Malnutrisi merupakan masalah yang serius pada pasien-pasien gagal ginjal kronik
yang diterapi dengan dialisis. Hal ini berhubungan dengan malnutrisi yang akan memberikan
outcome yang buruk pada pasien (Combe, 2004). Malnutrisi cukup sering dijumpai pada
pasien dialisis dan berhubungan dengan terjadinya inflamasi kronis. Angka malnutrisi terjadi
pada 23-76% pasien HD, dan 18-50% pasien penyakit dalam. Penyebab malnutrisi sangat
banyak diantaranya karena asupan yang buruk oleh karena mual muntah sebagai tanda gejala
uremikum & asidosis.
Status nutrisi pasien dialisis dapat dinilai dari pemeriksaan biokimia, antropometri,
kadar protein dan metode komposisi tubuh. Hubungan antara malnutrisi dan inflamasi telah
mendapat perhatian yang cukup serius dan adanya hubungan yang kuat antara PEM (Protein
Energy Malnutrition) dan inflamasi telah ditunjukkan pada pasien-pasien hemodialisis.
Bersama-sama, keadaan ini disebut dengan Malnutrition Inflammation Complex Syndrome
(Zadeh, 2002).
Kedua keadaan inflamasi dan malnutrisi berefek pada kondisi klinis pasien dialisis
dan harus dinilai dengan berbagai cara. Untuk itu, sebuah sistem skoring yang komprehensif
yang disebut dengan Malnutrition Inflammation Score (MIS), yang mampu mengelompokkan
resiko pada pasien hemodialisis secara kuantitatif untuk penatalaksanaan yang lebih optimal.
Malnutrition-Inflammation Score (MIS) berhubungan kuat dengan angka morbiditas dan
mortalitas, begitu juga dengan pengukuran nutrisi, inflamasi dan anemia pada pasien-pasien
hemodialisis (K-DOQI, 2002). Serta penilaian Subjective Global Assessment (SGA) dapat
menyatakan apakah asimilasi nutrisi telah dibatasi karena asupan makanan yang menurun,
maldigesti atau malabsorbsi, apakah efek malnutrisi terhadap organ telah terjadi dan apakah
proses penyakit pada pasien berefek pada kebutuhan nutrisi (Brazier, 2002)
Terkait dengan masalah tersebut maka pentingnya dilakukan penilaian status gizi
untuk pasien hemodialisa di RS Khusus Ginjal Ny.R.A Habibie. Penilaian status gizi kami
lakukan secara berkala demi mencapai derajat kesehatan yang optimal. Pengukuran dilakukan
dengan beberapa parameter, diantaranya penilaian Subjective Global Assessment (SGA), dan
Malnutrition Inflamation Score (MIS) terutama bagi pasien yang akan mendapat terapi
eritropoetin.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahuai status gizi pasien dialisis rutin di RS Khusus Ginjal Ny. R.A. Habibie
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui penilaian status gizi berdasarkan Subjective Global Assessment (SGA)
2. Mengetahui penilaian status gizi berdasarkan Malnutrition Inflamation Score (MIS)
Prevalensi malnutrisi pada pasien gagal ginjal kronis dengan terapi hemodialisis
masih cukup tinggi hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan metabolisme
protein dan energi, defisiensi mikronutrien, disregulasi hormon, infeksi, anoreksia, intake
yang tidak adekuat, dan sindrom uremik. Melihat kondisi tersebut dibutuhkan penialaian
evaluasi status gizi. Hal ini bertujuan untuk memberikan penatalaksanaan komprehensif bagi
pasien PGK sehingga dapat meningkatkan kondisi klinis pasien.
Subjective Global Assessment (SGA) merupakan salah satu penilaian nutrisi pada
pasien HD berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang direkomendasikan NFK
K/DOQI. National Kidney Foundation Kidney Disease / Dialysis Outcomes and Quality
Initiative (NKF/KDOQI) merekomendasikan untuk menilai status nutrisi pada pasien
hemodialisis, dengan menggunakan SGA setiap 6 bulan. Penggunaan SGA dalam mendeteksi
malnutrisi pasien HD memiliki beberapa kelebihan yaitu sederhana, valid, noninvasif,
aplikatif serta penggunaannya berkorelasi signifikan dengan parameter nutrisi.
Komponen riwayat medis yang dinilai pada SGA ada 5 yaitu penurunan BB dalam 6
bulan terakhir, gejala gangguan saluran cerna, asupan makan, kapasitas fungsional
komorbiditas, pemeriksaan fisik meliputi ada tidaknya kehilangan subkutan dan penyusutan
otot dan tidak adanya ascites dengan oedema. Skoring SGA terbagi menjadi 3 diantaranya
bernilai A gizi baik, B malnutrisi sedang dan C malnutrisi berat.
Pemantauan status gizi berdasarkan SGA tahun 2020 pada pasien HD RS Ginjal Ny
R.A Habibie dapat dilihat sebagai berikut :
55% 45%
r
ei
ni
li
s
i
ri
ril
ar
be
be
be
be
tu
Ju
ua
Ju
ar
Ap
nu
us
to
em
m
br
M
Ja
Ok
ve
se
Ag
Fe
pt
No
De
Se
SGA A SGA B SGA C
SGA
No Bulan Jumlah
A B C
1 Januari 10 21 0 31
2 Februari 5 19 0 24
3 Maret 15 28 0 43
4 April 23 34 0 57
5 Mei 28 14 0 42
6 Juni 40 37 0 77
7 Juli 44 23 0 67
8 Agustus 11 14 0 25
Septembe
9 3 10 0 13
r
10 Oktober 2 12 0 14
11 November 38 49 0 87
12 Desember 7 11 0 18
TOTAL 498
Sepanjang tahun 2020 sebanyak 45% pasien bernilai SGA A (Gizi baik), 55% malnutrisi
sedang (SGA B) dan sebesar 0% malnutrisi berat (SGA C). Pasien baru hemodialisis
sebagian besar mempunyai skor SGA malnutrisi sedang (B), hal ini dikarenakan keluhan
awal sebagian besar pasien adalah penurunan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama
oleh karena timbulnya keluhan mual disertai muntah. Turunnya asupan oral pada pasien
mengakibatkan penurunan berat badan yang tidak diharapkan. Kondisi berat ini yang menjadi
pencetus terjadinya malnutrisi. Anoreksia disebabkan oleh retensi toksin uremia, inflamasi,
perubahan pola asam amino, hormone (leptin dan ghrelin) dan neuropeptida Y.22,2
2.2 Penilaian MIS (Malnutrition Inflamation Score)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penyakit Ginjal di Indonesia
Meningkat 2 Kali Lipat, Bisakah Dicegah?", Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/13/193200823/penyakit-ginjal-di-indonesia-
meningkat-2-kali-lipat-bisakah-dicegah-?page=all.
Penulis : Ellyvon Pranita
Editor : Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas