Anda di halaman 1dari 10

MATHEdunesa

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No. 5 Tahun 2016


ISSN : 2301-9085

PROFIL PENALARAN MATEMATIKA SISWA SMP DITINJAU DARI GAYA BELAJAR KOLB

Khairunnisa Nur Hamidah


Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : khairunnisahamidah@mhs.unesa.ac.id

Abdul Haris Rosyidi


Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : abdulharis@unesa.ac.id

Abstrak
Penalaran merupakan salah satu tujuan pendidikan matematika. Penalaran yang berhubungan dengan
konsep atau informasi matematika disebut penalaran matematika. Penalaran matematika penting karena materi
matematika dipahami melaluinya. Penalaran berkaitan erat dengan gaya belajar karena sama-sama berkaitan
dengan pengolahan informasi. Gaya belajar Kolb adalah gaya belajar yang menekankan pada kajian mengenai
pengolahan informasi. Jenis gaya belajar tersebut adalah konvergen, asimilasi, akomodasi, dan divergen.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan profil penalaran matematika siswa SMP ditinjau dari gaya
belajar Kolb. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif menggunakan metode angket dan
wawancara berbasis tugas. Subjek penelitian ini terdiri dari empat siswa yang masing-masing bergaya belajar
berbeda, berjenis kelamin sama, dan mempunyai kemampuan matematika setara. Penalaran matematika siswa
dianalisis berdasarkan indikator penalaran matematika yaitu menggunakan pola dan hubungan untuk
menganalisis situasi matematika, menyusun konjektur, membuat generalisasi/kesimpulan, dan memeriksa
keshahihan suatu argumen/pernyataan.
Berdasarkan hasil penelitian, subjek konvergen, asimilasi, akomodasi, dan divergen menunjukkan
perbedaan dalam proses bernalar. Subjek konvergen dan asimilasi menggunakan pola dan hubungan untuk
menganalisis situasi matematika melalui pembentukan suatu aturan berdasarkan informasi yang dikumpulkan
secara tertulis dan dianalisis menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Bedanya, subjek konvergen menulis
informasi yang dikumpulkan tanpa disertasi keterangan, sedangkan subjek asimilasi menuliskan secara tertulis
teratur. Subjek konvergen dan asimilasi sama-sama menggunakan pola dan hubungan untuk menyusun
konjektur dan generalisasi. Konjektur yang dibuat oleh subjek konvergen dan asimilasi juga sama-sama
dikaitkan dengan pengetahuan yang dimiliki, namun subjek asimilasi lebih sistematis dalam menunjukkan
proses terbentuknya konjektur. Subjek konvergen dan asimilasi membuat generalisasi dalam bentuk penjelasan
verbal berupa kata-kata atau teks, namun subjek asimilasi juga mampu membuat generalisasi dalam bentuk
simbol (persamaan) disertai penjelasan lengkap. Dalam memeriksa keshahihan suatu argumen/pernyataan,
subjek konvergen dan asimilasi menggunakan counter example dari pernyataan tersebut. Subjek akomodasi
dan divergen menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika melalui pembentukan
suatu aturan berdasarkan informasi yang nampak (kongkrit), namun subjek divergen mempertimbangkan cara
pembentukan aturan sebelumnya untuk mencari aturan yang baru. Subjek akomodasi menggunakan pola dan
hubungan untuk menyusun konjektur dan generalisasi, sedangkan subjek divergen menggunakannya hanya
untuk menyusun generalisasi saja. Subjek akomodasi menyusun konjektur berdasarkan pola dan hubungan dari
informasi yang nampak, sedangkan subjek divergen hanya berdasarkan informasi yang nampak. Subjek
akomodasi dan divergen membuat generalisasi terbatas pada penjelasan verbal berupa kata-kata atau teks.
Dalam memeriksa keshahihan suatu argumen/pernyataan, subjek akomodasi menggunakan counter example,
sedangkan subjek divergen menggunakan contoh pendukung dari pernyataan tersebut tanpa memerhatikan
kasus-kasus yang lain.
Kata Kunci: Penalaran Matematika, Gaya Belajar Kolb

Abstract
Reasoning is one of the aims of mathematics education. Reasoning has closely related to learning styles
because it is equally related to information processing. Kolb learning style is a style of learning that
emphasizes the study of the processing of information. Types of learning styles are convergent, assimilation,
accommodation, and divergent.
This research aims to describe the profile of junior high school students in mathematical reasoning
based on Kolb’s learning styles. This is a qualitative descriptive research that is using questionnaires and
interviews based tasks. Subjects of this study is four students who has different learning style, the same gender,
and has a similar mathematical abilities. Mathematical reasoning students analyzed based on mathematical
reasoning indicators that use patterns and relationships to analyze mathematical situations, prepare
conjecture, making generalizations / conclusions, and examine validity an argument.
Volume 3 No 5 Tahun 2016

Based on the results of the research, subjects convergent, assimilation, accommodation, and divergent
show the differences in the process of reasoning. Subject convergent and assimilation use patterns and
relationships to analyze the situation of mathematics through the establishment of a rule based on written
information gathered and analyzed using the knowledge he had. The difference is, the subject convergent write
the information collected without explanation, while the subject assimilation write regularly. Subject
convergent and assimilation both use patterns and relationships to develop a conjecture and generalization. A
conjecture made by the subject convergent and assimilation were similarly associated with the concept of the
knowledge possessed, but the subject assimilation more systematic in showing the process of making
conjecture. Subject convergent and assimilation make generalizations in the form of a verbal explanation of
the form of words or text, but the subject assimilation are also able to make generalizations in the form of a
symbol (equation) with a full explanation. In examining validity an argument, subject convergent and
assimilation shows an counter example of the argument. Subject accommodation and divergent use patterns
and relationships to analyze the situation of mathematics through the establishment of a rule based on the
concrete information, but the subject diverges consider how the formation of the previous rule to look for the
new rule. Subject accommodation use patterns and relationships to develop a conjecture and generalization,
while the diverging subject only to draw any generalizations. Subject accommodation make conjecture based
on patterns and relationships of concrete information, while the divergent subjects based only on concrete
information. Subject accommodation and diverges make generalizations in the form of a verbal explanation of
the form of words or text. In examining validity an argument, the subject accommodation showing an counter
example, while the subject divergent shows an example of the support that argument without regard the other
cases.
Keywords: Mathematical Reasoning, Kolb Learning Styles

PENDAHULUAN harus ada dalam tujuan pembelajaran matematika. Pada


Manusia seringkali dihadapkan dengan masalah pendidikan matematika di Indonesia sendiri, penalaran
atau situasi yang menuntut dirinya untuk mengambil juga menjadi salah satu tujuan pendidikan matematika
keputusan dalam kehidupan. Tidak sedikit orang yang SMP pada tiga kurikulum terakhir, yaitu Kurikulum
terjebak dalam keputusan yang salah karena tidak Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan
mempertimbangkan konsekuensi apa yang akan diterima Pendidikan (KTSP), dan Kurikulum 2013 (K-13).
setelah keputusan itu diambil. Sebelum menentukan Siswa pada rentang usia SMP dianggap sudah
sebuah keputusan terbaik, ada kalanya perlu dilakukan mampu untuk bernalar. Menurut Nur (2001), rentang usia
hal seperti mengumpulkan fakta-fakta, memikirkan siswa SMP merupakan periode awal siswa mampu
alasan dibalik diambilnya sebuah keputusan, dan bernalar, memeriksa hasil proses penyelesaian suatu
kemungkinan/konsekuensi apa yang akan terjadi masalah dan hasil penarikan kesimpulan-kesimpulan,
setelahnya. Berpikir seperti ini disebut penalaran. Keraf serta mencari penyelesaian dari sudut pandang lain,
(dalam Shadiq, 2004) mendefinisikan penalaran sebagai dimana kemampuan itu yang dibutuhkan untuk
proses berpikir yang menghubungkan fakta-fakta yang melakukan proses penalaran. Pada rentang usia ini pula,
diketahui untuk membentuk suatu kesimpulan/keputusan. menurut teori Piaget, siswa sudah berada pada tahap
Penalaran dibutuhkan dalam kehidupan sehari- operasional formal sehingga mereka sudah mampu untuk
hari, karena dengan keterampilan ini seseorang mampu berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik
menyelesaikan masalah dengan baik. Vince (2011) kesimpulan dari informasi yang tersedia.
menyatakan bahwa penalaran membantu manusia untuk Penalaran dalam matematika disebut dengan
bertahan hidup dan bergerak maju dengan penalaran matematika atau mathematical reasoning.
kemampuannya dalam menentukan alasan, tindakan, Brodie (2010:7) menyatakan, “Mathematical reasoning is
kesimpulan, atau keputusan yang tepat. reasoning about and with the object of mathematics”.
Matematika dan pembelajarannya memiliki peran Pernyataan tersebut berarti bahwa penalaran matematika
yang baik dalam mengembangkan tata nalar siswa. adalah penalaran mengenai objek matematika.
Menurut Soedjadi (2000:45), terdapat dua tujuan yang Selanjutnya, Russel (dalam English, 2004) juga
seharusnya diperhatikan dalam pendidikan matematika, menyebutkan penalaran matematika memuat
yaitu: perkembangan, pembenaran, dan penggunaan
1. Tujuan bersifat formal yang menekankan pada generalisasi matematika dalam bidang matematika. Hal
penataan nalar serta pembentukan kepribadian tersebut berarti penalaran matematika selalu
2. Tujuan bersifat material yang menekankan pada menggunakan pengetahuan-pengetahuan dan aturan-
penerapan matematika dan keterampilan matematia. aturan matematika.
Sejalan dengan hal itu, National Council of Shadiq (2004) menyebutkan materi matematika
Teacher of Mathematic (NCTM, 2000) juga menetapkan dan penalaran matematika adalah dua hal yang tidak
penalaran sebagai salah satu dari lima keterampilan dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan matematika
proses yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan
matematika. Dari dua pendapat di atas dapat dilihat dilatihkan melalui materi matematika. Hal ini sejalan
bahwa penalaran merupakan salah satu kemampuan yang dengan Russel (NCTM, 1999) yang menyebutkan

211
Volume 3 No. 5 Tahun 2016

penalaran merupakan pusat belajar matematika. kebenarannya untuk membentuk suatu kesimpulan atau
Menurutnya, matematika adalah ilmu yang berkaitan pernyataan baru yang benar.
dengan objek abstrak dan penalaran digunakan sebagai Arti berpikir menurut Soemanto (2006) adalah
alat untuk memahaminya. peletakkan hubungan antar bagian pengetahuan seperti
Salah satu materi yang ada pada pembelajaran konsep, informasi, gagasan, dan pengetahuan yang telah
matematika adalah materi aljabar. Aljabar merupakan dimiliki atau diperoleh manusia untuk membentuk suatu
cabang matematika yang berhubungan dengan lambang pengertian, pendapat, atau keputusan. Selain itu, berpikir
struktur matematika (Kieren, 1992). Penalaran yang juga diartikan oleh Solso (2007) sebagai proses yang
digunakan dalam aljabar memungkinkan siswa untuk menghasilkan representasi mental baru melalui
menyelesaikan masalah dengan menemukan pola transformasi informasi yang melibatkan interaksi
kemudian membuat generalisasi. Hal tersebut diperkuat kompleks antara berbagai proses mental, seperti
dengan pernyataan Van de Walle (2003:258) yang penilaian, abstraksi, penalaran, representasi, pemecahan
mengungkapkan “Algebra is a useful tool for masalah logis, pembentukan konsep, kreativitas, dan
generalizing arithmetic and representing patterns and kecerdasan. Arti proses menurut KBBI adalah runtutan
regularities in our world” (aljabar adalah alat yang peristiwa atau rangkaian tindakan yang menghasilkan
berguna untuk generalisasi aritmatika dan mewakili pola suatu produk. Berdasarkan penjelasan tersebut proses
dan keteraturan di dunia kita). Berdasarkan hal tersebut, berpikir adalah rangkaian aktivitas mental dalam
dalam penelitian ini penalaran matematika digunakan penjalinan hubungan antar pengetahuan yang telah
pada permasalahan yang berhubungan dengan materi dimiliki atau diperoleh manusia, dimana penalaran
aljabar. sendiri merupakan salah satu aktivitas mental dalam
Penalaran merupakan proses berpikir yang kegiatan berpikir tersebut.
berhubungan erat dengan pengolahan informasi, hal itu Tidak semua berpikir dapat dikatakan sebagai
terkait dengan gaya belajar yang didefinisikan DePorter bernalar. Hal ini dikarenakan penalaran merupakan
dan Hernacki (2003) sebagai kombinasi dari cara kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu
seseorang menyerap, mengatur, serta mengolah yang digunakan untuk menemukan kebenaran.
informasi. Sehingga, cara seseorang mengatur dan Karakteristik tersebut adalah pola berpikir yang logis dan
mengolah informasi tersebut menjadi komponen penting proses berpikir yang analitis. Narbuko dan Achmadi
dalam bernalar. (2009:18) menyatakan penalaran sebagai suatu kegiatan
Gaya belajar yang digunakan pada penelitian ini berpikir selaras yang memiliki ciri-ciri:
adalah gaya belajar yang dikembangkan oleh David Kolb 1. Adanya proses berpikir logis, selaras, sehingga
atau yang biasa dikenal dengan gaya belajar Kolb (Kolb’s menghasilkan kesimpulan yang tepat dan valid.
Learning Style). Alasan peneliti memilih gaya belajar ini 2. Adanya proses kegiatan berpikir secara analisis,
adalah karena gaya belajar Kolb merupakan gaya belajar hingga menimbulkan kesimpulan yang tepat dan
yang menekankan pada kajian mengenai pengolahan valid.
informasi. Terdapat 4 tipe gaya belajar yang Penjelasan mengenai ciri-ciri penalaran tersebut
dikemukakan oleh Kolb yaitu gaya belajar Kolb tipe sejalan dengan pendapat Suriasumantri (2010) yang
konvergen, asimilasi, akomodasi, dan divergen. menyatakan bahwa penalaran merupakan suatu proses
Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan penelitian berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa
ini yaitu bagaimana profil penalaran matematika siswa pengetahuan dan mempunyai karakteristik tertentu dalam
SMP ditinjau dari gaya belajar Kolb tipe konvergen, menemukan kebenaran. Lebih lanjut, Suriasumantri
asimilasi, akomodasi, dan divergen? menenerangkan penalaran merupakan proses berpikir
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk yang logis dan analisis, dimana berpikir logis diartikan
mendeskripsikan profil penalaran matematika siswa SMP sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola atau logika
ditinjau dari gaya belajar Kolb tipe konvergen, asimilasi, tertentu dan berpikir analisis diartikan sebagai suatu
akomodasi, dan divergen. Diharapkan hasil penelitian ini kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
dapat memberikan informasi bagi guru maupun peneliti Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan
lain yang akan dijadikan bahan rujukan atau bahwa penalaran adalah rangkaian aktivitas mental yang
perbandingan terhadap penelitian sejenis. menghubungkan beberapa konsep atau informasi
sebelumnya untuk membentuk suatu kesimpulan baru
Penalaran yang logis dan terbukti kebenarannya.
Penalaran merupakan salah satu aktivitas mental
dari kegiatan berpikir. Copi (1978) mengungkapkan Penalaran Matematika
penalaran merupakan jenis khusus dari aktivitas berpikir Belajar matematika tidak hanya melatih siswa
yang digunakan untuk membentuk suatu kesimpulan atau untuk mahir dalam berhitung, tetapi yang lebih penting
suatu pernyataan baru yang ditarik dari beberapa adalah melatih siswa untuk berpikir, salah satunya
pernyataan yang diketahui yang disebut premis. Selain berpikir nalar. Dalam belajar matematika, seseorang
itu, Keraf (dalam Shadiq, 2004) juga menjelaskan bahwa perlu menggunakan nalarnya untuk menyelesaikan
penalaran merupakan proses berpikir yang didasarkan masalah yang dihadapi. Penalaran dalam matematika
pada beberapa pernyataan yang telah dibuktikan biasa disebut dengat penalaran matematika atau
mathematical reasoning. Brodie (2010:7) menyatakan,

212
Volume 3 No. 5 Tahun 2016

“Mathematical reasoning is reasoning about and with the Indikator menggunakan pola dan hubungan
object of mathematics” yang berarti bahwa penalaran untuk menganalisis situasi matematika dapat
matematika adalah penalaran mengenai objek muncul saat siswa diberi sebuah situasi matematika
matematika. Selanjutnya, Russel (dalam English, 2004) yang berupa masalah untuk dicari penyelesaiannya.
juga menyebutkan penalaran matematika memuat Dengan menggunakan pola dan hubungan yang
perkembangan, pembenaran, dan penggunaan mereka temukan pada permasalahan yang diberikan,
generalisasi matematika dalam bidang matematika. Hal siswa dapat menganalisis soal sehingga ditemukan
tersebut berarti penalaran matematika selalu apa yang sebenarnya dicari dalam permasalahan
menggunakan pengetahuan-pengetahuan dan aturan- tersebut berdasarkan informasi yang tersedia.
aturan matematika. 2. Menyusun konjektur
Pernyataan mengenai penalaran matematika juga Konjektur atau dugaan yang dibuat oleh siswa
disebutkan Sternberg (dalam English, 2004:13), “The dilakukan setelah siswa mengumpulkan data. Data
traditional view of mathematical reasoning as superior yang dimaksud dalam hal ini adalah pola dan
computational and analytical skill has been revised to hubungan yang telah ditemukan sebelumnya.
accomodate processes that are important in today’s era. Konjektur tersebut berupa perkiraan jawaban atau
These include gathering evidence, analyzing data, solusi atas permasalahan yang disebutkan. Sehingga
making conjectures, constructing argument, drawing and munculnya indikator menyusun konjektur ini, dapat
validating logical conclusion”. Pernyataan tersebut dapat dilihat dari kemampuan siswa menyusun
berarti bahwa penalaran matematika tidak lagi dipandang konjektur dari hubungan yang digunakannya pada
sebagai keterampilan berhitung dan analisis saja, indikator 1.
melainkan juga meliputi keterampilan mengumpulkan 3. Membuat generalisasi/kesimpulan
bukti, menganalisis data, membuat dugaan, membangun Siswa melakukan generalisasi dengan
argumen, membuat dan memvalidasi kesimpulan logis. membuat sebuah pernyataan umum (baik itu suatu
Permendikbud no. 58 th. 2014 menyebutkan, penggambaran atau suatu aturan) yang mengikuti
apabila seorang siswa telah mampu menggunakan pola dan hubungan yang ditemukan sebelumnya.
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Kemudian pernyataan tersebut diberlakukan lebih
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun lanjut atau pada situasi lain.
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan 4. Memeriksa keshahihan suatu argumen/pernyataan
matematika, maka tujuan pembelajaran matematika Indikator 4 dapat ditunjukkan saat siswa
terkait dengan penalaran matematika telah terpenuhi. memeriksa kebenaran sebuah pernyataan dengan
Berdasarkan hal tersebut, Permendikbud no. 58 th. 2014 memberikan argumen yang tepat. Argumen siswa
juga menyebutkan indikator siswa telah memenuhi dalam menunjukkan kebenaran pernyataan tersebut
penilaian aspek penalaran dan bukti adalah apabila siswa didasarkan pada aturan matematika atau sifat untuk
mampu melakukan (1) identifikasi contoh dan bukan menunjukkan kebenaran atau kesalahan pernyataan
contoh, (2) menyusun dan memeriksa kebenaran dugaan berdasarkan hal-hal yang diketahui sebelumnya.
(conjecture), (3) menjelaskan hubungan, (4) membuat Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai
generalisasi, (5) menggunakan contoh kontra, (6) penalaran matematika beserta indikatornya tersebut,
membuat kesimpulan, (7) merencanakan dan maka penalaran matematika dalam penelitian ini adalah
mengkonstruksi argumen-argumen matematika, dan (8) rangkaian aktivitas mental yang menghubungkan
menurunkan atau membuktikan kebenaran rumus dengan beberapa konsep atau informasi matematika sebelumnya
berbagai cara. untuk membentuk suatu kesimpulan atau keputusan baru
Sumarmo (2010) memberikan indikator penalaran yang logis dan dapat dibuktikan kebenarannya dengan
dalam matematika sebagai berikut, (1) menarik memenuhi indikator menggunakan pola dan hubungan
kesimpulan yang logis, (2) menggunakan penjelasan untuk menganalisis situasi matematika, menyusun
dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat, dan konjektur, membuat generalisasi/kesimpulan, dan
hubungan, (3) memperkirakan jawaban dan proses solusi, memeriksa keshahihan suatu argumen/pernyataan.
(4) menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis
Gaya Belajar
situasi matematik, (5) menarik analogi dan generalisasi,
Siswa terdiri dari beberapa individu yang
(6) menyusun dan menguji konjektur, (7) memberikan
memiliki karakteristik berbeda, baik perbedaan dalam
lawan contoh (counter example), (8) mengikuti aturan
berpikir, berperasaan, dan bertindak dalam suatu kelas.
inferensi, (9) memeriksa validitas argumen, (10)
Perbedaan karakteristik siswa dalam belajar
menyusun argumen valid, dan (11) menyusun
mempengaruhi cara pengolahan informasi tiap siswa.
pembuktian langsung, tak langsung, dan menggunakan
Menurut Dunn (dalam DePorter, 2003) “Learning style is
induksi matematika.
the way person processes, internalizes,and studies new,
Secara garis besar, indikator penalaran
and challenging material” (gaya belajar merupakan cara
matematika yang telah dipaparkan memiliki beberapa
seseorang dalam memproses, memahami, dan
kesamaan, sehingga dalam penelitian ini indikator
mempelajari informasi baru yang menantang).
penalaran yang digunakan adalah sebagai berikut:
Pernyataan tersebut sejalan dengan DePorter dan
1. Menggunakan pola dan hubungan untuk
Hernacki (2003) yang menyatakan bahwa gaya belajar
menganalisis situasi matematika

213
Volume 3 No. 5 Tahun 2016

merupakan kombinasi dari cara seseorang menyerap, Kolb (1984) mengemukakan bahwa dalam proses
mengatur, serta mengolah informasi. belajar setiap siswa tidak hanya memiliki satu
Berdasarkan penjelasan diatas, gaya belajar dalam kecenderungan dari empat kuadran tersebut. Biasanya
penelitian ini adalah cara yang dimiliki oleh seseorang terdapat kombinasi dari dua kuadran yang membentuk
untuk memperoleh dan mengolah sebuah informasi atau suatu kecenderungan. Kecenderungan tersebut disebut
pengetahuan agar tersimpan dengan baik. Gaya belajar gaya belajar. Gaya belajar tersebut adalah gaya belajar
yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya belajar Divergen (CE/RO), Asimilasi (AC/RO), Konvergen
Kolb (Kolb’s Learning Style). Alasan peneliti memilih (AC/AE), dan Akomodasi (CE/AE). Gaya belajar Kolb
gaya belajar Kolb adalah karena gaya belajar ini dalam konteks matematika disampaikan oleh Knisley
menekankan pada kajiannya mengenai pengolahan (2002) dengan penjelasan sebagai berikut:
informasi. 1. Divergen adalah gaya belajar dimana siswa belajar
melalui Reflective Observation (RO) dan Concrete
Gaya Belajar Kolb
Experience (CE). Siswa memiliki kemampuan
Kolb dan Kolb (2005) mengklasifikasikan gaya belajar ke
berimajinasi dan kreatif dalam menghubungkan
dalam 4 kuadran kecenderungan seseorang dalam belajar
suatu informasi dengan informasi yang lain.
yang digambarkan pada sebuah lingkaran belajar yaitu:
2. Asimilasi adalah gaya belajar dimana siswa belajar
melalui Abstract Conseptualization (AC) dan
Reflective Observation (RO). Siswa menganalisis
sesuatu yang abstrak, menyelesaikan masalah secara
logis, tahap demi tahap dengan memulai dari
asumsi, dan menyimpulkan pada akhir
penyelesaian.
3. Konvergen adalah gaya belajar dimana siswa
melihat konsep sebagai alat untuk membangun ide
dan pendekatan baru. Siswa belajar melalui Abstract
Conseptualization (AC) dan Active Experimentation
(AE). Siswa menggunakan teori dalam membuat
keputusan dan menyelesaikan masalah dengan
mengembangkan strategi dan pendekatan individu.
4. Akomodasi adalah gaya belajar dimana siswa
Gambar 1 Lingkaran Belajar dan Gaya Belajar belajar melalui Active Experimentation (AE) dan
(Kolb, 1984:141) Concrete Experience (CE). Siswa belajar dengan
1. Concrete Experience (CE) - Kuadran pengalaman terlibat langsung dalam situasi kongkrit dan lebih
kongkret adalah bagian dari lingkaran belajar pada intuisi daripada logika. Siswa menyelesaikan
dimana seseorang belajar melalui perasaan (feeling), masalah dengan pertimbangan “kira-kira”,
lebih menekankan pada pengalaman kongkret yang contohnya mereka membandingkan masalah-
pernah dialami, lebih mementingkan relasi dengan masalah yang telah mereka kerjakan.
sesama dan kepekaaan terhadap perasaan orang lain. Hubungan antara Gaya Belajar dan Penalaran
2. Reflective Observation (RO) - Kuadran observasi Suriasumantri (2010:42) menyatakan bahwa
reflektif adalah bagian dari lingkaran belajar dimana penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam
seseorang belajar melalui pengamatan (watching), menarik simpulan yang berupa pengetahuan. Dimana
penekanannya mengamati sebelum menilai, berpikir diartikan oleh Soemanto (2006) sebagai
menyimak suatu perkara atau kejadian dari berbagai peletakkan hubungan antar bagian pengetahuan seperti
pandangan sehingga akan menghasilkan suatu opini konsep, informasi, gagasan, dan pengetahuan yang telah
atau pendapat, melihat persoalan dari berbagai sudut dimiliki atau diperoleh manusia untuk membentuk suatu
pandang, dan mencari makna dari banyak hal. pengertian, pendapat, atau keputusan. Karena penalaran
3. Abstract Conceptualization (AC) - Kuadran merupakan proses berpikir yang berhubungan dengan
konseptualisasi abstrak adalah bagian dari lingkaran pengolahan informasi, maka hal itu terkait dengan gaya
belajar dimana seseorang belajar melalui pemikiran belajar. DePorter dan Hernacki (2003) menyatakan
(thinking), mengutamakan analisis secara logis, lalu bahwa gaya belajar merupakan kombinasi dari cara
suatu permasalahan akan direncanakan secara seseorang menyerap, mengatur, serta mengolah
sistematis dan dipahami secara intelektual. informasi. Sehingga, cara seseorang mengatur dan
4. Active Experiment (AE) - Kuadran eksperimen aktif mengolah informasi tersebut menjadi komponen penting
adalah bagian dari lingkaran belajar dimana dalam bernalar.
seseorang belajar dengan menggunakan tindakan Berdasarkan hal tersebut, dapat terlihat bahwa
(doing) untuk menyelesaikan sesuatu, cenderung terdapat hubungan antara gaya belajar dengan penalaran,
kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, karena bernalar merupakan suatu proses berpikir yang
berani dalam mengambil resiko, dan mampu didalamnya terdapat pemrosesan informasi dan
mempengaruhi orang lain melalui tindakan yang dia pemrosesan informasi tersebut berbeda-beda tergantung
perbuat. gaya belajar yang dimiliki individu. Hal ini diperkuat

214
Volume 3 No. 5 Tahun 2016

oleh berbagai sumber yang membahas penalaran yang


ditinjau dari perbedaan gaya belajar siswa. Hasil
penelitian terdahulu yaitu oleh Laksana (2015) yang Pola ke-1
berjudul Profil Kemampuan Penalaran Matematika
Siswa Ditinjau dari Gaya Belajar Matematika dan Tipe Pola ke-2
Kepribadian menunjukkan bahwa perbedaan gaya belajar Pola ke-3
berpengaruh dalam penalaran. Berdasarkan penelitian Pola ke-4
tersebut, peneliti menduga bahwa terdapat hubungan
antara gaya belajar dengan penalaran matematika siswa.
1. Dengan mengikuti pola di atas, berapa banyak
METODE pohon apel dan pohon pinus pada:
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif 1. Pola ke-10?
kualitatif untuk mendeskripsikan profil penalaran 2. Pola ke-n?
matematika siswa SMP ditinjau dari gaya belajar Kolb 2. Menurut anda, mungkinkah pohon apel dan pohon
tipe konvergen, asimilasi, akomodasi, dan divergen. pinus sama banyak dalam satu petak?
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII-G SMP Jika mungkin, tentukan pada petak ke berapakah
Negeri 26 Surabaya pada tanggal 18 dan 20 Mei 2016. dan tunjukkan cara anda memperolehnya.
Subjek penelitian terdiri dari empat siswa yang masing- 3. Berdasarkan pola di atas, menurut anda benar atau
masing mewakili 4 gaya belajar (konvergen, asimilasi, salah kalimat di bawah ini:
akomodasi, dan divergen) dengan jenis kelamin sama dan
“Pada setiap pola petak ke-berapapun, banyak pohon
kemampuan matematika setara yang ditunjukkan dengan pinus selalu lebih besar dari banyak pohon apel”
nilai UTS matematika yang tidak jauh berbeda, yaitu
dengan selisih nilai antar subjek ≤ 5. Jelaskan bagaimana anda memperoleh jawaban.
Instrumen utama pada penelitian ini yaitu peneliti, Penalaran Matematika Subjek Ditinjau dari Gaya
dengan instrumen pendukung angket gaya belajar, tugas
Belajar Konvergen
penalaran matematika, dan pedoman wawancara. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan Subjek Konvergen menyelesaikan permasalahan
pemberian angket gaya belajar dan wawancara berbasis pada tugas penalaran matematika dengan menggunakan
tugas. Tugas Penalaran Matematika (TPM) dikerjakan pola dan hubungan yang ditemukannya. Dalam
dengan durasi waktu selama 45 menit dan wawancara menemukan pola dan hubungan antar informasi yang
dilakukan setelah siswa mengerjakan TPM. Wawancara disediakan, subjek konvergen terlebih dahulu
dilakukan secara bergantian. mengumpulkan informasi yang ada di soal dengan
Teknik analisis data yang dilakukan untuk TPM menuliskannya pada lembar jawaban namun tidak
berdasarkan indikator yang digunakan peneliti yaitu (1) disertai dengan keterangan. Melalui informasi tersebut,
menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis ditemukan pola dan hubungan yang kemudian dianalisis
situasi matematika, (2) menyusun konjektur, (3) menggunakan pengetahuan yang dimiliki, sehingga
membuat generalisasi/kesimpulan, dan (4) memeriksa terbentuk suatu aturan yang ditulis pada lembar jawaban
keshahihan suatu argumen/pernyataan. tetapi tidak disertai keterangan detail. Aturan pola dan
hubungan yang digunakan untuk menyelesaikan
HASIL DAN PEMBAHASAN permasalahan tersebut dijelaskan secara lisan oleh subjek
Angket gaya belajar Kolb yang digunakan dalam konvergen.
penelitian ini diadaptasi dari angket yang dikembangkan Subjek konvergen juga menggunakan pola dan
oleh Honey dan Mumford. Angket gaya belajar diberikan hubungan yang diperoleh untuk menyusun konjektur dan
kepada siswa kelas VIII-G SMP Negeri 26 Surabaya dan membuat generalisasi atas permasalahan yang diberikan.
diperoleh 2 siswa bergaya belajar Akomodasi, 15 siswa Pola dan hubungan yang digunakan tersebut dikaitkan
bergaya belajar Divergen, 2 siswa bergaya belajar dengan pengetahuan yang dimiliki terkait dengan
Asimilasi, dan 9 siswa bergaya belajar Konvergen. bilangan kuadrat dan perkalian. Subjek konvergen
Berdasarkan hasil angket tesebut dipilih 4 siswa yang menuliskan konjektur yang dibuat tanpa disertai
memiliki gaya belajar berbeda (konvergen, asimilasi, keterangan yang jelas, namun diperjelas melalui lisan.
akomodasi, dan divergen), berjenis kelamin sama, dan Generalisasi yang dibuat subjek konvergen merupakan
memiliki kemampuan matematika setara sebagai subjek suatu pernyataan umum mengenai sebuah aturan, yang
penelitian. Subjek diberikan TPM dan wawancara dengan selanjutnya aturan tersebut digunakan untuk menjawab
soal sebagai berikut: permasalahan lainnya. Subjek konvergen tidak dapat
menyatakan generalisasi tersebut menggunakan simbol
Seorang petani menanam pohon apel pada atau rumus persamaan. Generalisasi yang dibuat oleh
kebun dalam beberapa petak dengan pola persegi. subjek konvergen hanya terbatas pada penjelasan verbal
Untuk melindungi pohon apel melawan angin, ia berupa kata-kata atau teks.
menanam pohon pinus di sekeliling kebun. Di bawah Dalam memeriksa keshahihan suatu
ini anda dapat melihat pola pohon apel dan pohon argumen/pernyataan, subjek konvergen dapat
pinus untuk sejumlah (n) petak kebun: menunjukkan contoh kontra (counter example) dari
pernyataan yang akan dibuktikan kebenarannya. Subjek

215
Volume 3 No. 5 Tahun 2016

konvergen mendasarkan buktinya pada aturan yang telah kata atau teks dan dalam bentuk simbol atau suatu rumus
ia temukan sebelumnya dari pola dan hubungan yang persamaan disertai penjelasan lengkap.
tertera pada informasi soal dan pengetahuan yang Dalam memeriksa keshahihan suatu
dimiliki. argumen/pernyataan, subjek asimilasi dapat menunjukkan
Penjelasan mengenai karakteristik subjek dengan contoh kontra (counter example) dari pernyataan yang
gaya belajar konvergen telah disampaikan pada bab II. akan dibuktikan kebenarannya. Subjek asimilasi
Knisley (2002) menyatakan bahwa subjek konvergen mendasarkan buktinya pada aturan yang telah ia temukan
melihat konsep sebagai alat untuk membangun ide dan sebelumnya dari pola dan hubungan yang tertera pada
pendekatan baru. Sejalan dengan teori tersebut, terlihat informasi soal dan pengetahuan yang dimiliki.
pada kutipan wawancara berikut bahwa beberapa kali Penjelasan mengenai karakteristik subjek dengan
subjek konvergen mengaitkan langkah penyelesaiannya gaya belajar asimilasi telah disampaikan pada bab II.
dengan konsep yang telah ia miliki terkait perkalian dan Knisley (2002) menyatakan bahwa subjek dengan gaya
bilangan kuadrat. belajar asimilasi belajar melalui Abstract
Aturan banyak apel dikuadratkan dan pinus kelipatan 8 Conseptualization (AC) dan Reflective Observation
atau dikalikan 8. Kuadrat kan juga memakai cara (RO), dimana subjek pandai menganalisis sesuatu yang
perkalian. Jadi, jika dikuadratkan untuk banyaknya abstrak, menyelesaikan masalah secara logis, tahap demi
SK pohon apel 82 sama dengan 64. Dan untuk pohon pinus tahap dengan memulai dari asumsi, dan menyimpulkan
kan emang dikalikan 8, jadi 8×8 sama dengan 64. Dan
pada akhir penyelesaian. Karakteristik tersebut terlihat
hasilnya sama. Jadi saya temukan di pola ke-8.
melalui cara subjek asimilasi dengan membuat coretan
Knisley (2002) menyatakan bahwa subjek pada soal untuk kemudian ditulis kembali pada lembar
konvergen belajar melalui Abstract Conseptualization jawaban dengan runtut dan keterangan yang jelas, hal
(AC) dan Active Experimentation (AE). Dimana, subjek tersebut menandakan bahwa subjek asimilasi
menggunakan teori dalam membuat keputusan dan menggunakan suatu perencanaan. Subjek Asimilasi
menyelesaikan masalah dengan mengembangkan strategi. membuat suatu ide melalui observasinya menjadi suatu
Berdasarkan hasil analisis mengenai penyelesaian tugas aturan dengan mengandalkan perencanaan yang
penalaran matematika yang dilakukan oleh subjek sistematis. Selain itu, subjek asimilasi mampu membuat
Konvergen, terlihat kesesuaian karakteristik subjek generalisasi dalam bentuk simbol atau suatu rumus
konvergen dengan teori yang dijelaskan. persamaan disertai penjelasan lengkap, hal tersebut
menandakan bahwa subjek asimilasi mampu
Penalaran Matematika Subjek Subjek Ditinjau dari menganalisis sesuatu yang abstrak. Dalam menuliskan
Gaya Belajar Asimilasi jawaban pada lembar jawaban, subjek asimilasi
Subjek Asimilasi menyelesaikan permasalahan menuliskan secara runtut, sehingga mudah dipahami.
pada tugas penalaran matematika dengan menggunakan Pada saat wawancara pun terlihat bahwa subjek asimilasi
pola dan hubungan yang ditemukannya. Dalam menyelesaikan permasalahan secara tahap demi tahap
menemukan pola dan hubungan antar informasi yang sampai pada akhir pembuatan kesimpulan.
disediakan, subjek Asimilasi terlebih dahulu membuat Untuk pola pohon pinus. Pertama-tama, saya cari dulu
coretan pada soal untuk mengolah informasi secara teliti polanya. Menurut pola ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4 pada
dan kemudian mengumpulkan informasi yang ada di soal soal, saya simpulkan untuk pohon pinusnya itu
dengan menuliskannya secara teratur pada lembar SS memiliki aturan untuk setiap polanya dikalikan 8. Jadi
jawaban. Melalui informasi tersebut, ditemukan pola dan misalnya ini pada soal, pola ke-1, 1×8=8 pohon pinus.
hubungan yang kemudian dianalisis menggunakan Pola ke-2, 2×8=16 pohon pinus. Pola ke-3, 3×8=24
pengetahuan yang dimiliki, sehingga terbentuk suatu pohon pinus. Pola ke-4, 4×8=32 pohon pinus.
aturan yang dituliskan secara jelas beserta keterangannya. Untuk pola pohon apel, saya mendapatkan untuk setiap
Aturan pola dan hubungan yang digunakan untuk polanya ini dipangkatkan 2. Jadi misalnya ini pada
menyelesaikan permasalahan tersebut dijelaskan secara SS soal, pola ke-1, 12=1×1=1 pohon apel. Pola ke-2,
lisan maupun lisan. 22=2×2=4 pohon apel. Pola ke-3, 32=3×3=9 pohon
Subjek asimilasi juga menggunakan pola dan apel. Pola ke-4, 42 = 4×4 = 16 pohon apel.
hubungan yang diperoleh untuk menyusun konjektur dan Berdasarkan hasil analisis mengenai penyelesaian
membuat generalisasi atas permasalahan yang diberikan. tugas penalaran matematika yang dilakukan oleh subjek
Pola dan hubungan yang digunakan tersebut dikaitkan Asimilasi, terlihat kesesuaian karakteristik subjek
dengan pengetahuan yang dimiliki terkait dengan Asimilasi dengan teori yang dijelaskan.
bilangan berpangkat 2 dan perkalian. Subjek asimilasi
menuliskan konjektur yang dibuat dan diperjelas melalui Penalaran Matematika Subjek Subjek Ditinjau dari
lisan secara runtut, tahap demi tahap, dan sistematis. Gaya Belajar Akomodasi
Generalisasi yang dibuat subjek asimilasi merupakan Subjek Akomodasi menyelesaikan permasalahan
suatu pernyataan umum mengenai sebuah aturan, yang pada tugas penalaran matematika dengan menggunakan
selanjutnya aturan tersebut digunakan untuk menjawab pola dan hubungan yang ditemukannya. Dalam
permasalahan lainnya. Subjek asimilasi mampu membuat menemukan pola dan hubungan antar informasi yang
generalisasi dalam bentuk penjelasan verbal berupa kata- disediakan, subjek Akomodasi mengamati informasi
yang nampak (kongkrit) di soal, tidak menuliskannya

216
Volume 3 No. 5 Tahun 2016

pada lembar jawaban. Melalui informasi yang nampak disediakan, subjek Divergen mengamati informasi yang
(kongkrit) tersebut, ditemukan pola dan hubungan hingga nampak (kongkrit) di soal dan tidak menuliskannya pada
terbentuk suatu aturan yang tidak dituliskan pada lembar lembar jawaban. Melalui informasi yang nampak
jawaban. Aturan pola dan hubungan yang digunakan (kongkrit) tersebut, ditemukan pola dan hubungan yang
untuk menyelesaikan permasalahan dibuat berdasarkan dilihat dari sudut pandang lain dan dianalisis
kira-kira (intuisi) dan dijelaskan secara lisan. menggunakan pengetahuan yang dimiliki hingga
Subjek akomodasi juga menggunakan pola dan terbentuk suatu aturan yang dituliskan pada lembar
hubungan yang diperoleh untuk menyusun konjektur dan jawaban. Aturan pola dan hubungan yang digunakan
membuat generalisasi atas permasalahan yang diberikan. untuk menyelesaikan permasalahan dijelaskan secara
Pola dan hubungan yang digunakan tersebut dikaitkan lisan.
dengan situasi kongkrit dimana ada satu petak yang Dalam menyusun konjektur, subjek Divergen
mempunyai pohon apel dan pohon pinus sama banyak. menggunakan informasi yang nampak (kongkrit) pada
Subjek akomodasi menuliskan konjektur yang dibuat soal untuk kemudian dihubungkan dengan informasi
tanpa disertai keterangan yang jelas, namun diperjelas yang akan dicari. Konjektur yang telah dibuat tidak
melalui lisan. Generalisasi yang dibuat subjek akomodasi dituliskan secara jelas dalam lembar jawaban, namun
merupakan suatu pernyataan umum mengenai sebuah dijelaskan secara lisan.
aturan, yang selanjutnya aturan tersebut digunakan untuk Subjek Divergen menggunakan pola dan
menjawab permasalahan lainnya. Subjek akomodasi tidak hubungan yang nampak (kongkrit) dalam membuat
dapat menyatakan generalisasi tersebut menggunakan generalisasi. Generalisasi yang dibuat subjek divergen
simbol atau rumus persamaan. Generalisasi yang dibuat merupakan suatu pernyataan umum mengenai sebuah
oleh subjek akomodasi hanya terbatas pada penjelasan aturan, yang selanjutnya aturan tersebut digunakan untuk
verbal berupa kata-kata atau teks. menjawab permasalahan lainnya. Namun, subjek
Dalam memeriksa keshahihan suatu Divergen kurang teliti dalam menerapkan generalisasi
argumen/pernyataan, subjek akomodasi dapat yang telah dibuat untuk menyelesaikan permasalahan,
menunjukkan contoh kontra (counter example) dari sehingga menyebabkan jawabannya tidak tepat. Selain
pernyataan yang akan dibuktikan kebenarannya. Subjek itu, subjek Divergen tidak dapat menyatakan generalisasi
akomodasi mendasarkan buktinya pada aturan yang telah tersebut menggunakan simbol atau rumus persamaan.
ia temukan sebelumnya dari pola dan hubungan yang Generalisasi yang dibuat oleh subjek divergen hanya
nampak (kongkrit) pada informasi soal. terbatas pada penjelasan verbal berupa kata-kata atau
Penjelasan mengenai karakteristik subjek dengan teks.
gaya belajar akomodasi telah disampaikan pada bab II. Dalam memeriksa keshahihan suatu
Knisley (2002) menyatakan bahwa subjek dengan gaya argumen/pernyataan, subjek Divergen menunjukkan
belajar akomodasi belajar melalui Active Experimentation contoh pendukung dari pernyataan tersebut tanpa
(AE) dan Concrete Experience (CE) dimana subjek memerhatikan kasus-kasus yang lain. Sehingga subjek
belajar dengan terlibat langsung dalam situasi kongkrit Divergen menganggap benar pernyataan yang tertulis
dan lebih pada intuisi daripada logika. Karakteristik pada soal. Subjek Divergen mendasarkan buktinya pada
tersebut terlihat melalui cara subjek akomodasi dalam informasi yang nampak (kongkrit) pada soal.
menemukan suatu pola dan hubungan berdasarkan Penjelasan mengenai karakteristik subjek dengan
informasi yang nampak (kongkrit) pada soal. Berikut gaya belajar Divergen telah disampaikan pada bab II.
kutipan wawancara dengan subjek akomodasi. Menurut Kolb & Kolb (2005), dalam menyelesaikan
Kayaknya kelipatan gitu kak. Di soal kan pinusnya kan suatu masalah, subjek divergen mempertimbangkan
SA pertama pada pola ke-1 kan ada 8, pola ke-2 ada 16, informasi yang baru diterima dengan informasi lama. Hal
pola ke-3 ada 24, pola ke-4 ada 32. Ya ituuu... itu terlihat pada saat subjek menentukan aturan mengenai
pola pohon pinus dan pohon apel. Subjek divergen
SA Ehmmm keliatannya tidak saling berhubungan kak.
terlebih dahulu menentukan aturan banyak pohon pinus
Hehe, ya kira-kira seperti itu kak jawabannya menurut
SA yang berasal dari hubungan meningkat 8 tiap petaknya,
saya
sehingga untuk menentukan aturan pohon apel, subjek
Hal itu sejalan dengan penjelasan Knisley bahwa
divergen juga melihat peningkatan jumlah pohon apel
subjek akomodasi lebih mengandalkan intuisi daripada
tiap petak yang meningkat berdasar bilangan prima.
logika dan menyelesaikan masalah dengan pertimbangan
Generalisasi yang dibuat oleh subjek Divergen mengenai
“kira-kira”. Berdasarkan hasil analisis mengenai
aturan penentuan banyak pohon apel dan pinus sudah
penyelesaian tugas penalaran matematika yang dilakukan
benar, namun subjek divergen tidak teliti dalam
oleh subjek Akomodasi, terlihat kesesuaian karakteristik
mengaitkan generalisasi tersebut ke dalam penyelesaian
subjek Akomodasi dengan teori yang dijelaskan.
soal. Berikut kutipan wawancara dengan subjek divergen.
Penalaran Matematika Subjek Subjek Ditinjau dari Oh, haha. Jawaban saya salah mbak, berarti harus
Gaya Belajar Divergen mencari lagi. Karena di soal ada keterangan “sejumlah
SD
(n)”, jadi untuk n saya pakai penjumlahan semua, tidak
Subjek Divergen menyelesaikan permasalahan memakai aturan yang saya temukan tadi.
pada tugas penalaran matematika dengan menggunakan
pola dan hubungan yang ditemukannya. Dalam Hal tersebut serupa dengan penelitian Zulfidah
menemukan pola dan hubungan antar informasi yang (2015) terkait dengan subjek divergen yang juga kurang

217
Volume 3 No. 5 Tahun 2016

teliti dalam mengaitkan suatu informasi. Berdasarkan penjelasan verbal berupa kata-kata atau teks. Dalam
hasil analisis mengenai penyelesaian tugas penalaran memeriksa keshahihan suatu argumen/pernyataan,
matematika yang dilakukan oleh subjek Divergen, terlihat subjek akomodasi menggunakan contoh kontra
kesesuaian karakteristik subjek Divergen dengan teori (counter example) dari pernyataan tersebut.
yang dijelaskan
4. Profil Penalaran Matematika Siswa SMP Ditinjau
dari Gaya Belajar Divergen.
PENUTUP Siswa dengan gaya belajar divergen
Simpulan menggunakan pola dan hubungan untuk
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan menganalisis situasi matematika melalui
deskripsi profil penalaran matematika siswa sebagai pembentukan suatu aturan berdasarkan informasi
berikut. yang nampak (kongkrit) dengan mempertimbangkan
cara pembentukan aturan sebelumnya untuk
1. Profil Penalaran Matematika Siswa SMP Ditinjau
mencari aturan yang baru. Dalam menyusun
dari Gaya Belajar Kolb Tipe Konvergen.
konjektur, siswa divergen menggunakan informasi
Siswa dengan gaya belajar konvergen
yang nampak (kongkrit). Pola dan hubungan yang
menggunakan pola dan hubungan untuk
telah ditemukan oleh subjek divergen digunakan
menganalisis situasi matematika melalui
untuk membuat generalisasi. Generalisasi yang
pembentukan suatu aturan berdasarkan informasi
dibentuk oleh subjek divergen adalah generalisasi
yang dikumpulkan secara tertulis tanpa keterangan
dalam bentuk penjelasan verbal berupa kata-kata
dan dianalisis menggunakan pengetahuan yang
atau teks. Dalam memeriksa keshahihan suatu
dimilikinya. Pola dan hubungan yang telah
argumen/pernyataan, subjek divergen hanya
ditemukan oleh subjek konvergen digunakan untuk
menggunakan contoh pendukung dari pernyataan
menyusun konjektur dan membuat generalisasi.
tersebut tanpa memerhatikan kasus-kasus yang lain.
Generalisasi yang dibentuk oleh subjek konvergen
adalah generalisasi dalam bentuk penjelasan verbal Saran
berupa kata-kata atau teks. Dalam memeriksa Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti
keshahihan suatu argumen/pernyataan, subjek memberikan beberapa saran sebagai berikut.
konvergen menggunakan contoh kontra (counter 1. Angket gaya belajar yang menggunakan bahasa
example) dari pernyataan tersebut. Indonesia yang mudah dipahami oleh siswa SMP.
2. Pendidik lebih mengembangkan kemampuan
2. Profil Penalaran Matematika Siswa SMP Ditinjau
abstraksi siswa agar siswa lebih bisa menggunakan
dari Gaya Belajar Asimilasi.
simbol matematika pada proses generalisasinya
Siswa dengan gaya belajar asimilasi
menggunakan pola dan hubungan untuk
menganalisis situasi matematika melalui
pembentukan suatu aturan berdasarkan informasi DAFTAR PUSTAKA
yang dikumpulkan secara tertulis dan teratur, serta Brodie, Karin. 2010. Teaching Mathematical Reasoning
dianalisis menggunakan pengetahuan yang in Secondary School. Classroom. New York:
dimilikinya. Pola dan hubungan yang telah Springer
ditemukan oleh subjek asimilasi digunakan untuk Copi, I.M. 1978. Introduction to Logic. New York:
menyusun konjektur secara sistematis dan membuat Macmillan.
generalisasi. Generalisasi yang dibentuk oleh subjek DePorter & Hernacki. 2003. Quantum Learning:
asimilasi adalah generalisasi dalam bentuk membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan.
penjelasan verbal berupa kata-kata atau teks dan Bandung: Kaifa
dalam bentuk simbol (persamaan) disertai English, Lyn D. 2004. Mathematical and Analogical
penjelasan lengkap. Dalam memeriksa keshahihan Reasoning of Young Learners. London: Lawrence
suatu argumen/pernyataan, subjek asimilasi Erlbaum Associates, Publisher.
menggunakan contoh kontra (counter example) dari KBBI. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
pernyataan tersebut. Balai Pustaka
Kemendikbud. 2014. Permendikbud 58 Thn 2014 tentang
3. Profil Penalaran Matematika Siswa SMP Ditinjau Kurikulum 2013 SMP dan MTs. Jakarta:
dari Gaya Belajar Akomodasi. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Siswa dengan gaya belajar akomodasi Kieren, C. 1992. The Learning and Teaching of School
menggunakan pola dan hubungan untuk Algebra. Dalam D.A. Grouws. Handbook of
menganalisis situasi matematika melalui Research on Mathematics Teaching and Learning
pembentukan suatu aturan berdasarkan informasi (p-390-419). New York: McMillan.
yang nampak (kongkrit). Pola dan hubungan yang Knisley, J. 2002. A Four-stage model of mathematical
telah ditemukan oleh subjek akomodasi digunakan learning. Diakses pada tanggal13 Februari 2016
untuk menyusun konjektur dan membuat pukul 11.00 WIB dari
generalisasi. Generalisasi yang dibentuk oleh subjek http://faculty.etsu.edu/knisleyj/MathematicsEducato
akomodasi adalah generalisasi dalam bentuk rArticle.pdf

218
Volume 3 No. 5 Tahun 2016

Kolb, D.A. 1984. Experential Learning: Experience As a andFunctions. Diakses tanggal Diakses pada
Source Of Learning and Development. Diakses pada tanggal 18 Februari 2016 dari
27 Desember 2015 pukul 21.00 WIB dari http://www.state.nj.us/education/archive/framewor
http://academic.regis.edu/ed205/kolb.pdf ks/math/math9.pdf.
Kolb, Alice Y. 2005. The Kolb learning Style Inventory- Turesky, E. F., & Gallagher, D. 2011. Know thyself:
Version 3.1 2005Technical Specification. Diakses Coaching for Leadership using Kolb’s
pada tanggal 27 Desember 2015 pukul 21.00 WIB experiential learning theory. Coaching
dari http://whitewater- Psychologist,7,5-14
rescue.com/support/pagepics/lsitechmanual.pdf Vince, Michal. 2011. Reasoning in every day life.
Kusnandi. Tanpa Tahun. Penalaran Matematika SMP. Slovakia: Comenius University in Bratislava
Diakses pada tanggal 18 Februari 2016 pukul Van de Walle, John A., Karp, Karen., & Bay-Williams,
13.00 WIB dari Jennifer M. 2013. Elementary and Middle School
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND Mathematics: Teaching Developmentally -
._MATEMATIKA/196903301993031- 8th.United States of America : Pearson Education,
KUSNANDI/Penalaran_Matematika_SMP.pdf Inc.
Laksana, Ihsan Walidin. 2015. Profil Kemampuan Watson, Anne. 2009. Key Understanding in Mathematics
Penalaran Matematika Siswa Ditinjau dari Gaya Learning; Paper 6: Algebraic Reasoning.
Belajar Matematika dan Tipe Kepribadian. Londong: Oxford University Nuffield Foundation.
Skripsi tidak diterbitkan. Banten: Universitas Zulfidah, Alia. 2015. Profil Pemecahan Masalah
Sultan Ageng Tirtayasa. Matematika Siswa SMP pada Materi Aritmetika
Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. 2009. Metodologi Sosial berdasarkan Gaya Belajar Kolb. Skripsi
Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas Negeri
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Surabaya.
Mathematics. Reston, VA: NCTM
Nur, M. 2001. Perkembangan Selama Anak-anak dan
Remaja. Buku Ajar. Surabaya: UNESA PRESS
Ontario Ministry Resources. 2013. Paying Attention to
Algebraic Reasoning K-12. Toronto, ON: Queen’s
Printer for Ontario.
Shadiq, Fadjar. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran
dan Komunikasi. Yogyakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan
Penataran Guru (PPPG) Matematika Yogyakarta.
Shadiq, Fadjar. 2007. Penalaran atau Reasoning. Perlu
Dipelajari Para Siswa di Sekolah. Diakses pada
tanggal 27 Desember 2015 pukul 19.30 dari
http://prabu.telkom.us/2007/08/29/penalaran-atau-
reasoning/
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di
Indonesia. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan Nasional.
Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan: Landasan
Kerja Pemimpin Pendidikan (Cetakan Ke 5).
Jakarta: Rineka Cipta.
Sumarmo, Utari. 2010. Berfikir & Disposisi Matematika:
Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan
pada Peserta Didik. Bandung: FPMIPA UPI.
Solso, R.L., Maclin, O.H., & Maclin, M.K. 2007.
Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan. Jakarta :
Erlangga.
Sugihartono, dkk. 2007.Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta: UNY Press.
Suriasumantri, Jujun S. 2010. Filsafat Ilmu (Sebuah
Pengantar Populer). Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
State New Jersey Department of Education. Tanpa
Tahun. Standard 11 — Patterns, Relationships,

219

Anda mungkin juga menyukai