Anda di halaman 1dari 11

PERTEMUAN 9

PENGKAJIAN KESEIMBANGAN DAN GAYA BERJALAN

A. PENDAHULUAN
Terjatuh merupakan salah satu contoh permasalahan geriatrik yang mungkin diakibatkan
oleh berbagai sebab dan disertai dengan konsekuensi yang serius. Respon dari jatuh yang
tak dapat dijelaskan oleh individu lansia harus mengarahkan kita pada pertimbangan dari
lingkungan jatuh dan penyakit fisik dasar lansia tersebut. Risiko jatuh meningkat seiring
dengan penambahan usia. Pasien tersebut dapat diobservasi saat ia diminta untuk duduk
dan bangkit dari kursi, berjalan, berbalik arah dan berlutut atau membungkuk untuk
mengambil sesuatu obyek dari lantai. Apakah pasien stabil ? apakah memerlukan bantuan
dan lain-lain. Bila mungkin observasi pasien saat menaiki dan menuruni tangga.

B. PENGERTIAN
Adalah merupakan bentuk kebijakan yang diharapkan untuk menguji keseimbangan saat
berjalan dalam teknik atau cara standar (Gallo Joseph, 1998). Bagi pasien dengan kasus-
kasus gangguan neurologis dan untuk mengkaji efek medikasi yang mungkin akan
mempengaruhi keseimbangan tubuh.

C. TUJUAN
1. Mengetahui ada tidaknya gangguan keseimbangan saat berjalan.
2. Mengetahui ada tidaknya gangguan koordinasi gerakan saat berjalan.

D. Jenis Gangguan Gaya Berjalan


Ada beberapa gangguan gaya berjalan yang sering ditemukan pada lansia, antara lain :

1. Gangguan gaya berjalan hemiplegik (Hemiplegic Gait)


Pada hemiplegik terdapat kelemahan dan spastisitas ekstremitas unilateral dengan
fleksi pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah dalam keadaan ekstensi.
Ekstremitas bawah dalam keadaan ekstensi sehingga mengakibatkan kaki
“memanjang”. Pasien harus mengayunkan sambil memutar kakinya untuk
melangkah ke depan. Jenis gangguan berjalan ini ditemukan pada lesi tipe UMN.
2. Gangguan gaya berjalan diplegik (Diplegic Gait)
Terdapat spastisitas ekstremitas bawah lebih berat dibanding ekstremitas atas.
Pangkal paha dan lutut dalam keadaan fleksi dan adduksi dengan pergelangan
kaki dalam keadaan ekstensi dan rotasi interna. Jika lansia berjalan kedua
ekstremitas bawah dalam keadaan melingkar. Jenis gangguan berjalan ini
biasanya dijumpai pada lesi periventrikular bilateral. Ekstremitas bawah lebih
lumpuh dibanding dengan ekstremitas atas karena akson traktus kortikospinalis
yang mempersarafi ekstremitas bawah letaknya lebih dekat dengan ventrikel otak.

3. Gangguan gaya berjalan neuropathy (Neuropathic Gait)


Gangguan gaya berjalan jenis ini biasanya ditemukan pada penyakit saraf perifer
dimana ekstremitas bawah bagian distal lebih sering diserang. Karena terjadi
kelemahan dalam dorsofleksi kaki, maka pasien harus mengangkat kakinya lebih
tinggi untuk menghindari pergeseran ujung jari kaki dengan lantai.

4. Gangguan gaya berjalan miopathy (Myopathic Gait)


Dengan adanya kelainan otot, otot-otot proksimal pelvic girdle (tulang pelvis
yang menyokong pergerakan ekstremitas bawah) menjadi lemah. Oleh karena itu,
terjadi ketidakseimbangan pelvis bila melangkah ke depan, sehingga pelvis miring
ke kaki sebelahnya, akibatnya terjadi goyangan dalam berjalan.

5. Gangguan gaya berjalan Parkinsonian (Parkinsonian Gait)


Terjadi rigiditas dan bradikinesia dalam berjalan akibat gangguan di ganglia
basalis. Tubuh membungkuk ke depan, langkah memendek, lamban dan terseret
disertai dengan ekspresi wajah seperti topeng.

6. Gangguan gaya berjalan khoreoform (Choreiform Gait)


Merupakan gangguan gaya berjalan dengan hiperkinesia akibat gangguan ganglia
basalis tipe tertentu. Terdapat pergerakan yang ireguler seperti ular dan involunter
baik pada ekstremitas bawah maupun atas.

7. Gangguan gaya berjalan ataxia (Ataxic Gait)


Langkah berjalan menjadi lebar, tidak stabil dan mendadak, akibatnya badan
memutar ke samping dan jika berat pasien akan jatuh. Jenis gangguan berjalan ini
dijumpai pada gangguan cerebellum.
E. Pemeriksaan Pola Berjalan
1. Syarat Pemeriksaan Pola Berjalan:
a. Lansia sebaiknya menggunakan celana pendek serta tidak menggunakan alas
kaki sehingga tungkai dapat diobservasi dengan jelas.
b. Observasi dilakukan dari berbagai sudut pandang yaitu depan, belakang,
samping kanan dan samping kiri.
c. Saat berjalan, lansia diusahakan bersikap wajar, berjalan sesuai kemampuannya.
d. Pemeriksa memperhatikan dengan seksama masing-masing peristiwa dari fase
jalan lansia.
2. Langkah-langkah pelaksanaan pemeriksaan pola jalan pada lansia

a. Lansia diminta untuk berjalan biasa, pemeriksa mengamati dengan seksama


berganti dari arah samping, depan dan belakang. Selanjutnya dicatat, adakah
ayunan lengan; adakah rotasi badan; apakah irama dan kecepatan gerakan
berlangsung dengan baik dan sinkron; apakah saat menumpu atau mengayun,
tungkai kanan dan kiri seimbang; apakah terjadi perubahan ekspresi wajah
lansia.
b. Lansia diminta untuk berjalan biasa, pengamatan ditujukan untuk fase
menumpu (hill strike, mid stance, push off) dan fase mengayun berlangsung
lengkap dan sempurna, luas gerak sendi panggul, serta sendi lutut dan
pergelangan kaki tungkai kanan dan kiri, untuk masing-masing fase menumpu
dan fase mengayun apakah sama.
c. Pemeriksaan dengan komputer. Pemeriksaan pola jalan juga dapat
menggunakan komputer. Data-data seperti pada point-point di atas serta
besarnya penumpuan berat badan dapat direkam melalui komputer kemudian
dianalisis.

3. Interpretasi umum pemeriksaan pola berjalan:

a. Apabila ekspresi wajah berubah seperti orang kesakitan saat menumpu, hal
tersebut menunjukan adanya nyeri pada persendian. Bila terjadi saat fase
mengayun, kemungkinan nyerinya terletak pada otot, sendi, atau jaringan
sekitar persendian.
b. Berjalan dengan perlahan kemungkinan diakibatkan oleh adanya pemendekan
otot atau penurunan luas gerak sendi, instansibilitas persendian atau kekuatan
otot menurun.
c. Gerakan yang terjadi berlangsung kasar atau patah-patah kemungkinan
diakibatkan oleh adanya gerakan koordinasi.
d. Bidang tumpu melebar kemungkinan karena gangguan keseimbangan.
e. Fase menumpu berlangsung singkat, hal itu menunjukan adanya nyeri pada
persendian atau letak kerusakan pada persendian. Juga diakibatkan oleh
adanya penurunan kekuatan otot.
f. Fase mengayun memendek, kemungkinan disebabkan adanya penurunan
kekuatan otot, keterbatasan luas gerak sendi serta nyeri pada otot

F. Format pengkajian keseimbangan dan gaya berjalan (Tinneti ME & Ginter SF;1998))

Nama pasien : ____________________ Jenis kelamin :L/P


Usia : ____________________ No. register : ___________________

No KESEIMBANGAN Nilai Hasil


Instruksi : dudukkan pasien pada kursi beralas keras dan tanpa penahan tangan.
Ujilah manuver-manuver berikut ini dan berikan angka yang paling dekat untuk
menggambarkan kinerja pasien dalam masing-masing pengujian dan jumlahkan
angka-angka tersebut pada akhir prosedur

Bobot Nilai
1 Keseimbangan saat duduk
Bersandar atau bertumpu pada kursi 0
Mantap, aman 1
2 Bangkit berdiri
Tidak stabil bila dilakukan tanpa bantuan 0
Mampu berdiri namun mempergunakan kedua lengan utuk 1
sokongan
Mampu bangkit berdiri tanpa dibantu sokongan lengan 2
sendiri
3 Upaya untuk bangkit berdiri
Tidak mampu tanpa bantuan 0
Mampu melakukan tapi membutuhkan lebih dari sekali 1
berupaya
Mampu bangkit berdiri dengan satu kali upaya saja 2
4 Keseimbangan setelah tiba-tiba berdiri (5 detik
pertama)
Tidak tetap (bergoyang, menggerakkan kaki, bagian torso 0
tubuh terlempar-lempar)
Tetap stabil tampa menggunakan tongkat kaki tiga, tongkat 1
kaki satu, atau menggapai objek-objek lain untuk dijadikan
sokongan
Tetap stabil tanpa menggunakan tongkat kaki tiga atau kaki 2
satu tanpa penyokong-penyokong lainnya
5 Keseimbangan saat berdiri
Tidak stabil 0
Tetap stabil namun dengna kedudukan kaki yang lebar 1
(tumit-tumit medial terpisah lebih dari 4 inci) atau
menggunaka tongkat kaki tia, kaki satu atau alat
penyokong lain
Kedudukan kaki yang sempit dan tidak memerlukan alat 2
penyokong
6 Pertahanan akan keseimbangan diri (dimana kaki-kaki 0
pasien berposisi serapat mungkin dan dorong lembut
area sekitar sternum dengan telapak tangan sebanyak 3
kali)
Bergoyang dan menggapai-gapai namun akhirnya 1
mendapat keseimbangannya kembali
Tetap stabil 2
7 Mata tertutup (dengan posisi sama dengna no. 6)
Tidak stabil 0
Stabil 1
8 Berputar arah sebanyak 360 derajat
Penghentian langkah 0
Langka dapat dilanjutkan 1
Tidak stabil (menggapai dan bergoyang-gyang) 0
Stabil 1
9 Upaya untuk duduk
Tidak aman (salah perkiraan mengenai jauhnya jarak, atau 0
terjatuh ke atas kursi)
Mempergunakan tangan atau kurangnya gerak motorik 1
halus
Gerakkan yang halus serta aman 2
GAYA BERJALAN
Instruksi : pasien berdiri bersama dengan pemeriksa dan kemudian berjalan dalam
lorong atau menyeberangi ruangan pertama dengan irama yang aman, kemudian
pada saat baliknya dengan irama yang cepat namun masih aman, mempergunakan
tongkat kaki tiga atau satu bila pasien memang telah terbiasa menggunakannya
10 Permulaan gaya berjalan (segera setelah pasien
tersebut diminta berjalan)
Terdapat keraguan atau beberapa upaya memulainya 0
Tidak ada keraguan 1
11 Panjangnya langkah dan tingginya tubuh pasien
Ayunan kaki kanan
Tidak dapat melewati kaki kiri saat melangkah 0
Ayunan langkah melewati kaki kiri 1
Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya 0
Dapat menjejakkan kaki seluruhnya 1
Ayunan kaki kiri
Tidak dapat melewati kaki kanan saat melangkah 0
Ayunan langkah melewati kaki kanan 1
Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya 0
Dapat menjejakkan kaki seluruhnya 1
12 Simetrisitas langkah
Langkah kaki kanan dan kiri tidak sebanding 0
Langkah kaki kanan dan kiri sebanding 1
13 Keberlanjutan langkah
Berhenti atau tidak dapat melanjutkan langkah berikutnya 0
Langkah-langkah yang diayunkan tampak 1
berkesinambungan
14 Jalur berjalan (observasi terjadinya ekskursi pada kaki
kanan maupun kiri setelah pasien berjalan kurang
lebih sepanjang 10 kaki)
Penyimpangan yang tertandai 0
Penyimpangan langkah ringan atau menengah atau pasien 1
mempergunakan tongkat penyokong
Berjalan lurus tanpa adanya alat bantu 2
15 Bagian torso tubuh
Gerak mengayun yang tertandai, atau pasien menggunakan 0
alat sokong
Tidak terjadi gerak mengayun namun, terjadi fleksi lutut 1
atau perentangan lengan saat berjalan
Tidak terjadi gerak mengayun, penggunaan lengan, atau 2
alat sokongPengkajian Keseimbangan dan Gaya Berjalan
16 Pertahanan keseimbangan saat berjalan
Tumit-tumit terpisah 0
Tumit-tumit hampir bersentuhan saat berjalan 1

Skor keseimbangan : ____/16 skor gaya berjalan : ____/12

Total skor : _____/28


Sumber : Tinetti M , 1986, performance assesment of mobility problems in elderly
patient, journal of the American Geriatrics society

G. Penilaian Keseimbangan dan Gaya Berjalan


Cara yang dapat digunakan untuk menilai keseimbangan dan gaya berjalan pada lansia
yaitu Time “Up and Go” Test antara lain:

1. Alat : jam tangan, kursi

2. Langkah kerja :

a. Lansia disuruh berdiri dari duduk di kursi (tinggi kursi ± 46 cm), jalan 3 meter,
jalan balik ke kursi dan duduk.
Latihan percobaan 1 kali, kemudian test sesungguhnya 3 kali dan dicari rata-
ratanya.

i. < 10 detik : freely mobile

ii. < 20 detik : mostly independent

iii. 20 – 29 detik : variable mobility

iv. > 30 detik : impaired mobility

b. Lansia didudukan di kursi dengan jarak 3 meter dari tembok kemudian pasien
disuruh berdiri dan berjalan menuju tembok. Balik badan tanpa menyetuh tembok,
jalan kembali ke kursi, balik badan dan duduk. Tidak perlu dihitung waktunya tapi
cukup diobservasi jika ada gangguan keseimbangan dan gaya berjalan.
H. Macam-macam alat bantu jalan :

1. Cane
Cane memperluas area untuk menunjang berat badan sehingga meningkatkan keseimbangan
tubuh. Cane tradisional yang hanya digunakan untuk keseimbangan tidak dapat menunjang
berat badan. Cane sekarang dapat digunakan untuk menunjang berat badan dan biasanya
digunakan bila memerlukan salah satu ekstremitas atas untuk mencapai keseimbangan dan
menunjang berat badan. Pasien menggunakan cane dengan tangan yang berlawanan dengan
kaki yang defisit.
Gambar 1. Standard Gambar 2. Standard Gambar 3. Walk cane
woodel can aluminium cane

Gambar 4. Offset cane Gambar 5. Multiple legged


cane

2. Crutch

Crutch memperluas area dasar, dengan demikian juga meningkatkan keseimbangan.


Berbeda dengan cane, crutch dapat menunjang seluruh berat badan.
Gambar 6. Axillary Crutch Gambar 7. Forearmn crutch

3. Walker

Walker memperbaiki keseimbangan dengan meningkatkan area dasar penunjang berat


badan dan meningkatkan keseimbangan lateral. Walker mempunyai beberapa kelemahan
yaitu sulit digunakan bila melewati pintu dan tempat yang sempit, mengurangi ayunan
lengan dan terjadi abnormal fleksi punggung ketika berjalan. Secara umum, walker tidak
dapat digunakan di tangga.
Gambar 8. Standard walker Gambar 9. Front wheeled Gambar 10. Four
walker wheeled

I. Memilih Alat Bantu Jalan yang Benar

Langkah pertama adalah menentukan apakah pasien menggunakan hanya 1 atau ke-2
ekstremitas atas untuk mempertahankan keseimbangan atau menunjang berat badan. Jika
hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane
type apa yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan.

Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu
menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat
badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang
berat badan.

J. Mencocokkan Alat Bantu Jalan

Semua alat bantu jalan harus dibuat dalam ukuran tertentu. Untuk memilih cane atau
walker yang paling cocok adalah panjang alat sama dengan jarak antara trokanter major dan
lantai, diukur saat pasien memakai sepatu, sepatu tersebut setiap hari dipakai pasien untuk
berjalan. Siku pasien dalam keadaan fleksi dengan sudut 15 – 30 ° ketika memegang alat
tersebut yang disentuhkan ke lantai.

Cara untuk mencocokkan forearm crutch yaitu dengan meletakkan ujung distal tongkat 2
inci lateral dan 6 inci anterior dari kaki,dengan siku fleksi 15-30 °. Manset (cuff) dari
forearm crutch terletak di 1/3 proksimal dari forearm, kira-kira 1 – 1,5 inci di bawah siku.

DAFTAR PUSTAKA

Darmoyo B & Martono H,(2006) : Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), FKUI, Jakarta : Kapita
Selekta kedokteran, 2000,
Gallo Joseph et. al, (1998) : Gerontologi, EGC, YogYakart
Luecknotte, AG ( 1999) : Pengkajian Gerontologi, alih bahasa : Aniek Maryunani, EGC, Jakarta
Mildred O Hogstel (1998) : Clinical Manual Of Gerontological Nursing, Mosby Year Book, USA
Nugroho Wahyudi (2000) :Perawatan Lanjut Usia, EGC, Jakarta
Potter Patricia, 1999, Pengkajian Kesehatan, alih bahasa YP James Veldman, EGC, Jakarta
Smeltzer Suzanne C, Bare Brenda G(2001): Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah Brunner &
Suddarth, Cetakan Ke satu, EGC, Jakarta

===== Selamat Belaja ====

Anda mungkin juga menyukai