PSIKOLOGI TEATER II
“Analisis Naskah Tuan Kondektur
Berdasarkan Teori Abraham Maslow”
Dwi Rahmatunnisa
Gilang Ramadhan
Mia Sumiati
Rahmat Aprilianto
Resa Ramadhan
1. Sinopsis
Tuan Kondektur bercerita tentang seorang Tuan Kondektur yang sedang
mencari jodohnya, lewat biro jodoh yang bernama Hamida, Seorang janda
yang telah ditinggal suaminya. Tuan Kondektur bercerita banyak kepada
Nyonya Hamida, yaitu tentang kekayaannya, pekerjaannya sebagai Tuan
Kondektur, Sifatnya dan lain - lain. Lakon cerita yang terjadi di rumah
Nyonya Hamida tersebut berjalan cukup menarik, ditambah dengan adanya
pelayan di rumah tersebut yaitu Kenyung, yang selalu setia menjaga Nyonya
Hamida. Meskipun Hamida adalah seorang Biro jodoh, namun dirinya
sendiri tidak bisa mencari jodoh. Sampai ketika datangnya Tuan Kondektur
tersebut, ia mendapatkan cintanya kembali, sebab perkataan manis dan bijak
dari Tuan Kondektur yang bernama Arifin itu telah merebut Nyonya
Hamida. Sayangnya cinta itu hanya sebentar dan berubah menjadi benci,
setelah Arifin mengaku bahwa dia hanyalah seseorang yang miskin, Nyonya
Hamida marah, merasa kecewa dan percaya bahwa lelaki yang ingin
mendekatinya hanya ingin dengan hartanya.
2. Biografi Pengarang
Anton Pavlovich Chekhov (Анто́н Па́влович Че́хов) (29 Januari 1860 –
15 Juli 1904) (Kalender Julian: 17 Januari 1860 – 2 Juli 1904) adalah
seorang penulis besar Rusia yang terkenal terutama karena cerpen-cerpen
dan dramanya. Banyak dari cerpennya dianggap sebagai apotheosis dari
bentuk sementara dramanya, meskipun hanya sedikit - dan hanya empat
yang dianggap besar - mempunyai dampak yang besar dalam literatur dan
pertunjukan drama. Chekhov lebih dikenal di Rusia modern karena ratusan
cerpennya, dan banyak di antaranya dianggap merupakan adikarya dalam
bentuk karangan tersebut. Namun drama-dramanya juga memberikan
pengaruh yang mendalam terhadap drama abad ke-20. Dari Chekhov,
banyak pengarang drama kontemporer belajar bagaimana memanfaatkan
suasana hati,
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
2
hal-hal yang kelihatannya tidak berarti dan inaksi (berdiam diri) untuk
menyoroti psikologi batin para tokohnya. Keempat drama utama Chekhov -
Burung Camar, Paman Vanya, Tiga Saudari, dan Kebun Ceri sering kali
ditampilkan kembali dalam pementasan-pementasan modern..
3. Biografi Naskah
Checkov mulai menulis pada tahun 1880 di Moskwa, sedangkan Checkov
baru menulis Naskah drama sekitar tahun 1888.Saya kurang tahu tepat dan
pastinya, namun tahun 1888 - 1900 adalah masa kejayaan Checkov dengan
empat naskah adikarya nya yaitu Pinangan, Burung Camar, Kebun Ceri,
Paman Vanya. Diantara adikarya itu terselip banyak naskah yang salah
satunya adalah Tuan Kondektur. Tuan Kondektur adalah satu dari banyak
naskah yang mengandung komedi ala Checkov, dan satu dari banyak naskah
tentang rumah tangga. Yang kemungkinan naskah-naskah seperti itu tercipta
dari kebiasaan Checkov yang melihat ciri khas rumah tangga di Russia entah
di Moskwa, Melikovo atau Yalta. Ketiga tempat tersebut adalah tempat
Checkov Menulis.
Jika di cari dalam sejarah, ternyata pada masa itu memang di Rusia
Perjodohan memang jadi sebuah tradisi. Para mak comblang biasanya
wanita dan seringnya para janda yang berani berusaha. Mereka akan
kesulitan untuk menghidupi diri mereka sendiri jika tak melakukan
pekerjaan itu, karenanya akan bekerja secara komprehensif. Saat mencari
kecocokan yang potensial, mereka jelas perlu memastikan bahwa calon
pasangan itu bukan kerabat dekat. Setelah itu, mereka akan lanjut melihat
sejarah keluarga, kekayaan, dan status sosial, bahkan kebudayaan serta
kehidupan sehari-harinya. Jika semua selesai, barulah ia mengusulkan
penawaran perjodohan. Hanya sedikit orang yang memahami psikologi
manusia sebaik mak comblang di Kekaisaran Rusia.
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
3
4. Biografi Penyadur
Naskah ini disadur oleh Emilia Sanossa dan Elanda Rossi. Menurut Elanda
Rossi yang disadur hanyalah kebangsaan para pelakunya dan lingkungan
ceritanya saja: ialah lingkungan alam Indonesia. Tetapi bagaimanapun juga
nampaknya yang sekarang, jelas benar masih kelihatan tanda-tanda Chekov
yang juga nampak dalam “Pinangan” dan “Orang Kasar”. Lelucon yang
dikandung ketiga sandiwara itu sama-sama bukan lelucon cerdas.
Leluconnya adalah lelucon plot. Jadi isi ceritanya memang sudah lucu.
Persamaan selanjutnya ialah ketiga-tiganya mencapai puncak kelucuannya
justru melewati adegan-adegan di mana para pelakunya marah-marah.
Chekov yang lembut hati itu rupanya hendak memuaskan dirinya dengan
mentertawakan orang-orang yang suka bertengkar dengan tiga buah
sandiwaranya. Di dalam ketiga sandiwaranya ini ia menyuguhkan adegan
bertengkar yang hebat yang apabila ditonton maka para penontonnya akan
tertawa terbahak-bahak dan berkata pada dirinya sendiri; “lihatlah,
bagaimana orang-orang tolol itu bertengkar! Mereka bersitegang leher
semata-mata hanya spaya kelihatan makin tolol saja!” – lebih dari itu ketiga
sandiwara Chekov itu tak berisi apa-apa. Ketiga sandiwaranya itu bukanlah
sandiwara-sandiwaranya yang terpenting. Tentu saja!!! Semua orang sudah
tahu itu!.
5. Biografi Tokoh
Secara Fisiologis, Hamida adalah seseorang wanita yang berumur 31 Tahun,
Rambutnya panjang, hidungnya mancung dan cantik, dibuktikan di dalam
dialog berikut
dan
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
4
HAMIDA : "Dalam formulir ini ditulis begini ; saya seorang janda,
umur 31 tahun"
Secara Sosiologis Hamida adalah seorang janda kaya raya, yang bekerja
sebagai biro jodoh yang sudah dipercaya orang banyak, dibuktikan di dalam
dialog berikut :
Secara Historis, Hamida adalah seorang wanita yang memiliki suami Tuan
Mansur, awalnya mereka adalah orang yang miskin, namun karena rajin dan
uletnya tuan Mansur, hal itu mampu mengangkat derajat keluarga mereka,
sayangnya di umur Hamida yang masih 31 tahun, Tuan Mansur sudah
meninggal dunia, namun Nyonya Hamida tidak kesepian dia ditemani
pelayan setianya yaitu kenyung. Dibuktikan di dalam dialog :
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
5
6. Kedudukan Tokoh Dalam Cerita
Kedudukannya Tokoh Hamida dalam Naskah Tuan Kondektur adalah tokoh
protagonis atau tokoh utama, Alasan nyonya Hamida menjadi tokoh utama
di cerita adalah karena dia ada sentral cerita sebagai biro jodoh, latar
tempatnya pun ada dirumahnya.
7. Kepribadian Tokoh
A. Karakter
Ia memiliki karakter yang baik untuk orang yang sudah lama ia kenal,
namun ia tidak berkarakter baik untuk orang yang baru ia kenal, di dalam
naskah dia begitu baik dan ramah kepada Kenyung pelayannya, dan tidak
ramah atau sombong kepada Arifin orang yang baru ia kenal;
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
7
B. Watak
Watak nyonya Hamida adalah disiplin, bisa dilihat dari dialog berikut;
HAMIDA: Laki-laki, bah! Kerjanya tak lain hanya melanggar janji saja.
Dia sendiri mengatakan mau datang jam sembilan tepat. (MELIHAT
ARLOJINYA) Nah, coba lihat, sekarang sudah jam sembilan tiga puluh.
Hhhh, bosan Aku! (MELIHAT SI KENYUNG YANG LANGSUNG
PURA-PURA MENERUSKAN PEKERJAANNYA). Eeeee, sudah siang
begini kau baru bersih-bersih? Pelayan macam apa kau ini?
KENYUNG: (TERTAWA KECIL KARENA MERASA MENANG). Dia juga
pekerja keras, terlihat dari bagaimana ia mempertahankan kekayaan yang
ditinggalkan suaminya dan bersusah payah mencarikan jodoh untuk
pelanggannya. Hamida termasuk tokoh yang memiliki watak
mengrorganisir;
HAMIDA: (MENGATUR DUDUKNYA DI SEBUAH KURSI)
HAMIDA: Nah, kalau tuan bicara seperti itu, artinya tuan berusaha agak
halus-an sedikit.
ARIFIN: Saya mau membayar berapa saja asal maksud saya tercapai.
HAMIDA: Tentu, tuan. Saya sudah berpengalaman dalam mengurus
hal-halsemacam ini. Tuan tinggal mengerti. (MENYERAHKAN SELEMBAR
FORMULIR)
ARIFIN: (MENERIMA FORMULIR, DAN MULAI MEMBACA) Nama?
Nama saya jelas, Arifin Khaerul.
HAMIDA: Nah, tuan tulislah di situ.
ARIFIN: Nanti dulu. Saya ingin membaca semua pertanyaan yang
tercantum disini.
HAMIDA: Tuan, jawablah dulu pertanyaan-pertanyaan lain yang tertera di
kertas itu.
ARIFIN: (SADAR) Baik, baik, nyonya! (MELOMPAT DUDUK, MEMBACA)
Dia memiliki watak yang sensitive, terlihat dari beberapa dialog dengan
lawan bicaranya, jika mereka ada kata – kata yang dia rasa salah, dia
langsung kesal;
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
8
HAMIDA: Kesalahan apa lagi itu, Nyung? Wah, kau ini benar-benar seekor
kancil yang cerdik, selalu membetulkan kesalahanku dengan tepat. Ehh, kau
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
9
HAMIDA: Berbicara tentang wanita berarti berbicara tentang diri saya
juga, Tuan tahu itu, bukan?
C. Sifat
Sifat Hamida adalah ia mudah sedih ketika dia mendengar tentang
almarhum suaminya, berkesinambungan dengan wataknya yang sensitive.
Dia juga benci terhadap orang yang telah menipunya, dan tidak memberi
harapan kedua kepada orang tersebut;
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
10
HAMIDA: Aih, angkat kaki dari rumah ini! Tidak, tidak ada maaf bagimu!
ARIFIN: Nyonya..., dulu saya kaya raya, tapi isteriku telah menghabiskan
kekayaanku itu.
HAMIDA: E ee, jangan mengadu padaku! Aku bukan ibumu, aku bukan
polisi, aku..., aku..., (MENANGIS) Pergiii! Pergiiiiii! (MENDORONG
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
11
matanya berputar jika ia tidak senang dan itu membuat arifin meredamkan
amarahnya;
HAMIDA: (MASUK DAN SEOLAH-OLAH HENDAK BERPERGIAN SAJA)
ARIFIN: (TAK SABARAN) O yaa, kalau begitu saya ingin melihat
formulir-formulir itu nyonya.
D. Temperamen
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
12
Hamida memiliki tempramen yang pendek. Perasaannya didominasi oleh
mood atau suasana hati, kadang ia sangat senang dan kadang ia sangat sedih,
ia juga mudah marah;
E. Kebiasaan
Bersikap profesional terhadap pelanggan, meskipun dia hendak
menjodohkan dirinya sendiri. Hamida juga memiliki kebiasaan
mengintrogasi atau mencuriga terhadap orang yang baru dia kenal;
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
15
HAMIDA: (PASTI) Perkara pembayaran bisa kita rundingkan nanti, tuan.
(MAU MELANJUTKAN LANGKAHNYA)
ARIFIN: (MENAHAN HAMIDA LAGI) Nanti dulu, nyonya.
HAMIDA: ( MEMANDANG ARIFIN DENGAN PENUH WIBAWA) Ada apa
tuan?
HAMIDA: Moga-moga Tuhan menganugerahi orang yang jujur!
ARIFIN: Aittt! (TERLOMPAT)
HAMIDA: (MENYERAHKAN SELEMBAR FORMULIR) Barangkali tuan
cocok dengan wanita ini.
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
17
BAB 2
ANALISIS BERDASAR TEORI MASLOW
HAMIDA : "Bagaimana aku tidak tertawa, Nyung? Kau pikir aku ini siapa? Aku
ini bukan janda miskin, Nyung. Ibarat rumah, rumah ini tidak kosong
.... "
Menurut dialog tersebut dia mengatakan dia bukan janda miskin, yang
berarti tentu saja hidupnya cukup untuk Makan, Minum dan kebutuhan
Fisiologis lainnya. Hal yang membuktikan dia cukup di dalam kebutuhan
fisiologis adalah dia memiliki seorang pelayan yang dia bayar, kalau dia
mampu membayar pelayan, maka dia juga mampu untuk kebutuhan makan,
minum yang sehat dan bergizi.
Kesimpulan : Nyonya Hamida memiliki kebutuhan Fisiologis yang Cukup.
B. Kebutuhan Keamanan
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
18
Di dalam kebutuhan keamanan kami menganalisa bahwa Hamida tentu
cukup, di bidang pekerjaan ia sangat menyukainya dengan bayaran yang
cukup dan warisan peninggalan suaminya yang begitu banyak untuk
bertahan hidup. Dan juga Hamida adalah orang yang suka Curiga terhadap
lelaki yang ingin mendekatinya, sebab ia merasa lelaki tersebut hanya ingin
hartanya.
Hamida : "....Suamiku dilahirkan di kalangan rakyat biasa. Sama seperti aku yang dilahirkan di
tengah-tengah keluarga yang miskin. Yahhh, tapi berkat keuletannya, dia berhasil mengangkat diri
sampai menjadi orang yang terhormat dan disegani masyarakat. Dia cermat menabung,
menabung untuk membeli rumah ini. Sebagai pedagang, ia tak suka main sogok untuk
mendapatkan lisensi... "
Hamida : ".....Kalau ada laki-laki yang suka kawin dengan janda, kau tahu sebabnya,
Nyung? Lelaki itu inginkan harta-nya. (MENENANGKAN DIRI) Hhhh, pada pokoknya
mencari jodoh itu lebih sulit daripada mencari kutu di kepala. "
dan di dalam dialog ini Hamida juga curiga terhadap lelaki yang ingin
mendekatinya, sebab ia takut lelaki tersebut hanya ingin hartanya. Curiga
tersebut adalah bentuk kebutuhan keamanan dalam diri Hamida.
Kesimpulan : Hamida memiliki kebutuhan Keamanan yang cukup.
HAMIDA : "Dengar, tuan. Sejak sekian lama orang-orang seperti saya dan
tuan hidup dalam kesepian. Saya belum mau kawin lagi karena saya kuatir
suami saya nanti hanya berhasrat menghabiskan harta saya. Sekarang...."
ARIFIN : "Sekarang kita kawin dinda!"
Dialog tersebut adalah ketika Hamida mengatakan cinta kepada Arifin, dan
bukti Bahwa Hamida telah memiliki cinta Tuan Mansur adalah, dia selalu
bercerita tentang suaminya dan selalu dibanggakan nya ke orang yang
sedang diajak bicaranya.
Kebutuhan harga diri terbagi dua, yaitu menghargai diri sendiri dan
penghargaan dari orang lain. Contoh Hamida menghargai diri sendiri adalah
Hamida mampu hidup mandiri dengan kebebasan tanpa ada yang mengatur,
ia bangga dengan diri nya yang mampu bertahan hidup dengan membiayai
hidupnya sendiri lewat keahliannya mencari jodoh.
HAMIDA : "....Tapi kau juga sudah lupa, nyonya Nunuk Hartini yang baru
saja kau sebutkan itu sudah bukan janda lagi. Dia sekarang sudah menjadi
Nyonya Muchtar. Kau tahu itu bukan? Baru seminggu yang lalu mereka
menikah..."
Dalam dialog ini dia cukup bangga sebagai seorang biro jodoh yang mampu
mencarikan orang lain jodoh.
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
20
Sedangkan apresiasi atau penghargaan dari orang lain terhadap Hamida
adalah Hamida mampu di percaya mencarikan jodoh untuknya sehingga
orang - orang selalu datang kepada untuk mencari jodoh.
Di dalam dialog ini mengatakan bahwa Hamida telah di percaya oleh orang
- orang dalam menangani pencarian jodoh.
E. Kebutuhan Aktualisasi
di dalam kebutuhan Aktualisasi kami menganalisa bahwa Nyonya Hamida
belum tercukupi, sebab ia masih mempunyai sifat berpikiran buruk terhadap
orang lain dan mengharapkan imbalan dari sebuah pertolongan.
HAMIDA :" Cuma limaribu rupiah. Limaribu rupiah! Apa artinya uang
limaribu rupiah pada jaman sekarang? Apa dia pikir jodohnya cuma
berharga sekian? Itu namanya menghina suami dan dirinya sendiri, dan
juga menghina aku! Sudah kucarikan dia jodoh yang sempurna seperti Tuan
Muchtar itu....."
Di dalam dialog ini juga menyatakan bahwa Hamida jauh dari kata
aktualisasi diri.
2. Kebutuhan Neurotik
Di dalam kebutuhan Neurotik Nyonya Hamida tidak memiliki kebutuhan
tersebut sebab, ia telah memiliki empat kebutuhan hirarki dasar seorang
manusia.
SIMPULAN
ANALISIS NASKAH
Hasil analisis kami tentang tokoh Hamida di Naskah Tuan Kondektur Karya Anton
Checkov dengan Penyandur Emillia Rossa tentang kaitannya dengan Teori
Hierarki Kebutuhan Maslow adalah bahwa Nyonya Hamida telah memiliki empat
kebutuhan dasar yaitu kebutuhan Fisiologis, kebutuhan keamanan, Kebutuhan
Cinta dan Kebutuhan Harga diri melalui beberapa alasan yang sudah kami tuturkan
di atas. Setelah memiliki empat kebutuhan dasar tersebut, maka kami
menyimpulkan bahwa Nyonya Hamida tidak memiliki Kebutuhan Neurotik. Selain
itu juga untuk kebutuhan Meta yaitu Aktualisasi Diri, Nyonya Hamida juga belum
sampai ke titik tersebut, dengan alasan-alasan yang telah kami berikan.
Kelompok 4
Psikologi 2 : Analisis Maslow dalam Naskah Tuan Kondektur
22