Anda di halaman 1dari 4

Jalan yang terbaik

Oleh :elin lin


“Jika memang ini adalah yang terbaik bagiku, aku ikhlas dan
akan ku jalani. Tapi ya rabb...apkah aku akan kuat dalam
menghadapi semua ini...kuat kan aku ya rabb...”
Tulisku dalam sebuah diary ,sekarang adalah hari senin , hari
dimana aku harus meninggal kan orang-orang yang sangat
aku cintai dan teman-teman yang ku sanyangi, apalagi aku
harus meninggal kan kampung halaman ku, ya sekarang
adalah hari keberangkatanku menuju jalan yang di ridhoi
ALLAH.
Setelah mandi aku di suruh siap-siap sama mamih karena
sebentarlagi kita akan berangkat ke Jakarta , untuk menagntar
kan ku pesantren , tapi sayang nya mamih tidak dapat ikut
karena harus menjaga adik ku yang masih kecil dan juga
karna kami mengandarai motor untuk pergi ke Jakarta , jujur
saja jika aku bisa memilih aku tidak ingin meninggal kan
keluarga ku , tapi mungakin ini adalah yang terabaik...
Setalah semua barang di naikan ke atas motor dan tak lupa
untuk berpamitan kpd mamih, jujur inilah bagian yang paling
ku benci diman aku harus memeluk mamih ku tersayng ,
“elin pesantren yang bener ya, tidak ada seorang ibu yang rela
berpisah dengan ank nya , melainkan karna ia ingin agar anak
nya itu dapat berubah lebih baik” pesan yang terucap oleh
mamihku ,dan hanya air mata yang dapat menjawab ucapan
mamih saat itu.
Setelah itu aku menaiki motor dengan perasaan sangat sedih
dan sungguh tak rela untuk pergi.
Setelah 5 jam perjalanan ku lalui di atas motor, aku berhenti
di rumah paman yang baerada di cakung , karena paman lah
yang mengetahui jalan menuju paesantern yang akn ku
tempati ,setelah sampai di rumah paman dan beristirahat
sejenak aku dan ayah ku langsung melanjut kan perjalanan
dengan menggunakna busway , kata paman ku lbh mudah
mencari alamt nya kalu naik busway, tak lupa pamn
memberiku dan ayah kartu yang mirip ATM dan langsung
mengantar kami ke halte busway.
Ini adalah pengalaman pertamaku menaiki busway jadi
mungkin terlihat sedikit norak, aku menunggu agak lama dan
akhirnya yang kutunggu pun datang juga, ku duduk di salah
satu bangku nya yang posisi nya bersebrangan dengan ayah
ku.
Namun tak lama ayah ku berdiri dari tempat duduk nya dan
menghampiri ku , melihat wajah ju yang tak enak dan tahu
kalau aku belum pernah naik busway maka dengan cepat
ayah paham apa yang akan terjadi pada diriku,
Sudah tak tahan lagi aku menahan nya mungkin sebentar lagi
adalah waktunya, sudah tak peduli lagi aku dengan ucapan
sinis dari kanan kiri ku...dan akhir nya aku pun mengeluar kan
semua nya yang sudah kutahan dari tadi, dan akhir nya kupun
mengeluar kan isi perut ku melewati mulut atau bisa di sebut
dengan muntah.
Hal yang tak kusangka pun terjadi, sepesekian detik sebelum
tragedi itu ayah dengan sigap mengulurkan tangan nya bkn
hanya itu ayah pun juga rela untuk melepas kan baju nya
sambil terus berkata “tidak apa- apa anak, ayo keluar kan saja
biar tubuh mu lebih ringan “
Semakin tak tahan hati ku menahan perasan ini kutumpah kan
kembali perasan ku dalam bentuk linangan air mata, kali
kedua nya diri ku menangis di hari ini.
Setelah sampai di terminal kali deres, dengan wajah kusut dan
pucat, kami hanya mondar mandir di terminal lumayan lama
karna kami binggung harus keman lagi sekarang , namun
akhir nya ayah memberanikan diri untuk bertanya kpd
seorang bapak-bapk yang memakai seragam polisi, akhir nya
kami pun tahu alamat yang kami tuju masih lumayan jauh dan
kami di saran kan untuk menaiki ojek yang tarif nya menurut
ku sangat lah mahal, tapi ayah kembali berkata “tidak apa-apa
anak"di ucap kan nya sambil tersenyum.
Setelah melalui perjlanan yang berat dan panjang akhir nya
kami pun sampai di alamat yang kami tuju, nmaun betapa
kaget nya aku ketika mengetahui bahwa tempat yang kami
tuju sangat kosong tak seperti pesantren yang umumnya pasti
ramai.
“bagaimana ini ya ALLAH, sudah jauh-jauh masa salah sih,
kasian ayah kalau harus cari alamat lagi ini sudah malam”
ucap ku seraya terus memohon kpd ALLAH.
Seperti jawaban dari doa ku tak lama datanglah seorang
perempuan tua yg langsung menyapa kami yang sedang
kebingungan ,akhir nya percakapan pun terjadi dan akhir nya
kami tau bahwa ibu itu adalah pemilik dari pesantren tersebut
dan kedatangan santri adalah besok lusa. Perasaan lega
merasuki diriku namun itu tak berselang lama karna seebntr
lagi adalah waktu nya ku berpisah dengan ayah ke tercinta,
“nak kamu sekarang belajar disini ya, ayah tau kamu bakal
kuat dan sabar di sini karna kamu ank ayah, ayah yakin
perjuangan kamu sekarang akan menuai hasil yang terbaik
nanti nya selagi kamu iklas dan sabar dalam menjalani nya”
Dan lagi bahkan untuk yang ke tiga kalinya, hanya air mata
yang dapat menjawab perkataan ayah.
Hikmah :
“perjalanan menuju jalan yang terbaik pasti akan banyak
cobaan dan ujian nya “

Biodata :
Hai teman -teman! Terimakasih telah membaca sedikit kisah
ku tentang perjalanan ku menuju tempat ku menuntut ilmu
dan juga perjuangan orang yg kusanyang demi menghantar
kan ku menuju ke tempat yang terbaik agar diriku bisa lebih
dekat kepada Rabb ku,
Salam kenal penulis @elin_ lin, salam dari subang!!!

Anda mungkin juga menyukai