DISUSUN OLEH:
NAMA : DESI MASNIA
NIM : 2021207209087
PRINGSEWU LAMPUNG
2021
A. Definisi Gastroentritis
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana seseorang buang air besar dengan
konsisteni lembek atau cairbahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari (DepKes, 2016). Menurut
WHO secara klinis diaredidefinisikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat) kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200g atau 200ml/24jm. Definisi lain memakai
kriteria frekuaensiyaitu buang air besar encer tersebut dapat atau tanpa di sertai
lender dan darah .
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat di sertai atau
tanpa di sertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi
pada lambung dan usus.
B. Penyebab Gastroentritis
Penyebab diare menurut Ngasityah (2016), yaitu:
1. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare
2. Infeksi bakteria : vibrio, E.coli ,salmonella campilobaster
3. Infeksi virus :Rostavirus, Calcivirus,Entrovirus ,Adenovirus, Astrovirus
4. Infeksi parasite : cacing, protozoa (entamoba histolica, giardia lambia), jamur
(candida aibicans).
5. Infeksi parenteral : infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Tonsilitas,
bronkopneumonia, ensevalitis, meliputi :
a. Faktor mal absorbi : karbohidrat, lemak, protein
b. Faktor makanan : basi, racun, alergi
c. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas
C. Klasifikasi Gastroentritis
Jenis diare ada dua yaitu diare akutdan diare persisten atau diare kronik. Diare
akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari sementara. Diare persisten
atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari .
1. Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.
2. Diare kronik adalah yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non
infeksi
3. Diare persisten adalah yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi
infeksi
D. Manifestasi Gastroentritis
Manifestasi dari gastrientritis pada klien yang mengalami dehidrasi yaitu:
1. berak cair 1-2 kali sehari
2. muntah
3. nafsu makan tidak berkurang
4. masih ada keinginan bermain.
Pada klien yang mengalami diare dehidrasi ringan / sedang, tanda –tandanya:
1. berak cair 4-9 kali sehari,
2. muntah 1-2 kali sehari
3. suhu tubuh meningkat
4. tidak nafsu makan ,haus, badan lemah
E. Pathway Gastroentritis
F. Pemeriksaan Penunjang Gastroentritis
Pemeriksaan penunjang dari gastroenteritis yaitu:
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
G. Komplikasi Gastroentritis
Beberapa komplikasi dari diare menurut Suryadi (2016) dalam Mardiyana
(2019):
1. Hypokalemia (dengan gejala matiorisme hipotoni, otot lemah,
2. bradikardi,perubahan elektro kardiogram)
3. Hipokalsemia
4. Cardic dysrhythimias akibat hypokalemia dan hipokalsemia
5. Hiponatremi
6. Syok hipofolemik
7. Asidosis
8. Dehidrasi
H. Penatalaksanaan Gastroentritis
Penatalaksanaan menurut Rianto (2017) dalam Mardiyana (2019) adalah
pengobatan dengan cara pengeluaran diet dan pemberian cairan.
1. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya
air putih, sari buah segar ,air teh, kuah sup ,air tajin
2. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung
campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi oral. Dibuat dengan
mencampurkan garam rehidrasi kedalam satu liter air besar.
I. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway :
Penilaian akan kepatenan jalan nafas, meliputi pemeriksaan mengenai
adanya obstruksi jalan nafas, secret dan adanya benda asing. Pada klien
yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Terdengar suara
gurgling, snoring dan stridor.
b. Breathing :
Frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi
dinding dada, dan adanya sesak nafas. Palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara nafas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi,
wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
c. Circulation :
Dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output serta
adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik,
warna kulit, nadi.
d. Disability:
Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
e. Exposure
Periksa adanya perubahan bentuk, tumor (bengkak / memar / edema /
benjolan), luka sakit atau nyeri.
2. Pengkajian sekunder
a. Alasan masuk Rumah Sakit
b. Anamnesa
Kaji riwayat kesehatan sedalam mungkin dengan KOMPAK (Keluhan,
Obat, Makan Terakhir, Penyakit Penyerta, Alergi, Kejadian) atau AMPLE
(Alergi, Medication, Past History, Last Meal, Event)
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Inspeksi dan palpasi seluruh tempurung kepala adanya luka,
memar, fraktur, deformitas tulang dan perdarahan
b) lihat adanya cairan keluar dari telinga dan hidung
2) Struktur Maksilofasial
a) Nilai kembali patensi jalan nafas
b) Re-evaluasi kesimetrisan, reaktifitas dan ukuran kedua pupil
c) Nilai kembali GCS
d) Nilai adanya cidera atau cairan di belakang mata
e) Nilai pergerakan mata sejauh mungkin dari berbagai sisi
f) Liha adanya perdarahan, bengkak, deformitas, memar dan
malocclusion
g) Palpasi adanya krepitasi, nyeri, dan step-offs dari struktur tulang
dan ketidakstabilan tengah wajah
3) Leher dan Tulang Belakang
a) Periksa dan palpasi adanya deformitas. hematom dan udara du
subkutan serta kontusio
b) Periksa leher bagian belakang adanya step-off, bengkak atau
perubahan bentuk
c) Nilai adanya distensi vena leher dan deviasi trakea
d) Nilai adanya suara serak atau perubahan suara
4) Dada
a) Periksa adanya memar, luka terbuka, gerakan dada paradoksal
b) Amati ekpensi dan kesimetrisan dada
c) Palpasi dinding dan termasuk bahu dan klavikula
d) Auskultasi ulang bidang adad dan bunyi jantung
5) Abdomen/pelvis
a) Periksa apakah ada cidera seperti memar, lecet, atau tandasabuk
pengaman
b) Periksa adanya distensi termasuk pembesaran uterus pada wanita
c) Auskultasi adanya suara bising usus disetiap kuadran
d) Palpasi pelvis (jika belum dilakukan du survey primer), adanya
krepitasi, nyeri dan ketidakstabilan.
6) Perineum, Rektum dan Vagina
a) Periksa adanya darah atau ekimosis di perineum dan skortum
b) Periksa adanya darah di meatus uretra
c) Periksa rectum untuk menilai adanya darah, posisi prostat,
kekuatan dinding rectum dan spingter. Pemeriksaan secara
selektif perlu dilakukan sebelum memasukan kateter urine.
d) Periksa lubang vaguna adanya darah.
7) Sistem Muskuloskeletal
a) Periksa adanya perubahan bentuk, luka terbuka, bercak merah
dan bengkak.
b) Palpasi adanya krepitasi, nyeri pergerakan tulang ynag abnormal
dan ketidakstabilan.
c) Nilai warna nadi, fungsi motorik, dan sensorik disetiap
ektermitas dan bandingkan keduanya
d) Nilai adanya pemendekan ekstermitas dibandingkan dengan
ekstermitas yang lain
e) Nilai rotasi ekternal dan internal disetiap kali
f) Kenali bila ada penurunan sensasi motorik dan sensorik
g) Monitor tanda dan gejala sindroma kompartemen termasuk nyeri
yang lebih dari biasanya, parestesia, penurunan sensorik,
bengkak didaerah cidera.
h) Periksa dan palpasi adanya memar, hematomr, bentuk yang tidak
biasa, luka terbuka, nyeri diseluruh bagian depan tubuh.
8) Sistem Neurologis
a) Nilai ulang pupil dan tingkat kesadaran
b) Tentukan skor GCS
c) Nilai fungsi sensorik dan motorik ektermitas bawah
d) Observasi adanya tanda lateralisasi
J. Diagnosa
Diagnosa keperawatan kegawatdaruratan pada gastrientritis diantaranya yaitu :
1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya penumpukan secret atau
benda asing
2. Pola nafas tdak efektif berhubungan dengan adanya kelainan suara,
penurunan volume paru, hepatomegali dan plenomegali.
3. Defisit volume cairan b.d kehilangan volume cairan secara aktif
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kehilangan cairan secara aktif
5. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan peristaltik
K. Intervensi Keperawatan
No Dx. Kep. NOC NIC
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan NIC :
tidak efektif keperawatan selama 3 x 24 jam, Airway Management
berhubungan dengan pasien mampu : 1. Buka jalan nafas, guanakan
tachipnea, peningkatan Respiratory status : Ventilation teknik chin lift atau jaw thrust
produksi mukus, Respiratory status : Airway patency bila perlu.
kekentalan sekresi dan Aspiration Control, 2. Posisikan pasien untuk
bronchospasme. Dengan criteria hasil : memaksimalkan ventilasi
1. Mendemonstrasikan batuk 3. Identifikasi pasien perlunya
efektif dan suara nafas yang pemasangan alat jalan nafas
bersih, tidak ada sianosis dan buatan.
dyspneu (mampu mengeluarkan 4. Keluarkan sekret dengan batuk
sputum, mampu bernafas atau suction
dengan mudah, tidak ada pursed 5. Auskultasi suara nafas, catat
lips) adanya suara tambahan
2. Menunjukkan jalan nafas yang 6. Lakukan suction pada mayo
paten. 7. Berikan bronkodilator bila perlu
8. Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
9. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
10. Monitor respirasi dan status O2