Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MATA KULIAH

PSIKOLOGI TEATER II
“Analisis Naskah Tuan Kondektur
Berdasarkan Teori Abraham Maslow”

disusun oleh Kelompok 4 Kelas B :

Dwi Rahmatunnisa
Gilang Ramadhan
Mia Sumiati
Rahmat Aprilianto
Resa Ramadhan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI BUDAYA
INDONESIA (ISBI) BANDUNG
Jalan Buahbatu No. 212, Cijagra, Kec. Lengkong, Bandung 40265
Telepon : (022) 7314982, 7394532
Faxsimili : (022) 7303021 Laman : www.isbi.ac.id
Tahun 2022
BAB 1
ANALISIS NASKAH

1. Sinopsis
Tuan Kondektur bercerita tentang seorang Tuan Kondektur yang sedang
mencari jodohnya, lewat biro jodoh yang bernama Hamida, Seorang janda
yang telah ditinggal suaminya. Tuan Kondektur bercerita banyak kepada
Nyonya Hamida, yaitu tentang kekayaannya, pekerjaannya sebagai Tuan
Kondektur, Sifatnya dan lain - lain. Lakon cerita yang terjadi di rumah
Nyonya Hamida tersebut berjalan cukup menarik, ditambah dengan adanya
pelayan di rumah tersebut yaitu Kenyung, yang selalu setia menjaga Nyonya
Hamida. Meskipun Hamida adalah seorang Biro jodoh, namun dirinya
sendiri tidak bisa mencari jodoh. Sampai ketika datangnya Tuan Kondektur
tersebut, ia mendapatkan cintanya kembali, sebab perkataan manis dan bijak
dari Tuan Kondektur yang bernama Arifin itu telah merebut Nyonya
Hamida. Sayangnya cinta itu hanya sebentar dan berubah menjadi benci,
setelah Arifin mengaku bahwa dia hanyalah seseorang yang miskin, Nyonya
Hamida marah, merasa kecewa dan percaya bahwa lelaki yang ingin
mendekatinya hanya ingin dengan hartanya.

2. Biografi Pengarang
Anton Pavlovich Chekhov (Анто́н Па́влович Че́хов) (29 Januari 1860 –
15 Juli 1904) (Kalender Julian: 17 Januari 1860 – 2 Juli 1904) adalah
seorang penulis besar Rusia yang terkenal terutama karena cerpen-cerpen
dan dramanya. Banyak dari cerpennya dianggap sebagai apotheosis dari
bentuk sementara dramanya, meskipun hanya sedikit - dan hanya empat
yang dianggap besar - mempunyai dampak yang besar dalam literatur dan
pertunjukan drama. Chekhov lebih dikenal di Rusia modern karena ratusan
cerpennya, dan banyak di antaranya dianggap merupakan adikarya dalam
bentuk karangan tersebut. Namun drama-dramanya juga memberikan
pengaruh yang mendalam terhadap drama abad ke-20. Dari Chekhov,
banyak pengarang drama kontemporer belajar bagaimana memanfaatkan
suasana hati,
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
2
hal-hal yang kelihatannya tidak berarti dan inaksi (berdiam diri) untuk
menyoroti psikologi batin para tokohnya. Keempat drama utama Chekhov -
Burung Camar, Paman Vanya, Tiga Saudari, dan Kebun Ceri sering kali
ditampilkan kembali dalam pementasan-pementasan modern..

3. Biografi Naskah
Checkov mulai menulis pada tahun 1880 di Moskwa, sedangkan Checkov
baru menulis Naskah drama sekitar tahun 1888.Saya kurang tahu tepat dan
pastinya, namun tahun 1888 - 1900 adalah masa kejayaan Checkov dengan
empat naskah adikarya nya yaitu Pinangan, Burung Camar, Kebun Ceri,
Paman Vanya. Diantara adikarya itu terselip banyak naskah yang salah
satunya adalah Tuan Kondektur. Tuan Kondektur adalah satu dari banyak
naskah yang mengandung komedi ala Checkov, dan satu dari banyak naskah
tentang rumah tangga. Yang kemungkinan naskah-naskah seperti itu tercipta
dari kebiasaan Checkov yang melihat ciri khas rumah tangga di Russia entah
di Moskwa, Melikovo atau Yalta. Ketiga tempat tersebut adalah tempat
Checkov Menulis.

Jika di cari dalam sejarah, ternyata pada masa itu memang di Rusia
Perjodohan memang jadi sebuah tradisi. Para mak comblang biasanya
wanita dan seringnya para janda yang berani berusaha. Mereka akan
kesulitan untuk menghidupi diri mereka sendiri jika tak melakukan
pekerjaan itu, karenanya akan bekerja secara komprehensif. Saat mencari
kecocokan yang potensial, mereka jelas perlu memastikan bahwa calon
pasangan itu bukan kerabat dekat. Setelah itu, mereka akan lanjut melihat
sejarah keluarga, kekayaan, dan status sosial, bahkan kebudayaan serta
kehidupan sehari-harinya. Jika semua selesai, barulah ia mengusulkan
penawaran perjodohan. Hanya sedikit orang yang memahami psikologi
manusia sebaik mak comblang di Kekaisaran Rusia.

Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
3
4. Biografi Penyadur
Naskah ini disadur oleh Emilia Sanossa dan Elanda Rossi. Menurut Elanda
Rossi yang disadur hanyalah kebangsaan para pelakunya dan lingkungan
ceritanya saja: ialah lingkungan alam Indonesia. Tetapi bagaimanapun juga
nampaknya yang sekarang, jelas benar masih kelihatan tanda-tanda Chekov
yang juga nampak dalam “Pinangan” dan “Orang Kasar”. Lelucon yang
dikandung ketiga sandiwara itu sama-sama bukan lelucon cerdas.
Leluconnya adalah lelucon plot. Jadi isi ceritanya memang sudah lucu.
Persamaan selanjutnya ialah ketiga-tiganya mencapai puncak kelucuannya
justru melewati adegan-adegan di mana para pelakunya marah-marah.
Chekov yang lembut hati itu rupanya hendak memuaskan dirinya dengan
mentertawakan orang-orang yang suka bertengkar dengan tiga buah
sandiwaranya. Di dalam ketiga sandiwaranya ini ia menyuguhkan adegan
bertengkar yang hebat yang apabila ditonton maka para penontonnya akan
tertawa terbahak-bahak dan berkata pada dirinya sendiri; “lihatlah,
bagaimana orang-orang tolol itu bertengkar! Mereka bersitegang leher
semata-mata hanya spaya kelihatan makin tolol saja!” – lebih dari itu ketiga
sandiwara Chekov itu tak berisi apa-apa. Ketiga sandiwaranya itu bukanlah
sandiwara-sandiwaranya yang terpenting. Tentu saja!!! Semua orang sudah
tahu itu!.

5. Biografi Tokoh
Secara Fisiologis, Hamida adalah seseorang wanita yang berumur 31 Tahun,
Rambutnya panjang, hidungnya mancung dan cantik, dibuktikan di dalam
dialog berikut

ARIFIN : "Siapa yang tidak tahu, nyonya? Ha ha ha ha! (BERDIRI)


Saya tahu,
rambut nyonya panjang, hidung nyonya mancung, mata nyonya
meluluhkan hati, dan, dan, ah ha ha ha ha, lengan nyonya seperti
dewi kahyangan!"

dan
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
4
HAMIDA : "Dalam formulir ini ditulis begini ; saya seorang janda,
umur 31 tahun"

Secara Sosiologis Hamida adalah seorang janda kaya raya, yang bekerja
sebagai biro jodoh yang sudah dipercaya orang banyak, dibuktikan di dalam
dialog berikut :

KENYUNG :" Tapi bukankah nyonya sudah berpengalaman dalam


mencarikan jodoh untuk orang lain?"

HAMIDA : "Itu betul, Nyung. Tetapi......."

Secara Historis, Hamida adalah seorang wanita yang memiliki suami Tuan
Mansur, awalnya mereka adalah orang yang miskin, namun karena rajin dan
uletnya tuan Mansur, hal itu mampu mengangkat derajat keluarga mereka,
sayangnya di umur Hamida yang masih 31 tahun, Tuan Mansur sudah
meninggal dunia, namun Nyonya Hamida tidak kesepian dia ditemani
pelayan setianya yaitu kenyung. Dibuktikan di dalam dialog :

HAMIDA : "Suamiku memang lelaki yang hebat. Itulah sebabnya aku


cinta setengah mati kepadanya. Dia seorang lelaki yang paling berbudi dan
paling rajin, paling ulet, paling setia, dan yang paling tidak mata duitan.
Suamiku dilahirkan di kalangan rakyat biasa. Sama seperti aku yang
dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang miskin. Yahhh, tapi berkat
keuletannya, dia berhasil mengangkat diri sampai menjadi orang yang
terhormat dan disegani masyarakat. Dia cermat menabung, menabung
untuk membeli rumah ini. Sebagai pedagang, ia tak suka main sogok untuk
mendapatkan lisensi. Ohhh, Tuhan bermata sejuta, Nyung. Dia tahu dan
akan menganugerahi orang yang jujur dan ulet dalam hidup. Sesudah kaya
suamiku almarhum belajar untuk menambah pengetahuan supaya
lebih dihormati oleh masyarakat."

Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
5
6. Kedudukan Tokoh Dalam Cerita
Kedudukannya Tokoh Hamida dalam Naskah Tuan Kondektur adalah tokoh
protagonis atau tokoh utama, Alasan nyonya Hamida menjadi tokoh utama
di cerita adalah karena dia ada sentral cerita sebagai biro jodoh, latar
tempatnya pun ada dirumahnya.

7. Kepribadian Tokoh

A. Karakter
Ia memiliki karakter yang baik untuk orang yang sudah lama ia kenal,
namun ia tidak berkarakter baik untuk orang yang baru ia kenal, di dalam
naskah dia begitu baik dan ramah kepada Kenyung pelayannya, dan tidak
ramah atau sombong kepada Arifin orang yang baru ia kenal;

HAMIDA: (LANGSUNG BERHADAPAN) Tuan bohong!


KENYUNG: Tuan bohong!
HAMIDA: Tuan bukan direktur!
KENYUNG: Tuan bukan direktur!
HAMIDA: Dalam surat yang saya terima, tuan mengabarkan bahwa tuan
bekerja pada perusahaan perkertaapian!
KENYUNG: Nah!
ARIFIN: Iya pelayan, nah! Kalau nyonya sudah tahu, kenapa nyonya
bertanya lagi?
HAMIDA: (GUGUP) A, tuan jangan mempermainkan saya!
ARIFIN: Haa, siapa yang mempermainkan nyonya? Nyonya yang
memper-mainkan saya!
HAMIDA: Sesungguhnya mau apa tuan datang kemari?
ARIFIN: A...., aku...,, aku..., (TERBATUK-BATUK). Namun setelah Arifin
bercerita banyak, Hamida memiliki karakter yang baik terhadap Arifin;
HAMIDA: (BERDIRI) Tuan mau minum apa? Orients Krush?
ARIFIN: Tidak, nyonya, saya tidak suka apa-apa. Saya hanya suka pada
nyonya.
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
6
HAMIDA: Tidak, tuan ; kita harus berpesta!

KENYUNG: (YANG MASUK TIBA-TIBA) Haaaiittt, astaga! Nyonya,


apakah nyonya sudah kena sihir?
HAMIDA: (YANG TERKEJUT DAN MUNDUR) Nyung, aa, kau ke sini.
Sekarang tolong belikan air buah, es dan kueh-kueh. Ia juga mudah kesal
seperti marah kepada Nunuk hartini yang hanya membayarnya limaribu;
HAMIDA: (MELIHAT KENYUNG DENGAN SUATU BAYANGAN DALAM
BENAKNYA) Iyaa, tapi kikirnya, Nyung.... Itulah yang aku benci. Coba kau
pikir, Aku sudah payah-payah mencarikan dia jodoh, aku sudah berhasil
memilihkan tuan Muchtar sebagai suaminya, tapi kau tahu, Nyung. Berapa
jumlah uang yang kau bawa dalam amplop tadi pagi?
KENYUNG: (MELONGO) Iyaa, Nya. Berapa?
HAMIDA: Cuma limaribu rupiah. Limaribu rupiah! Apa artinya uang
limaribu rupiah pada jaman sekarang? Apa dia pikir jodohnya cuma
berharga sekian? Itu namanya menghina suami dan dirinya sendiri, dan
juga menghina aku! Sudah kucarikan dia jodoh yang sempurna seperti Tuan
Muchtar itu..... Bisa dibilang dia juga memiliki karakter buruk yaitu mudah
percaya terhadap orang yang telah ia senangi;
ARIFIN: Pelayan ini tak tahu adat, nyonya. Dia menuduh yang
bukan-bukan.
HAMIDA: Apa? Tuan dituduhnya?
ARIFIN: A, a, iya, betul, Nyonya!
HAMIDA: Bedebah kau, Kenyung! Berani betul kau! Pasti kau sendiri yang
mencurinya...
KENYUNG: Astaga, nyonya...
HAMIDA: Diam! Kau yang mencurinya! Aku tidak mendapatkannya lagi di
kamar.
KENYUNG: Sungguh mati, nyonya, saya tidak mencuri, berani sumpah....
HAMIDA: Eiit eit eit, kau boleh angkat kaki dari rumah ini..!

Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
7
B. Watak
Watak nyonya Hamida adalah disiplin, bisa dilihat dari dialog berikut;

HAMIDA: Laki-laki, bah! Kerjanya tak lain hanya melanggar janji saja.
Dia sendiri mengatakan mau datang jam sembilan tepat. (MELIHAT
ARLOJINYA) Nah, coba lihat, sekarang sudah jam sembilan tiga puluh.
Hhhh, bosan Aku! (MELIHAT SI KENYUNG YANG LANGSUNG
PURA-PURA MENERUSKAN PEKERJAANNYA). Eeeee, sudah siang
begini kau baru bersih-bersih? Pelayan macam apa kau ini?
KENYUNG: (TERTAWA KECIL KARENA MERASA MENANG). Dia juga
pekerja keras, terlihat dari bagaimana ia mempertahankan kekayaan yang
ditinggalkan suaminya dan bersusah payah mencarikan jodoh untuk
pelanggannya. Hamida termasuk tokoh yang memiliki watak
mengrorganisir;
HAMIDA: (MENGATUR DUDUKNYA DI SEBUAH KURSI)
HAMIDA: Nah, kalau tuan bicara seperti itu, artinya tuan berusaha agak
halus-an sedikit.
ARIFIN: Saya mau membayar berapa saja asal maksud saya tercapai.
HAMIDA: Tentu, tuan. Saya sudah berpengalaman dalam mengurus
hal-halsemacam ini. Tuan tinggal mengerti. (MENYERAHKAN SELEMBAR
FORMULIR)
ARIFIN: (MENERIMA FORMULIR, DAN MULAI MEMBACA) Nama?
Nama saya jelas, Arifin Khaerul.
HAMIDA: Nah, tuan tulislah di situ.
ARIFIN: Nanti dulu. Saya ingin membaca semua pertanyaan yang
tercantum disini.
HAMIDA: Tuan, jawablah dulu pertanyaan-pertanyaan lain yang tertera di
kertas itu.
ARIFIN: (SADAR) Baik, baik, nyonya! (MELOMPAT DUDUK, MEMBACA)
Dia memiliki watak yang sensitive, terlihat dari beberapa dialog dengan
lawan bicaranya, jika mereka ada kata – kata yang dia rasa salah, dia
langsung kesal;
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
8
HAMIDA: Kesalahan apa lagi itu, Nyung? Wah, kau ini benar-benar seekor
kancil yang cerdik, selalu membetulkan kesalahanku dengan tepat. Ehh, kau

tahu...., (MENDEKATI KENYUNG) Kau adalah pelayan yang setia. Aku


cinta padamu....
KENYUNG: Saya, Nyonya. Saya juga demikian kepada nyonya.
(TERSENYUM)
HAMIDA: (TERKEJUT, MARAH) Maksudku, kucintai engkau sebagai
seorang pelayan yang setia, tolol!
HAMIDA: Tuan betul-betul seorang lelaki yang berbudi luhur.
ARIFIN: Ah, nyonya tak usah melebih-lebihkan. Tindakan apa yang telah
saya lakukan hanyalah sebuah hal yang tidak berarti. Semua itu sudah
menjadi kewajiban bagi semua manusia untuk saling tolong-menolong
tanpa mengharapkan imbalan apa-apa. Umpamanya saja seperti...., nah,
contohnya nyonya sendiri ; nyonya sudah terkenal sebagai orang yang suka
menolong tanpa mengharapkan imbalan apa-apa. Bukankah begitu,
nyonya?
HAMIDA: Apa? Tanpa mengharapakan imbalan apa-apa? Maksud tuan?
ARIFIN: Siapa yang bilang begitu?
HAMIDA: Tuan!
ARIFIN: Saya juga tidak mau menyuruh nyonya.
HAMIDA: Sayapun tidak sudi diperbudak!
HAMIDA: Nah, kalau tuan bicara seperti itu, artinya tuan berusaha agak
halus-an sedikit.
ARIFIN: Saya mau membayar berapa saja asal maksud saya tercapai.
HAMIDA: (TAK DAPAT MENAHAN GELI SEHINGGU TERSENYUM
MANIS) Tentu saja, tuan.
ARIFIN: (SETELAH BERPIKIR SESAAT) Tapi, nyonya..., aaa, bagaimana
saya harus menerangkan? Sulit juga.
HAMIDA: Mengapa sulit, tuan?
ARIFIN: Menggaruk kekayaan laki-laki adalah suatu sifat wanita, nyonya.
HAMIDA: (BERDIRI) Tuan menghina saya, menghina saya!
ARIFIN: (TETAP TENANG) Saya tidak bermaksud menghina nyonya.

Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
9
HAMIDA: Berbicara tentang wanita berarti berbicara tentang diri saya
juga, Tuan tahu itu, bukan?

ARIFIN: Siapa yang tidak tahu, nyonya? Ha ha ha ha! (BERDIRI) Saya


tahu, rambut nyonya panjang, hidung nyonya mancung, mata nyonya
meluluhkan hati, dan, dan, ah ha ha ha ha, lengan nyonya seperti dewi
kahyangan!
HAMIDA: (MENGGEBRAK MEJA) Hentikan lelucon tuan! Sekarang
terangkan, apa maksud tuan dengan mengatakan bahwa kaum wanita suka
me-nggaruk kekayaan suaminya.
ARIFIN: Maksud saya..., aaa, maksud saya, nyonya..., yaaa, saya ini telah
men-jadi korban dari sifat wanita yang rendah itu.
HAMIDA: Jangan tuan samakan semua wanita dengan istri tuan!

C. Sifat
Sifat Hamida adalah ia mudah sedih ketika dia mendengar tentang
almarhum suaminya, berkesinambungan dengan wataknya yang sensitive.
Dia juga benci terhadap orang yang telah menipunya, dan tidak memberi
harapan kedua kepada orang tersebut;

ARIFIN: Maafkan saya, nyonya. (BERLUTUT)


HAMIDA: (MUNDUR) Haa, ada apa tuan ini?
ARIFIN: (SAMBIL MENANGIS) Maafkan saya, nyonya. Saya telah
berdusta.. Sesungguhnya saya ini tidak mempunyai apa-apa, nyonya. Saya
tidak mempunyai uang di bank, saya tidak mempunyai sawah, saya....
HAMIDA: Ahhh, janganlah tuan merengek seperti anak kecil.
ARIFIN: Saya miskin, nyonya, Sayalah orang yang paling malang di dunia
ini. Saya yang telah..., ohhhh, maafkan saya, nyonya.
HAMIDA: (TERKEJUT) Haaa, jadi tuan yang telah mencuri uangku?
ARIFIN: Saya cinta pada nyonya, dan karena saya cinta pada nyonya, saya
tak sampai hati untuk mendustai nyonya. Ohh, nyonya, maafkanlah saya.

Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
10
HAMIDA: Aih, angkat kaki dari rumah ini! Tidak, tidak ada maaf bagimu!
ARIFIN: Nyonya..., dulu saya kaya raya, tapi isteriku telah menghabiskan
kekayaanku itu.
HAMIDA: E ee, jangan mengadu padaku! Aku bukan ibumu, aku bukan
polisi, aku..., aku..., (MENANGIS) Pergiii! Pergiiiiii! (MENDORONG

ARIFIN AGAR KELUAR). Sifat Nyonya Hamida adalah tidak enakan


kepada orang yang tidak terlalu dekat, seperti Nunuk Hartini yang hanya
memberi lima ribu namun ia menerimanya, padahal dia merasa kurang
dengan bayaran seperti itu, jika saja dia tidak memiliki sifat tidak enakan
Hamida pasti telah meminta bayaran lebih dari Nunuk. Selain itu Hamida
juga tokoh yang rendah hati, dia selalu ingat dimana dia berasal dan proses
menjadi saudagar, dia tidak tamak untuk mencari suami yang lebih kaya
darinya atau mendiang suaminya, dia hanya ingin memiliki suami yang
tidak mata duitan dan suka menggaruk kekayaan istri;
HAMIDA: (TERPANA SEJENAK, TERHARU, MENGHAMPIRI POTRET
TUAN MANSUR, MENGAMBILNYA, MENELITI SAMPAI BERLINANG,
MENDEKAPNYA ERAT-ERAT). Suamiku memang lelaki yang hebat. Itulah
sebabnya aku cinta setengah mati kepadanya. Dia seorang lelaki yang
paling berbudi dan paling rajin, paling ulet, paling setia, dan yang paling
tidak mata duitan. Suamiku dilahirkan di kalangan rakyat biasa. Sama
seperti aku yang dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang miskin. Yahhh,
tapi berkat keuletannya, dia berhasil mengangkat diri sampai menjadi
orang yang terhormat dan disegani masyarakat. Dia cermat menabung,
menabung untuk membeli rumah ini. Sebagai pedagang, ia tak suka main
sogok untuk mendapatkan lisensi. Ohhh, Tuhan bermata sejuta, Nyung. Dia
tahu dan akan menganugerahi orang yang jujur dan ulet dalam hidup.
Sesudah kaya suamiku almarhum belajar untuk menambah pengetahuan
supaya lebih dihormati oleh masyarakat. D. Ciri Hamida memiliki ciri
ketika dia merasa sudah dekat dengan orang tersebut dia akan memberitahu
sifat aslinya yaitu seperti yg disebutjan tadi. Dia juga memilik ciri untuk
bepakaian rapih, tawanya manis, menunjukan bahasa tubuh atas emosinya,
seperti ketika ia tidak senang terhadap perkataan arifin, arifin mengatakan

Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
11
matanya berputar jika ia tidak senang dan itu membuat arifin meredamkan
amarahnya;
HAMIDA: (MASUK DAN SEOLAH-OLAH HENDAK BERPERGIAN SAJA)
ARIFIN: (TAK SABARAN) O yaa, kalau begitu saya ingin melihat
formulir-formulir itu nyonya.

HAMIDA: (TERTAWA MANIS SEKALI) Saya menyimpan sebuah formulir


yang pasti akan menarik perhatian tuan. Saya harap tuan sabar me-nunggu.
ARIFIN: (TURUT BERDIRI MENCEGAT HAMIDA) Nyonya, tapi nyonya
belum lagi menentukan berapa besarnya jumlah uang yang harus saya
berikan kepada nyonya.
HAMIDA: (PASTI) Perkara pembayaran bisa kita rundingkan nanti, tuan.
(MAU MELANJUTKAN LANGKAHNYA)
ARIFIN: (MENAHAN HAMIDA LAGI) Nanti dulu, nyonya.
HAMIDA: (TERTAWA MANIS) Untuk sementara, namanya tidak penting
untuk tuan ketahu. Kan tuan akan mengetahuinya juga.
ARIFIN: (MELOMPAT BERDIRI) Nyonya! (TERCENGANG) (KE DEPAN
KE ARAH PENONTON) Ahhh, mudahnya dia membuat hatiku hancur luluh.
Aku marah membentak, meng-umpat habis-habisan, dan dia.... Ohhh,
matanya bermain-main, ber-putar-putaran menggoncangkan jantungku.
Akhirnya aku tak bisa marah lagi...
HAMIDA: (MENGANGGUK TERSENYUM)
ARIFIN: Nah, sekarang nyonya, tuliskan namanya. Tentunya dia
mempunyai nama yang indah.
HAMIDA: (MENULIS) ARIFIN: (MEMPERHATIKAN WAJAH HAMIDA
YANG TERUS-TERUSAN TERSENYUM) Ahh, memang nyonya ini cantik,
suka bergurau lagi. Berapa yang nyonya minta dari saya untuk membalas
kebajikan nyonya yang suci ini?
HAMIDA: (MASIH SAMBIL SENYUM MENYERAHKAN FORMULIR)

D. Temperamen

Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
12
Hamida memiliki tempramen yang pendek. Perasaannya didominasi oleh
mood atau suasana hati, kadang ia sangat senang dan kadang ia sangat sedih,
ia juga mudah marah;

HAMIDA: (BERBINAR-BINAR) Bagus, Nyung! Itu buahpikiran yang bagus.


Akan kuperhatikan. Wah, tak kusangka, sekali-kali kau bisa berpikir
demikian cemerlang....

KENYUNG: (SENANG) Saya, Nyonya. Aaaaa, dan kemudian, Nyonya tahu


kesalahan nyonya yang ke dua?
HAMIDA: Kesalahan apa lagi itu, Nyung? Wah, kau ini benar-benar seekor
kancil yang cerdik, selalu membetulkan kesalahanku dengan tepat. Ehh, kau
tahu...., (MENDEKATI KENYUNG) Kau adalah pelayan yang setia. Aku
cinta padamu....
KENYUNG: Saya, Nyonya. Saya juga demikian kepada nyonya.
(TERSENYUM)
HAMIDA: (TERKEJUT, MARAH) Maksudku, kucintai engkau sebagai
seorang pelayan yang setia, tolol!
KENYUNG: Tidak semua laki-laki begitu, Nya, seperti kambing yang
bisanya cuma makan saja. Ada juga kambing yang beranak.
HAMIDA: Mana ada kambing laki-laki bisa beranak? Goblok!
KENYUNG: Itu kan cuma umpama saja, begitu juga tentunya almarhum
suami nyonya.
HAMIDA: (TERPANA SEJENAK, TERHARU, MENGHAMPIRI POTRET
TUAN MANSUR, MENGAMBILNYA, MENELITI SAMPAI BERLINANG,
MENDEKAPNYA ERAT-ERAT). Suamiku memang lelaki yang hebat.
(MENGHAMPIRI RAK BUKU, MENGAMBIL SEBUAH BUKU YANG
TEBAL DAN DIBUKA) Dia belajar dengan tekun. Tetapi aku, aku, mengapa
begitu tolol. Aku tak mau ikut belajar seperti dia! (TERTUNDUK,
MENANGIS)
KENYUNG: Nah, nah, nyonya selalu begitu kalau berbicara tentang Tuan
Mansur, nyonya selalu menangis. Sudahlah, Nya, lupakan saja. Jangan
menangis.
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
13
HAMIDA: Itulah, yung, kalau aku tak kawin, itulah sebabnya. Untuk
laki-laki lain, aku tidak mau mengurangi kekayaan suamiku biar sesenpun.
Kau tahu maksudku, bukan?
KENYUNG: (TERTUNDUK DENGAN PERASAAN HARU)
HAMIDA: (SETELAH TERINGAT SESUATU) Lihat sekarang buktinya!
Seorang lelaki sudah berjanji akan menemui aku jam sembilan. Sekarang
sudah jam sepuluh. Ohh, lelaki memang begitu. Ini satu bukti lagi, satu
bukti lagi tentang kecurangan kaum lelaki.

E. Kebiasaan
Bersikap profesional terhadap pelanggan, meskipun dia hendak
menjodohkan dirinya sendiri. Hamida juga memiliki kebiasaan
mengintrogasi atau mencuriga terhadap orang yang baru dia kenal;

HAMIDA: (KEPADA KENYUNG) Siapa dia? Tanya dulu namanya!


ARIFIN: Nama saya Arifin Khaerul, nyonya. HAMIDA: Tanya, Nyung!
KENYUNG: Nama tuan, siapa?
ARIFIN: Kan barusan sudah kubilangkan.
KENYUNG: Namanya Arifin Khaerul, nya.
ARIFIN: Tanyakan pekerjaannya!
KENYUNG: Pekerjaan tuan, apa?
ARIFIN: (KERAS) Bilang, bilang, aku direktur! Hhhh!
HAMIDA: (LANGSUNG BERHADAPAN) Tuan bohong!
HAMIDA: Tuan bukan direktur!
HAMIDA: Dalam surat yang saya terima, tuan mengabarkan bahwa tuan
bekerja pada perusahaan perkertaapian!
KENYUNG: Nah!
ARIFIN: Iya pelayan, nah! Kalau nyonya sudah tahu, kenapa nyonya
bertanya lagi?
HAMIDA: (GUGUP) A, tuan jangan mempermainkan saya!
ARIFIN: Haa, siapa yang mempermainkan nyonya? Nyonya yang
memper-mainkan saya!
HAMIDA: Sesungguhnya mau apa tuan datang kemari?
ARIFIN: A...., aku...,, aku..., (TERBATUK-BATUK)
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
14
KENYUNG: Nah!
ARIFIN: Aku sudah terhina. Aku tidak mau apa-apa. Aku mau pulang
sekarang. Demi Tuhan, aku merasa tersiksa berada di rumah ini!
HAMIDA: Tapi tuan belum menjelaskan maksud kedatangan tuan....
ARIFIN: Apakah nyonya buta huruf? Apakah nyonya tidak membaca surat
saya? Ohh, pada pokoknya saya tidak punya keperluan apa-apa. (Keluar).
ARIFIN: Saya mau membayar berapa saja asal maksud saya tercapai.

HAMIDA: Tentu, tuan. Saya sudah berpengalaman dalam mengurus


hal-halsemacam ini. Tuan tinggal mengerti. (MENYERAHKAN SELEMBAR
FORMULIR)
ARIFIN: (MENERIMA FORMULIR, DAN MULAI MEMBACA)
HAMIDA: (MENGAWASI ARIFIN DENGAN TAJAM). Jadi tuan,
seandainya saya berhasil mempertemukan tuan dengan seorang janda yang
kaya raya, apakah tuan mau mengawininya lantaran kekayaannya sehingga
dengan adanya kekayaan itu pada waktu berumah tangga nanti, tuan
merasa tuan tidak perlu kerja keras, ataukah memang tuan mempunyai
alasan yang lain daripada alasan yang kuajakan?
ARIFIN: Yaa, tentu saja saya mempunyai alasan yang lain, nyonya. Saya
betul-betul mau bekerja.....
HAMIDA: Tuan Arifin Khaerul, saya mempunyai daftar-daftar tentang
beberapa wanita yang telah meminta pada saya agar saya mau mencarikan
mereka pasangan-pasangan hidup. Berpegang pada formulir-formulir itu,
saya meng-hubungkannya dengan langganan-langganan saya seperti tuan...
ARIFIN: (TAK SABARAN) O yaa, kalau begitu saya ingin melihat
formulir-formulir itu nyonya.
HAMIDA: (TERTAWA MANIS SEKALI) Saya menyimpan sebuah formulir
yang pasti akan menarik perhatian tuan. Saya harap tuan sabar me-nunggu.
(BERDIRI DENGAN MAKSUD PERGI)
ARIFIN: (TURUT BERDIRI MENCEGAT HAMIDA) Nyonya, tapi nyonya
belum lagi menentukan berapa besarnya jumlah uang yang harus saya
berikan kepada nyonya.

Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
15
HAMIDA: (PASTI) Perkara pembayaran bisa kita rundingkan nanti, tuan.
(MAU MELANJUTKAN LANGKAHNYA)
ARIFIN: (MENAHAN HAMIDA LAGI) Nanti dulu, nyonya.
HAMIDA: ( MEMANDANG ARIFIN DENGAN PENUH WIBAWA) Ada apa
tuan?
HAMIDA: Moga-moga Tuhan menganugerahi orang yang jujur!
ARIFIN: Aittt! (TERLOMPAT)
HAMIDA: (MENYERAHKAN SELEMBAR FORMULIR) Barangkali tuan
cocok dengan wanita ini.

ARIFIN: (GUGUP, TERBATUK-BATUK) Ya ya, ya, ya.., a, tenang dulu.


Jantung saya terasa mau pecah.
HAMIDA: (TERTAWA MANIS) Mungkin itu hanya suatu firasat ; firasat ke-
bahagiaan tuan.
HAMIDA: Apakah tuan bosan menghadapi saya?
ARIFIN: Tidak. Sama sekali tidak, nyonya. Saya tidak bosan menghadapi
nyonya. Tapi nyonya sendiri yang menaruh curiga kepada saya.
HAMIDA: Oo, kalau begitu, baiklah. Sekarang tuan bacalah dulu formulir
itu ; barangkali cocok di hati tuan.
HAMIDA: Saya ingin bertanya lebih lanjut kepada tuan....
ARIFIN: Silahkan, nyonya.
HAMIDA: Dalam formulir ini ditulis begini ; saya seorang janda, umur 31
tahun saya memiliki kekayaan....
ARIFIN: Nyonya Hamida Mansur ; untuk kesekian kalinya saya tegaskan,
saya mau kawin bukanlah karena saya tergila-gila dengan kekayaannya.
Saya mau kawin dengan janda itu karena saya ingin mendapatkan
kebahagiaan!
HAMIDA: (GUGUP JUGA) Aa, dengar dulu, tuan. Pertanyaan saya belum
selesai…
HAMIDA: Nah, tuan, sekarang perhatikan dulu formulir yang dia isi ini.
Lebih lanjut dia menulis ; saya memiliki kekayaan, suami yang saya
idam-idamkan.... Nah, bagaimana ; apakah tuan setuju?
ARIFIN: Setuju sekali, nyonya!
HAMIDA: Betul?
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
16
ARIFIN: Betul, nyonya!
HAMIDA: Tuan bersedia mengawininya bukan lantaran dia kaya?
ARIFIN: O hoho! (LEMAS) Saya peringatkan sekali lagi, nyonya ; saya
mau mengawininya karena saya mencintainya.
HAMIDA: Yang betul saja, tuan! Bagaimana tuan bisa mengatakan cinta
sementara tuan sendiri belum mengenal orangnya?
ARIFIN: Maka itulah, nyonya, Nyonya harus memperkenalkan dulu
orangnya

HAMIDA: (MASIH SAMBIL SENYUM MENYERAHKAN FORMULIR)


ARIFIN: (MEMBACA, TERKEJUT) Nyonya, nyonya bergurau? Mengapa
nama nyonya, nyonya tuliskan disini?
HAMIDA: (MENUNDUK SAMBIL MENYEKAP MULUTNYA)
ARIFIN: Jadi..., jadi, nyonya, nyonya, ohhhh...., (MENGAMBIL TANGAN
HAMIDA DAN MENCIUMNYA) Nyonya betul-betul mau kawin dengan
saya?
HAMIDA: (BERDIRI) Tuan mau minum apa? Orients Krush

Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
17
BAB 2
ANALISIS BERDASAR TEORI MASLOW

1. Kebutuhan Hirarki Maslow


A. Kebutuhan Fisiologis
Di dalam kebutuhan ini kami menganalisa bahwa Hamida sangatlah
tercukupi dengan kehidupannya yang hedon, ia mampu minum dan makan
tanpa kesusahan, namun untuk kebutuhan seks aku rasa tidak tercukupi
lantaran sudah ditinggal Tuan mansur.

HAMIDA : "Bagaimana aku tidak tertawa, Nyung? Kau pikir aku ini siapa? Aku

ini bukan janda miskin, Nyung. Ibarat rumah, rumah ini tidak kosong

.... "

Menurut dialog tersebut dia mengatakan dia bukan janda miskin, yang
berarti tentu saja hidupnya cukup untuk Makan, Minum dan kebutuhan
Fisiologis lainnya. Hal yang membuktikan dia cukup di dalam kebutuhan
fisiologis adalah dia memiliki seorang pelayan yang dia bayar, kalau dia
mampu membayar pelayan, maka dia juga mampu untuk kebutuhan makan,
minum yang sehat dan bergizi.
Kesimpulan : Nyonya Hamida memiliki kebutuhan Fisiologis yang Cukup.

B. Kebutuhan Keamanan

Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
18
Di dalam kebutuhan keamanan kami menganalisa bahwa Hamida tentu
cukup, di bidang pekerjaan ia sangat menyukainya dengan bayaran yang
cukup dan warisan peninggalan suaminya yang begitu banyak untuk
bertahan hidup. Dan juga Hamida adalah orang yang suka Curiga terhadap
lelaki yang ingin mendekatinya, sebab ia merasa lelaki tersebut hanya ingin
hartanya.

Hamida : "....Suamiku dilahirkan di kalangan rakyat biasa. Sama seperti aku yang dilahirkan di
tengah-tengah keluarga yang miskin. Yahhh, tapi berkat keuletannya, dia berhasil mengangkat diri
sampai menjadi orang yang terhormat dan disegani masyarakat. Dia cermat menabung,
menabung untuk membeli rumah ini. Sebagai pedagang, ia tak suka main sogok untuk
mendapatkan lisensi... "

Di dalam dialog ini membuktikan bahwa sebelum suaminya meninggal,


almarhum suaminya sudah memberikannya warisan yang cukup untuk
Hamida, di tambah juga Hamida bekerja sebagai Biro jodoh yang tentunya
dia juga dibayar dalam pekerjaan itu.

Hamida : ".....Kalau ada laki-laki yang suka kawin dengan janda, kau tahu sebabnya,
Nyung? Lelaki itu inginkan harta-nya. (MENENANGKAN DIRI) Hhhh, pada pokoknya
mencari jodoh itu lebih sulit daripada mencari kutu di kepala. "

dan di dalam dialog ini Hamida juga curiga terhadap lelaki yang ingin
mendekatinya, sebab ia takut lelaki tersebut hanya ingin hartanya. Curiga
tersebut adalah bentuk kebutuhan keamanan dalam diri Hamida.
Kesimpulan : Hamida memiliki kebutuhan Keamanan yang cukup.

C. Kebutuhan Cinta dan Dicintai


Soal Deficiensy atau D-love yaitu kebutuhan cinta karena kekurangan dan
membuat dirinya tidak sendirian. Hamida adalah orang yang telah memiliki
cinta sejati, yaitu Tuan Mansur, namun Tuan Mansur meninggal dunia.
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
19
Setelah lama hal itu terjadi Hamida yang anti untuk mendekati lelaki lain,
suatu ketika menemui seorang Arifin untuk melengkapi kebutuhan cinta
nya, namun dalam waktu singkat ia kehilangan Arifin lagi, karena Arifin
telah menipunya, namun menurut Analisa kami Hamida tetap memiliki
kebutuhan cinta tersebut dari Tuan Mansur walaupun telah tiada.

HAMIDA : "Dengar, tuan. Sejak sekian lama orang-orang seperti saya dan
tuan hidup dalam kesepian. Saya belum mau kawin lagi karena saya kuatir
suami saya nanti hanya berhasrat menghabiskan harta saya. Sekarang...."
ARIFIN : "Sekarang kita kawin dinda!"

Dialog tersebut adalah ketika Hamida mengatakan cinta kepada Arifin, dan
bukti Bahwa Hamida telah memiliki cinta Tuan Mansur adalah, dia selalu
bercerita tentang suaminya dan selalu dibanggakan nya ke orang yang
sedang diajak bicaranya.

D. Kebutuhan Harga Diri

Kebutuhan harga diri terbagi dua, yaitu menghargai diri sendiri dan
penghargaan dari orang lain. Contoh Hamida menghargai diri sendiri adalah
Hamida mampu hidup mandiri dengan kebebasan tanpa ada yang mengatur,
ia bangga dengan diri nya yang mampu bertahan hidup dengan membiayai
hidupnya sendiri lewat keahliannya mencari jodoh.

HAMIDA : "....Tapi kau juga sudah lupa, nyonya Nunuk Hartini yang baru
saja kau sebutkan itu sudah bukan janda lagi. Dia sekarang sudah menjadi
Nyonya Muchtar. Kau tahu itu bukan? Baru seminggu yang lalu mereka
menikah..."

Dalam dialog ini dia cukup bangga sebagai seorang biro jodoh yang mampu
mencarikan orang lain jodoh.

Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
20
Sedangkan apresiasi atau penghargaan dari orang lain terhadap Hamida
adalah Hamida mampu di percaya mencarikan jodoh untuknya sehingga
orang - orang selalu datang kepada untuk mencari jodoh.

Arifin : "....Umpamanya saja seperti...., nah, contohnya nyonya sendiri ;


nyonya sudah terkenal sebagai orang yang suka menolong tanpa
mengharapkan imbalan apa-apa. Bukankah begitu, nyonya?"

Di dalam dialog ini mengatakan bahwa Hamida telah di percaya oleh orang
- orang dalam menangani pencarian jodoh.

Simpulan : Di dalam Kebutuhan Harga diri Nyonya Hamida sudah


tercukupi

E. Kebutuhan Aktualisasi
di dalam kebutuhan Aktualisasi kami menganalisa bahwa Nyonya Hamida
belum tercukupi, sebab ia masih mempunyai sifat berpikiran buruk terhadap
orang lain dan mengharapkan imbalan dari sebuah pertolongan.

HAMIDA :" Cuma limaribu rupiah. Limaribu rupiah! Apa artinya uang
limaribu rupiah pada jaman sekarang? Apa dia pikir jodohnya cuma
berharga sekian? Itu namanya menghina suami dan dirinya sendiri, dan
juga menghina aku! Sudah kucarikan dia jodoh yang sempurna seperti Tuan
Muchtar itu....."

Di dalam dialog ini menyatakan bahwa, Nyonya Hamida masih memiliki


sifat mengharapkan imbalan dan tidak ikhlas dalam menjalani suatu
pekerjaan. Yaitu jauh dari sifat Aktualisasi.

HAMIDA : (MELIHAT KENYUNG DENGAN SUATU BAYANGAN DALAM


BENAKNYA)" Iyaa, tapi kikirnya, Nyung.... Itulah yang aku benci. Coba kau
pikir, Aku sudah payah-payah mencarikan dia jodoh, aku sudah berhasil
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
21
memilihkan tuan Muchtar sebagai suaminya, tapi kau tahu, Nyung. Berapa
jumlah uang yang kau bawa dalam amplop tadi pagi?"

Di dalam dialog ini juga menyatakan bahwa Hamida jauh dari kata
aktualisasi diri.

Simpulan : Nyonya Hamida belum mencapai Aktualisasi diri.

2. Kebutuhan Neurotik
Di dalam kebutuhan Neurotik Nyonya Hamida tidak memiliki kebutuhan
tersebut sebab, ia telah memiliki empat kebutuhan hirarki dasar seorang
manusia.

SIMPULAN
ANALISIS NASKAH

Hasil analisis kami tentang tokoh Hamida di Naskah Tuan Kondektur Karya Anton
Checkov dengan Penyandur Emillia Rossa tentang kaitannya dengan Teori
Hierarki Kebutuhan Maslow adalah bahwa Nyonya Hamida telah memiliki empat
kebutuhan dasar yaitu kebutuhan Fisiologis, kebutuhan keamanan, Kebutuhan
Cinta dan Kebutuhan Harga diri melalui beberapa alasan yang sudah kami tuturkan
di atas. Setelah memiliki empat kebutuhan dasar tersebut, maka kami
menyimpulkan bahwa Nyonya Hamida tidak memiliki Kebutuhan Neurotik. Selain
itu juga untuk kebutuhan Meta yaitu Aktualisasi Diri, Nyonya Hamida juga belum
sampai ke titik tersebut, dengan alasan-alasan yang telah kami berikan.

Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
22

Anda mungkin juga menyukai