Anda di halaman 1dari 82

TUGAS TERSTRUKTUR

PERENCANAAN TPA SAMPAH (TKL – 6315)

KECAMATAN PUTUSSIBAU, KABUPATEN KAPUAS HULU

Disusun Oleh:

Harummitha Harissa (D1051191006)

Johanes Kevin A. J. S (D1051191026)

Muhammad Ilham M (D1051191034)

Raina Syawfani (D1051191044)

Muhammad Farrell D. F (D1051191086)

Dosen Pengampu:

Dr. ARIFIN, ST.,M.Eng.Sc

NIP. 1972102819981005

JURUSAN TEKNIK

LINGKUNGAN FAKULTAS

TEKNIK UNIVERSITAS

TANJUNGPURA 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
berkah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan
ini tepat pada waktunya. Pemikiran yang tertuang di dalam laporan ini merupakan
serpihan tema yang dikaji, dibahas, dan dijumpai serta dianalisis dalam berbagai
literatur. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Arifin, ST.,
M.Eng.Sc selaku dosen mata kuliah Perencanaan TPA Sampah yang telah
memberikan bimbingan kepada kami dalam pengerjaan tugas besar ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca. Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, dengan tangan terbuka kami menyambut baik
segala saran dan kritikan yang sifatnya membangun. Semoga laporan ini dapat
memperkaya khazanah pengetahuan bagi siapa saja dan bisa menjadi bahan
rujukan untuk meneliti lebih mendalam tentang tema ini.

Pontianak, 16 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

DAFTAR TABEL.................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v

BAB I PERHITUNGAN PERENCANAAN TPA SAMPAH.............................1

1.1. Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

1.4 Ruang Lingkup...........................................................................................2

BAB II GAMBARAN UMUM..............................................................................3

2. 2 Timbulan Sampah......................................................................................4

2. 3 Sumber Sampah.........................................................................................7

2. 4 Timbunan Limbah Padat Domestik.........................................................10

BAB III PERHITUNGAN PERENCANAAN TPA SAMPAH........................13

3. 1 Proyeksi Penduduk...................................................................................13

3. 2. Pemilihan Metode Proyeksi.....................................................................17

3. 3. Proyeksi Jumlah Penduduk......................................................................18

BAB IV PERENCANAAN TPA.........................................................................23

4. 1 Analisis Kapasitas dan Ketersediaan Lahan TPA....................................23

4. 2 Analisis Pemilihan Lokasi TPA...............................................................26

4. 3 Analisis Debit Lindi (Leachate)..............................................................31

4. 4 Analisis Sarana dan Prasarana.................................................................47

4. 5 Dimensi Sarana dan Prasarana.................................................................52

4. 6 Rancangan Anggaran Biaya.....................................................................56

BAB V PENUTUP................................................................................................61
ii
iii
5.1 Kesimpulan..............................................................................................61

5.2 Saran........................................................................................................62

LAMPIRAN..........................................................................................................63
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Timbulan Sampah Berdasarkan Sumbernya..........................................9
Tabel 2. 2 Rekapitulasi Timbulan Sampah...........................................................11
Tabel 3. 1 Data Jumlah Penduduk Kota Ketapang Tahun 2012 – 2021...............14
Tabel 3. 2 Penentuan Nilai Korelasi (r) pada Metode Aritmatik..........................19
Tabel 3. 3 Penentuan Nilai Korelasi (r) pada Metode Geometrik.........................19
Tabel 3. 4 Penentuan Nilai Korelasi (r) pada Metode Least Square.....................20
Tabel 3. 5 Penentuan Metode Proyeksi Jumlah Penduduk...................................21
Tabel 3. 6 Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2022 Hingga 2042........................21
Tabel 4. 1 Daya Dukung Tanah.............................................................................24
Tabel 4. 2 Luas Lahan TPA..................................................................................25
Tabel 4. 3 Parameter Pemilihan Lokasi TPA........................................................28
Tabel 4. 4 Perhitungan Evapotranspirasi Bulan Januari Tahun 2012...................31
Tabel 4. 5 Resume Hasil Evapotranspirasi Tahun 2011-2020..............................36
Tabel 4. 6 Perhitungan Debit Andalan Bulan JanuariTahun 2012........................37
Tabel 4. 7 Resume Hasil Perhitungan Debit Andalan Tahun 2012 – 2021...........43
Tabel 4. 8 Nilai Debit Andalan Untuk Berbagai Macam Kegiatan.......................44
Tabel 4. 9 Hasil Perhitungan Debit Probabilitas Pada Bulan Januari 2012 2021
............................................................................................................................... 45
Tabel 4. 10 Resume Perhitungan Debit Andalan Debit Probabilitas 99%............46

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Letak Geografis.................................................................................3


Gambar 4. 1 Diagram Alir Analisis Metode Mock..............................................31
Gambar 4. 2 Debit Andalan 99% di Lokasi Pengembangan TPA Kota Putussibau
............................................................................................................................... 46

v
BAB I
PERHITUNGAN PERENCANAAN TPA SAMPAH

1.1. Latar Belakang


Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah tempat pemprosesan akhir atau
tempat penampungan akhir dari sampah yang berasa dari tempat pembuangan
sementara (TPS). Tempat Pembuangan akhir (TPA) memiliki berbagai macam
proses seperti Open dumping, Controlling Landfill, dan Sanitary Landfill. TPA
adalah tempat pengumpulan sampah yang harus terisolir secara baik sehingga
tidak menyebabkan pengaruh negatif pada lingkungan sekitar TPA. Pengumpulan
Sampah biasanya dilakukan 2 hari sekali atau sehari sekali, sesuai peraturan
daerah masing – masing wilayah yang memiliki TPA. Pengankutan sampah
memiliki 2 sistem seperti Hauled Container System (HCS), yaitu pengangkutan
sampah menggunakan Kontainer dimana isinya dikosongkan dan diangkut ke
TPA kemudian dikembalikan keposisi semula, pengumpulan sampah diangkut
menggunakan kendaraan roda 4 seperti Armroll Truck dan Dump Truck.
Kemudian sistem Stationary container system (SCS) adalah sistem pengumpulan
dimana kontainter tidak berpindah tempat atau tetap pada tempatnya, biasanya
digunakan untuk melayani wilayah pemukiman.

Perencanaan TPA harus dilakukan dengan pertimbangan luas lahan,


banyaknya penduduk, kontur tanah, temperatur, curah hujan, arah angin, dan
kelembapan. Dengan adanya data tersebut perencanaan sistem TPA dapat
dibangun dengan berdasarkan aspek tersebut. Perencanaan TPA harus dilakukan
dengan pertimbangan luas lahan. Perencanaan TPA juga perlu
mempertimbangkan daerah atau kawasan yang dipilih. Kawasan yang pilih harus
jauh dari wilayah penduduk suapaya tidak mengganggu aktivitas dan kenyamanan
penduduk.

Putussibau Utara dan Selatan merupakan Kecamatan yang berada di


Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Jumlah penduduk Kecamatan
Putussibau Utara dan Selatan mencapai 49.950 jiwa dengan laju pertumbuhan
penduduk 1,4% menurut data BPS Kabupaten Kapuas Hulu dalam Angka Tahun
2022. Banyaknya penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

1
2

banyaknya sampah yang dihasilkan setiap tahunnya, dengan luas wilayah


10.557,13 km2 menurut data BPS Kabupaten Kapuas Hulu dalam Angka Tahun
2022. Hal ini dapat menjadi pertimbangan untuk melakukan perencanaan TPA
untuk wilayah Kecamatan Putussibau Utara dan Selatan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari perencanaan TPA di Kota Putussibau:
1. Bagaimana merencanakan TPA di Kota Putussibau yang sesuai dengan
aturan yang sudah ditentukan?
2. Bagaimana merencanakan kebutuhan lahan TPA untuk 20 Tahun
kedepan?
3. Bagaimana merencanakan pembangunan tanggul di TPA Putussibau?

1.3 Tujuan
Tujuan dari perencanaan TPA di Kecamatan Pontianak Barat :
1. Merencanakan TPA yang sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan
2. Merencanakan kebutuhan lahan TPA untuk 20 Tahun kedepan
3. Merencanakan pembangunan Tanggul TPA Putussibau

1.4 Ruang Lingkup


Perencanaan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dilakukan di Kecamatan
Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.
Perencanaan ini dilakukan untuk merancang TPA yang lebih efektif agar
memiliki sarana dan prasarana yang sesuai kebutuhan dan peraturan yang
berlaku.
BAB II
GAMBARAN UMUM

2. 1 Geografis
Putussibau Utara dan Putussibau Selatan merupakan kecamatan di
Kabupaten Kapuas Hulu, provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Putussibau Utara
sebagai ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu, dengan jumlah penduduk sebanyak
27.556 jiwa tahun 2021. Kabupaten Kapuas Hulu, secara astronomis berada pada
0,5o Lintang Utara sampai 1,4o Lintang Selatan dan 111,40o sampai 114,10o Bujur
Timur dengan ibukota Putussibau. Secara geografis Kecamatan Putussibau
Selatan dan Utara memiliki persentase 35% dari total luas wilayah Kabupaten
Kapuas Hulu. Kecamatan Putussibau Utara memiliki panjang 1,143 kilometer
dengan koordinat 0°51’58”N 112°55’28”E. Kecamatan Putussibau Selatan dan
Utara merupakan Kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar yaitu 5.532,30
km2 dan 5.204,80 km2.

Gambar 2. 1 Letak Geografis

3
4

2. 2 Timbulan Sampah
Permasalahan limbah padat atau yang sering disebut dengan sampah, selama
ini terus meningkat di Indonesia yang menyebabkan buruknya kondisi
pengelolaan lingkungan di Indonesia, dan ditambah lagi dengan minimnya
fasilitas pengelolaan sampah di Indonesia menyebabkan permasalahan ini menjadi
sangat kompleks untuk dihadapi, selain itu Urbanisasi yang cepat dan
pertumbuhan yang cepat dalam standar kehidupan di kota-kota, menjadi alasan
utama dalam peningkatan jumlah dan kompleksitas sumber limbah (Kashid et al.,
2015).
Limbah padat merupakan hasil buangan industri yang berupa padatan,
lumpur berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat dapat berasal dari
kegiatan industri dan domestik. Untuk limbah domestik pada umumnya berbentuk
limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran,
peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padatnya
seperti, kertas, plastik, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dan lainnya.
Menurut SNI 19-2454 (2002), timbulan sampah yaitu banyaknya sampah
yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita per
hari, atau perluas bangunan atau perpanjang jalan. Adapun dibawah ini beberapa
faktor yang dapat memepengaruhi jumlah sampah sebagai berikut, (Budiman
Candra, 2007):
 Jumlah penduduk
Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan
penduduk. Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena
tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang. Semakin
meningkat aktivitas penduduk, sampah yang dihasilkan semakin banyak,
misalnya pada aktivitas pembangunan, perdagangan, industri, dan
sebagainya.
 Jenis Sampah
Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin
kompleks pula macam dan jenis sampahnya.
 Kemajuan teknologi
Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat.
Contoh plastik, kardus, rongsokan AC, TV, kulkas, dan sebagainya
jumlah dan kualitas.
5

Data timbulan limbah padat ini diperlukan untuk menentukan jumlah


sampah yang harus dikelola. Hal ini berkaitan erat dengan perencanaan sistem
pengumpulan yang antara lain menyangkut penentuan macam dan jumlah
kendaraan yang dipilih, jumlah pekerja yang dibutuhkan, serta jumlah dan bentuk
transfer depo yang diperlukan, penentuan area yang diperlukan untuk
pembuangan akhir. Untuk menentukan takaran timbulan limbah padat umumnya
dipakai adalah ukuran volume yang dinyatakan dalam m3 /hari atau dalam ukuran
berat sampah yaitu ton/hari.
Pengertian laju timbulan limbah padat adalah banyaknya limbah padat yang
dihasilkan per orang per hari dalam satuan volume maupun berat. Besarnya
timbulan limbah padat ini diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan
terhadap sampah yang dihasilkan dari berbagai jenis sumber limbah padat.
Limbah padat di TPA umumnya lebih sedikit jumlahnya daripada jumlah limbah
padat di sumber. Hal ini disebabkan karena adanya pemulung sampah yang
mengambil benda-benda yang masih dapat dimanfaatkan atau bernilai ekonornis
(seperti kertas, botol, plastik), selain itu juga ada yang dibakar, dibuang ke sungai,
atau masih lahan kosong. Oleh karena itu perlu dilakukan survei ke sumber
limbah padat untuk mengurangi kesalahan dari data timbulan limbah padat yang
tercatat (Sidik, 2008).
2.2.1 Besaran Timbulan Limbah Padat Berdasarkan Sumber
Menurut Sidik (2008). Berdasarkan sumbernya limbah padat dapat dibagi
sebagai berikut:
a. Limbah Padat Daerah Pusat Perdagangan
Limbah padat seperti ini terdiri dari sampah-sampah hasil aktivitas di
pusat kota dengan tipe fasilitas seperti toko, restoran, pasar, bangunan
kantor, hotel, motel, bengkel, dan sebagainya yang menghasilkan sampah
seperti plastik, kertas, organik dan, unsur logam, dan limbah seperti limbah
pemukiman.
b. Limbah Padat yang Berasal Dari Pemukiman
Limbah padat ini terdiri dari limbah-limbah hasil kegiatan rumah tangga,
baik keluarga kecil atau besar, dari kelas bawah sampai kelas atas. Limbah
padat ini terdiri dari sampah makanan, kertas, tekstil, sampah pekarangan,
kayu, kaca, kaleng, aluminium, debu atau abu, sampah di jalanan, sampah
elektronik seperti baterai, oli dan ban.
6

c. Limbah Padat Institusional


Limbah padat ini terdiri dari limbah-limbah hasil aktivitas institusi
seperti sekolah, rumah sakit, penjara, pusat pemerintahan dan sebagainya
yang umumnya menghasilkan limbah padat seperti pada limbah padat yang
dihasilkan disekitar pemukiman. Khusus untuk sampah rumah sakit
ditangani dan diproses secara terpisah dengan sampah lain. Terdapat faktor
lingkungan fisik, kimiawi dan biologi di rumah sakit yang menimbulkan
atau mengakibatkan pengaruh buruk pada kesehatan jasmani, rohani dan
kesehatan sosial bagi petugas, penderita, pengunjung dan masyarakat sekitar
rumah sakit.
d. Limbah Padat Konstruksi
Limbah seperti ini terdiri dari limbah-limbah hasil aktivitas konstruksi
seperti sampah dari lokasi pembangunan konstruksi, perbaikan jalan,
perbaikan bangunan dan sebagainya yang menghasilkan sampah kayu, beton
dan puing-puing. Pada setiap pelaksanaan sebuah proyek konstruksi tidak
dapat dihindari munculnya limbah konstruksi, baik yang masih bisa didaur
ulang ataupun yang sudah tidak dapat diolah kembali, sehingga dapat
dikatakan proyek konstruksi sangat erat kaitannya dengan limbah konstruksi
yang dihasilkan.
e. Limbah Padat Pelayanan Umum
Limbah padat ini terdiri dari limbah-limbah hasil aktivitas pelayanan
umum seperti daerah rekreasi, tempat olah raga, tempat ibadah, pembersihan
jalan, parkir, pantai dan sebagainya yang umumnya menghasilkan limbah
padat organik.
f. Limbah Padat Industri
Limbah padat ini terdiri dari limbah-limbah hasil aktivitas pabrik,
konstruksi, industri berat dan ringan, instalasi kimia, pusat pcmbangkit
tenaga, dan sebagainya.
7

2. 3 Sumber Sampah
Keberadaan sampah tidak berdiri sendiri. Adanya sampah karena banyak
factor dan situasi yang meliputinya. Oleh karena itu, sampah mempunyai sumber
dan jenisnya masing masing. Sumber-sumber sampah yaitu:
 Pertama, sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes).
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah
tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik
yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik,
daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan,
perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman.
 Kedua, sampah yang berasal dari tempat-tempat umum. Sampah ini
berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan,
terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa
kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.
 Ketiga, sampah yang berasal dari perkantoran. Sampah ini dari
perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen,
perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik,
karbon, klip dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat anorganik,
dan mudah terbakar (rubbish). D. Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari:
kertaskertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban,
onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daundaunan, plastik, dan
sebagainya.
 Keempat, sampah yang berasal dari industri (industrial wastes). Sampah
ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari
pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses
produksi, misalnya: sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik,
kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.
 Kelima, sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan. Sampah ini
sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa sayur-
mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan
sebagainya.
8

 Keenam, sampah yang berasal dari pertambangan. Sampah ini berasal


dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis usaha
pertambangan itu sendiri, maisalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir,
sisa- sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.
 Ketujuh, sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan. Sampah
yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa: kotoran-kotoran
ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan sebagainya (Notoatmojo,
2003).
Banyaknya sumber sampah menjadikan masyarakat harus lebih hati-hati dan
melakukan manejemen secara benar dalam pengelolaan sampah. Melihat fakta
sumber sampah di atas dampaknya akan sangat terasa dalam kehidupan manusia.
Oleh karena itu, sumber sampah yang dari rumah tangga ini dijadikan sebagai
instrument pembelajaran dan penguatan kapasitas dan mindset masyarakat
terhadap persoalan sampah. Tentunya, dengan mengetahui sumber-sumber adanya
sampah akan semakin memberikan pendidikan positif bagi pengelolaan sampah,
minimal disekitarnya, minimal tidak membuang sampah sembarang. Sementara
itu, sampah tentu juga mempunyai jenisnya, antar lain:
a. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
Terdapat 2 jenis sampah berdasarkan zat kimia yan g terkandung
didalamnya yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik adalah
sampah yang pada umumnya dapat membusuk, seperti sisa-sisa makanan,
daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya. Sedangkan sampah anorganik
merupakan sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, seperti logam
atau besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.
b. Sampah berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar.
Sampah yang tergolong dalam jenis ini antara lain yaitu sampah yang
mudah terbakar, misalnya: kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan
sebagainya. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng
bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003).
c. Sampah berdasarkan karakteristiknya.
Sampah berdasarkan karakteristiknya antara lain yaitu:
9

(1) Abu (ashes), merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah
terbakar, baik di rumah, di kantor maupun industry
(2) Sampah Jalanan (street sweeping), yang berasal dari pembersihan
jalan dan trotoar, terdiri dari kertas-kertas, kotoran dan daun-daunan.
(3) Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang yang mati
karena bencana alam, penyakit atau kecelakaan.
d. Sampah pemukiman (household refuse)
Sampah ini merupakan sampah campuran yang berasal dari daerah
perumahan. Contoh dari sampah pemukiman antara lain yaitu:
(1) Bangkai kendaraan (abandoned vehicles), contohnya adalah bangkai
mobil, truk, kereta api, satelit, kapal laut dan alat transportas lainnya;
(2) Sampah industry yang terdiri dari sampah padat yang berasal dari
industri.
Tabel 2. 1 Timbulan Sampah Berdasarkan Sumbernya

Satuan

Klasifikasi Kota
Volume (L/org/hari) Berat (Kg/org/hari)

Kota Sedang 2,75 -3,25 0,70 – 0,80

Kota Kecil 2,5 – 2,75 0,625 – 0,70

Sumber: SNI 19-2983-1995


Menurut Tchobanoglous, Theissen dan Vigil (1993) pengukuran timbulan
sampah dilakukan untuk mengetahui banyaknya sampah yang dihasilkan di masa
sekarang dan di masa yang akan datang sehingga dapat ditentukan beberapa hal
berikut ini:
a. Dasar perencanaan sistem pengelolaan sampah.
b. Jumlah sampah yang dikelola.
c. Sistem pengumpulan, yang artinya menentukan jenis dan jumlah
kendaraan, jumlah pekerja serta jumlah dan bentuk TPS yang akan
digunakan.
10

Besarnya timbulan sampah ditentukan dengan pengambilan sampel sampah


pada suatu daerah. Hal ini bukan merupakan hal yang mudah karena terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti waktu, sumber daya yang tersedia,
dan dana. Akibatnya, pengukuran timbulan sampah tidak selalu menghasilkan
hasil yang dapat mempresentasikan timbulan sampah pada suatu daerah.
Sedangkan untuk laju timbulan sampah dipengaruhi beberapa faktor berikut ini:
a. Pengurangan sampah pada sumber dan aktivitas daur ulang.
b. Perilaku masyarakat dan perundang-undangan.
Pengurangan timbulan sampah secara signifikan terjadi ketika masyarakat
mengubah cara hidupnya untuk mengurangi sampah. Dengan perundang-
undangan yang kuat untuk mengatur penggunaan kemasan produk, seperti
pengaturan ukuran dan penggunaan bahan kemasan, maka timbulan sampah dapat
dikurangi dengan kondisi fisik dan geografis daerah. Kondisi fisik dan geografis
berpengaruh dalam besarnya timbulan sampah. Sebagai contoh, jumlah sampah
yang dihasilkan dari taman pada daerah dengan musim pertumbuhan yang lebih
lama akan mengahsilkan sampah taman yang lebih banyak dalam periode waktu
yang lebih lama pula.

2. 4 Timbunan Limbah Padat Domestik


Satuan timbulan sampah ekivalen kota Putussibau Utara dan Selatan sebesar
0,0021 m3/orang/hari atau 2,1 L/orang/hari. Persentase tingkat pelayanan sampah
yang terlayani merupakan asumsi yang di ambil dari tingkat pelayanan eksisting
yang terdapat di Kabupaten Kapuas Hulu sesuai dengan Memorandum Program
Sanitasi Kabupaten Kapuas Hulu. Asumsi persentase pengurangan sampah
disesuaikan dengan kondisi eksisting di wilayah perencanaan TPA dimana belum
ada pengurangan sampah yang terjadi di Kecamatan Putussibau Utara dan Selatan
berupa TPST, jadi asumsi tingkat pelayanan sesuai dengan persentase kenaikan
jumlah penduduk setiap tahunnya. Berikut Tabel 2.2 merupakan tabel rekapitulasi
timbulan sampah dari tahun 2021 hingga 2041.Tabel 2.2 Rekapitulasi Timbulan
Sampah
1

Tabel 2. 2 Rekapitulasi Timbulan Sampah

Volume Timbuan Sampah

Tingkat Timbulan
Potensi Tingkat Timbulan Timbulan Total
SatuanTimbula Pelayanan Sampah Total Kebutuhan Kebutuhan
Timbulan Pelayanan Sampah Sampah Volume
Jumlah n Sampah per Sampah Non Timbulan Lahan Lahan
Tahun Sampah Sampah Domestik Non Timbulan
Penduduk orang Non Domestik Sampah Urug/ Urug/
Domestik Domestik Terlayani Domestik Sampah
(m³/orang/hari) Domestik Terlayani (m³/tahun) Tahun (m²) Tahun (Ha)
(m³/hari) (%) (m³/hari) (m³/hari) (m³/hari)
(%) (m³/hari)

2022 50457 0.0021 105.96 5% 5.30 2.27 90% 2.04 7.34 1101.23 197.00 0.02
2023 50969 0.0021 107.04 9% 9.63 4.13 92% 3.80 13.43 2014.72 360.41 0.04
2024 51487 0.0021 108.12 13% 14.06 6.02 95% 5.72 19.78 2966.80 530.73 0.05
2025 52010 0.0021 109.22 17% 18.57 7.96 100% 7.96 26.52 3978.73 711.75 0.07
2026 52538 0.0021 110.33 21% 23.17 9.93 100% 9.93 33.10 4964.80 888.15 0.09
2027 53071 0.0021 111.45 25% 27.86 11.94 100% 11.94 39.80 5970.49 1068.05 0.11
2028 53610 0.0021 112.58 29% 32.65 13.99 100% 13.99 46.64 6996.08 1251.52 0.13
2029 54154 0.0021 113.72 33% 37.53 16.08 100% 16.08 53.61 8041.88 1438.60 0.14
2030 54704 0.0021 114.88 37% 42.50 18.22 100% 18.22 60.72 9108.20 1629.36 0.16
2031 55259 0.0021 116.04 41% 47.58 20.39 100% 20.39 67.97 10195.34 1823.83 0.18
2032 55820 0.0021 117.22 45% 52.75 22.61 100% 22.61 75.36 11303.61 2022.09 0.20
2033 56387 0.0021 118.41 49% 58.02 24.87 100% 24.87 82.89 12433.34 2224.19 0.22
2034 56959 0.0021 119.61 53% 63.40 27.17 100% 27.17 90.57 13584.84 2430.18 0.24
2035 57538 0.0021 120.83 57% 68.87 29.52 100% 29.52 98.39 14758.44 2640.12 0.26
2036 58122 0.0021 122.06 61% 74.45 31.91 100% 31.91 106.36 15954.47 2854.08 0.29
1

2037 58712 0.0021 123.30 65% 80.14 34.35 100% 34.35 114.49 17173.27 3072.11 0.31
2038 59308 0.0021 124.55 69% 85.94 36.83 100% 36.83 122.77 18415.17 3294.27 0.33
2039 59910 0.0021 125.81 73% 91.84 39.36 100% 39.36 131.20 19680.51 3520.63 0.35
2040 60518 0.0021 127.09 77% 97.86 41.94 100% 41.94 139.80 20969.65 3751.24 0.38
2041 61133 0.0021 128.38 81% 103.99 44.57 100% 44.57 148.55 22282.94 3986.17 0.40
2042 61754 0.0021 129.68 85% 110.23 47.24 100% 47.24 157.47 23620.73 4225.49 0.42
TOTAL 1174421 2466.28 1146.34 491.29 490.43 1636.77 245515.26 43919.95 4.39
Sumber: Hasil Analisis, 2022
BAB III
PERHITUNGAN PERENCANAAN TPA SAMPAH

3. 1 Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk adalah metode perkiraan jumlah penduduk dengan
memperhatikan karakteristik penduduk berupa umur dan jenis kelamin. Metode
ini dapat dilakukan dengan metode langsung dan metode tidak langsung. Metode
langsung menggunakan data penduduk secara langsung, sedangkan metode tidak
langsung menggunakan asumsi kecenderungan parameter kependudukan pada
waktu lampau dan asumsi persentase jumlah anak yang tidak diketahui ibunya
sebesar 0.01 % sesuai dengan asumsi yang diterapkan oleh Badan Pusat Statistik
(Munifah, 2006).
Metode proyeksi penduduk dapat diperkirakan jumlah penduduk periode
yang akan datang yang dirinci menurut umur dan jenis kelamin. Dalam proyeksi
penduduk diperhatikan pula perubahan-perubahan yang terjadi pada komponen
pertambahan penduduk untuk setiap periode proyeksi, sehingga perhitungannya
lebih rumit apabila dibandingkan dengan metode estimasi. Proyeksi penduduk
adalah perhitungan kondisi masa depan yang mungkin terjadi dengan
menggunakan beberapa asumsi, seperti bila angka kelahiran, kematian, dan
migrasi saat ini tidak berubah. Manfaat yang didapatkan dari proyeksi penduduk
yaitu untuk mengetahui keadaan penduduk pada masa kini, untuk mengetahui
dinamika dan karakteristik kependudukan yaitu berkaitan dengan penyediaan
sarana dan prasarana serta untuk mengetahui pengaruh berbagai kejadian terhadap
keadaan penduduk di masa lalu, masa kini, dan masa yang akan mendatang.
Penggunaan proyeksi penduduk tersebut diatas dapat digunakan untuk 2 macam
perencanaan:
1. Perencanaan yang tujuannya untuk menyediakan jasa sebagai respons
terhadap penduduk yang sudah diproyeksi tersebut.
2. Perencanaan yang tujuannya untuk merubah trend penduduk menuju ke
perkembangan demografi sosial dan ekonomi.
Proyeksi penduduk dilakukan untuk memperkirakan berapa banyaknya
timbulan sampah yang dihasilkan per orang per harinya pada beberapa tahun
kedepan. Memperkirakan banyaknya timbulan sampah berdasarkan jumlah

13
1

penduduk bertujuan memberikan gambaran pada perencanaan TPA (Tempat


Pemrosesan Akhir), khususnya pada seberapa lama TPA difungsikan dengan
efisien dan kapasitas luas TPA dalam menampung sampah yang dihasilkan
penduduk. Adapun data jumlah penduduk Kota Ketapang dari tahun 2012 – 2022
sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Data Jumlah Penduduk Kota Ketapang Tahun 2012 – 2021

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

2012 45635
2013 46345
2014 47182
2015 47009
2016 47850
2017 48135
2018 48978
2019 50241
2020 49662
2021 49950
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2022

Sebelum menentukan metode apa yang digunakan dalam proyeksi


penduduk, maka terlebih dahulu menentukan umur TPA yang akan direncanakan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
03/Prt/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan
dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga pasal 36 menyatakan bahwa umur teknis TPA minimal 10 tahun.
Kemudian berdasarkan petunjuk teknis tata cara perencanaan TPA menurut Dinas
Pekerjaan Umum area yang digunakan dalam perencanaan TPA harus dapat
menampung sampah selama 10 atau 20 tahun yang akan datang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa TPA pada Kecamatan Muara Pawan direncanakan selama 20
tahun.

Berdasarkan perencanaan TPA selama 20 tahun, maka untuk mendapatkan


berapa banyak volume sampah yang akan masuk ke dalam TPA dalam 20 tahun
1

mendatang, perlu dilakukan proyeksi penduduk dan fasilitas kota pada Kota
Ketapang. Metode yang digunakan dalam memproyeksikan jumlah penduduk
untuk 20 tahun yaitu metode Aritmatik, metode Geometrik, dan metode Least
Square. Selanjutnya, dipilih salah satu metode yang paling tepat dengan melihat
korelasi I dan standar deviasinya. Proyeksi penduduk ini dapat dilakukan dengan
tiga metode:

A. Metode Aritmatika
Proyeksi penduduk dengan metode aritmatik mengasumsikan bahwa
jumlah penduduk pada masa depan akan bertambah dengan jumlah yang sama
setiap tahun. Metode perhitungan dengan cara aritmatika didasarkan pada
kenaikan rata-rata jumlah penduduk dengan menggunakan data terakhir dan
rata-rata sebelumnya. Model linier aritmatika menurut Klosterman (1990)
adalah teknik proyeksi yang paling sederhana dari seluruh model tren. Model
ini menggunakan persamaan derajat pertama. Metode ini biasanya disebut juga
dengan rata-rata hilang. Metode ini digunakan apabila data berkala
menunjukkan jumlah penambahan yang relatif sama setiap tahun. Hal ini
terjadi pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat pertumbuhan
ekonomi rendah dan perkembangan kota tidak terlalu pesat.
Pada metode aritmatika ini, jumlah penduduk tahun n (Pn) adalah :
.................................................................
Pn = Po + Ka (Tn-To); Ka = 𝑃2−𝑃1 (1.1)
𝑇2−𝑇1

Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
Tn = Tahun ke-n
To = Tahun dasar
Ka = Konstanta aritmatik
P1 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun pertama
P2 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
T1 = Tahun pertama
T2 = Tahun terakhir
1

Hasil proyeksi akan berbentuk suatu garis lurus. Model ini berasumsi
bahwa penduduk akan bertambah atau berkurang sebesar jumlah absolute yang
sama atau tetap pada masa yang akan datang sesuai dengan kecendrungan yang
terjadi pada masa lalu. Model ini hanya dapat diaplikasikan untuk wilayah
kecil dengan pertumbuhan penduduk yang lambat, dan tidak tepat untuk
proyeksi pada wilayah-wilayah yang lebih luas dengan pertumbuhan penduduk
yang tinggi.

B. Metode Geometri
Proyeksi penduduk dengan metode geometrik menggunakan asumsi bahwa
jumlah penduduk akan bertambah secara geometrik menggunakan dasar
perhitungan bunga majemuk. Laju pertumbuhan penduduk (rate of growth)
dianggap sama untuk setiap tahun. Asumsi dalam model ini adalah penduduk
akan bertambah atau berkurang pada suatu tingkat pertumbuhan (persentase)
yang tetap (Adioetomo dan Samosir, 2010). Menurut Klosterman (1990),
proyeksi dengan tingkat pertumbuhan yang tetap ini umumnya dapat diterapan
pada wilayah, dimana pada tahun-tahun awal observasi pertambahan penduduk
absolutnya sedikit dan menjadi banyak pada pada tahun-tahun akhir. Metode
ini digunakan bila data menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke
waktu. Jadi pertumbuhan penduduk dimana angka pertumbuhan adalah sama
atau konstan untuk setiap tahun.

Pn = Po + (1 + r)dn....................................................................................(1.2)

Keterangan:
Po = Jumlah Penduduk mula-mula
Pn = Penduduk tahun n
dn = Kurun waktu
r = Rata-rata presentase tambahan penduduk pertahun
C. Least Square
Metode ini merupakan metode regresi untuk mendapatkan hubungan
antara sumbu Y yaitu jumlah penduduk dan sumbu X yaitu tahunnya dengan
cara menarik garis linier antara data-data tersebut dan meminimumkan jumlah
pangkat dua dari masing-masing penyimpangan jarak data-data dengan garis
1

yang dibuat. Metode ini umumnya digunakan pada daerah yang tingkat
pertambahan penduduknya cukup tinggi. Perhitungan pertambahan jumlah
penduduk dengan metode ini didasari oleh data tahun-tahun sebelumnya
dengan menganggap bahwa pertambahan jumlah penduduk suatu daerah
disebabkan oleh kematian, kelahiran, dan migrasi. Persamaan yang digunakan
adalah:
𝑃𝑛 = 𝑎 + (𝑏 x t)..............................................................................................(1.3)

Keterangan:
Pn : Jumlah penduduk tahun ke n (jiwa)
a : Konstanta
b : Koefisien arah regresi linier
t : Selisih antara tahun proyeksi dengan tahun dasar (tahun)
Sedangkan nilai a dan b dapat dicari dengan persamaan
berikut:

2 )–(Σt)(Σp.t).................................................................................................................
𝑎= (Σp)(Σt
𝑛 (Σt2)−(Σt)2 (1.4)

(Σpt)−(Σt )(Σp)..........................................................................................................................
𝑏= n𝑛 (Σt2)−(Σt)2 (1.5)

3. 2. Pemilihan Metode Proyeksi


Untuk menentukan pilihan metode proyeksi jumlah penduduk yang akan
digunakan dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran harus
dilakukan analisa dengan menghitung standar deviasi dan koefisien korelasi.
Standar deviasi adalah ukuran dari seberapa luas simpangan nilai dari nilai rata-
rata (mean). Untuk mementukan metode proyeksi yang paling mendekati
kebenaran terlebih dahulu perlu dihitung standar deviasi dari hasil perhitungan
ketiga metode diatas. Metode proyeksi yang dipilih adalah metode dengan standar
deviasi (penyimpangan) yang terkecil dan r korelasi yang mendekati 1. Untuk
perhitungan standar deviasi (SD), dapat menggunakan rumus:

∑(𝑌𝑛−𝑌)2−∑(𝑌𝑛−𝑌)2/𝑛..........................................(1.6)
Standar Deviasi (S) = √
Keterangan:
n = banyaknya tahun pada data eksisting
Yn = proyeksi jumlah penduduk tahun ke
n
1

Y = jumlah penduduk tahun ke n


n = jumlah data
Selanjutnya untuk menentukan r korelasi dapat menggunakan rumus:

𝑅2 = (Σ𝑌𝑛 – 𝑌𝑚𝑒𝑎𝑛) 2 – (Σ𝑌𝑛 – 𝑌) 2 (Σ𝑌𝑛 – 𝑌𝑚𝑒𝑎𝑛) 2.................................(1.7)

Keterangan:
R2 = Koefisien korelasi
Yn = Variable independen Y
Y = Data penduduk per
tahun
Ymean= Rata-rata jumlah penduduk

3. 3. Proyeksi Jumlah Penduduk


Terdapat 3 metode yang dapat digunakan dalam memproyeksikan jumlah
penduduk, yaitu; metode aritmatik, metode geometrik dan metode least square.
Penentuan pilihan rumus metode proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan
dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran, harus dilakukan
analisis dengan menghitung standar deviasi atau koefisien korelasi. Penentuan
pilihan metode proyeksi dalam studi ini dilakukan dengan menghitung koefisien
korelasi. Nilai koefisien korelasi (r) metode yang akan dipilih harus memiliki nilai
mendekati 1 atau yang paling besar, dapat ditentukan dengan rumus berikut:

= √[(n(ΣY2)−(ΣY)2).(n(ΣX2)−(ΣX)2)] ………………...……………………...(1.8)
n.(ΣXY)−(ΣX).(ΣY)
r

Keterangan:
r = Koefisien korelasi
X = Urutan tahun dari 0 untuk metode aritmatik,
Urutan tahun dari 1 untuk metode geometrik dan least square
Y = Pertumbuhan penduduk untuk metode aritmatik
Ln (jumlah penduduk) untuk metode geometric
Jumlah penduduk untuk metode least square
n = Jumlah data
1

A. Metode Aritmatika
Nilai koefisisen korelasi (r) pada metode aritmatik dapat menggunakan
persamaan (2.8), dimana X adalah urutan tahun dari 0, Y adalah pertumbuhan
penduduk dan n adalah jumlah data yang digunakan. Berikut adalah tabel hasil
penentuan nilai korelasi terhadap metode aritmatik:
Tabel 3. 2 Penentuan Nilai Korelasi ® pada Metode Aritmatik

Tahun Jumlah Penduduk x y x2 y2 xy


2012 45635 1
2013 46345 2 710 4 504100 1420
2014 47182 3 837 9 700569 2511
2015 47009 4 -173 16 29929 -692
2016 47850 5 841 25 707281 4205
2017 48135 6 285 36 81225 1710
2018 48978 7 843 49 710649 5901
2019 50241 8 1263 64 1595169 10104
2020 49662 9 -579 81 335241 -5211
2021 49950 10 288 100 82944 2880
Jumlah 480987 55 4315 384 4747107 22828
R= -0,05898519
Sumber: Hasil Analisis, 2022

B. Metode Geometri
Nilai koefisisen korelasi I pada metode aritmatik dapat menggunakan
persamaan (2.8), dimana X adalah urutan tahun dari 1, Y adalah Ln (jumlah
penduduk) dan n adalah jumlah data yang digunakan. Berikut adalah tabel hasil
penentuan nilai korelasi terhadap metode geometrik:

Tabel 3. 3 Penentuan Nilai Korelasi ® pada Metode Geometrik

Jumlah
Tahun x y x2 y2 xy
Penduduk
2012 45635 1 10,72843024 1 115,09922 10,7284
2013 46345 2 10,74386869 4 115,43071 21,4877
2014 47182 3 10,76176774 9 115,81564 32,2853
2

2015 47009 4 10,75809435 16 115,73659 43,0324


2016 47850 5 10,7758264 25 116,11843 53,8791
2017 48135 6 10,78176484 36 116,24645 64,6906
2018 48978 7 10,7991265 49 116,62113 75,5939
2019 50241 8 10,82458671 64 117,17168 86,5967
2020 49662 9 10,81299533 81 116,92087 97,317
2021 49950 10 10,81877778 100 117,04595 108,188
Jumlah 480987 55 107,8052386 385 1162,2067 593,799
r= 0,97056
Sumber: Hasil Analisis, 2022

C. Metode Least Square


Nilai koefisisen korelasi (r) pada metode aritmatik dapat menggunakan
persamaan (2.8), dimana X adalah urutan tahun dari 1, Y adalah jumlah
penduduk dan n adalah jumlah data yang digunakan. Berikut adalah tabel hasil
penentuan nilai korelasi terhadap metode least square:
Tabel 3. 4 Penentuan Nilai Korelasi ® pada Metode Least Square

Tahun x y x2 y2 xy
2012 1 45635 1 2082553225 45635
2013 2 46345 4 2147859025 92690
2014 3 47182 9 2226141124 141546
2015 4 47009 16 2209846081 188036
2016 5 47850 25 2289622500 239250
2017 6 48135 36 2316978225 288810
2018 7 48978 49 2398844484 342846
2019 8 50241 64 2524158081 401928
2020 9 49662 81 2466314244 446958
2021 10 49950 100 2495002500 499500
JUMLAH 55 480987 385 23157319489 2687199
R= 0,970153526
Sumber: Hasil Analisis, 2022
2

Hasil perhitungan di atas menunjukkan angka proyeksi penduduk yang


tidak terlalu jauh dengan data primernya. Hasil perhitungan tersebut dilakukan
pada 10 data dalam tahun 2012 sampai 2021. Fungsi dilakukan perhitungan
tersebut adalah untuk menentukan tren pertumbuhan penduduk, sehingga dapat
di tentukan metodedalam memproyeksikan jumlah penduduk dalam rentang
tahun perencanaan.
Tabel 3. 5 Penentuan Metode Proyeksi Jumlah Penduduk

Metode Korelasi I
Aritmatika -0,05898519
Geometri 0,97056
Least Square 0,970153526
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Berdasarkan Tabel 1.4 dapat dilihat bahwa nilai R pada Metode Geometri
adalah 0,97056≈ 1. Adapun proyeksi jumlah penduduk dari tahun 2021 hingga
2041 dapat dilihatpada Tabel 1.5 berikut :
Tabel 3. 6 Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2022 Hingga 2042

Tahun Jumlah Penduduk


2022 50457
2023 50969
2024 51487
2025 52010
2026 52538
2027 53071
2028 53610
2029 54154
2030 54704
2031 55259
2032 55820
2033 56387
2034 56959
2035 57538
2

2036 58122
2037 58712
2038 59308
2039 59910
2040 60518
2041 61133
2042 61754
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Hasil perhitungan pada Tabel 1.5 di atas, jumlah penduduk Kecamatan


Putussibau Utara dan Putussibau Selatan pada tahun 2042 berjumlah 61754 jiwa
berdasarkan proyeksi penduduk menggunakan metode geometri. Kategori kota
berdasarkan jumlah jiwa yaitu diantaranya: (Ditjen Cipta Karya, 2000)

 Kota kategori I (Metro) (>1.000.000)


 Kota kategori II (Kota besar) (500.000 S/D 1.000.000)
 Kota kategori III (Kota sedang) (100.000 S/D 500.000)
 Kota kategori IV (Kota kecil) (20.000 S/D 100.000)
 Kota kategori V (Desa) (<20.000)
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk yang telah dilakukan, maka dari itu
Karena dapat disimpulkan bahwa Wilayah Kecamatan Putussibau Utara dan
Putussibau Selatan termasuk kedalam kategori kota kecil.
BAB IV
PERENCANAAN TPA

4. 1 Analisis Kapasitas dan Ketersediaan Lahan TPA


Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan akibat adanya
limbah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu pendekatan proaktif dan pendekatan reaktif:
a. Pendekatan proaktif yaitu upaya agar dalam proses penggunaan bahan
akandihasilkan limbah yang seminimal mungkin, dengan tingkat bahaya
yang serendah mungkin.
b. Pendekatan reaktif yaitu penanganan limbah yang dilakukan setelah
limbahtersebut terbentuk.
Pendekatan proakatif merupakan strategi yang diperkenalkan pada akhir
tahun 1970-an dalam dunia industri, dikenal sebagai proses bersih atau teknologi
bersih yang bersasaran pada pengendalian atau reduksi terjadinya limbah melalui
penggunaan teknologi yang lebih bersih dan yang akrab lingkungan. Konsep ini
secara sederhana meliputi:
- Pengaturan yang lebih baik dalam manajemen penggunaan bahan dan
enersi serta limbahnya melalui good house keeping.
- Penghematan bahan baku, fluida dan enersi yang digunakan.
- Pemakaian kembali bahan baku tercecer yang masih bisa dimanfaatkan.
- Penggantian bahan baku, fluida dan enesi.
- Pemodivikasian proses bahkan kalau perlu penggantian proses dan
teknologi yang digunakan agar emisi atau limbah yang dihasilkan
seminimal mungkin dan dengan tingkat bahaya yang serendah mungkin.
- Pemisahan limbah yang terbentuk berdasarkan jenisnya agar lebih mudah
penanganannya.
Pendekatan reaktif, yaitu konsep yang dianggap perlu diperbaiki, adalah
konsep dengan upaya pengendalian yang dilakukan setelah limbah terbentuk,
dikenal sebagai pendekatan end-of-pipe. Konsep ini mengandalkan pada
teknologi pengolahan dan pengurugan limbah, agar emisi dan residu yang
dihasilkan aman dilepas kembali ke lingkungan. Konsep pengendalian limbah
secara reaktif tersebut kemudian diperbaiki melalui kegiatan pemanfaatan kembali

23
2

residu atau limbah secara langsung (reuse), dan/atau melalui sebuah proses
terlebih dahulu sebelum dilakukan pemanfaatan (recycle) terhadap limbah
tersebut.
Sebelum menghitung kebutuhan luas lahan, maka perlu direncanakan tinggi
timbulan sampah. Kriteria standar tinggi timbunan sampah yaitu 5-15m, sehingga
kriteria tinggi timbulan yang dipakai adalah 5 m, karena kenaikan jumlah pada 20
tahun yang akan datang >20.000 yang termasuk kota kecil. Jadi tinggi timbunan
sampah yang akan di rencanakan yaitu 5 m. Tanah memiliki daya dukung dan
daya tapung dalam hal menampung beban di atasnya. Sehingga perlu dilakukan
perhitungan daya dukung tanah dengan konsep apabila Q izin lebih kecil
dibandingkan Q beban (sampah), maka tanah tersebut diperlukan perkuatan
(seperti penambahan cerucuk, tiang pancang dan minipile) begitu pula sebaliknya,
jika Q izin lebih besar dari Q beban, maka tidak diperlukan perkuatan. Berikut
hasil perhitungan untuk daya dukung tanah.
Tabel 4. 1 Daya Dukung Tanah

Massa Tinggi
Sumber h Qc Qi Qbeban
Jenis Timbulan Ket
Beban (m) 2 2 (ton/
(kg/m3) Sampah (kg/m ) (ton/m )
m2)
(m)
Diperlukan
perkuatan
Sampah 750 4 5 5 1.67 7.50 dengan
menggunaka
ncerucuk
Diperlukan
perkuatan
Tanggul 5515.3 4 - 5 1.67 16.55 dengan
menggunaka
ncerucuk
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
2

Perhitungan kebutuhan luas lahan untuk suatu lokasi TPA sampah


didasarkan atas besarnya volume sampah yang diproduksi setiap hari, pemadatan
sampah, dan ketinggian timbunan sampah. Persamaan perhitungan luas
kebutuhanlahan adalah sebagai berikut:
..................................................................................
L = V X 365
𝑇 X 1,15 (3.1)
Dimana :
L = Luas lahan yang dibutuhkan setiap tahun (m3)
V = Volume sampah yang telah dipadatkan (m3/hari)
V =AxE
A = Volume sampah yang akan dibuang
E = Tingkat pemadatan (600 kg/m3)
T = Ketinggian timbunan yang akan direncanakan (m)
Melalui persamaan diatas dapat dihitung luas lahan TPA yang akan
menampung jumlah sampah Kota Putussibau Utara dan Putussibau Selatan dari
tahun 2022 hingga 20 tahun yang akan datang dengan ketinggian timbulan
sampah 4 m.
Tabel 4. 2 Luas Lahan TPA

Volume (m³/hari) Luas (m²) Luas (Ha)

Tahun Tanpa Tanpa Tanpa


Reduksi Reduksi Reduksi
Reduksi Reduksi Reduksi

2022 4,40 3,96 236,40 212,76 0,02 0,02


2023 8,06 7,25 432,49 389,24 0,04 0,04
2024 11,87 10,68 636,87 573,19 0,06 0,06
2025 15,91 14,32 854,10 768,69 0,09 0,08
2026 19,86 17,87 1065,78 959,20 0,11 0,10
2027 23,88 21,49 1281,66 1153,50 0,13 0,12
2028 27,98 25,19 1501,83 1351,64 0,15 0,14
2029 32,17 28,95 1726,32 1553,69 0,17 0,16
2030 36,43 32,79 1955,23 1759,70 0,20 0,18
2031 40,78 36,70 2188,60 1969,74 0,22 0,20
2032 45,21 40,69 2426,51 2183,86 0,24 0,22
2033 49,73 44,76 2669,02 2402,12 0,27 0,24
2034 54,34 48,91 2916,21 2624,59 0,29 0,26
2035 59,03 53,13 3168,15 2851,33 0,32 0,29
2036 63,82 57,44 3424,89 3082,40 0,34 0,31
2

2037 68,69 61,82 3686,53 3317,88 0,37 0,33


2038 73,66 66,29 3953,12 3557,81 0,40 0,36
2039 78,72 70,85 4224,75 3802,28 0,42 0,38
2040 83,88 75,49 4501,49 4051,34 0,45 0,41
2041 89,13 80,22 4783,40 4305,06 0,48 0,43
2042 94,48 85,03 5070,58 4563,53 0,51 0,46
TOTAL 982,06 883,85 52703,94 47433,55 5,27 4,74
TOTAL 1865,92 100137,49 10,01
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Pada perencanaan TPA Kota Putussibau ini menggunakan 20 tahun


perencanaan. Jadi, Luas lahan sampah yaitu 10,01 Ha dan dengan rata-rata 0,5 Ha
untuk 20 tahun perencanaan.

4. 2 Analisis Pemilihan Lokasi TPA


Ketentuan Umum Penyiapan Lahan TPA / TPS :
1. Visi regulasi yang isinya mengatur perencanaan pembangunan TPA,
dimana kodisinya harus sesuai dengan kaidah lingkungan, agar
bermanfaat juga bagi masyarakat sekitar.
2. Evaluasi perencanaan teknis perlu dilakukan pada:
a. SNI tentang Pengelolaan sampah hendaknya dimasukkan dalam Perda
terkait sehingga dapat menjadi acuan kerja dan implementasi Perda.
b. Rencana Tata Ruang Wilayah / Kota (RTRW/K) terkait dengan luas
daerah layanan, manajemen persampahan, tataguna lahan, serta
pertumbuhan penduduk.
c. Estimasi jumlah dan fraksi sampah yang akan dilayani
d. Kondisi Fisik dan Lingkungan Wilayah termasuk Zone penyangga
sekeliling TPA atau TPS.
3. Penyiapan Lahan untuk dijadikan TPA harus melalui seleksi beberapa
tahapan penting:
a. Pemilihan Lokasi (Site)
b. Penyusunan DED ( Detailed Engineering Design)
c. Penyusunan AMDAL ( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
4. Tidak diizinkan membangun permukiman dan sarana lain yang tidak
sesuai dengan tata guna lahan pada area penyangga yang merupakan satu
2

kesatuan dengan lokasi TPA. Sekitar TPA hanya diperbolehkan sebagai


daerah pertanian, peternakan, perkebunan. Pembangunan permukiman
hanya diperbolehkan minimal berjarak 500 meter dari daerah penyangga
(Buffer Area)
5. Ketentuan Sampah dan Limbah yang ditangani TPA :
a. Sampah yang boleh masuk hanya berasal dari kegiatan rumah tangga,
pasar, komersial, perantoran, institusi pendidikan dan limbah sejenis
sampah kota.Sedangkan untuk limbah kategori B3 dilarang masuk ke
TPA.
b. Limbah B3 harus ditangani secara khusus, TPA hanya sebagai tempat
penampungan sementara limbah tersebut. Limbah B3 Rumah Tanga
dikelola dengan mengaktifkan fungsi pewadahan di TPS kemudian
diangkutke tempat pemrosesan akhir. Untuk limbah B3 yang terlanjur
masuk di TPAsudah harus disediakan penampungan tetapi tidak untuk
diolah di TPA.
c. Limbah yang dilarang masuk ke TPA :
Limbah Cair dari rumah tangga, limbah Kategori B3, menurut PP
No.18/99 jo PP85/99 dan limbah dari kegiatan medis (Rumah Sakit)
d. Sampah yang masuk ke TPA tidak seluruhnya diurug ke dalam tanah,
untuk proses selanjutnya dianjurkan seperti daur ulang dengan cara
pengomposan.
Adapun parameter pemilihan lokasi TPA sampah dapat dilihat pada Tabel
4.3 dibawah ini.
2

Tabel 4. 3 Parameter Pemilihan Lokasi TPA

No Parameter Bobot Nilai


I UMUM
1. BatasAdministrasi 5
dalam batas administrasi 10
di luar batas administrasi tetapi dalam
satu sistem pengelolaan TPA sampah 5
terpadu
di luar batas administrasi dan diluar
1
pengelolaan TPA sampah terpadu
di luar batas administrasi 1
Pemilik hak atas tanah 3
pribadi (satu) 7
swasta/perusahaan (satu) 5
2.
lebih dari satu pemilik hak dan atau status
3
kepemilikan
organisasi social/agama 1
Kapasitas lahan 5
> 10 tahun 10
3. 5 tahun – 10 tahun 8
3 tahun – 5 tahun 5
kurang dari 3 tahun 1
Jumlah pemilik tanah 3
satu (1) kk 10
2 – 3 kk 8
4. 4 – 5 kk 5
6 – 10 kk 3
lebih dari 10 kk 1
Partisipasi masyarakat 3
Spontan 10
5.
Digerakkan 5
Negosiasi 1
II LINGKUNGAN FISIK
Tanah (di atas muka air tanah ) 5
harga kelulusan < 10-9 cm / det 10
1. harga kelulusan 10 cm/det = 10 cm/det
-9 -6
7
harga kelulusan > 10-6 cm/det Tolak (kecuali ada
masukan teknologi)
Air tanah 5
2. ≥ 10 m dengan kelulusan < 10-6 cm/det 10
> 10m dengan kelulusan < 10-6 cm/det 8
2

≤ 10m dengan kelulusan 10-6 cm/det – 10-4 3


cm/det
< 10m dengan kelulusan 10-6 cm/det – 10-4 1
cm/det
Sitem aliran air tanah 3
discharge area/lokal 10
3. recharge area dan discharge area lokal 5
recharge area regional dan lokal 1
Kaitan dengan pemanfaatan air tanah 3
kemungkinan pemanfaatan rendah dengan batas
hidrolis 10
4. diproyeksikan untuk dimanfaatkan dengan
batas hidrolis 5
diproyeksikan untuk dimanfaatkan tanpa batas
hidrolis 1
Bahaya banjir 2
tidak ada bahaya banjir 10
5 kemungkinan banjir > 25 tahunan 5
kemungklinan banjir < 25 tahunan Tolak (kecuali
ada masukan teknologi).
Tanah Penutup 4
tanah penutup cukup 10
6. tanah penutup cukup sampai ½ umur pakai 5
tanah penutup tidak ada 1
Intensitas hujan 3
di bawah 500 mm per tahun 10
7. antara 500 mm sampai 1000 mm per tahun 5
di atas 1000 mm per tahun 1
Jalan menuju lokasi 5
datar dengan kondisi baik 10
8. datar dengan kondisi buruk 5
naik/turun 1
Transpot sampah (satu jalan) 5
kurang dari 15 menit dari centroid sampah 10
9. antara 16 menit – 30 menit dari centroid sampah 8
antara 31 menit – 60 menit dari centroid sampah 5
lebih dari 60 menit dari centroid sampah 1
Jalan masuk 4
truk sampah tidak melalui pemukiman 10
10.
truk sampah melalui daerah pemukiman
5
berkepadatan sedang (≤ 300 jiwa / ha)
truk sampah melalui daerah 1
pemukiman berkepadatan tinggi (≥
300 jiwa / ha)
3

Lalu lintas 3
terletak 500 m dari jalan umum 10
terletak < 500 m pada lalu lintas rendah 8
11. terletak < 500 m pada lalu lintas sedang 5
terletak pada lalu lintas tinggi 1

Tata guna tanah 5


mempunyai dampak sedikit terhadap tata
guna tanah sekitar 10
12. mempunyai dampak sedang terhadap tata
guna tanah sekitar 5
mempunyai dampak besar terhadap tata
guna tanah sekitar 1
Pertanian 3
berlokasi di lahan tidak produktif 10
tidak ada dampak terhadap pertanian sekitar 5
13.
terhadap pengaruh negatif terhadap pertanian 1
sekitar
berlokasi di tanah pertanian produktif 1
Daerah lindung/cagar alam 2
tidak ada daerah lindung/cagar alam di 10
sekitarnya
14. terdapat daerah lindung/cagar alam di 1
sekitarnya yang tidak terkena dampak
negatif
terdapat daerah lindung/cagar alam di
sekitarnya terkena dampak negatif 1
Biologis 3
nilai habitat yang rendah 10
15.
nilai habitat yang tinggi 5
habitat kritis 1
Kebisingan, dan bau 2
16.
terdapat zona penyangga 10
terdapat zona penyangga yang terbatas 5
tidak terdapat penyangga 1
Estetika 3
operasi perlindungan tidak terlihat dari luar 10
17.
operasi perlindungan sedikit terlihat dari luar 5
operasi perlindungan terlihat dari luar 1
Sumber: SNI 03-3241-1994
3

4. 3 Analisis Debit Lindi (Leachate)


Untuk mengetahui jumlah lindi yang masuk pada suatu areal TPA, perlu
dilakukan perhitungan terhadap debit bulanan dan debit andalannya, dalam
perencanaan ini, debit bulanan dianalisa dengan cara mengalih ragamkan data
hujan menjadi debit menggunakan Metode Mock. Hal ini dilakukan karena
Metode Mock menggunakan prinsip neraca air (water balanced), sehingga jumlah
debit air yang masuk ke areal TPA dianggap sebagai jumlah lindi yang dihasilkan
pengaruh dari curah hujan, evapotranspirasi, run off (jalan interzone) dan soil
moisture (sampah).

Gambar 4. 1 Diagram Alir Analisis Metode Mock

Dalam menggunakan Metode Mock, diperlukan data hujan dan hari hujan,
luasan catchment area dan besarnya evapotransporasi potensial. Dalam
perencanaan ini, analisa evapotranspirasi dilakukan dengan menggunakan Metode
Penman yang telah dimodifikasi oleh FAO (1997) dan analisa debit bulanan
dengan menggunakan model Mock (1973). Dalam perhitungan evapotranspirasi
dan debit bulanan digunakan hujan rata-rata untuk luasan zonatimbunan sampah.
Tabel 4. 4 Perhitungan Evapotranspirasi Bulan Januari Tahun 2012

No Uraian Tahun 2008 Satuan Sumber Jan


1 Jumlah Curah Hujan mm/ BPS KAPUAS HULU
178
bulan
2 Suhu rata-rata (Trata-rata) °C BPS KAPUAS HULU
26,5
3 Kelembaban Nisbi % BPS KAPUAS HULU
85
Rata-rata(Rh)
4 Penyinaran Matahari (n) % BPS KAPUAS HULU
42,6
3

5 Kecepatan Angin (U) km/hari BPS KAPUAS HULU


1,6
6 Kecepatan Angin Pada km/hari Perhitungan
Tinggi2m (U2) 0,95
7 Tekanan Uap Jenuh (es) kPa Perhitungan 2,812
8 Tekanan Uap Aktual (ea) kPa Perhitungan 239,015
9 4089 x es kPa/Oc Perhitungan

T  237.32 0,16522
10 Konstanta Psikrometrik (t) mb/Oc Konstanta Psikrometrik
0.66
Konstanta Psikrometrik (t) kPa/Oc 1 kPa = 10 mb 0.066
11 Koefisien Refleksi (a) Perhitungan 0.31
12 Ra Berdasarkan Lintang
Pada 08ºLU Tabel 14,70
Pada 10ºLU Tabel 1500
Posisi LokasiCalon
14,955
Pada 10°08’00” LU mm/hari LokasiTPA
13 n/N % Perhitungan 52,44%
14 Radiasi Global (Rs) mm/hari Perhitungan 7,660
15 Radiasi Gelombang MJ/m2/ Perhitungan
1,844
Panjang(Rb) hari
Radiasi Gelombang mm/hari 1 MJ/m2/hari =
Panjang(Rb) 0,408 mm/hari 0,752
16 Radiasi Bersih (Rn) mm/hari Perhitungan 4,534
17 Evapotranspirasi mm/hari Perhitungan 3,568
Sumber: Hasil Analisi, 2022

Perhitungan evapotranspirasi potensial dibuat dalam baris per baris (contoh


perhitungan diambil perhitungan pada bulan Januari tahun 2012, dengan data
terlampir). Perhitungan evapotransporasi potensial untuk air lindi seperti berikut:
- Baris 1
Rata-rata jumlah curah hujan harian dalam satu bulan (mm/bulan) =
177,7 mm/bulan.
- Baris 2
Suhu (temperatur) rata-rata dalam satu bulan (T rata-rata, 0C) = 26,5oC
3

- Baris 3
Kelembaban nisbi rata-rata (Rh, %) = 85 %
- Baris 4
Rata-rata persentase penyinaran matahari (n, %) = 42,6 %
- Baris 5
Kecepatan angin rata-rata (U, km/hari) = 1,6 km/hari
- Baris 6
Kecepatan angin pada tinggi 2 m (U2, km/hari) , dihitung dengan
rumus; U2 = log⁡100/((log〖100.h〗/2)) x U ]
= log⁡100/((log⁡100.4/2)) x 1,6
= 0,95 km/ hari
H = tinggi elevasi alat pencatat kecepatan angin = 45 m
- Baris 7
Tekanan uap jenuh (es,kPa)
es = 0,611 exp [17,27 x 1,6 / (1,6 + 273,3)]
= 2,812 kpa
- Baris 8
Tekanan uap aktual (ea,
kPa) ea= es x Rh
= 2,812 x 0,85 = 2,390 kPa
- Baris 9
Kemiringan kurva tekanan uap terhadap temperatur (δ, kPa/oC),
- Dimana δ = (4089 x 2,812) / (26,5+237,3)2
= 0,16522 kPa/oC
- Baris 10
Konstanta psikrometrik (τ, kPa/OC) = 0,66 mb/OC
= 0,66 kPa/ OC (1 kPa = 10 mb)
- Baris 11
Koefisien refleksi α dihitung dengan rumus;
α = 0,29 + (0,06 sin 30 x ( 1 + 0.0333 x 31) + 2.25))
= 0,31
3

- Baris 12
Ra didapat berdasarkan letak lintang TPA Kota Ketapang yakni pada
10°08’00” LU. LU yang terletak antara 10° LU dan pada 08°
LU. Nilai Ra untuk bulan Januari tahun 2011 adalah
Ra = 14,70-(((0,301702-2)/(0-2))*(14,70-15,00))
= 14,955 mm/hari.
- Baris 13
Durasi penyinaran matahari relatif (n/N, %).
n/N = 1-((0,054)(178)),42
= 52,44%,
Dimana R = curah hujan (mm/bulan).
- Baris 14
Radiasi global (Rs, mm/hari)
Rs = Ra x (0,25+(0,50 x n/N))
= 14,955 x (0,25 + (0,50 x 52,44%))
= 7660 mm/hari
- Baris 15
Radiasi gelombang panjang (Rb,
mm/hari) Rb = 5 – 1,12 R0,20
= 5 – 1,12 (178)0,20
= 1,844 MJ/m2/hari
= 1,844 x 0,408
= 0,752 mm/hari
(MJ/m2/hari = 0,408 mm/hari)
- Baris 16
Radiasi bersih (Rn, mm/hari)
Rn = (Ra (1-α)(0,25+0,50 n/N)) – Rb
= (14,955x (1– 0,31) x (0,25 + 0,50 x 52,44%)) – 0,752
= 4,534 mm/hari
- Baris 17
Evapotranspirasi potensial dalam mm/hari
Etp = δ/(δ+ τ) x Rn + τ/(τ+ δ) x {2,70 x (1,00 + 0,010 x U2x (es-ea)}
3

= 0,16522/(0,16522+ 0,066) x 4,534+ 0,066/(0,16522+ 0,066) x {2,7 x


(1+(0,01 x 0,95)) x (2,812-2,390))
= 3,568 m/hari
Dengan cara yang sama dilakukan kembali perhitungan untuk bulan
Februari sampai dengan Desember, dan dilakukan kembali dengan perhitungan
yang sama untuk tahun 2012 – 2021. Kota Putussibau memilki letak geografis
pada 0°51’58”N 112°55’28’’E maka dapat dihitung evapotranspirasi. Adapun
hasil dari perhitungan evapotranspirasi disajikan pada Tabel 4.5 sebagai berikut.
36

Tabel 4. 5 Resume Hasil Evapotranspirasi Tahun 2011-2020

BULAN
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2012 3,56828 3,40806 2,81607 3,69493 3,76518 3,4199515 3,00057 3,45221 3,91611 3,10118 2,425197865 2,44774
2013 3,25573 2,93664 3,44402 3,21162 3,00021 3,553325 2,77907 3,57598 3,17498 3,61464 3,009198886 2,67567
2014 3,4987 4,66823 3,42099 3,88623 3,135 3,2155393 3,82043 3,18289 3,32875 3,15315 2,364544833 3,24163
2015 2,29884 3,80889 3,5265 3,10971 3,25292 2,8462325 3,61793 3,94632 4,13849 3,24311 2,662940772 3,32198
2016 2,8669 3,8885 3,16368 3,35782 2,88936 2,5897013 3,35515 3,96923 3,08476 3,6753 3,251747462 3,26258
2017 2,91351 3,61351 3,47542 3,65427 3,36908 2,9693354 3,16682 2,87406 3,15024 3,07938 2,992141724 3,32668
2018 3,19674 3,78608 4,75522 3,07693 2,94511 2,941074 3,62649 4,18024 4,1276 2,80406 3,111565481 3,21333
2019 3,01689 3,43404 3,97039 3,47718 3,95915 2,928826 3,30203 3,7984 4,31326 3,34535 3,698043303 2,64443
2020 3,04555 3,52223 3,24583 3,22459 3,08499 2,7589583 2,60926 3,15163 3,6629 3,24554 3,087864336 3,16327
2021 2,80912 4,46579 3,21842 3,74254 3,24813 3,0365443 3,68946 3,0538 3,48656 3,30725 2,934936318 3,30742
SUM 30,47 37,53 35,04 34,44 32,65 30,26 32,97 35,18 36,38 32,57 29,54 30,60
MAX 3,57 4,67 4,76 3,89 3,96 3,55 3,82 4,18 4,31 3,68 3,70 3,33
MIN 2,30 2,94 2,82 3,08 2,89 2,59 2,61 2,87 3,08 2,80 2,36 2,45
Rerata 3,05 3,75 3,50 3,44 3,26 3,03 3,30 3,52 3,64 3,26 2,95 3,06
Sumber: Hasil Analisis, 2022
3

Setelah perhitungan evapotranspirasi potensial selesai, selanjutnya


nilai/hasil perhitungan dimasukkan ke dalam perhitungan Metode Mock untuk
mendapatkan debit bulanan.
Tabel 4. 6 Perhitungan Debit Andalan Bulan JanuariTahun 2012

No URAIAN Tahun 2011 KET JAN

I Data Meteorologi
1 Hujan Bulanan Rata-Rata (P); (mm) Data 321
2 Hari Hujan Rata-Rata (N); (hari) Data 23
3 Jumlah hari dalam satu bulan (Hr); (hari) Data 31
Evapotranspirasi (Ep); (mm/hari) Data 3.568
4
Evapotranspirasi (Ep); (mm/bulan) Perhitungan 110,62
II Limited Evapotranspiration (mm/month)
5 Exposed Surface (m); (%) Asumsi 98
6 DE/Ep = (m/20) (18-n); (%) Perhitungan -24,5%
7 DE (mm/month) = Ep * (m/20) * (18-n) Perhitungan -27,10
8 Ea = Ep – DE Perhitungan 137,72
III Water Surplus
9 P-Ea (Hujan Rata-rata -Ea) Perhitungan 183,28

Solid Waste Moisture Capacity (SWC); 225


10 Asumsi
(mm/month) = 70% = 0,70

11 ISMS Asumsi 225


12 SMS = ISMS + (P-Ea); (mm) Perhitungan 407,98
13 Soil Storage (SS); (mm) Asumsi 0
14 Water Surplus (WS) = (P-Ea) + SS; (mm) Perhitungan 183,28
IV Run Off & Groundwater Storage
15 Koef. Infiltrasi (If) Asumsi 0.60
16 Infiltration (In) = WS * If Perhitungan 109,969
17 Konstanta Resesi (K) = max 1 Asumsi 0.60
3

Percentage Factor (PF) = 5% - 10%, max


18 Asumsi 0.10
37.3 %
19 0.5 * (1+K) * In Perhitungan 87,98
20 GSom Asumsi 147,38
20 K * GSom Perhitungan 88,43
Leacheate Storage
21 Perhitungan 163,43
(LS) = (0.5 * (1+K) * In) + (K * Gsom)
22 DLS = LS – Gsom (mm/month) Perhitungan 16,05
23 Base Flow (BF) = In – DLS Perhitungan 93,919
24 Direct Run Off (DRO) = LS – In Perhitungan 73,31
Storm Run Off (SRO); if P > = 200, SRO
25 Perhitungan 0.00
= 0. If P < 200, SRO = P x PF
26 Total run Off (TRO) = BF+DRO+SRO Perhitungan 197,90
V Debit
27 Luas Catchment Area (m2) Perhitungan 21000
Stream Flow; Calculated Discharge
28 Perhitungan 0,00155
(m3/det)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2021
Contoh perhitungan diambil perhitungan pada bulan Januari tahun 2012.
Adapun analisa perhitungan dibuat dalam baris-perbaris dengan langkah sebagai
berikut:
- Baris 1
Rata-rata jumlah curah hujan harian dalam satu bulan (P); (mm/bulan)
= 321 mm/bulan.
- Baris 2
Rata-rata jumlah hari hujan dalam satu bulan dari tiap stasiun (n) = 23 hari
- Baris 3
Jumlah hari dalam satu bulan (Hr) = 31 hari
- Baris 4
Nilai/hasil perhitungan evapotranspirasi (Ep) dalam mm/hari yang
didapat dari perhitungan sebelumnya = 3,568 mm/hari
Evapotranspirasi (Ep) dalam mm/bulan = 110,62 mm/bulan
3

- Baris 5
Exposed Surface (m), yaitu proporsi permukaan luar yang tidak
tertutupitumbuhan hijau, diasumsikan m = 98 %
- Baris 6
DE/Ep; (%) = (m/20) (18-n)
= (98%/20) (18-23) = -24,5%
- Baris 7
Selisih antara evapotranspirasi potensial (Ep) dengan evapotranspirasi
terbatas atau evapotranspirasi aktual (Ea), dihitung sebagai berikut:
DE = Ep x (m/20)(18-n)
= 110,62 x (98%/20)(18-23)
= -27,10 mm/bulan.
- Baris 8
Evapotranspirasi aktual atau evapotranspirasi terbatas (Ea), merupakan
selisihantara evapotranspirasi rujukan (Ep) dengan (DE):
Ea = Ep – DE
= 110,62 – (-27,10)
= 137,72 mm/bulan
- Baris 9
Selisih antara jumlah curah hujan bulanan (P) dengan evapotranspirasi
aktual(Ea); P-Ea (mm/bulan) = 183,28 mm/bulan
- Baris 10
Kapasitas kelembaban sampah (solid waste moisture capacity = SMC) =
225 mm/bulan.
SMC (solid waste moisture capacity) ditentukan sebagai
berikut: Jika P-Ea > 0, SMC = 225
Jika P-Ea < 0, SMC = P-Ea + nilai SMC bulan sebelumnya.
- Baris 11
(ISMS) Initial solid waste moisture storage (mm/bulan), merupakan
nilai solid waste moisture capacity (SWMC) bulan sebelumnya.Untuk
bulan Januari tahun 2011, ISMS = 225(asumsi)
4

- Baris 12
Tampungan kelembaban sampah (Solid Waste Moisture Storage = SMS);
(mm).
SMS = ISMS + (P-Ea) = 225 + 183,28= 407,98 mm
- Baris 13
Solid Waste Storage (SS) (mm), yaitu kemampuan sampah untuk
menyimpan air. Solid Waste Storage (SS) ditentukan sebagai berikut:
Jika P-Ea > 0, SS = P-Ea
Jika P-Ea < 0, SS = 0 (artinya air tidak tersimpan dalam sampah)
(Asumsi 0)
- Baris 14
Water surplus (WS), yaitu presipitasi yang telah mengalami
evapotranspirasi dan disimpan dalam sampah (mm).
WS = (P-Ea) + SS
Untuk bulan Januari 2012, WS = 183,28 + 0 = 183,28 mm/bulan.Water
surplus (WS) ditentukan sebagai berikut:
Jika (P-Ea) > 0, WS = (P-Ea) +
SS Jika (P-Ea) < 0, WS = 0
- Baris 15
Koefisien infiltrasi (if), if = 0,6. Diberi nilai maksimum adalah 1 dan
minimum adalah 0,001. Nilai ini bervariasi tiap bulan. (Jika bulan
sebelumnya merupakan bulan kering, maka nilai if = 0,4. Jika bulan
basah nilai if = 0,6).
- Baris 16
Besarnya infiltrasi (In), yaitu water surplus (WS) dikalikan koefisien
infiltrasi
(In) = WS x If
= 183,28 x 0.6
= 109,969
- Baris 17
Konstanta resesi aliran (K), adalah proporsi dari air dikandung sampah
bulan lalu yang masih ada pada bulan sekarang; K = 0,6. Diberi nilai
4

maksimum adalah 1 dan minimum adalah 0,001 (Jika bulan sebelumnya


merupakan bulan basah, maka nilai K = 0,6 → max 1)
- Baris 18
Percentage factor (PF), merupakan presentase hujan yang menjadi
limpasan. Disarankan oleh Mock 5% - 10%, max 37,3%. Jadi tiap bulan
nilai PF berubah-ubah. PF = 0,1 dan 0,05 (asumsi)
- Baris 19
0,5 x (1 + K) x In = 0,5 x (1 + 0,6) x 109,969 = 87,98
- Baris 20
K * Gsom adalah deep leachate storage bulan sebelumnya, nilai ini
diasumsikan sebagai data awal, dengan anggapan bahwa water balance
merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama 1 tahun, maka nilai
asumsi awal ini harus dibuat sama dengan nilai akhir tahun. Nilai Gsom
pada bulan Januari tahun 2011 diasumsikan sebesar 147,38 mm/bulan.
Maka K x Gsom = 0,6 x 147,38 = 88,43
- Baris 21
Leacheate Storage (LS) = (0,5 * (1 + K) * In) + (K * Gsom)
= 87,98+ 88,43 = 163,43
- Baris 22
Perubahan Deep Leachate Storage (DLS), yaitu nilai Deep Leachate
Storage bulanyang bersangkutan dikurangi nilai Deep Leachate Storage
bulan sebelumnya.
DLS = LS – Gsom
= 163,43– 147,38
= 16,05 mm/bulan.
- Baris 23
Base flow (BF), merupakan besar infiltrasi (In) yang dikurangi
perubahanstorage volume (DLS).
BF = In – DLS
= 109,969 – 16,05
= 93,919
4

- Baris 24
Direct run off (DRO), merupakan water surplus yang telah mengalami
infiltrasi.
DRO = WS – In
= 183,28 – 109,969
= 73,31
- Baris 25
Storm Run Off (SRO) ditentukan sebagai berikut:
Jika P ≥ 200, SRO = 0;
JikaP ≤ 200, SRO = P x PF. Untuk bulan Januari, 2011, SRO = 0
- Baris 26
Total Run Off (TRO) = jumlah dari base flow (BF) + direct run off (DRO)
+storm run off (SRO).
TRO = 197,90
- Baris 27
Luas catchment area, yaitu luas daerah tangkapan air untuk lokasi studi
kasus Lokasi Zona Sampah Kota Putussibau yaitu = 21000 m2.
- Baris 28
Stream flow , yaitu besarnya debit hasil perhitungan (calculated
discharge), merupakan perkalian antara total run off dengan luas
catchment area; (m3/det). Calculated discharge = total run off x
catchment area (m3/det) = 0,00155
Debit hasil perhitungan (calculated discharge) = 0,00155 m3/det.
Perhitungan dengan cara yang sama dilakukan untuk tiap bulan dan tahun yang
lain. Sehingga didapat debit andalan untuk tiap bulannya seperti berikut:
43

Tabel 4. 7 Resume Hasil Perhitungan Debit Andalan Tahun 2012 – 2021

BULAN
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

2012 0,00155 0,00075 0,00296 0,00121 0,00102 0,00066 0,00056 0,00062 0,00067 0,00063 0.00079 0.0096

2013 0,00074 0,00042 0,00034 0,00064 0,00064 0,00053 0,00023 0,00010 0,00039 0,00037 0,00112 0,00080

2014 0,00085 0,00083 0,00050 0,00158 0,00070 0,00044 0,00046 0,00042 0,00028 0,00051 0,00076 0,00062

2015 0,00098 0,00053 0,00056 0,00067 0,00084 0,00051 0,00053 0,00023 0,00053 0,00043 0,00069 0,00098

2016 0,00057 0,00048 0,00038 0,00048 0,00085 0,00060 0,00041 0,00030 0,00034 0,00123 0,00078 0,00044

2017 0,00105 0,00107 0,00055 0,00050 0,00045 0,00054 0,00023 0,00010 0,00017 0,00008 0,00049 0,00104

2018 0,00115 0,00055 0,00034 0,00043 0,00066 0,00120 0,00065 0,00060 0,00050 0,00113 0,00099 0,00058

2019 0,00052 0,00025 0,00029 0,00055 0,00057 0,00061 0,00070 0,00087 0,00060 0,00132 0,00067 0,00096

2020 0,00079 0,00036 0,00022 0,00095 0,00045 0,00058 0,00041 0,00023 0,00015 0,00091 0,00117 0,00103

2021 0,00085 0,00085 0,00068 0,00036 0,00010 0,00040 0,00089 0,00055 0,00077 0,00050 0,00088 0,00069

SUM 0,00905 0,00608 0,00681 0,00738 0,00628 0,00608 0,00505 0,00401 0,00440 0,00712 0,00755 0,00714

MAX 0,00155 0,00107 0,00296 0,00158 0,00102 0,00120 0,00089 0,00087 0,00077 0,00132 0,00117 0,00104

MIN 0,00052 0,00025 0,00022 0,00036 0,00010 0,00040 0,00023 0,00010 0,00015 0,00008 0,00049 0,00044

Rerata 0,00090 0,00061 0,00068 0,00074 0,00063 0,00061 0,00051 0,00040 0,00044 0,00071 0,00084 0,00079

Sumber: Hasil Analisis, 2021


4

Debit andalan adalah suatu besaran debit pada suatu titik kontrol (titik
tinjau) di suatu sungai atau saluran di mana debit tersebut merupakan gabungan
antara limpasan langsung dan aliran dasar. Debit ini mencerminkan suatu angka
yang dapat diharapkan terjadi pada titik kontrol yang terkait dengan waktu dan
nilai keandalan. Keandalan yang dipakai untuk pengambilan bebas baik dengan
maupun tanpa struktur pengambilan adalah 80%, sedangkan keandalan yang
dipakai untuk pengambilan dengan struktur yang berupa tampungan atau reservoir
adalah sebesar 50%. Penetapan rangking dilakukan menggunakan analisis
frekuensi/probabilitas dengan rumus Weibul. Debit andalan 80% (Q80%) berarti
bahwa probabilitas debit tersebut untuk disamai atau dilampaui sebesar 80% yang
berarti juga bahwa kegagalan kemungkinan terjadi dengan probabilitas sebesar
100% dikurangi 80% atau boleh dikatakan sebesar 20%. Dapat diartikan juga
bahwa dalam 5 tahun ada kemungkinan satu tahun gagal (NSPM KIMPRASWIL,
Pedoman Petunjuk Teknik Dan Manual, 2000). Berikut tabel nilai probabilitas
debit andalan pada kegiatan.

Tabel 4. 8 Nilai Debit Andalan Untuk Berbagai Macam Kegiatan

No Kegiatan Keandalan (Probabilitas)


1 Penyediaan Air Minum 99%
2 Penyediaan Air Industri 95-98%
Penyediaan Air Irigasi
3 Daerah Beriklim Setengah Lembab 70-85%
Daerah Beriklim Kering 80-95%
4 Pembangkit Listrik Tenaga Air 85-90%
Sumber: (NSPM KIMPRASWIL, Pedoman Petunjuk Teknik dan Manual, 2000).

Karena kegiatan perhitungan lindi pada TPA terhitung masih baru, maka
probabilitas yang digunakan dalam perencanaan ini yaitu menggunakan keandalan
yang dipakai untuk pengambilan bebas baik dengan maupun tanpa struktur
pengambilan yaitu 80%. Selanjutnya dari hasil analisa debit bulanan untuk tiap
bulannya, selanjutnya dilakukan analisa debit andalan dengan menggunakan cara
statistik yakni metode Weibull. Karena kajian yang dilakukan adalah untuk
menghitung debit lindi TPA. Karena data yang digunakan < 50 data maka proses
perhitungannya sebagai berikut:
4

Tabel 4. 9 Hasil Perhitungan Debit Probabilitas Pada Bulan Januari 2012 – 2021

m Debit
m Tahun
(n+1) (m3/detik)
1 2018 0,09091 0,00115
2 2017 0,18182 0,00105
3 2015 0,27273 0,00098
4 2021 0,36364 0,00085
5 2014 0,45455 0,00085
6 2020 0,54545 0,00079
7 2012 0,63636 0,00155
8 2013 0,72727 0,00074
9 2019 0,81818 0,00052
10 2016 0,95200 0,00057
Total 10
Debit Probabilitas 80% 0,00056
Debit Probabilitas 85% 0,00044
Debit Probabilitas 90% 0,00055
Debit Probabilitas 99% 0,00055
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Cara mendapatkan debit probabilitas 80%, 85%, 90% dan 99% pada tabel di
atas adalah dengan melakukan ekstrapolasi linear pada debit probabilitas 80%
seperti berikut:
Debit probabilitas 80% = 0,00052 – 0,80−0,818
x (0,00052- 0,00074)
0,727−0,818

= 0,00056 m3/det
0,85−0,818
Debit probabilitas 85% = 0,00052 – x (0,00052- 0,00074)
0,727−0,818

= 0,00044 m3/det
Debit probabilitas 90% = 0,00057 – 0,9200−0,952
x (0,00057- 0,00052)
0,818−0,952

= 0.00055m3/det
Debit probabilitas 99% = 0,00057 – 0,9200−0,99
x (0,00057)
0−0,99

= 0,00055 m3/det
Dengan cara yang sama dilakukan untuk bulan Februari-Desember,sehingga
didapat debit andalan setiap probabilitas untuk tiap bulan seperti berikut:
4

Tabel 4. 10 Resume Perhitungan Debit Andalan Debit Probabilitas 99%

Bulan Debit
Jan 0,00055
Feb 0,00024
Mar 0,00021
Apr 0,00035
May 0,00010
Jun 0,00063
Jul 0,00022
Aug 0,00010
Sep 0,00017
Oct 0,00008
Nov 0,00047
Dec 0,00042
Rata2 0,00029
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Debit Andalan 99% TPA Putussibau


0.00070
0.00060
0.00050
0.00040
0.00030
Debit Andalan 99%

0.00020
0.00010
0.00000
Jan Feb Mar Apr May JunJul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan

Gambar 4. 2 Debit Andalan 99% di Lokasi Pengembangan TPA Kota Putussibau

Selanjutnya besar nilai Probabilitas yang digunakan pada perencanaan ini


adalah Probabilitas 99% dengan debit maksimum rata-rata 0,00029 m3/det
=25,056 m3/hari ini akan dijadikan dasar sebagai debit lindi yang dihasilkan dari
TPA yang selanjutnya akan dialirkan ke kolam pengolahan lindi.
4

4. 4 Analisis Sarana dan Prasarana


Data awal :
Luas lahan sesuai perhitungan (proyeksi 20 tahun) adalah 100137,49 m2 =

10,01 ha

- Debit air lindi = 0,00055 m3/s = 47,52 m3/hari (hasil perhitungan debit
probabilitas Perencanaan TPA Kota Putussibau 2022)
- Lebar jalan = truk : 5 m ; mobil biasa : 3 m
4. 4. 1 Dimensi Lahan Urug
Luas lahan yang disediakan = 100.137,5 m2 = 10,01 ha

Yang diguankan untuk dimensi urug yaitu 70% dari luas lahan

70% x 100.137,5 m2 = 70.096,25 m2 = 7,009 ha


Berbentuk persegi panjang (P : l = 2 : 1)
L =PxL
70.096,25 = 2L x L

70.096,25 = 2L2

35.048,125 = L2

L = 187, 211 m

P = 2L

P = 2 x 187,211 m

P = 374,422 m

L = 374,422 x 187,211

L = 70.095,917 m2

Volume Tanggul:

Bentuk tanggul berupa bentuk trapesium dengan

ukuran: Dasar tanggul (a) = 15 meter

Atas tanggul (b) = 5 meter


4

Tinggi tanggul (t) = 4 meter


(𝑎+𝑏) 𝑥 𝑡 (15+5) 𝑥 4
L Tanggul = = = 40 meter.
2 2

4. 4. 2 Dimensi Instalasi Pengolahan Lindi


Perencanaan Instalasi Pengolahan Lindi menggunakan pengolahan
alternatif 2 yang terdiri dari 5 unit pengolahan yaitu Bak Penampung – Bak
Anaerob – Bak Stabilisasi – Kolam Maturasi – dan Biofilter, dengan debit
air lindi = 0,00055 m3/s = 47,52 m3/hari.
A. Bak penampungan/kolam penampungan
Kolam penampungan adalah kolam yang hanya menampung air lindi
dari setiap sell. Pada perencanaan TPA di Kota Putussibau direncanakan dua
kolam penampungan yang masing-masing memiliki waktu detensi selama 1
hari = 86.400 detik.
Debit lindi yang dihasilkan yaitu 0,00055 m3/s = 47,52
m3/hari V = Q x td
= 0,00055 m3/s x 86.400 detik
= 47,52 m3
Jadi tiap kolam memiliki volume volume 47,52 m3. Perencanaan kolam
memiliki kedalaman 2 meter. Dengan perbandingan P : L = 2 : 1.
V =PxLxT
47,52 m3 =2LxLx2m
47,52 m3 =4LxL
L2 = 11,88 m2
L = 3,446 m
P =2xL
P = 2 x 3,446 m
P = 6,892 m.
Luas =PxL
= 6,892 m x 3,446 m
= 23,75 m2
4

B. Bak Anaerob
Pengolahan air limbah anaerob dilakukan dengan mikroorganisme
anaerob.Dengan demikian, proses pengolahan air limbah anaerobik terjadi
tanpa adanya suplai oksigen. Pada perencanaan TPA di Kota Ketapang
direncanakan satu bak anaerob dengan waktu detensi selama 2 hari =
172.800 detik.

Debit lindi yang dihasilkan yaitu 0,00055 m3/s = 47,2 m3/ hari.
Tinggi = 2 meter
Perbandingan P : L =2:1
Waktu detensi (t) = 2 hari = 172.800 detik
Q = 0,00055 m3/s.
V =Qxt
= 0,00055 x 172.800
= 95,04 m3
Jadi tiap kolam memiliki volume 95,04 m3. Perencanaan kolam memiliki
kedalaman 2 meter. Dengan perbandingan P : L = 2 : 1.
V =PxLxT
95,04 m3 = 2L x L x 2 m
47,52 m3 = 2L2
L2 = 23,76 m2
L = 4,874 m
P =2xL
P = 2 x 4,874 m
P = 9,748 m.
Luas =PxL
= 9,748 m x 4,874 m
= 47,51 m2
5

C. Bak stabilisasi/kolam stabilisasi


Kolam stabilisasi atau kolam oksidasi merupakan suatu kolam yang
terdiri atas tanggul dengan aliran air buangan (influen) yang laminer
sehingga yaitu selama 10 hari = 864.000 detik. Debit lindi yang dihasilkan
yaitu 0,00055 m3/ detik.

V = Q x td
V = 0,00055 m3/detik x 864.000 detik
V = 475,2 m3
Jadi tiap kolam memiliki volume 475,2 m3. Perencanaan kolam memiliki
kedalaman memiliki kedalaman 2 meter. Dengan perbandingan P : L = 2 : 1
V =PxLxT
475,2 = 2L x L x 2 m
237,6 m 3
= 2L2
L2 = 118,8 m2
L = 10,89 m
P =2xL
P = 2 x 10,89 m
P = 21,78 m
Luas =PxL
= 21,78 m x 10,89 m
= 237,18 m2
D. Bak maturasi/kolam maturasi
Kolam maturasi adalah pematangan. Sesuai dengan namanya, di kolam
ini terjadi proses pematangan atau pembersihan terakhir air limbah dari
pencemar berupa padatan tersuspensi, zat organik terlarut dan yang utama
adalah reduksi bakteri. Waktu yang diperlukan yaitu 3 hari = 259.200 detik.
Debit lindi yang dihasilkan yaitu 0,00055 m3/ detik.

V = Q x td

= 0,00055 m3/ detik x 259.200 detik


= 142,56 m3
5

Jadi tiap kolam memiliki volume 142,56 m3. Perencanaan kolam


memiliki kedalaman memiliki kedalaman 2 meter. Dengan perbandingan P :
L=2:1V =PxLxT
142,56 m3 = 2L x L x 2 m
71,28 m3 = 2L2
L2 = 35,64 m2
L = 5,97 m
P =2xL
P = 2 x 5,97 m
P = 11,94 m.
Luas =PxL
= 11,94 m x 5,97 m
= 71,28 m2
E. Bak Biofilter
Pengolahan aerob dapat dilakukan dengan lumpur aktif atau pengolahan
dengan proses film mikrobiologis seperti biofilter. Proses biofilter aerob
memerlukan suplay udara yang dilakukan dengan cara aerasi. Media
biofilter terbuat dari bahan yang tidak mudah terurai dan tidak mudah
membusuk dengan luas permukaan spesifik ang besar dapat melekatkan
mikroorganisme dalam jumlahyang besar. Waktu yang diperlukan yaitu 7
jam
= 25.200 detik. Debit lindi yang dihasilkan yaitu 0,00055 m3/ detik.

Tinggi bak = 2 meter


Perbandingan p : l =2:1
Waktu tinggal = 7 jam = 25200 detik
Q = 0,00055 m3/detik
V =Qxt
V = 0,00055 x 25.200
V = 13,86 m3
Jadi tiap kolam memiliki volume 13,86 m3. Perencanaan kolam memiliki
kedalaman memiliki kedalaman 2 meter. Dengan perbandingan P : L = 2 : 1.
V =PxLxT
13,86 m3= 2L x L x 2 m
5

6,93 m3 = 2L2
L2 = 3,465
L = 1,861 m
P =2xL
P = 2 x 1,861 m
P = 3,722 m.
Luas =PxL
= 3,722 x 1,861 m
= 6,926 m2
Luas Lahan yang dibutuhkan untuk IPL = Luas Bak Penampung + Luas
Kolam Stabilisasi + Luas Bak Anaerobik + Luas Kolam Maturasi + Luas
Bak Biofilter. Jadi, luas lahan untuk IPL adalah 386,646 m2.

4. 5 Dimensi Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana di TPA Kota Putussibau terdiri dari jalan operasional,
kantor lapangan, laboratorium, garasi bengkel, pos jaga, jembatan timbang,
workshop, sumur pantau (bak kontrol).
a. Jalan Operasional
Jalan untuk truk = 5 meter
Jalan untuk mobil keluar dan masuk = 6
meter
b. Kantor Lapangan
Luas Kantor = 1200 m2 (asumsi)
Perbandingan P : L =2:1
Luas =PxL
1200 = 2L x L
600 = L2
L = 24 m
P =2xL
P = 2 x 24 m
P = 48 m
Luas = 48 m x 24 m
= 1.152 m2
5

c. Laboratorium
Luas lab = 1.200 m2 (asumsi)
Perbandingan P : L =2:1
Luas =PxL
1200 = 2L x L
600 = L2
L = 24 m
P =2xL
P = 2 x 24 m
P = 48 m
Luas = 48 m x 24 m
= 1.152 m2
d. Garasi + Bengkel
Luas Bengkel + bengkel = 900 m2 (asumsi)
Perbanding P : L =2:1
Luas =PxL
900 = 2L x L
450 = L2
L = 21,2 m
P =2xL
P = 2 x 21,2 m
P = 42,4 m
Luas = 42,4 m x 21,2 m
= 898,88 m2
e. Pos Jaga
Luas Pos Jaga = 20 m2 (asumsi)
Perbanding P : L =2:1
Luas =PxL
20 = 2L x L
10 = L2
L =3m
P =2xL
5

P =2x3m
P =6m
Luas =6mx3m
= 18 m2
f. Jembatan Timbang
Luas Bangunan = 800 m2 (asumsi)
Perbanding P : L =2:1
Luas =PxL
800 = 2L x L
400 = L2
L = 20 m
P =2xL
P = 2 x 20 m
P = 40 m
Luas = 40 m x 20 m
= 800 m2
g. Workshop
Luas Bangunan = 300 m2 (asumsi)
Perbanding P : L =2:1
Luas =PxL
300 = 2L x L
150 = L2
L = 12 m
P =2xL
P = 2 x 12 m
P = 24 m
Luas = 24 m x 12 m
= 288 m2
h. Sumur Pantau (bak kontrol)
Terdiri dari 3 buah
Luas setiap bangunan = 450 m2 (asumsi)
Total seluruhnya = 450 x 3 = 1.350 m2
5

Perbanding P : L =2:1
Luas =PxL
1350 = 2L x L
675 = L2
L = 26 m
P =2xL
P = 2 x 26 m
P = 52 m
Luas = 52 m x 26 m
= 1352 m2
Jadi luas lahan yang tersisa = Luas daerah proyeksi – Luas lahan urug – Luas
lahan IPL – Luas lahan bangunan pendukung:
= 100.137,5 m2 – 70.096,25 m2 – 386,646 m2 – 4900,88 m2
= 24.753,724 m2 = 2,4753724 ha.
5

4. 6 Rancangan Anggaran Biaya


No. URAIAN
Satuan Volume Harga Satuan Jumlah Biaya
A PERSIAPAN
1. Pematokan dan Pengukuran ls 1.00 Rp 2,500,000 Rp 2,500,000
2. Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank m 1,600.00 Rp14,88 Rp 23,804,800
3. Perataan Lapangan m 140.00 Rp104,90 Rp 14,686,560
4. Mobilisasi Alat ls 1.00 Rp 5,000,000 Rp 5,000,000
SUB TOTAL I Rp45.991.360

No. URAIAN
Satuan Volume Harga Satuan Jumlah Biaya
B PEKERJAAN TANGGUL DAN GALIAN
1 Galian Sampah m3 7.000 Rp19.876 Rp139.132.000
2 Galian Tanah m3 10 Rp16.621,00 Rp166.210
3 Buangan Hasil Galian m3 4500 Rp18.247,00 Rp82.111.500
4 Timbunan Tanah Material m3 45000 Rp103.459,00 Rp4.655.655.000
5 Pengadaan Material Geogrid m2 15000 Rp39.821,00 Rp597.315.000
6 Pemasangan Material Geogrid m2 13000 Rp8.923,00 Rp115.999.000
7 Pengadaan Material Geotekstile m2 12000 Rp26.153,00 Rp313.836.000
8 Pemasangan Material Geotekstile m2 11000 Rp7.142,00 Rp78.562.000
SUB TOTAL II Rp5.982.776.710
5

No. URAIAN
BLOK SAMPAH (PEKERJAAN GALIAN Satuan Volume Harga Satuan Jumlah Biaya
C
DAN BLOK SAMPAH)
1. Galian Sampah m3 150.000 Rp19.876,00 Rp2.981.400.000
2. Galian Tanah Biasa m3 50 Rp16.621,00 Rp831.050
3. Buangan Hasil Galian m3 45000 Rp18.247,00 Rp821.115.000
4. Timbunan Tanah m3 20000 Rp103.459,00 Rp2.069.180.000
5. Timbunan Kembali m3 110000 Rp17.232,00 Rp1.895.520.000
6. Pengadaan Material Georid m2 55000 Rp39.822,00 Rp2.190.210.000
7. Pemasangan Material Geogrid m2 50000 Rp8.923,00 Rp446.150.000
8. Pengadaan Material Geotekstile m2 15000 Rp26.153,00 Rp392.295.000
9. Pemasangan Material Geotekstile m2 14000 Rp7.142,00 Rp99.988.000
10. Pengadaan Material Geosynthetics m2 35000 Rp127.536,00 Rp4.463.760.000
11. Pemasangan Material Geosynthetics m2 33000 Rp12.008,00 Rp396.264.000
12. Pengadaan Material HDPE m2 37000 Rp94.172,00 Rp3.484.364.000
13. Pemasangan Material HDPE m2 34000 Rp17.478,00 Rp594.252.000
14. Pengadaan Material Geotextile m2 26000 Rp70.172,00 Rp1.824.472.000
15. Pemasangan Material Geotextile m2 23000 Rp8.898,00 Rp204.654.000
16. Pekerjaa Beton Kuncian m2 180 Rp1.969.364 Rp354.485.520
17. Pemasangan Cashing Drum bh 23 Rp200,00 Rp4.600
18. Urugan Gravel 5-10 m3 14000 Rp191.127,00 Rp2.675.778.000
19. Urugan Gravel 3-5 m3 4500 Rp28.179,00 Rp126.805.500
20. Pengadaan Material Geotekstile Filtrasi m2 1000 Rp191.127,00 Rp191.127.000
5

21. Pemasangan Material Geotekstile Fitrasi m2 1100 Rp7.142,00 Rp7.856.200


22. Pengadaan Pipa HDPE diameter 800mm m1 145 Rp2.871.000 Rp416.295.000
23. Pemasangan Pipa HDPE diameter 800mm m1 145 Rp51.178,00 Rp7.420.810
24. Pengadaan Pipa HDPE diameter 500mm m1 350 Rp1.595.000 Rp558.250.000
25. Pemasangan Pipa HDPE diameter 500mm m1 350 Rp51.178,00 Rp17.912.300
26. Pengadaan Pipa HDPE diameter 300mm m1 450 Rp770,00 Rp346.500
27. Pemasangan Pipa HDPE diameter 300mm m1 450 Rp51.178,00 Rp23.030.100
28. Pengadaan Pipa HDPE diameter 200mm m1 550 Rp770,00 Rp423.500
29. Pemasangan Pipa HDPE diameter 200m m1 550 Rp51.178,00 Rp28.147.900
30. Pemasangan Bend 90 HDPE diameter 500m bh 1 Rp689.953,00 Rp689.953
31. Pemasangan Endcup HDPE diameter 500mm bh 2 Rp689.953,00 Rp1.379.906
32. Pemasangan Endcup HDPE diameter 300mm bh 2 Rp370.565,00 Rp741.130
Pemasangan Reducer HDPE diameter 500mm-
33. bh 0,5 Rp51.178,00 Rp25.589
800mm
34. Pekerjaan Beton Ram m3 23 Rp3.858.300 Rp88.740.900
SUB
TOTAL Rp26.363.915.458
III
5

No Uraian
PEKERJAAN LAPISAN PROTEKSI & Satuan Volume Harga Satuan Jumlah Biaya
D
JALAN OPERASIONAL
1. Galian Sampah m3 5000 Rp19.875,00 Rp99.375.000
2. Urugan Kembali m3 6000 Rp16.911,00 Rp101.466.000
3. Buangan Hasil Galian m3 1500 Rp18.247,00 Rp27.370.500
Pengadaan Material HDPE Geomembrane,
4. m3 5000 Rp94.172,00 Rp470.860.000
tebal 1,5 mm
Pemasangan Material HDPE Geomembrane,
5. m3 4000 Rp17.478,00 Rp69.912.000
tebal 1,5 mm
Pengadaan Material Geosynthetics Clay Liner
6. m3 5000 Rp127.536,00 Rp637.680.000
(GCL) 10^-11
Pemasangan Material Geosynthetics Clay
7. m3 4000 Rp12.008,00 Rp48.032.000
Liner (GCL) 10^-11
Pengadaan Material Geotextile proteksi 800
8. m3 6000 Rp70.172,00 Rp421.032.000
gr/m2
Pemasangan Material Geotextile proteksi 800
9. m3 5000 Rp8.898,00 Rp44.490.000
gr/m2
10. Pekerjaan Pasangan Batu Kali 1:4 m3 800 Rp54.436,00 Rp43.548.800
11. Pekerjaan Siaran m3 700 Rp44.437,00 Rp31.105.900
12. Pekerjaan Plesteran m3 100 Rp36.624,00 Rp3.662.400
13. Pasangan Paving t = 8cm K-300 m3 1500 Rp104.058,00 Rp156.087.000
14. Pekerjaan Beton Bertulang Drainase K-225 m3 250 Rp3.858.300 Rp964.575.000
6

Pemasangan Handrail pipa Galvanis type


15. m3 1500 Rp95.495,00 Rp143.242.500
Medium A Dia 2
Pemasangan Handrail pipa Galvanis type
16. m3 350 Rp138.866,00 Rp48.603.100
Medium A DIA 3"
Sub
Total Rp3.311.042.200
IV

No Uraian
Satuan Volume Harga Satuan Jumlah Biaya
E PEKERJAAN LAIN-LAIN
1. As Built Drawing ls 1 Rp5.000.000 Rp 5,000,000
2. Pembersihan Akhir ls 1 Rp15.000.000 Rp 15,500,000
3. Administrasi proyek dan Dokumentasi Foto ls 1 Rp8.500.000 Rp 8,500,000
4. Dokumentasi video swt 1 Rp35.000.000 Rp 35,000,000
Sub total V Rp64.000.000
JUMLAH TOTAL SUB Rp35.767.725.728
PPN 10% Rp3.576.772.573
TOTAL Rp39.344.498.301
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh pada perencanaan TPA Kota Putussibau ini
yaitu:
1. Perencanaan TPA sesuai dengan aturan yang berlaku dimana terdapat
beberapa syarat, yaitu:
a. Pemilihan lokasi TPA sampah Kota Putussibau harus sesuai dengan
ketentuan yang ada pada SNI 03-3241-1994 tentang tata cara pemilihan
lokasi TPA
b. Rencana pengembangan kota dan daerah, tata guna lahan serta rencana
pemanfaatan lahan bekas TPA Putussibau
c. Tersedianya biaya operasi dan pemeliharaan TPA Putussibau
d. Sampah yang dibuang ke TPA harus melalui pengurangan volume
sampah (program 3M) sedekat mungkin dengan sumbernya
e. Sampah yang dibuang dilokasi TPA hanya sampah perkotaan yang
bukan berasal dari industri, rumah sakit yang mengandung limbah B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun)
2. Perencanaan luas lahan TPA untuk 20 tahun kedepan harus memperhatikan
beberapa hal yaitu, mengumpulkan data jumlah penduduk dari Badan Pusat
Statistik, memproyeksi jumlah penduduk untuk 20 tahun kedepan,
menganalisis laju timbulan sampah pada kota Putussibau, dan menghitung
luas area untuk timbulan sampah di TPA Putussibau. Berdasarkan analisis
dan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan jumlah luas lahan sampah
yaitu 10,01 Ha dan dengan rata-rata 0,5 Ha untuk 20 tahun perencanaan dan
7,009 untuk lahan urug.
3. Perencanaan bangunan tanggul di TPA Putussibau yaitu dengan mengetahui
dasar tanggul, atas tanggul serta tinggi tanggul yang digunakan. Kemudian
dilakukan perhitungan luas tanggul yang didapatkan yaitu 40 meter.

61
62

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari perencanaan TPA Kota Putussibau ini yaitu
diperlukannya survey lapangan terlebih dahulu agar dapat mendesain tata letak
zona di TPA tersebut.
LAMPIRAN

63
B

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


A A FAKULTAS TEKNIK
3.4 Inlet Outlet UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2022

MATA KULIAH

PERENCANAAN TPA
6.9

BAK PENAMPUNG DOSEN PENGAMPU

1 : 100
Inlet
Dr. ARIFIN, S.T., M.Eng.Sc

NIP. 197210281998031005
2.0

DIKERJAKAN OLEH
3.4
Outlet NAMA NIM
Harummitha Harissa D1051191006
Johannes Kevin Adam J.S D1051191026
POTONGAN A - A Muhammad Ilham Maulana
Raina Syawfani
D1051191034
D1051191044
Muhammad Farrell Dwigi V D1051191086
SKALA 1 : 100 JUDUL GAMBAR
BAK PENGUMPUL
Inlet
LEGENDA

2.0

Outlet
6.9

POTONGAN B - B
SKALA 1 : 100 SKALA

1 : 100
TANGGAL NO LEMBAR JUMLAH LEMBAR

16/6/2022 1 9
B

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2022

MATA KULIAH

A A
PERENCANAAN TPA
10.89
Inlet Outlet
DOSEN PENGAMPU

Dr. ARIFIN, S.T., M.Eng.Sc

NIP. 197210281998031005

DIKERJAKAN OLEH
B NAMA NIM
Harummitha Harissa D1051191006
21.78 Johannes Kevin Adam J.S D1051191026
Muhammad Ilham Maulana D1051191034
Raina Syawfani D1051191044
BAK Muhammad Farrell Dwigi V D1051191086
JUDUL GAMBAR

STABILISASIHOLE PLUG CONTROL BAK STABILISASI


LEGENDA

Inlet 1 : 100

2.0 Outlet

21.8
Inlet HOLE PLUG CONTROL
10.9 POTONGAN A - A
SKALA

2.0 1 : 100
TANGGAL NO LEMBAR JUMLAH LEMBAR

Outl
16/6/2022 2 9
POTONGAN B - B
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2022
11.9
MATA KULIAH

PERENCANAAN TPA

DOSEN PENGAMPU
6.0

Dr. ARIFIN, S.T., M.Eng.Sc

NIP. 197210281998031005

DIKERJAKAN OLEH
NAMA NIM
Harummitha Harissa D1051191006
Johannes Kevin Adam J.S D1051191026
Muhammad Ilham Maulana D1051191034
Raina Syawfani D1051191044
Muhammad Farrell Dwigi V D1051191086
JUDUL GAMBAR

BAK MATURASI
LEGENDA

6.0
6.0

0.4 0.4

SKALA

1 : 100
TANGGAL NO LEMBAR JUMLAH LEMBAR

16/6/2022 3 9
9.8
B
..\..\..\Downloads\download
(1).png

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
A A 2022

4.9 MATA KULIAH

PERENCANAAN TPA

DOSEN PENGAMPU
B
BAK ANAEROB 1:100
Dr. ARIFIN, S.T., M.Eng.Sc

NIP. 197210281998031005

DIKERJAKAN OLEH
NAMA NIM
Harummitha Harissa D1051191006
Johannes Kevin Adam J.S D1051191026
Muhammad Ilham Maulana D1051191034
Raina Syawfani D1051191044
Muhammad Farrell Dwigi V D1051191086
JUDUL GAMBAR
BAK ANAEROB
9.7480 9.7480 LEGENDA
8.7480
9.3506
1.30

1.29
6.7480

POTONGAN A - A
POTONGAN B - B 1:100
1:100 SKALA

1 : 100
TANGGAL NO LEMBAR JUMLAH LEMBAR

16/6/2022 4 9
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
B
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
7.4440
2022

MATA
KULIAH
3.9500 3.3940
A A

Pipa Inlet Pipa Outlet PERENCANAAN TPA

3.72
DOSEN PENGAMPU

Dr. ARIFIN, S.T., M.Eng.Sc


B

NIP. 197210281998031005

BAK BIOFILTER AEROB DIKERJAKAN OLEH

1:50 NAMA
Harummitha Harissa
NIM
D1051191006
Johannes Kevin Adam J.S D1051191026
3.7 Muhammad Ilham Maulana D1051191034
Raina Syawfani D1051191044
Muhammad Farrell Dwigi V D1051191086
JUDUL GAMBAR

4.0 BAK BIOFILTRASI


LEGENDA

3.7
1.8

POTONGAN A - A POTONGAN B - B
1:50 1:50
SKALA

1 : 50
TANGGAL NO LEMBAR JUMLAH LEMBAR

16/6/2022 5 9
718937.89 m E
90744.72 m N
4 40
40 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
50 40 FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2022
ZONA 1 ZONA 2 MATA KULIAH

50 40 PERENCANAAN TPA
40 50
60
JALAN OP40RASIONAL DOSEN PENGAMPU
50
Dr. ARIFIN, S.T., M.Eng.Sc
60
NIP. 197210281998031005
ZONA 3 ZONA 4
DIKERJAKAN OLEH
60
40 NAMA NIM
70 70 50 Harummitha Harissa
Johannes Kevin Adam J.S
D1051191006
D1051191026
Muhammad Ilham Maulana D1051191034
60 JALAN OPRASIONAL Raina Syawfani
Muhammad Farrell Dwigi V
D1051191044
D1051191086
JUDUL GAMBAR
BAK BIOFILTRASI

IPL
LEGENDA

JALUR DRAINASE

70 50 4 A

Inlet

JALUR LINDI

40 KONTUR

60 50
KANTOR PRASARAN DAN SARANA

POHON

SKALA
50
1 : 100
TANGGAL
NO LEMBAR
16/6/2022
6 JUMLAH
LEMBAR

9
5.0
PAVING BLOCK DETAIL DETAIL I DAN II
Tebal : 0.08 III
TIMBUNAN
TANAH
DIPADATKAN
TANAH URUG
Tebal : 0.10

GEOTEXTILE PROTEKSI HDPE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


GEOMEMBRANE FAKULTAS TEKNIK
GEBALAN
RUMPUT UNIVERSITAS TANJUNGPURA
4.0 GEOGRIT
TANAH URUG 2022
Tebal : 0.20
JALUR DRAINASE

DETAIL IV
MATA KULIAH
TANAH
LIAT
Tebal 0.20

PERENCANAAN TPA

DOSEN PENGAMPU

Dr. ARIFIN, S.T., M.Eng.Sc

NIP. 197210281998031005
KAYU CERUCUK
Panjang : 15.0

DIKERJAKAN OLEH
15.0
NAMA NIM
Harummitha Harissa D1051191006
Johannes Kevin Adam J.S D1051191026
Muhammad Ilham Maulana D1051191034
Raina Syawfani D1051191044
Muhammad Farrell Dwigi V D1051191086
JUDUL GAMBAR
DIMENSI TANGGUL
LEGENDA

20.0
SKALA

DESAIN TANGGUL 1:100 1 : 100


TANGGAL NO LEMBAR JUMLAH LEMBAR

16/6/2022 7 9
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2022

MATA KULIAH

PERENCANAAN TPA

TIMBUNAN SAMPAH
DOSEN PENGAMPU

5.0 Dr. ARIFIN, S.T., M.Eng.Sc


TANGGUL

5.0 JALUR DRAINASE


NIP. 197210281998031005

5.0
DIKERJAKAN OLEH
NAMANIM
Harummitha HarissaD1051191006 Johannes Kevin Adam J.S

JUDUL GAMBAR
BAK MATURASI
PIPA DRAINASE PIPA LINDI KAYU CERUCUK LEGENDA
Panjang : 15.0

ZONA TIMBUNAN SAMPAH


1 : 400

SKALA

1 : 400
TANGGALNO LEMBAR JUMLAH LEMBAR

16/6/2022 8 9
DETAIL I DETAIL II
..\..\..\Downloads\download
(1).png

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


LINDI
GRAVEL
GEONET
FAKULTAS TEKNIK
TUMPUKAN SAMPAH LIFT IV UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PAVING BLOCK 2022
Tebal : 0.08
1.4 PASIR URUG LIFT III MATA
TIMBUNAN TANAH DIPADATKAN
GEOTEXTILE PROTEKSI KULIAH
0.7 TANAH URUG HDPE GEOMEMBRANE
Tebal : 0.10 LIFT II
0.3
GEOGRIT GEOMEMBRANE GEOTEXTILE PROTEKSI PERENCANAAN TPA

LIFT I

GEOGRIT
DOSEN PENGAMPU
TANAH LIAT TANAH URUG
Tebal 0.20 Tebal : 0.20

Dr. ARIFIN, S.T., M.Eng.Sc

NIP. 197210281998031005

DETAIL IV
DETAIL III DIKERJAKAN OLEH
NAMA NIM
3. Harummitha Harissa D1051191006
PAVING BLOCK 5 Johannes Kevin Adam J.S D1051191026
Tebal : 0.08 Muhammad Ilham Maulana D1051191034
TANAH URUG
Raina Syawfani D1051191044
BETON GEOTEXTILE PROTEKSI Tebal : 0.10 Muhammad Farrell Dwigi V D1051191086
0.2 JUDUL GAMBAR
0.2 BETON
TIMBUNAN TANAH DIPADATKAN DETAIL DESAIN TANGGUL
GEBALAN RUMPUT
LEGENDA
4.1

HDPE GEOMEMBRANE

0.2
TANAH LIAT
0.3 CERUCUK
Tebal 0.20

TANAH
SKALA

1 : 25
TANGGALNO LEMBAR JUMLAH LEMBAR

16/6/2022 9 9

Anda mungkin juga menyukai