NIM : 2119134
MATA KULIAH : BIMBINGAN KONSELING H
(TUGAS UAS MEMBUAT PETA KONSEP & MERESUME)
Konsep dasar :
a. Hakikat manusia : Menurut Abraham Maslow Manusia merupakan mahkhluk
yang memiliki Kemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, Keadilan, dan
bertanggung jawab. Sebagai makhluk Berbudaya, manusia mendayagunakan
Eksestensial-Humanistik yaitu tidak mampu memfungsikan Dimensi dimensi
Tokoh
dasar yang dimiliki manusia,Sehingga kesadaran tidak berfungsi secara
Pengembang Teori penuh. Diantaranya : Inkongruan, Negatif, Tidak dapat Dipercaya, tidak
Implementasi Dalam pendidikan Dan pembelajaran PAI Pandangan tentang Efektivitas Model Dan Pendekatan
Konseling di seting Pendidikan
1. Implementasii kebutuhan rasa aman secara fisik maupun psikis.
Aman secara fisik, Seperti terhindar dari kriminalisasi, teror, Pada pendekatan-pendekatan awal ditemukan teori Perkembangan
binatang buas, orang lain, tempat yang kurang aman Sebagainya. dari Abraham Maslow, yang Menekankan pada hirarki kebutuhan
Sedangkan Aman secara psikis, seperti tidak di marah, tidak dibuly, dan motivasi, Psikologi eksistensial dari Rollo May yang
tidak direndahkan, tidak Dipindahkan tanpa keterangan, diturunkan mempelajari pilihan-pilihan manusia dan aspek
pangkatnya dan sebagainya. Kebutuhan akan keamanan di kelas Tragis dari keksistensian manusia, dan terapi person-Centered atau
menjadi tanggung jawab guru.Tugas guru ialah menetapkan client centered dari Carl Rogers, yang Memusatkan seputar
peraturan dan jaminan Atas keselamatan siswa serta kenyamanan kemampuan klien untuk Mengarahkan diri sendiri (self-direction)
kelas. dan memahami perkembangan diri sendiri.
RESUME DARI
HARDIKNAS DENGAN TEMA
“Peran perempuan dalam pendidikan budi pekerti, moderasi dan radikalisme di era
revolusi insdustri 4,0”
Dari masa ke masa, zaman ke zaman, peran kaum perempuan terus berkembang,
baik pemikiran maupun peradabannya. Namun, sosok perempuan oleh sebagian masyarakat
masih dipandang sebagai kaum lemah, khususnya di bidang teknologi yang terus melaju
dengan super cepat. Bahkan, menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), hanya ada 30
persen pekerja perempuan di bidang industri sains, teknologi, teknik, dan matematik. Tak
terkecuali di bidang politik pun, peran dan kiprah perempuan juga dibatasi dengan kuota 30
persen.
Seharusnya di era industri 4.0 ini, peran dan kesempatan untuk
mengaktualisasikan diri antara laki-laki dan perempuan sama besarnya. Hanya saja, saat ini
tantangan yang dihadapi perempuan bagaimana mengubah sikap permisif dan praktik budaya
yang membatasi kemajuan perempuan melalui pendidikan guna memperkecil kesenjangan
antara kaum perempuan dan laki-laki.
Sejumlah faktor penghambat perempuan di negara berkembang dalam penguasaan
teknologi informasi dan komunikasi, di antaranya pendidikan, keaksaraan, bahasa, waktu,
biaya, norma sosial dan budaya. Perempuan Indonesia merupakan pengguna internet yang
aktif, namun memiliki literasi digital yang rendah, karena kurangnya pelatihan, latar belakang
pendidikan yang rendah, dan lainnya. Tugas dan peran perempuan memang kadang lebih
berat dibanding laki-laki, apalagi kalau dikaitkan dengan pendidikan dan pembentukan
karakter dan moral anak-anak mereka. Peran ibu (perempuan) lebih berat, meski sudah
memasuki era industri 4.0, perempuan tidak bisa meninggalkan peran dan kodratnya sebagi
seorang perempuan, ibu, istri, bahkan peran di lingkungan sosial masyarakat.
Era revolusi Industri 4.0 telah merubah cara hidup dan cara kerja manusia
secaracepat. Adanya perubahan yang terjadi di masyarakat mulai dari teknologi, informasi
yang beragam,ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan menuntut generani muda Indonesia
untuk dapat beradaptasiterhadap perubahan yang begitu cepat. Mereka berusaha untuk
mengikuti tren yang di anggapmaju dan modern namun telah meninggalkan nila-nilai ajaran
agama islam dalam kehidupan.Selainadannya dampak positif, terdapat pula dampak negatif
yang ditimbulkan oleh revousi industri4.0 bagi generasi muda Indonesia, mulai dari
radikalisme, diskriminasi hingga tindakankriminal dari sosial media maupun dunia nyata
yang ditimbulkan oleh kurangnya pemahamanmengenai pendidikan multikultural di revousi
industri 4.0. Salah satu kemampuan yang dibutuhkandalam dunia pendidikan adalah
kemampuan generasi muda untuk memecahkan masalah (problemsolving). Metode karya
ilmiah ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan penelitiankepustakaan. Hasil
dari karya ilmiah ini adalah, dengan penanaman pendidikan multikulturalmelalui pendidikan
agama Islam akan menghasilkan generasi muda di era revolusi industri 4.0 yang kreatif,
inovatif, serta generasi yang berkarakter,berintegritas dan menjunjung tinggi
toleransiDengankarya ilmiah ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih ilmu
pengetahuan pentingnyapendidikan multikultural di era revolusi industri 4.0