Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
IDENTITAS NASIONAL

Oleh :

OLEH

PUTRI AYU LESTARI


D1B121193
KELAS D

UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021

i
MAKALAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
IDENTITAS NASIONAL

makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan tentang Identitas Nasional

Oleh :

PUTRI AYU LESTARI


D1B121193
KELAS D

UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya maka
kami dapat penyusunan makalah yang berjudul identitas nasional. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan. Dalam penulisan makalah ini
kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami berharap demi perbaikan pembuatan modul ini.

Makassar, 29 April 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 5
BAB II PEMBAHASAN 8
BAB III PENUTUP 12
BAB IV DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belekang
Identitas secara terminologi adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang
membedakan dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian itu maka setiap bangsa di dunia
ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta
karakter dari bangsa tersebut. Hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana
bangsa tersebut terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat identitas nasional itu,
identitas suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati bangsa tersebut atau lebih
populer disebut sebagai kepribadian suatu bangsa. Pengertian atau istilah kepribadian
sebagai suatu identitas adalah keseluruhan identitas atau totalitas dari faktor-faktor
biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu. Bangsa pada
hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan nasib dalam
proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan waktu atau karakter yang kuat untuk
bersatu dan hidup bersama serta mendiami wilayah tertentu.
Para tokoh besar ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang hakikat kepribadian
tersebut berasal dari beberapa disiplin ilmu, antara lain antropologi, psikologi dan
sosiologi. Tokoh antropologi Ralph Linton bersama pakar psikologi Abraham Kardinier
mengadakan suatu proyek penelitian tentang watak umum suatu bangsa, dan sebagai
objek penelitiannya adalah bangsa Maequesesas dan Tanala, yang kemudian hasil
penelitiannya ditulis dalam buku berjudul The Individual and His Society (1938). Dari
hasil penelitiannya tersebut dirumuskan sebuah konsepsi tentang basic personality
structure. Konsepsi itu dimaksudkan bahwa semua unsur watak yang sama dimiliki oleh
sebagian besar warga suatu masyarakat. Unsur watak yang sama ini disebabkan oleh
pengalaman-pengalaman yang sama yang telah dialami oleh warga masyarakat tersebut,
karena mereka hidup di bawah pengaruh lingkungan budaya selama tumbuh dan
berkembang dalam suatu masyarakat.
Linton juga mengemukakan pengertian tentang status personality, yaitu watak
individu yang ditentukan oleh statusnya yang didapatkan dari kelahiran maupun dari
segala daya upaya. Status personality seseorang mengalami perubahan dalam suatu saat
jika seseorang tersebut bertindak dalam kedudukannya yang berbeda-beda, misalnya
sebagai ayah, sebagai anak laki-laki, sebagai pegawai, sebagai pedagang dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas maka pengertian kepribadian sebagai identitas nasional
suatu bangsa adalah keseluruhan atau totalitas dari kepribadian individu-individu sebagai

5
unsur yang membentuk bangsa tersebut. Oleh karena itu pengertian identitas nasional
suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan pengertian “peoples character”, “national
carachter” atau “national identity”. Dalam hubungannya dengan identitas nasional
Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia tidak bisa diketahui jika hanya dideskripsikan
berdasarkan ciri khas fisik. Hal ini mengingat bangsa Indonesia terdiri atas berbagai
macam unsur etnis, ras, suku, kebudayaan, agama, serta yang sejak asalnya memiliki
perbedaan. Kepribadian bangsa Indonesia sebagai suatu identitas nasional secara historis
berkembang dan menemukan jati dirinya setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus
1945.
Namun demikian identitas nasional suatu bangsa tidak cukup hanya dipahami
secara statis. Ini karena mengingat bangsa merupakan kumpulan-kumpulan manusia yang
suka berinteraksi dengan bangsa di dunia dengan segala hasil budayanya. Oleh karena itu
identitas nasional suatu bangsa, termasuk identitas nasional Indonesia, juga harus
dipahami dalam suatu konteks dinamis. Maksudnya adalah bagaimana bangsa itu
melakukan akselerasi dalam pembangunan, termasuk proses interaksinya secara global
dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Apalagi di era revolusi industri 4.0 sekarang, dengan
perkembangan teknologi yang semakin canggih dan keleluasaan akses digital serta
informasi lewat internet, membuat orang semakin bebas berinteraksi secara global
melalui media sosial,
sehingga hal itu juga mendorong banyak perkembangan identitas nasional suatu bangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Ada berapa budaya Indonesia yang diklaim Malaysia? Adakah contoh lain? Sebutkan,
apakah klaim tersebut dikemungkinkan terjadi lagi di kemudian hari?
2. Bolehkah sebuah negara mengklaim kebudayaan bangsa lain karena budaya tersebut
memang telah dijalankan oleh warga negaranya?
3. Bolehkah bangsa Indonesia mengklaim budaya bangsa lain sebagai bagian dari
kebudayaan nasional karena budaya tersebut memang telah disenangi dan di
praktikkan oleh orang indonesia? Misalnya, budaya makan sambil berdiri (standing
party)
4. Apa yang perlu dilakukan agar kebudayaan Indonesia sebagai identitas nasional tidak
diklaim oleh negara lain?Apakah setiap orang Indonsia dapat mengajukan
kebudayaan daerahnya sebagai kebudayaan nasional/identitas nasional? Jika dapat,
adakah syaratnya?

6
5. Kebudayaan daerah sebagai kearifan lokal, dapatkah luntur? Mengapa demikian? Jika
ya, akankah identitas bangsa itu hilang?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui jumlah budaya Indonesia yang diklaim Malaysia dan apakah
klaim budaya ini dimungkinkan terjadi lagi dikemudian hari.
2. Untuk mengetahui apakah sebuah negara dapat mengklaim budaya bangsa lain
karena budaya tersebut memang telah dijalankan oleh warga negaranya.
3. Untuk mengetahui apakah bangsa Indonesia dapat mengklaim budaya bangsa lain
sebagai bagian dari kebudayaan nasional karena budaya tersebut memang telah
disenangi dan dipraktikkan oleh orang Indonesia, misalnya budaya makan sambil
berdiri (standing party).
4. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang perlu dilakukan agar kebudayaan Indonesia
sebagai identitas nasional tidak diklaim oleh negara lain. Serta untuk mengetahui
apakah setiap orang Indonesia dapat mengajukan kebudayaan daerahnya sebagai
kebudayaan nasional/identitas nasional.
5. Untuk mengetahui apakah kebudayaan daerah sebagai kearifan lokal dapat luntur dan
kaitannya dengan hilangnya identitas bangsa apabila kebudayaan daerah tersebut luntur.

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ada berapa budaya Indonesia yang diklaim Malaysia? Adakah contoh lain?
Sebutkan, apakah klaim tersebut dikemungkinkan terjadi lagi di kemudian hari?
Banyaknya budaya yang dimiliki bangsa Indonesia tentunya memberikan nilai plus
mata yang lainnya, banhkan ini disebabkan kurangnya rasa kepedulian kita terhadap
budaya bangsa kita sendiri. Forum masyarakat peduli budaya indosensia mencatat
setidaknya ada 10 budaya indonesia yang diklaim sebagai milik malaysia.
1. Batik
Kepemilikan batik sebagai warisan budaya tak berbenda menggelinding setelah
Malaysia mengklaim sebagai warisan nenek moyangnya. Untuk mengakhiri polemik,
Pemerintah Indonesia akhirnya mendaftarkan batik ke UNESCO untuk mendapatkan
pengakuan. 3. September 2008 sebagai titik awal proses Nominasi Batik Indonesia ke
UNESCO. Namun baru diterima secara resmi oleh UNESCO pada 9 Januari 2009.
UNESCO kemudian melakukan pengujian tertutup di Parsi 11-14 Mei 2009.
Hasilnya, 2 Oktober 2009, UNESCO mengukuhkan batik sebagai warisan budaya
Indonesia. Malaysia tak berhak lagi mengkalaimnya.
2. Lagu Rasa Sayange
Polemik klaim lagu “Rasa Sayange” cepat berakhir. Pemerintah Malaysia sendiri
yang mengakhirinya. 11 November 2007, Menteri Kebudayaan, Kesenian, dan
Warisan Budaya Malaysia, Rais Yatim mengakui bahwa Rasa Sayange adalah
milik Indonesia.
3. Reog Ponorogo
Usai mengklaim Lagu Rasa Sayange, prilaku Malaysia yang suka mengklaim
budaya Indonesia berlanjut. Namun masalah ini tidak berlanjut ke UNESCO
karena Pemerintah Diraja Malaysia melakukan klarifikasi. Duta Besar Malaysia
untuk Indonesia Datuk Zainal Abidin Muhammad Zain membantah bahwa
Pemerintah Malaysia tidak pernah mengklaim Reog Ponorogo. Reog Ponorogo
sendiri kata dia bukan sebagai budaya asli negaranya.
4. Wayang Kulit

8
Malaysia pernah mengklaim wayang kulit sebagai budayanya. Padahal sudah jelas
wayang kulit ini adalah budaya khas Jawa. Pertunjukan wayang kulit telah diakui
oleh UNESCO pada tanggal 27 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang
mengagumkan dalam bidang cerita narasi.
5. Kuda Lumping
Tarian ini berasal dari Jawa. Namun, orang-orang Jawa mewariskannya kepada
anak-anaknya yang sudah menetap di Malaysia sehingga diklaim sebagai budaya
warisan negeri Jiran.
6. Rendang Padang
Klaim Rendang Padang tak berlangsung lama karena dalam catatan sejarah
masakan yang paling enak di dunia itu bukanlah produk asli Malaysia. Masakan
Rendang berasal dari Sumatera Barat.
7. Keris Keris
merupakan salah satu senjata para raja Majapahit. Wilayah yang paling banyak
memakai keris adalah Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, Pesisir
Kalimantan dan Sulawesi. Malaysia tak bisa mengklaimnya karena sejarah
membuktikan bahwa budaya Indonesia. Bukti keris merupakan budaya Indonesia
terdapat di Candi Borobudur. Dalam satu panel relief Candi Borobudur (abad ke-
9) yang memperlihatkan seseorang memegang benda serupa keris.
8. Angklung Angklung
adalah budaya khas dari masyarakat Sunda, Jawa Barat, Indonesia. Warisan
leluhur ini juga pernah diklaim oleh Malaysia. Polemik klaim Malaysia berakhir
setelah alat musik ini terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan
Nonbendawi Manusia di UNESCO sejak November 2010.
9. Tari Pendet dan Tari Piring
Kedua jeni tari ini juga pernah diklaim Malaysia. Tari piring adalah salah satu
seni tari tradisional di Minangkabau yang berasal dari Kota Solok, Provinsi Sumatera
Barat. Sementara Tari Pendet dari Bali. Namun yang paling menonjol klaim
Malaysia pada Tari Pendet. Sebab tari ini dijadikan sebagai iklan promosi kunjungan
ke Malasyia “Visit Malaysia Years”. 10. Gamelan Jawa Gamelan Jawa merupakan
alat musik khas Jawa yang terdiri dari berbagai macam alat musik. Selain bonang,
gong, ada pula rebab dan alat musik lainnya yang biasanya mengiringi wayang.

9
Klaim tersebut dimungkinkan terjadi lagi jika indonesia tidak segera mendaftarkan
budaya ke mahkaman internasional dan jika terjadi perpecahan suku budaya karena
tidak adanya kesatuan negara. Serta pengawasan yang kurang, maka hal tersebut
akan dimanfaatkan negara lain untuk mengklaim sebagai budaya negara tersebut.

B. Bolehkah sebuah negara mengklaim kebudayaan bangsa lain karena budaya


tersebut memang telah dijalankan oleh warga negaranya?
Suatu negara tidak dapat mengklaim kebudayaan bangsa lain walaupun kebudayaan
tersebut sudah dijalankan oleh warga negaranya, kecuali kebudayaan tersebut belum
ada hak milik, serta negara yang bersangkutan sudah memiliki bukti yang cukup atau
hak paten yang sudah diakui secara internasional untuk membuktikan bahwa budaya
tersebut layak dimilikinya.

C. Bangsa Indonesia Mengklaim Budaya Bangsa Lain Sebagai Bagian dari


Kebudayaan Nasional
Walaupun sebuah kebudayaan bangsa lain telah disenangi dan dipraktikkan oleh
orang Indonesia, kebudayaan tersebut tidak dapat diklaim oleh Indonesia sebab
kebudayaan tersebut bukan milik Indonesia dan telah memiliki hak cipta. Adapun,
budaya makan sambal berdiri itu merupakan budaya barat yang dipengaruhi era
globalisasi sehingga merambat ke Indonesia. Jika klaim ini dilakukan maka itu berarti
sama saja bangsa Indonesia tidak menghormati maupun memiliki rasa toleransi
kepada bangsa lain.

D. Apa yang perlu dilakukan agar kebudayaan Indonesia sebagai identitas nasional
tidak diklaim oleh negara lain?Apakah setiap orang Indonsia dapat mengajukan
kebudayaan daerahnya sebagai kebudayaan nasional/identitas nasional? Jika
dapat, adakah syaratnya?
Banyaknya kasus pengklaiman budaya di Indonesia hal yang dapat dilakukan supaya
kasus tersebut tidak terulang lagi yaitu dengan mengenalkan, mengajarkan,
membimbing serta melestarikannya, yang dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Kebudayaan daerah dapat diajukan sebagai kebudayaan nasional/identitas nasional
yang tentunya ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, salah satunya yaitu memiliki ciri
khas yang menggambarkan identitas bangsa dan dapat dibanggakan sehingga dapat
memberikan identitas bagi negara Indonesia.

10
E. Kebudayaan daerah sebagai kearifan lokal, dapatkah luntur? Mengapa
demikian? Jika ya, akankah identitas bangsa itu hilang?
Sebagai kearifan lokal, kebudayaan daerah dapat luntur jika kebudayaan tersebut
tidak mendapat perhatian dari bangsanya dan ini akan berperngaruh juga terhadap
identitas bangsa. Sebab kebudayaan daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari
kebudayaan nasional yang sebagai identitas nasional. Jika kebudayaan daerah hilang,
maka identitas bangsa perlahan-lahan akan hilang juga.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak sekali kebudayaan, yang terdiri
dari kumpulan kebudayaan yang ada di seluruh tanah air Indoesia yang berbentuk
kebudayaan lokal. Budaya asing terus masuk dengan tidakterbendung ke Indonesia yang
dapat mengikis ataupun melunturkan budaya lokal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia,
untuk ituperlunya upaya-upaya penting terus dilakukan dalam menanggulangi
permasalahan tersebut sehingga budaya Indonesia dapat tetap eksis dalam keasliannya
walaupun diterpa arus globalisasi. Berbagai cara dapat dilakukan dalam melestarikan
budaya, namun yang palingpenting yang harus pertama dimiliki adalah menumbuhkan
kesadaran serta rasa memiliki akan budaya tersebut, sehingga dengan rasa memiliki serta
mencintai budaya sendiri, orang akan termotivasi untuk mempelajarinya sehingga
budaya akan tetap ada karena pewaris kebudayaannya akan tetap terus ada.

12
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Makhruf, Jamhari. 2016. Islam Untuk Hari-Hari Besar Nasional. PPMI.: Jakarta.
Asri, Dyah Permata Budi, dkk. 2018. Perlindungan Hukum Terhadap Kebudayaan Melalui
World Heritage Centre UNESCO. Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM No. 2 Vol.25.
Lan, Thung Ju dan M.’Azzam Manam. 2011. Nasionalisme dan Ketahanan Budaya di
Indonesia: Sebuah Tanatangan. LIPI Press : Jakarta

13
14

Anda mungkin juga menyukai