KELAS: MA.19.C.4
1. A.
Pendapatan Konsumen
Jumlah Penduduk
Selera Konsumen
Perubahan yang diramalkan akan terjadi dimasa datang akan dapat memengaruhi
demand. Jika para konsumen meramalkan bahwa akan terjadi kenaikan harga-
harga barang di masa mendatang, maka pada saat sekarang konsumen akan
melakukan pembelian yang lebih banyak terhadap barang-barang yang akan
mengalami kenaikan harga tersebut.
1.Kebutuhan Fisik
Kebutuhan fisik adalah kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan tubuh manusia
untuk mempertahankan hidup. Kebutuhan tersebut meliputi makanan, air, udara,
rumah, pakaian, dan seks. Sebagai negara berkembang, dengan pengeluaran penduduk
Indonesia yang masih bergelut untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
2.Kebutuhan Keamanan
Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan tingkat kedua setelah kebutuhan dasar. Ini
merupakan kebutuhan perlindungan bagi fisik manusia. Manusia membutuhkan
perlindungan dari gangguan kriminalitas, sehingga ia dapat hidup dengan aman dan
nyaman ketika berada di rumah maupun ketika berpergian.
3.Kebutuhan Sosial
Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman terpenuhi, manusia membutuhkan rasa cinta
dari orang lain, rasa memiliki dan dimiliki, serta diterima oleh orang-orang di
sekelilingnya. Inilah kebutuhan ketiga dari Maslow yaitu kebutuhan sosial. Kebutuhan
tersebut berdasarkan kepada perlunya berhubungan satu dengan lainnya. Pernikahan
dan keluarga adalah cermin kebutuhan sosial yang dipraktekkan oleh manuisa.
Keluarga adalah lembaga sosial yang mengikat anggota-agotanya secara fisik dan
emosional. Sesama anggota saling membutuhkan, menyayangi, saling melindungi.
4.Kebutuhan Penghargaan
Derajat tertinggi atau ke lima dari kebutuhan adalah keinginan dari individu untuk
menjadikan dirinya sebagai orang yang terbaik sesuai dengan potensi dan kemampuan
yang dimilikinya. Seorang individu perlu mengekspresikan dirinya dalam suatu
aktivitas untuk membuktikan dirinya bahwa ia mampu melakukan hal tersebut.
Kebutuhan aktualisasi diri juga menggambarkan keinginan seseorang untuk
mengetahui, memahami, dan membentuk suatu sistem nilai, sehingga ia dapat
mempengaruhi orang lain. Kebutuhan aktualisasi diri adalah keinginan untuk bisa
menyampaikan ide, gagasan, dan sistem nilai yang diyakininya kepada orang lain.
Dari teori di atas, tergambar bahwa kebutuhan merupakan salah satu faktor penting
pada motivasi diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan, termasuk peranannya
sebagai seorang konsumen. Tentang hal ini, telah banyak disampaikan oleh para
master pemasaran, diantaranya oleh James F. Engel (1994), yang menyatakan bahwa
mengerti dan mengadaptasi motivasi dan perilaku konsumen bukanlah pilihan –
keduanya adalah kebutuhan mutlak untuk kelangsungan hidup kompetitif. Oleh
karena itu, Teori Maslow dengan tingkat-tingkat kebutuhan, memberi pengarahan
terhadap para tenaga pemasar dalam memahami cara menentukan macam produk, dan
menyesuaikannya dengan kehidupan konsumen.
Jika diperhatikan dengan seksama, maka perubahan perilaku pembeli dapat terlihat
jelas, dimana sekarang setiap orang menggunakan smartphone untuk melakukan sebuah
pembelian dan lebih lengkapnya dibahas dibawah oleh ahli yang terkait.
“Di lihat dari sisi data yang dipunyai oleh ADA, yang berhubungan dengan dunia
industri ada perubahan signifikan di akhir tahun 2020 setelah terjadinya pandemi
Covid-19 yang masuk ke Indonesia, terutama perilaku berbelanja di tiga area utama,
yaitu footfall jumlah pelanggan dan pengunjung yang mendatangi mall secara langsung
atau secara fisik. Kedua, dunia pariwisata dan yang ketiga eCommerce mengalami
peningkatan penjualan yang signifikan” ujar Yoga
Yoga juga menjelaskan, “pada pandemi seperti saat ini masyarakt banyak
melakukan online shopping dibanding harus ke mall. Persona terkait yang terlihat
terlibat secara luas dengan layanan eCommerce adalah mereka yang tertarik pada
aksesori mobil, home and living, serta kategori kebugaran. Tiga barang tersebut
mempengaruhi konsumsi dan ekonomi brand. Dari hal tersebut kita bisa melihat
kedepannya potensi orang lebih ke home oriented, personal oriented dan bersosialisasi
lebih ke pola online”
Rekomenadi dari ADA untuk membantu mempertahankan bisnis di masa pandemi saat
ini, yaitu differentiation brand, identifikasi, evaluasi dan lebih mengetahui
target audience atau taget consumers.
Pada dasarnya perilaku membeli di era digital ini sangatlah berbeda dengan perilaku
konsumen sebelumnya dimana untuk mendapatkan sebuah barang ataupun jasa haruslah
keluar rumah, yang berbeda dengan sekarang dimana tinggal duduk santai dirumah saja
kita bisa langsung berbelanja dan pastinya lebih praktis dan lebih mudah, perilaku
konsumen ini yang umum dilakukan oleh banyak orang telah kita rangkum dibawah,
yaitu
Sebagian besar konsumen Indonesia akan lebih dulu mencari tahu kualitas dari produk
yang dibutuhkan dari review yang ada di internet. Biasanya mereka akan memanfaatkan
halaman pencarian Google, media sosial, atau kolom testimonial yang terdapat pada
toko online Anda.
Oleh karena itu, untuk bisa lebih unggul dibandingkan dengan kompetitor, pastikan Anda
selalu memberikan kualitas produk dan layanan yang terbaik kepada pelanggan.
Hal ini penting untuk diperhatikan sebab seluruh informasi bisa dengan mudah
didapatkan oleh pelanggan Anda dari seluruh penjuru dunia.
Dengan demikian, kepuasan pelanggan secara keseluruhan adalah tujuan utama yang
wajib dicapai oleh seluruh brand, terlepas dari apapun bidang industri yang digeluti.
Di era digital seperti saat ini, harga murah tidak lagi menjadi satu-satunya daya tarik
pelanggan. Sebagian besar justru lebih memilih harga produk yang lebih mahal, namun
tentunya dengan kualitas dan layanan yang jauh lebih baik.
Terutama dalam hal kemudahan pemesanan dan metode pembayaran yang disediakan
oleh sebuah brand. Apalagi di Indonesia tren pembayaran cashless atau non-tunai tengah
naik daun. Secara otomatis ‘memaksa’ setiap pengusaha untuk menyediakan tipe
pembayaran ini melalui aplikasi kasir online.
Fitur-fitur canggih yang ada pada sistem kasir online akan mempersingkat waktu
pemesanan, menyediakan metode pembayaran yang mudah, serta memungkinkan cetak
resi instan.
Hanya dengan menggunakan sistem point of sale (POS) yang tersedia pada aplikasi
GoBiz untuk usaha, Anda dapat meningkatkan omzet penjualan berkali-kali lipat. Di sisi
lain, fitur laporan penjualan GoBiz juga secara otomatis dikirimkan
melalui email terdaftar di setiap hari berikutnya pada pukul 01.00 dini hari. Perangkat
tersebut juga dapat menyimpan laporan tersebut hingga tujuh hari ke belakang.
3. Menyukai personalisasi
Tentu saja, masing-masing pelanggan memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda
terhadap produk dan layanan yang Anda berikan. Kondisi inilah yang membuat produk
atau layanan yang telah dipersonalisasi, lebih disukai dan populer di kalangan
pelanggan.
Melalui produk atau layanan yang telah ‘disesuaikan’ dengan kebutuhan pelanggan,
Anda bisa memberikan kepuasan tersendiri sehingga berdampak pada loyalitas
pelanggan tersebut.
Misalnya, ketika brand usaha Anda menyediakan menu ayam panggang dengan berbagai
macam level kepedasan atau jumlah potongan, tentu mereka bisa mendapatkan yang
terbaik sesuai kebutuhan konsumsi ayam panggang itu sendiri.
Dengan demikian, ketika pelanggan membutuhkan ayam panggang, maka brand Anda
yang akan diingat karena menjadi satu-satunya yang menyediakan personalisasi produk
untuk mereka.
4. Tidak ingin tertinggal hype(tren)
Satu lagi perilaku konsumen dalam berbelanja di era digital, yaitu mereka tidak ingin
tertinggal hype atau segala sesuatu yang sedang menjadi trending topic.
Peluang ini bisa Anda manfaatkan sebagai momen yang tepat untuk menciptakan inovasi
produk sesuai dengan apa yang tengah menjadi perbincangan masyarakat luas di media
sosial. Terlebih jika target pasar yang dituju adalah generasi milenial yang cenderung
selalu ingin terlihat up-to-date.
Apabila tidak punya cukup waktu untuk menciptakan inovasi produk, Anda bisa
berkreasi melalui packaging yang digunakan. Sebagai contoh, Anda bisa menambahkan
stiker Avengers pada kemasan produk selama film tersebut menjadi perbincangan dunia.
Buat packaging produk terlihat Instagramable dan biarkan para pelanggan memotretnya
dan mengupload ke media sosial. Dalam waktu yang cukup singkat, produk usaha Anda
akan diburu oleh pelanggan yang tidak ingin tertinggal hype.
Dengan mengenal perilaku konsumen dalam berbelanja di era digital, sebagai pengusaha
Anda pun bisa menentukan strategi pemasaran secara tepat. Pasalnya, berdasarkan
perilaku konsumen itulah keputusan pembelian akan ditetapkan
Gen Z rela membayar lebih mahal suatu barang jika punya kesesuaian dengan nilai
yang mereka yakini. Tak jarang Gen Z mengaitkan isu sosial/ lingkungan saat memilih
barang. Sehingga mereka rela merogoh kocek lebih mahal jika barang yang dibelinya
sesuai dengan nilai yang mereka pegang
Kebanyakan generasi milenial ini dalam membeli biasanya lebih ke trend meskipun
dalam hitungan kebutuhan itu adalah nomer sekian dan tidak terlalu butuh, tetapi di sisi
lain banyak sekali kemudahan yang terjadi akibat dari perilaku konsumtif tersebut, dimana
banyak sekali produk produk lokal yang tak kalah saing ddengan produk luar dan juga
selalu menghadirkan trend yang baru, yang pastinya jika ingin memikat generasi milenial
ini harus seimbang antara kebutuhan dan style yang dibuatnya.
2.
Menurut Assael (2002), terdapat dua faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen,
yaitu:
a. Minat transaksional
b. Minat refrensial
c. Minat eksploratif
Minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai
produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari
produk tersebut.
Menururt kami, indikator yang paling bisa digunakan adalah dengan melihat seberapa
pentingnya barang itu atau seberapa dibutuhkannya bisa juga seberapa tertariknya
konsumen saat diperkenalkan produk itu, dari situ kita bisa melihat dari perilaku
konsumen apakah minat belinya terlihat ada ataupun tidak.
TERIMA KASIH