Anda di halaman 1dari 27

Atlantis: Kota yang Hilang Ada di Laut Jawa

Oleh: Dhani Irwanto

Setelah penelitian yang komprehensif dengan mencocokkan narasi yang ditulis oleh Plato,
penulis mengungkapkan teori baru yang menghipotesiskan bahwa pulau dan kota Atlantis yang
hilang terletak di Laut Jawa, seperti dituliskan dalam buku Atlantis: The lost city is in Java Sea,
yang diterbitkan pada bulan April 2015. Karya tersebut dihasilkan dari penelitian dan analisis
referensi serta beberapa pengamatan lapangan selama lebih dari 5 tahun. Hal ini menghasilkan
bukti-bukti akurat hipotesis tersebut bahwa fenotip kisah Atlantis sesuai dengan lokasi yang
dimaksud.

Kisah Atlantis

Kisah Atlantis datang kepada kita dari Timaeus dan Critias, dialog Socrates, yang ditulis pada
sekitar 360 SM oleh Plato. Ada empat orang di suatu pertemuan yang telah bertemu hari
sebelumnya mendengarkan Socrates menggambarkan mengenai negara yang ideal. Socrates

1
ingin Timaeus dari Locri, Hermocrates, dan Critias untuk menceritakan kisah-kisah tentang
interaksi Athena dengan negara-negara lain. Yang pertama adalah Critias, yang berbicara
tentang pertemuan kakek moyangnya dengan Solon, salah satu dari tujuh orang bijak, seorang
penyair Athena dan penata hukum yang terkenal. Solon pernah ke Mesir dimana pendeta disana
membandingkan Mesir dengan Athena, dan bercerita tentang dewa-dewa dan legenda masing-
masing. Salah satu kisah pendeta Mesir tersebut adalah tentang Atlantis.

Atlantis, yang kemungkinan adalah sebuah legenda mengenai bangsa dan daratan dan
disebutkan dalam dialog Plato Timaeus dan Critias, telah menjadi obyek daya tarik di kalangan
filsuf Barat dan sejarawan selama hampir 2.400 tahun. Plato (ca 424 – ca 328 SM)
menggambarkannya sebagai kerajaan yang kuat dan maju yang tenggelam, di malam hari,
kedalam laut sekitar 9.600 SM.

Plato (melalui karakter Critias dalam dialog-dialognya) menggambarkan Atlantis sebagai daratan
yang lebih besar dari gabungan Libya dan Asia Kecil, terletak tepat di sebelah Pilar Herkules.
Atlantis memiliki budaya yang canggih dan diduga memiliki konstitusi mirip dengan yang
diuraikan dalam "republik"-nya Plato. Mereka dilindungi oleh dewa Poseidon, yang mengangkat
anaknya Atlas menjadi raja pertama dan memberi nama daratannya Atlantis. Setelah Atlantis
tumbuh kuat, etika mereka menurun. Tentara mereka dapat menaklukkan Afrika sejauh Mesir
dan Eropa sampai Tirenia (Lebanon sekarang) sebelum dihalau kembali oleh aliansi yang
dipimpin oleh Athena. Kemudian, atas kutukan dewa, daratan itu dilanda gempa bumi dan banjir,
dan tenggelam ke dalam laut yang berlumpur.

Menurut Critias, Solon dalam menuliskan puisinya perlu mengartikan nama-nama dalam bahasa
dan pengetahuan masyarakat Athena pada masa itu; dan ketika menyalin nama-nama itu
kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Yunani. Jadi, nama-nama termasuk Poseidon,
Herkules, Atlas, Athena, Mesir, Libya, Tirenia dan Eropa adalah nama-nama terjemahan dari
nama asli yang menurut Critias masih disimpannya.

The Republic, sebuah karya seminal Plato yang lain, menguraikan tentang ideologi sebuah
negara yang sempurna, dimana penguasanya adalah para filsuf. Karya tersebut ditulis pada
awal tahun dimana Plato mendirikan sebuah akademi pada ca 386 SM. Lembaga ini pada
dasarnya adalah jawaban Plato atas situasi kebobrokan politik pada saat itu, untuk melatih para
filsuf agar menjadi penguasa Athena di kemudian hari. Dialog Critias adalah respon langsung
Plato terhadap ambisi Socrates mengenai sebuah negara yang ideal, yang tentu saja adalah
"republik"-nya Plato. Intinya, kisah Atlantis menjadi sebuah ilustrasi tentang bagaimana sebuah
negara yang ideal, dalam hal ini adalah Athena, untuk melawan negara tetangganya yaitu
Atlantis. Dengan demikian, dialog Timaeus dan Critias yang mencakup kisah mengenai Atlantis,
harus dibaca dengan latar belakang The Republic.

Kisah Atlantis yang diceritakan oleh pendeta Mesir mungkin pernah benar-benar ada tetapi Plato
telah mendistorsi fakta-faktanya untuk mendukung ideologi sebuah negara yang ideal seperti
dalam The Republic, atau menambahkan beberapa hiasan dari aspeknya sendiri ataupun
diambil dari legenda lainnya. Plato mewujudkan Athena sebagai bagian dari cerita untuk
menunjukkan tindakan Athena yang terbesar dan paling mulia, yang mungkin adalah negara lain

2
dalam mitos yang diceritakan oleh pendeta Mesir, tersusun dari catatan dalam register suci yang
tersimpan di kuil-kuil mereka. Orang Mesir dikatakan telah menyimpan catatan dan tradisi yang
paling kuno.

Pra-sejarah Mesir mulai dikenal pada periode Neolitik, dimulai kira-kira 6.000 SM atau 8.000
tahun yang lalu. Namun, 9.000 tahun sebelum Solon atau 11.600 sebelum sekarang berada di
luar rentang sejarah Mesir. Kita bisa berspekulasi bahwa Mesir kuno yang diceritakan oleh
pendeta Mesir tersebut sebenarnya adalah kelompok etnis primordial yang merupakan nenek
moyang mereka sebelum banjir besar dan bencana yang lainnya. Etnis Mesir kuno adalah
diantara para pengungsi dan korban bencana; kemudian bermukim kembali di daratan yang
sekarang disebut Mesir. Dalam penyelamatan, mereka membawa catatan dan register, dan
selanjutnya disimpan dalam kuil-kuil mereka. Studi linguistik dan alfabet budaya Rejang di
Sumatera barat daya yang dilakukan oleh antara lain Sir Thomas Stamford Raffles (1817), J
Park Harrison (1896), EEEG Schroder (1927) dan MA Jaspen (1983) menunjukkan beberapa
korelasi bahasa dan alfabet Rejang dengan bahasa dan alfabet Fenisia dan Mesir kuno.
Indonesia kuno memiliki pengetahuan untuk membangun piramida seperti halnya Mesir kuno;
piramida Gunung Padang di Jawa Barat yang diperkirakan mulai dibangun 23.000 SM atau
sebelumnya diklaim lebih tua dari yang di Mesir.

Keberadaan Atlantis ini didukung oleh fakta bahwa kisah tersebut diuraikan dengan amat terinci,
terutama dalam Critias. Selain itu, berbagai kondisi, peristiwa dan benda-benda seperti iklim dua
musim, banjir [tsunami], orichalcum, fitur geografis, banteng [kerbau] dan hasil bumi yang tidak
dikenal oleh Plato juga dijelaskan dalam kata-kata yang rinci dan panjang. Pengetahuan baru
akhir-akhir ini mengenai kenaikan permukaan laut pada Zaman Es, Zaman Pasca Es dan
penenggelaman daratan yang terjadi hampir tepat pada kurun waktu yang diceritakan oleh Plato
juga menjadi bukti kuat untuk kebenaran dari kisah tersebut.

Samudera Atlantik

Yang kita sebut sekarang dengan nama "Samudra Atlantik" adalah tidak sama dengan yang
dahulu orang Yunani menyebutnya. Herodotus, Aristoteles, Plato, Strabo dan beberapa penulis
kuno lainnya dengan sangat spesifik menyebutkan bahwa "Samudera Atlantik" - juga
disebut"Lautan Bangsa Atlantis", "Samudera Luar", "Samudera Kronia", Mare Oceanum
("Samudra Laut") atau Mare Magnum ("Laut Besar") - adalah seluruh "laut yang mengelilingi
bumi". Samudra ini mengelilingi seluruh dunia dan baru kemudian diketahui kalau ternyata
meliputi Eurasia dan Afrika. Dengan kata lain, Samudera Atlantik yang dahulu adalah Lautan
Dunia yang bersambungan dan mengelilingi seluruh dunia, dan yang sekarang kita bagi menjadi
Samudera Pasifik, Hindia dan Atlantik, meskipun faktanya adalah ketiganya saling berhubungan.

3
Samudera Atlantik atau, lebih tepatnya, Samudera Bangsa Atlantis, pada masa Plato dan
Aristoteles tidak hanya sebuah samudera yang sekarang kita sebut dengan nama itu, tapi
termasuk Samudra Hindia sepanjang pantai timur Asia dan sebagian Samudera Pasifik.
DalamTimaeus Bagian 24e, Plato menegaskan bahwa Atlantis terletak "pada titik yang jauh di
Samudera Atlantik", juga menyiratkan bahwa Atlantis berada di laut yang jauh atau yang kita
kenal sekarang dengan Samudera Hindia bagian timur atau Samudra Pasifik.

Atlantis di Laut Jawa

Sundalandia atau secara khusus Indonesia telah digagas sebagai lokasi dimana Atlantis berada.
Dasar argumen ini adalah bahwa Samudera Atlantis mengacu pada laut yang mengelilingi benua
Eurasia dan Afrika, yang merupakan pemahaman Yunani kuno sebelum Christopher Columbus
mendarat di benua Amerika. Para pendukung gagasan ini mengklaim bahwa penduduk asli
Sundalandia yang mengungsi karena air pasang atau letusan gunung berapi kemudian
melakukan kontak dengan Mesir Kuno, yang kemudian diteruskan kisahnya kepada Plato namun
belum tentu Plato memperoleh kisah tersebut seluruhnya dalam rincian yang benar, termasuk
lokasi dan jangka waktunya.

Gagasan pertama mengenai hubungan antara Atlantis dan Indonesia berasal dari Theosophist
terkemuka, CW Leadbeater (1854 – 1934 M), dalam buku The Occult History of Java, yang
diterbitkan pada tahun 1951. Seorang polymath Amerika William Lauritzen dan secara
bersamaan waktunya dengan Arysio Nunes dos Santos (1937 – 2005 M) juga membuat
Sundalandia dikenal secara internasional sebagai hipotesis lokasi Atlantis. Zia Abbas, seorang
ilmuwan komputer, mengklaim telah membuktikan bahwa Atlantis dapat ditemukan di Laut Cina
Selatan. Gagasan yang lain mengenai keberadaan Atlantis di Sundalandia adalah dari Sunil
Prasannan, seorang ahli biologi molekuler yang telah bekerja antara lain di Imperial College
London.

4
Hipotesis atlantologi Sundalandia juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh ahli geologi dan
geofisika Robert M Schoch dari College of General Studies di Boston University, bersama-sama
dengan Robert Aquinas McNally. Mereka pada tahun 2003 menerbitkan sebuah buku yang
mengungkapkan sebuah konsep bahwa pembangunan piramida telah dikembangkan oleh
peradaban yang hilang, yang sebelumnya ada di Sundalandia. Pada 2013, bergabung juga ahli
geologi Indonesia Danny Hilman Natawidjaja dengan penemuannya bahwa piramida Gunung
Padang di Cianjur, Jawa Barat, tampaknya telah dibangun sekitar 13.000 tahun yang lalu, yang
mengindikasikan bahwa Atlantis berada di Indonesia.

Atlantis adalah Benua Sundalandia yang Tenggelam

Plato mengungkapkan bahwa "... sembilan ribu adalah jumlah tahun yang telah berlalu sejak
perang yang dikatakan telah terjadi antara mereka yang tinggal di luar Pilar Herkules dan semua
yang tinggal di dalamnya ..." dan "... daratan itu lebih besar dari Libya dan Asia [Kecil]disatukan,
dan adalah jalan untuk menuju pulau-pulau lain, dan dari sini Anda dapat mencapai benua di
seberangnya yang meliputi samudera yang sebenarnya ... "

9.000 tahun sebelum masa hidupnya Solon (ca 600 SM) berarti sekitar 11.600 tahun yang lalu.
Permukaan laut saat itu adalah sekitar 60 meter dibawah permukaan laut saat ini. Sebuah peta
yang menunjukkan daratan pada 11.600 tahun yang lalu telah diekstraksi oleh penulis dari grid
elevasi GTOPO30 yang diterbitkan oleh USGS.

5
Perjalanan menjauh dari Sundalandia, seseorang dapat mencapai pulau-pulau lain seperti
Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kepulauan Maluku, Mindanau dan Luzon. Melewati pulau-
pulau ini, seseorang dapat mencapai benua di seberangnya, yaitu "Benua Sahul" yang
menggabungkan Benua Australia, Papua dan daratan yang menghubungkan. Benua ini meliputi
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Sehingga pernyataan Plato: "... adalah jalan untuk
menuju pulau-pulau lain, dan dari sini Anda dapat mencapai benua di seberangnya yang meliputi
samudera yang sebenarnya ..." adalah cocok sehingga Atlantis yang dihipotesiskan terletak di
Sundalandia adalah benar.

Pada peta, kita dapat melihat bahwa Sundalandia luasnya lebih lebih besar dari gabungan Libya
dan Asia Kecil, cocok seperti yang diungkapkan Plato dalam wacananya mengenai Atlantis.

6
Dataran Atlantis

Plato menggambarkan dataran Atlantis adalah rata, dikelilingi oleh pegunungan yang turun ke
arah laut, halus dan tidak bergelombang, berbentuk persegi panjang dan lonjong, panjangnya
tiga ribu stadia (sekitar 555 kilometer), lebarnya dua ribu stadia (sekitar 370 kilometer),
menghadap ke arah selatan, terlindung dari utara, dikelilingi oleh sederetan pegunungan besar
dan kecil yang indah; dan terdapat desa-desa dan rakyat yang makmur, sungai, rawa dan

7
padang rumput. Deskripsi ini persis cocok dengan kondisi geografis seperti terlihat pada peta
dibawah ini.

Dataran yang rata, halus dan tidak bergelombang, turun menuju laut – Kemiringan permukaan
tanah di daerah tersebut adalah sebagian besar kurang dari 1% menurun ke selatan menuju
Laut Jawa dan tidak ada gundukan yang terlihat di seluruh dataran. Kondisi dataran saat ini yang
berada diatas permukaan air laut terdiri dari daerah rawa, sistem irigasi rawa pasang surut,
perumahan diatas air, transportasi air, mangrove dan lahan gambut.

Dikelilingi oleh sederetan pegunungan besar dan kecil yang indah – Terdapat dua daerah
pegunungan di sebelah utara dataran, yaitu Pegunungan Muller-Schwaner dan Pegunungan
Meratus. Puncak tertinggi di Pegunungan Muller-Schwaner yang terdekat dengan dataran
adalah Gunung Liangapran dengan ketinggian 2.240 meter di atas permukaan air laut saat ini,
sedangkan yang di Pegunungan Meratus adalah Gunung Besar dengan ketinggian 1.890 meter.

8
Pegunungan ini sebagian besar tertutup oleh hutan primer, dihuni oleh bermacam -macam satwa
dan sebagai kediaman suku Dayak.

Menghadap ke selatan dan terlindung dari utara – Hal ini adalah cocok bahwa datarannya
menghadap ke selatan dan terlindung oleh pegunungan di sebelah utara.

Berbentuk persegi dan lonjong, panjangnya sekitar 555 kilometer dan lebarnya sekitar 370
kilometer – Bentuk dataran adalah persegi di bagian selatan dan lonjong di bagian utara.
Ukurannya hampir sama persis, 555 kilometer panjangnya dan 370 kilometer lebarnya.

Terdapat desa-desa dan rakyat yang makmur, sungai, rawa dan padang rumput – Daerah
dataran dalam kondisi saat ini terletak di daerah hutan hujan tropis, memiliki tingkat curah hujan
yang tinggi sepanjang tahun, memiliki suhu hangat sepanjang tahun, sebagian besar rawa dan
memiliki banyak sungai besar dan anak sungai sehingga daerahnya subur dan kaya makanan
dan sumber daya kebutuhan sehari-hari.

9
Sistem Saluran Atlantis

Mengenai sistem saluran air didalam dataran, Plato menjelaskan bahwa ada empat jenis
saluran: saluran keliling, saluran pedalaman, sodetan dan saluran irigasi. Saluran keliling adalah
saluran buatan, dalamnya 100 kaki (sekitar 30 meter), lebarnya 1 stadium (sekitar 185 meter),
panjangnya 10.000 stadia (sekitar 1.850 kilometer), melingkari seluruh dataran, menerima aliran
air dari pegunungan, berkelok-kelok di sekitar dataran, bertemu di kota dan bermuara ke laut.
Saluran pedalaman adalah lurus, lebarnya 100 kaki (sekitar 30 meter), intervalnya 100 stadia
(sekitar 18,5 kilometer), bermuara kedalam saluran keliling dan sebagai sarana untuk
mengangkut kayu dan hasil bumi menggunakan kapal. Sodetan digali dari satu kanal pedalaman
ke yang lainnya. Saluran irigasi menyadap dari saluran yang lain dimaksudkan untuk mengairi
lahan di musim panas (musim kemarau) sementara di musim dingin (musim hujan) mendapatkan
air dari hujan. Deskripsi ini persis cocok dengan kondisi sistem saluran air saat ini.

10
Saluran keliling adalah saluran buatan, dalamnya sekitar 30 meter dan lebarnya sekitar 185
meter – Salah satu sungai sebagai saluran keliling adalah Sungai Barito dan mungkin Sungai
Negara yang terletak di sisi timur dataran. Karena "saluran" ini memiliki jarak terdekat dengan
ibukota, orang Mesir rupanya melaluinya seperti yang dilaporkan. Sungai Barito merupakan
sungai yang terbesar dan terpanjang di Kalimantan Selatan, panjangnya sekitar 1.000 kilometer,
lebarnya 600 – 800 meter dan dalamnya rata-rata 8 meter. Banjir dan sedimentasi sungai di
dataran yang sangat datar selama 11.600 tahun terakhir telah mengubah rezim sungai, tetapi
dengan menghitung kapasitas penyaluran airnya (luas penampang × kecepatan aliran, dengan
asumsi kecepatan aliran yang sama karena kemiringan energi gravitasi yang sama), luas
penampang aliran (lebar × kedalaman) seperti yang dijelaskan oleh Plato adalah sekitar 185 ×
30 = 5.550 meter persegi, sementara luas penampang aliran saat ini adalah luar biasa cocok,
700 (rata-rata) × 8 = 5.600 meter persegi.

Panjang saluran keliling adalah 1.850 kilometer, berliku di sekitar dataran, bertemu di kota dan
bermuara ke laut – Mengukur panjang di peta tapi mengingat faktor liku dari topografi,
menghasilkan panjang yang hampir tepat sama seperti yang diterangkan oleh Plato, yaitu 1.850
kilometer. Sementara itu, dengan menghitung bentuk persegi dan lonjong dataran, yang
panjangnya 555 kilometer dan lebarnya 370 kilometer, diperoleh panjang kelilingnya 1.656
kilometer, juga secara logis benar jika faktor liku tidak diperhitungkan. Jadi jelas bahwa Plato
tidak bohong.

Saluran keliling mendapatkan aliran dari pegunungan – Hal ini adalah cocok karena sungai-
sungai saat ini yang berada didalam dataran berasal dari Pegunungan Muller-Schwaner dan
Pegunungan Meratus.

Saluran pedalaman adalah lurus, lebarnya sekitar 30 meter, intervalnya sekitar 18,5 kilometer
dan bermuara kedalam saluran keliling – Sungai-sungai yang saat ini merupakan saluran
pedalaman adalah Sungai Kapuas, Murung, Kahayan, Barito Hulu, Mangkatip dan mungkin

11
Sebangau. Rezim sungai ini pasti telah berubah selama 11.600 tahun terakhir karena adanya
proses banjir, sedimentasi, perpindahan sungai dan meandering di dataran yang sangat datar.
Pertukaran orde dan aliran diantara sungai-sungai juga mungkin terjadi. Namun, secara umum
kelurusan dan orientasi sungai masih dapat dilihat hingga saat ini, yaitu sejajar satu sama lain
dan berarah utara-selatan, dan dalam hal yang sama seperti Sungai Barito, lebarnya telah
berubah. Jarak rata-rata sungai ini adalah sekitar 20 kilometer, juga dapat dianggap mendekati
apa yang dikatakan oleh Plato yaitu sekitar 18,5 kilometer.

Kanal pedalaman digunakan untuk mengangkut kayu dan hasil bumi menggunakan kapal –
Kebiasaan ini masih ada hingga saat ini. Sungai merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan sehari-hari masyarakat di wilayah ini. Sebagian besar sungai-sungai di Kalimantan
bagian selatan adalah sebagai sarana transportasi. Perahu tradisional yang secara lokal dikenal
sebagai "jukung" memiliki banyak jenis dan bentuk. Sungai-sungai ini dan semua anak
sungainya adalah jaringan sistem transportasi dan menjadi sarana yang sangat penting bagi
masyarakat karena setiap wilayah dapat diakses oleh sungai. Sejak zaman dulu, jaringan sungai

12
mendukung kegiatan ekonomi dan sosial penduduk Kalimantan bagian selatan. Selain itu,
jaringan sungai telah menjadi darah kehidupan ekonomi penduduk karena sebagian besar
kegiatan ekonomi mereka dilakukan melalui dan di sungai. Komunikasi antar daerah di
pedalaman, kota-kota dan pelabuhan khususnya juga dilakukan melalui sungai. Sungai-sungai
menjadi andalan untuk kelancaran distribusi barang dan orang dari hulu ke hilir dan sebaliknya.
Berbagai jenis hasil hutan, pertambangan dan hasil bumi pertanian yang melimpah di daerah
pedalaman seperti kayu, karet, getah perca, rotan, damar, jelutung, lilin, batubara, emas, merica,
sarang burung, bahan tenun, ikan kering atau asin, dendeng rusa, buah-buahan dan banyak
lainnya diangkut ke tempat pengumpulan atau pelabuhan melalui jaringan sungai. Sebaliknya,
berbagai kebutuhan sehari-hari seperti beras, gula, garam, tepung, jagung, minyak goreng,
tembakau, gambir, tembikar, peralatan rumah tangga, kawat tembaga, kain dan sebagainya juga
diangkut dari pelabuhan ke berbagai daerah di pedalaman melalui jaringan sungai.

Sodetan digali dari satu saluran pedalaman ke yang lainnya – Hal ini adalah sama persis dengan
kondisi saat ini. Seperti terlihat pada peta, berbagai sodetan terdapat di wilayah tersebut,
beberapa telah dibangun atau direhabilitasi belakangan. Sodetan ini dikenal secara lokal dengan
nama "anjir", yaitu suatu saluran yang menghubungkan dua sungai sebagai bagian dari jaringan
transportasi. Saluran ini juga digunakan sebagai saluran irigasi rawa pasang surut yang
berfungsi untuk memasok air ke dan menguras dari lahan pertanian.

Saluran irigasi menyadap dari saluran yang lain dimaksudkan untuk mengairi lahan di musim
panas (musim kemarau) sementara di musim dingin (musim hujan) mendapatkan air dari hujan
menghasilkan dua kali panen dalam setahun – Hal ini juga sama persis dengan kondisi saat ini.
Sistem irigasi rawa pasang surut di Kalimantan bagian selatan secara tradisional dikenal sebagai
"Sistem Anjir" dimana saluran utama yang disebut "anjir" atau "antasan" dibangun
menghubungkan dua sungai pasang surut, juga digunakan sebagai tujuan navigasi. Saluran
irigasi dibangun untuk mengairi dan menguras lahan pertanian dari dan kedalam “anjir”, yaitu

13
saluran sekunder yang disebut "handil" atau "tatah" dan saluran tersier yang disebut "saka".
Selama air surut, saluran-saluran tersebut menguras air beracun sementara pada saat pasang
air tawar mengalir masuk kedalam lahan. Sistem ini menghasilkan dua kali tanam padi dalam
setahun. Sistem ini juga digunakan untuk menanam tanaman lainnya atau untuk budidaya
perikanan. Kalimantan bagian selatan saat ini merupakan eksportir beras ke daerah lain.

Penulis menyimpulkan bahwa sistem saluran yang dikatakan oleh Plato ternyata adalah jaringan
transportasi sungai dan sistem irigasi “anjir” di wilayah Kalimantan bagian selatan.

Pulau dan Kota Atlantis

Menurut Plato, Pulau Atlantis dimana terdapat pelabuhan dengan pintu masuk yang sempit
adalah berada di sebuah laut yang dikelilingi oleh benua tak terbatas. Benua tak terbatas yang
dihipotesiskan tersebut adalah Sundalandia yang terhubung pada Benua Asia, dan satu-satunya
laut yang dikelilinginya pada waktu itu adalah Laut Jawa kuno. Oleh karena itu, penulis membuat
hipotesis bahwa Pulau Atlantis terletak di Laut Jawa.

Pulau Atlantis, di mana terdapat sebuah bukit di tengahnya, adalah sebuah pulau yang terletak
di dekat sebuah daratan yang teridientifikasi dari model grid elevasi digital, dimana muka air laut
adalah sekitar 60 meter dibawah permukaan air laut saat ini, seperti yang ditunjukkan pada
gambar dibawah. Seperti terlihat pada peta, pulau tersebut terletak didalam selat. Terlihat ada
dataran yang relatif datar di sebelah utaranya; sebagian adalah merupakan Pulau Kalimantan
bagian selatan. "Laut nyata" yang berada di sekitar pulau seperti diungkapkan oleh Plato adalah
Laut Jawa kuno yang berupa sebuah teluk dengan bentuk pintu masuk berupa selat.

14
Komentar Crantor seperti dikutip oleh Proclus tentang dialognya Plato menyebutkan
bahwa "… menurut mereka, ada tujuh pulau di laut tersebut pada waktu itu ..." dan "... dalam
kisaran seribu stadia [185 km]; ... ". Hal ini adalah kira-kira cocok dalam menggambarkan
geografi wilayah di Laut Jawa pada masa itu. Meskipun jumlah pulau seperti yang terlihat pada
peta tidak persis sama karena proses sedimentasi, penggerusan, pergerakan pantai, pelarutan
kapur dan pergerakan tektonik yang tidak diketahui selama 11.600 tahun terakhir, serta penulis
membuang pulau-pulau yang kecil, geografi daerah tersebut secara umum adalah cocok.
Pernyataan "dalam kisaran seribu stadia [185 km]" secara umum juga cocok. Salah satu pulau
tersebut diidentifikasi sebagai Pulau Bawean.

Penulis merekonstruksi Kota Atlantis berdasarkan deskripsi Plato, seperti yang ditunjukkan pada
gambar dibawah. Lokasi ini diidentifikasi oleh para pelaut sebagai Gosong Gia atau Annie
Florence Reef, sebuah terumbu karang kecil dan muncul ke permukaan pada saat muka air laut
surut.

15
Keterangan Plato bahwa "… mereka memiliki air mancur, salah satu dingin dan yang lain panas,
mengalir di banyak tempat; diagungkan dan digunakan untuk tujuan kenikmatan dan merupakan
keunggulan dari sumber air mereka …" adalah cocok. Pulau Bawean yang terletak di Laut Jawa
merupakan prototipe dari Pulau Atlantis karena memiliki lingkungan, formasi geologi dan proses
tektonik yang sama, serta terletak dekat dengan Pulau Atlantis. Pulau Bawean dan Atlantis
keduanya terletak di Busur Bawean, terbentuk di Masa Paleogen dan Neogen melalui proses
tektonik yang disebabkan oleh patahan ekstensional di Laut Jawa yang memisahkan Jawa dan
Kalimantan. Terdapat beberapa sumber air panas dan dingin di pulau tersebut yang dihasilkan
oleh kegiatan tektonik di wilayah itu.

16
Keterangan bahwa "… batu yang digunakan dalam karya mereka digali dari bawah pulau
tengah, dan dari bawah zona daratan, di luar serta bagian dalam, satu jenis putih, yang lain
hitam, dan yang ketiga merah, dan sewaktu digali, pada saat yang sama dilubangi untuk
dermaga ganda, memiliki atap terbentuk dari batuan alami …" juga cocok. Batu berwarna putih,
hitam dan merah yang disebutkan oleh Plato rupanya mirip dengan batuan beku yang terdapat di
Pulau Bawean dengan warna putih (asam), hitam/abu-abu (basa) dan merah (oksida besi),
dikenal antara lain dari jenis-jenis Leucite, Phonolite, Trachyte dan Onix. Batuan beku seperti
yang di Pulau Bawean adalah keras dan kuat sehingga memiliki kekuatan alam yang cukup
untuk berdiri sebagai atap dermaga ganda.

Kedalaman Laut Jawa pada masa Atlantis (11.600 tahun sebelum sekarang) adalah sekitar 20 –
30 meter sehingga cukup memungkinkan untuk navigasi kapal-kapal besar.

Dewa Poseidon

Dalam dialog Plato, kerajaan Atlantis didirikan oleh dewa bernama Poseidon dan kerajaan itu
dibagi menjadi sepuluh bagian yang diberikan kepada anak-anaknya. Di tengah benteng ada
sebuah kuil suci yang didedikasikan untuk Poseidon dan istrinya, Cleito.

Dalam Critias, Solon dalam menulis puisinya menterjemahkan nama dewa itu menjadi
“Poseidon”. Poseidon adalah salah satu dari dua belas dewa Olimpus dalam mitologi Yunani.
Domain utamanya adalah lautan, dan ia disebut “Dewa Laut”. Solon menterjemahkan nama
dewa itu karena kesamaan dalam sifatnya.

Dewa Poseidon yang dipuja oleh orang Atlantis adalah identik dengan Dewa Baruna, seorang
dewa dalam mitologi Nusantara pra-dharma, keduanya diberi julukan “Dewa Air” atau “Dewa
Laut”. Jadi, Solon menterjemahkan Baruna menjadi Poseidon.

Pulau Kalimantan dulunya pernah dikenal dengan nama Warunapura atau tempatnya dewa
Baruna. Selanjutnya, naskah Nagarakretagama menyebutkan sebuah negara yang berada
dalam lingkup pengaruh Majapahit yang disebut Baruné, kemudian diidentifikasi sebagai
Barunai, sebuah kerajaan yang sekarang dikenal dengan nama Brunei. Sumber-sumber Eropa
selanjutnya pada abad ke-16 menyebut nama pulau itu sebagai Burné oleh Antonio Pigafetta
atau Bornei oleh Duarte Barbosa. Kolonial Belanda dan Inggris memberi nama pulau tersebut
Borneo.

Pilar Herkules

Pilar Herkules adalah nama yang disebutkan oleh Plato untuk menggambarkan penanda batas
Atlantis. Menurut teks-nya, Atlantis terletak tidak jauh dari batas ini. Selama berabad-abad,
lokasi Pilar Herkules diperdebatkan oleh banyak orang. Pilar tersebut pada umumnya
diasumsikan sebagai bukit batu di Selat Gibraltar di Eropa dan Gunung Acha dekat Ceuta atau

17
Jebel Musain, yang terletak di sebelah barat Ceuta di Maroko. Yang lain lebih memilih untuk
menganggapnya sebagai sepasang pilar yang terletak diluar kuil.

Penulis klasik sering merujuk pilar tersebut tanpa secara spesifik menyebutkan lokasinya. Pilar
tersebut, pada jaman dulu, diidentifikasi dengan Selat Sisilia, namun semenjak Erastosthenes
(ca 250 SM) dipindahkan ke sekitar Selat Gibraltar, yang mencerminkan perluasan pengetahuan
maritim Yunani. Selain itu, penyair Pindar dalam Third Nemean Ode menyebutkan pilar tersebut
sebagai metafora batas pengetahuan geografis masyarakat Yunani, batas-batas yang tidak
pernah statis.

Didalam dialognya, Plato tidak menyebut Pilar Herkules adalah bukit-bukit di sekitar Selat
Gibraltar; yang terakhir ini baru dikenal belakangan. Selain itu, pendeta Mesir juga menyebut
penanda batas tersebut “seperti Pilar Herkules”, jadi yang dimaksud bukan pilar yang dikenal
oleh orang Athena tersebut. Selain itu, Plato tidak menyebutnya sebagai “pilar” tetapi adalah
“tugu” (Yunani stêlas) yang berada di perbatasan.

Herkules adalah identik dengan Batara Kala karena keduanya memiliki sifat yang mirip. Batara
Kala dan Herkules masing-masing adalah anak dewa tertinggi, baik Batara Guru atau Zeus.
Kelahiran mereka adalah tidak senonoh; Kala lahir dari nafsu Batara Guru yang tidak terkendali
pada Dewi Uma sementara Herkules adalah dari rayuan Zeus terhadap Alcmene. Batara Kala
dan Herkules keduanya memiliki nafsu yang tak terpuaskan, dan sifat yang sangat kasar, brutal
dan keras di sepanjang hidup mereka. Rupanya, Solon menterjemahkan “Kala” menjadi
“Herkules”. Penulis menghipotesiskan Pilar Herkules sebagai tugu batas yang dihiasi dengan
wajah Kala, seperti yang banyak sekali terdapat di Jawa dan Bali.

18
Terumbu Karang

Dalam Timaeus Bagian 25d: “Karena suatu alasan, laut di bagian tersebut tidak dapat dilalui dan
ditembus, karena ada sebuah gundukan lumpur di tempat itu; dan ini disebabkan oleh
tenggelamnya pulau.”

“Sebuah gundukan lumpur” adalah terjemahan yang dikenal oleh umum dari frase Yunani Kuno
“πηλου καρτα βραχεος” yang ditulis oleh Plato. “καρτα βραχεος” adalah bukan tata bahasa yang
baik dan tidak ditemukan dalam naskah apapun; “Πηλος” adalah maskulin dan merupakan
anteseden kata ganti relatif; “κατα βραχεος”, seharusnya, adalah adverbial. Arti sederhananya:
πηλοῦ adalah “tanah liat” atau “lumpur”, καρτα adalah “sangat” dan βραχεος adalah “gundukan”
atau “karang”. Terjemahan alternatif lainnya adalah “terdapat tanah liat dalam jumlah besar dan
kedalaman dangkal” (Rodolfo Lopes, 2011).

Penulis menterjemahkan πηλου καρτα βραχεος menjadi “terumbu karang” dengan alasan bahwa
formasi laut tersebut langka di Mediterania sehingga orang-orang Yunani dan Mesir tidak
memiliki istilah untuknya. Mediterania tidak lagi menjadi tempat tumbuhnya terumbu karang
besar yang berkembang 60 juta tahun yang lalu. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim dan
oseanografi selama ribuan tahun. Kini, hanya terdapat sedikit sekali spesies koloni anthozoan
yang memiliki kapasitas untuk membentuk terumbu karang. Pada tahun 2010, kapal eksplorasi
Nautilus telah menemukan untuk pertama kalinya daerah terumbu karang laut dalam di
Mediterania, di lepas pantai Israel. Daerah ini membentang beberapa kilometer, 700 meter
dibawah permukaan 30 – 40 km dari pantai.

Dalam catatan Plato, benteng Atlantis adalah tidak dapat dilewati dan ditembus pada masanya
Solon (sekitar 600 SM) karena tumbuh terumbu karang yang disebabkan oleh kenaikan
permukaan laut selama Zaman Es (“tenggelamnya pulau”). Kondisi sekarang pada lokasi yang
dihipotesiskan oleh penulis adalah bahwa ada terumbu karang yang diidentifikasi oleh para
pelaut sebagai Gosong Gia atau Annie Florence Reef, sebuah terumbu karang yang
digambarkan berukuran kecil dan muncul ke permukaan pada saat laut surut.

Terumbu karang adalah ekosistem bawah laut yang beragam terdiri dari struktur kalsium
karbonat yang terbentuk oleh sekumpulan karang. Terumbu karang dibangun oleh koloni hewan
kecil yang ditemukan di perairan laut yang mengandung nutrisi. Kebanyakan terumbu karang
terbentuk dari karang yang dihasilkan oleh polip yang mengelompok. Polip tersebut termasuk
kedalam golongan binatang yang dikenal sebagai Cnidaria, yang juga termasuk anemon laut dan
ubur-ubur. Tidak seperti anemon laut, polip karang mensekresikan kulit luar karbonat keras yang
melindunginya. Karang dapat tumbuh paling cepat di perairan hangat, dangkal, jernih, terang
dan tidak tenang.

Terumbu karang mulai terbentuk ketika larva karang berenang bebas kemudian menempel pada
batu atau permukaan keras lainnya yang terendam di sepanjang tepi pulau atau benua. Tingkat
pertumbuhannya adalah 0,3 – 2 sentimeter per tahun untuk karang besar, dan hingga 10
sentimeter per tahun untuk karang bercabang, sehingga dapat memakan waktu sampai 10.000

19
tahun untuk membentuk sebuah terumbu karang dari sekelompok larva (Barnes, 1987
sebagaimana dikutip oleh NOAA). .

Benteng Atlantis terdiri dari permukaan keras sehingga terumbu karang mulai terbentuk setelah
terendam, tumbuh dan mengembang seperti yang biasa ditemukan pada kedalaman dangkal di
perairan tropis. Eksplorasi bawah laut tidak akan menemukan benteng tersebut kecuali dilakukan
penyelidikan dibawah terumbu karang.

Laju kenaikan air laut pada Zaman Es Terakhir adalah rata-rata 0,6 sentimeter per tahun. Karena
air laut pada lokasi yang dihipotesiskan penulis adalah hangat, tingkat pertumbuhan terumbu
karang adalah lebih tinggi dari laju kenaikan air laut. Dengan demikian, laju pertumbuhan vertikal
terumbu karang di lokasi tersebut adalah berbarengan dengan kenaikan air lautnya.

Orichalcum

Orichalcum dalam bahasa Yunani terdiri dari kata oros (gunung) dan chalkos (bijih), berarti "bijih
dari gunung". Kita bisa berspekulasi bahwa orichalcum yang dimaksud oleh Plato sebenarnya
adalah zirkon karena mineral ini dapat "digali dari bumi di banyak bagian pulau" atau berlimpah
di Kalimantan bagian selatan di mana dataran Atlantis dihipotesiskan. Bahan ini sungguh
nilainya kedua setelah emas; memiliki kualitas seperti batu permata dan dikenal sebagai tiruan
berlian. Bijih zirkon memerlukan proses ekstraksi, pemurnian dan pemanasan untuk menjadikan
produk zircon yang berwarna-warni.

Plato menyebutkan bahwa dinding yang mengelilingi Candi Poseidon dan Cleito ditutupi dan
gemerlap dengan "cahaya merah" dari orichalcum. Tidak ada logam atau paduannya yang
diketahui berwarna merah sehingga orichalcum adalah bukan logam tetapi
mungkin hyacinth(zirkon merah). Setelah jadi, sifatnya berkilau seperti berlian yang tidak dimiliki
oleh logam, sehingga Plato menggambarkannya secara khusus dengan kata-kata "gemerlap"
dan "bercahaya".

Dalam "lebih berharga pada masa itu dari apa pun kecuali emas", Plato
membandingkanorichalcum dengan emas; sedangkan "zirkon" adalah berasal dari Bahasa
Persia zargun, yang berarti "berwarna emas", kemudian berubah menjadi "jargoon",
dimaksudkan sebagai zircon yang berwarna muda yang kemudian diadaptasi oleh Jerman
menjadi Zirkon. Diduga, Plato atau Solon salah menterjemahkan zargun, material yang berwarna
emas menjadi orichalcumkarena tidak ada kata tersebut dalam bahasa Yunani Kuno.

20
Korban Kerbau

Pada bagian akhir Critias, dijelaskan bahwa pada setiap lima atau enam tahun sekali berselang-
seling, para raja Atlantis berkumpul untuk berdiskusi dan membuat perjanjian, diakhiri dengan
persembahan korban banyak kerbau. Kebiasaan korban kerbau untuk persembahan hanya ada
di Asia Tenggara dan Asia Tengah bagian selatan. Tentu saja Plato tidak menyebutnya sebagai
“kerbau” karena binatang ini hanya terdapat di daerah tersebut, tetapi sebagai binatang yang
mirip yaitu “banteng”.

21
Candi dan Piramida

Selain menhir, meja batu dan patung-patung batu, budaya megalitik Austronesia di Nusantara
juga menampilkan struktur piramida berundak yang terdiri dari tanah dan batu, disebut sebagai
"punden berundak", dianggap sebagai salah satu karakteristik budaya asli Nusantara. Struktur ini
telah ditemukan dan tersebar di seluruh Nusantara sejauh Polinesia. Diantaranya ditemukan di
Pegunungan Hyang-Argapura, Lebak Sibedug, Basemah, Pangguyangan, Cisolok dan Gunung
Padang; yang terakhir adalah merupakan situs megalitik terbesar dan tertua di Asia Tenggara
yaitu 23.000 SM atau lebih tua (Natawidjaja, 2013). Candi Sukuh dan Cetho di Jawa Tengah
(tahun masih diperdebatkan) menunjukkan unsur-unsur punden berundak budaya Austronesia
yang agak menyerupai piramida di Amerika Tengah. Punden berundak adalah desain dasar
Candi Borobudur di Jawa Tengah.

Seperti dikatakan dalam Critias, Candi Poseidon dan Cleito dibangun di pulau pusat yang berupa
sebuah bukit, dikelilingi oleh lingkaran-lingkaran air. Untuk mencapai candi dari lingkaran air
paling dalam, diperlukan undak pada lereng bukitnya. Hal ini dapat diartikan bahwa candi ini
menampilkan struktur piramida berundak bumi-dan-batu, ciri budaya asli Nusantara yang disebut
sebagai "punden berundak".

Kelapa

Plato menulis dalam Critias Bagian 115b: “... dan buah-buahan yang memiliki kulit keras, airnya
dapat diminum, ada dagingnya dan dapat digunakan sebagai minyak urapan ...”

22
Kelapa (Cocos nucifera) memiliki daging, air, santan dan minyak yang penuh gizi, menjadi bahan
makanan dan telah dibudidayakan oleh masyarakat di seluruh dunia selama ribuan tahun. Di
banyak pulau, kelapa sudah menjadi bahan makanan pokok yang selalu dipergunakan dalam
masakan sehari-hari. Hampir sepertiga dari populasi dunia tergantung pada kelapa dengan
berbagai tingkatan dalam makanan dan ekonomi mereka. Diantara budaya-budaya tersebut
kelapa memiliki sejarah yang panjang dan penting.

Analisis DNA terhadap lebih dari 1.300 buah kelapa dari seluruh dunia oleh Olsen et al (2011)
mengungkapkan bahwa kelapa pada awalnya dibudidayakan di dua lokasi terpisah, yaitu di
Pasifik dan di Samudera Hindia. Selain itu, genetika kelapa juga tercatat dalam rute
perdagangan prasejarah dan kolonisasi Amerika. Di Pasifik, kelapa pertama kali dibudidayakan
di kepulauan Asia Tenggara, yaitu Filipina, Malaysia, Indonesia, dan mungkin juga di daratan
Asia. Di Samudera Hindia, kemungkinan pusat budidayanya adalah pinggiran selatan India,
termasuk Sri Lanka, Maladewa, dan Lakadewa. Kelapa dari Passifik diperkenalkan ke Samudera
Hindia beberapa ribu tahun yang lalu oleh bangsa Austronesia kuno yang membangun jalur
perdagangan yang menghubungkan Asia Tenggara dengan Madagaskar dan pesisir Afrika timur
(Olsen et al, 2011).

Tapai atau Tape

Plato menulis dalam Critias Bagian 115b: “... dan buah-buahan yang dibusukkan dengan
dipelihara, yang kita gunakan sebagai cuci mulut setelah makan malam ...”

Tapai atau tape adalah makanan fermentasi tradisional sebagai hidangan penutup yang asli dan
populer di seluruh Asia Tenggara. Ini adalah makanan beralkohol yang manis atau asam dan
dapat digunakan secara langsung sebagai makanan atau dalam resep tradisional. Tapai bisa
dibuat dari berbagai sumber karbohidrat, tetapi biasanya dari singkong (Manihot esculenta),
beras (Oryza sativa) atau beras ketan (Oryza sativa glotinosa). Fermentasi dilakukan melalui
proses inokulasi sumber karbohidrat dengan mikroorganisme yang diperlukan dalam kultur awal,
yang dikenal sebagai ragi, termasuk Aspergillus oryzae,Rhizopus oryzae, Amylomyces
rouxii atau Mucor spesies, dan lanjutan termasukSaccharomyces cerevisiae, Saccharomycopsis
fibuliger, Endomycopsis burtonii dan lain-lain, bersama dengan bakteri. Tapai juga digunakan
untuk membuat minuman beralkohol yang dikenal sebagai arak atau brem.

Tapai atau tape dikenal dalam nama yang berbeda, di Indonesia sebagai tape atau tapai,
Jawatapé, Sunda (Jawa Barat) peuyeum, Malaysia dan Brunei tapai, Thailand khao-mak,
Kambojachao atau tapai, dan Filipina tapay atau binuburang. Tape ketan adalah hidangan utama
di Jawa selama hari raya idul fitri.

23
Bukti-bukti bahwa Kota Atlantis Ada di Laut Jawa

Plato tidak mendengar sendiri kisah asli Atlantis, tetapi dari cerita Solon sekitar 300 tahun
sebelumnya yang mendengar kisah tersebut dari pendeta Mesir yang membacanya dari catatan-
catatan didalam kuil. Solon tidak membaca kisah tersebut secara langsung; tetapi pendeta Mesir
– yang ahli dalam hieroglif – yang menceritakan kepada Solon tentang apa yang tertulis didalam
catatan mengenai kisah Atlantis yang hilang tersebut. Plato mendengar kisah tersebut dari
Critias yang merupakan cicit Solon, dengan demikian kisah tersebut telah diwariskan sebanyak 3
generasi sebelum sampai kepadanya.

Kedua sumber kisah Atlantis dalam catatan Mesir dan puisi Solon tidak ditemukan sampai
sekarang. Oleh karena itu, dialog-dialog Plato, yaitu Timaeus dan Critias, merupakan referensi
yang paling awal mengenai kisah Atlantis (dengan alasan yang tidak diketahui, Plato tidak
pernah menyelesaikan Critias). Dialog-dialog tersebut, oleh karena itu, merupakan satu-satunya
sumber fenotip Atlantis yang paling lengkap.

Penulis menerapkan perumpamaan “model partikulat warisan”, yang biasa digunakan dalam ilmu
biologi, dimana seolah-olah fenotip kisah Atlantisnya Plato diwariskan dari fenotip asli catatan di
Mesir, sebagai sebuah kontinum dalam serangkaian “keturunan”. Dalam proses ini, fenotip
“warisan” ditentukan oleh faktor-faktor “genotip”, “epigenetik” dan “lingkungan tak-terwariskan”
dari “leluhurnya”. Faktor “genotip” adalah bagian (“rangkaian DNA”) “genetik” kisah tersebut.
Faktor “epigenetik” adalah variasi sifat fenotipik kisah tersebut yang disebabkan oleh faktor
eksternal atau lingkungan. Faktor “lingkungan tak-terwariskan” adalah distorsi, hiasan dan
perwujudan kisah tersebut oleh pencerita. “Mutasi genetik” kisah mungkin dapat juga terjadi
didalam proses “pewarisan” tersebut. Satu-satunya yang dikenal sekarang adalah fenotip yang
telah terwariskan, sehingga faktor-faktor tersebut diatas tidak terdeteksi, tapi pasti telah
mempengaruhi.

Tabel berikut menunjukkan ringkasan bukti-bukti fenotip kisah Atlantis di lokasi yang
dihipotesiskan. Beberapa bukti kurang penting lainnya tidak tercantum.

Rujukan oleh Plato


Bukti-
No Fenotip Bagian didalam Bagian didalam
bukti
Timaeus Critias
A NEGARA
Pada suatu tempat yang jauh di “Samudera Atlantik”
1 24e 
(pemahaman Yunani kuno)
Lebih besar dari gabungan “Libya” dan “Asia” (Asia
2 24e 108e 
Kecil) (pemahaman Yunani kuno)
3 Jalan menuju pulau-pulau lain 24e 
Dapat mencapai benua di seberangnya yang
4 24e 
meliputi samudera yang sebenarnya
Bentang daratan seluruh negeri, di wilayah pada sisi
5 118a 
samudera, sangat tinggi dan terjal

24
Rujukan oleh Plato
Bukti-
No Fenotip Bagian didalam Bagian didalam
bukti
Timaeus Critias
Sebuah bukit kecil dan dataran yang rata dan luas
113c, 113e,
6 dekat laut, dapat dicapai kapal dan perahu dari laut; 
118d
saluran air pada dataran yang dialirkan menuju laut
Di seberang tugu tapal batas, orang Yunani
7 24e, 25c 108e, 114b 
menyebutnya tugu “Herkules”
8 Didepan sebuah selat 24e, 25a 
9 Laut yang dikelilingi oleh benua tak terbatas 25a 
10 Ada beberapa pulau di laut 24e 114c 
Beriklim dua musim – “panas” (kemarau) dan
11 112d, 118e 
“dingin” (hujan)
12 Mata air panas dan dingin 113e, 117a 
13 Berlimpah air berkat curah hujan tahunan 111c 
14 Iklim dengan suhu udara yang amat nyaman 111e, 112d 
Tanahnya subur, terbaik untuk pertanian dan
15 111e, 113c 
peternakan
114e, 115a,
16 Keragaman flora dan fauna yang sangat luas 
115b
114e, 116e,
117c to 117e,
17 Gajah, kuda, “banteng” dan lumba-lumba 
119b, 119d to
120a
Berlimpah makanan untuk mempertahankan
111e, 118e,
18 peradaban dan menciptakan angkatan perang 
119a
(sekitar 20 juta orang)
19 Peradaban yang maju pada zamannya 24e, 25a 
108e, 111a,
20 Gempabumi dan “banjir” dari laut (tsunami) 25c, 25d 
112a
Terbenam tak henti-hentinya (kenaikan muka air
21 111b, 111c 
laut pasca-glasial)
Laut di lokasi ibukota Atlantis “sekarang” (waktu
Solon) tidak dapat dilewati dan ditembus karena
22 adanya “karang tanah liat” (terumbu karang), yang 25d 
disebabkan oleh “penurunan” pulau (kenaikan muka
air laut)
23 “Kota Atlantis” sekarang berada dibawah laut 25d 
B HASILBUMI (“BUAH”)
Dua panen setiap tahun, di “musim dingin” (musim
24 hujan) diairi oleh hujan dan di “musim panas” 118e 
(musim kemarau) oleh irigasi dari kanal
Akar-akaran, daun-daunan, kayu-kayuan dan esens
25 115a 
disuling dari “buah” dan bunga
“Buah” yang dibudidayakan, dikeringkan, untuk
26 makanan dan lainnya, yang digunakan sebagai 115a 
makanan pokok – dengan nama umum “biji-bijian”
“Buah” yang memiliki kulit keras, airnya dapat
27 diminum, ada dagingnya dan dapat digunakan 115b 
sebagai minyak urapan
Sejenis kacang-kacangan, yang memberikan
28 115b 
kesenangan dan hiburan

25
Rujukan oleh Plato
Bukti-
No Fenotip Bagian didalam Bagian didalam
bukti
Timaeus Critias
“Buah” yang dibusukkan dengan dipelihara, yang
29 kita gunakan sebagai cuci mulut setelah makan 115b 
malam
30 Menakjubkan dan dalam kelimpahan tak terbatas 115b 
C DATARAN LUAS DEKAT IBUKOTA
Di dekat dan di sekitar kota terdapat dataran sangat
31 118a 
luas
Dikelilingi oleh pegunungan yang menurun menuju
32 118a 
laut
33 Halus dan rata 118a 
Bentuk umumnya adalah persegi panjang dan
34 118a, 118c 
lonjong
Membentang dalam arah memanjang 3.000 stadium
35 118a 
(± 555 km), melintang 2.000 stadium (± 370 km)
36 Mengarah ke selatan, terlindung dari utara 118b 
Dikelilingi oleh sederetan pegunungan besar dan
37 kecil yang indah; terdapat desa-desa dan rakyat 118b 
yang makmur
Sungai, rawa dan padang rumput – persediaan
38 makanan yang berlimpah untuk semua hewan, liar 118b 
atau jinak
Berbagai macam kayu – berlimpah untuk
39 118b 
bermacam-macam karya
D SALURAN AIR DALAM DATARAN
Saluran keliling
40 Luar biasa besarnya, tak diduga bahwa itu buatan 118c 
Dalamnya 100 kaki (± 30 m), lebarnya 1 stadium (±
41 118c 
185 m), panjangnya 10.000 stadium (± 1.850 km)
42 Mendapatkan aliran dari pegunungan 118d 
Saluran pedalaman dan terusan
Saluran pedalaman yang lurus, lebarnya sekitar 100
43 kaki (30 m), intervalnya sekitar 100 stadia (18,5 km) 118d 
dan bermuara kedalam saluran keliling
Terusan digali dari saluran pedalaman yang satu ke
44 118e 
yang lain
Digunakan untuk mengangkut kayu dan hasil bumi
45 118e 
menggunakan kapal
Saluran irigasi
46 Menyadap dari saluran yang lain 118e 
Mengairi lahan di “musim panas” (musim kemarau)
sementara di “musim dingin” (musim hujan)
47 118e 
mendapatkan air dari hujan, menghasilkan dua kali
panen dalam setahun
E MINERAL DAN BATUAN
48 “Kuningan”/”perunggu” (tembaga, timah dan seng) 116b, 116c 
49 Timah 116b, 116c 
“Orichalcum”, mineral lebih berharga dari apa pun
114e, 116c,
50 kecuali emas, berkilau, warna merah, 
116d
sumberdayanya melimpah
114e, 116c,
51 Emas 
116d, 116e

26
Rujukan oleh Plato
Bukti-
No Fenotip Bagian didalam Bagian didalam
bukti
Timaeus Critias
52 Perak 116d, 116e 
53 Batu-batunya berwarna hitam, putih dan merah 116a, 116b 
54 Batuannya dapat dilubangi untuk dermaga ganda 116a, 116b 
F MITOS DAN ADAT-ISTIADAT
113c to 113e,
116c, 116d,
55 “Poseidon” (dewa laut atau air, penata hukum) 
117b, 119c,
119d
“Herkules” (anak dewa tertinggi, kelahirannya tidak
56 senonoh, memiliki selera yang tak terpuaskan, 24e, 25c 108e, 114b 
sangat kasar, brutal dan keras)
57 Korban “banteng” 119d to 120c 
116c, 116d,
58 Candi atau piramida 116e, 117c, 
119c
114d, 115c to
59 Aktifitas maritim 116a, 117d, 
117e, 119b
60 Transportasi air 118e 

Frase-frase atau nama-nama dalam tanda kutip, sedapat mungkin diterjemahkan kedalam
Bahasa Indonesia, seperti yang ditulis oleh Plato, baik terjemahan dari rujukan asli dalam
Bahasa Yunani atau istilah yang tidak ditemukan dalam bahasa Yunani. Frase-frase dalam
kurung adalah interpretasi oleh penulis.

***
Hak Cipta © 2015, Dhani Irwanto

Hal-hal lain yang dibahas didalam buku:


 Gempa dan tsunami
 Jejak-jejak Atlantis (konsep Hyang, budidaya padi, pembuatan perahu dan kapal, gajah Kalimantan, pulau
bawean, jamu dan bumbu)
 Berhubungan atau hanya kebetulan?
 Hubungan Athena and Austronesia
 Asal mula peradaban pasca bah
Beli bukunya:
 Amazon Kindle Edition: http://www.amazon.com/dp/B00WCLEF1U
 Amazon Paperback: http://www.amazon.com/gp/product/6027244917
 Email: media@indonesia-hydro.com
 Tokopedia: https://www.tokopedia.com/mybook/atlantis-the-lost-city-is-in-java-sea
 Bukalapak: https://www.bukalapak.com/p/buku/sejarah/8ehbj-jual-buku-buku-atlantis-the-lost-city-is-in-java-
sea?

Website:
 Facebook: https://www.facebook.com/atlantisinjavasea
 Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=JiyAaaf3Urw
 WordPress: https://atlantisjavasea.wordpress.com

27

Anda mungkin juga menyukai