Laporan Tugas Besar JR 1 Kelompok 1 (BLM Apa Apa)
Laporan Tugas Besar JR 1 Kelompok 1 (BLM Apa Apa)
JALAN RAYA 1
PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN RAYA
DOSEN
JOHN HENDRIK FRANS, ST., MT.
OLEH :
NOFRIAN P. B. DANGGA (1906010064)
DANIEL OSWIN FUIN (2006010038)
ELISABETH M. G. D. S. BELO (2006010004)
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
1
OULINE LAPORAN DESAIN GEOMETRIK JALAN RAYA
2
KEMENTERIANRISET,TEKNOLOGIDANPENDIDIKANTINGGI
UNIVERSITAS NUSA
CENDANAFAKULTAS SAINS &
TEKNIKPROGRAMSTUDITEKNIKS
IPIL
Jln.Adisucipto–Penfui,Kotakpos104Kupang 85001NTT
Telp.0380-881597,Fax.0380-881557
KARTUASISTENSI
NAMA : 1. Aldi Ditran Lopo(1906010096)
2. Yakob Andriano Basen(1906010090)
3. Ogris Syantho Kono (1906010111)
MATAKULIAH : JalanRaya1
Kupang,.....................................2021
Pemberitugas
JohnHendrikFrans
NIP.197506022001121002
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala kasih karunia dan hikmat
akal budi daripada-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan TUGAS BESAR JALAN
RAYA 1 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak JOHN H.
FRANS, ST, MT selaku dosen mata kuliah Jalan Raya 1 yang telah dengan sabar
membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas besar ini dengan baik. Tak lupa
juga penulis menyampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung dalam
penyelesaian tugas besar ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tugas besar ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan tugas besar ini.
Kupang, 2022
Penulis
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................3
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................4
BAB I....................................................................................................................................................6
PENDAHULUAN.................................................................................................................................6
1.2 PERMASALAHAN..............................................................................................................7
BAB II...................................................................................................................................................8
LANDASAN TEORI............................................................................................................................8
2.2.5 Kapasitas......................................................................................................................13
BAB III................................................................................................................................................27
5
3.2 PERENCANAAN ALINEMEN HORIZONTAL................................................................34
BAB IV...............................................................................................................................................67
KESIMPULAN...................................................................................................................................67
LAMPIRAN........................................................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................92
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
1.2 PERMASALAHAN
1. Mengetahui perencanaan geometrik jalan raya
2. Mengetahui cara merancang alinemen horizontal
3. Mengetahui cara merancang alinemen vertikal
4. Mengetahui Tipical Cross Section
5. Mengetahui Trase Jalan (Long Section)
6. Mengetahui penampang melintang jalan
7. Mengetahui perhitungan volume galian dan timbunan (kubikasi)
8. Mengetahui pekerjaan tanah dasar (Volume Galian Timbunan)
8
BAB II
LANDASAN TEORI
9
2. Jalan Kolektor
Jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian, dengan ciri-ciri:
a. Perjalanan jarak sedang
b. Kecepatan rata-rata sedang
c. Jumlah jalan masuk dibatasi
3. Jalan Lokal
Jalan yang melayani angkutan setempat, dengan ciri-ciri:
a. Perjalanan jarak dekat
b. Kecepatan rata-rata rendah
c. Jumlah jalan masuk tidak dibatasi
4. Jalan Lingkungan
Jalan yang melayani angkutan lingkungan, dengan ciri-ciri:
a. Perjalanan jarak pendek
b. Kecepatan rendah
c. Status
Pengelompokan jalan menurut status:
1. Jalan Nasional
a. Jalan umum dengan fungsi arteri primer
b. Menghubungkan antar ibu kota propinsi
c. Menghubungkan antar negara
d. Jalan yang bersifat strategis nasional
2. Jalan Propinsi
a. Jalan umum dengan fungsi kolektor primer
b. Menghubungkan ibu kota Propinsi dengan ibu kota Kabupaten atau Kota
c. Menghubungkan antar ibu kota Kabupaten atau antar Kota
d. Jalan yang bersifat strategis regional
3. Jalan Kabupaten
a. Jalan umum dengan fungsi lokal primer
b. Menghubungkan ibu kota Propinsi dengan ibu kota Kecamatan
c. Menghubungkan antar ibu kota Kecamatan
d. Menghubungkan ibu kota Kabupaten dengan Pusat Kegiatan Lokal
e. Menghubungkan antar Pusat Kegiatan Lokal
f. Jalan strategis local di daerah Kabupaten
g. Jaringan jalan sekunder di luar daerah perkotaan
4. Jalan Kota
a. Jalan umum dalam system sekunder
b. Menghubungkan antar Pusat kegiatan Lokal dalam Kota
c. Menghubungkan Pusat Kegiatan Lokal dengan Persil
d. Menghubungkan antar Persil
e. Menghubungkan antar pusat permukiman
f. Berada di Kawasan perkotaan
5. Jalan Desa
a. Jalan umum dalam system tersier
b. Menghubungkan Kawasan di dalam desa dan antar permukiman
6. Jalan Khusus
Disebut sesuai dengan instansi, badan usaha, perorangan atau kelompok
masyarakat
10
d. Kelas Jalan
Pengelompokan jalan menurut Kelas Jalan (pasal 8):
1. Fungsi Jalan
2. Kemampuan menerima muatan rencana sumbu terberat, baik konfigurasi
rencana sumbu kendaraan atau sesuai dengan ketentuan teknologi alat
transportasi.
Klasifikasi Jalan menurut Bina Marga dalam Tata Cara Perencanaan Geometrik
Jalan Antar Kota (TPGJAK) No . : 038/T/BM/1997, disusun pada tabel berikut
2.2
PARAMETER
PERENCANAAN
Perencanaan geometrik jalan terdapat beberapa parameter perencanaan seperti
kendaraan rencana, kecepatan rencana, volume & kapasitas jalan dan tingkat
pelayanan yang diberikan oleh jarak tersebut. Parameter-parameter ini merupakan
penentu tingkat kenyamanan dan keamanan yang dihasilkan oleh stratu bentuk
geometrik jalan.
11
2.2.2 Kecepatan Rencana
Kecepatan adalah besaran yang menunjukkan jarak yang ditempuh kendaraan
dibagi waktu tempuh Biasanya dinyatakan dalam km/jam. Kecepatan ini
menggambarkan nilai gerak dari kendaraan. Perencanaan jalan yang baik tentu saja
haruslah berdasarkan kecepatan yang dipilih dan keyakinan bahwa kecepatantersebut
sesuai dengan kondisi dan fungsi jalan yang diharapkan.
Kecepatan rencana adalah kecepatan yang dipilih untuk keperluan perencanaan
setiap bagian jalan raya seperti tikungan kemiringan jalan, jarak pandang dan lain-
lain. Kecepatan yang dipilih tersebut adalah kecepatan tertinggi menerus dimana
kendaraan dapat berjalan dengan aman dan keamanan itu sepenuhnya tergmtung dari
bentuk jalan.
Hampir semua rencana bagian jalan dipengaruhi oleh kecepatan rencana, baik
secara langsung seperti tikungan horizontal, kemiringan melintang di tikungan jarak
pandangan maupun secarabtak langsung seperti lebar lajur, lebar bahu, kebebasan
melintang dll. Oleh karena itu pemilihan kecepatan rencana sangat mempengaruhi
keadaan seluruh bagian-bagian jalan dan biaya untuk pelaksanaan jalan tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kecepatan rencana adalah :
Keadaan terrain, apakah datar, berbukit atau gunung
Sifat dan tingkat penggunaan daerah
12
LHRT dinyatakan dalam SMP/hari/2 arah atau kendaraan/hari/2 arah untuk jalan 2
jalur 2 arah, SMP/hari/1 arah atau kendaraan/hari/l arah untuk jalan berlajur banyak
dengan median.
Lalu-lintas harian rata-rata (LHR)
Untuk dapat menghitung LHRT haruslah tersedia data jumlah kendaraan yang terus
menerus selama 1 tahun penuh. Mengingat akan biaya yang diperlukan dan
membandingkan dengan ketelitian yang dicapai serta tak semua tempat di Indonesia
mempunyai data volume lalu lintas selama 1 tahun, maka untuk kondisi tersebut pula
dipergunakan satuan "Lalu Lintas harian Rata-Rata (LHR)"
LHR adalah hasil bagi jumlah kendaraan yang selama pengamatan dengan lamanya
pengamatan.
Jumlah Lalu Lintas Selama Pengamata
LHR =
Lamanya pengamatan
Data LHR ini cukup teliti jika :
1. Pengamatan dilakukan pada interval-interval waktu yang cukup
menggambarkan fluktuasi arus lalu lintas selama 1 tahun.
2. Hasil LHR yang dipergunakan adalah harga rata-rata dari perhitungan LHR
beberapa kali.
LHR atau LHRT untuk perencanaan jalan baru diperoleh dari analisa data yang
diperoleh dari survei asal dan tujuan serta volume lalu lintas di sekitar jalan tersebut.
Volume jam perencanaan (VJP)
LHR dan LHRT adalah volume lalu lintas dalam satu hari, merupakan volume
harian, sehingga nilai LHR dan LHRT itu tak dapat memberikan gambaran tentang
fluktuasi arus lalu lintas lebih pendek dan 24 jam. LHR dan LHRT itu tak dapat
memberikan gambaran perubahan-perubahan yang terjadi pada berbagai jam dalam
hari, yang nilainya dapat bervariasi antara 0-100 % LHR. Oleh karena itu LHR atau
LHRT itu tak dapat langsung dipergunakan dalam perencanaan geometrik.
Arus lalu lintas bervariasi dari jam ke jam berikutnya dalam satu hari, maka sangat
cocoklah jika volume lalu lintas dalam 1 jam dipergunakan untuk psrencanaan.
Volume dalam 1 jam yang dipakai untuk perencanaan dinamakan "Volume Jam
Perencanaan (VJP).
Volume 1 jam yang dapat dipergunakan sebagai VJP haruslah sedemikian rupa
sehingga :
a. Volume tersebut tidak boleh terlalu sering terdapat pada distribusi arus lalu
lintas setiap jam untuk periode satu tahun.
b. Apabila terdapat volume arus lalu lintas per jam yang melebihi volume jam
perencanaan, maka kelebihan tersebut tidak boleh mempunyai nilai yang
terlalu besar.
c. Volume tersebut tidak boleh mempunyai nilai yang sangat besar sehingga
akan mengakibatkan jalan akan menjadi lenggang dan biayanya pun mahal.
13
2.2.5 Kapasitas
Kapasitas adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melewati suatu
penampang jalan pada jalur jalan selama 1 jam dengan kondisi serta arus lalu lintas
tertentu.
Perbedaan antara VJP dan kapasitas adalah VJP menunjukkan jumlah arus lalu
lintas yang direncanakan akan melintasi suatu penampang jalan selama satu jam,
sedangkan kapasitas menunjukkan jumlah arus lalu-lintas yang maksimum dapat
melewati penampang tersebut dalam waktu 1 jam sesuai dengan kondisi jalan (sesuai
dengan lebar lajur, kebebasan samping, kelandaian, dll).
Nilai kapasitas dapat diperoleh dari penyesuaian kapasitas dasar/ ideal dengan
kondisi dari jalan yang direncanakan.
14
Dilihat dari kegunaannya jarak pandangan dapat dibedakan atas :
jarak pandangan henti yaitu jarak pandangan dibutuhkan untuk menghentikan
kendaraannya.
jarak pandangan menyiap yaitu jarak pandangan dibutuhkan untuk dapat
menyiap kendaraan lain berada pada lajur jalannya dergan menggunakan untuk
arah yang berlawanan.
1. Jarak pandangan henti
Jarak pandangan henti adalah jarak yang ditempuh pengemudi untuk dapat
menghentikan kendaraannya. Guna memberikan keamanan pada pengemudi
kendaraan, maka pada setiap panjang Jalan haruslah dipenuhi paling sedikit jarak
pandangan sepanjang jarak pandangan henti minimum. Jarak pandangan henti
minimum adalah jarak yang ditempuh pengemudi untuk menghentikan kendaraan
yang bergerak setelah melihat adanya rintangan pada lajur jalannya. Rintangan itu
dilihat dari tempat duduk pengemudi dan setelah menyadari adanya rintangan,
pengemudi mengambil keputusan untuk berhenti. Jarak pandangan henti
minimum merupakan jarak yang ditempuh pengemudi selama menyadari adanya
rintangan sampai menginjak renL ditambah jarak untuk. mengerem. Waktu yang
dibutuhkan pengemudi dari saat dia menyadari adanya rintangan sampai dia
mengambil keputusan disebut waktu PIEV. Jadi waktu PIEV adalah waktu yang
dibutuhkan untuk proses deteksi. pengenalan dan pengambilan keputusan.
Besarnya waktu ini dipengaruhi oleh kondisi jalan, mental pengemudi, kebiasaan.
keadaan cuaca, penerangan, dan kondisi fisik pengemudi. Untukpcrencanaan
AASHTO '90 mengambil waktu PIEV sebesar 1,5 detik.
2. Tahanan pengereman (skid resistance)
Tahanan pengereman dipengaruhi oleh tekanan ban, bentuk ban, bunga ban
kondisi ban permukaan dan kondisi jalan dan kecepatan kendaraan. Besarnya
tahanan pengereman ini dinyatakan dalam "koefisien gesekan memanjang" jalan,
fm atau "bilangan geser", N. Koefisien gesekan memanjang jalan, fm adalah
perbandingan antara gaya gesekan memanjang jalan dan komponen gaya tegak
lurus muka jalan sedangkan bilangan geser, N, adalah 100 f m’ Koefisien gesekan
atau bilangan geser lebih rendah pada kondisi jalan basalq sehingga untuk
perencanaan sebaiknya mempergunakan nilai dalam keadaan basah. Sedangkan
kecepatan pada kondisi basah dapat diambil lebih kecil (±90%) atau sama dengan
kecepatan rencana khususnya pada jalan dengan kecepatan tinggi.
3. Jarak pandangan menyiap untuk jalan 2 lajur 2 arah
Pada umumnya untuk jalan 2 lalur 2 arah kendaraan dengan kecepatan tinggi
sering mendahului kendaraan lain dengan kecepatan yang lebih rendah sehingga
pengemudi tetap dapat mempertahankan kecepatan sesuai dengan yang
diinginkannya. Gerakan menyiap dilakukan dengan mengambil lajur jalan yang
diperuntukan untuk kendaraan dari arah yang berlawanan. Jarak yang dibutuhkan
pengemudi sehingga dapat melakukan gerakan menyiap dengan aman dan dapat
melihat kendaraan dari arah depan dengan bebas dinamakan jarak pandangan
menyiap. Jarak pandangan menyiap standar dihitung berdasarkan atas panjang
jalan yang diperlukan untuk dapat melakukan gerakan menyiap suatu kendaraan
15
dengan sempurna dan aman berdasarkan asumsi yang diambil. Apabila dalam
suatu kesempatan dapat menyiap dua kendaraan sekaligus, tidaklah merupakan
dasar dari perencanaan suatu jarak pandangan menyiap total. Jarak pandangan
menyiap standar pada jalan dua lajur 2 arah dihitung berdasarkan beberapa asumsi
terhadap sifat arus lalu lintas yaitu:
Kendaraan yang akan disiap harus mempunyai kecepatan yang tetap. Sebelum
melakukan gerakan mantap, kendaraan harus mengurangi kecepatannya dan
mengikuti kendaraan yang akan disiap dengan kecepatan yang sama. Apabila
kendaraan sudah berada pada lajur untuk menyiap, maka pengemudi harus
mempunyai waktu untuk rnenentukan apakah gerakan menyiap dapat diteruskan
atau tidak. Kecepatan kendaraan yang menylap mempunyai perbedaan sekitar l5
km/jam dengan kecepatan kendaraan yang disiap pada waklu melakukan gerakan
menyiap. Pada saat kendaraan yang menyiap telah berada kembali pada lajur
jalannya, maka harus tersedia cukup jarakdengan kendaraan yang bergerak dari
arah yang berlawanan. Tinggi mata pengemudi diukur dari permukaan perkerasan
menurut AASHTO'90 : 1.06 m (3.5 ft) dan tinggi objek yaitu kendaraan yang akan
disiap adalah 1.25 m (4.25 ft), sedangkan Bina Marga (urban) mengambil tinggi
mata pengemudi sama dengan tinggi objek yaitu 1.00 m. Kendaraan yang
bergerak dari arah yang berlawanan mempunyai kecepatan yang sama dengan
kendaraan yang menyiap.
Jarak pandangan menyiap standar, untuk jalan dua lajur 2 arah terdiri dan 2 tahap
yaitu:
16
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan alinyemen horizontal, yaitu :
Penentuan nilai Fmaks bertolak ukur pada tabel 4.1 yang tercantum dalam Buku Dasar –
Dasar Perencanaan Geometrik Jalan.
Tabel 4.1 Besar R min dan D mak untuk beberapa kecepatan rencana
17
Menentukan nilai Rc berdasarkan tabel 13 RSNI-2004
Alinyemen jalan sedapat mungkin dibuat lurus, mengikuti keadaan topografi. Hal ini akan
memberikan keindahan bentuk, komposisi yang baik antara jalan dan alam dan biaya yang
murah.
Pada alinyemen jalan sebaiknya didahului oleh lengkung yang lebih tumpul pada jalan
yang relative lurus dan panjang, agar pengemudi tidak terkejut dan mempunyai
kesempatan memperlambat kecepatannya.
Hindari penggunaan radius minimum untuk kecepatan rencana tertentu sehingga jalan
tersebut lebih mudah disesuaikan dengan perkembangan lingkungan dan fungsi jalan.
Sedapat mungkin menghindari tikungan ganda, yaitu gabungan dua tikungan searah
dengan jari-jari berlainan (Gambar 1).
18
Hindari lengkung berbalik yang mendadak (Gambar 2), pada keadaan ini pengemudi
kendaraan sangat sukar mempertahankan diri pada jalur jalannya dan juga kesukaran
dalam pelaksanaan kemiringan melintang jalan.
Pada tikungan gabungan harus dilengkapi lengkung peralihan sepanjang paling tidak 20 m
(Gambar 3 dan 4).
Pada sudut-sudut tikungan kecil, panjang lengkung yang diperoleh dari perhitungan sering
kali tidak cukup panjang sehingga memberi kesan patahnya jalan tersebut.
Sebaiknya hindari lengkung tajam pada timbunan yang tinggi(RSNI. T-14-2004), dengan
jumlah lengkungan dengan rincian :
1. Lengkungan spiral-spiral
Gambar 6. Spiral-spiral
θs = ½ ∆……………………………………………………………(1.1)
∆c = 0………………………………………………………………(1.2)
Lc = 0………………………………………………………………(1.3)
Yc = Ls²/6R………………………………………………………..(1.4)
Xc = Ls – (Ls³/40R²)………………………………………………(1.5)
19
k = Xc – R Sin θs………………………………………………….(1.6)
p = Yc – R (1- cosθs )……………………………………………..(1.7)
Ts = (R+p) tan ∆/2 + k…………………………………………….(1.8)
Es = ((R+p)/cos ∆/2) – R………………...………………………..(1.9)
L total = 2Ls……………………………………………… ……..(1.10)
2. Lengkungan spiral-circle-spiral
Gambar 7. spiral-circle-spiral
θs = Ls/2R * 360/2π……………………………………………….(2..1)
∆c = ∆- 2 θs ……………………………………………………….(2.2)
Lc = (∆c /360) *2πR……………………………………………….(2.3)
Yc = Ls²/6R…………………………..……………………………(2.4)
Xc = Ls – (Ls³/40R²)……………...……………………………….(2.5)
k = Xc – R Sin θs……...…………………………………………..(2.6)
p = Yc – R (1- cos θs )……...……………………………………..(2.7)
Ts = (R+p) tan ∆/2 + k….…………………………………………(2.8)
Es = ((R+p)/cos ∆/2) – R………………………………………….(2.9)
L total = Lc + 2Ls………..……………………………………….(2.10)
20
3. Lengkungan Full Circle
Tc = R tan ½ ∆…………………………………………………………(3.1)
Lc = (∆/360˚) 2πR……………………………………………………...(3.2)
Ec = (R/cos ∆/2) – R…………………………………………………...(3.3)
Ec = Tc tan ¼ ∆………………………………………...……………...(3.4)
Alinyemen vertikal disebut terdiri dari garis-garis lurus dan garis-garis lengkung. Garis
lurus tersebut dapat datar, mendaki atau menurun, biasanya disebut berlandai.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan alinyemen horizontal,
yaitu :
Penentuan panjang kritis untuk kelandain yang melebihi kelandaian maksimum standar,
berdasarkan tabel 5.2 pada buku Dasar – Dasar Perencanaan Geometrik Jalan
21
Ada 2 jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan kedua bagian lurus
(tangen) adalah :
Lengkung vertikal cekung adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua
tangent berada dibawah permukaan jalan.
Panjang lengkung cekung juga harus ditentukan dengan memperhatikan beberapa hal
antara lain :
Jarak penyinaran lampu kendaraan. Jarak ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Jarak pandang akibat penyinaran lampu depan < L
(RSNI. T-14-2004)
22
b. Jarak pandang akibat penyinaran lampu depan > L
(RSNI. T-14-2004)
(RSNI. T-14-2004)
Pada lengkung ini direncanakan berdasarkan jarak pandang, dibagi atas 2 keadaan, yaitu :
(RSNI. T-14-2004)
23
2. Jarak pandang berada seluruhnya dalam daerah lengkung S > L
(RSNI. T-14-2004)
Suatu alinyemen vertikal dipengaruhi oleh besar biaya pembangunan dan mengikuti
muka tanah asli untuk mengurangi pekerjaan tanah, tetapi mungkin saja akan mengakibatkan
jalan itu terlalu banyak tikungan. Pada daerah yang seringkali dilanda banjir sebaiknya
penampang jalan diletakkan diatas elevasi muka banjir. Di daerah perbukitan atau pegunungan
diusahakan banyaknya pekerjaan galian seimbang dengan pekerjaan timbunan, sehingga
keseluruhan biaya yang dibutuhkan dapat tetap dipertanggungjawabkan.
Perencanaan alinyemen vertikal dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan seperti :
1. Kondisi tanah dasar.
2. Keadaan medan.
3. Fungsi jalan.
4. Muka air banjir.
5. Muka air tanah.
6. Kelandaian yang masih memungkinkan.
(Silvia Sukirman, 1999)
24
Landai Jalan
Landai jalan menunjukan besarnya kemiringan dalam suatu jarak
horizontal yang dinyatakan dalam persen. Sebuah kendaraan bermotor
akan mampu menanjak dalam batas-batas landai tertentu. Kemampuan
menanjak ini, selain dipengaruhi oleh besarnya landai jalan juga
dipengaruhi oleh panjangnya landai jalan. Jadi, ada batas landai jalan yang
disebut landai maksimum yaitu besarnya harus disesuaikan dengan
panjang landai yang disebut panjang kritis.
Spesifikasi standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan untuk jalan luar kota
dari Bina Marga (rancangan Akhir) dengan ketentuan sebagai berikut
Tabel 1. Spesifikasi kemiringan standar bina marga
Datar <3%
Perbukitan 3 – 25 %
Perhitungan landai jalan dalam perancanaan ini, dapat dilihat dalam tabel
perhitungan patok, dimana menggunakan rumus :
Kemiringan =
[ BT
JL
∗ 100
] .........................................(
2)
Profil Melintang
Penampang melintang jalan merupakan potongan jalan dalam arah melintang. Fungsinya,
selain untuk memperlihatkan bagian-bagian jalur jalan juga untuk membantu menghitung
banyaknya tanah (m3) yang harus digali maupun banyaknya tanah (m 3) yang akan digunakan
untuk menimbun jalan agar jalan yang dibuat itu dapat sesuai dengan jalan yang direncanakan
dengan menghitung luas profil melintang jalan.
25
Gambar 14. Profil melintang jalan
(RSNI. T-14-2004)
Lajur
Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, yang dibatasi oleh marka lajur
jalan, memiliki lebar yang cukup dilewati oleh suatu kendaraan sesuai kendaraan
rencana.
Bahu Jalan
Bahu Jalan adalah bagian jalan yang berdampingan di tepi jalur lalu lintas, harus
diperkeras, berfungsi untuk lajur lalu lintas darurat, ruang bebas samping dan penyangga
perkerasan jalan, kemiringan yang digunakan 3-5 %
Median
Median adalah bagian jalan yang secara fisk memisahkan jalur lalu lintas yang
berlawanan arah. Namun, dalam perencanaan ini tidak digunakan median.
Saluran Tepi
Saluran Tepi dalah selokan yang berfungsi menampung dan mengalirkan air hujan,
limpasan permukaan jalan dan sekitarnya.
26
Daerah Milik Jalan(Damija)
Daerah Milik Jalan, adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi dengan lebar dan tinggi
tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak tertentu, yang merupakan
sejalur tanah diluar Damaja yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keleluasaan
keamanan penggunaan jalan semisal untuk pelebaran Damaja dikemudian hari.
Perhitungan luasan dan perhitungan volume dapat dilihat setelah penggambaran profil
melintang (dapat dilihat pada tabel).
Dalam penentuan ukuran-ukuran pada jalan, diambil perhitungan pada daerah jalan arteri
primer, dimana diperoleh data dari daftar Standar Perencanaan Geometrik Jalan sebagai
berikut :
(RSNI. T-14-2004)
27
BAB III
Tabel . 1.
Kemiringan
No. Jenis Medan Notasi Medan
(%)
1 Datar D <3
2 Perbukitan B 3 - 25
3 Pegunungan G > 25
F 0 + 0 91.10
25 -0.182 -0.73 D
1 0 + 25 91.29
25 -0.194 -0.77 D
2 0 + 50 91.48
25 -0.039 -0.16 D
3 0 + 75 91.52
25 0.112 0.45 D
4 0 + 100 91.41
25 0.159 0.64 D
5 0 + 125 91.25
25 0.131 0.52 D
6 0 + 150 91.12
25 0.046 0.18 D
7 0 + 175 91.07
25 -0.060 -0.24 D
8 0 + 200 91.13
25 -0.126 -0.50 D
9 0 + 225 91.26
25 -0.149 -0.60 D
10 0 + 250 91.41
25 -0.091 -0.37 D
28
11 0 + 275 91.50
25 0.003 0.01 D
12 0 + 300 91.50
25 0.071 0.29 D
13 0 + 325 91.42
25 0.053 0.21 D
14 0 + 350 91.37
25 -0.096 -0.38 D
15 0 + 375 91.47
25 -0.477 -1.91 D
16 0 + 400 91.94
25 0.113 0.45 D
17 0 + 425 91.83
25 -0.467 -1.87 D
18 0 + 450 92.30
25 -0.497 -1.99 D
19 0 + 475 92.80
25 -0.337 -1.35 D
20 0 + 500 93.13
25 -0.133 -0.53 D
21 0 + 525 93.26
25 -0.069 -0.28 D
22 0 + 550 93.33
25 -0.022 -0.09 D
23 0 + 575 93.36
25 -0.032 -0.13 D
24 0 + 600 93.39
25 0.027 0.11 D
25 0 + 625 93.36
25 0.046 0.18 D
26 0 + 650 93.32
25 0.041 0.16 D
27 0 + 675 93.27
25 0.035 0.14 D
28 0 + 700 93.24
25 -0.261 -1.04 D
29 0 + 725 93.50
25 0.000 0.00 D
30 0 + 750 93.50
25 0.000 0.00 D
31 0 + 775 93.50
25 0.000 0.00 D
32 0 + 800 93.50
25 -0.479 -1.92 D
33 0 + 825 93.98
25 0.383 1.53 D
29
34 0 + 850 93.60
25 -0.115 -0.46 D
35 0 + 875 93.71
25 -0.053 -0.21 D
36 0 + 900 93.76
25 -0.237 -0.95 D
37 0 + 925 94.00
25 0.000 0.00 D
38 0 + 950 94.00
25 0.000 0.00 D
39 0 + 975 94.00
25 0.000 0.00 D
40 0 + 1000 94.00
25 0.000 0.00 D
41 0 + 1025 94.00
25 0.000 0.00 D
42 0 + 1050 94.00
25 0.000 0.00 D
43 0 + 1075 94.00
25 0.000 0.00 D
44 0 + 1100 94.00
25 0.000 0.00 D
45 0 + 1125 94.00
25 0.000 0.00 D
46 0 + 1150 94.00
25 0.000 0.00 D
47 0 + 1175 94.00
25 0.000 0.00 D
48 0 + 1200 94.00
25 0.000 0.00 D
49 0 + 1225 94.00
25 0.000 0.00 D
50 0 + 1250 94.00
25 0.000 0.00 D
51 0 + 1275 94.00
7 0.000 0.00 D
L 0 + 1082 94.00
25 0.00 D
-0.22 DATAR
Persentase kemiringan yang didapat adalah -0.22%, maka menurut tabel klasifikasi
medan dari Bina Marga jenis medan adalah datar.
30
Klasifikasi Jalan Berdasarkan Kelasnya
a. Klasifikasi Jalan dan Volume Jam Rencana (VJR)
b. Tabel 3
Tabel 1. Standar Perencanaan Geometrik
Jalan Raya Utama Jalan Raya Sekunder Jalan Penghubung
Klasifikasi Jalan
I IIA IIB IIC III
Klasifikasi Medan D B G D B G D B G D B G D B G
Lebar perkerasan (m) Minimum 2 (2 x 3,75) 2 x 3,50 atau 2 (2 x 3,5) 2 x 3,50 2 x 3,00 3,50 – 6,00
Lebar bahu (m) 3.5 3 3 3 2.5 2.5 3 2.5 2.5 2.5 1.5 1 1,5 - 2,5*
Jari-jari lengkung Minimum (m) 560 350 210 350 210 115 210 115 50 115 50 30 115 50 30
31
c. EMP (Ekivalensi Mobil Penumpang)
Sebelum menentukan LHR, maka terlebih dahulu menetapkan ekivalen mobil
penumpang (EMP). Dari jenis medan, maka ekivalensi mobil penumpang (EMP)
didapatkan berdasarkan tabel berikut :
Tabel . 4.
Kondisi Medan
No. Jenis Kendaraan
Datar/Perbukitan Pegunungan
2 Pick Up, Bus Kacil, Truk Kecil 1,2 - 2,4 1,9 - 3,5
32
3.) Perhtungan LHR pada akhir umur rencana
n
Umur perkembangan lalu litas = (1+I)
I = Perkembangan lalu lintas
n = Umur rencana = 20 Tahun
20
Perkembangan lalu lintas = 1 + 2.7%
= 1.7
33
Tabel . 7.
Tabel 3. Jarak Pandang
Jari- Batas jari-jari
Jarak Jarak jarilengkung lengkung Landai
Kecepatan pandan pandang minimum tikungan relatif
rencana g henti menyiap dimana dimana harus maskimum
(km/jam) (m) (m) miring menggunakan antara tepi
tikungan tak busur perkerasan
Sh Sm perlu (m) peralihan (m)
120 225 790 3000 2000 1/280
100 165 670 2300 1500 1/240
80 115 520 1600 1100 1/200
60 75 380 1000 700 1/160
50 55 220 660 440 1/140
40 40 140 420 300 1/120
30 30 80 240 180 1/100
A H
B
I
C
J
STA 0 +42 5
STA 0+ 450
STA 0+ 475
STA 0+5 00
STA 0+5 25
STA 0+5 50
D
STA 0 +575
STA 0+ 600
STA 0+6 25
STA 0+6 50
STA 0+675
M
G
Skala : 0 50 1 00 200
PE TA 6
34
Dipilih lintasan dengan elevasi muka tanahnya mendekati pada kontur. Bentuk
lintasan memenuhi persyaratan menghubungkan 2 titik dan membentuk tiga
tikungan, juga memperhitungkan banyaknya galian dan timbunan yang sama daan
atau memenuhi perencanaan desain geometrik jalan raya.
Tabel . 8.
NO STA X Y z NO STA X Y z
F 0+00 10.24 71.61 91.1 26 0+650 245.85 140.8 93.27
1 0+025 18.75 76.86 91.29 27 0+675 255.28 137.88 93.27
2 0+050 27.26 82.12 91.48 28 0+700 263.49 132.01 93.31
3 0+075 35.76 87.38 91.52 29 0+725 269.79 124.25 93.38
4 0+100 44.27 92.63 91.41 30 0+750 275.66 116.15 93.45
5 0+125 52.78 97.89 91.25 31 0+775 281.5 108.05 93.51
6 0+150 61.28 103.14 91.12 32 0+800 287.34 99.92 93.64
7 0+175 69.79 108.4 91.07 33 0+825 293.42 92.05 93.72
8 0+200 78.3 113.66 91.13
34 0+850 300.02 84.5 93.71
9 0+225 86.8 118.91 91.26
35 0+875 307.18 77.45 94
10 0+250 95.31 124.18 91.41
36 0+900 314.8 70.94 94
11 0+275 103.82 129.4 91.5
37 0+925 322.9 65 94
12 0+300 112.32 134.69 91.49
38 0+950 331.27 59.62 94
13 0+325 120.83 139.95 91.42
14 0+350 129.34 145.06 91.38
39 0+975 340 54.85 94
15 0+375 137.95 150.31 91.48 40 0+1000 349.16 50.71 94
16 0+400 147.09 154.43 91.8 41 0+1025 358.5 47.22 94
17 0+425 157.04 155.31 92.36 42 0+1050 368.12 44.4 94
18 0+450 166.97 154.04 92.8 43 0+1075 377.89 42.24 94
19 0+475 176.84 152.1 93.15 44 0+1100 387.8 40.78 94
20 0+500 186.71 150.78 93.27 45 0+1125 397.8 40 94
21 0+525 196.58 149.15 93.33 M 0+1150 407.43 39.8 94
22 0+550 206.45 147.51 93.37
23 0+575 216.32 145.88 93.38
24 0+600 226.17 144.36 93.35
25 0+625 236.04 142.62 93.31
35
36
3.2.3 PERHITUNGAN JARAK ANTARA TITIK DAN SUDUT
PERTEMUAN TIKUNGAN
Perhitungan jarak antara titik dan sudut pertemuan tikungan
didapat dengan pengukuran langsung pada gambar AutoCAD.
1. Jarak antara F dengan P1 = 1625,9
2. Jarak antara P1 dengan P2 = 1122,33
3. Jarak antara P2 dengan P3 = 1204,81
4. Jarak antara P3 dengan M = 775,55
5. Sudut P1 = 41°
6. Sudut P2 = 45°
7. Sudut P3 = 53°
Tabel . 9.
V renc . (km/ jam ) e maks . (m/m ' ) f maks . Rmin . Perhit . ( m ) Rmin . Desain ( m) Dmaks. ( ..0 )
40 0,10 0,166 47,363 47 30,48
0,08 51,213 51 28,09
37
0,08 403,796 404 3,55
Tabel . 10.
V = 50 km/jam V = 60 km/jam V = 70 km/jam V = 80 km/jam V = 90 km/jam
D (o) R (m)
e Ls e Ls e Ls e Ls e Ls
0.25 5730 LN 0 LN 0 LN 0 LN 0 LN 0
0.50 2865 LN 0 LN 0 LP 60 LP 70 LP 75
0.75 1910 LN 0 LP 50 LP 60 0.020 70 0.025 75
1.00 1432 LP 45 LP 50 0.021 60 0.027 70 0.033 75
1.25 1146 LP 45 LP 50 0.025 60 0.033 70 0.040 75
1.50 955 LP 45 0.023 50 0.030 60 0.038 70 0.047 75
1.75 819 LP 45 0.026 50 0.035 60 0.044 70 0.054 75
2.00 716 LP 45 0.029 50 0.039 60 0.049 70 0.060 75
2.50 573 0.026 45 0.036 50 0.047 60 0.059 70 0.072 75
3.00 477 0.030 45 0.042 50 0.055 60 0.068 70 0.081 75
3.50 409 0.035 45 0.048 50 0.062 60 0.076 70 0.089 75
4.00 358 0.039 45 0.054 50 0.068 60 0.082 70 0.095 75
4.50 318 0.043 45 0.059 50 0.074 60 0.088 70 0.099 75
5.00 286 0.048 45 0.064 50 0.079 60 0.093 70 0.100 75
6.00 239 0.055 45 0.073 50 0.088 60 0.098 70 5.120 DMAX
7.00 205 0.062 45 0.080 50 0.094 60 6.820 DMAX
8.00 179 0.068 45 0.086 50 0.098 60
9.00 159 0.074 45 0.091 50 0.099 60
10.00 143 0.079 45 0.095 60 9.120 DMAX
11.00 130 0.083 45 0.098 60
12.00 119 0.087 45 0.100 60
13.00 110 0.091 50 12.790 DMAX
14.00 102 0.093 50
15.00 95 0.096 50
16.00 90 0.097 50
17.00 84 0.099 60
18.00 80 0.099 60
19.00 75 18.850 DMAX
Catatan :
LN (lereng jalan normal), diasumsikan sebesar 2 %.
LP merupakan lereng luar diputar, sehingga perkerasan mendapat
superelevasi sebesar lereng jalan normal 2 %.
Ls diperhitungkan dengan rumus Shortt, landai relatif maksimum,
jarak tempuh 3 detik dan lebar perkerasan 2 x 3,5 meter.
38
Tikungan 1
39
b. Tikungan P2
- V rencana = 80 km/jam
- R rencana = 318 meter
- b' =
= 2.459 meter
- Td =
= 0.025 meter
- z
=
= 0.471 meter
- B =
= 7.013 meter
- W = B-L
= 0.013 meter
Jadi,penambahan lebar tikungan pada titik P2 = 0.013 meter
Tikungan 3
c. Tikungan P3
- V rencana = 80 km/jam
- R rencana = 1432 meter
- b' =
= 2.413 meter
- Td =
= 0.006 meter
- z
=
= 0.222 meter
- B =
= 6.654 meter
- W = B-L
= -0.346 meter
Jadi,penambahan lebar tikungan pada titik P3 = -0.346 meter
b. Tikungan P2
b. Tikungan P2
- V rencana = 80 km/jam
- R rencana = 318 meter
- Jarak Pandang Henti (S) = 115 meter
= (90)(S)
- θ
π.R
= 10.36 derajat
- m = R(1-cos θ )
= 5.18 meter
Jadi,kebebasan samping pada tikungan P2 adalah 5.18 meter
c. Tikungan P3
c. Tikungan P3
- V rencana = 80 km/jam
- R rencana = 1432 meter
- Jarak Pandang Henti (S) = 115 meter
= (90)(S)
- θ
π.R
= 2.30 derajat
- m = R(1-cos θ )
= 1.15 meter
Jadi,kebebasan samping pada tikungan P3 adalah 1.15 meter
41
a. Tikungan 1
I. Parameter Desain
C : Tikungan 1
Tipe : Spiral - cyrcle - Spiral
Vr : 80 km/jam
emaks : 10%
en : 2 %
Rrenc : 318 m
Drenc : 4.50 o
B : 3.5 m
D : 41 o
Rmin : 234.39 m
42
III. Perhitungan Panjang Lengkung Peralihan
a. Berdasarkan Lama Perjalanan
t: 3 detik → Waktu Tempuh Melewati Lengkung Peralihan, berdasarkan Bina Marga
Lsmin : 66.67 m → Lsmin = (Vr / 3.6) * t
b. Berdasarkan Rumus Modifikasi SHORT
C: 0.4 m/dtk2 → Perubahan Percepatan
Diambil antara 0.3 - 1.0, disarankan 0.4 m/dtk2
Lsmin : 38.62 m Lsmin = 0.022 * {Vr3 / (Rrenc * C)} - 2.727 * {(Vr * erenc) / C}
c. Berdasarkan Landai Relatif Maksimum
m: 125 Landai Relatif Maksimum Empiris, Berdasarkan Bina Marga
Lsmin : 48.81 m Lsmin = (erenc + en) * B * m
d. Panjang Ls Rencana
Ls : 90 m
Tikungan 1 scs
44
Gambar .2.
b. Tikungan 2
I. Parameter Desain
PI. No : Tikungan 2
Tipe : SPIRAL-CYRCLE-SPIRAL
Vr : 80 km/jam
emaks : 10%
en : 2%
Rrenc : 318 m
Drenc : 4.50 o
B : 3.5 m
D : 45 o
Rmin : 234.39 m
45
fmaks : 0.14 → Koefisien Gesek Minimum
Jika Vr < 80 km/jam, fmax = -0.00065*Vr + 0.192
Jika Vr > 80 km/jam, fmax = 0.00125*Vr + 0.240
Dmaks : 6.111 o → Derajat Lengkung Maksimum
Dmaks = 1432.39 / Rmin
VJ : 72 km/jam → Kecepatan Jalan Rata - Rata
VJ = Vr * 0.9
→ Derajat Lengkung dimana e = emax dan f = 0
Dp : 3.509 o Dp = (181913.53 * emaks) / VJ2
46
V. Data Alinyemen Horizontal
47
c: 8.11 m θs = (1/2)Δ
Dc : 28.78 o Δc = Δ - 2*θs
Lc : 159.63 m Lc = (∆c/360)*2πRrenc
Yc : 4.25 Yc = Ls2/6Rrenc
Xc : 89.82 Xc = Ls-(Ls3/40Rrenc2)
k: 44.95 m k = Xc - Rrencsin θs
p: 1.06 m p = Yc - Rrenc(1-cos θs)
Ts : 177.11 m Ts = (Rrenc+p)tan ∆/2 + k
Es : 27.35 m Es = ((Rrenc+p)/cos ∆/2) - Rrenc
Ltotal 180 m Ltotal = 2 * Ls
Vr 80
Rrenc 318
Tikungan 2 scs
48
c. Tikungan 3
I. Parameter Desain
49
PI. No : Tikungan 3
Tipe : FULL CYRCLE
Vr : 80 km/jam
emaks : 10%
en : 2%
Rrenc : 1432 m
Drenc : 1.00 o
B: 3.5 m
D: 53 o
Rmin : 234.39 m
50
III. Perhitungan Panjang Lengkung Peralihan
51
a. Berdasarkan Lama Perjalanan
t: 3 detik → Waktu Tempuh Melewati Lengkung Peralihan, berdasarkan Bina Marga
Lsmin : 66.67 m → Lsmin = (Vr / 3.6) * t
b. Berdasarkan Rumus Modifikasi SHORT
C: 0.4 m/dtk2 → Perubahan Percepatan
Diambil antara 0.3 - 1.0, disarankan 0.4 m/dtk2
Lsmin : -54.23 m Lsmin = 0.022 * {Vr3 / (Rrenc * C)} - 2.727 * {(Vr * erenc) / C}
c. Berdasarkan Landai Relatif Maksimum
m: 125 Landai Relatif Maksimum Empiris, Berdasarkan Bina Marga
Lsmin : 68.02 m Lsmin = (erenc + en) * B * m
d. Panjang Ls Rencana
Ls : 50 m
52
Lc : 1324.39 m Lc =0.01745*Δ*Rc
Tc : 713.97 m Ts = Rc*Tan( ∆/2)
Ec : 168.12 m Es = Tc*Tan( ∆/4)
Vr 80 km/jam
Rrenc 1432 m
Tikungan 3 FC
Gambar .4.
53
3.2.6 DIAGRAM SUPERELEVASI
Superelevasi 1 scs
Diagram.1.
Superelevasi 2 SCS
Diagram.2.
54
Superelevasi 3 FC
Ada dua jenis lengkung vertikal yang digunakan pada perencanaan ini :
1. Lengkung Vertikal Cekung :
Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara ke dua tangen berada
dibawah permukaan jalan. Selisih antara kedua gradient garis yang
menghubungkan bernilai negatif (-).
2. Lengkung Vertikal Cembung :
Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara ke dua tangen berada
diatas permukaan jalan. Selisih antara kedua gradient garis yang
menghubungkan bernilai positif (+).
55
3.3.1 PERENCANAAN LENGKUNGAN DAN PENENTUAN ELEVASI
KELENGKUNGAN AS JALAN
Pergantian dari satu landai ke landai yang lain, dilakukan dengan
menggunakan lengkung vertikal. Lengkung tersebut direncanakan sedemikian
rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamananan drainase.
Pengaruh dari kelandaian dapat dilihat dari berkurangnya kecepatan
kendaraan (atau kendaraan mulai menggunakan gigi rendah). Kelandaian
tertentu masih dapat ditolerir, apabila kelandaian tersebut akan mengakibatkan
kecepatan jalan kendaraan lebih besar dari setengah kecepatan rencananya.
Untuk membatasi pengaruh perlambatan kendaran truk terhadap arus
lalu lintas, maka ditetapkan landai maksimum untuk suatu kecepatan rencana
seperti pada tabel berikut ini :
Tabel . 10.
Tabel . 11.
56
6 400
5 600
80
6 500
7 400
6 500
60
7 400
8 300
7 500
50
8 400
9 300
8 400
40
9 300
10 200
91.62 - 91.58
Perhitungan Grade A – PPV = gl = 50
= 0.08% naik
90.5 - 91.62
Perhitungan Grade PPV – B = g2 = 50
= -2.24% turun
Persyaratan
57
1. Syarat keamanan
Berdasarkan jarak penuangan waktu malam dari grafik PPGJR 13/1970
di dapat Lv minimum = 286 m dengan S > L.Syarat kenyamanan
L = x V2
380
2,32 x 3600
=
380
= 21,98 m
Dari ketiga syarat di atas dipilih panjang lengkung vertikal yang terbesar yaitu
dengan
Lv = 286,00 m
Sta.
Sta PLV = -
PPV ( ½ Lv )
= 350 - 143
= 207
= 0 + 207
A x w
= 91,58 -
800
-0,08% x 286,00
= 91,58 -
800
58
= 91,61 m
Sta.
Sta PTV =
PPV + ( ½ Lv )
= 350 + 143
= 493
= 0 + 493
CEMBUNG 1
0+300 0+350
0+400
GI= 0.08 %
A PPV B
50 m 50 m
Gambar .5.
87,86 - 87,12
Perhitungan Grade A – PPV = gl = 50
= 1,48% naik
87,5 - 87,86
Perhitungan Grade PPV – B = g2 = 25
= -1,44% turun
59
= 2,92% (cembung)
Persyaratan
1. Syarat keamanan
Berdasarkan jarak penuangan waktu malam dari grafik PPGJR 13/1970
di dapat Lv minimum = 286 m dengan S > L.Syarat kenyamanan
L = x V2
380
2,92 x 6400
=
380
= 49,18 m
Dari ketiga syarat di atas dipilih panjang lengkung vertikal yang terbesar yaitu dengan
Lv = 286,00 m
Sta.
Sta PLV = -
PPV ( ½ Lv )
= 675 - 143
= 532
= 0 + 532
A x w
= 87,12 -
800
60
-1,48% x 286,00
= 87,12 -
800
= 87,65 m
Sta.
Sta PTV =
PPV + ( ½ Lv )
= 675 + 143
= 818
= 0 + 818
CEMBUNG 2
G1=1.48 % G2=-1.44 %
A PPV B
50 m 25 m
Gambar .6.
88,56 - 88,5
Perhitungan Grade A – PPV = gl = 25
= 0,24% naik
88,28 - 88,56
Perhitungan Grade PPV – B = g2 = 25
= -1,12% turun
61
A ( perbedaan Aljabar landai ) = gl – g2
= 1,36% (cembung)
Persyaratan
1. Syarat keamanan
Berdasarkan jarak penuangan waktu malam dari grafik PPGJR 13/1970
di dapat Lv minimum = 286 m dengan S > L.Syarat kenyamanan
x V2
L =
380
1,36 x 6400
=
380
= 22,91 m
= 48 m
= 54,40 m
Dari ketiga syarat di atas dipilih panjang lengkung vertikal yang terbesar yaitu dengan
Lv = 286,00 m
62
= 88,84 m
Sta.
Sta PLV = -
PPV ( ½ Lv )
= 950 - 143
= 807
= 0 + 807
A x w
= 88,5 -
800
-0,24% x 286,00
= 88,5 -
800
= 88,59 m
Sta.
Sta PTV =
PPV + ( ½ Lv )
= 950 + 143
= 1093
= 0 + 1093
63
CEMBUNG 3
G1=0.24 % G2 -1.12 %
A PPV B
25 m 25 m
Gambar .7.
88,18 - 90
Perhitungan Grade A – PPV = gl = 50
-3,64% Turu
= n
88,29 - 88,1
Perhitungan Grade PPV – B = g2 = 8
25
= 0,44% Naik
Persyaratan
1. Syarat keamanan
Berdasarkan jarak penuangan waktu malam dari grafik PPGJR 13/1970
di dapat Lv minimum = 150 m dengan S > L.Syarat kenyamanan
L = x V2
380
-4,08 x 6400
=
380
64
= -68,72 m
Dari ketiga syarat di atas dipilih panjang lengkung vertikal yang terbesar yaitu dengan
Lv = 150,00 m
Sta.
Sta PLV = -
PPV ( ½ Lv )
= 475 - 75
= 400
= 0 + 400
A x w
= 90 +
800
-4,08% x 150
= 90 +
800
= 89,24 m
Sta.
Sta PTV =
PPV + ( ½ Lv )
= 475 + 75
65
= 550
= 0 + 550
CEKUNG 1
G2=0.44 % -2.84 %
A PPV B A P
50 m 25 m 25 m
Gambar .8.
87,58 - 88,29
Perhitungan Grade A – PPV = gl = 25
= -2,84% Turun
87,67 - 87,58
Perhitungan Grade PPV – B = g2 = 50
= 0,18% Naik
Persyaratan
1. Syarat keamanan
Berdasarkan jarak penuangan waktu malam dari grafik PPGJR 13/1970
di dapat Lv minimum = 150 m dengan S > L.Syarat kenyamanan
L = x V2
380
66
-3,02 x 6400
=
380
= -50,86 m
Dari ketiga syarat di atas dipilih panjang lengkung vertikal yang terbesar yaitu
dengan
Lv = 150,00 m
Sta.
Sta PLV = -
PPV ( ½ Lv )
= 625 - 75
= 550
= 0 + 550
A x w
= 88,29 +
800
-3,02% x 150
= 88,29 +
800
= 87,72 m
67
Sta.
Sta PTV =
PPV + ( ½ Lv )
= 525 + 75
= 600
= 0 + 600
CEKUNG 2
=0.44 %
G2=0.18 %
B A PPV B
5 m 25 m 50 m
Gambar .9.
68
Dengan melihat pada Tinggi Tanah Asli (TTA) maka dibuat Tinggi
rencana (TR), sehingga berdasarkan tinggi rencana tersebut diperoleh elevasi
untuk menghitung luas dan volume galian dan timbunan.
Stasioning
Titik penting hasil perancangan sumbu jalan perlu dibuat tanda
berupa patok-patok dengan nomor referensi tertentu
Penomoran ini disebut Stasioning, dimana angka yang tercantum
menunjukkan jarak atau lokasi titik tersebut terhadap titik acuan
Format umum stasioning: X+YYY,ZZZ; dimana:
X = besaran kilometer, Y = besaran meter, Z = besaran per
seribuan meter
Contoh: sta1+234,567 artinya titik tersebut terletak pada satu
kilometer dua ratus tiga puluh empat meter lima ratus empat puluh
tujuh millimeterdari titik awal atau titik acuan
Tujuan penggunaan stasioning adalah sebagai tanda atau lokasi
titik-titik penting, seper titik awal, simpang, titikpentingtikungan,
titikawaljembatan, titikakhir, dsb. Selain itu digunakan sebagai
patok atau acuan jarak,
STASIONING
69
E
STASIONING
70
trapesium. Dengan mengetahui bentuk dari pekerjaan timbunan ini kita dapat
menghitung volume timbunan, yang dapat diperoleh dengan menghitung luas
bangun yang dibentuk tersebut, dengan luas timbunan sebagai sisi-sisi bangun
tersebut dan jarak stasiun sebagai lebarnya. Sebagai contoh : jika bentuk
bangun yang dibentuk oleh pekerjaan timbunan adalah segitiga maka,
Volume timbunan = ( Luas timbunan / 2 ) x jarak stasiun
Tabel.12.
71
sta 0+250 3,38 0,01 25,00 72,28 0,73
sta 0+275 2,41 0,05 25,00 67,89 0,65
sta 0+300 3,03 0,00 25,00 160,03 0,00
sta 0+325 9,78 0,00 25,00 303,15 0,00
sta 0+350 14,48 0,00 25,00 184,56 78,91
sta 0+375 0,29 6,31 25,00 40,81 78,91
sta 0+400 2,98 0,00 25,00 74,40 0,00
sta 0+425 2,98 0,00 25,00 41,18 74,28
sta 0+450 0,32 5,94 25,00 7,65 186,06
sta 0+475 0,29 8,94 25,00 7,03 178,50
sta 0+500 0,27 5,34 25,00 8,00 173,54
sta 0+525 0,37 8,55 25,00 11,23 210,58
sta 0+550 0,53 8,30 25,00 12,43 187,81
sta 0+575 0,47 6,73 25,00 9,96 173,35
sta 0+600 0,33 7,14 25,00 19,45 156,71
sta 0+625 1,23 5,39 25,00 35,35 80,95
sta 0+650 1,60 1,08 25,00 109,21 13,53
sta 0+675 7,14 0,00 25,00 153,21 0,00
sta 0+700 5,12 0,00 25,00 124,90 0,00
sta 0+725 4,87 0,00 25,00 98,09 0,00
sta 0+750 2,98 0,00 25,00 74,40 0,00
sta 0+775 2,98 0,00 25,00 79,40 0,00
sta 0+800 3,38 0,00 25,00 81,01 11,49
sta 0+825 3,11 0,92 25,00 144,81 14,70
sta 0+850 8,48 0,26 25,00 222,26 3,21
sta 0+875 9,30 0,00 25,00 153,46 0,00
sta 0+900 2,98 0,00 25,00 74,40 0,00
sta 0+925 2,98 0,00 25,00 83,69 6,96
sta 0+950 3,72 0,56 25,00 85,31 6,96
sta 0+975 3,11 0,00 25,00 87,81 0,00
sta 0+1000 3,92 0,00 25,00 102,65 0,00
sta 0+1025 4,29 0,00 25,00 104,36 0,00
sta 0+1050 4,06 0,00 25,00 79,25 0,00
sta 0+1059.4 2,28 0,00 4,40 28,55 0,00
TOTAL LUAS GALIAN (m² ) 146,59
TOTAL LUAS TIMBUNAN (m² ) 66,74
TOTAL VOLUME (m³) 3628,66 1668,40
SELISIH VOLUME PEKERJAAN (m³) 1960,26
Pada perhitungan luasan dan volume daerah galian dan timbunan diatas diambil dari autocad
dengan skala 1: 100 m, diperoleh hasil yaitu
Sta 0+0 sampai Sta 0+1059.4
Luas total untuk daerah galian = 146,59 m2
72
Luas total untuk daerah timbunan = 66,74 m2
Volume total untuk daerah galian = 3628,66 m3
Volume total untuk daerah timbunan= 1668,40 m3
Dari hasil yang diperoleh dari perhitungan luasan dan volume untuk daerah galian dan
timbunan, maka diketahui bahwa perencanaan jalan dari stasiun F ke stasiun L lebih banyak
ditemukan volume timbunan sebesar 3628,66m3 sedangkan untuk daerah galian hanya
sebesar 1668,40m3. Maka selisih pekerjaan tanah 1960,26 m3
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengerjaan tugas Perencanaan Geometrik Jalan Raya I
adalah :
Perencanaan jalan dari stasiun F ke stasiun L dilakukan dengan :
Penentuan titik koridor
Pembuatan trase
Pada perencanaan jalan terdapat 3 buah tikungan yaitu :
Spiral circle spiral ( 2 tikungan)
Full circle ( 1 tikungan)
Dari hasil yang diperoleh dari perhitungan luasan dan volume untuk daerah galian
dan timbunan, maka diketahui bahwa perencanaan jalan dari stasiun F ke stasiun L
lebih banyak ditemukan volume timbunan sebesar 3628,66m3 sedangkan untuk
daerah galian hanya sebesar 1668,40m3. Maka selisih pekerjaan tanah 1960,26.
73
LAMPIRAN
TRASE&R.TIKNGAN
74
A H
B
I
C
J
M
TSA 0+1000 ST A0+1025 ST A0+1050 ST A0+1075 ST A0+1100 TSA 0+1125 TSA 0+1150 ST A0+1175 ST A0+1182,16
Skala : 0 50 1 00 200
PE TA 6
RENCANA TIKUNGAN
75
Jarak Stasiun Tinggi Titik Kemiringan
Nomor Stasiun Beda Tinggi (m) Ket.
(m) (m) (%)
F 0 + 0 91.10
25 -0.182 -0.73 D
1 0 + 25 91.29
25 -0.194 -0.77 D
2 0 + 50 91.48
25 -0.039 -0.16 D
3 0 + 75 91.52
25 0.112 0.45 D
4 0 + 100 91.41
25 0.159 0.64 D
5 0 + 125 91.25
25 0.131 0.52 D
6 0 + 150 91.12
25 0.046 0.18 D
7 0 + 175 91.07
25 -0.060 -0.24 D
8 0 + 200 91.13
25 -0.126 -0.50 D
9 0 + 225 91.26
25 -0.149 -0.60 D
10 0 + 250 91.41
25 -0.091 -0.37 D
11 0 + 275 91.50
25 0.003 0.01 D
12 0 + 300 91.50
25 0.071 0.29 D
13 0 + 325 91.42
25 0.053 0.21 D
14 0 + 350 91.37
25 -0.096 -0.38 D
15 0 + 375 91.47
25 -0.477 -1.91 D
16 0 + 400 91.94
25 0.113 0.45 D
17 0 + 425 91.83
25 -0.467 -1.87 D
18 0 + 450 92.30
25 -0.497 -1.99 D
19 0 + 475 92.80
25 -0.337 -1.35 D
20 0 + 500 93.13
25 -0.133 -0.53 D
21 0 + 525 93.26
25 -0.069 -0.28 D
22 0 + 550 93.33
25 -0.022 -0.09 D
23 0 + 575 93.36
25 -0.032 -0.13 D
24 0 + 600 93.39
25 0.027 0.11 D
25 0 + 625 93.36
25 0.046 0.18 D
76
TABEL PENENTUAN NILAI XYZ
NO STA X Y z NO STA X Y z
F 0+00 10.24 71.61 91.1 24 0+600 226.17 144.36 93.35
1 0+025 18.75 76.86 91.29 25 0+625 236.04 142.62 93.31
2 0+050 27.26 82.12 91.48 26 0+650 245.85 140.8 93.27
3 0+075 35.76 87.38 91.52 27 0+675 255.28 137.88 93.27
4 0+100 44.27 92.63 91.41 28 0+700 263.49 132.01 93.31
5 0+125 52.78 97.89 91.25 29 0+725 269.79 124.25 93.38
6 0+150 61.28 103.14 91.12 30 0+750 275.66 116.15 93.45
7 0+175 69.79 108.4 91.07 31 0+775 281.5 108.05 93.51
8 0+200 78.3 113.66 91.13 32 0+800 287.34 99.92 93.64
9 0+225 86.8 118.91 91.26 33 0+825 293.42 92.05 93.72
10 0+250 95.31 124.18 91.41 34 0+850 300.02 84.5 93.71
11 0+275 103.82 129.4 91.5 35 0+875 307.18 77.45 94
12 0+300 112.32 134.69 91.49 36 0+900 314.8 70.94 94
13 0+325 120.83 139.95 91.42 37 0+925 322.9 65 94
14 0+350 129.34 145.06 91.38 38 0+950 331.27 59.62 94
15 0+375 137.95 150.31 91.48 39 0+975 340 54.85 94
16 0+400 147.09 154.43 91.8 40 0+1000 349.16 50.71 94
17 0+425 157.04 155.31 92.36 41 0+1025 358.5 47.22 94
18 0+450 166.97 154.04 92.8 42 0+1050 368.12 44.4 94
19 0+475 176.84 152.1 93.15 43 0+1075 377.89 42.24 94
20 0+500 186.71 150.78 93.27 44 0+1100 387.8 40.78 94
21 0+525 196.58 149.15 93.33 45 0+1125 397.8 40 94
22 0+550 206.45 147.51 93.37 M 0+1150 407.43 39.8 94
23 0+575 216.32 145.88 93.38
77
GAMBAR TIKUNGAN
78
Superelevasi 2 SCS
79
80
POTONGAN MEMANJANG
0.32 % -0.04 % 1.16 % 0.00 % 0.00 % 0.00 % 0.00 % 0.00 % 0.00 % 0.00 % 0.00 % 0.00 % 0.00 % 0.00 %
0.48 % 0.24 % 0.16 % 0.04 % -0.12 % -0.16 % -0.16 % 0.00 % 0.16 % 0.28 % 0.28 % 0.24 % 0.52 %
1.76 % 1.40 %
0.40 % 1.28 % 2.24 %
0.16 % -0.44 % 0.36 % -0.04 % -0.28 % -0.16 %
0.76 % 0.76 % -0.64 % -0.52 % -0.20 % 0.24 % 0.52 % 0.60 %
0.00 %
0 + 025 0 + 075 0 + 125 0 + 175 0 + 225 0 + 275 0 + 325 0 + 375 0 + 425 0 + 475 0 + 525 0 + 575 0 + 625 0 + 675 0 + 725 0 + 775 0 + 825 0 + 875 0 + 925 0 + 975 1 + 025 1 + 075 1 + 125
STA
0 + 000 0 + 050 0 + 100 0 + 150 0 + 200 0 + 250 0 + 300 0 + 350 0 + 400 0 + 450 0 + 500 0 + 550 0 + 600 0 + 650 0 + 700 0 + 750 0 + 800 0 + 850 0 + 900 0 + 950 1 + 000 1 + 050 1 + 100 1 + 150
JARAK (m)
0.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 0.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00
1,000.00
1,100.00
1,150.00
1,025.00
1,050.00
1,075.00
1,125.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
400.00
450.00
500.00
525.00
550.00
575.00
625.00
675.00
725.00
775.00
825.00
875.00
925.00
950.00
975.00
100.00
125.00
175.00
225.00
275.00
325.00
375.00
425.00
475.00
600.00
650.00
700.00
750.00
800.00
850.00
900.00
25.00
50.00
75.00
0.00
91.29
91.48
91.52
91.41
91.25
91.12
91.07
91.13
91.26
91.41
91.50
91.49
91.42
91.38
91.48
91.80
92.36
92.80
93.15
93.27
93.33
93.37
93.38
93.35
93.31
93.27
93.27
93.31
93.38
93.45
93.51
93.64
93.72
93.71
94.00
94.00
94.00
94.00
94.00
94.00
94.00
94.00
94.00
94.00
94.00
94.00
0.00
ELEVASI EXISTING
ELEVASI DESIGN
81
POTONGAN MELINTANG
1. . STA 0+00
C
L
0+00 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+00 a b c
92 .8 70
92 .8 50
92 .7 80
92 .7 60
92 .920
92 .820
92 .710
ELEVASI ( M )
2. STA 0+025
C
L
0+025 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+025 a b c
9 2 .8 9 0
9 2 .8 4 0
9 2 .8 3 0
9 2 .7 9 0
9 2 .7 6 0
9 2 .7 4 0
9 2 .7 0 0
ELEVASI ( M )
3. STA 0+050
C
L
0+050 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+050 a b c
92.850
92.800
92.790
92.760
92.730
92.720
92.670
ELEVASI ( M )
82
4. STA 0+075
C
L
0+075 -6% -2% -2% -6%
92.760
92.740
92.710
92.680
92.670
92.640
ELEVASI ( M )
5. STA 0+100
C
L
0+100 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+100 a b c
92.670
92.640
92.520
92.620
92.600
92.570
92.560
ELEVASI ( M )
6. STA 0+125
C
L
0+125 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+125 a b c
92.500
92.450
92.250
92.420
92.500
92.280
92.150
ELEVASI ( M )
83
7. STA 0+150
C
L
0+150 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+150 a b c
92.390
92.280
92.250
92.180
92.110
92.080
91.960
ELEVASI ( M )
8. STA 0+175
C
L
0+175 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+175 a b c
92.170
92.110
91.840
92.110
92.070
92.020
92.010
ELEVASI ( M )
9. STA 0+200
C
L
0+200 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+200 a b c
92.040
92.030
92.020
92.010
92.000
91.830
92.060
ELEVASI ( M )
84
10. STA 0+225
C
L
0+225 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+225 a b c
92.020
92.000
92.000
91.840
92.050
92.040
92.030
ELEVASI ( M )
TITIK ( M ) 3 2 1 0+250 a b c
92.000
92.270
91.990
91.820
92.000
92.000
92.000
ELEVASI ( M )
TITIK ( M ) 3 2 1 0+275 a b c
92.000
92.110
92.000
92.000
91.940
91.910
91.790
ELEVASI ( M )
85
13. STA 0+300
C
L
0+300 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+300 a b c
91.620
91.600
91.580
91.570
91.560
91.600
91.550
ELEVASI ( M )
TITIK ( M ) 3 2 1 0+325 a b c
91.650
91.630
91.620
91.720
91.680
91.670
91.580
ELEVASI ( M )
TITIK ( M ) 3 2 1 0+350 a b c
91.670
91.640
91.620
91.590
91.540
91.660
91.580
ELEVASI ( M )
86
16. STA 0+375
C
L
0+375
-6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3
91.300 2 1 0+375 a b c
91.260
91.250
91.220
91.190
91.180
91.140
ELEVASI ( M )
TITIK ( M ) 3 2 1 0+400 a b c
90.500
90.500
90.500
90.500
90.500
90.500
90.500
ELEVASI ( M )
TITIK ( M ) 3 2 1 0+425 a b c
90.000
90.000
90.000
90.000
90.000
90.000
90.000
ELEVASI ( M )
87
19. STA 0+450
C
L
0+450 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+450 a b c
89.000
89.000
89.000
89.000
89.000
89.000
89.000
ELEVASI ( M )
0+475
TITIK ( M ) 3 2 1 0+475 a b c
88.500
88.340
88.290
88.180
88.070
88.520
88.000
ELEVASI ( M )
TITIK ( M ) 3 2 1 0+500 a b c
88.170
87.970
87.910
88.290
87.670
87.610
87.500
ELEVASI ( M )
88
22. STA 0+525
C
L
-2% -2%
0+525
-6% -6%
TITIK ( M ) 3
88.000 2 1 0+525 a b c
87.790
87.730
87.580
87.430
87.370
86.700
ELEVASI ( M )
TITIK ( M ) 3 2 1 0+550 a b c
87.850
87.630
87.570
86.510
87.420
87.130
87.210
ELEVASI ( M )
TITIK ( M ) 3 2 1 0+575 a b c
87.650
87.370
87.330
87.670
87.010
86.960
86.310
ELEVASI ( M )
89
25. STA 0+600
C
L
TITIK ( M ) 3 2 1 0+600 a b c
87.430
87.000
86.670
86.600
86.000
87.070
87.340
ELEVASI ( M )
’
26. STA 0+625
C
L
TITIK ( M ) 3 2 1 0+625 a b c
87.300
86.500
86.000
86.950
86.850
87.120
86.500
ELEVASI ( M )
’
27. STA 0+650
C
L
-6% -2% -2% -6%
0+650
TITIK ( M ) 3 2 1 0+650 a b c
87.390
87.000
87.420
87.000
87.030
87.000
87.000
ELEVASI ( M )
90
28. STA 0+675
C
L
0+675
-6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+675 a b c
87.620
87.500
87.500
87.860
87.500
87.500
87.500
ELEVASI ( M )
’
29. STA 0+700
C
L
0+700 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+700 a b c
87.840
87.660
87.610
87.500
87.500
87.500
87.700
ELEVASI ( M )
’
30. STA 0+725
91
C
L
0+725 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+725 a b c
87.780
87.600
87.540
87.500
87.500
87.560
87.730
ELEVASI ( M )
’
31. STA 0+750
C
L
0+750 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+750 a b c
87.500
87.500
87.500
87.500
87.500
87.500
87.500
ELEVASI ( M )
’
32. STA 0+775
C
L
0+775 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+775 a b c
87.500
87.500
87.500
87.500
87.500
87.500
87.500
ELEVASI ( M )
’
33. STA 0+800
92
C
L
0+800 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+800 a b c
87.500
87.500
87.500
87.500
87.660
87.500
87.500
ELEVASI ( M )
’
34. STA 0+825
C
L
0+825 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+825 a b c
87.760
88.010
88.040
87.600
87.610
87.910
88.130
ELEVASI ( M )
’
35. STA 0+850
C
L
0+850 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+850 a b c
87.520
87.950
88.500
88.500
88.230
88.300
88.500
ELEVASI ( M )
’
36. STA 0+875
93
C
L
-2% -2%
0+875
-6% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+875 a b c
88.390
88.500
88.500
88.100
88.500
88.500
88.500
ELEVASI ( M )
’
37. STA 0+900
L
0+900 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+900 a b c
88.500
88.500
88.500
88.500
88.500
88.500
88.500
ELEVASI ( M )
’
38. STA 0+925
C
L
0+925 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+925 a b c
88.500
88.500
88.500
88.500
88.500
88.500
88.500
ELEVASI ( M )
’
39. STA 0+950
94
C
L
0+950 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+950 a b c
88.660
88.500
88.200
88.560
88.030
88.500
88.220
ELEVASI ( M )
’
40. STA 0+975
C
L
0+975 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+975 a b c
88.330
88.270
88.380
88.310
88.280
88.250
88.180
ELEVASI ( M )
TITIK ( M ) 3 2 1 0+1000 a b c
88.160
88.130
88.400
88.270
88.210
88.190
88.050
ELEVASI ( M )
95
42. STA 0+1025
C
L
0+1025 -6% -2% -2% -6%
TITIK ( M ) 3 2 1 0+1025 a b c
88.200
88.150
88.140
88.100
88.070
88.440
88.010
ELEVASI ( M )
TITIK ( M ) 3 2 1 0+1050 a b c
88.230
88.180
88.160
88.130
88.090
88.420
88.030
ELEVASI ( M )
TITIK ( M ) 3 2 1 0+1059.4 a b c
88.010
88.410
88.380
88.300
88.240
88.300
88.100
ELEVASI ( M )
96
DAFTAR PUSTAKA
Frans, J.H. 2017. Bahan Ajar Mata Kuliah Jalan Raya I. Teknik Sipil Universitas Nusa
Cendana, Kupang.
Petunjuk Tertib Pemanfaatan Jalan, 1990. Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta.
RSNI T – 14 – 2004. Geometrik Jalan Perkotaan, Badan Standardisasi Nasional (BSN),
Jakarta.
Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997. Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta.
Sukirman,Silvia.1999.Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan.Nova: Bandung
97