Anda di halaman 1dari 15

KANDAI

Volume 10 No. 1, Mei 2014 Halaman 1-15

BENTUK DAN MAKNA REDUPLIKASI BAHASA MORONENE


(The Form and Meaning of Reduplication of Moronene Language)

Firman A.D.
Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara
Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja Anduonohu, Kendari
Pos-el: firmanad041@gmail.com
(Diterima 2 Februari 2014; Revisi 15 April 2014; Disetujui 25 April 2014)

Abstract
This research is aimed to analyse the process of reduplication of Moronene
language related to the meaning and form. This research was conducted by using
synchronous approach. The result of this research shows that the type of
reduplication process in Moronene consist of the base reduplication in the form
of root and affixed base reduplication. The meaning that is contained in
morphological reduplication of Moronene can be classified into some parts,
namely, many/much related to the base; resemblance what is mentioned in the
base; action or performance mentioned in the base done currently or many times;
action or performance mentioned in the base done playfully; action or
performance undertaken by two parties and mutual concerning (reciprocal);
somewhat or enervating the adjective meaning; something unlimited or infinite;
little or few; smell as expressed in the base; pretending have/say or acting like
having something; sound as mentioned in the base; and learn to do something.
Keywords: reduplication, Moronene language, symmetrical reduplication, partial
reduplication

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses reduplikasi bahasa
Moronene yang berkaitan dengan bentuk dan makna. Penelitian ini dilakukan
dengan pendekatan sinkronis yang berusaha menganalisis bentuk dan makna
reduplikasi bahasa Moronene. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah
bentuk reduplikasi dalam bahasa Moronene terdiri atas dua proses, yaitu
reduplikasi bentuk dasar yang berupa akar dan reduplikasi dasar berafiks.
Makna yang terkandung dalam proses tersebut dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa bagian, yaitu, bermakna banyak; menyerupai; perbuatan yang
dilakukan berulang-ulang; perbuatan yang dilakukan dengan main-main;
perbuatan yang dilakukan dengan santai/asal-asalan; bermakna saling
(resiprokal); bermakna agak; bermakna tidak terhingga; bermakna sedikit;
bermakna bau; bermakna berpura-pura; bermakna bunyi; dan bermakna belajar
melakukan sesuatu.
Kata-kata kunci: reduplikasi, bahasa Moronene, reduplikasi simetris,
reduplikasi sebagian

1
Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 1-15

PENDAHULUAN pada umumnya dengan kata yang


sama, seperti kata mengipas-ngipas
Bahasa Moronene dalam dengan bentuk dasar mengipas. Pola
kedudukannya sebagai bahasa daerah pengulangan Bahasa Moronene ini
memiliki berbagai fungsi, yaitu sebagai menjadi daya tarik tersendiri untuk
lambang kebanggaan daerah, lambang diteliti oleh peneliti, karena dapat
identitas daerah, dan alat penghubung menambah pengetahuan yang lebih
di dalam keluarga dan masyarakat luas lagi masalah Bahasa Moronene,
daerah. Dalam hubungannya dengan khususnya reduplikasi kata dalam
fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah bahasa Moronene. Daya tarik untuk
berfungsi sebagai pendukung bahasa meneliti itu muncul karena perbedaan-
nasional, bahasa pengantar di sekolah perbedaan dalam penuturan Bahasa
dasar di daerah tertentu pada tingkat Moronene yang tidak sama dan tidak
permulaan untuk memperlancar ditemukan dalam reduplikasi kata
pengajaran bahasa Indonesia dan mata dalam bahasa daerah lain ataupun
pelajaran lain, dan alat pengembangan bahasa Indonesia.
serta pendukung kebudayaan daerah. Penelitian terhadap kajian
Bahasa Moronene sebagai salah reduplikasi sudah banyak dilakukan,
satu bahasa daerah yang ada di khususnya yang berkaitan dengan
Indonesia hidup dan berkembang di reduplikasi bahasa-bahasa daerah di
Provinsi Sulawesi Tenggara. Bahasa Indonesia. Namun, penelitian
daerah ini juga masih banyak reduplikasi bahasa Moronene masih
digunakan penutur asli sebagai alat sangat jarang dilakukan. Sebelumnya,
komunikasi sehari-hari dan aktivitas di pembahasan mengenai reduplikasi
Kabupaten Bombana. Bahasa bahasa Morenene dapat dijumpai
Moronene yang terkenal dengan dalam tulisan Struktur Bahasa
karakteristiknya sebagai bahasa Moronene yang ditulis oleh Muthalib,
vokalis, yakni bahasa yang kata- et al (1991). Bahasan yang
katanya diakhiri dengan huruf vokal dikemukakan dalam karya tersebut
terkenal dengan karakteristiknya masih bersifat umum mengenai
sebagai bahasa vokalis, yakni bahasa struktur bahasa Moronene, termasuk
yang kata-katanya selalu diakhiri kajian morfologi yang hanya
dengan huruf vokal juga menjadi membahas proses reduplikasi yang
bahasa ibu sekaligus sebagai simbol sifatnya umum. Kajian lainnya juga
budaya masyarakat setempat. pernah dilakukan oleh Adri (2012)
Bahasa Moronene memiliki sistem dalam tulisan yang berjudul
pengulangan yang khas, seperti pada “Reduplikasi dan Pemajemukan
kosakata bahasa Moronene kata meare- Bahasa Moronene”. Tulisan ini hanya
arewi ‘saling mengipas’ berasal dari mengemukakan secara sekilas
bentuk dasar arewi. Pengulangan yang pengelompokan bentuk reduplikasi
terjadi dalam bahasa Morenene ini bahasa Moronene yang dititikberatkan
sangat unik, karena jarang ada pada nomina. Tulisan ini tidak
pengulangan sejenis yang mengulang membahas kelas kata yang lain dan
suku kata bentuk dasar kedua dan makna apa yang terbentuk setelah
kebanyakan bentuk dasarnya berada sebuah bentuk dasar mengalami proses
pada morfem ulang kedua. Tidak reduplikasi. Ada kekeliruan besar yang
seperti pengulangan bahasa Indonesia terdapat dalam tulisan ini, yaitu

2
Firman A.D.: Bentuk dan Makna Reduplikasi Bahasa...

berkaitan dengan letak penutur bahasa makna reduplikasi dalam bahasa


Moronene. Dalam tulisan ini Moronene.
dikemukakan bahwa penutur bahasa Sesuai dengan rumusan masalah
Moronene berada di Kabupaten tersebut, penelitian ini mempunyai
Kolaka. Sepengetahuan penulis, yang tujuan umum dan tujuan khusus.
memiliki wilayah kerja di Provinsi Secara umum penelitian ini bertujuan
Sulawesi Tenggara, penutur bahasa untuk menelaah proses morfologi
Moronene sebagian besar berada di dalam reduplikasi bahasa Moronene.
hampir seluruh wilayah Kabupaten Berdasarkan tujuan umum tersebut,
Bombana dengan ibu kota Kasipute. secara khusus penelitian ini bertujuan
Penelitian yang komprehensif untuk mendeskripsikan bentuk dan
mengenai reduplikasi dapat dilihat makna reduplikasi dalam Bahasa
dalam penelitian yang dilakukan oleh Moronene.
Damayanti dan Ai Kurniati (2004)
dengan judul “Sistem Perulangan LANDASAN TEORI
Bahasa Melayu Ketapang”. Dalam
penelitian ini diuraikan mengenai Reduplikasi sebagai suatu
jenis-jenis, bentuk, dan pembentukan peristiwa yang lazim terdapat dalam
kelas kata beserta maknanya dalam bahasa telah banyak dibicarakan oleh
proses reduplikasi bahasa Melayu pakar linguistik, termasuk pakar
Ketapang. Oleh karena itu, penelitian linguistik yang ada di Indonesia.
tersebut menjadi acuan dalam Berdasarkan pandangan beberapa
melakukan penelitian ini. pakar tersebut, istilah untuk menamai
Bertolak dari hal tersebut, peneliti proses reduplikasi pun bermunculan,
beranggapan bahwa penelitian dengan misalnya bentuk ulang dan kata ulang
fokus bentuk dan makna reduplikasi yang dikemukakan oleh Keraf, proses
Bahasa Moronene perlu dilakukan. pengulangan yang digunakan oleh
Selain itu, penelitian sistem reduplikasi Ramlan, dan yang lain pada umumnya
bahasa Moronene penting untuk menggunakan istilah reduplikasi. Ada
dilakukan karena bila dilihat dari aspek pula yang menggunakan istilah bentuk
yang sudah ada diteliti ternyata masih ulang sekaligus menggunakan
sangat terbatas dan belum reduplikasi dengan pengertian yang
menyinggung secara mendalam bentuk agak berlainan sebagaimana yang
dan makna reduplikasi bahasa digunakan oleh Parera. Pembicaraan
Moronene. yang telah muncul pada umumnya juga
Kajian dalam penelitian ini telah memerikan reduplikasi yang
mengambil fokus pada bidang terdapat aplikasi yang diperoleh atau
morfologi. Proses morfologi dalam yang ditampilkan pun berbeda-beda
penelitian ini dikhususkan pada bentuk (http:repository.usu.ac.id.pdf).
dan makna pengulangan atau Perbedaan perian para pakar
reduplikasi. Reduplikasi yang tersebut agaknya bukan semata-mata
dimaksud meliputi pengulangan disebabkan oleh temuan data yang
seluruh, pengulangan sebagian, dan berbeda atau berlainan, melainkan
pengulangan yang berkombinasi sudut pandang yang mereka gunakan
dengan proses pembubuhan afiks. yang berbeda menjadi sebab utama
Berdasarkan penjelasan tersebut, timbulnya perbedaan perian itu.
permasalahan dalam penelitian ini Terlebih lagi, di antara para pakar
yaitu bagaimana deskripsi bentuk dan belum memunculkan secara eksplisit

3
Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 1-15

kriteria pemerian reduplikasi yang komposisi. Prosesnya dapat berupa


mereka buat sehingga kemungkinan pengulangan utuh, pengulangan
membuat perbedaan deskripsi berubah bunyi, dan pengulangan
periannya semakin besar. sebagian (Chaer, 2008: 181).
Dalam setiap tataran linguistik, Dilihat dari sudut semantis, dapat
sebagian besar bahasa di dunia masing- dibedakan reduplikasi morfemis yang
masing mengenal kajian tentang bersifat non-idiomatis dan bersifat
reduplikasi. Ada reduplikasi dalam idiomatis. Jadi, reduplikasi non-
tataran fonologi, morfologi, sintaksis, idiomatis menyangkut reduplikasi yang
dan semantik. Namun, pada umumnya, makna leksikal dari bentuk dasarnya
kajian mengenai reduplikasi berada tidak berubah. Reduplikasi idiomatis
dalam mekanisme kajian morfologi adalah reduplikasi yang maknanya
karena berkaitan dengan pembentukan tidak sama dengan makna leksikal
kata. Berikut ini dikemukakan komponen-komponennya
beberapa definisi reduplikasi yang (Kridalaksana, 2007: 90). Contoh
dikemukakan oleh beberapa pakar reduplikasi non-idiomatis dalam
linguistik. bahasa Moronene, moala-ala
Proses reduplikasi merupakan ‘mengambil lagi’ dari bentuk dasar
peristiwa pembentukan kata dengan moala ‘mengambil’. Berdasarkan
jalan mengulang bentuk dasar, baik contoh tersebut dapat dilihat bahwa
seluruh maupun sebagian, baik maknanya tidak berubah tetapi
bervariasi fonem maupun tidak, baik mengalami penambahan makna.
berkombinasi dengan afiks maupun Contoh reduplikasi idiomatis bahasa
tidak (Muslich, 2008: 48). Sementara Moronene, bangka-bangka ‘teras’.
itu, Kridalaksana (2008: 208) Kata tersebut tidak ada hubungan
mendefinisikan reduplikasi sebagai makna dengan kata bangka ‘genggam’
proses dan hasil pengulangan satuan sehingga bukan bentuk ulang dari kata
bahasa sebagai alat fonologis atau tersebut.
gramatikal. Jadi, dalam proses Setiap kata memiliki satuan yang
reduplikasi ada pengulangan bentuk diulang, sehingga sebagian kata ulang
dasar yang bisa dikombinasikan dengan mudah dapat ditentukan bentuk
dengan unsur lain. dasarnya. Namun, ada juga kata ulang
Kajian reduplikasi dalam wilayah agak rumit ditentukan bentuk dasarnya
morfologi biasa disebut dengan sehingga ada beberapa petunjuk dalam
reduplikasi morfologis, atau juga menentukan bentuk dasar kata ulang.
dikenal dengan istilah reduplikasi Dengan kata lain, reduplikasi sebagai
morfemis. Reduplikasi morfologis sebuah proses pembentukan kata
adalah pengulangan morfem yang memiliki ciri khusus sebagai berikut
menghasilkan kata (Kridalaksana, (Putri, 2012).
2008: 208). Lebih lanjut, Kridalaksana 1. Selalu memiliki bentuk dasar
(2007: 89) mengemukakan bahwa dan bentuk dasar kata ulang
dalam reduplikasi morfemis terjadi selalu ada dalam pemakaian
perubahan makna gramatikal atas bahasa. Maksud ”dalam
leksem yang diulang sehingga pemakaian bahasa” adalah
terjadilah satuan yang berstatus kata. dapat dipakai dalam konteks
Reduplikasi morfologis dapat terjadi kalimat dan ada dalam
pada bentuk dasar yang berupa akar, kenyataan berbahasa.
berupa bentuk afiks, dan berupa bentuk

4
Firman A.D.: Bentuk dan Makna Reduplikasi Bahasa...

2. Ada hubungan semantis atau jadian dari proses reduplikasi


hubungan makna antara kata morfemis kelas katanya sama
ulang dengan bentuk dasar. Arti dengan bentuk dasarnya.
bentuk dasar kata ulang selalu 4. Ciri lainnya adalah umumnya
berhubungan dengan arti kata terdiri atas lebih dari satu
ulangnya. Ciri ini sebenarnya morfem.
untuk menjawab persoalan Perlu dicatat di sini bahwa pada
bentuk kata yang secara umumnya dalam bahasa Moronene
fonemis berulang, tetapi bukan bentuk dasar yang mengalami
merupakan hasil proses pengulangan sebagian adalah bentuk,
reduplikasi morfemis. baik yang sederhana maupun
3. Pengulangan pada umumnya kompleks, yang terdiri atas tiga suku
tidak mengubah golongan kata kata atau lebih. Dengan kata lain,
atau verba. Apabila suatu kata reduplikasi yang bentuk dasarnya
ulang berkelas nomina, bentuk terdiri atas tiga suku kata mengalami
dasarnya pun biasanya berkelas perubahan bentuk pada ruas pertama,
nomina. Begitu juga, apabila yaitu hanya mengulang dua suku kata
kata ulang itu berkelas verba, yang diikuti oleh tiga suku kata secara
bentuk dasarnya juga berkelas lengkap pada ruas kedua (lihat Adri:
verba. Lebih jelasnya, kata 2012:140). Misalnya:
Tabel 1
Hasil Reduplikasi Tiga Suku Kata
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi
Bakana (coax, stroke) Mobaka-bakana (always stroking)
Miano (person, people) Kamia-miano (doll, puppet)

Dalam membicarakan reduplikasi dengan jenis bentuk ulang dalam


morfemis, beberapa istilah yang bahasa Indonesia, yaitu bentuk ulang
berbeda tetapi dengan maksud yang simetris, bentuk ulang regresif, bentuk
sama tampak dari beberapa ahli yang ulang progresif, bentul ulang
diacu. Tentu saja, pembagian ini sudah konsonan, bentuk ulang vokal, dan
mengacu kepada jenis reduplikasi bentuk ulang reduplikasi.
morfologis yang umum terjadi pada Penggunaan beberapa istilah
beberapa bahasa, termasuk bahasa tersebut oleh beberapa pakar terjadi
Moronene dan bahasa Indonesia. Chaer karena penggunaan kriteria pemerian
(2008: 181-182), misalnya, yang berbeda. Namun, jika kita telaah
menggunakan istilah pengulangan lebih jauh dengan melihat contoh-
dasar berafiks dan pengulangan akar contoh yang mereka kemukakan
dengan empat macam proses umumnya istilah tersebut hanya
pengulangan, yaitu utuh, sebagian, berbeda namanya tetapi dalam
pengulangan perubahan bunyi dan prosesnya merupakan hal sama.
pengulangan dengan infiks. Dalam penelitian ini, penulis lebih
Kridalaksana (2007: 89-90) juga cenderung menggunakan klasifikasi
menggunakan istilah lain, yaitu jenis reduplikasi yang dikemukakan
dwipurwa, dwilingga, dwilingga salin oleh Muslich (2008: 52-55) karena
suara, dwiwasana, dan trilingga. Lain lebih sederhana, lebih mudah
halnya dengan Parera (2007: 51-57) dipahami, dan lebih sesuai dengan
mengemukakan istilah yang berkaitan pengategorian jenis reduplikasi dalam

5
Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 1-15

bahasa Moronene. Berikut beberapa dari sejumlah kamus dan daftar


jenis reduplikasi tersebut. kosakata sebelum penelitian lapangan
a. Pengulangan seluruh ialah dilakukan. Data sekunder ini banyak
pengulangan bentuk dasar peneliti peroleh melalui Kamus
secara keseluruhan, tanpa Moronene-Indonesia-Inggris yang
berkombinasi dengan disusun oleh Andersen (2006).
pembubuhan afiks dan tanpa Adapun data primer adalah data
perubahan fonem. yang dijaring langsung dalam studi
b. Pengulangan sebagian ialah lapangan melalui para informan
pengulangan bentuk dasar terpilih sebagai penutur asli bahasa
secara sebagian, tanpa Moronene yang dianggap dapat
perubahan fonem mewakili penutur bahasa yang diteliti.
c. Pengulangan yang Informan dalam penelitian ini ada dua
berkombinasi dengan orang, yaitu Bapak Yohanis (43 tahun)
pembubuhan afiks ialah yang berdomisili di Kecamatan
pengulangan bentuk dasar Rumbia, Kelurahan Doule, dan Bapak
disertai dengan penambahan Anton Ferdinan (37 tahun) yang
afiks secara bersama-sama atau berdomisili di Kecamatan Poleang
serentak dan bersama-sama Barat, Kelurahan Raka Dua. Kedua
pula mendukung satu arti. informan ini diwawancarai
d. Pengulangan dengan perubahan berdasarkan daftar tanyaan (kuesioner)
fonem ialah pengulangan yang sudah disusun dan wawancara
bentuk dasar disertai dengan tersebut direkam dalam bentuk suara
perubahan fonem. untuk menghindari kesalahan
pencatatan dalam wawancara.

METODE PENELITIAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan Jenis Reduplikasi Morfologis dalam
berdasarkan pendekatan sinkronis, Bahasa Moronene
yaitu menjelaskan atau memerikan
tipe-tipe reduplikasi bahasa Moronene Reduplikasi morfologis dalam
yang ada saat ini. Dalam penelitian ini bahasa Moronene dapat terjadi pada
juga diusahakan menemukan kaidah- bentuk dasar yang berupa akar dan
kaidah yang berlaku umum dalam berupa bentuk berafiks. Jenis-jenis
reduplikasi morfologis bahasa bentuk ulang dalam bahasa Moronene
Moronene. Untuk itu, bukti-bukti berdasarkan pengklasifikasian teori
reduplikasi didefinisikan dan yang dikemukakan pada bagian
dibandingkan guna melihat pola- sebelumnya dapat dikemukakan dalam
polanya. Berdasarkan hal tersebut, uraian berikut ini.
barulah dapat dikategorikan jenis-jenis
reduplikasi morfologis dalam bahasa Reduplikasi Bentuk Dasar yang
Moronene. Berupa Akar
Bahan penelitian yang digunakan Bentuk dasar yang berupa akar
berupa data kebahasaan yang berasal dalam bahasa Moronene memiliki tiga
dari sumber sekunder dan primer. macam proses pengulangan, yaitu
Data sekunder merupakan data yang pengulangan utuh, pengulangan
dijaring dari hasil studi pustaka, yaitu sebagian ruas pertama, dan
pengulangan sebagian ruas kedua.

6
Firman A.D.: Bentuk dan Makna Reduplikasi Bahasa...

Berikut dijelaskan ketiga proses bentuk dasar secara utuh, tanpa


tersebut. berkombinasi dengan pembubuhan
a. Pengulangan utuh (disebut juga afiks dan tanpa perubahan fonem.
pengulangan seluruh atau bentuk Berikut ini dikemukakan beberapa
ulang simetris) ialah pengulangan contoh:
Tabel 2
Reduplikasi Simetris
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi
ahu (asap) ahu-ahu (berasap-asap)
alo (malam) alo-alo (semalam suntuk)
andu (urut) andu-andu (urut-urut)
ani (pengalas kamoak) ani-ani (banyak pengalas kampak)
ia (urat) ia-ia (urat-urat)

Berdasarkan data tersebut dapat b. Pengulangan sebagian ruas pertama,


dikemukakan bahwa pada umumnya artinya sebuah bentuk dasar diulang
kelas kata yang sering dijumpai hanya sebagian dari bentuk
mengalami proses ini adalah nomina dasarnya di ruas pertama. Beberapa
yang terdiri atas dua suku kata. Kedua contoh dari proses tersebut dapat
suku kata tersebut mengalami dilihat sebagai berikut:
pengulangan seluruh bentuk ruas
pertama dan ruas kedua.
Tabel 3
Pengulangan pada Sebagian Ruas Pertama
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi
Garisi (mistar) Gari-garisi (garis-garis, banyak mistar)
Inahu (sayur) Ina-inahu (sayur-mayur)
Mental (jauh) Menta-mentala (agak jauh)
Siao (usir) Sia-siao (mengusir)

Contoh di atas memperlihatkan c. Pengulangan sebagian ruas kedua,


pola perulangan dua suku kata dari artinya sebuah bentuk dasar diulang
bentuk dasar pada ruas pertama dan hanya sebagian dari bentuk
suku kata secara lengkap pada ruas dasarnya di ruas kedua. Perhatikan
kedua. contoh pada tabel 4 berikut.
Tabel 4
Pengulangan Sebagian Ruas Kedua
Bentuk Dasar Reduplication Form
Dengkana (sekarang) Dengkana-kana (sekarang ini)
Molori (hitam) Molori-lori (kehitam-hitaman)

Contoh ini memperlihatkan


kebalikan dari contoh yang dijelaskan Reduplikasi Dasar Berafiks
pada poin (b). Di sini memperlihatkan Yang dimaksud dengan
pola pengulangan dua suku kata dari reduplikasi atau pengulangan dasar
bentuk dasar pada ruas kedua dan berafiks ialah pengulangan bentuk
secara lengkap pada ruan pertama. Pola dasar yang disertai dengan
seperti ini sangat terbatas contohnya. penambahan afiks. Dalam bahasa

7
Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 1-15

Moronene dapat dikemukakan atau direduplikasi. Tabel 5


beberapa bentuk atau proses memperlihatkan beberapa contoh
reduplikasi dan afiksasinya. dari proses ini.
a. Sebuah bentuk dasar dibubuhkan
afiks dulu baru kemudian diulang
Tabel 5
Bentuk Reduplikasi dengan Menambahkan Afiks
Bentuk Dasar Proses Afiksasi Hasil Reduplikasi
arewi (kipas) moarewi (mengipas) moare-arewi (mengipas-ngipas)
arewi (kipas) mearewi (mengipasi diri) meare-arewi (kipas-mengipas)
atoro (atur) moatoro (mengatur) moato-atoro (mengatur-ngatur)
bakana (garuk) mobakana (menggaruk luka) mobaka-bakana (selalu mengelus)
baea (jinjing) mobaea (menjinjing) mobae-baea (menjinjing dengan santai)

Dalam contoh tersebut dapat verba yang mendapat afiks pembentuk


dilihat terjadinya proses afiksasi dari verba, serta melalui proses reduplikasi
kata dasar. Dalam kasus ini, proses yang menyatakan pekerjaan yang
reduplikasi tidak terjadi bersamaan dilakukan berulang-ulang. Jenis afiks
dengan proses afiksasi. Hasil dari yang umum terjadi dalam pola ini
proses afiksasi tersebut yang kemudian adalah prefiks.
mengalami reduplikasi dan prosesnya b. Sebuah bentuk dasar direduplikasi
pun melalui reduplikasi sebagian dulu, baru kemudian diberi afiks.
bentuk yang sudah berafiks. Beberapa contoh dari proses
Umumnya, bentuk dasarnya berupa tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6
Bentuk Reduplikasi dengan Pengulangan Sebelum Proses Afiksasi
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi Proses Afiksasi
ahu (asap) ahu-ahu (berasap-asap) moahu-ahu (berbau asap)
bele (kaleng) bele-bele (banyak kaleng) tepobele-bele (berkaleng-kaleng)
leha (baring) leha-leha (baring-baring) koleha-leha (berbaring sebentar)
tangkau (pacul) tangka-tangkau (banyak pacul) motangka-tangkau (memacul-macul)

Berdasarkan data tersebut, c. Sebuah bentuk dasar diberi afiks


umumnya, menghasilkan reduplikasi dan diulang secara bersamaan.
yang menyatakan kuantitas. Maksud dari proses ini adalah
Penambahan afiks dalam proses proses reduplikasi itu terjadi
tersebut mempertegas atau bersama-sama atau dilakukan
menerangkan kuantittas sebagaimana sekaligus dengan proses
yang tersebut dalam bentuk dasarnya. pembubuhan afiks. Beberapa contoh
Jenis afiks yang umum terjadi dalam dari proses ini dapat dilihat pada
pola ini adalah prefiks. Tabel 7.

Tabel 7
Bentuk Reduplikasi dengan Proses Afiksasi dan Pengulangan
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi dan Proses Afiksasi
ngoi (lesung pipi) tengoi-ngoi (tersenyum sampai muncul lesung pipi)
bakale (banyak) tepobaka-bakale (bnyaknya tak terhingga)
bangkela (miring akibat disentuh) mekabangke-bangkela (saling mendorong)
miano (orang) kamia-miano (orang-orangan, boneka)

8
Firman A.D.: Bentuk dan Makna Reduplikasi Bahasa...

bata (ringan) mobata-bata (agak ringan)


Proses reduplikasi dan proses kata ulang dengan bentuk dasar.
afiksasi dikatakan dilakukan sekaligus Makna dari bentuk dasar kata ulang
karena bentuk ngoi-ngoi, baka-bakale, selalu berhubungan dengan arti kata
bangke-bangkela, dan bata-bata tidak ulangnya. Selain itu, dari segi makna
berterima. Begitu juga dengan bentuk semantis, reduplikasi yang dipaparkan
tengoi, tepobakale, mekabangkale, dan di sini hanyalah yang bersifat non-
mobata juga tidak ada. Jadi, memang idiomatis. Makna reduplikasi
proses pembentukan tersebut harus morfologis dalam bahasa Moronene
bersama-sama melalui reduplikasi dan dapat diklasifikasikan ke dalam
afiksasi. beberapa bagian sebagai berikut.

Makna Reduplikasi Morfologis Menyatakan Makna “Banyak” yang


dalam Bahasa Moronene Berhubungan dengan Bentuk Dasar
Beberapa contoh hasil reduplikasi
Sebagaimana yang sudah morfologis yang menyatakan makna
dikemukakan pada bagian sebelumnya, “banyak” yang berhubungan dengan
berbicara mengenai makna reduplikasi bentuk dasar dapat dilihat pada Tabel
ciri-cirinya adalah adanya hubungan 8.
semantis atau hubungan makna antara
Tabel 8
Bentuk Reduplikasi yang Menyatakan Makna “Banyak”
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi
ani (pengalas kampak) ani-ani (banyak pengalas kampak)
api (api) api-api (banyak api)
ate (hati) ate-ate (banyak hati)
ato (atap) ato-ato (banyak atap)
ia (urat) ia-ia (banyak urat)
rafter (kasau) kaho-kaho (banyak kasau)

Bentuk dasar dari contoh tersebut pembubuhan prefiks {ka-}. Contoh


menyatakan makna ‘satu’ atau bentuk reduplikasi yang menyatakan
‘sebuah’, sedangkan hasil makna “yang menyerupai apa yang
reduplikasinya menyatakan makna tersebut pada bentuk dasar” ini
‘banyak’. terdapat dalam Tabel 9.

Menyatakan Makna “Menyerupai”


Apa Yang Tersebut Pada Bentuk
Dasar
Dalam hal ini proses pengulangan
berkombinasi dengan proses

Tabel 9
Bentuk Reduplikasi yang Menyatakan Menyerupai
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi

dara (kuda) kadara-dara (kuda-kudaan, boneka kuda)


ici (ekor) kaici-ici (ekor buatan untuk mainan)
miano (orang) kamia-miano (orang-orangan, boneka)
dahu (anjing) kadahu-dahu (anjing mainan, boneka anjing)

9
Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 1-15

bangke (kue) kabangke-bangke (kue mainan)

Contoh-contoh tersebut Menyatakan Makna “Perbuatan


memperlihatkan perubahan makna dari Tersebut pada Bentuk Dasar
bentuk dasar yang berupa hewan, Dilakukan Berulang-ulang atau
orang, dan bagian tubuh menjadi Berkali-kali”
sesuatu yang menyerupai apa yang Tabel 10 memperlihatkan contoh-
disebutkan pada bentuk dasar, contoh reduplikasi yang menyatakan
misalnya dalam bentuk mainan. makna perbuatan yang tersebut dalam
bentuk dasar dilakukan berulang-ulang
atau berkali-kali.

Tabel 10
Bentuk Reduplikasi yang Menyatakan Makna Perbuatan Dilakukan Berkali-kali
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi
moanta (mengayak/menyaring) moanta-anta (mengayak-ayak)
moanda (mengumpan) moanda-anda (mengumpan-umpan)
moanu (melakukan) moanu-anu (melakukan berkali-kali)
moarewi (mengipas) moare-arewi (mengipas-ngipas)
moasi (menjepit) moasi-asi (menjepit berkali-kali)
moawa (mendapat) moawa-awa (mendapat berkali-kali)
mobaa (menakar) mobaa-baa (menakar ulang)
mobado (membujuk) mobado-bado (membujuk-bujuk)
mobaho (memandikan) mobaho-baho (memandikan kembali)
mobakana (mengelus) mobaka-bakana (selalu mengelus)

Berdasarkan contoh-contoh di atas Menyatakan Makna “Perbuatan


dapat dilihat bentuk dasarnya Yang Tersebut Pada Bentuk Dasar
merupakan verba yang mendapat Dilakukan Dengan Main-Main”
prefiks {mo-} sebagai afiks pembentuk Bentuk reduplikasi yang
verba. Setelah melalui proses menyatakan makna “perbuatan yang
prefiksasi, kemudian terjadi proses tersebut pada kata dasar dilakukan
reduplikasi yang menghasilkan dengan main-main dapat dilihat
perbuatan atau pekerjaan yang contohnya pada Tabel 11.
dilakukan berulang-ulang sebagaimana
yang ada pada bentuk dasar.
Tabel 11
Bentuk Reduplikasi yang Menyatakan Makna Bermain-main
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi
dambu (jambu) mekadambu-dambu (memetik jambu dengan bermain-main)
supeda (sepeda) mekasupe-supeda (bermain-main dengan memakai sepeda)
duku (nyiru) mekaduku-duku (memain-mainkan nyiru)
peani (aku) mekapea-peani (mengakui dengan main-main)
doi (uang) mekadoi-doi (main uang-uangan)
tangkau (pacul) mekatangka-tangkau (memacul dengan main-main)
bangke (kue) mekabangke-bangkela (main-main membuat kue)

10
Firman A.D.: Bentuk dan Makna Reduplikasi Bahasa...

Contoh tersebut memperlihatkan Menyatakan Makna “Perbuatan


terjadinya proses reduplikasi sekaligus Yang Tersebut Pada Bentuk Dasar
prefiksasi. Kedua proses tersebut Dilakukan Dengan Enaknya, Dengan
melahirkan makna perbuatan yang Santainya, Atau Dengan Asal-
dilakukan dengan main-main. Prefiks Asalan”
yang mendukung proses reduplikasi Bentuk reduplikasi yang
tersebut adalah prefiks {meka-}. menyatakan suatu perbuatan dilakukan
Dalam pembahasan berikutnya, prefiks dengan santai, dengan seenaknya, atau
(meka-) juga dapat membentuk makna asal-asalan dapat dilihat contohnya
lain yang berkombinasi dengan pada tabel 12.
reduplikasi.

Tabel 12
Bentuk Reduplikasi yang Menyatakan Makna Perbuatan Santai
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi
isa (tumbuk) konteisa-isa (pura-pura menumbuk, asal menumbuk)
ganda (gendang) konteganda-ganda (memukul-mukul gendang dengan santai)
kaa (makan) kontekaa-kaa (asal makan, sembarang saja dimakan)
titi (menapis) montiti-titi (menapis dengan santai)
meatopi (memasang atap) meato-atopi (memasang atap dengan santai)
buri (tulis) kaburi-buri (sembarang tulis, asal tulis)

Dengan melihat contoh pada Tabel Menyatakan Bahwa “Perbuatan Pada


12 dapat dilihat adanya beberapa afiks Bentuk Dasar Dilakukan Oleh Dua
yang berkombinasi dengan proses Pihak Dan Saling Mengenai”
reduplikasi untuk membentuk makna Bentuk reduplikasi yang
tersebut. Beberapa afiks tersebut menyatakan makna “perbuatan
adalah {konte-}, {mon-}, dan {ka-}, dilakukan oleh dua pihak dan saling
Untuk contoh meato-atopi ‘memasang mengenai mengadung arti bahwa
atap dengan santai’, prosesnya melalui bentuk ini menyatakan makna “saling”.
afiksasi terlebih dahulu, meatopi dari Contoh hasil reduplikasi ini dapat
bentuk dasar ato (atap). dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13
Bentuk Reduplikasi yang Menyatakan Makna Saling
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi
angga (hormat, anggap) mekaangga-angga (saling menghormati)
apati (mengalasi) mekaapa-apati (saling bergantian memasang alas)
arewi (kipas) meare-arewi (saling mengipasi)
babai (menaiki punggung) mekababa-babai (saling menaiki punggung)
sipi (jepit) mekasipi-sipi (saling menjepit)
pate (bunuh) mekapate-pate (saling membunuh)
sodoli (ganggu) mekasodo-sodoli (saling mengganggu)

Berdasarkan contoh tersebut dapat Selain itu, juga ada contoh yang
dijelaskan bahwa proses reduplikasi memperlihatkan terjadinya proses
untuk membentuk makna tersebut afiksasi sebelum terjadinya proses
umumnya melalui pembubuhan afiks reduplikasi, yaitu apati (mengalas) dari
{meka-}, kecuali meare-arewi (saling bentuk dasar apa (alas) dan babai
mengipas) yang mendapat afiks {me-}. (menaiki punggung) dari bentuk dasar

11
Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 1-15

baba (gendong) yang mendapat sufiks Menyatakan Makna “Agak” atau


{-i}. “Melemahkan Arti Kata Sifat”
Tabel 14 memuat beberapa contoh
hasil reduplikasi yang menyatakan
makna “agak” atau “melemahkan arti
kata sifat”.

Tabel 14
Bentuk Reduplikasi yang Menyatakan Makna Melemahkan/Agak
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi
ila (liar) moila-ila (agak liar)
longko (longgar) molongko-longko (agak longgar)
lori (hitam) molori-lori (kehitam-hitaman)
mentala (jauh) menta-mentala (agak jauh)
modengke (kurus) modengke-dengke (agak kurus)
wite (pucat) mowite-wite (agak pucat)

Umumnya bentuk dasar dalam reduplikasinya langsung bentuk


proses reduplikasi ini memiliki kelas dasarnya.
kata adjektiva.. Berdasarkan beberapa Selain dari makna-makna yang
contoh tersebut proses reduplikasi sudah diuraikan, ada juga proses
berkombinasi dengan proses pengulangan yang menyatakan
pembubuhan afiks {mo-}, keculai sesuatu yang tidak terbatas atau tak
menta-mentala ‘agak jauh’ yang proses terhingga. Beberapa contohnya dapat
dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15
Bentuk Reduplikasi yang Menyatakan Makna Tidak Terhingga
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi
bakale (banyak) tepobaka-bakale (banyaknya tidak terhingga)
sia (percik) kosia-sia (tidak henti-hentinya terpercik)
beu (bakul) tepobeu-beu (berbakul-bakul)

Makna yang terkandung dalam Menyatakan Makna “Sedikit”


proses reduplikasi tersebut dihasilkan Beberapa data contoh reduplikasi
melalui kombinasi dengan afiks {te-} yang menyatakan makna “sedikit”
dan {ko-}. dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini:

Tabel 16
Bentuk Reduplikasi yang Menyatakan Makna “Sedikit”
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi
anda (umpan) meanda-anda (muncul sedikit, menampakkan diri)
atora (norma, aturan) koato-atora (sopan-sopan sedikit)
awu (abu) awu-awu (menyala sedikit)
humbe (gali) mehumbe-humbe (menggali sedikit/tidak dalam)

Dalam pembentukan makna }, pembubuhan afiks {ko-}, dan


tersebut terdapat tiga jenis bentuk, proses reduplikasi yang tidak melalui
yaitu melalui pembubuhan afiks {me- pembubuhan afiks.

12
Firman A.D.: Bentuk dan Makna Reduplikasi Bahasa...

Menyatakan Makna “Bau” yang menunjukkan makna “bau” dapat


Sebagaimana yang Ada pada Bentuk dilihat pada Tabel 17 berikut ini.
Dasar
Beberapa contoh bentuk reduplikasi
Tabel 17
Bentuk Reduplikasi yang Menyatakan Makna “Bau”
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi
api (api) moapi-api (berbau api/hangus)
ara (arak) moara-ara (berbau arak)
awu (abu) moawu-awu (berbau abu)
beangka (kumbang) mobea-beangka (berbau kumbang)
dambu (jambu) modambu-dambu (berau jambu)
gamba (tapai) mogamba-gamba (berbau tapai)
gola (gula) mogola-gola (berbau gula)
waea (kemiri) mowae-waea (berbau kemiri)

Proses reduplikasi berdasarkan Menyatakan Makna “Berpura-Pura


beberapa data tersebut memperlihatkan Mempunyai/Mengatakan atau
konsistensi kombinasi penggunaan Bertingkah Seperti Memiliki”
afiks {mo-} dalam membentuk makna Pada Tabel 18 berikut ini
tersebut. Jadi, dapat disimpulkan dikemukakan beberapa contoh hasil
bahwa proses reduplikasi yang reduplikasi yang menyatakan makna
berkombinasi dengan prefiks {mo-} berpura-pura mempunyai, baik dalam
membentuk makna yang menyatakan perkataan atau tingkah laku.
‘bau’.
Tabel 18
Bentuk Reduplikasi yang Menyatakan Makna Berpura-pura
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi
waipode (gadis) kontewai-waipode (berpura-pura mempunyai anak gadis)
walu (janda, bekas istri) kontewalu-walu (berpura-pura mengatakan janda)
wai (basi) kontemowai-wai (berpura-pura mengatakan basi)
baga (bagan) kontebaga-baga (bertingkah seperti orang yang mempunyai bagan)
bela (ipar) kontebela-bela (berpura-pura memanggil ipar)
bicuto (pendiam) kontebicu-bicuto (berpura-pura pendiam)

Proses reduplikasi di atas berpura-pura mempunyai/mengatakan


memperlihatkan penggunaan sebuah atau bertingkah seperti memiliki.
prefiks, yaitu {konte-}. Berdasarkan
data tersebut dapat dikatakan bahwa Menyatakan Makna “Bunyi”
prefiks tersebut jika melekat pada Sebagaimana yang Disebutkan Pada
bentuk dasar yang berkombinasi Bentuk Dasar
dengan proses reduplikasi dapat Beberapa contoh hasil reduplikasi
membentuk makna khusus, yaitu, yang menyatakan makna “bunyi” dapat
dilihat pada Tabel 19 berikut ini.
Tabel 19
Bentuk Reduplikasi yang Menyatakan Makna Bunyi
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi
nduu (deru) nduu-nduu (berbunyi/berderu seperti gendang)
baka (gigi geraham) baka-baka (bunyi mulut seperti orang atau binatang sedang makan)
pio (anak ayam) pio-pio (bunyi anak ayam)

13
Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 1-15

Berdasarkan ketiga contoh tersebut Menyatakan Makna “Belajar


memperlihatkan proses reduplikasi Melakukan Sesuatu”
yang tidak melalui proses afiksasi. Beberapa proses reduplikasi
Ketiga contoh tersebut mengalami menghasilkan kata ulang yang
reduplikasi pada bentuk dasarnya. menyatakan makna belajar melakukan
sesuatu. Tabel 20 berikut ini memuat
beberapa contohnya.
Tabel 20
Bentuk Reduplikasi yang Menyatakan Makna “Belajar”
Bentuk Dasar Hasil Reduplikasi
kaho (kasau) mekakaho-kaho (belajar memasang kasau)
gau (bicara) mekagau-gau (belajar bicara)

Contoh kasus reduplikasi yang berkali-kali’; menyatakan makna


menyatakan makna seperti di atas ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk
sangat terbatas dan tidak produktif dasar dilakukan dengan main-main’;
sebagaimana beberapa kasus menyatakan makna ‘perbuatan yang
reduplikasi lainnya. tersebut pada bentuk dasar dilakukan
dengan enaknya, dengan santainya,
PENUTUP atau dengan asal-asalan’; menyatakan
makna ‘saling’; menyatakan makna
Bentuk reduplikasi dalam bahasa ‘agak‘ atau ‘melemahkan arti kata
Moronene terdiri atas reduplikasi sifat’; menyatakan sesuatu yang tidak
bentuk dasar yang berupa akar terbatas atau tak terhingga;
memiliki dua macam proses menyatakan makna ‘sedikit’;
reduplikasi, yaitu pengulangan utuh, menyatakan makna ‘bau’ sebagaimana
pengulangan sebagian ruas pertama, yang dikemukakan pada bentuk dasar;
dan pengulangan sebagian ruas kedua. menyatakan makna ‘berpura-pura
Bentuk reduplikasi yang lain adalah mempunyai/mengatakan atau
reduplikasi dasar berafiks yang dapat bertingkah seperti memiliki’;
dikategorikan ke dalam tiga proses, menyatakan makna ‘bunyi
yaitu (1) sebuah bentuk dasar sebagaimana yang disebutkan pada
dibubuhkan afiks dulu baru kemudian bentuk dasar‘; dan menyatakan makna
diulang atau direduplikasi, (2) sebuah ‘belajar melakukan sesuatu’.
bentuk dasar direduplikasi dulu, baru
kemudian diberi afiks, dan (3) sebuah DAFTAR PUSTAKA
bentuk dasar diberi afiks dan diulang
secara bersamaan. Adri. 2012. Reduplikasi dan
Makna yang terkandung dalam Pemajemukan Bahasa
proses reduplikasi ini dapat Moronene. Dalam Masao
diklasifikasikan ke dalam beberapa Yamaguchi (Editor).
makna, yaitu: menyatakan makna Aspek-Aspek Bahasa
‘banyak yang berhubungan dengan Daerah di Sulawesi
bentuk dasar`; menyatakan makna Bagian Selatan. Kyoto:
‘yang menyerupai apa yang tersebut Hokuto Publishing Inc.
pada bentuk dasar’; menyatakan Andersen, David T. 2006. Kamus
makna ‘perbuatan tersebut pada bentuk Moronene-Indonesia-
dasar dilakukan berulang –ulang atau Inggris. Kendari: Kerja

14
Firman A.D.: Bentuk dan Makna Reduplikasi Bahasa...

Sama SIL dan Dirjen Deskriptif). Jakarta: Bumi


PMD Prov. Sultra. Aksara.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Muthalib, et al. 1991. Struktur Bahasa
Indonesia (Pendekatan Moronene. Jakarta: Pusat
Proses). Jakarta: Rineka Pembinaan dan
Cipta. Pengembangan.
Departemen Pendidikan
Damayanti, Wahyu dan Ai Kurniati. dan Kebudayaan.
2004. Sistem Perulangan
Bahasa Melayu Parera, Jos Daniel. 2007. Morfologi
Ketapang. Jakarta: Pusat Bahasa. Jakarta:
Bahasa, Departemen Gramedia Pustaka Utama.
Pendidikan Nasional. Putri, Feby ary Budisany, 2012.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Afiksasi dan Reduplikasi
Pembentukan Kata dalam Bahasa Jawa dalam Lagu
Bahasa Indonesia. Daerah Jawa Tengah,
Jakarta: Gramedia http://sanyfeby.blogspot.c
Pustaka Utama. om/2012/01/afiksasi-dan-
reduplikasi-bahasa-
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus jawa.html. Diakses 9 Mei
Linguistik (Edisi 2013.
Keempat). Jakarta: http://repository.usu.ac.idbitstream123
Gramedia Pustaka Utama. 456789345703Chapter%2
Muslich, Masnur. 2008. Tatabentuk 0II.pdf. Diakses 9 mei
Bahasa Indonesia (Kajian 2013.
ke Arah Tatabahasa

15

Anda mungkin juga menyukai