 5
16 4 4 4 4 4
17 4 5 3 3 4
18 4 4 4 5 4
19 4 4 3 4 4
20 5 5 3 3 3
21 4 5 3 4 3
22 3 5 4 3 3
23 5 4 3 4 3
24 5 4 3 4 3
25 5 4 3 3 3
Jumlah 109 108 83 93 88
Rata-rata 4.36 4.32 3.32 3.72 3.52

87
Lampiran 9. Tabulasi Perlakuan Hasil Uji Organoleptik Terhadap Tekstur

Cookies Karangu

Tekstur
Panelis T1 T2 T3 T4 T5
1 5 4 3 4 4
2 4 5 3 3 3
3 5 3 3 4 4
4 5 5 4 4 3
5 4 3 3 4 3
6 4 3 3 3 3
7 4 4 4 3 3
8 5 5 3 4 4
9 4 4 3 3 3
10 4 4 4 4 4
11 5 4 3 3 4
12 3 4 3 4 4
13 3 3 4 3 3
14 5 4 4 4 4
15 5 4 5 4 4
16 5 5 3 2 3
17 5 4 3 3 5
18 3 5 3 3 3
19 4 4 4 3 3
20 5 3 3 3 4
21 5 4 3 3 3
22 3 4 5 4 3
23 5 3 5 4 3
24 5 4 3 3 3
25 5 4 3 4 4
Jumlah 110 99 87 86 87
Rata-rata 4.4 3.96 3.48 3.44 3.48

88
Lampiran 10. Tabulasi Hasil Perhitungan Uji Rangking

Paneli Rangking
s T1 T2 T3 T4 T5
1 1 3 4 5 2
2 1 2 3 5 4
3 1 2 3 4 5
4 1 2 5 4 3
5 1 2 5 3 4
6 1 2 5 3 4
7 1 2 5 3 4
8 1 2 5 4 3
9 1 2 4 5 3
10 3 4 2 1 5
11 1 3 4 2 5
12 3 1 2 5 4
13 4 5 2 1 3
14 1 2 3 5 4
15 2 3 4 5 1
16 1 2 3 4 5
17 1 2 5 3 4
18 1 5 3 4 2
19 5 1 4 3 2
20 1 5 2 3 4
21 1 2 3 5 4
22 1 2 5 4 3
23 1 2 3 5 4
24 1 2 4 3 5
25 1 3 4 5 2

89
Lampiran 11. Hasil Uji Statistik Rangking

ANOVA
Rangking
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between
97.360 4 24.340 19.135 .000
Groups
Within Groups 152.640 120 1.272
Total 250.000 124

Multiple Comparisons
Rangking
Tukey HSD
(I) (J) Mean 95% Confidence Interval
Perla Perla Difference Std. Lower Upper
kuan kuan (I-J) Error Sig. Bound Bound
1 2 -1.040* .319 .012 -1.92 -.16
*
3 -2.200 .319 .000 -3.08 -1.32
4 -2.280* .319 .000 -3.16 -1.40
5 -2.080* .319 .000 -2.96 -1.20
2 1 1.040* .319 .012 .16 1.92
3 -1.160* .319 .004 -2.04 -.28
4 -1.240* .319 .002 -2.12 -.36
5 -1.040* .319 .012 -1.92 -.16
3 1 2.200* .319 .000 1.32 3.08
2 1.160* .319 .004 .28 2.04
4 -.080 .319 .999 -.96 .80
5 .120 .319 .996 -.76 1.00
4 1 2.280* .319 .000 1.40 3.16
2 1.240* .319 .002 .36 2.12
3 .080 .319 .999 -.80 .96

90
5 .200 .319 .970 -.68 1.08
5 1 2.080* .319 .000 1.20 2.96
2 1.040* .319 .012 .16 1.92
3 -.120 .319 .996 -1.00 .76
4 -.200 .319 .970 -1.08 .68
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Rangking
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3
1 25 1.48
2 25 2.52
5 25 3.56
3 25 3.68
4 25 3.76
Sig. 1.000 1.000 .970
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

91
Lampiran 12. Hasil Uji Statistik Cookies Karangu

ANOVA
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Rasa Between
31.792 4 7.948 23.422 .000
Groups
Within Groups 40.720 120 .339
Total 72.512 124
Aroma Between
17.280 4 4.320 9.985 .000
Groups
Within Groups 51.920 120 .433
Total 69.200 124
Warna Between
22.192 4 5.548 13.337 .000
Groups
Within Groups 49.920 120 .416
Total 72.112 124
Tekstur Between
17.712 4 4.428 9.913 .000
Groups
Within Groups 53.600 120 .447
Total 71.312 124

Rasa

Duncan

Subset for alpha = 0.05

Perlakuan N 1 2 3
5 25 3.12

92
3 25 3.28
4 25 3.44
2 25 3.88
1 25 4.52
Sig. .068 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.

Aroma

Duncan

Subset for alpha = 0.05

Perlakuan N 1 2
5 25 3.48
3 25 3.64
4 25 3.64
2 25 4.20
1 25 4.44
Sig. .422 .200

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Warna

Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3

93
Aroma

Duncan

Subset for alpha = 0.05

Perlakuan N 1 2
5 25 3.48
3 25 3.64
4 25 3.64
2 25 4.20
1 25 4.44
Sig. .422 .200

3 25 3.32
5 25 3.52 3.52
4 25 3.72
2 25 4.32
1 25 4.36
Sig. .275 .275 .827
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.

94
Lampiran 13.Hasil Uji Proksimat Kandungan Zat Gizi

95
Lampiran 14. Informed Consent

Informed Consent

Kepada Yth.
Saya, Syarmita Ulfah dari Poltekkes Kemenkes Mataram, ingin mengajak
Saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian saya yang berjudul
“Pengaruh penambahan tepung karangu (kacang merah dan ubi jalar
ungu) terhadap sifat organoleptic, zat gizi dan daya terima cookies
karangu pada remaja KEK”

1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya terima saudara
terhadap cita rasa dari hasil pengembangan produk cookies karangu
dengan penambahan tepung komposit karangu (kacang merah dan ubi
jalar ungu) sebagai alternatif makanan tambahan anak remaja yang
sebelumya telah dilakukan uji organoleptik di laboratorium teknologi
pangan poltekkes mataram

2. Keikutsertaan sukarela
Partisipasi Saudara dalam penelitian ini adalah sukarela tanpa
paksaan. Saudara berhak untuk menolak keikutsertaan dan berhak
pula untuk mengundurkan diri dari penelitian ini, meskipun Saudara
sudah menyatakan kesediaan untuk berpartisipasi. Tidak akan ada
kerugian atau sanksi apa pun yang akan Saudara alami akibat
penolakan atau pengunduran diri Saudara. Jika Saudara memutuskan
untuk tidak berpartisipasi atau mengundurkan diri dari penelitian ini,
Saudara dapat melakukannya kapan pun.

96
3. Durasi (lama) penelitian, prosedur penelitian, dan tanggungjawab
partisipan
Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah: Saudara
akan diminta untuk menikmati produk cookies karangu dan
menanggapi cita rasa produk dengan mengisi form uji daya terima
yang sudah disediakan. Durasi yang diberikan selama penelitian uji
daya terima ini adalah 30 menit

4. Manfaat penelitian
Partisipasi Saudara dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat
untuk Saudara/orang lain berupa bertambahnya keberagaman produk
pangan lokal di Provinsi NTB, terutama dalam bentuk Makanan
Tambahan berbentuk biskuit .

5. Risiko dan ketidaknyamanan


Setiap orang memiliki selera yang berbeda-beda, maka resiko yang
mungkin akan timbul adalah saudara tidak menyukai produk yang kami
sajikan. Sehingga saudara tidak perlu memaksakan diri untuk
melanjutkan penelitian ini.

6. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas Saudara akan
dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti, dan enumerator.
Hasil penelitian akan dipublikassikan tanpa identitas subyek penelitian.

7. Klarifikasi
Jika Saudara memiliki pertanyaan apapun terkait prosedur penelitian,
atau membutuhkan klarifikasi serta tambahan informasi tentang
penelitian ini, Saudara dapat menghubungi: Syarmita Ulfah pada
nomor HP: 085933195790
8. Kesediaan

97
Jika Saudara bersedia untuk berpartisipasi maka Saudara akan
mendapatkan satu salinan dari lembar informasi dan kesediaan
ini.Tanda tangan Saudara pada lembar ini menunjukkan kesediaan
Saudara untuk menjadi partisipan dalam penelitian.

Pernyataan Persetujuan untuk Berpatisipasi dalam Penelitian


Pengaruh Penambahan Tepung Karangu (Kacang merah dan Ubi
jalar ungu) Terhadap Sifat Organoleptik, Zat Gizi Dan Daya Terima
Cookies Karangu Pada Remaja KEK

Dengan ini saya bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa


Saya :............................................................................................
Nama :.............................................................................................
Umur :.............................................................................................
Alamat:..............................................................................................

Mataram, 2019

Yang Membuat Pernyataan Peneliti

( ) ( )

98
Lampiran 15. Proses Pembuatan Cookies Karangu sampai dengan Daya

Terima.

99
Dokumentasi Uji Organoleptik :

100
Dokumentasi Uji Daya Terima :

101

Anda mungkin juga menyukai