Edisi Kedua
Make It Happen
Multiple effort to do
2. Fungsi.
3. Asas.
b. Sasaran.
a. Subyek.
c. Metode.
1) Sarana.
b. Sistem Pembinaan.
1) Berkualitas
2) Terencana
3) Terarah
4) Bertahap
5) Berlanjut
3) Metode.
a) Santiaji
b) Santi Karma
5) Proses.
a) Perencanaan.
(1) Merencanakan kegiatan sesuai obyek
dan metoda yang akan digunakan.
(2) Merencanakan waktu, tempat,
penceramah, peserta dan acara
pembinaan mental ideologi, baik yang
bersifat insidentil, rutin maupun berkala.
(3) Menyiapkan, merumuskan dan
mensosialisasikan buku petunjuk dan
materi kepada anggota Angkatan Darat
beserta keluarganya.
(4) Merencanakan kebutuhan sarana dan
prasarana.
(5) Merencanakan dan menyiapkan
kegiatan dalam rangka mendukung
pemberdayaan wilayah pertahanan di
darat
b) Pengorganisasian.
(1) Pengorganisasian dalam pembinaan.
(a) Penyelenggara Badan
pelaksana Bintal, mulai dari Disbintalad
sampai dengan Bintal satuan.
i Komandan Satuan .
ii. Secara fungsional adalah
Pa Bintal satuan yang
bersangkutan.
2) Sasaran.
a) terlaksananya pembinaan mental rohani secara tertib
sesuai tata cara dan administrasi pelaksanaan kegiatan
pada tingkat Pusat, Kotama/Lemdikpus/Balakpus dan
Satuan; dan
b) terlaksananya pembinaan mental rohani kepada prajurit
dan PNS TNI AD beserta keluarganya melalui penyuluhan,
bimbingan dan perawatan di tingkat Pusat,
Kotama/Lemdikpus/Balakpus dan Satuan.
b. Metode.
1) Penyuluhan Rohani
2) Bimbingan Rohani
3) Perawatan Rohani
1) Perencanaan.
a) mempelajari tugas pembinaan rohani Islam pada
program kerja pembinaan mental satuan;
b) menyusun program kegiatan pembinaan rohani
Islam;
c) mempelajari referensi sesuai dengan kegiatan yang
akan dilaksanakan;
d) menyusun organisasi kegiatan;
e) menyusun RGB dan Renlakgiat; dan
f) memaparkan RGB dan Renlakgiat kepada Dan/Ka
satuan selaku penanggung jawab kegiatan.
2) Persiapan.
a) menyusun komando kegiatan pembinaan rohani;
b) melaksanakan briefing kepada penyelenggara
kegiatan;
c) melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait
Kegiatan administrasi dilaksanakan untuk mendukung
penyelenggaraan
d) menyiapkan sarana dan prasarana kegiatan; dan
3) Pelaksanaan.
a) Penyuluhan rohani.
(1) melaksanakan ceramah/khotbah jumat di
satuan;
(2) melaksanakan siaran mimbar rohani Islam
melalui media elektronik; dan
(3) melaksanakan pentas seni keagamaan seperti
MTQ, kesenian yang bernuansa Islami dan
sebagainya
b) Bimbingan rohani.
(1) melaksanakan pengajaran seperti pengajian
Al quran, fikih dan sebagainya; dan
(2) melaksanakan kegiatan peringatan hari besar
Islam.
c) Perawatan rohani.
a) Takwa
b) Semangat juang yang tinggi
c) Pantang menyerah
d) Rela berkorban
e) Percaya pada kekuatan sendiri
f) Patriotisme dan heroisme.
g) Rasa setia kawan.
h) Mental kejiwaan.
i) Persatuan dan kesatuan.
j) Soliditas.
1) Santiaji melalui :
a) Ceramah
b) Penerangan/penataran
c) Tanya jawab
d) Diskusi
e) Seminar
f) Simulasi
g) Kegiatan komunikasi
2) Santikarma melalui :
a) Kegiatan keteladanan
b) Sosiodrama
c) Kunjungan wisata
2) Santikarma melalui :
a) Kegiatan keteladanan
b) Sosiodrama
c) Kunjungan wisata
d) Peringatan hari besar nasional
e) Pelatihan mental (outbond atau non outbond)
f) Apresiasi budaya
g) Bakti social
c. Sebagai Bapak.
1) Sederhana
2) Mengenal anak buah
3) Bersifat terbuka
4) Ramah tamah
5) Mengayomi
6) Bijaksana
7) Tetep tegas
8) Adil
9) Mendorong semaksimal mungkin berusahan untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota baik mental ataupun
spiritual
e. Sebagai komandan.
1) Berpendirian teguh
2) Tegas dan tanggung jawab
3) Memiliki kecakapan teknis
4) Mempunyai keterampilan dan kemampuan dalam
mengambil keputusan.
b) Penggunaan.
b) Penggunaan.
b) Penggunaan.
b) Penggunaan.
b) Penggunaan.
b) Penggunaan.
17. Pengendalian.
19. Evaluasi.
e. Kondisi moril
1) Kepercayaan diri
2) Kegairahan kerja
3) Kebanggaan atas kesatuannya
4) Daya tahan dalam menghadapi AGHT
1. Peran Binter TNI AD. Dalam perspektif kegiatan, Binter TNI AD memiliki
peran sebagai salah satu kegiatan utama dalam pemberdayaan wilayah
pertahanan di darat dan mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat dalam rangka
mendukung tugas pokok TNI AD dalam sistem pertahanan negara.
b) Metoda.
b) Metoda.
(1) Seminar, diskusi dan rapat.
(2) Kunjungan formal maupun non formal.
(3) Kegiatan bersama dengan instansi terkait.
(4) Memorandum of understanding (Mou) dan
penyelarasan program .
6. Sistem Pembinaan.
c. Asas-asas Pembinaan.
1) Tujuan
2) Terencana.
3) Keterpaduan.
4) Kekenyalan.
5) Kesederhanaan.
6) Terus menerus.
a. Korem
c. Koramil.
d. Satnonkowil.
Komunikasi Sosial
2. Sasaran.
a. Tercapainya pemahaman komponen bangsa tentang pertahanan
negara.
b. Tercapainya jalinan kerjasama antara komponen bangsa dengan
TNI AD dalam rangka mengatasi kesulitan rakyat.
c. Tercapainya dukungan terhadap tugas pokok TNI AD.
3. Sifat Komsos.
a. Secara Langsung. Dalam penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan dilakukan secara lisan atau dengan bertatap muka.
4. Peranan.
a. Sebagai sarana komunikasi untuk memelihara dan meningkatkan
keeratan hubungan dengan segenap komponen bangsa serta
meningkatkan kemanunggalan TNI-Rakyat dalam rangka pertahanan
negara.
a. Pangdam.
1) Tugas.
a) Merumuskan dan merencanakan secara teknis
Komsos di wilayah tanggung jawabnya.
b) Melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan Komsos di wilayahnya.
b. Danrem.
1) Tugas.
a) Menjabarkan, merencanakan, mengoordinasikan dan
melaksanakan secara teknis Komsos di wilayah tanggung
jawabnya.
b) Melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan Komsos di wilayahnya.
c. Dandim.
1) Tugas.
a) Menyelenggarakan kegiatan Komsos dengan
komponen bangsa di wilayah tanggung jawabnya.
b) Melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap
kegiatan Komsos di wilayahnya.
6. Syarat-syarat Personel.
a. Memiliki sikap, mental, perilaku dan penampilan yang dapat
diterima oleh masyarakat secara umum.
b. Memiliki pengetahuan dan menguasai materi yang akan
disampaikan dalam pelaksanaan Komsos.
c. Memiliki dan menguasai teknik wawancara.
d. Dapat meyakinkan masyarakat terhadap isi pesan yang
disampaikan.
7. Unsur-unsur Komsos.
a. Komunikator/Pemberi Pesan.
b. Pesan/Materi.
c. Media/Sarana Prasarana.
d. Komunikan/Penerima Pesan.
8. Bentuk-Bentuk Komsos.
a. Seminar.
b. Pidato.
c. Ceramah.
d. Dialog.
e. Sosialisasi.
f. Penyuluhan.
g. Internet.
a. Dari Dalam.
1) Personel. Tingkat kemampuan prajurit TNI AD dalam
berkomunikasi dengan komponen bangsa akan berpengaruh
terhadap pelaksanaan Komsos secara optimal.
b. Dari Luar.
1) Mempertimbangkan strata pendidikan dan jabatan.
2) Adat istiadat atau budaya masyarakat yang ada di daerah.
3) Pola sikap dan pola tindak masyarakat yang ada di daerah.
4) Perkembangan lingkungan strategis.
5) Perundang-undangan yang terkait dengan Otonomi Daerah
(Otda) dan Hak Asasi Manusia (HAM).
a. Perencanaan.
b. Persiapan.
c. Pelaksanaan.
(1) Ideologi.
i) Memberikan pembinaan
kesadaran kepada komponen bangsa
yang terlibat eks Komunis/G.30S PKI,
DI/TII dan NII, teroris, fundamentalis
dan faham radikal lainnya agar
meninggalkan ideologinya yang tidak
sesuai dengan ideologi Pancasila.
(2) Politik.
(3) Ekonomi.
i) Kesenian: Memfasilitasi
masyarakat untuk mengembangkan
kesenian daerah.
(6) Keamanan
c) Perekonomian.
f) Hukum.
d. Pengakhiran.
a) Mengevaluasi hasil kegiatan Komsos.
b) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan Komsos.
c) Menyusun hasil evaluasi yang meliputi data, fakta dan
pengaruh kegiatan Komsos untuk dijadikan bahan Komsos yang
akan datang.
d) Pengecekan penggunaan Sarpras.
a. Perencanaan.
1) Pokok-pokok kebijaksanaan pemerintah tentang perang.
2) Provokasi, agitasi dan propaganda musuh.
3) Menanamkan semangat nasionalisme dan jiwa patriotisme.
4) Kewaspadaan terhadap keamanan wilayah.
5) Pengendalian penduduk.
6) Menggiatkan sistem temu cepat lapor cepat.
7) Meningkatkan daya tangkal, daya cegah dan daya lawan.
b. Persiapan.
1) Koordinasi dengan Pemda dan instansi terkait.
2) Menyiapkan Alkap/Sarpras yang diperlukan.
3) Dukungan logistik.
4) Menyiapkan personel yang menjadi komunikator.
c. Pelaksanaan.
1) Pokok-pokok kebijaksanaan pemerintah tentang perang.
Memberikan penyuluhan/ceramah dan penerangan secara
langsung kepada masyarakat tentang kebijakan pemerintah
tentang perang, secara tidak langsung melalui media cetak dan
elektronik.
d. Pengakhiran.
1) Mengevaluasi hasil kegiatan Komsos.
2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan Komsos.
3) Menyusun hasil evaluasi yang meliputi data, fakta dan
pengaruh kegiatan Komsos untuk dijadikan bahan Komsos yang
akan datang.
4) Pengecekan penggunaan alat perlengkapan yang
digunakan.
5) Pengecekan terhadap personel yang menjadi komunikan.
a. Perencanaan.
1) Menumbuhkan kembali kondisi juang masyarakat.
2) Membangun kembali infrastruktur dan suprastruktur yang
rusak.
3) Pengembalian pengungsi.
c. Pelaksanaan.
3) Mengembalikan pengungsi:
d. Pengakhiran.
1) Perencanaan.
a) Merencanakan kegiatan Komsos untuk mengatasi
gerakan separatis bersenjata, pemberontakan bersenjata
dan aksi terorisme.
b) Merencanakan kegiatan Komsos untuk
mengamankan wilayah perbatasan.
c) Merencanakan kegiatan Komsos untuk
mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis.
d) Merencanakan kegiatan Komsos untuk
melaksanakan operasi tugas perdamaian dunia sesuai
dengan politik luar negeri.
2) Persiapan.
a) Koordinasi dengan instansi terkait.
b) Menyiapkan fasilitas/perlengkapan yang diperlukan.
c) Dukungan logistik.
d) Menyiapkan personel untuk menjadi komunikator
(memiliki kemampuan bahasa asing untuk penugasan misi
perdamaian PBB).
3) Pelaksanaan.
4) Pengakhiran.
a) Mengevaluasi hasil kegiatan Komsos dalam rangka
mendukung OMSP yang bersifat tempur.
b) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan
Komsos dalam rangka mendukung OMSP yang bersifat
tempur.
c) Menyusun hasil evaluasi yang meliputi data, fakta
dan pengaruh kegiatan Komsos untuk dijadikan bahan
Komsos yang akan datang.
d) Pengecekan kembali terhadap Alpal yang digunakan.
1) Perencanaan.
a) Merencanakan kegiatan Komsos untuk
memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya secara dini sesuai dengan Sishanta.
b) Merencanakan kegiatan Komsos untuk membantu
tugas pemerintah di daerah.
c) Merencanakan kegiatan Komsos untuk membantu
Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas
keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam
undang-undang.
d) Merencanakan kegiatan Komsos untuk membantu
menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan
pemberian bantuan kemanusiaan.
e) Merencanakan kegiatan Komsos untuk membantu
pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (SAR).
f) Merencanakan kegiatan Komsos untuk pengamanan
pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan,
perompakan dan penyelundupan.
2) Persiapan.
a) Koordinasi dengan Pemda dan instansi terkait.
b) Menyiapkan fasilitas/perlengkapan yang diperlukan.
3) Pelaksanaan.
BINWANWIL
2. Sasaran.
a. Terwujudnya ruang juang yang tangguh berupa wilayah
pertahanan aspek darat yang siap sebagai mandala perang atau
mandala operasi,
b. Terwujudnya alat juang yang tangguh berupa tersedianya
komponen cadangan dan komponen pendukung.
c. Terwujudnya kondisi juang yang tangguh berupa kondisi dinamis
masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
d. Terwujudnya kemanunggalan TNI-Rakyat yang tangguh berupa
ikatan yang kokoh dan kuat serta bersatu padunya TNI-Rakyat, baik
secara fisik maupun non fisik.
3. Sifat.
a. Persuasif.
b. Terkoordinir.
c. Terpadu.
d. Responsif.
4. Peranan.
a. Menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam perlawanan rakyat
guna tercapainya sistem pertahanan semesta yang handal.
b. Mencegah dan menetralisasi berbagai ancaman yang mungkin
terjadi di lingkungan masyarakat.
c. Memadukan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) wilayah
pertahanan dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
a. Kasad.
1) Menentukan kebijaksanaan umum, petunjuk dan rencana
garis besar kegiatan Binwanwil.
2) Melaksanakan koordinasi dengan instansi pemerintah
sipil/Kementerian terkait sesuai stratanya tentang rencana
program Binwanwil.
3) Mengadakan pengawasan dan evaluasi terhadap kegiatan
Binwanwil di jajaran TNI AD.
4) Bertanggung jawab kepada Panglima TNI atas hasil
kegiatan Binwanwil yang dilakukan oleh institusi TNI AD di
jajarannya.
b. Pangdam
1) Menetapkan kebijaksanaan teknik operasional, petunjuk
dan rencana penyelenggaraan Binwanwil di daerah yang menjadi
tanggung jawabnya.
2) Melaksanakan koordinasi dengan pemerintah daerah dan
instansi lain yang terkait tentang rencana penyelenggaraan
Binwanwil.
3) Melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap
kegiatan Binwanwil yang dilakukan institusi TNI AD di bawah
komandonya.
4) Bertanggung jawab kepada Kasad atas hasil kegiatan
Binwanwil yang dilakukan institusi TNI AD di bawah komandonya.
c. Danrem.
1) Merencanakan secara teknis operasional Binwanwil di
daerah yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Melaksanakan koordinasi teknis dengan instansi
pemerintah terkait (dengan Pemda Propinsi bila Korem berada di
ibukota Propinsi dan dengan Pemda Kab/Kota bila Korem berada
di Kab/Kota), maupun Satdisjan yang ada di wilayahnya tentang
rencana penyelenggaraan Binwanwil.
3) Mengadakan pengawasan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan Binwanwil di daerahnya.
4) Bertanggung jawab kepada Pangdam atas hasil kegiatan
Binwanwil yang dilakukan oleh institusi TNI AD di bawah
komandonya.
e. Danramil.
1) Melaksanakan Binwanwil di daerah tanggung jawabnya
sesuai misi TNI AD yang dibebankan kepadanya.
2) Melaksanakan koordinasi dengan pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan kegiatan Binwanwil.
3) Bertanggung jawab kepada Dandim atas kelancaran
pelaksanaan Binwanwil yang dilakukan oleh anggotanya.
6. Syarat Personel.
a. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pelaksanaan
pembinaan perlawanan wilayah.
b. Memiliki sikap, mental, perilaku dan penampilan yang dapat
diterima oleh masyarakat secara umum.
c. Dapat meyakinkan masyarakat pentingnya Pertahanan Negara
(Hanneg) sehingga perlu pembinaan perlawanan wilayah.
7. Teknik.
a. Langsung. Satuan jajaran TNI AD bersama komponen bangsa,
melaksanakan program Binwanwil yang telah disepakati bersama secara
langsung.
a. Dari Dalam.
1) Personel. Tingkat kemampuan prajurit TNI AD akan
berpengaruh dalam pembinaan terhadap komponen bangsa
sehingga kemampuan tersebut perlu dipelihara untuk mendukung
pelaksanaan pembinaan perlawanan wilayah secara optimal.
b. Dari Luar.
1) Mempertimbangkan strata pendidikan dan jabatan.
2) Adat istiadat atau budaya masyarakat yang ada di daerah.
3) Pola sikap dan pola tindak masyarakat yang ada di daerah.
4) Perkembangan lingkungan strategis.
5) Perundang-undangan yang terkait dengan Otonomi Daerah
(Otda) dan Hak Asasi Manusia (HAM).
a. Perencanaan.
1) Merencanakan kegiatan Binwanwil untuk penyiapan
pertahanan negara secara dini melalui pembinaan ruang, alat dan
kondisi (RAK) juang yang tangguh.
2) Merencanakan kegiatan Binwanwil untuk membantu
mengatasi kesulitan rakyat.
3) Merencanakan kegiatan Binwanwil untuk mendukung
pencapaian tugas pokok TNI AD guna menegakkan kedaulatan
negara, mem-pertahankan keutuhan wilayah Negara Republik
Indonesia dan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia.
b. Persiapan.
1) Menyiapkan jadwal kegiatan pembinaan dikaitkan dengan
pencapaian sasaran.
2) Mengkoordinasikan kepada pihak pemerintah daerah guna
mendapat dukungan dan keserasian dalam pelaksanannya.
3) Mengkoordinasikan materi pembinaan kepada pemerintah
daerah
c. Pelaksanaan.
(1) Ideologi.
(2) Politik.
iv) Dll.
(3) Ekonomi.
i) Terhadap perkoperasian :
dd) Dll.
dd) Dll.
(5) Pertahanan.
(iii) Melestarikan
lingkungan hidup.
(iv) Mampu
melaksanakan hidup
bersih.
(ii) Menghormati
sesama warga
masyarakat.
(iii) Mendahulukan
kepentingan umum di
atas kepentingan pribadi
atau golongan.
(ii) Menjalankan
kewajiban agama dan
kepercayaan secara baik
dan benar.
(iii) Mempunyai
kesadaran mem-bantu
sesama warga dalam
masya-rakat.
(v) Memelihara
kesatuan dan persatuan
Bangsa.
(vi) Melestarikan
budaya Bangsa
Indonesia.
(ii) Mendahulukan
kepentingan umum dari
pada kepentingan pribadi
atau golongan.
(iii) Bersedia
menyumbangkan tenaga,
pikiran, kemampuan,
keahlian dan materi untuk
kepen-tingan masyarakat,
bangsa dan negara.
(i) Memiliki
kemampuan dan
kepercayaan diri.
(iii) Melaporkan
kepada yang berwajib
terhadap setiap kegiatan/
peristiwa yang merugikan
dan mengganggu
keamanan serta
ketertiban.
(iv) Pelibatan
masyarakat pada upacara
bendera pada hari-hari
nasional.
(v) Dialog generasi
muda dengan pelaku
sejarah perjuangan.
(iii) Pemahaman
bahwa kepulau-an
nusantara merupakan
satu kesatuan ekonomi.
(iv) Pemahaman
bahwa wilayah kepulauan
nusantara merupakan
satu kesatuan pertahanan
dan keamanan.
(iii) Menumbuhkan
motivasi berprestasi di
bidang Iptek.
d. Pengakhiran.
1) Mengevaluasi hasil Binwanwil terhadap komponen bangsa.
2) Membuat laporan hasil pelaksanaan Binwanwil.
3) Mencatat hal-hal yang menonjol dan saran masukan dalam
Binwanwil dalam perbaikan dan Binwanwil yang akan datang.
a. Perencanaan.
1) Merencanakan pemberian ADO (Analisa Daerah Operasi)
yang diperlukan kepada satuan yang melaksanakan operasi.
2) Merencanakan koordinasi dengan satuan yang
melaksanakan operasi tentang daerah (daerah depan, daerah
komunikasi dan daerah belakang).
3) Merencanakan pengerahan kekuatan wilayah pertahanan
dan kekuatan pendukungnya.
b. Persiapan.
c. Pelaksanaan.
d. Pengakhiran.
1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
3) Menyusun hasil evaluasi yang meliputi data, fakta dan
pengaruh kegiatan Binwanwil untuk dijadikan bahan yang akan
datang.
a. Perencanaan.
1) Merencanakan kembali ruang juang yang tangguh.
2) Merencanakan kembali alat juang yang tangguh.
3) Merencanakan kembali kondisi juang yang tangguh.
b. Persiapan.
1) Menyiapkan personel, alat peralatan, alat perlengkapan
dan Sarpras untuk membangun ruang juang yang tangguh.
2) Menyiapkan kembali SDA/B, SDM dan Sarpras yang
diperlukan dalam rangka merancang dan menyusun komponen
cadangan maupun komponen pendukung.
3) Menyiapkan kembali kondisi sosial masyarakat agar tetap
stabil.
c. Pelaksanaan.
d. Pengakhiran.
1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
3) Menyusun hasil evaluasi yang meliputi data, fakta dan
pengaruh kegiatan Binwanwil untuk dijadikan bahan yang akan
datang.
a) Perencanaan.
(1) Merencanakan pembinaan terhadap
komponen bangsa tentang penangkalan terhadap
pengaruh provokasi gerakan separatis bersenjata,
pemberontakan bersenjata dan aksi terorisme.
b) Persiapan.
(1) Koordinasi dengan Pemda dan instansi terkait.
(2) Menyiapkan Alkap yang dibutuhkan oleh
satuan yang melaksanakan operasi. meliputi alat
komunikasi, peta, kamera, dll.
(3) Menyiapkan fasilitas yang diperlukan.
(4) Dukungan personel dalam rangka membantu
operasi.
c) Pelaksanaan.
d) Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
(2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
(3) Menyusun hasil evaluasi yang meliputi data,
fakta dan pengaruh kegiatan Binwanwil untuk
dijadikan bahan yang akan datang.
a) Perencanaan.
(1) Merencanakan pembinaan terhadap
komponen masyarakat tentang pencegahan
penyelundupan, illegal logging, illegal minning,
traficking, perusakan/pergeseran batas wilayah dan
pelanggar batas wilayah.
b) Persiapan.
(1) Koordinasi dengan instansi terkait.
(2) Menyiapkan Alkap yang dibutuhkan oleh
satuan yang melaksanakan operasi.
(3) Menyiapkan fasilitas yang diperlukan.
(4) Dukungan personel dalam rangka membantu
operasi.
(5) Menyiapkan dokumen peta batas wilayah
perbatasan.
c) Pelaksanaan.
(1) Mengajak komponen masyarakat di wilayah
perbatasan untuk melalukan pengawasan dan
pengamanan dari penyelundupan, illegal logging,
illegal minning, traficking, perusakan/pergeseran
batas wilayah dan pelanggar batas wilayah termasuk
mengamankan kegiatan survei dan pemetaan.
d) Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
(2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
(3) Menyusun hasil evaluasi yang meliputi data,
fakta dan pengaruh kegiatan pembinaan perlawanan
wilayah untuk dijadikan bahan yang akan datang.
a) Perencanaan.
(1) Merencanakan pembinaan terhadap
komponen masyarakat di sekitar objek vital untuk
melakukan pengawasan dan pengamanan objek-
objek vital nasional yang bersifat strategis.
b) Persiapan.
(1) Koordinasi dengan Pemda dan instansi terkait.
(2) Menyiapkan Alkap yang dibutuhkan oleh
satuan yang melaksanakan operasi.
(3) Menyiapkan fasilitas yang diperlukan.
(4) Dukungan personel dalam rangka membantu
operasi.
d) Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
(2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
(3) Menyusun hasil evaluasi yang meliputi data,
fakta dan pengaruh kegiatan pembinaan perlawanan
wilayah untuk dijadikan bahan yang akan datang.
a) Perencanaan.
(1) Merencanakan pembinaan terhadap
komponen masyarakat di daerah penugasan untuk
membantu mengatasi kesulitan masyarakat dan
mempercepat proses perdamaian.
b) Persiapan.
(1) Koordinasi dengan instansi terkait.
c) Pelaksanaan.
i) Di bidang fisik.
aa) Menyelenggarakan
penyuluhan ter-hadap kondisi
sosial masyarakat tentang
kesehatan, mental dan psikologi.
bb) Menyelenggarakan
penyuluhan Siskamling melalui
pemberdayaan masya-rakat
dalam Pamswakarsa.
d) Pengakhiran.
a) Perencanaan.
(1) Merencanakan pembinaan terhadap
komponen bangsa tentang penyiapan potensi
nasional menjadi kekuatan pertahanan.
b) Persiapan.
(1) Koordinasi dengan instansi terkait.
(2) Menyiapkan fasilitas/perlengkapan yang
diperlukan.
(3) Menyiapkan personel untuk membantu
operasi memberdayakan wilayah pertahanan dan
kekuatan pen-dukungnya.
c) Pelaksanaan.
d) Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
(2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
a) Perencanaan.
(1) Merencanakan pembinaan terhadap
komponen bangsa tentang penyiapan wilayah,
khususnya daerah yang terpencil dan terisolir.
b) Persiapan.
(1) Koordinasi dengan instansi terkait.
(2) Menyiapkan fasilitas/perlengkapan yang
diperlukan.
(3) Menyiapkan personel untuk membantu tugas
pemerintah di daerah.
c) Pelaksanaan.
(1) Mengajak komponen bangsa untuk
membangun daerah terpencil dan terisolir
d) Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
(2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
(3) Menyusun hasil evaluasi yang meliputi data,
fakta dan pengaruh kegiatan pembinaan perlawanan
wilayah untuk dijadikan bahan yang akan datang.
(4) Pengecekan terhadap Alkap, peta dan fasilitas
serta personel yang digunakan dalam membantu
pemberdayaan wilayah pertahanan.
a) Perencanaan.
(1) Merencanakan pembinaan terhadap
komponen bangsa melalui pembinaan masyarakat
pada daerah-daerah tertentu yang memiliki tingkat
kerawanan sosial.
b) Persiapan.
(1) Koordinasi dengan instansi terkait.
(2) Menyiapkan fasilitas/perlengkapan yang
diperlukan.
c) Pelaksanaan.
(1) Mengajak komponen bangsa untuk
melaksanakan patroli keamanan pada daerah yang
memiliki tingkat kerawanan kondisi sosial
d) Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
(2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
(3) Menyusun hasil evaluasi yang meliputi data,
fakta dan pengaruh kegiatan pembinaan perlawanan
wilayah untuk dijadikan bahan yang akan datang.
a) Perencanaan.
(1) Saat terjadi bencana. Melaksanakan
tanggap darurat.
(2) Pasca bencana. Membantu pelaksanaan
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.
b) Persiapan.
(1) Koordinasi dengan instansi terkait.
(2) Menyiapkan fasilitas yang dibutuhkan.
(3) menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.
(4) Menyiapkan personel untuk membantu
menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian
dan pemberian bantuan kemanusiaan.
d) Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
(2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
(3) Menyusun hasil evaluasi yang meliputi data,
fakta dan pengaruh kegiatan pembinaan perlawanan
wilayah untuk dijadikan bahan yang akan datang.
a) Perencanaan.
(1) Merencanakan kerja sama dengan Pemda
secara terpadu mengadakan pembinaan terhadap
b) Persiapan.
(1) Koordinasi dengan instansi terkait.
(2) Menyiapkan fasilitas/perlengkapan yang
diperlukan.
(3) Menyiapkan personel untuk membantu
pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (SAR).
c) Pelaksanaan.
(1) Bekerja sama dengan Pemda secara terpadu
mengadakan pembinaan terhadap komponen
masyarakat di tingkat Kabupaten untuk memberikan
pertolongan, pencarian dan penyelamatan guna
mencegah kemungkinan bertam-bahnya korban jiwa
dan kerugian materiil yang diakibatkan oleh
kecelakaan serta bencana alam di wilayah.
d) Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
(2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
(3) Menyusun hasil evaluasi yang meliputi data,
fakta dan pengaruh kegiatan pembinaan perlawanan
wilayah untuk dijadikan bahan yang akan datang.
b) Persiapan.
(1) Koordinasi dengan instansi terkait.
(2) Menyiapkan fasilitas/perlengkapan yang
diperlukan.
(3) Menyiapkan personel untuk pengamanan
pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan,
perompakan dan penyelundupan.
c) Pelaksanaan.
(1) Bekerja sama dengan Pemda secara terpadu
untuk menyiapkan dan mengoorganisasi masyarakat
sesuai profesi/ keahliannya yang diarahkan guna
membantu tim yang akan mengatasi dan menindak
para pembajak, perompak dan penyelundup.
d) Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
(2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
(3) Menyusun hasil evaluasi yang meliputi data,
fakta dan pengaruh kegiatan pembinaan perlawanan
wilayah untuk dijadikan bahan yang akan datang.
1. Tujuan.
2. Sasaran.
a. Susunan Organisasi.
1) Operasi Bakti.
2) Karya Bakti.
a) Pangdam selaku Komando Pengendali
b) Danrem selaku penanggung jawab kegiatan
c) Dandim selaku koordinator Pelaksanaan Karya Bakti.
d) Dansat Non Kowil selaku Komandan Pelaksana
Karya Bakti
b. Karya Bakti.
7. Syarat Personel.
a. Personel TNI yang mempunyai kemampuan dan keterampilan
pertukangan dan bangunan.
b. Personel TNI yang mempunyai kemampuan dan keterampilan
konstruksi jalan dan jembatan
c. Personel TNI yang mempunyai kemampuan dan keterampilan di
bidang kesehatan, pertanian, perikanan, peternakan dan perkebunan.
d. Personel TNI yang mempunyai kemampuan di bidang pendidikan,
bidang keamanan, bidang hukum, bela negara dan wawasan
kebangsaan.
2) Type Swasembada.
a) Dilaksanakan oleh masing-masing Angkatan.
b) Dilaksanakan antar Angkatan .
1) Bentuk kerjasama,
2) Bentuk Swasembada.
a) Bentuk E : Proyek Kemhan.
b) Bentuk F : Proyek Pusat/Angkatan.
c) Bentuk G : Proyek Wilayah/Daerah.
d) Bentuk H : Proyek Satuan.
(1) Subjek.
(a) Aparat Komando Kewilayahan.
(b) Unsur-unsur TNI yang tergabung dalam
SSK.
(c) Unsur Pemda/Dinas/Jawatan yang
tergabung dalam kelompok khusus/Tim
penyuluh TMMD.
(2) Objek.
(a) Fisik yaitu semua sasaran fisik yang
telah tertuang dalam program TMMD.
(b) Non Fisik yaitu seluruh masyarakat
desa yang berada di sekitar lokasi TMMD.
(3) Metode.
(a) Pada kegiatan fisik materiil.
i) Pendataan.
ii) Pembangunan sarana dan
prasarana.
(4) Kegiatan.
i) Kegiatan fisik,
aa) Perbaikan/pembuatan
jalan desa yang berkonstruksi
kuat sehingga dapat dilalui oleh
kendaraan tempur/berlapis baja.
a) Tahap perencanaan.
(1) Subjek.
(a) Aparat Komando Kewilayahan.
(b) Unsur-unsur TNI yang terlibat.
(c) Unsur Pemda/Dinas/Jawatan yang
tergabung dalam kelompok khusus/Tim
penyuluh TMMD.
(2) Objek.
(a) Fisik, yaitu semua sasaran fisik yang
telah tertuang dalam program Manunggal.
(3) Metode.
(a) Pada kegiatan fisik materiil.
i) Pendataan.
ii) Pembangunan sarana dan
prasarana.
i) Penyuluhan.
ii) Penerangan.
iii) Pelatihan.
(4) Kegiatan.
i) Bidang Fisik.
b) Persiapan.
(1) Membuat buku rencana kegiatan TNI
Manunggal.
(2) Penyiapan personel TNI yang terlibat.
fisik/non fisik.
1) Perencanaan.
c) Metode.
(1) Pada kegiatan fisik materiil.
(a) Pendataan.
(b) Pembangunan sarana dan prasarana.
(a) Penyuluhan.
(b) Penerangan.
(c) Pelatihan.
(2) Koordinasi.
(3) Menyusun urut-urutan prioritasnya
kegiatan/pentahapan Karya Bakti.
(4) Merencanakan kebutuhan materiil, sarana dan
waktu yang dibutuhkan.
(5) Menentukan tata cara pengendalian dan
pengawasan.
2) Persiapan.
a) Dandim mengadakan rapat koordinasi terakhir
dengan unsur-unsur terkait untuk mengecek kesiapan
masing-masing.
b) Menghimpun materiil dan peralatan yang diperlukan
berikut logistik lainnya.
c) Mengorganisir satuan yang terlibat dalam
penyelenggaraan Karya Bakti.
d) Membuat jadwal kegiatan.
3) Pelaksanaan.
a. Perencanaan.
1) Merencanakan pengendalian penduduk dari daerah rawan
ke daerah belakang (daerah pengungsian).
2) Merencanakan membantu mengatasi kesulitan rakyat
b. Persiapan.
1) Menyiapkan personel yang akan melaksanakan peninjauan
pada route pengendalian penduduk dari daerah rawan ke daerah
belakang (daerah pengungsian).
2) Menyiapkan sarana transportasi.
3) Menyiapkan titik kendali pada route pengendalian penduduk
dari daerah rawan ke daerah belakang (daerah pengungsian).
4) Menyiapkan daerah belakang (daerah pengungsian).
5) Menyiapkan tenda pengungsian di daerah belakang.
6) Menyiapkan tenaga medis dan obat-obatan.
7) Menyiapkan logistik untuk para pengungsi.
8) Menyipkan rencana pengamanan di daerah belakang.
c. Pelaksanaan.
1) Melaksanakan peninjauan route pengendalian penduduk
dari daerah rawan ke daerah belakang (daerah pengungsian) dan
menentukan titik pengendalian pengungsi.
2) Mendirikan tenda pengungsian di daerah belakang.
3) Membawa pengungsi dari daerah rawan ke daerah
belakang melalui route yang telah ditentukan
4) Melakukan pemeriksaan terhadap pengungsi di titik
pengendalian untuk mencegah penyusupan dari pihak musuh.
5) Memeriksa dan mengecek kondisi kesehatan pengungsi
oleh tenaga medis yang ada dan memberikan obat-obatan.
6) Memberikan logistik kepada pengungsi.
7) Melaksanakan pengamanan di daerah belakang.
d. Pengakhiran.
1) Mengecek personel yang melaksanakan tugas.
2) Mengecek kembali sarana transportasi yang digunakan.
3) Mengecek jumlah pengungsi di daerah belakang.
4) Mengecek jumlah pengungsi yang berobat.
5) Mengecek tenda pengungsi.
6) Mengecek jumlah logistik untuk para pengungsi.
7) Membuat laporan.
a. Perencanaan.
1) Di bidang fisik.
1) Di bidang fisik.
1) Di bidang fisik.
(1) Kesehatan.
d. Pengakhiran.
1) Mengecek personel yang melaksanakan tugas.
2) Mengecek kembali sarana transportasi yang digunakan.
3) Mengevaluasi pelaksanaan Bakti TNI yang dipadukan
dengan program pembangunan daerah.
4) Mengecek kesehatan mental dan psikologi penduduk.
5) Mengecek kembali tentang kesadaran bela negara dan
wawasan kebangsaan penduduk.
6) Membuat laporan.
c) Pelaksanaan.
(1) Memberikan pengarahan terhadap para
pengungsi yang akan dipindahkan ke tempat
penampungan yang lebih aman.
(2) Mendirikan tenda pengungsian di daerah
belakang.
(3) Mendata para pengungsi yang akan
dipindahkan ke tempat penampungan.
(4) Membawa pengungsi dari daerah rawan ke
daerah belakang melalui route yang telah ditentukan.
(5) Membagi tempat para pengungsi yang
menempati rumah/barak sebagai tempat tinggal
sementara.
(6) Melakukan pemeriksaan terhadap pengungsi
di titik pengendalian untuk mencegah penyusupan
dari pihak musuh.
(7) Memeriksa dan mengecek kondisi kesehatan
pengungsi oleh tenaga medis dan memberikan obat-
obatan.
(8) Mengatur kegiatan para pengungsi selama di
tempat penampungan.
d) Pengakhiran.
(1) Mengecek personel yang melaksanakan
tugas.
(2) Mengecek kembali sarana transportasi yang
digunakan.
(3) Mengecek jumlah pengungsi di daerah
belakang.
(4) Mengecek jumlah pengungsi yang berobat.
(5) Mengecek tenda pengungsi.
(6) Mengecek jumlah logistik untuk para
pengungsi.
(7) Membuat laporan.
b) Persiapan.
(1) Apabila organisasi teroris yang diketahui
cukup besar, maka hal-hal yang harus dipersiapkan
sebagai berikut:
c) Pelaksanaan.
d) Pengakhiran.
(1) Mengecek personel yang melaksanakan
tugas.
(2) Mengecek kembali sarana transportasi yang
digunakan.
(3) Mengecek jumlah pengungsi di daerah
belakang.
(4) Mengecek jumlah pengungsi yang berobat.
(5) Mengecek tenda pengungsi.
(6) Mengecek jumlah logistik untuk para
pengungsi.
(7) Membuat laporan.
b) Persiapan.
(1) Menyiapkan personel untuk mencari informasi
kepada penduduk tentang illegal logging dan
penyelundupan di sepanjang wilayah perbatasan.
(2) Menyiapkan personel untuk mencari informasi
tentang pendidikan, jalan raya, listrik, mata
pencaharian secara umum dan penjualan hasil
pertanian.
(3) Menyiapkan personel untuk mencari informasi
kepada penduduk tentang keamanan.
c) Pelaksanaan.
(1) Melaksanakan pengecekan kasus tentang
illegal logging dan penyelundupan di Polres
setempat.
(2) Melaksanakan pengecekan gedung-gedung
sekolah, jalan raya, listrik penduduk, mata
pencaharian penduduk dan penjualan hasil pertanian
penduduk.
(3) Melaksanakan pengecekan tentang
keamanan sepanjang perbatasan kepada Polres
setempat.
d) Pengakhiran.
(1) Mengecek personel yang melaksanakan
tugas.
(2) Mengecek kembali sarana transportasi yang
digunakan.
(3) Membuat laporan.
b) Persiapan.
(1) Menyiapkan rencana pengamanan objek vital
nasional dari penduduk sekitar objek vital.
(2) Menyiapkan Satpam dari penduduk sekitar
objek vital.
c) Pelaksanaan.
(1) Membentuk Satpam dari penduduk sekitar
objek vital untuk mengamankan objek vital sehingga
penduduk terbantu kesejahteraannya.
(2) Melaksanakan pengamanan di sekitar objek
vital.
d) Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
(2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
b) Persiapan.
(1) Menyiapkan rencana pengamanan terhadap
penduduk luar negeri di mana satuan itu bertugas.
(2) Menyiapkan rencana tenaga medis dan obat-
obatan bagi penduduk luar negeri dimana satuan itu
bertugas.
(3) Menyiapkan rencana pembangunan dan
rehabilitasi fasilitas umum perkantoran dengan
bekerja sama dengan pemerintah setempat dimana
satuan itu bertugas.
(4) Menyiapkan rencana membangkitkan kembali
semangat juang penduduk berupa membangkitkan
mental, psikologis, kondisi kesehatan penduduk
dimana satuan itu bertugas.
(5) Menyiapkan rencana pertanian, perikanan dan
peternakan bagi penduduk luar negeri di mana
satuan itu bertugas.
c) Pelaksanaan.
d) Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
(2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
(3) Menyusun hasil evaluasi yang meliputi data,
fakta dan pengaruh kegiatan karya bakti untuk
dijadikan bahan yang akan datang.
b) Persiapan.
c) Pelaksanaan.
d) Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
(2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
a) Perencanaan.
(1) Membantu kesulitan rakyat.
(2) Membantu kelancaran program
pemerintah/otoritas sipil.
c) Pelaksanaan.
(1) Membantu pelaksanaan pembangunan pada
daerah terpencil dan terisolasi dalam rangka
membantu memperlancar peningkatan kesejahteraan
dan keselamatan rakyat.
(2) Membantu program pembangunan pemerintah
daerah tentang pengentasan kemiskinan melalui
pendidikan, kesehatan, pertanian dll.
d) Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
(2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
d) Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
(2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
b) Persiapan.
(1) Saat terjadi bencana. Menyiapkan tanggap
darurat.
(2) Pasca bencana. Menyiapkan kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi.
c) Pelaksanaan.
(1) Saat terjadi bencana. Melaksanakan tanggap
darurat yang meliputi:
d) Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
(2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
c) Pelaksanaan.
(1) Melaporkan ke komando atas bahwa ada
pesawat jatuh dan kapal laut terbakar/tenggelam.
d) Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi hasil kegiatan.
(2) Membuat dan melaporkan hasil pelaksanaan.
c) Pelaksanaan.
SIKAP TERITORIAL
2. Sasaran.
a. Terwujudnya sikap teritorial sesuai dengan kepribadian prajurit TNI
AD yang berdasarkan Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 TNI Wajib
sebagai wujud bahwa prajurit TNI adalah berasal dari rakyat, oleh dan
untuk rakyat.
3. Sifat.
a. Mengayomi.
b. Kebersamaan.
c. Musyawarah untuk mufakat dengan rasa kekeluargaan.
d. Gotong-royong. .
e. Manfaat.
5. Syarat personel. :
a. Kemampuan memecahkan masalah.
b. Kemampuan mengayomi.
c. Kemampuan berkomunikasi.
d. Kemampuan memberikan contoh.
a. Metoda.
b. Teknik.
a) Senyum simpatik.
b) Tegur sapa.
c) Saling menghormati.
d) Menyesuaikan diri dengan lapisan masyarakat.
e) Tata susila.
a. Faktor intern.
1) Keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Sikap dan mental prajurit.
a) Sikap dan mental prajurit yang baik. diwujudkan
antara lain dalam bentuk :
b. Faktor ekstern.
1) Pola sikap dan tindak masyarakat yang ada di wilayah.
2) Adat istiadat dan kebudayaan masyarakat (Kultur) di
wilayah.
3) Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Ekonomi. Perkembangan dan kenaikan harga kebutuhan
hidup yang semakin tinggi
5) Kelompok tertentu yang antipati dengan TNI.
a. Keharusan.
1) Melaksanakan peribadatan sesuai agama masing-masing
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai/norma keagamaan yang ada
dilingkungannya.
b. Larangan.
1) Tidak melakukan kegiatan / hal-hal yang dapat merusak
citra TNI.
2) Tidak melanggar nilai-nilai / norma agama yang ada
dilingkungannya.
3) Tidak melanggar adat istiadat, budaya, hukum / HAM dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di daerahnya.
4) Tidak bersikap arogansi.
5) Tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan dan
menyakiti masyarakat
a. Perencanaan.
1) Merencanakan waktu pelaksanaan pembinaan.
Disesuaikan situasi dan kondisi kesatuan.
2) Menentukan tempat pelaksanaan pembinaan
b. Persiapan.
1) Mengeluarkan perintah.
2) Memberikan arahan kepada personel yang ditunjuk sebagai
pengajar/pembina.
3) Menyiapkan dukungan administrasi.
c. Pelaksanaan
a) Pengawasan.
(1) Pengawasan formal dilaksanakan oleh para
Dansat dan pejabat yang diberi wewenang.
(2) Pengawasan non formal melalui pengawasan
sosial oleh masyarakat.
d. Pengakhiran.
1) Mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
2) Melaporkan kepada Komando Atas.
2. Sasaran.
a. Terpelihara dan meningkatnya Kemampuan Temu Cepat dan
Lapor Cepat dari Aparat Komando Kewilayahan. Mampu mendeteksi
secara dini untuk memperoleh keterangan/informasi, mengetahui dan
mengenali serta memprediksi perubahan dan perkembangan, mampu
mengantisipasi secara dini kerawanan yang timbul dalam kehidupan
sosial masyarakat maupun lingkungannya.
4. Peran.
a. Mengembangkan kecakapan dan keterampilan prajurit TNI AD
dalam melaksanakan Temu Cepat dan Lapor Cepat terhadap segala
permasalahan teritorial yang terjadi atau kemungkinan akan terjadi serta
memberikan Alternatif pencegahannya.
a. Metoda.
1) Ceramah.
2) Wawancara/Tanya jawab.
3) Observasi/Pengamatan.
4) Praktek/Aplikasi.
b. Teknik.
1) Langsung. Apter langsung melaksanakan kegiatan
kelapangan.
a. Faktor Intern.
1) Disiplin prajurit.
2) Sikap mental dan motivasi Komandan Satuan beserta
anggotanya.
3) Pengetahuan dan wawasan serta tingkat pendidikan
anggota satuan.
4) Sarana dan prasarana yang tersedia.
5) Dislokasi Satuan.
b. Faktor Ekstern.
1) Pola sikap dan tindak masyarakat yang ada diwilayah
Satuan tersebut.
2) Adat istiadat dan budaya masyarakat yang ada diwilayah.
3) Kondisi geografi.
4) Alokasi anggaran dari Komando Atas.
a. Tahap Perencanaan.
1) Membuat rencana pengumpulan keterangan.
2) Rencana memilih mitra karib
3) Rencana penentuan wilayah yang akan dimonitor.
4) Rencana cara laporan, dan menentukan cara bertindak
dalam rangka cegah dini.
b. Persiapan.
1) Membekali Aparat kowil dan Mitra Karib tentang kegiatan
yang akan dilaksanakan dalam rangka pengumpulan keterangan.
2) Menentukan wilayah yang akan diawasi/dimonitor.
3) Menentukan cara laporan dan alat yang digunakan.
4) Menentukan jadwal kegiatan monitoring.
c. Pelaksanaan.
3) Cara laporan.
a) Hal-hal yang penting yang sifatnya mendesak segera
dilaporkan ke Komando atas dengan formulasi laporan
SIABIDIME
d. Pengakhiran.
1) Mengevaluasi hasil kegiatan yang telah dilaksanakan oleh
mitra karib, untuk mengetahui sejauh mana keterampilan dan
pengetahuan yang dimiliki.
2) Mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan
mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan sampai dengan
pengakhiran.
3) Membuat laporan ke Komando Atas.
b. Persiapan.
1) Membuat jadwal kegiatan sesuai alokasi waktu yang telah
direncanakan.
2) Melaksanakan koordinasi.
3) Menyempurnakan rencana kegiatan.
4) Menyempurnakan hal-hal lain yang berhubungan dengan
tindakan Administrasi.
c. Pelaksanaan.
1) Pengumpulan data.
2) Tabulasi data.
a) Pada hakekatnya Tabulasi Data adalah suatu cara
penganalisaan data dengan model tabel, terhadap data
kejadian yang dianalisa kemudian diolah dengan
menggunakan pola pikir hubungan sebab akibat
3) Klasifikasi wilayah.
a) Merupakan tindak lanjut dari tabulasi data yang telah
disusun, digunakan untuk menentukan tingkat klasifikasi
wilayah dengan menggolong – golongkan tiap daerah.
d. Pengakhiran.
1) Mengevaluasi hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan
kegiatan.
2) Mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
3) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan ke Komando Atas.
a. Perencanaan.
1) Mendata luas wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Mengklasifikasikan potensi potensi wilayah yang dapat
dijadikan kekuatan kewilayahan.
3) Membuat rencana pelaksanaan kegiatan.
b. Persiapan.
1) Membuat jadwal kegiatan sesuai daerah tanggung
jawabnya.
2) Menyiapkan sarana dan prasarana.
c. Pelaksanaan.
1) Mendata Sunber Daya Alam dan Sumber Daya Buatan.
d. Pengakhiran.
1) Mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
pengakhiran
2) Pembuatan laporan ke Komando Atas.
a. Perencanaan.
1) Membuat rencana pembinaan.
2) Menentukan tempat, sarana dan prasarana pembinaan.
b. Persiapan.
1) Membuat jadwal kegiatan sesuai alokasi waktu yang telah
direncanakan.
2) Melaksanakan koordinasi dengan Pemerintah Daerah.
3) Menyempurnakan rencana dan menentukan kebutuhan
Administrasi.
c. Pelaksanaan.
1) Melaksanakan pembinaan kesadaran berbangsa dan
bernegara, bela negara dan cinta tanah air dan wawasan
kebangsaan.
2) Melatih personel yang terpilih sesuai dengan kemampuan
yang telah ditentukan.
3) Kegiatan yang dilaksanakan dengan metode :
a) Penyuluhan / ceramah.
b) Tukar pikiran.
c) Tukar menukar informasi.
d. Pengakhiran.
1) Mengevaluasi hasil yang telah dicapai untuk mengetahui
sejauhmana keterampilan dan pengetahuan yang telah diperoleh
dapat dipahami.
2) Pembuatan laporan ke Komando Atas.
a. Perencanaan.
1) Memahami sasaran yang ingin dicapai dalam
berkomunikasi yaitu :
a) Menciptakan rasa aman dengan komunikan.
b) Merebut hati dan simpati komunikan.
c) Menanamkan rasa kepercayaan terhadap TNI.
b. Tahap Persiapan.
1) Menyusun materi.
2) Melaksanakan koordinasi dengan kelompok komunikan.
3) Melakukan uji coba / praktek
4) Melakukan pengecekan terakhir
5) Menyiapkan administrasi yang diperlukan dalam
mendukung kegiatan berkomunikasi.
c. Tahap pelaksanaan.
1) Teknik berbicara dilaksanakan dengan cara :
d. Tahap Pengakhiran.
1) Mengevaluasi dan mengidentifikasi.
a) Personal opinion
b) Public opinion
c) Mayority opinion
PPM
b. Penumpang VIP.
c. Penumpang Special Flight.
PBB
b. Tegak Senjata
1) Tangan kanan memegang laras bagian bawah diatas
landasan.
2) Tangan kiri memegang laras bagian atas.
3) Badan dibungkukan, bersamaan dengan itu senjata
diturunkan ke samping kanan badan dengan tangan kanan
melewati atas kepala, selanjutnya diletakan diatas tanah.
4) Badan ditegakan, bersamaan dengan itu, tangan kanan
memegang laras bagian atas dari depan, punggung ibu jari
menghadap ke dalam punggung tangan menghadap ke depan.
5) Tangan kiri kembali ke sikap sempurna.
5. Sikap salvo.
a) senjata dibawa menyilang di depan badan dengan sangkur
terhunus.
b) Kaki kiri dirapatkan ke kaki kanan, badan serong ke kanan
bersamaan senjata diangkat menyilang di depan badan, tangan
kiri memegang lade bagian bawah, sehingga posisi badan serong
ke kanan.
c) Tangan kanan pindah memegang hulu popor.
d) Kaki kanan mundur satu langkah ke belakang, senjata diangkat ke
pundak kanan dengan popor bertumpu ke pundak, tangan kiri
lurus memegang lade, senjata mengarah ke atas dengan
kemiringan 45º.
e) Tangan kanan pindah memegang pistol grif dengan jari telunjuk
lurus pada pelindung picu untuk siap menembak.
f) Pipi menempel di popor, pandangan mata searah ujung laras.
g) Setelah aba-aba ''HORMAT SENJATA = GERAK'', picu ditarik
senjata meledak
PUDD
2. Macam kesatrian.
a. Kesatrian tetap adalah kesatrian yang digunakan oleh satu
satuan atau lebih secara terus menerus. Pelaksanaan urusan dinas
dalam diatur sendiri oleh kesatuan tersebut dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam PUDD – TNI.
a. Bahaya kebakaran
1) Sebelum kebakaran
a) Menyusun Protap Satuan tentang Penanggulangan
bahaya kebakaran
b. Serangan Musuh
1) Sebelum Kejadian
a) Menyusun Protap Satuan tentang cara menghadapi
serangan musuh.
b) Membentuk Organisasi termasuk tugas dan
tanggung jawabnya.
c) Mengadakan uji Protap satuan tentang bahaya
serangan musuh.
d) Melatihkan cara mengatasi bahaya serangan musuh
sesuai dengan Protap secara periodik.
2) Saat kejadian
a) Memberikan Tanda bahaya serangan musuh. Tanda
bahaya serangan musuh, berupa pukulan lonceng, sirine
dan lain-lain
b) semua penghuni Kesatrian segera meninggalkan
tempat kerja dan tugas masing-masing, menuju ketempat
berkumpul yang telah ditentukan.
d) Setelah seluruh anggota berkumpul, segera
diorganisir sesuai kelompok masing-masing dan segera
masuk ke kedudukan.
(1) Kelompok Komando.
(2) Kelompok Pengaman.
(3) Kelompok Bantuan.
3) Setelah kejadian
a) Melaksanakan pengecekan personel dan materiil.
b) Mendata kerugian personel dan materiil akibat
terjadinya serangan musuh.
c) Memperbaiki Fasilitas yang rusak akibat serangan
musuh sesuai dengan batas kemampuan satuan.
c. Bencana Alam
1) Sebelum Bencana
a) Menyusun Protap Satuan tentang Penanggulangan
bahaya Bencana Alam.
b) Membentuk kelompok termasuk tugas dan tanggung
jawabnya.
c) Mengadakan uji protap satuan tentang bahaya
Bencana Alam.
d) Melatihkan cara mengatasi bahaya Bencana Alam
sesuai dengan protap secara periodik.
3) Setelah Bencana
a) Melaksanakan pengecekan terhadap kondisi tempat
bencana.
b) Mendata kerugian personal dan materiil akibat
terjadinya bencana alam.
c) Memperbaiki Fasilitas Kesatrian yang rusak dan
memberikan perawatan terhadap korban akibat bencana
alam sesuai dengan batas kemampuan satuan.
d) Melaporkan ke Komando Atas kejadian bencana
alam tersebut termasuk kerugian personal/materiil yang
dialami serta upaya penanggulangan yang dilakukan
satuan.
a. Siaga III
1) Siaga III diberlakukan untuk mengantisipasi situasi/keadaan
tertentu yang tingkat ancamannya dapat diantisipasi oleh
1/3 kekuatan satuan.
2) Penyusunan kekuatan siaga III diatur oleh Komandan
Satuan.
3) Siaga III dapat diubah menjadi siaga II atau siaga I
tergantung dari tingkat ancamannya
4) Prajurit yang melaksanakan siaga III harus tinggal di dalam
kesatrian, sedangkan prajurit yang tidak melaksanakan
siaga III melaksanakan tugas rutin seperti biasa.
5) Perizinan dan dinas cuti dapat dilaksanakan tetapi terbatas
di wialayah Garnisun setempat.
6) Pasukan siaga III dikumpulkan disuatu tempat yang
ditentukan oleh Komandan satuan.
7) Perlengkapan yang digunakan PDL II, Baret/Topi Rimba
untuk munisi masih di gudang.
8) Pejabat-pejabat yang berhubungan dengan tugas
pelayanan menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk
melengkapi pasukan yang disiagakan antara lain bagian
b. Siaga II
1) Siaga II diberlakukan untuk mengantisipasi situasi/keadaan
tertentu yang tingkat ancamannya dapat diantisipasi oleh
1/2 kekuatan satuan.
2) Penyusunan kekuatan siaga II diatur oleh Komandan
Satuan.
3) Siaga II dapat diubah menjadi siaga I atau siaga III
tergantung dari tingkat ancamannya.
4) Prajurit yang melaksanakan siaga tingkat II harus tinggal di
dalam kesatrian, sedangkan prajurit yang tidak
melaksanakan siaga II melaksanakan tugas rutin seperti
biasa.
5) Perizinan dapat dilaksanakan tetapi terbatas di wilayah
Garnisun setempat dan dinas cuti ditiadakan
6) Pasukan siaga II dikumpulkan disuatu tempat yang
ditentukan oleh Komandan satuan.
7) Perlengkapan yang digunakan PDL II, Baret/Topi rimba
untuk amunisi masih di gudang.
8) Pejabat-pejabat yang berhubungan dengan tugas
pelayanan menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk
melengkapi pasukan yang disiagakan antara lain bagian
persenjataan, amunisi, kesehatan, angkutan pemeliharaan
dan sarana pendukung lainnya.
9) Siaga II berakhir setelah ada pertimbangan Komandan
Satuan/ Pangkotama/Komandan Garnisun setempat
berdasarkan perkembangan situasi/keadaan
c. Siaga I
1) Siaga I diberlakukan untuk mengantisipasi situasi/keadaan
tertentu yang tingkat ancamannya harus dihadapi oleh
seluruh personel Satuan.
2) Keadaan siap tempur semua prajurit berada di pos masing-
masing.
3) Siaga I dapat diubah menjadi siaga II atau siaga III
tergantung dari tingkat ancamannya
4) Semua Prajurit yang melaksanakan siaga I harus tinggal di
dalam kesatrian.
5) Perizinan dan dinas cuti dicabut.
PDG
1. Macam-Macam Garnisun
a. Garnisun Tetap.
1) Garnisun Tetap merupakan suatu tempat/daerah/wilayah
dimana terdapat penempatan, kedudukan, pemusatan pasukan,
markas-markas satuan TNI yang terdiri dari tiga matra (TNI AD,
TNI AL dan TNI AU) secara tetap pada waktu Negara dalam
keadaan damai serta memiliki batas-batas wilayah yang sudah
ditentukan sesuai keputusan Panglima.
b. Garnisun Sementara.
1) Garnisun Sementara merupakan suatu
tempat/daerah/wilayah dimana penempatan, kedudukan,
pemusatan pasukan, markas satuan TNI terdiri dari lebih satu
matra untuk sementara waktu pada waktu Negara dalam keadaan
darurat militer.
2) Keberadaan Garnisun Sementara dibentuk apabila suatu
tempat/daerah/wilayah tersebut tidak terdapat Garnisun Tetap.
c. Garnisun Fungsional.
1) Garnisun Fungsional merupakan suatu
tempat/daerah/wilayah dimana terdapat penempatan, kedudukan,
pemusatan pasukan, markas-markas satuan TNI yang terdiri dari
tiga matra (TNI AD, TNI AL dan TNI AU) atau kurang secara tetap
pada waktu Negara dalam keadaan damai namun bukan
merupakan Garnisun Tetap.
2) Apabila dianggap perlu, Panglima dapat menetapkan suatu
Garnisun Fungsional menjadi Garnisun Tetap.
3. Fungsi garnisun
a. Menyelenggarakan Dinas Kegarnisunan meliputi Dinas Jaga,
Dinas Keamanan, Patroli, Protokoler, Pemakaman, Satlappamsus dan
Satpom.
b. Melaksanakan pencegahan dan penindakan terhadap setiap
prajurit TNI yang melanggar disiplin dan tata tertib sebagai tindakan awal
Kepolisian Militer di wilayah Garnisun selanjutnya dilimpahkan ke Polisi
Militer Angkatan masing-masing.
c. Pengawasan pelaksanaan siaga pasukan dalam memelihara
pemantapan situasi keamanan dan ketertiban di wilayahnya.
d. Menyelenggarakan pemeliharaan moril, pergeseran pasukan dan
pengawasan anggota TNI di wilayahnya.
a. Jenis Pelanggaran
1) segala perbuatan yang bertentangan dengan perintah
kedinasan, peraturan kedinasan, atau perbuatan yang tidak sesuai
dengan Tata Tertib Militer; dan
2) perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan
pidana yang sedemikian ringan sifatnya.
2) Ankum Atasan;
a) menunda pelaksanaan Hukuman Disiplin Militer;
b) memeriksa dan memutuskan pengajuan keberatan; dan
c) mengawasi dan mengendalikan Ankum di bawahnya.
4) Ankum tertinggi.
a) menunda pelaksanaan Hukuman Disiplin Militer;
b) memeriksa dan memutuskan pengajuan keberatan tingkat
akhir dan bersifat final; dan
c) mengawasi dan mengendalikan Ankum di bawahnya.
a. Tingkat Propinsi.
b. tingkat kabupaten/Kota
2) Melaksanakan penanggulangan bencana secara langsung
didaerahnya dengan melibatkan seluruh aparat dan sarpras
terkait
3) Melakukan kerja sama dalam penanggulangan bencana
dengan pemerintah kab terdekat
4) Melakukan pencegahan terjadinya bencana melalui
peningkatan kewaspadaan masyarakat dengan kegiatan
penyuluhan, pembinaan dan gladi-gladi
3) Tahap perencanaan
a) Para komandan dan staf sesuai dengan
tingkatannya, membuat rencana kemungkinan
pelibatan satuan dengan membuat rencana
koordinasi dengan BNPB atau BPBD dan instansi
terkait
b) Merencanakan kebutuhan personel dan materil
satuan
4) Tahap persiapan.
a) Melakukan koordinasi dengan BNPB dan BPBD dan
instansi terkait serta memberikan arahan kepada
unsur pelaksana sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab satuan
b) Menyiapkan personel dan materil satuan yang
diperkirakan diperlukan
c) Menyiapkan kegiatan operasional satuan yang akan
digunakan
d) Menyiapkan dan menghimpun sumber daya dan
potensi di daerah
e) Mengajukan kebutuhan anggatan sesuai dengan
rencana kegiatan
5) Pelaksanaan.
a) Melaksanakan penyusunan organisasi dan tugas
penanggulangan bencana di darat mulai tingkat
pusat hingga daerah
b) Menentukan perencanaan kegiatan yang
dilaksanakan dan selalu mengadakan koordinasi
dengan Pemda dan memadukan kegiatan
pemberdayaan masyarakat di
c) Membuat rencana operasi dalam rangak membantu
tugas Pemda
d) Satgas bersama instasnsi terkait melaksankan
koordinasi dan sosialisasi kepada masyarat.
e) Melakukan koordinasi dan membentuk tim jaringan
kerja dengan instansi terkait
f) Melakukan penentuan satuan yang melakukan siaga
pada PRCPB sesuai tingktan.
g) Menjabarkan rencana dukungan anggaran yang
digunakan pertahun.
h) Pengembangan system informasi penanggulanan
bencana dan pemanfaatan informasi mengenai
kerawanan suatu daerah guna RUTR
i) Penyiapan perangkat lunak dan perangkat keras
serta memberikan penyuluhan, pendidikan dan
pelatihan
6) Tahap pengakhiran
a) menyempurnakan dan revisi rencana kegiatan hasil
asistensi dan evaluasi
b) Memelihara kesiapan pelaksanaan tugas dengan
cara melakukan oembinaan kemampuan
c) Membuat laporan pelaksanaan pra bencana.
c) Pengoperasian
(1) mengefektifkan organisasi
(2) Prosedur kerja
(a) Utamakan spontanitas kecepatan
bertindak
(b) tatacara yang mutlak dilaksanakan
adalah :
i PPPK
ii Pencarian dan penyelamatan
iii Perawatan korban
iv penyingkiran/evakuasi korban
v Pengiriman logistic
vi Keamanan korban dan petugas
4) Tahap persiapan.
a) Melaksankan kegiatan pergeseran pasukan sesuai
dengan skala prioritas
b) Mengaktifkan jarring komunikas intern dan ekstern
c) Menyiapkan tindakan bantuan penanggulangan
bencana yang akan dilaksankan dan berkoordinas
dengan BNPB, BPBD dan instansi terkait
d) Menyiapkan kegiatan untuk melaksanakan tugas
sesuai dengan data dan informasi yang telah
terhimpun
e) Menyiapkan kegiatan penyaluran bantuan sesuai
skala prioritas sasaran melalui titik distribusi yang
ada
f) Mengecek kesiapan alat peralatan yang diperlukan.
5) Pelaksanaan.
a) Melaksanakan pengkajian secara cepat dan tepat
melalui identifikasi terhadap :cakupan lokasi
bencana, jumlah korban, kerusakan prasarana,
gangguan terhadap fungsi pelayanan, kemampuan
sumber daya alam dan bantuan.
b) Mengendalikan dan mengoordinir tindakan bantuan
tingkat nasional atau daerah serta mengendalikan
unsur SAR
c) Melaksanakan koordinasi dan konsolidasi dengan
BNPB, BPBD, dengan melakukan pengkajian secara
tepat dan cepat terhadap lokasi bencana, macam
kerusakan dan sumber daya yang ada
d) Melakukan dan mengerahkan sumber daya personel
6) Tahap Pengkahiran.
a) Menyusun dan mengorganisir kembali personel dan
materil yang digunakan
b) Menghimpun data dan informas
c) Mengadakan pengecekan terhadap semua hasil
kegiatan
d) Melaksanakan kegiatan yang bersifat antisipatif
terhadap dampak dari bencana alam
c) Langkah penindakan
(1) Rehabilitasi akibat bencana meliputi
(a) Pembuatan tenda dan pembangunan
barak-barak darurat sebagai tempat
pemukiman sementara
(b) Rehablitasi sarpras umum seperti
tempat ibadah, gedung rumah sakit, sekolah,
perkantoran pemerintah, pasar, isntalasi air
bersih
(c) Bimbingan dan penyuluhan kepada
para korban untuk mempercepat pemulihan
kehidupan.
(d) Pelaksanaan rehabilitasi melibatkan
seluruh lapisan masyarakat secara terpadu
3) Tahap perencanaan.
a) Merencanakan koordinasi dengan instansi terkait
tentang rehabilitasi dan rekonstruksi
b) Merencanakan dan mengorganisir kembali satuan
dan peralatan untuk kebutuhan rehabilitasi dan
rekonstruksi
c) Merencanakan metode dan materi kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi
d) Merencanakan prioritas rehabilitasi terhadap
kerusakan fasilitas umum
e) Merencanakan pemberdayaan wilayah dalam
rengkaketahanan daerah melalui Binter
4) Tahap persiapan
a) Melaksankan koordinasi tentang rehabilitasi dan
rekonstruksi
b) Mengorganisir kembali satuan
c) Mempersiapkan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi
d) Mempersiapkan prioritasi kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi
e) Mempersiapkan pemukiman sementara/semi
permanen
f) Menyiapkan pemberdayaan sumber daya dan
potensi wilayah dalam rangka ketahanan daerah
g) Menyiapkan laporan kegiatan
5) Tahap Pelaksanaan.
a) Bantuan rehabilitasi.
(1) Bantuan rehabilitasi fisik meliputi :
(a) Perbaikan lingkungan daerah bencana
(b) Perbaikan sarana dan prasara umum
(c) Pemberian bantuan tempat tinggal
(d) Pelayanan masyarakat
(e) Pemulihan keamanan dan ketertiban
masyarakat
b) Bantuan Rekonstruksi
(1) Pembangunan kembali sarpras umum
(2) Pembangunan kembali sarana social dan
pertanian
(3) Penerapan rancang bangun yang tepat
6) Tahap pengakhiran.
a) Menyusun dan mengorganisir kembali personil dan
materil
b) Melaksanakan analisa dan mengevaluasi kegiatan
c) Penyelesaian administrasi baik intern satgas maupun
dengan instansi terkait
Melaksankaan kegiatan penarikan pasukan kembali ke
homebase.
a. Santiaji
1) Ceramah
2) Jam Komandan
3) Penyuluhan
4) Bimbingan dan Konseling
5) Tanya jawab/dialog/diskusi/seminar
6) Simulasi
7) Penataran/kursus/pengajaran
a. Santi Karma
1) Pelatihan Mental
2) Sosiodrama
3) Widyawisata
4) Peringatan hari bersejarah nasional
5) Anjangsana dan Bhakti social.
1) Sapta marga
a) Marga Pertama “Kami Warga Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila”,
pengamalannya antara lain
(1) Setiap waraga Negara mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dimana tugas dan fungsinya
didasarkan pada nilai pancasila
(2) Berusaha mempelajari dan mengamalkan
hakikat yang terkandung dalam Pancasila
(3) Mematuhi perundangan yang berlaku
(4) Mengakui persamaan hak dan kewajiban
sesama warga
(5) menempatkan persatuan dan kesatuan diatas
kepentingan pribadi dan golongan
(6) mengembangkan perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
serta semangat gotong royong.
a) Sapta Marga
(1) Marga Pertama “Kami Warga Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan
Pancasila”, pengamalannya antara lain
(a) Setiap individu prajurit harus menyadari
bahwa dia adalah sebagai warga Negara
biasa yang tidak mempunyai hak istimewa
b) Sumpah Prajurit.
(1) Butir Pertama. “Setia kepada Negara
Kesatuan republic Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945”, pengamalannya antara
lain :
(a) Menyadari bahwa memupuk rasa cinta
dan setia kepada NKRI yang berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945 adalah kewajiban
(b) Cinta dan kesetiaan dapat diwujudkan
dengan berupaya ikut serta mengisi
kemerdekaan, berperan dalam menyukseskan
pmbangunan dengan berbagai kegiatan yang
bermanfaat.
(c) Bukti dari cinta dan kesetiaan adalah
bertanggung jawab, satunya kata dan
perbuatan serta tidak mudah terpengaruh
dengan bujuk rayuan kelompok yang
berseberangan dengan ideology bangsa.
b) Sumpah Prajurit.
(1) Butir kedua “ Tunduk kepada Hukum dan
memegang teguh disiplin keprajuritan”,
pengamalannya antara lain :
(a) Dalam medan tugas, setiap prajurit
wajib mematuhi, menaati dan melaksanakan
semua peraturan dan norma yang berlaku
(b) Menumbuhkan rasa kebersamaan, baik
anatar sesame prajurit maupun dengan
anggota masyarakat, demi terwujudnya
kemanunggalan TNI dan Rakyat.
(c) Dalam melaksanakan tugas, setiap
prajurit wajib bersikap yang tidak bertentangan
dengan hokum diantaranya :
i. Menjunjung tinggi supremasi
hokum dan ham
ii. Mengamalkan semua peraturan
dan norma-norma keprajuritan
iii. Tdak melanggar peraturan dan
tata tertib serta norma yang berlaku di
lingkungan penugasan
b) Sumpah Prajurit.
(1) Butir keempat “ Menjalankan segala
kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab
kepada tentara dan Negara Republik Indonesia”.
Pengamalannya antara lain :
(a) Menjalankan tugas dengan penuh rasa
tanggung jawab, karena yang dominan adalah
tanggung jawab.
(b) Menggunakan fasilitas dinas, anggaran
yang diberikan oleh Negara dengan efektif
dan efisien serta mampu
mempertanggungjawabkannya.
(c) Berani mengambil sikap yang tegas
terhadap penyimpangan yang dapat
menurunkan wibawa Negara.
5. Pengamalan Pancasila
1) Tidak pelit.
2) Rela berkorban.
3) Berbuat adil dan bijaksana sehingga dalam mengambil
keputusan tidak merugikan orang lain.
4) Tidak bersikap boros dan bergaya hidup mewah.
5) Mau berbagi/sedekah.
BAB II
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT Pasal 2
Pasal 3
Perubahan ketiga. tahun 2001 pasal 3 diubah dan ditambah tiga ayat menjadi :
(1) Majelis permusyawaratan rakyat berwenang mengubah dan menetapkan
undang-undang dasar.
(2) Majelis permusyawaratan rakyat melantik presiden dan/atau wakil
presiden.
BAB III
KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Pasal 4 (Tidak ada perubahan ) Pasal 5
Pasal 6
Perubahan ketiga. tahun 2001 pasal 6 ayat (1) dan (2) diubah dan ditambah
satu pasal.
Pasal 6
(1) Calon presiden dan calon wakil presiden harus seorang warga negara
Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain
karena kehendaknya sendiri, tidak pernah menghianati negara, serta mampu
secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai
presiden dan wakil presiden.
(2) Syarat-syarat untuk menjadi presiden dan wakil presiden diatur lebih
lanjut dengan undang-undang.
Pasal 6 A
(1) Presiden dan Wakil presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat.
(2) Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai
politik atau gabungan dari partai politik peserta pemilu sebelum pelaksanaan
pemilu.
(3) Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara
lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalamPemilu dengan sedikitnya
duapuluh persen suara disetiap propinsi yang tersebar dilebih dari setengah
jumlah provinsi di Indonesia dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
Perubahan keempat. tahun 2002 pasal 6A ditambah satu ayat.
(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon presiden dan wakil presiden terpilih,
dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua
dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang
memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai presiden dan wakil
presiden.
(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden lebih lanjut
diatur dalam undang-undang.
Pasal 7 B
(1) Usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden dapat diajukan
oleh dewan perwakilan rakyat kepada majelis permusyawaratan rakyat hanya
dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada mahkamh konstitusi
untuk memeriksa, mengadili dan memutus pendapat dewan perwakilan rakyat
bahwa presiden dan/atau wakil presiden telah melakukan pelanggaran hukum
berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela ; dan/atau pendapat bahwa presiden dan/atau
wakil presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil
presiden.
(2) Pendapat dewan perwakilan rakyat bahwa presiden dan/atau wakil
presiden telah melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi
memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden adalah dalam
rangka pelaksanaan fungsi pengawasan dewan perwakilan rakyat.
(3) Pengajuan dewan perwakilan rakyat kepada mahkamah konstitusi hanya
dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
dewan perwakilan rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota dewan perwakilan rankyat.
(4) Mahkamah konstitusi wajib memeriksa, mengadili dan memutus dengan
seadil-adilnya terhadap pendapat dewan perwakilan rakyat tersebut paling lama
sembilan puluh hari setelah permintaan dewan perwakilan rakyat itu diterima
oleh mahkamah konstitusi.
(5) Apabila mahkamah konstitusi memutuskan bahwa presiden dan/atau
wakil presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela ; dan/atau terbukti bahwa presiden dan/atau wakil presiden
tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden,
dewanperwakilan rakyat menyelenggarakan sidang paripurna untuk
meneruskan usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden kepada
majelis permusyawaratan rakyat.
Pasal 7 C
Presiden tidak dapat membekukan dan atau membubarkan Dewan Perwakilan
Rakyat.
Pasal 8
Perubahan ketiga. tahun 2001 pasal 8 diubah menjadi :
(1) Jika presiden mangkat, berhenti diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh wakil
presiden sampai habis masa jabatannya.
(2) Dalam hal terjadi kekosongan wakil presiden, selambat-lambatnya dalam
waktu enam puluh hari, majelis permusyawaratan menyelenggarakan sidang
untuk memilih wakil presiden dari dua calon yang diusulkan oleh presiden.
Perubahan keempat. tahun 2002 pasal 8 diubah satu ayat :
(3) Jika presiden dan wakil presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau
tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara
bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan adalah mentri luar negri, mentri
dalam negri, dan mentri pertahanan secara bersama-sama. Selambat-
lambatnya tiga puluh hari setelah itu, majelis permusyawaratan rakyat
menyelenggarakan sidang untuk memilih presiden dan wakil presiden dari dua
pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik yang pasangan calon presiden dan wakil
presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan
umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.
Pasal 9
Perubahan pertama. tahun 1999 pasal 9 diubah menjadi :
(1) Sebelum memangku jabatannya presiden dan wakil presiden bersumpah
menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh dihadapat majelis
permusyawaratan rakyat atau dewan perwakilan rakyat sebagai berikut :
Sumpah Presiden (wakil presiden)
“ Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban presiden republik
Indonesia (wakil presiden republik indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-
adilnya, memegang teguh undang-undang dasar dan menjalankan segala
Pasal 11
Perubahan ketiga. tahun 2001 pasal 11 diubah menjadi :
(1) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait
dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau
pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan dewan perwakilan
rakyat.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan
undang-undang.
Pasal 13
Perubahan pertama. tahun 1999 pasal 13 ayat (2) diubah dan ditambah satu
ayat menjadi :
(1) Dalam hal mengangkat duta, presiden memperhatikan pertimbangan
dewan perwakilan rakyat.
(2) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan
memperhatikan pertimbangan dewan perwakilan rakyat.
Pasal 15
Perubahan pertama. tahun 1999 pasal 15 diubah menjadi :
Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur
dengan undang-undang.
BAB IV
DEWAN PERTIMBANGAN
Pasal 16
Perubahan keempat. tahun 2002 pasal 16 diubah menjadi :
Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan
nasihat dan pertimbangan kepada presiden yang selanjutnya diatur dengan
undang-undang.
Pasal 18 A
(1) Hubungan wewenag antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
provinsi kabupaten dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota,
diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan
keragaman daerah.
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam
dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur
dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang- undang.
Pasal 18 B
(1) Negara mengakui dan menghurmati kesatuan-kesatuan pemerintahan
daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-
undang.
(2) Negara mengakui dan menghormati kasatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.
BAB VII
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT Pasal 19
Perubahan kedua. tahun 2000 pasal 19 diubah menjadi :
(1) Anggota dewan perwakilan rakyat dipilih melalui pemilihan umum. (2).
Susunan dewan perwakilan rakyat diatur dengan undang-undang. (3) Dewan
perwakilan rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.
Pasal 20
Perubahan pertama. tahun 1999 pasal 20 diubah menjadi :
(1) Dewan perwakilan rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-
undang.
(2) Setiap RUU dibahas oleh dewan perwakilan rakyat dan presiden untuk
mendapatkan persetujuan bersama.
(3) Jika RUU itu tidak mendapat persetujuan bersama, RUU itu tidak boleh
diajukan lagi dalam persidangan dewan perwakilan rakyat masa itu.
(4) Presiden mengesahkan RUU yang telah disetujui bersama untuk menjadi
undang-undang.
(5) Dalam hal RUU yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh
presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak RUU tersebut disetujui, RUU
tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.
Pasal 20 A
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi Legislasi, Fungsi Anggaran
dan Fungsi Pengawasan.
(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-
pasal lain Undang-undang Dasar ini, dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak
Interpelasi, Hak angket dan Hak menyatakan pendapat.
(3) Selain Hak yang diatur dalam pasal-pasal lain dalan Undang-undang
Dasar ini, setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai Hak
mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta Hak Imunitas.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak
anggota Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam Undang-undang.
Pasal 21
Perubahan pertama. tahun 1999 pasal 21 ayat (1) diubah menjadi :
Pasal 22
Perubahan kedua. tahun 2000 ditambah dua pasal menjadi :
Pasal 22 A :
“ Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang diatur
dengan undang-undang”.
Pasal 22 B :
“ Anggota dewan perwakilan rakyat dapat diberhentikan dari jabatan yang
syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang”.
Perubahan ketiga tahun 2001 pasal 22 ditambah dua Bab
BAB VII A
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
Pasal 22 C
(1) Anggota dewan perwakilan daerah dipilih dari setiap provinsi melalui
pemilihan umum
(2) Anggota dewan perwakilan daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama
dan jumlah seluruh anggota dewan perwakilan daerah itu tidak lebih dari
sepertiga jumlah anggota dewan perwakilan rakyat.
(3) Dewan perwakilan daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.
Pasal 22 D
(1) Dewan perwakilan daerah dapat mengajukan kepada dewan perwakilan
rakyat RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang
berkaitan dengan penimbangan keuangan pusat dan daerah.
(2) Dewan perwakilan rakyat daerah ikut membahas rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah ;
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta pertimbangan keuangan
pusat dan daerah ; serta memberikan pertimbangan kepada dewan perwakilan
rakyat atas RUU anggaran pendapatan dan belanja negara dan RUU yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.
(3) Dewan perwakilan daerah dapat melakukan pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja negara pajak, pendidikan dan agama serta
menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada dewan perwakilan rakyat
sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
(4) Anggota dewan perwakilan daerah dapat diberhentikan dari jabatannya
yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.
Pasal 23 A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur
dengan Undang-undang.
Perubahan keempat tahun 2002 ditambah satu pasal (pasal 23B) Pasal 23 B
“ Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang” Pasal 23 C
“Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang”
Perubahan keempat. tahun 2002 ditambah satu pasal (23D) Pasal 23 D
“ Negara memiliki suatu Bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab dan independensinya diatur dengan undang- undang ”.
BAB VIII A
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN Pasal 23 E
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan
Negara diadakan satu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri.
(2) Hasil pemeriksaan keuangan Negara diserahkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah sesuai dengan kewenanganya.
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh Lembaga perwakilan
dan/atau Badan sesuai dengan Undang-undang.
Pasal 23 F
(1) Anggota Badan pemeriksa keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan
diresmikan oleh Presiden.
(2) Pimpinan Badan pemeriksa keuangan dipilih dari dan oleh anggota.
Pasal 23 G
(1) Badan pemeriksa keuangan berkedudukan di ibukota Negara dan
memiliki perwakilan di setiap Propinsi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai badan pemeriksa keuangan diatur
dengan undang-undang.
Pasal 24 A
(1) Makamah agung berwenang mengadili pada tingkat Kasasi, menguji
peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang dan mempunyai
wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-undang.
(2) Hakim Agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak
tercela, adil, profesional dan berpengalaman dibidang hukum.
(3) Calon Hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan
Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai
Hakim agung oleh presiden.
(4) Ketua dan Wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh Hakim
agung.
(5) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahklamah Agung
serta badan peradilan dibawahnya diatur dengan Undang-undang.
Pasal 24 B
(1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkankehormatan, keluhuran martabat serta perilaku
hakim.
(2) Anggota Komosi Yudisial mempunyai pengetahuandan pengalaman di
bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.
(3) Anggota Komosi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Pasal 24 C
(1) Mahlkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat Final untuk menguji Undang-undang terhadap
Undang-undang dasar, memutuskan sengketa kewenangan lembaga Negara
yang kewenanganya diberikan oleh undang-undang Dasar,
memutuskanpembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum.
(2) Makamah Konstitusi wajib memberikanputusan atas pendapat DPR
mengenai dugaan pelanggaran olehPresiden dan /atau Wakil Presiden menurut
Undang-undang dasar.
(3) Makamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota Hakim
Konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masingtiga
orang oleh Mahkamah Agung, Tiga orang oleh DPR dan tiga orang oleh
Presiden.
(4) Ketua dan Wakil Ketua Makamah Konstitusi ndipilih dari dan oleh Hakim
Konstitusi.
(5) Hakim Konstitusi harus memiliki Integritas dan kepribadian yang tidak
tercela, adil Negarawan yang menguasai Konstitusi dan ketata negaraan, serta
tidak merangkap sebagai pejabat negara.
(6) Pengangakat dan pemberhentian Hakim Konstitusi, hukum acara serta
ketentuan lainnya tentang Makamah Konstitusi diatur dengan undang- undang.
Pasal 28
Perubahan kedua. tahun 2000 ditambah satu Bab dengan 10 pasal.
BAB X A
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28 A
“ Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya “.
Pasal 28 B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28 C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
Pasal 28 D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraannya.
Pasal 28 E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
Pasal 28 G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuai yang merupakan hak asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik
dari negara lain.
Pasal 28 H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan, dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan
dan keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sodial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusi yang bermartabat.
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
Pasal 28 I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak
dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
(2) Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerinrah.
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia
dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 28 J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai- nilai agama, kemanan dan ketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokratis.
BAB XI AGAMA
Pasal 29 tetap
Pasal 32
Perubahan keempat. tahun 2002 pasal 32 diubah menjadi :
(1) Negara memajukan kebudayaan nasional indonesia ditengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.
(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya nasional.
BAB XIV
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
Pasal 33
Perubahan keempat. tahun 2002 pasal 33 ditambah dua ayat :
(1) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.
Pasal 34
Perubahan keempat. tahun 2002 pasal 34 diubah menjadi :
(1) Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.
Pasal 36 A
“ Lambang negara ialah garuda pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal
Ika”.
Pasal 36 B
“ Lagu kebangsaan ialah Indonesia raya “.
Pasal 36 C
“ Ketentuan lebih lanjut mengenai bendera, bahasa, dan lambang negara serta
lagu kebangsaan diatur dengan undang-undang ”.
BAB XVI
PERUBAHAN UNDANG – UNDANG DASAR
Pasal 37
Perubahan keempat. tahun 2002 pasal 37 diubah menjadi :
(1) Usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar dapat diagendakan
dalam sidang majelis permusyawaratan rakyat apabila diajukan oleh sekurang-
kurangnya 1/3 dari jumlah anggota majelis permusyawaratan rakyat.
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar diajukan
secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah
beserta alasannya.
(3) Untuk mengubah pasal-pasal undang-undang dasar, sidang majelis
permusyawaratan rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota majelis permusyawaratan rakyat.
(4) untuk mengubah pasal-pasal undang-undang dasar dilakukan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari
seluruh anggota majelis permusyawaratan rakyat.
(5) Khusus mengenai bentuk negara kesatuan republin indonesia tidak dapat
dilakukan perubahan.
ATURAN PERALIHAN
Perubahan keempat. tahun 2002 aturan peralihan diubah menjadi :
Pasal I
“ Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama
belum diadakan yang baru menurut undang-undang dasar ini “.
Pasal III
“ Mahkamah konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan
sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung “.
ATURAN TAMBAHAN
Perubahan keempat. tahun 2002 aturan tambahan diubah menjadi :
Pasal I
“ Majelis permusyawaratan ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap
materi dan status hukum ketetapan majelis permusyawaratan rakyat sementara
dan ketetapan majelis permusyawaratan untuk diambil putusan pada sidang
majelis permusyawaratan rakyat tahun 2003 “.
Pasal II
“ Dengan ditetapkan perubahan undang-undang dasar ini, undang-undang
dasar negara republik indonesia tahun 1945 terdiri atas pembukaan dan pasal-
pasal “
2. Teori Kepemimpinan.
a. Teori orang-orang terkemuka. Teori ini disusun dengan
mempelajari sifat sifat menonjol dari pimpinan atas keberhasilan
tugas yang dijalankan, terutama kemampuan dalam memimpin.
b. Teori Lingkungan. Teori ini menganggap bahwa munculnya
pemimpin hasil dari waktu, tempat dan keadaan.
c. Teori Situasi personal. Teori ini menganggap bahwa individu
memiliki kemampuan, sikap, dan tingkah laku tertentu yang dapat
mempengaruhi aktifitas berdasarkan kondisi yang dihadapi.
d. Teori interaksi harapan. Teori ini dikemukakan berdasarkan tiga
variabel yaitu aktivitas, interaksi dan perasaan.
e. Teori Humanistik. Teori ini menyatakan bahwa manusia adalah
organisme yng dimotivasi.
f. Teori Pertukaran. Teori ini menganggap bahwa interaksi sosil akn
menghasilkan bentuk perubahan yang akan menumbuhkan
partisipasi aktif dari para anggota dalam mencapai tujuan
kelompok.
b) Sifat Pemimpin.
(1) Ulet
(2) Adil
(3) Bijaksana
(4) Rendah hati
(5) Ramah
(6) Jujur
(7) Ikhlas
(8) Empati
b) Keterampilan personal
(1) Berpikir analitis
(2) Berpikir kreatif
(3) Pengambilan keputusan
(4) Memengaruhi
(5) Memberdayakan
(6) Mengembangkan
d. Pengembangan Kepemimpinan.
1) Pendidikan
2) Pelatihan
3) Pembekalan
4) Penugasan.
13. Sifat kepemimpinan Efektif. Tiga belas sifat yang akan menjadikan
seorang sebagaipemimpin yang efektif dimasa depan diantaranya :
a. Memiliki visi dan misi
b. Memiliki strategi dan pemikiran
c. Memiliki etika untuk membangun
d. Mampu menciptakan perubahan
e. Peka untuk menciptakan loyalitas
f. Berani mengambil resiko
g. Memiliki kemampuan mengambil keputusan
h. Mengambil keputusan yang bijaksana
i. Berkomunikasi secara efektif
j. Mampu membentuk team
k. Memiliki keberanian bertindak
l. Memiliki komitmen yang kuat
m. Memiliki sifat jujur.
14. Sifat sifat unggul kepemimpinan yang efektif secara ringkas dapat
dituliskan sebagai berikut :
a. Berani
b. Tegas
c. Kaya akan inisiatif
d. Luas pengetahuan dan pengalaman
e. Peka terhadap lingkungan dan bawahan
f. Mampu menjalin komunikasi
g. Berani mengambil keputusan dan resiko
h. Rela berkorban
i. Mau bermusyawarah mufakat
j. Bertanggung jawab dan konsekuen
k. Bersikap jujur
17. Eka prasetia pancakarsa adalah tekad tunggal dan janji luhur pada diri
sendiri yang sadar akan kodratnya untuk melaksanakan kewajiban insani
setiap orang sesuai dengan makna Pancasila. Uraian mengenai kelima
sila dari Pancasila secara singkat yaitu :
c. Persatuan Indonesia,
1) Cinta tanah air,
2) menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas
kepentingan pribadi,
3) menempa patriotism dan nasionalisme,
4) menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa diatas
kepentingan golongan atas dasar bhineka tunggal ika
e. Keadilan social.
1) Hidup sederhana,
2) tidak boros,
3) mengamalkan kelebihan untuk menolong orang lain,
4) menghargai kerja yang bermanfaat dan keadilan yang lebih
merata di segala bidang kehidupan.
19. Pemimpin harus mempunyai landasan pokok berupa nilai nilai moral
kepemimpinan. Landasan pokok kepemimpinan itu diantaranya :
a. Landasan diplomasi (bersumber pada ajaran almarhum Dr R
sosrokartono)
1) Sugih tanpa banda (kaya tanpa harta benda)
2) Nglurug tanpa bala (Mendatangi tanpa bantuan)
3) Menang tanpa ngasorake (Menang tanpa tepuk tangan)
4) Wewah tanpa kelangan (memberi tanpa merasa
kehilangan)
b. Landasan kepemimpinan.
1) Sifat ratu/raja : Bijaksana, adil, ambeg parama arta,
konsekuaen dalam janjinya
2) Sifat Pandita : membelakangi kemewahan dunia
3) Sifat Petani : Jujur, sederhana, tekun, ulet, belaka
4) Sifat guru : memberi tauladan yang baik
20. Delapan laku atau hastabrata dibarengi dengan hastha karya yang
harus tekun dilakukan oleh pemimpin diantaranya :
a. Transendensi. meningkatkan derajat dan martabat
b. Keteladanan, memberi teladan dengan perilaku baik
c. Sekuritas. Memberikan perlindungan dan pengayoman
d. Inovasi. Mampu menciptakan hal hal yang baru
e. Realisasi. Mampu membuktikan secara kongkrit ide ide dan
ucapan dalam karya nyata
f. Berencana. Sanggup merencanakn secara cermat konsep konsep
dan karya baru.
23. Bentuk kepemimpinan khas yang dikehendaki ada pada generasi muda
adalah kepemimpinan yang berorientasi pada kekaryaan, artinya
kepemimpinan mempunyai kemampuan sebagai berikut ;
a. Bisa memberikan dan mengembangkan motivasi untuk berkarya
dan membangun serta mampu menstimulir segenap lapisan
masyarakat
b. Mampu menggerakan orang lain, sehingga mereka mau dan rela
secara bersama sama mencapai satu tujuan
c. Sanggup mempengaruhi dan meyakinkan orang lain, sehingga
mereka menyadari akan urgensinya pembangunan
d. Tulus dan ikhlas melaksanakan pembangunan melalui perbuatan
konkrit dan keteladanan.
1) Ideologi Pancasila.
2) UUD 1945.
3) Kondisi dan kebudayaan geografi wilayah Indonesia.
4) Lagu Perjuangan Indonesia Raya yang kemudian menjadi
lagu kebangsaan
1) Di atmosfir :
a) Sinar Matahari.
b) Oksigen.
c) Carbon dioxyd.
2) Di permukaan Bumi :
a) Tanah (tempat berpijak, tempat tinggal, bercocok
tanam) perkebunan, kehutanan).
b) Perairan laut dan darat (makanan protein hewani,
media komunikasi dan sebagainya).
c) Gunung (sumber mineral, sumber hidrologi,
klimatologi).
d) Flora dan Fauna.
3) Di dalam bumi :
a) Mineral (minyak bumi, uranium, biji besi, batu bara,
tembaga, nikel, bauksit).
b) Energi alam (gas alam, panas alam, air artesis,
geoternis dan sebagainya).
4. Ciri Perjuangan TNI AD. Nilai-nilai yang perlu dikenang dan dilestarikan
sebagai keutamaan perjuangan TNI AD dengan memberikan 4 ciri utama
yaitu :
a. Bangsa Indonesia Cinta damai, tapi lebih cinta kemerdekaan
b. Naluri keprajuritan,
c. Strategi Perang
d. Perjuangan Tanpa Akhir.
b. Tugas Pokok TNI AD. Sebagai bagian dari TNI, TNI AD bertugas
:
1) Melaksanakan tugas TNI matra darat dibidang
pertahanan.
Untuk melaksanakan tugas TNI matra darat di bidang pertahanan,
dilakukan dengan Operasi Militer Untuk Perang dan Operasi Militer
Selain Perang, yaitu :
a) Tugas pada Operasi Militer Untuk Perang. Adalah
tugas TNI AD untuk melawan kekuatan militer negara lain
yang melakukan agresi terhadap Indonesia, dan/atau dalam
konflik bersenjata dengan suatu negara lain atau lebih, yang
didahului dengan adanya pernyataan perang dan tunduk
pada hukum perang internasional.
1) Fungsi Utama.
a) Pertempuran. Menyelenggarakan pertempuran di darat
baik sebagai bagian dari suatu komando operasi gabungan
maupun dalam bentuk operasi darat secara mandiri dalam rangka
pertahanan negara.
b) Pembinaan Postur
(1) Pembinaan dan pengembangan kekuatan.
Menyeleng-garakan penyiapan kekuatan satuan TNI AD
yang mempunyai kemampuan intelijen, tempur dalam
pertahanan negara di darat.
(2) Gelar kekuatan. Mengem-bangkan kekuatan dan
kemampuan TNI AD yang profesional dalam rangka
penyelenggaraan pertahanan negara di darat.
3) Fungsi Pembinaan.
a) Pembinaan Doktrin, pendidikan dna latihan
(1) Doktrin. Menyelenggarakan pembinaan doktrin
sesuai stratanya dalam menjamin kemutakhiran sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
aturan hukum yang berlaku.
2) Personel
a) Pembinaan tenaga manusia
(1) Penataan kekuatan personel
(2) Penataan komposisi personel
b) Pembinaan Personil
(1) Penyediaan dan pengadaan tenaga prajurit
dan PNS
(2) Pembinaan pendidikan
(3) Penggunaan prajurit
(4) Perawatan personel
(5) Penyaluran personel
(6) Pemisahan personel
3) Materil
a) Pembangunan
b) Pengadaan
c) Pemeliharaan
d) Penghapusan
e) Memperpanjang usia pakai
4) Fasilitas
5) Pendidikan
a) Sistem Pendidikan
b) Komponen Pendidikan
c) Penyelenggaraan pendidikan
6) Latihan.
a) Pemrograman latihan
b) Penyelenggaraan latihan
c) Asistensi pengawasan dan pengendalian latihan
d) Sarana dan prasarana latihan
3) Dukungan meliputi
a) Kemampuan dukungan diplomasi militer
b) Kemampuan dukungan penguasaan teknologi dan
industry militer
c) Kemampuan dukungan manajemen
11. Asas dan Prinsip Pembinaan TNI AD. Pembinaan memiliki nilai
strategis dalam pembangunan dan pengembangan matra darat.
a. Asas-asas Pembinaan TNI AD
1) Pegang Teguh Tujuan
2) Keterpaduan
3) Keselarasan
4) Kesinambungan
5) Akselerasi
6) Saling bersinergi
7) Dinamis
8) Aktual
9) Faktual
e. Syarat-syarat penggunaan
a) Penggunaan kekuatan TNI AD berdasarkan ketentuan
hokum dan perundangan yang berlaku
b) Penggunaan kekuatan TNI AD berdasarkan keputusan
pimpinan yang dilandasi niat dan keinginan luhur serta
memiliki nilai “perjuangan tanpa akhir”
c) Kekuatan TNI AD yang akan digunakan telah memiliki
kemantapan postur dan kesiapan operasional
d) Kekuatan TNI AD memiliki kesiapsiagaan yang tinggi
dengan system gelar yang memiliki efek tangkal dan
mampu bertindak dini secara cepat
e) Kekuatan TNI AD mampu menerapkan prosedur
penggunaan komponen cadangan dan pendukung aspek
darat
f) Memenuhi keterpaduan koordinasi yang serasi dan
seimbang antar kecabangan, antarmatra dan dengan
instansi terkait.
MPR
1. Tugas
a. memasyarakatkan ketetapan MPR;
b. memasyarakatkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dan Bhinneka Tunggal Ika;
c. mengkaji sistem ketatanegaraan, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, serta pelaksanaannya; dan
d. menyerap aspirasi masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Wewenang.
a. mengubah dan menetapkan UUD 1945
b. melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden hasil pemilihan umum;
c. memutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan/atau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya.
d. melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden
mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya;
e. memilih Wakil Presiden dari 2 (dua) calon yang diusulkan oleh
Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa
jabatannya; dan
f. memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya mangkat,
berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam
masa jabatannya secara bersamaan.
e. Panitia ad hoc MPR terdiri atas pimpinan MPR dan paling sedikit
5% (lima persen) dari jumlah anggota dan paling banyak 10% (sepuluh
persen) dari jumlah anggota yang susunannya mencerminkan unsur DPR
dan unsur DPD secara proporsional dari setiap fraksi dan kelompok
anggota MPR. Panitia ad hoc MPR bertugas:
1) mempersiapkan bahan sidang MPR; dan
2) menyusun rancangan putusan MPR.
DPR
1. Tugas
a. menyusun, membahas, menetapkan, dan menyebarluaskan
program legislasi nasional;
b. menyusun, membahas, dan menyebarluaskan RUU;
c. menerima RUU yang diajukan oleh DPD berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah;
d. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang,
APBN, dan kebijakan pemerintah;
e. membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang disampaikan
oleh BPK;
f. memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara
g. menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat; dan
h. melaksanakan tugas lain yang diatur dalam undang- undang
3. Fungsi
a. legislasi;
b. anggaran; dan
c. pengawasan.
5. Pembentukan undang-undang
c. RUU yang berasal dari DPR, Presiden, atau DPD disertai dengan
naskah akademik, kecuali RUU mengenai:
1) APBN;
2) penetapan peraturan pemerintah pengganti undang–
undang menjadi undang–undang; atau
3) pencabutan undang-undang atau pencabutan peraturan
pemerintah pengganti undang-undang.
g. DPR paling lama 30 Hari sejak menerima RUU dari DPD mengirim
surat kepada Presiden untuk menunjuk menteri yang ditugasi mewakili
Presiden dalam pembahasan RUU bersama DPR dengan
mengikutsertakan DPD
i. Tindak lanjut RUU yang berasal dari DPR, Presiden, atau DPD
dilakukan melalui 2 tingkat pembicaraan.
terdiri atas:
1) pembicaraan tingkat I dalam rapat komisi, rapat gabungan
komisi, rapat Badan Legislasi, rapat Badan Anggaran, atau rapat
panitia khusus; dan
2) pembicaraan tingkat II dalam rapat paripurna DPR.
6. Penetapan APBN
9. Komisi-komisi di DPR
a. Komisi I : Bidang hankam dan hubungan luar negeri.
b. Komisi II : Bidang hukum dan dalam negeri.
c. Komisi III: Bidang pertanian dan pangan.
c. Komisi IV: Bidang transformasi dan infrastruktur.
d. Komisi V: Bidang industri dan perdagangan.
e. Komisi VI: Bidang agama dan sumber daya manusia.
f. Komisi VII: Bidang kependudukan dan kesejahteraan.
g. Komisi VIII: Bidang pertambangan dan energi.
h. Komisi IX: Bidang keuangan dan perencanaan.
DPD
2. Fungsi
a. pengajuan RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan
pusat dan daerah kepada DPR;
DPRD
2. Fungsi
a. legislasi;
b. anggaran; dan
c. pengawasan.
3. Fungsi BPK
a. Fungsi operatif. Melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan
atas tanggung jawab keuangan negara sesuai dengan wewenang yang
ditetapkan dalam UUD 1945.
b. Fungsi rekomendasi. Memberikan laporan perkembangan
kepada pemerintah tentang penguasaan, pengurusan dan
pertanggungjawaban keuangan.
c. Fungsi yudikatif. Menyelenggarakan proses tuntutan
perbendaharaan terhadap bendaharawan yang salah atau alpa sehingga
mengakibatkan kerugian bagi negara.
6. Tugas Ombudsman RI
a. Menerima laporan atas dugaan Maladministrasi dalam
penyelenggaraan Pelayanan Publik
b. Melakukan pemeriksaan subtansi atas Laporan
c. Menindak lanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup
kewenangan ombudsman
d. Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan
Maladministrasi dalam penyelenggaraan Pelayanan Publik
e. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga Negara
atau lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan
perseorangan
f. Membangun jaringan kerja
g. Melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam
penyelenggaraan Pelayanan Publik dan
h. Melakukan tugas kain yang diberikan oleh Undang-Undang
1. Umum.
4. Forkopimda
a. Anggota Forkopimda provinsi dan Forkopimda kabupaten/kota
terdiri atas
1) pimpinan DPRD,
2) pimpinan kepolisian,
3) pimpinan kejaksaan, dan
4) pimpinan satuan teritorial Tentara Nasional Indonesia di
Daerah.
b. rehabilitasi. meliputi:
1) pemulihan psikologis korban Konflik dan pelindungan
kelompok rentan;
2) pemulihan kondisi sosial, ekonomi, budaya, keamanan, dan
ketertiban;
3) perbaikan dan pengembangan lingkungandan/atau daerah
perdamaian;
4) penguatan relasi sosial yang adil untuk kesejahteraan
masyarakat;
5) penguatan kebijakan publik yang mendorong pembangunan
lingkungan dan/atau daerah perdamaian berbasiskan hak
masyarakat;
6) pemulihan ekonomi dan hak keperdataan, serta
peningkatan pelayanan pemerintahan;
7) pemenuhan kebutuhan dasar spesifik perempuan, anak-
anak, lanjut usia, dan kelompok orang yang berkebutuhan
khusus;
8) pemenuhan kebutuhan dan pelayanan kesehatan
reproduksi bagi kelompok perempuan;
9) peningkatan pelayanan kesehatan anak-anak; dan
10) pemfasilitasian serta mediasi pengembalian dan pemulihan
aset korban Konflik.
c. rekonstruksi. meliputi:
1) pemulihan dan peningkatan fungsi pelayanan publik di
lingkungan dan/atau daerah pascakonflik;
2) pemulihan dan penyediaan akses pendidikan, kesehatan,
dan mata pencaharian;
3) perbaikan sarana dan prasarana umum daerah Konflik;
4) perbaikan berbagai struktur dan kerangka kerja yang
menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan, termasuk
kesenjangan ekonomi;
1. Asas.
a. persatuan;
b. kedaulatan;
c. kehormatan;
d. kebangsaan;
e. kebhinnekatunggalikaan;
f. ketertiban;
g. kepastian hukum;
h. keseimbangan;
i. keserasian; dan
j. keselarasan.
2. Tujuan
a. memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
b. menjaga kehormatan yang menunjukkan kedaulatan bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan
c. menciptakan ketertiban, kepastian, dan standardisasi penggunaan
bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan.
a. Tugas
1) melakukan pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional
di bidang Intelijen;
2) menyampaikan produk Intelijen sebagai bahan
pertimbangan untuk menentukan kebijakan pemerintah;
3) melakukan perencanaan dan pelaksanaan aktivitas
Intelijen;
4) membuat rekomendasi yang berkaitan dengan orang
dan/atau lembaga asing; dan
5) memberikan pertimbangan, saran, dan rekomendasi
tentang pengamanan penyelenggaraan pemerintahan
6) mengoordinasikan penyelenggaraan Intelijen Negara;
7) memadukan produk Intelijen;
8) melaporkan penyelenggaraan koordinasi Intelijen Negara
kepada Presiden; dan
9) mengatur dan mengoordinasikan Intelijen pengamanan
pimpinan nasional
7. Ketentuan Pidana.
a. Setiap Orang yang dengan sengaja mencuri, membuka, dan/atau
membocorkan Rahasia Intelijen dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Narkotika Golongan II dan Golongan III yang berupa bahan baku, baik
alami maupun sintetis, digunakan untuk produksi obat
2. Penyaluran narkotika
a. Wewenang
1) melakukan penyelidikan atas kebenaran laporan serta
keterangan tentang adanya penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
2) memeriksa orang atau korporasi yang diduga melakukan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika;
4. Hak Wanita
a. Wanita berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran di
semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan.
1) Pedoman pengadaan
a) dalam rangka pemberdayaan Industri Pertahanan
Nasional Kementerian Pertahanan wajib menunjuk
atau mengikut sertakan BUMNIS/BUMNIP/BUMS
dalam proses pengadaan Alutsista TNI
b) memaksimalkan Penggunaan Alutsista TNI produk
dalam negeri, termasuk rancang bangun,
perekayasaan nasional dan produk lisensi dalam
Pengadaan Alutsista TN!r tidak termasuk produk
impor yang dijual di dalam negeri
c) Alutsista TNI yang belum dapat dibuat di dalam
negeri, sedapat mungkin pengadaannya langsung
dari pabrikan luar negeri yang terpercaya; dan
d) Pabrikan Penyedia Alutsista TNI di luar negeri
sedapat mungkin bekerjasama dengan industri
dalam negeri.
a. alat utama;
1) Kendaran Khusus
2) Senjata
3) Amunisi
4) Pesawat Terbang
5) Alat Berat khusus
6) Penjinak bahan peledak
7) Perlengkapan tempur perorangan
8) Radar
9) Kapal
b. alat pendukung;
1) Peralatan fasilitas pangkalan
2) Komunikasi dan navigasi
3) Peralatan survey dan pemetaan
4) Peralatan kesehatan
5) Peralatan laboratorium
6) Peralatan pendidikan
7) Peralatan publikasi
8) Kendaraan bermotor
9) Kendaraan atas air
10) Hewan khusus
c. suku cadang;
1) Suku cadang alat utama
2) Suku cadang alat pendukung
1. Tujuan.
a. Mencegah upaya perluasan wilayah darat negara lain yang
berbatasan langsung dengan Negara Republik Indonesia.
b. Mencegah kegiatan infiltrasi dari negara lain yang akan melewati
wilayah perbatasan darat.
c. Mencegah kegiatan illegal melalui perbatasan darat.
d. Mencegah pemanfaatan wilayah perbatasan sebagai titik
pertemuan akitivitas terorisme.
2. Sasaran.
a. Terwujudnya Pertahanan Negara didaerah perbatasan.
b. Terwujudnya kerja sama Bilateral RI-Malaysia, RI-Timor Leste dan
RI-PNG.
c. Terwujudnya penegakan hukum dan pengawasan pengamanan
perbatasan.
d. Terwujudnya kondisi wilayah yang dapat menjamin keamanan dan
kesejahteraan masyarakat wilayah perbatasan.
e. Terwujudnya penanganan masalah perbatasan secara terintegrasi.
f. Tercegahnya kegiatan illegal dan terorisme.
3. Dasar pengamanan.
a. Kerja Sama RI dan Malaysia
b. Kerja sama RI dan Timor Leste
c. Kerja sama RI dan PNG
a. RI-Malaysia.
1) Kalimantan Barat yang memiliki lima wilayah perbatasan
adalah :
a) Kabupaten Sanggau,
b) Kapuas Hulu,
c) Sambas,
d) Sintang dan
e) Bengkayang
b. RI - Timor Leste.
1) Perbatasan antar negara di NTT terletak di lima kabupaten
yaitu :
a) Belu,
b) Kupang, dan
c) Timor tengah Utara (TTU),
d) Alor dan
e) Rote Ndao.
c. RI-PNG.
1) Garis perbatasan darat antara Indonesia-PNG di Papua
memanjang dari
a) Skouw,
b) Jayapura, di sebelah utara sampai muara sungai
Bensbach,
c) Merauke
6. Konsep Pelaksanaan.
a. Perencanaan.
b. Persiapan.
c. Pelaksanaan.
a) Sasaran Pengamanan.
(1) Terciptanya stabilitas keamanan di sepanjang
perbatasan wilayah darat RI-Malaysia di Kalimantan.
(2) Mencegah upaya perluasan wilayah darat
negara lain yang berbatasan dengan Indonesia.
(3) Terjaminnya keutuhan wilayah perbatasan darat
RI-Malaysia dengan tidak terjadinya
penggeseran/hilangnya patok perbatasan.
(4) Terjaganya wilayah dari pelintas batas secara
illegal, illegal trafficking, illegal logging dan
penyelundupan barang-barang yang disubsidi oleh
pemerintah.
(5) Tercegahnya wilayah perbatasan darat RI –
Malaysia dari kegiatan Infiltrasi.
a) Sasaran operasi.
(1) Terciptanya stabilitas keamanan di sepanjang
perbatasan wilayah darat RI-RDTL di NTT.
(2) Terjaminnya keutuhan wilayah perbatasan darat
RI-RDTL dengan tidak terjadinya
penggeseran/hilangnya patok perbatasan.
(3) Terjaganya wilayah dari pelintas batas secara
illegal, llegal Trafficking dan penyelundupan.
(4) Terbebasnya wilayah perbatasan darat RI-RDTL
sebagai basis perlawanan terhadap Timor Leste.
a) Sasaran Operasi.
(1) Terciptanya stabilitas keamanan di sepanjang
perbatasan wilayah darat RI-PNG di Papua.
(2) Terjaminya keutuhan wilayah perbatasan darat
RI-PNG dengan tidak ada terjadinya pergeseran tanda
patok atau hilangnya patok perbatasan.
(3) Terjaganya wilayah dari pelintas batas secara
illegal dan penyelundupan barang-barang.
(4) Terbebasnya wilayah perbatasan darat sebagai
basis perlawanan dari OPM.
(5) Terbatasnya wilayah perbatasan darat terhadap
penyelundupan senjata api dan Narkoba.
a. Ancaman Militer
1) Infiltrasi.
b) Dansatgas Pamtas.
(1) Menerima laporan dari Danpos Pamtas dan
segera melaporkan ke Dankolakops.
(2) Memerintahkan pada Dan Pos pamtas untuk
melakukan pemeriksaan dan pendataan.
(3) Melakukan koordinasi dengan Satgaster dan
Satgas Intel.
(4) Menyerahkan penyusup/ Infiltran yang ditangkap
kepada Dan Kolakops.
b) Dansatgas Pamtas.
(1) Menerima laporan dari Danpos Pamtas dan
segera melaporkan ke Dankolakops.
(2) Memberlakukan siaga I kepada seluruh personil
Satgas Pamtas jajarannya untuk mengantisiupasi
perkembangan situasi.
(3) Menyiapkan pasukan dan siap memberikan
bantuan kepada pos yang diserang dengan
memanfaatkan helikopter BKO Pangdam untuk
melaksanakan pergeseran pasukan dan materiilnya
secara cepat dan efisien.
(4) Mengkoordinasikan dengan pasukan tetangga
dan satuan lain untuk memberikan bantuan penyekatan
dan penghadangan di rute rute jalan keluar masuk.
(5) Melakukan pemeriksaan terhadap pasukan
penyerang yang berhasil ditangkap.
b. Ancaman Nonmiliter
b) Dansatgas Pamtas.
(1) Menerima laporan dari Danpos Pamtas dan
segera melaporkan ke Dankolakops dilengkapi dengan
data yang akurat beserta dokumentasinya.
(2) Melakukan pemeriksaan di lokasi kejadian dan
melakukan koordinasi dengan Dansatgaster.
(3) Memerintahkan Dan Pospamtas untuk
melakukan pengawasan lebih intensif.
d. Dukungan Operasional.
d. Dukungan bekal ulang.
e. Dukungan purna tugas.
a. Asas-Asas Perdamaian
1) Tujuan. Bertujuan agar tetap tegaknnya NKRI
2) Waspada. setiap kemungkinan perubahan situasi dan
pendadakan strategis, tidak ada yang abadi selain
kepentingan.
3) Kekenyalan. damai bukan berarti tidak perang.
4) Kekuatan, Damai dapat diwujudkan atau dipertahankan
apabila memiliki kekuatan dan kemampuan yang memadai
5) Kolektif. Damai merupakan kebutuhan bersama dan dalam
mewujudkannya melibatkan semua pihak, bukan untuk satu
golongan atau satu pihak
6) Berkelanjutan. Damai tidak akan terjadi dengan sendirinya,
tetapi merupakan hasil upaya bersama yang
berkesinambungan.
7) Transparansi. Setiap upaya untuk mewujudkan kondisi
damai harus mengedepankan prinsip saling percaya
8) Prioritas. prinsip cinta damai, tetapi lebih cinta
kemerdekaan.
b. Asas-Asas Peperangan
1) Tujuan, Tujuan harus tetap dipegang teguh, menegakkan
kemerdekaan dan kedaulatan negara, menjaga keutuhan
wilayah NKRI
2) mobilitas, keleluasaan bertindak, responsif, serta
ketanggapsegeraan dalam mengembangkan strategi
pertahanan negara serta keleluasaan dalam
mendayagunakan segenap sumber daya nasional
3) pemusatan, Pemusatan kekuatan dilakukan untuk
menghasilkan daya tangkal yang maksimal
4) keamanan, menempatkan keamanan pada porsi yang
cukup tinggi dalam setiap kegiatan, informasi, alat utama
dan sistem persenjataan, serta personel
5) kedalaman, penggelaran kekuatan militer secara berlapis
serta pendayagunaan kekuatan nirmiliter secara efektif,
saling menyokong, dan memperkuat satu sama lain
6) keunggulan moril, setiap perjuangan atau usaha
pertahanan negara didasari motivasi yang kuat
7) Teknologi dan informasi, melalui usaha mengembangkan
kemampuan dalam menganalisis setiap perkembangan
3. Nilai-Nilai Bela Negara. Kesadaran bela negara dapat diukur dari lima
sikap dasar dalam bela negara, yaitu
a. cinta tanah air untuk mempertahankan NKRI,
b. kesadaran berbangsa dan bernegara dalam kebhinekaan,
c. yakin pada Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945
sebagai landasan konstitusional,
d. rela berkorban untuk nusa dan bangsa,
4. Hakikat Ancaman.
a. Bentuk Ancaman
1) ancaman militer baik bersenjata dan tidak bersenjata,
2) ancaman nonmiliter
3) ancaman hibrida.
a) Faktor statis
(1) karakteristik dan kondisi geogra sebagai
negara kepulauan yang luas dan terbuka
(2) kondisi dan komposisi demografi yang sangat
beragam,
(3) sumber daya alam yang bernilai strategis
b) Faktor dinamis
(1) paham- paham yang mengancam nilai-nilai
kebangsaan,
(2) persaingan politik yang mengarah kepada
penguatan identitas lokal,
(3) primordialisme,
(4) benturan nilai akibat kemajemukan
masyarakat,
(5) peredaran narkoba.
d. Sasaran Ancaman
1) terhadap kedaulatan negara, dapat berupa penguasaan
atau pendudukan sebagian wilayah darat, laut, dan udara
atau klaim wilayah/pulau-pulau Indonesia yang dilakukan
oleh negara lain
2) keutuhan wilayah NKRI, dapat berupa hilangnya sebagian
wilayah NKRI, karena adanya keinginan untuk merdeka
atau memisahkan diri dari NKRI yang dilakukan oleh aktor
nonnegara yang mendapat dukungan dari aktor negara atau
pihak ketiga
e. Eskalasi Ancaman.
a) Rendah
Eskalasi ancaman berskala rendah apabila kondisi tidak
ada gejolak yang dapat menimbulkan keresahan dalam
masyarakat dan belum ada ancaman atau gejolak yang
berarti
b) Sedang
apabila kondisi dinamis sosial kemasyarakatan terganggu
akibat ancaman nonmiliter aspek tertentu tetapi dinilai
belum sampai pada tahap yang dapat membahayakan
pertahanan negara
c) Tinggi
Eskalasi ancaman berskala tinggi apabila kondisi dinamis
sosial kemasyarakatan terganggu akibat ancaman
nonmiliter di berbagai aspeknya yang dapat mengancam
kedaulatan negara
b. Fungsi Penindakan
1) dalam menghadapi ancaman militer menempatkan TNI
sebagai Komponen Utama pertahanan didukung oleh
Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung.
2) dalam menghadapi ancaman nonmiliter, menempatkan
K/L di luar bidang pertahanan sebagai Unsur Utama,
didukung oleh Unsur Lain Kekuatan Bangsa
3) dalam menghadapi ancaman hibrida, menempatkan
keku- atan militer dan nirmiliter secara terpadu. Penindakan
terhadap ancaman hibrida dilakukan dengan pola
pertahanan militer yang menempatkan TNI sebagai Komput
diperkuat oleh Komcad dan Komduk, serta bekerja sama
dengan K/L di luar bidang pertahanan sebagai Unsur
Utama, didukung oleh unsur-Unsur Lain Kekuatan Bangsa.
a. Masa Damai.
1) Fungsi pertahanan militer. ditekankan pada efektifitas
penangkalan, yakni untuk mencegah setiap ancaman baik dari luar
maupun yang timbul dari dalam negeri dengan membangun
kekuatan yang memiliki efek penangkalan
8. Penyelenggaraan perang
a. Hal-hal mendasar dalam pelaksanaan perang
1) Keyakinan kuat sendiri
2) Tidak kenal menyerah
3) Yakin akan menang
4) Perlawanan tidak berhenti sebelum menang
b. Prinsip
1) Efektifitas, penyelenggaraan pengelolaan sumber daya
pertahanan ditentukan oleh organisasi dan kepemimpinan
yang kenyal dan profesional
2) Efisiensi, Mampu melaksanakan tugas dengan cepat, tepat
dan berdaya guna
c. Pengelolaan
1) Komponen Utama
a) Harus ramping dan padat teknolog
b) Organisasi Tingkat Markas Besar tidak menganut
sistem piramida, tetapi lebih mengutamakan
pendekatan fungsi yang berbasis kinerja
c) Organisasi pada tingkat operasional disusun dengan
sistem piramida.
2) Komponen Cadangan.
a) Susunan disesuaikan dengan fungsinya untuk
memperkuat dan memperbesar Komponen Utama
b) Susunan disesuaikan dengan organisasi TNI yang
terdiri atas Angkatan Darat, Laut dan Udara dengan
kekhasan masing-masing, dan pengembangan oleh
Kemhan.
3) Komponen Pendukung.
a) Sesuai Kelompok/Segmen
b) Pembinaan disesuaikan Kebijaksanaan
Pembangunan Nasional secara terpadu
5 dasar ini merupakan rumusan yang di bacakan oleh Soekarno pada tanggal 1
Juni 1945 :
a. Penghentian tembak-menembak.
b. Daerah-daerah di belakang garis van Mook harus dikosongkan
dari pasukan RI.
c. Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-
daerah yang didudukinya dengan melalui plebisit terlebih dahulu.
d. Membentuk Uni Indonesia-Belanda. Negara Indonesia Serikat
yang ada di dalamnya sederajat dengan Kerajaan Belanda.