Anda di halaman 1dari 42

PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM SARINGAN PASIR LAMBAT

UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR BERSIH PADA TELAGA

OENENAS, DESA FATUMONAS, KECAMATAN AMFOANG

TENGAH, KABUPATEN KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata KuliahTugas Akhir Program Studi Teknik

Pertambangan Universitas Nusa Cendana

EFRENLIANUS BOY

1706100008

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

KUPANG

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

Berkat dan rahmat-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian

yang berjudul “Pengolahan Air Dengan sistem Saringan Pasir lambat

untuk mremenuhi kebutuhan air bersih pada telaga oenenas Desa

Fatumonas, Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa

Tenggara Timur”. Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah

sebagai salah satu syarat dan kewajiban tugas akhir yang perlu dipenuhi bagi

seorang calon sarjana, khususnya bagi sarjana Teknik pada Universitas Nusa

Cendana Kupang serta untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi

Teknik Pertambangan

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi

DAFTAR TABEL..................................................................................................vii

BAB I.......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................2

1.4 Batasan Masalah.............................................................................................2

1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

2.1 Telaga............................................................................................................. 4

2.2 Kualitas Air Tanah........................................................................................ 6

2.2.1 Kualitas Fisik..........................................................................................6

2.2.2 Kualitas Kimia........................................................................................6

iii
2.2.3 Syarat-syarat Air Sehat...........................................................................6

2.2.4 Saringan Pasir cepat....................................................................................7

2.2.4 Pasir Sebagai Media Penyaringan..............................................................9

2.2.5 Kerikil Sebagai Media Penyaringan.........................................................10

2.2.6 Arang........................................................................................................10

iv
2.3 Pipa...............................................................................................................11

2.3.1 Jenis Pipa.............................................................................................. 12

2.3.2 Sambungan dan Aksesoris Pipa............................................................... 13

2.3.3 KehilanganTekanan..................................................................................14

2.4 Pompa...........................................................................................................16

2.4.1 Total Head Pompa....................................................................................17

2.4.2 Daya Pompa............................................................................................. 18

BAB III.................................................................................................................. 19

3.1 Lokasi dan Jadwal Penelitian....................................................................... 19

3.1.1 Lokasi Penelitian......................................................................................19

3.2 Alat danBahan Penelitian.............................................................................20

3.3 Metode Pengambilan Data........................................................................... 21

3.3.1 Pengumpulan Data................................................................................... 21

3.3.2 Analisa Sumber Air Baku........................................................................ 22

3.3.3 Metode Penelitian.....................................................................................22

3.3.4 Tata CaraPenyaringan..............................................................................22


3.3.5 Metode Dokumentasi............................................................................... 23

3.4 Diagramalir...................................................................................................23
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Peta Kesampaian Lokasi Desa Fatumonas .......................................20


DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Parameter PengujianAir Bersih...............................................................7

Tabel 2.2 Nilai kekasaran Hazen Williamdan Manning........................................13

Tabel 2.3 Kelebihan dan kelemahan Pipa HDEP.................................................. 13

Tabel 3. 1Jadwal Penelitian................................................................................... 20


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara administrasi Desa Fatumonas merupakan pusat kecamatan

Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Berdasarkan data statisistik (BPS Kabupaten Kupang) pada tahun

2020 pendududuk fatumonas berjumlah 2119 jiwa dengan luas wilayah 32,76

Km².

Berdasarkan Peta Geologi Regional Rosidi HMD, dkk, 1979 desa

Fatumona terdiri dari satuan batuan Kompleks Bobonaro (Tmb) yang

didominasi oleh lempung dan Formasi Aitutu (TRa) yang terdiri dari

perselingan kalsilutit dengan batulanau dan napal tipis. Juga terdapat sisipan

tipis Batupasir kuaarsa, batupasir mikaan, rijang dan batugamping hablur.

Berdasarkan Peta Hidrogeologi (Soekrisno H. dkk, 1990), daerah Fatumonas

dan sekitarnya merupakan Daerah Air Tanah Langka karena batuannya

bersifat impermeabel dan daerah Akifer dengan Produktivitas Rendah yang

berarti daerah ini tidak terdapat air tanah ataupun mata air dan jika ada, hanya

kemungkinan kecil terdapat air tanah ataupun mata air dengan jumlah yang

sangat kecil. Berdasarkan pengamatan pada tahun 2020 di Daerah

Fatumonas , pernah di lakukan pemboran di sekitar puskesmas Fatumonas

dan tidak di temukan potensi air tanah sehingga perlu di lakukan rekayasa

pemanfaatan air permukaan berupa telaga dengan pemanfaatkan fasilitas

yang sudah ada (bak dan tower) di sekitar puskesmas Fatumonas yang selama
9
ini hanya di manfaatkan untuk kebutuhan ternak dan perkebunan maka di

perlukan teknologi sederhana saringan pasir lambat untuk memenuhi

kebutuhan hiegenes sanitasi puskesmas berdasarkan PERMENKES RI NO.32

TAHUN 2017

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin melakukan

penelitian dengan judul: “ Pengolahan Air Dengan sistem Saringan

Pasir lambat untuk mremenuhi kebutuhan air bersih pada telaga

oenenas, Desa Fatumonas, Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten

Kupang, Nusa Tenggara Timur ’’

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana sistem pengolahan air dari telaga sampai bak penampung dan di

distribusikan ke puskesmas dan rumah sekitar puskesmas Fatumonas ?

2. Bagaimana mendesain model saringan pasir lambat ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Untuk di dapatkan perencaan yang sesuai dengan kebutuhan air

bersih di puskesmas dan warga sekitarnya

2. Untuk memgetahui kualitas air yang sesuai PERMENKES RI

NO.32 TAHUN 2017

1.4  Batasan Masalah

Adapun batasan masalah untuk penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Pengujian kualitas air berdasarkan permenkes dengan parameter pengujian

berupa kekeruhan air,TDS,TSS,pH,kesadahan ,zat organik,E.coli,Total

Caliform,Kadar besi, dan kadar Mangan

10
2. Sumber air yang di gunakan berasal dari telaga fatumonas

3. Perhitungan kebutuhan berdasarkan penelitian terdahulu Andini

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini mempunyai beberapa manfaat antara lain:

1. Bagi peneliti Memperluas wawasan penelitian mengenai kualitas air dan teknologi

pengolahan air bersih

2. Bagi masyarakat desa Sebagai bahan pengetahuan dan keterampilan bagi

masayarakat fatumonas dalam mengelolah air bersih

3. Bagi universitas Penelitian ini sebagai bentuk pengabdian kepada

masyarakat dari Jurusan Teknik Pertambangan

11
BAB II

DASAR TEORI

2.1 geologi

Geologi secara umum membahas mengenai material pembentuk bumi dan

segala proses yang terjadi baik di dalam bumi (bawah permukaan) maupun yang

terjadi di atas permukaan bumi. Gaya yang bekerja di dalam bumi (endogen)

menghasilkan gempa bumi dan aktivitas vulkanik, sementara itu gaya eksternal

(eksogen) menyebabkan terjadinya pelapukan, erosi, dan pembentukan bentang

alam. Semua proses itu menyebabkan batuan memiliki ciri yang khusus.

Karakteristik dan ciri khusus dari batuan itulah yang dipelajari oleh geologi.

Sehingga dapat dilakukan interpretasi proses geologi apa saja yang berkontribusi

dalam pembentukan batuan tersebut. Penerapan geologi untuk pemenuhan kebutuhan

manusia telah melahirkan cabang-cabang geologi terapan, diantaranya adalah

Geohidrologi atau Hidrogeologi. Yang pertama lebih menekankan kepada aspake

hidrologinya atau hukum-hukum tentang aliran air tanah di dalam batuan, sedangkan

yang kedua pada aspek geologinya.

2.2.1Stratigrafi

Pengantar Stratigrafi dalam arti luas adalah ilmu yang membahas aturan,

hubungan dan genesa macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu

sedangkan dalam arti sempit ialah ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan.

Penggolongan Stratigrafi ialah pengelompokkan bersistem batuan menurut berbagai

cara, untuk mempermudah pemerian, aturan dan hubungan batuan 6 yang satu

terhadap lainnya, dikenal sebagai Satuan Stratigrafi. Batas Satuan Stratigrafi

ditentukan sesuai dengan batas penyebaran ciri satuan tersebut sebagaimana


12
didefinisikan. Batas Satuan Stratigrafi jenis tertentu tidak harus berhimpit dengan

batas Satuan Stratigrafi jenis lain, bahkan dapat memotong satu sama lain. Tatanama

Stratigrafi ialah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik resmi maupun tak

resmi, seperti misalnya: Formasi, Zona, Sistem dan sebagainya (Sandi Sratigrafi

Indonesia, 1996).

2.2.2. Stratigrafi daerah penelitian

Batuan yang terdapat daerah penelitian dan sekitar beragam baik jenis

maupun umurnya. Jenis batuannya terdiri dan batuan sedimen, beku, vulkanik dan

batuan metamorf. Batuan sedimen terdiri dan batugamping, kalsilutit, batupasir,

lanau. serpih dan lempung.

13
1. FORMASI AITUTU (TRa)

Bagian bawah terdiri dari selang-seling tipis batulanau beraneka warna

(kemerahan, coklat, kelabu, kehijauan) dengan napal dan batugamping. Terdapat

sisipan-sisipan batupasir kuarsa, batupasir mikaan, rijang dan batugamping

hablur. Di bagian atas terdiri dari pergantian perlapisan kalsilutit putih agak

kekuningan mengandung urat-urat kalsit dengan serpih yang berwarna kelabu.

Tersingkap baik di sekitar Nuaf Kekneno.

2. FORMASI CABLAC (Tmc)

Bagian bawah terdiri dari kalsilutit dan batugamping oolitik, sedangkan bagian

atas terdiri dari batugamping pejal yang sebagian berupa batugamping koral,

14
kalkarenit dan kalsilutit. Pendolomitan serta pengersikan terlihat dalam sayatan

pipih. Rijang juga sering ditemukan dalam batugamping. Formasi ini menindih

secara tak selaras maupun secara tektonik Formasi Aitutu, Metan dan Komplek

Mutis. Ketidak selarasan lain ditandai oleh adanya konglomerat alas yang

komponen-komponennya breasal dari formasi-formasi yang ditutupinya, seperti

yang tersingkap di dekat Desa Boei.

3. KOMPLEK MUTIS (pPm).

Terdiri dari batuan malihan berderajat rendah sampai tinggi yang meliputi

batusabak, filit, sekis, amfibolit, sekis amfibolit, kwarsit, genes amfibolit, granulit.

Batusabak keabu-abuan, kecoklatan sampai coklat tua dengan belah sabak

sempurna merupakan sebagian kecil singkapan. Filitnya adalah filit serisit, filit

arkosa-albit, filit grafit dan filit kwarsitan. Sekis terdiri dari sekis epidot-klorit-

aktinolit, sekis kwarsakarbonat-muskovit-klorit dan setempat ditemukan pula

sekis kwarsitan-granat pidmontit. Amfibolit merupakan bagian terbesar di dalam

Komplek Mutis dan terdiri dari amfibolit plagioklas, amfibolit epidot, sekis

amfibolit, genes granat amfibolit. Batuan berderajat granulit adalah genes

amfibolit granet, genes granat yang mengandung staurolit-kianit dan anortosit

hornblende pirop. Kadang-kadang di dalam amfibolit ditemukan pula batuan

granitan, gnanodioritan dan dioritan yang termalihkan. Terdapat juga baturijang

gampingan yang terlipat kuat. Komplek Mutis diterobos oleh retas yang 11

bersusunan diabas, diorit hornblende, diorit kwarsa dan retas tersebut agak

termalihkan. Komplek Mutis menutupi secara tektonik Formasi Aitutu.

Kontaknya dengan Formasi Haulasi dan Formasi Noni yang tak teruraikan

menunjukkan hubungan yang dekat selalu ditandai oleh retas yang menerobos

keduanya. Komplek Mutis ini ditutupi secara tektonik oleh Formasi.

15
4 FORMASI MAUBISSE (TRPml)

Terdiri dari batugamping berwarna merah kecoklatan sampai ungu (TRPml) dan

lava bantal (TRPmv) yang kehihatannya saling jari-menjari. Bagian bawah terdiri

dari batugamping pejal betlapis baik, tebal rata-ratanya 10 cm dengan selingan

tipis baturijang. Semakin ke atas perlapisannya menjadi samar dan akhirnya

merupahan batugamping pejal tidak berlapis. Tetapi di bagian atas ini masih

ditemukan sisipan-sisipan serpih pasiran berwarna merah jambu sampai

kecoklatan, kalsilutit dan rijang dengan warna serupa. Sisipan serpih tersebut

umumnya terisi kalsit pada rekahan-rekahannya. Lava bantal (TRPmv) terutama

bensusunan basal dan spilit di samping beberapa batuan volkanik seperti trakit,

senit porfir dan andesit leuko. Batuan-batuan tersebut umumnya telah mengahami

ubahan, terutama kloritisasi yang mengakibatkan batuan berwarna kehijauan; dan

sebagian terserpentinitkan terutama di bagian bawah atau sekeliling bongkah

bantalnya. Formasi ini telah mengalami tektonik lanjut dan mungkin berulang-

ulang dan kontaknya dengan formasi lain adalah kontak tektonik. Ketebalan

formasi ini sulit ditentukan karena telah rusak. Formasi ini mudah dikenali karena

membentuk bukit atau kelompok bukit yang sangat menonjol. Lebih terkenal

dengan istilah “Fatu” walaupun tidak semua fatu terdiri dan batugamping.

5. FORMASI METAN.

Terdiri dari aglomerat dengan komponenkomponen yang bersudut dalam masa

dasar tufa. Komponen-komponen tersebut terdiri dari andesit dan tufa gelas yang

ukurannya mencapai sebesar kepalan tangan. Umumnya tidak terpisahkan, pejal

tetapi di beberapa tempat berlapis baik. Masa dasarnya adalah tufa kasar yang

berwarna putih kotor, kuning kotor sampai kehijauan yang kadarnym semakin ke

atas semakin besar. Di antara aglomerat dan tufa tersebut didapatkan sisipan-

16
sisipan lava. Umumnya berkomposisi andesit, sebagian bertekstur gelas dan

mengandung hornblende. Terdapat juga lava yang berkomposisi basal piroksen.

Pada bagian atas aglomenat didapatkan lensa-lensa batugamping dan napal

pasiran yang berwarna kelabu muda sampai kelabu tua, banyak mengandung

foraminifera besar dan foraminifera kecil maupun ganggang. Di samping batuan-

batuan di atas didapatkan pula serpih napalan berwarna kelabu tua, rapuh dan

banyak urat kalsit serta lapisan napal tufaan yang tebal berkisar 2 m. Singkapan

yang luas dan bagus didapatkan di sepanjang aliran Noil (sungai) Metan beserta

anak-anak sungainya, di sebebah barat Lelogama.

6. KOMPLEK BOBONARO (Tmb)

Secara litologi terdiri dari 2 bagian pokok, yaitu: Lempung bersisik, menunjukkan

cermin sesar,lunak,berwarna merah tua, kehijauan, hijau keabuan, merah

kecoklatan, abu-abu kebiruan dan merah jambu. Terlihat garis-garis alir dengan

perdaunan lemah, terutama apabila matrik lempung ini terdapat di sekitar batuan

yang kompeten seperti bongkah-bongkah asing. Kadang mengembang bila lapuk,

memperlihatkan 13 kemas jagung berondong. Lempung bersisik ini merupakan

matrik dari bongkah-bongkah asing yang berasal dari formasi batuan yang lebih

tua. Bongkah-bongkah asing (exotic blocks) yang bermacam ukurannya seperti

batupasir mikaan Formasi Bisane, batugamping Formasi Cablac, rijang, batuan

ultrabasa, lava bantal dan batugamping krinoida Formasi Maubisse, batuan dari

Komplek Mutis, Formasi Ofu, Formasi Nakfunu dan batuan yang lain. Ketebalan

komplek Bobonaro sangat bervariasi dan sangat sulit diperkirakan mengingat sifat

fisiknya.

2.1 Siklus Hidrogeologi

17
2.2 Telaga

Telaga merupakan genangan air tawar dangkal yang terbentuk secara

alami dan masih dapat ditembus sinar matahari hingga bagian dasarnya.

Telaga mendapat debit airnya secara periodik di musim hujan. Pada musim

kemarau kadang debit airnya menyusut drastis. Telaga termasuk ke dalam

ekosistem perairan tawar. Ekosistem pada perairan tawar secara umum

dibagi menjadi dua yaitu perairan mengalir (lotik water) dan perairan

menggenang (lentik water). Perairan lotik dicirikan adanya arus yang terus

menerus dengan kecepatan bervariasi sehingga perpindahan massa air

berlangsung terus menerus, contohnya antara lain sungai, kali, kanal, parit

dan lain lain. Perairan menggenang disebut juga perairan tenang yaitu

perairan dimana aliran air lambat atau bahkan tidak ada dan massa air

terakumulasi dalam periode waktu yang lama. Arus tidak menjadi faktor

pembatas utama bagi biota yang hidup didalamnya. Contoh perairan lentik

antara lain: waduk, danau, kolam, telaga, situ rawa dan dan lain

(Barus,2000).

Berdasarkan prosesnya secara umum telaga terbentuk secara alamiah

karena peristiwa vulkanik atau tektonik. Struktur perairan telaga dapat

dibedakan berdasar wilayahnya, yaitu horizontal dan vertikal. Zona

horizontal dapat dibagi atas zona litoral dan zona intertidal. Zona litoral

berfungsi menyuplai materi organik ke dalam telaga. Ciri utama zona litoral

adalah berbatasan langsung dengan pinggiran, banyak ditumbuhi oleh

tumbuhan air dan kedalamannya relatif dangkal. Zona limnetik merupakan

daerah yang terletak di tengah perairan atau telaga yang merupakan badan

air yang terpapar langsung cahaya tanpa terhalang organisme yang

18
terbanyak ditemukan di daerah ini adalah fitoplankton dan zooplankton

(Satino,2010).

Telaga juga dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai macam

kepentingan seperti untuk sumber air bersih, sumber air bagi tanaman

pertanian, wisata dan aktifitas budaya. Akan tetapi proses alam dan akivitas

manusia bisa menyebabkan telaga dapat mengalami perubahan. Perubahan

yang umumnya terjadi biasanya mengarah pada penurunan kualitas telaga

yang berupa pendangkalan, penyempitan luasan telaga, eutrofikasi yang

tandanya berupa melimpahnya tumbuhan air dan melimpahnya alga hijau

yang akhirnya akan menurunkan kualitas air dan biota perairan.

2.3 Kualitas Air Tanah

2.3.1 Kualitas Fisik

Dalam proses terjadinya, air tanah telah mengalami penyaringan yang

dapat mengurangi kekeruhan dan warna. Proses penyaringan disini tidak sama

dengan penyaringan yang terjadi pada saringan pasir tetapi penyaringan terjadi

secara alami. Akibat proses ini, kualitas fisik air tanah lebih baik dari pada

kualitas airpermukaan.

Kualitas fisik air tanah akibat penyaringan secara alamiah akan tergantung

pada :

a. Porositastanah,

b. Permebilitastanah.

c. Jenis batuan dalam tanah,

2.3.2 Kualitas Kimia

Menurut Sutrisno(2006), susunan unsur-unsur kimia air tanah

19
tergantung pada lapisan- lapisan tanah yang akan dilalui. Jika melalui tanah

kapur, maka air tersebut akan menjadi sadah karena mengandungCa(HCO 3)2

dan Mg(HCO3)2. dan jika melalui batuan granit maka air itu lunak dan agresif

karena mengandung gas CO2 dan Mn(HCO)3. Pada semua air tanah

mengandung kadar Fe yang berpariasi tergantung pada jenis lapisan tanah.

2.3.3 Syarat-syarat Air Sehat

Air yang memenuhi sarat kesehatan adalah air yang bebas dari

mikroorganisme, zat atau bahan kimia, bau, rasa, dan kekeruhan. Adalah

indra dari masing-masing pemeriksa, namun batasan baik menurut WHO

maupun Permenkes adalah air minum tidak boleh terdapat bau dan rasa yang

tidak diinginkan. Dikatakan sehat apabila memenuhi parameter pengujian

standar baku mutu air.

Adapun syarat fisik kimia dan biologis yang di ujikan terdiri dari :

Tabel 2.1 Parameter Pengujian Air Bersih

Standar Baku Mutu


No. Parameter Wajib Unit
(kadar maksimum)

1 Kekeruhan NTU 25

Zat padat terlarut


2 mg/l 1000
(Total Dissolved Solid)

3 pH mg/l 6,5 - 8,5

4 Kesadahan (CaCO3) mg/l 500

5 Zat organik (KMNO4) mg/l 10

6 Total coliform CFU/100ml 50

20
7 E. coli CFU/100ml 0

8 Kadar mangan Mg/1 0,5

9 Kadar besi Mg/1 1

Sumber ; PERMENKES RI Nomor 32/Menkes/Per/IX/2017

2.4 Saringan Pasir lambat

Saringan Pasir Lambat (SPL) Saringan pasir lambat adalah saringan pasir yang

mempunyai kerja mengolah air baku secara gravitasi melalui lapisan pasir sebagai media

penyaringan. Kecepatan saringan berkisar antara 0,1 – 0,4 m3 /jam. Proses penyaringan

dapat berjalan dengan baik apabila tinggi pasir penyaring minimal 70 cm, karena aktifitas

mikroorganisme terjadi lapisan sampai 30-40 cm dibawah permukaan. Mikroorganisme ini

berfungsi memakan dengan menghancurkan zat organik sewaktu air mengalir lewat pasir

tersebut. Ketebalan pasir dibawahnya lagi berfungsi sebagai saringan zat kimia, karena disini

terjadi proses kimiawi. Dia meter pasir berkisar antara 0,2 – 03 mm,

2.4.2 Kerikil Sebagai Media Penyaringan

Batu Kerikil (Pebbles) adalah butiran batu lebih besar dari pada pasir dan

lebih kecil daripada kerakal (kira-kira sebesar biji kacang tanah atau biji

nangka) dan Geo endapan batuan yang komponennya bulat, biasanya bercampur

dengan tanah liat dan pasir. Batu kerikil sebenarnya menunjukkan besaran butir

pasir, dapat dikategorikan sebagai batu pasir yang banyak mengandung silika.

Umumnya bertekstur halus dan berbentuk bulat terbentuk akibat dari pecahan

batu gunung yang kemudian terseret air hingga ke laut dan selama ribuan tahun

saling beradu sesamanya dan terkikis air, karena itu diperoleh di daerah pesisir

pantai. Tersedia dalam beberapa warna,ukuran dan bentuk. Fungsi kerikil untuk

filter air adalah sebagai celah agar air dapat mengalir melalui lubang bawah.

Kerikil penyaring kotoran-kotorankasar.


21
2.1.3 Pasir Sebagai Media Saringan

Dalam ilmu tanah, partikel pasir (sand) merupakan bagian dari suatu lapisan

sedimen lepas seperti kerikil (gravel), lanau (silt), dan lempung (clay). Pasir juga

merupakan hasil klasifikasi tanah berdasarkan ukuran butir (grain size) yang telah

ditentukan dengan analisa mekanis melalui analisa kasar (saringan); yang dalam

sistem ini bersama kerikil termasuk ke dalam tanah tidak kohesif berbutir kasar

(Smith, 1981 dalam Sarjono, 2005). Berdasarkan ukuran partikel pasir, pasir dapat

dibedakan menjadi pasir sangat kasar (very coarse sand), Pasir kasar (coarse sand),

Pasir sedang (medium sand), Pasir halus (fine sand) dan Pasir sangat halus (very fine

sand).

Tabel 1. Pengelompokan Pasir Berdasarkan Ukuran Partikel dan Kelulusan Air Bahan Perkiraan

kelulusan air

Bahan Perkiraan kelulusan air

Ukuran Kelulusan Air2) Kelulusan

Partikel) (mm) (gpd/ft) Air2) (m/hari)

Pasir sangat kasar (very coarse 2,00 – 1,00 1.000 – 15.000 400 – 600

sand)

Pasir kasar (coarse sand) 1,00 -0,50

Pasir sedang (medium sand) 0,50 – 0,25 250 -1.000 10-40

Pasir halus (fine sand) 0,25 -0,10 50 – 250 2 – 10

Pasir sangat halus (very fine sand) 0,10 – 0,05 10 – 50 0,4 – 2

Sumber : 1)Kusnaedi(1995), 2) Linsley and Franzini (1979

2.5 Komponen Jaringan Distrbusi Air Bersih

Sistem distribusi air bersih perpipaan pada umumnya mencakup beberapa

22
komponen, yaitu reservoir dan jaringan perpipaan. Reservoir mempunyai fungsi

penting bagi sistem penyediaan air bersih di suatu daerah. Perbedaan kapasitas pada

jaringan transmisi jaringan yang menggunakan kebutuhan maksimum per hari dengan

kebutuhan pada jam puncak untuk sistem distribusi, menyebabkan dibutuhkannya

reservoir. Saat pemakaian air berada di bawah rata-rata, reservoir akan menampung

kelebihan air untuk digunakan saat pemakaian maksimum. Fungsi dari reservoir antara

lain adalah untuk menampung air bersih yang siap didistribusikan, meratakan debit air

dalam sistem jaringan distribusi serta mengatur tekanan air dalam jaringan distribusi.

Berdasarkan lokasinya reservoir dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Elevated Reservoir Reservoir yang menyimpan atau menampung air yang terletak

diatas tanah.

2. Ground Reservoir Reservoir yang menyimpan atau menampung air yang terletak

dibawah tanah.

Jaringan perpipaan merupakan penghubung antara node. Penghubung antar pipa

tersebut biasanya berupa tee yang tergolong sebagai aksesoris pipa. Aksesoris pada jaringan

perpipaan memengaruhi kehilangan air. Fungsi dari jaringan perpipaan adalah untuk

mengalirkan air dari penyedia distribusi menuju konsumen. Jaringan perpipaan terdiri dari

beberpa komponen, meliputi:

1. Pipa utama/ primer

Pipa utama merupakan pipa distribusi yang menghubungkan blok-blok pelayanan

dalam area yang dilayani, dimulai dari reservoir ke seluruh jaringan. Pipa ini tidak dapat

dipakai untuk melayani penyadapan (tapping) ke konsumen. Jenis pipa yang digunakan harus

mempunyai ketahanan tinggi terhadap tekanan.

2. Pipa distribusi/ sekunder

Pipa distribusi dipakai untuk menyadap air langsung dari pipa utama untuk

23
mengalirkan ke suato blok pelayanan. Jenis pipa yang digunakan sebaiknya memiliki kualitas

yang relatif sama dengan pipa utama. Pipa distribusi terhubung secara langsung dengan pipa

servis dan diameternya dapat ditentukan berdasarkan banyaknya pipa servis yang terhubung

dengan pipa distribusi tersebut.

3. Pipa servis/ tersier

Pipa servis adalah pipa yang melayani dan terhubung secara langsung dengan

konsumen. Pipa ini berhubungan dengan pipa distribusi danmengalirkan air ke konsumen

dengan diameter tertentu sesuai dengan pemakaian konsumen.

4. Fitting dan aksesoris

Fitting dapat berupa tee dan bend yang menghubungkan satu pipa ke pipa lain

sedangkan aksesoris yang umumnya digunakan adalah valve, enlarger dan reducer.

5. Water meter

Water meter berfungsi untuk memonitor penggunaan air.

2.6 Pipa

Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang

digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh(Triatmojo,

1996). Aliran tertutup adalah aliran yang terjadi akibat adanya perbedaan tekanan.

pada sebuah saluran tertutup. disini diartikan Aliran tertutup maka saluran yang

digunakan juga tertutup.

Pipa digunakan untuk mengalirkan air dari suatu sumber Mata air dengan

menggunakan pemompaan atau mengalirkan air sesuai dengan kebutuhan yang

dikehendaki.Sistem perpipaan adalah suatu sistem jaringan pipa yang terpasang

pada suatu rangkaian yang mempunyai fungsi untuk menyalurkan fluida

(Triatmodjo,1996).

Kecepatan aliran dalam pipa dapat digunakan rumus;

24
Keterangan :

v = Kecepatan aliran air (m/s)

Q = Debit air(m3/s)

A = Luas penampang (m2)

D = Diameter pipa(m)

2.6.1 Jenis Pipa

a. Pipa HDEP

Pipa HDPE (high-density polyethylene) adalah pipa yang terbuat

dengan bahan polyethylene dengan kepadatan tinggi sehingga jenis pipa

yang dihasilkan dapat menahan daya tekan yang lebih tinggi. Pipa HDEP

dapat digunakan pada penyambungan zat cair khususnya air bersih.

b. Panjang dan diameter pipa

Panjang pipa dihitung berdasarkan jarak dari bangunan pengolahan

air ke reservoir induk, sedangkan diameter pipa ditentukan sesuai dengan

debit harimaksimum.Diameter pipa minimal 10cm atau sekitar 4 inch

untuk pipa transmisi.Ukuran diameter pipa disesuaikan dengan ukuran

standar dan alasan secara ekonomi.Dalam melakukan perhitungan

diameter pipa transmisi, biasanya digunakan persamaan Hazen Wiliam

sebagai berikut :

Q = 0,2785 x C x D2,63 x S0,54

Keterangan :

C = Koefisien pipa (Pipa HDPE =140)

25
Q = Debit air(lt/s)

d = Diameter pipa (mm)

c. Koefisien Kekasaran Pipa

Nilai kekasaran pipa, nilai koefisien Hazen William dan koefisien

Manning untuk masing-masing pipa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Nilai kekasaran Hazen William dan Manning

No Material Pipa CHW N

1 HDEP 140 0.009

Sumber: Hydraulics of pipelines System

d. Kelemahan dan Kelebihan Pipa HDEP

Kelebihan dan kelemhan pada pipa HDEP dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 2.3Kelebihan dan kelemahan Pipa HDEP

Jenis Pipa Kelebihan Kelemahan

 Fleksibilitas tinggi

 Tingkat keretakan rendah.  Bahan dari pipa

 Tahan terhadap bahankimia HDEP ini terbuat dari

HDEP plastik sehingga


 Ringan
dengan di mudah
 Tahan karat
dirusak.
 Tahan terhadap suhu rendah

 Harga pipa HDEP mudah dijangkau.

26
2.6.2 Sambungan dan Aksesoris Pipa

Sambungan diperlukan untuk menyatukan pipa hingga aliran dapat

mencapai wilayah pelayanan. Jenis sambungan pipa bergantung pada jenis

pipa yang digunakan dan kondisi peletakan pipa. Katup (valve) adalah

perangkat yang terpasang pada sistem perpipaan, yang berfungsi untuk

mengatur, mengontrol dan mengarahkan laju aliran fluida dengan cara

membuka, menutup atau mengalirkan sebagian fluida Sambungan dan

aksesoris perpipaan yang di perlukan antara lain :

1. Sambungan Soket dan Spigot

Sambungan tipe ini mengunakan soket, artinya pipa yang satu lebih

besar dari pipa yang lain, kemudian pipa yang kecil (spigot) dimasukan

ke pipa yang diameternya lebih besar. Keuntungan sambungan soket

adalah lebih mudah dalam penginsatalisian. Kelemahannya, karena

pemasangan ini dimasukan dari pipa satu ke yang lain, jadi bisa terjadi

celah diantara pipa. Hal ini dapat menyebabkan korosi, jadi untuk

pengunaan pipa yang korosif tidak dapat memanfaatkan sambungan

jenis ini.

2. Jenis – jenis asesoris pipa antara lain:

 Gate valve dan globe valve adalah jenis valve yang sering di gunakan

dimana memiliki fungsi untuk mengontrol arah aliran dalam pipa.

 Reducer–Increaser. Increaser untuk menyambung pipa dari diameter

kecil ke diameter besar sedangkan reducer untuk menyambung dua

pipa dari diameter besar ke diameter kecil.

 Bend merupakan assesoris untuk belokan pipa. Sudut belokan pipa

27
yang umumnya digunakan 90º, 45º, 22,5º, dan11,25º.

 Tee berfungsi untuk menyambung pipa pada percabangan.

2.6.3 KehilanganTekanan

2.6.3.1 Kehilangan Tinggi Tekanan Mayor

Suatu kerugian aliran yang disebabkan oleh gesekan antara suatu aliran

dengan dinding saluran pipa lurus. Kehilangan tinggi tekanan mayor

dapat dihitung dengan teori dan persamaan dari Darcy-Weisbach

𝐿 𝑉²
Hf = f. .
𝑑 2𝑔

dimana:

hf = kehilangan energi (m)

f = faktor gesekan, yang tergantung dari angka Reynolds (diagram

Moody), diameter, dan kekasaran pipa

L = panjang pipa (m)

v = kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/s)

d = diameter pipa (m)

g = gaya gravitasi

2.6.3.2 Kehilangan Tinggi Tekanan Minor

Kehilangan tinggi tekanan minor umumnya disebabkan oleh

adanya factor penggunaan aksesoris. Faktor penyebab kehilangan tinggi

tekan minor diantaranya adalah penyempitan maupun pelebaran

mendadak pada pipa (akibat enlarger dan reducer), belokan pada pipa

(bend), dan bentuk sambungan (penggunaan tee). Pada pipa pendek hal

ini menjadi cukup penting sedangkan pada pipa yang panjang,

28
kehilangan tinggi tekanan minor sering diabaikan (L/D >> 1000).

Besarnya head loss mayor dapat dihitung menggunakan persamaan

Darcy-Weysbah sebagai berikut:

29
keterangan :

hf = kehilangan energi (m)

f = faktor gesekan, yang tergantung dari angka Reynolds (diagram

Moody), diameter, dan kekasaran pipa

L = panjang pipa (m)

v = kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/s)

d = diameter pipa (m)

g = gaya gravitasi

2.6.3.3 Head Total Instalasi

Merupakan pejumlahan dari head statis dengan head dynamis.

Head ini menyatakan besarnya kerugian yang harus diatasi oleh pompa

dari seluruh komponen-komponen yang ada. Head total instalasi dapat

dinyatakan dalam persamaan berikut:

Htot = Ha + ∆hp + h1 + V² / 2g

dimana:

Htot : Head total pompa (m)

ha : Head Statis total (m)

∆hp : Perbedaan tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air

(m) hl : Berbagai kerugian head pipa, katup, belokan, sambungan, dll

(m) V2/2g : Head kecepatan keluar(m)

g : Percepatan gravitasi9,81(m/s2).

2.7 Pompa
30
Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan

air dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

dengan cara menambahkan energi pada air yang dipindahkan dan berlangsung

secara terus menerus. Pompa beroperasi dengan prinsip membuat perbedaan

tekanan antara bagian masuk dengan bagian keluar dengan kata lain, pompa

berfungsi mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga (penggerak)

menjadi tenaga kinetis (kecepatan), dimana tenaga ini berguna untuk

mengalirkan air dan mengatasi hambatan yang ada sepanjang pengaliran.

Pompa yang umum digunakan adalah pompa tipe sentrifugal, dimana pompa

terbagi menjadi dua jenis yaitu pompa yang berada di atas permukan dan

pompa yang diletakan pada bawahair.

2.7.1 Total Head Pompa

Totalhead pompa adalah kemampuan tekanan maksimum pada titik

kerja pompa, sehingga pompa tersebut mampu mengalirkan air/fluida dari

satu tempat ke tempat lainya. Beberapa parameter yang diperlukan untuk

menentukan total head pompa, diantaranya yaitu friction loss pipa, friction

loss fitting, pressure drop peralatan (kolom-kolom) dan geodetic head. Untuk

menghitung total head pompa dipergunakan persamaan sebagai berikut:

Htotal = HFpipa+ HFitting+ Hsf+Hg...................(2.16)

dimana :

HFpipa= Friction Loss pipa

HFitting= Friction loss

fitting Hsf= Safety factor

head
31
Hg= Geodetic head

32
2.7.2 Daya Pompa

Perhitungan daya pompa dari reservoir ke pipa distribusi, untuk

mendapatkan daya pompa yang dipakai untuk menaikkan / mengalirkan air

dari resevoir ke pipa distribusi.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

P = ρ . g. Q . H / n_ . SF

Keterangan :

P = Daya pompa ( kw )

ρ = Massa Jenis Fluida(Kg/m³)

g = Percepatan gravitasi ( m/dtk² )

Q = Kapasitas Pompa( m / dtk)

H = Head pompa ( m )

n = Efisiensi total pompa( m)

SF = Faktor keamanan( 1,3 )

33
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Jadwal Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terdapat di Desa Fatumonas dan Desa Binafun,

Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang, yang berjarak ±110km

dari Universitas Nusa Cendanadan dapat ditempuh menggunakan kendaraan

beroda 4 dan 2.Secara administrasi Desa Fatumonas dan Binafun berbatasan

dengan Desa Bonmuti dan Desa Bitobe yang termasuk Kecamatan Amfoang

Tengah dan Kelurahan Lelogama, Desa Leloboko, Desa Oh’Aem yang

merupakan bagian dari Kecamatan Amfoang Selatan, serta Desa Kauniki

yang  merupakan  bagian  dari  Kecamatan Takari

34
Sumber:Olahan penulis, 2021

Gambar 3.1Peta Kesampaian Lokasi Desa Fatumonas

3.1.2 Jadwal penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dalam waktu ±2 bula dengan jadwal

penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Bulan Pertama Bulan Kedua

Kegiatan Minggu

I II III IV I II III IV

Survey Lokasi

Kegiatan Lapangan

Pengolahan Data

Analisis/Penulisan

35
Laporan

Sumber :OlahanPenulis, 2021

3.2 Alat dan BahanPenelitian

Adapun alat-alat penelitian yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Alat

 Pipa pvc 8 dim

 Pipa hdpe 1 dim

 Dop drat pvc

 Penutup pipa 8 dim

 Socket 2 dan 1 dim

 Lem pipa

 Pasir silika

 Kerikil

 Kabel

 stop kran pvc 1 dn 2 dim

 mur torent

36
 GPS (Global Positioning System)

 Meter roll

 Botol sample

2. Bahan

 Air telaga fatumonas

a. Metode Pengambilan Data

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan agustus 2021 bertempat di Desa

Fatumonas,Kecamatan Amfoang Tengah,Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa

Tenggara Timur, analisis sampel dan pengujian dilakukan di

UPT.LaboratoriumKesehatanProvinsi Nusa Tenggara Timur.

1. Pengumpulan Data

Pada penelitian ini terdapat dua jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Data primer

Data primer yaitu data yang didapat langsung dari pengujian dengan

menggunakan saringan pasir cepat. Data-data yang dikumpulkan berupa sifat

kimia,fisik,biologis dari air.

2. Datase kunder

Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari perpustakaan, referensi

buku-buku, situs-situs internet, dan peraturan pemerintah tentang mutu dan

37
kualitas air bersih dan air minum yang ditetapkan pada Peraturan Mentri

kesehatan No.492 tahun 2010 tentang kualitas air minum

2. Analisa Sumber Air Baku

Sumber air baku yang akan dijadikan sebagai sumber untuk diolah

menjadi air layak dikonsumsi, ditentukan berdasarkan survey terhap tata letak

daerah airpermukaan yang sudah ada. Kemudian diadakan evaluasi untuk

menentukan kualitas air baku untuk mendukung pengolahan air yang

digunakan untuk konsumsi. Tata letak air baku dan bak penampung dibuat

sedekat mungkin untuk mengurangi kerugian aliran serta mudah

pengontrolannya.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penlitian ini adalah metode exprimen

yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki dan membandingkan hasil

yang diperoleh dari sesudah penyaringan dan sebelum penyaringan dengan

satu sumber mata air. Dalam penelitian ini menggunakan media saringan

pasir cepatupflow dengan aliran air daribawah keatas

4. Tata Cara Penyaringan

Air dari sumber dialirkan ke saringan pasir cepat dengan

mempergunakan mesin pompa dalam keadaan baku disinilah air disaring

sehingga kotoran-kotoran yang ada pada air baku tersebut bisa tertahan oleh

media pasir dan kerikil tersebut,lalu dialirkan ke bak penampungan air

bersih, maka boleh dikatan air tersebut sudah layak dikonsumsi.

38
5. Diagram Alir

MULAI

Studi Literatur

Persiapan
1.Survei Lapangan
2 Persiapan Alat dan Bahan

Pengambilan Sample Air

Pengambilan
Data : 1.Kimiawi
Fisik
Biologi

Data Lengkap

39
Analisis Data

Tidak Ya

1. Perhitungan Kuawlitas Air Secara Fisik ,Kimiawi Dan Biologis


2. Perhitungan Efisiensi Pengunaa Saringan Pasir Lambat Untuk
Memenuhi Standar Kemkes
3. Grafik

Memenuhi Standar Baku


Air Bersih Menurut
Kemenkes RI

Kesimpulan Dan Saran

SELESAI

40
DAFTAR PUSTAKA

Darsono, V.dan Sutomo, T. 2002. Pengaruh Diameter dan Ketebalan Pasir dalam

Saringan Pasir Lambat terhadap Penurunan Kadar Besi. Jurnal

Teknologi Industri. Vol. VI. 4.

NasutionS. (1993). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bakti

Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) Nomor 416/MENKES/PER/1990.

Tentang Pedoman Kualitas Air Bersih.

Soemirat, j. 2011. Kesehatan Lingkungan. Gadja Mada University Press.

Yogyakarta. Hal.180-184

Sutrisno, Totok .2006. Teknologi Penyediaan Air Brsih. Jakarta: Rineka Cipta.

Taweel, E. G., and G.H. Ali. 2000. Evaluation Of Roughing and Slow

Sand

Filters For Water Treatment. Water, Air and Soil Pollution 120:21-28

Tjokrokusumo, KRT. 1998. Pengantar Engineering Lingkungan, STTL “YLH”,

Yogyakarta.

PENGARUH TINGGI MEDIA PASIR SILIKA TERHADAP PENYISIHAN

KEKERUHAN PADA UNIT FILTRASI PENGOLAHAN AIR MINUM

Fathimah Hanun Syifaul Jannah Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas

Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti,

Jakarta, Indonesia

41
PENGOLAHAN AIR BERSIH DILINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS

PASIR PENGARAIAN DENGAN SISTEM UP FLOW

PANGIDOAN(1) ANTON ARIYANTO, M. Eng(2) SYAHRONI, ST(2)

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengara

42

Anda mungkin juga menyukai