Anda di halaman 1dari 60

POLA PENYAKIT

( Orang, Tempat, Waktu)

MK. Dasar Epidemiologi


Tujuan:
Mengetahui pola penyebaran penyakit dan faktor determinan
yg mempengaruhi terjadinya penyakit sehingga dpt
diketahui cara pencegahan dan penanggulangannya.

1. Person
Variabel deskriptif yang menggambarkan orang yang terkena
penyakit.
Variabel tersebut sbb:
- umur
- besar keluarga&struktur keluarga
- golongan etnik - status perkawinan
- pekerjaan - keadaan sosial ekonomi
- adat istiadat - jenis kelamin
Umur
Merupakan determinan paling penting
Angka mortalitas dan morbiditas menunjukkan adanya hubungan
dengan variabel ini
Daya tahan tubuh berbeda
Ancaman terhadap masalah kesehatan
Kebiasaan hidup
Contoh:
- kecacingan sering tjd pd anak-anak drpd org dewasa. Dikaitkan
dgn kebiasaan tdk mencuci tangan
- Diare lebih sering pada bayi dan
balita. Dikaitkan dengan daya tubuh.
- PJK lebih sering pada lansia  penyakit degeneratif
Jenis Kelamin
Perbedaan angka kematian antara laki-laki dan wanita disebabkan
karena faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik
Faktor intrinsik:
perbedaan sec fisiologis atau perbedaan hormonal
Faktor ekstrinsik:
kebiasaan menghisap rokok pd pria, minum-minuman keras, dll

Suku Bangsa dan Ras


Frekuensi penyakit lebih tinggi pada suku bangsa dan
golongan ras tertentu
Perbedaan ini karena perbedaan imunitas dan kesempatan
kontak dgn penyakit
Contoh : kebiasaan makan, gaya hidup dan sifat biologis
(kulit putih-hitam)
org negro lbh sedikit dibanding org kulit putih thd
serangan malaria vivax
Status Perkawinan
Adanya perbedaan pola perilaku antara orang yg menikah dan
belum menikah
Hal ini berpengaruh terhadap:
- risiko terkena penyakit
- penatalaksanaan / penanggulangan penyakit

Pekerjaan
Pekerjaan merupakan hal yg membedakan dlm memperoleh
paparan terhadap sumber penyakit dan infeksi
Contoh : pekerja tambang infeksi cacing tambang
Dalam kemungkinan terjadinya penyakit, pekerjaan dpt
merupakan faktor langsung ataupun tdk lgs
Faktor langsung :
misal: silicosis paru perusahaan industri merkuri
Faktor tdk langsung:
misal: stress kerja merup faktor pemicu terjdinya hipertensi, tukak lambung
Besar keluarga, dan struktur keluarga
Keluarga yang besar mempunyai tanggungan ekonomi juga besar
seperti penyediaan makanan dan keterbatasan tempat tinggal
akan memudahkan penyebaran penyakit
Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi yg baik memungkinkan kondisi
lingkungan yg lebih baik
Misal : lingkungan bersih dan tdk kumuh akan membuat tdk
mudahnya terserang parasit
Adat Istiadat
Kebiasaan dpt berpengaruh thd terjadinya infeksi penyakit seperti
kebiasaan penyediaan makanan/minuman, kebiasaan dlm
pengobatan penyakit,dll
misal: masyarakat bali yg terbiasa makan babi yg dicampur darah
babi mentah akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi
cacing.
2. Place
Hubungan pola penyakit dgn tempat berkaitan dgn tempat yg
dihuni dan penghuni yg merupakan faktor penyebab timbulnya
penyakit
Distribusi penyakit menurut geografis dpt berguna utk
perencanaan program kesehatan
Manfaat :
Mengetahui besar dan jenis masalah kesehatan pd suatu daerah
Mengetahui hal yg perlu dilakukan utk mengatasi mslh kesehatan
Mengetahui keterangan ttg faktor penyebab timbulnya masalah
kesehatan
Faktor-faktor yg perlu diperhatikan:
1.Perbedaan antara perkotaan-perdesaan
2.Perbedaan wilayah menurut status ekonomi
3.Perbedaan wilayah geografis dgn skala luas
Perbedaan Urban-Rural
Hal yg perlu diperhatikan adalah hubungan migrasi penduduk ke
kota dan ke desa terhadap pola penyakit
Hal yg dpt mempengaruhi antara lain kepadatan penduduk,
transportasi dan keberadaan vektor
Contoh:
Mobilitas pddk transmigrasi yg kemungkinan daerah endemis dpt
menularkan parasit penyebab malaria ke daerah asalnya
Di pedesaan pd umumnya lbh banyak binatang yg terinfeksi yg
dpt menularkan penyakit yg ditularkan dr binatang ke manusia

Perbedaan Wilayah Mnrt Status Ekonomi


Kualitas lingkungan akan meningkatkan ketahanan masyarakat
thdp penyakit
Kondisi dan fasilitas kesehatan yg ada di daerah tsb
misal: membandingkan desa tertinggal dan tak tertinggal
Perbedaan Wilayah Geografis dgn Skala Luas
Banyak jenis penyakit yg ditemukan pd suatu negara atau
sekelompok negara yg berada pd benua yg sama
Hal ini karena pengaruh variasi geografis seperti kelembaban,
temperatur yg mempengaruhi perkembangan dan penyebaran
vektor penyakit

3.Times
Menjelaskan waktu org terkena penyakit tersebut
Waktu dpt diukur dlm satuan tahun, bulan, hari, jam sesuai dgn
kebutuhan dan jenis penyakitnya
Manfaat :
Memahami kecepatan perjalanan penyakit
Memahami lama terjangkitnya penyakit
Pola fluktuasi jangka pendek (short-term variations)
Pola fluktuasi periodik (periodik variations)
Pola perubahan sekuler (secular trends)
Pola Fluktuasi Jangka Pendek
Terjadi jika ada epidemi atau wabah
Ditandai dgn
- jumlah kasus penyakit yg melebihi jumlah normal
- adanya penyakit yg sama dlm wkt yg sama atau hampir
bersamaan
- biasanya waktu inkubasinya rata-rata pendek
Contoh : Endemic vs. Epidemic
Contoh lagi :
keracunan makanan (beberapa jam)
influensa (beberapa hari atau minggu)
cacar (beberapa bulan)
KLB Difteri atau KLB Campak
Pola Fluktuasi Periodik
Terjadi bila timbul dan memuncaknya angka kesakitan dan
kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun
atau tiap beberapa tahun
Bisa terjadi baik pada penyakit infeksi maupun penyakit bukan
infeksi
Distribusi kejadian diare tahun 2006-2008 di Wilayah
Kerja Puskesmas Mana

120
Penderita Diare

100
80 2006
60 2007
40 2008
20
0

p
n

s
b

r
t

us

pt
ei

kt
Ju
ar
Ap
Ja

Ju
Pe

No

De
M

Se

O
Ag
M

Bulan
Faktor yg Mempengaruhi :
Ada tdknya keadaan yg memungkinkan transmisi penyakit oleh
vektor
Adanya tmpt berkembang biak yg alami bagi vektor sehingga
memudahkan peningkatan kepadatan vektor
Adanya kerentanan
Adanya kegiatan berkala dr org yg rentan yg menyebabkan
mereka terserang vektor penular penyakit
Adanya perubahan kemampuan agen infektif utk menimbulkan
penyakit

Pola Perubahan Sekuler


Menunjukkan perubahan angka kesakitan dan kematian suatu
penyakit dlm jangka waktu yg panjang, puluhan atau ratusan
tahun yg dinyatakan dlm bentuk proporsi
Faktor yg diperkirakan Berperan dalam
Pembentukan Pola Sekuler
a) Meningkatnya mobilitas
b) Meningkatnya transmigrasi spontan
c) Berkurangnya isolasi tempat yg terpencil dgn kemudahan transportasi
d) Perubahan gaya hidup masyarakat
e) Perubahan lingkungan hidup dan ekologi yg timbul seiring dgn proses
pembangunan dan industrialisasi
f) Meningkatnya jumlah absolut penduduk
g) Meningkatnya umur harapan hidup
h) Perubahan intervensi akan memberikan efek pada perubahan pola
kesakitan dan kematian
HUBUNGAN ASOSIASI

 Definisinya : “Hub keterikatan atau saling pengaruh


antara 2 atau lebih variabel, dimana hub tsb dpt
bersifat hub sebab akibat maupun bukan hub sebab
akibat”

MK Dasar Epidemiologi - S1 FKM Unair 14


Hubungan keterikatan
(dependency association)
 Hub antara variabel, dimana adanya perubahan pada
variabel yang satu (independent) akan mempengaruhi
variabel yg lainnya (dependent)

Pembagian hub asosiasi


 Hubungan Semu
 Hubungan Asosiasi bukan Kausal
 Hubungan Asosiasi Kausal

MK Dasar Epidemiologi - S1 FKM Unair 15


Hubungan Semu

 Adanya hub antara 2 atau lbh variabel yg bersifat tidak benar


(semu/palsu) yg timbul krn faktor kebetulan atau krn adanya bias pd
metode penelitian
 Contoh :
Suka makan mie  rambut keriting
kulit hitam  pandai menyanyi

Hub Asosiasi bukan Kausal


 Hub asosiasi yg bersifat bukan hub sebab akibat, dimana variabel
ketiga tampaknya mempunyai hub dg salah satu variabel yg
terlibat dlm hub kausal, tapi unsur ketiga ini bukan sbg faktor
penyebab
 Ada hub asosiasi hanya krn keduanya berhub erat dg faktor lain
pd situasi tertentu.

MK Dasar Epidemiologi - S1 FKM Unair 16


Contoh Hub Asosiasi bukan Kausal

 Jenis kelamin alergi pd kulit

kosmetika

Hub Asosiasi Kausal


 Hub antara 2 atau lbh variabel dimana salah satu atau lbh
diantara var tsb merup var penyebab kausal thd terjadinya var
lainnya.
 Setiap perubahan pd faktor penyebab akan diikuti oleh
perubahan pd akibat.
 Contoh:
 Paparan asap rokok  ISPA
 Kebiasaan cuci tangan  Diare

MK Dasar Epidemiologi - S1 FKM Unair 17


Kriteria Hubungan Kausal
(Kriteria Hill – oleh Bradford Hill)

MK Dasar Epidemiologi - S1 FKM Unair


18
Hubungan temporal (Temporally correct
Association/Temporal Relantionship)
 The effect has to occur after the cause (Akibat harus terjadi
setelah sebab
 Hub kausal harus menunjukkan sekuen waktu yg jelas
 Paparan (IV) harus mendahului Akibat (DV)

Kekuatan asosiasi (Strength of the Association)


 Makin kuat hub antara paparan dan outcome, makin kuat
kesimpulan hub sebab akibat
 A small association does not mean that there is not a causal effect,
though the larger the association, the more likely that it is causal
artinya:Asosiasi kecil tidak berarti tidak ada efek kausal, meskipun
semakin besar asosiasi, semakin besar kemungkinan itu
kausal

MK Dasar Epidemiologi - S1 FKM Unair 19


Konsistensi
(Consistency of the Association)
 Konsistensi hasil dari beberapa penelitian dengan variabel yang
sama
 Makin konsisten dg riset lainnya yg dilakukan pd pop dan lingk yg
berbeda, makin kuat pula keyakinan hub kausal
 Consistent findings observed by different persons in different places
with different samples strengthens the likelihood of an effect.
Artinya: Temuan konsisten yang diamati oleh orang yang
berbeda di tempat yang berbeda dengan sampel yang berbeda
memperkuat kemungkinan efek.
Spesifisitas (Specificity of the Association)
 Makin spesifik paparan, makin kuat kesimpulan akan hub kausal

MK Dasar Epidemiologi - S1 FKM Unair 20


Spesifisitas (Specificity of the Association)

 Causation is likely if a very specific population at a specific site and


disease with no other likely explanation. The more specific an
association between a factor and an effect is, the bigger the probability
of a causal relationship.
Artinya : Penyebabnya mungkin jika populasi yang sangat
spesifik di lokasi dan penyakit tertentu tanpa penjelasan lain yang
mungkin. Semakin spesifik hubungan antara faktor dan efek,
semakin besar kemungkinan hubungan sebab akibat.
Biological Plausibility
 Kesimpulan hub kausal makin kuat jika didukung dg pengetahun biologik
 Namun dmkn ketiadaan dukungan penget.biologik tdk dpt dg sendirinya
dikatakan hub non kausal
 makin terbatas pengetahuan biologik ttg hub antara E dan D, makin
kurang aman utk memutuskan bahwa hub itu kausal / non kausal

MK Dasar Epidemiologi - S1 FKM Unair 21


 Greater exposure should generally lead to greater incidence of the effect.
(artinya: Paparan yang lebih besar umumnya harus mengarah pada insiden
efek yang lebih besar).
 A plausible mechanism between cause and effect is helpful (but Hill noted
that knowledge of the mechanism is limited by current knowledge). (artinya:
Mekanisme yang masuk akal antara sebab dan akibat sangat membantu
(tetapi Hill mencatat bahwa pengetahuan tentang mekanisme dibatasi oleh
pengetahuan saat ini)).
Coherence
 Makin koheren dg pengetahuan ttg NHD, makin kuat keyakinan adanya
hub kausal antara E dan D
 Kriteria koherensi menegaskan pentingnya kriteria konsistensi dan
kredibilitas biologik
 Coherence between epidemiological and laboratory findings increases the
likelihood of an effect. (artinya: Koherensi antara temuan epidemiologis
dan laboratorium meningkatkan kemungkinan efek).

MK Dasar Epidemiologi - S1 FKM Unair 22


Dose Respons Relationship

 Hubungan dosis respons


 Perub intensitas E yg selalu diikuti oleh perub frek D menguatkan
kesimpulan hub kausal
 A relationship in which a change in amount, intensity, or duration of
exposure is associated with a change – either an increase or a
decrease – in risk of a specified outcome. (artinya: hubungan di
mana perubahan dalam jumlah, intensitas, atau durasi paparan
dikaitkan dengan perubahan - baik peningkatan atau penurunan -
risiko hasil tertentu).
Bukti Eksperimen
 Dukungan temuan riset eksperimental memperkuat kesimpulan hub
kausal.
 Namun tidak semua “materi penelitian” dapat dibuktikan dengan riset
eksperimental terutama terkait dg etika penelitian.

MK Dasar Epidemiologi - S1 FKM Unair 23


PENELITIAN EPIDEMIOLOGI
(Epidemiology Studies)

Definition of Epidemiology*
"The STUDY of the DISTRIBUTION and DETERMINANTS of
HEALTH-RELATED STATES in specified POPULATIONS, and
the application of this study to CONTROL of health problems."

*Last, J.M. 1988. A Dictionary of Epidemiology, 2nd ed.


24
MK Dasar Epidemiologi - S1 FKM Unair
Klasifikasi Penelitian Epidemiologi
(Type of epidemiology study)
1. Observational  Peneliti tidak melakukan atau memberi perlakuan kepada subyek
penelitian, tetapi subyek itu sendiri yang “memilih”
a. Descriptive melakukannya.
 Case report (Without intervention of the investigator)
 Case series – Time series
 Correlational study
 Cross sectional study
b. Analitic
- Cross sectional study (studi potong lintang)
- Case control study (studi kasus kontrol)
- Cohort study ( studi kohort)
2. Experimental  Peneliti dg sengaja memberikan suatu perlakuan atau dengan
a. Community trial sengaja tidak memberikan suatu perlakuan kepada subyek
penelitian
b. Clinical trial
(a study in which conditions are under the direct control of
the investigator)
MK Dasar Epidemiologi - S1 FKM Unair
Penelitian Deskriptif ( descriptive study)
• Adalah penelitian epidemiologi yg bertujuan menggambarkan distribusi
suatu masalah kesehatan menurut variabel-variabel penelitian.
Penelitian analitik (analytic)
• Merupakan suatu studi yg dirancang untuk mengevaluasi hubungan antara
paparan dan akibatnya (outcome).
• Used to help identify the cause of disease (artinya: digunakan untuk
membantu mengidentifikasi penyebab penyakit)
• Typically involves designing a study to test hypotheses developed using
descriptive epidemiology (artinya: Biasanya melibatkan perancangan studi
untuk menguji hipotesis yang dikembangkan menggunakan epidemiologi
deskriptif)
PERBEDAAN KEDUANYA:
• Descriptive Epidemiology deals with the questions: Who, What, When,
and Where
• Analytic Epidemiology deals with the remaining questions: Why and How

MK Dasar Epidemiologi - S1 FKM Unair


STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
Bertujuan :
• Memberikan informasi ttg status/masalah kesehatan, pola distribusi
penyakit (masalah kesehatan) dan kecenderungan penyakit pada
populasi yang berguna perencanaan dan penanggulangan masalah
kesehatan
• Merumuskan hipotesis ttg paparan sebagai faktor risiko suatu
masalah kesehatan.
Disain Studi Deskriptif
Unit analisis Populasi :
Studi Ekologis (Ecologic study)
Time Series
Unit analisis Individu :
Studi kasus (Case report)
Case Series
27
Studi Kasus ( Case Report)
• Suatu studi yang menggambarkan pengalaman dari satu atau
sebuah kelompok pasien dengan diagnosis yang sama atau mirip
• Pada umumnya melaporkan suatu kejadian ( kasus Penyakit)
yang tidak biasa dan merupakan petunjuk awal untuk identifikasi
penyakit baru/ efek merugikan dari paparan
• Studi kasus tidak hanya dapat digunakan pada klinik / pasien
penyakit ttt.
• Dapat digunakan untuk kondisi kesmasy atau fenomena sosial .
Case Series – Time Series
• Suatu rancangan studi yg bertujuan mendiskripsikan dan frekuensi
penyakit atau status kesehatan dengan unit analisis individu (case
series) atau unit analisis populasi (time series)
• Berdasarkan serangkaian pengamatan pada beberapa sekuen waktu
(minimal 3 periode)
• Dpt dikatakan juga sbg kumpulan dari laporan atau studi kasus yg
terjadi dlm suatu periode waktu

28
Manfaat Case Series :
1. Dapat meramalkan kejadian penyakit berikutnya berdasarkan
perjalanan yg lampau ( krn terlihat variasi frekuensi penyakit secara
kronologik)
2. Dapat sebagai cara awal untuk mengidentifikasi munculnya suatu
epidemi

Studi Korelasi = Studi Ekologi


Adalah :
- Penelitian epidemiologi dgn menggunakan
populasi sebagai unit analisis
- Digunakan untuk menggambarkan penyakit dlm kaitannya dgn bbrp
faktor, dgn mengukur karakteristik dari keseluruhan populasi
 Menggunakan data sekunder
Contoh: Korelasi penjualan rokok sigaret per kapita dgn angka
mortalitas PJK di negara X
• Kekuatan :
Tepat untuk penelitian awal yg mencari hubungan faktor paparan dan
penyakit krn mudah dan murah dgn memanfaatkan informasi yg ada.
29
• Kelemahan:
1. Bukan mrpkan rancangan yg tepat menganalisis hubungan sebab
akibat
2. Tidak mampu menghubungkan suatu faktor risiko dengan penyakit sec
individual
3. Tidak menggambarkan tingkat risiko individu

30
Desain Studi Kasus Kontrol
(Case Control Study)
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga

Jenis Penelitian Epidemiologi


Penelitian
Observasional vs Eksperimental
Penelitian
Deskriptif vs Analitik
Case Control Study
• Penelitian observasional analitik yang membandingkan kelompok
kasus (mengalami kondisi yang diteliti) dengan kelompok control
(tidak mengalami kondisi yang diteliti)
• Subjek dipilih berdasarkan status outcome
• Kelompok control dipilih dari individu yang tanpa outcome
• Studi kasus control bersifat retrospektif

Direksionalitas ke belakang
Eksposur Keluaran/penyakit
Waktu

? Ya

? Tidak

Studi kasus-kontrol
Studi kasus kontrol
Terpajan
Kasus (dengan karakteristik atau faktor risiko)
(kelompok dengan
kondisi) Tidak Terpajan
(dengan karakteristik atau faktor risiko)

Terpajan
Kontrol (dengan karakteristik atau faktor risiko)
(kelompok tanpa
kondisi) Tidak Terpajan
(dengan karakteristik atau faktor risiko)

Odds Ratio (OR)


OR = odds terpapar pada kasus
odds terpapar pada kontrol

OR = (a/c) : (b/d)
OR = a d / b c
Studi Case Control
Outcome Total

Exposure Ya Tidak

Ya a b a+b

Tidak c d c+d

Total a+c b+d a+b+c+d

OR = AD / BC

Contoh Soal Studi Case Control


Kasus Kontrol Total

Terpajan 18 7 25 18  35 630
OR    4,5
Tidak 20 35 55 20  7 140
terpajan
Total 38 42 80
Studi kasus kontrol

Terpajan (Mengunyah tembakau)

Kasus
(kanker mulut) Tidak Terpajan
(Tidak mengunyah tembakau)

Terpajan (Mengunyah tembakau)


Kontrol
(bukan kanker mulut)
Tidak Terpajan
(Tidak Mengunyah tembakau)
Faktor Risiko Hipertensi Non-
Hipertensi
n n
Umur
>40 th 22 8
<40 th 112 58
Jenis Kelamin
Laki 27 8
Perempuan 107 58

Odds Ratio (OR) Hitunglah


OR = odds terpapar pada kasus
nilai OR!
odds terpapar pada kontrol

OR = (a/c) : (b/d)
OR = a d / b c
Case Control

Karakteristik Kasus
Karakteristik kontrol

Sumber Kontrol
1. Pasien penyakit lain di RS
2. Keluarga kasus
3. Teman atau tetangga kasus
4. Masyarakat yang tinggal di wilayah kasus
Pasien penyakit lain di Rumah Sakit
• Mudah dan effisien
• Responsif atau kooperatif

• Sering sulit mengidentifikasi populasi asal kasus

• Potensi Berkson bias

• Tidak mewakili orang sehat, tapi orang sakit yang lain

• Penyakit yang lama bisa merubah status pajanan

• Penyakit lain mungkin juga berhubungan dengan pajanan

Keluarga Kasus
• Mudah dan effisien
• Kooperatif
• Karakteristik mirip dengan kasus dan berbagai
pajanan efek dilusi
Teman atau Tetangga Kasus
• Masih mudah
• Belum tentu kooperatif
• Berbagi pajanan lingkungan
• Potensi participation & recall bias
Masyarakat yang tinggal di wilayah
asal kasus (population-based control)
• Lebih sulit dan lebih mahal
• Sampling frame tidak tersedia

• Sering tidak kooperatif

• Participation dan information bias termasuk recall bias


Studi Eksperimen
• Definisi: “Rancangan studi dimana peneliti/ orang lain dengan sengaja
mengalokasikan berbagai tingkat independen variabel (= faktor
penelitian ) kepada subyek penelitian dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh independen variabel tertentu terhadap dependen variabel
(status penyakit)”
Faktor penelitian = perlakuan (eksperimen)

Ciri Essensial Penelitian Eksperimen


• Manipulasi suatu variabel
• Memonitor perubahan (efek) pada variabel lain
• Pengendalian pengaruh variabel yg tidak dikehendaki

Manipulasi variabel eksperimen


Pengendalian variabel
non eksperimen
Memonitor efek pada variabel tercoba
Contoh
 Pengaruh penyuluhan penatalaksanaan ISPA terhadap terjadinya pneumoni
 Pengaruh pemakaian kelambu terhadap terjadinya DBD

Variabel Pada Rancangan Eksperimen


• Variabel Tercoba = variabel tergantung = variabel terpengaruh =
efek = dependent variabel = criterion variable = post test
• Variabel yang dipelajari perubahan performancenya (efek) akibat
perlakuan pada variabel lain
• Variabel Eksperimen = variabel perlakuan
• Variabel yang dimanipulasi performancenya untuk dipelajari
efeknya pada variabel tercoba
• Variabel Non Eksperimen = variabel luar = variabel pengacau
“variabel yg diketahui/secara teoritis mempunyai pengaruh terhadap
variabel tercoba, tetapi tidak diinginkan pengaruhnya”.
- Variabel Terkendali : variabel luar yg dapat dikendalikan
pengaruhnya oleh peneliti.
- Variabel Tak Terkendali : variabel luar yg tidak dapat
dikendalikan pengaruhnya oleh peneliti
Independent
IV. 1. Kerangka Konseptual
Variabel

Karakteristik
Katarak Dependent
Penderita Independent variabel
Umur Katarak
Jenis Kelamin
Variabel
Pendidikan
Pekerjaan

Kebiasaan merokok :
Lamanya merokok
Jenis rokok yang diisap
Umur mulai merokok
Jumlah rokok yang diisap Penyakit Sistemik :
Diabetes Millitus
Hipertensi
Glukoma
Faktor Resiko lain:
Obat-obatan
Trauma Bola Mata
Alkohol
Infeksi Virus Rubella
Kondisi geografis

Lingkungan Fisik
(radiasi, sinar ultraviolet,
radikal bebas)
Cara Mengendalikan Variabel Non Eksperimen
 2 cara :
Pengendalian dengan
- Rancangan penelitian Rancangan penelitian
- Pengujian statistik
Pengendalian yg diupayakan dgn
menyamakan kondisi variabel antara
subyek perlakukan dan subyek kontrol
Penyamaan Variabel = Retriksi
• Kriteria populasi
- kriteria inklusi
- kriteria eksklusi

Unit Eksperimen = Unit Pengamatan = Unit Analisis


• Individu
pengaruh pemberian tablet Fe terhadap peningkatan kadar Hb pada
ibu hamil
• Agregrat Individu (Kelompok)
Pengaruh pemberian PMT terhadap kenaikan BB balita di Posyandu
Jenis Eksperimen
• Uji Klinik
Unit eksperimen : pasien
Tujuan riset :vmenilai efek profilatik suatu faktor , efikasi suatu terapi terhadap
penyakit
• Contoh : riset efikasi kemoterapi baru dalam memperpanjang hidup anak yang
menderita leukimia akut limfotik
• Eksperimen Lapangan (Fields Trial)
Unit eksperimen : individu yang belum sakit
Lapangan : sekolah, tempat kerja, rumah
Contoh : Riset salk (vaksinasi salk) untuk meneliti efikasi polio (AS, tahun 19544
• Intervensi Komunitas
Unit eksperimen : komunitas
Contoh : Riset efektivitas fluoridasi air minum untuk mencegah karies
gigi di masyarakat
Jenis Eksperimen Berdasarkan Randomisasi
2 jenis :
Eksperimen Murni (true experiment)
Eksperimen Semu (quasi experiment)
Jenis penelitian eksperimen (pengontrolan situasi penelitian)
1. Eksperimen Murni  acak
2. Eksperimen Semu  (E. Kuasi)  nir acak  sampel kecil, kelompok
sedikit  penyetaraan F. perancu

Acak = Randomisasi = Alokasi Acak


adalah penunjukan subyek penelitian untuk mendapatkan salah satu
dari berbagai faktor penelitian.
Caranya : diundi
Populasi Fe (bumuil=20)
Contoh Fenomena (bumil)=100
Fe + As. Folat
R
(bumil = 20)
Sampel
(bumil) 60 Fe + As. Folat + Vit. C
(Bumil = 20)
Eksperimen Murni
• Kelebihan
Memungkinkan kontrol terhadap situasi penelitian secara maksimal
Penyebaran karakteristik dasar
• Kelemahan
 Randomisasi menjadi tidak etis
- perlakuan : manfaat / tidak
- paparan : merugikan kesehatan masyarakat/tidak
(bahan kimia, rokok, polutan)
 Kontrol yang berlebihan dapat mengakibatkan situasi yang artivisual
 Antisipasi human error & peran peluang --- mengontrol faktor
pengganggu pada saat analisis data.
Rancangan Eksperimen Murni :
1. Rancangan Eksperimen Sederhana (post-test only control group
design)
2. Rancangan Eksperimen Ulang (pre & post test control
O group design)
Gambaran Rancangan X
Eksperimen Sederhana R
K O
diukur
Rancangan Eksperimen ulang
(pre & post test control group design)
Contoh : Pengaruh pemberian vitamin C terhadap kenaikan BB
0-1 Diberi vit. C O-2
R
0-3 O-4

Eksperimen Semu Diukur BB


• Studi eksperimen dimana pengalokasian faktor penelitian (= randomisasi)
kepada subyek penelitian tidak mungkin dilakukan, tidak etis atau tidak
praktis
 Keuntungan
- Lebih mungkin diterapkan
- Lebih murah
 Kerugian
- Kurang mampu mengendalikan
faktor perancu
LANGKAH PENELITIAN EKSPERIMEN
• Seleksi populasi
• Pemilihan sampel (random)
• Baseline data
• Randominasi
• Intervensi ----- blinded
• Follow-up
• Pengukuran outcome
*Penyamaran (Masking= Blinded)
Tujuan untuk mengontrol situasi & faktor perancu.
*BIAS
• Bias Penarikan (withdrawal Bias) = pengunduran diri subyek.
- “Ketidakseimbangan proporsi faktor perancu dalam kelompok
eksperimen & kontrol.”
- ulah peneliti (dikeluarkan dalam analisa karena tidak dapat di follow up,
misalnya karena mati atau sakit).
• Bias Kepatuhan (compliance bias)
• Bias Kontaminasi
**Bias Kepatuhan (Compliance Bias)

Ada beda tingkat kepatuhan antara Kelompok eksperimen & kontrol


Dalam mematuhi aturan terapi atau Alternatif (plasebo), karena :
- Efek samping
- Lupa minum obat
- Kondisi semakin buruk
- Menarik persetujuan

**Bias Penarikan (Withdrawl Bias)

Bias non responden ---- kemauan peserta sebelum penelitian


CROSS SECTIONAL STUDY
(studi potong lintang)
Adalah studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi,
distribusi, maupun hubungan penyakit (outcome/masalah
kesehatan) dan paparan dengan cara mengamati status
paparan, penyakit/outcome, atau karakteristik secara
serentak pada individu dari populasi pada satu saat.
Populasi

(pengambilan sampel)

Sampel

Terpapar Terpapar Tak Terpapar Tak Terpapar,


Berpenyakit Tak Berpenyakit Berpenyakit Tak Berpenyakit
(E+D+) (E+D-) (E-D+) (E-D-)
 Arah Studi
Dilakukan serentak pada saat yang sama: Non Directional
 Timing Pengumpulan Data
Pengukuran paparan dan status penyakit yang dilakukan
serentak dan berlangsung saat ini (Concurent)
 Desain Pencuplikan
Menentukan Populasi yang akan diteliti, kemudian melakukan
pencuplikan secara random
 Diajurkan Random Sampling agar deskripsi dalam sample
mewakili (Representatif) populasi sasaran
 Jenis Studi :  Studi Cross-Sectional Deskriptif
 Studi
Cross-Sectional Analitik
 Studi Cross-Sectional Deskriptif
Menghitung Prevalensi Penyakit, atau Paparan atau Keduanya,
menggambarkan pola penyakit.
 Prevalens
Angka Prevalensi = jumlah kasus / jumlah sampel
 Dengan syarat : pengambilan sampel secara probability sampling
 Misalnya :
 Sampel adalah 125 lansia yang berada di Panti
Jompo di Surabaya.
 Didapatkan 16 yang menderita PJK
 Prevalensi = (16 / 125) X 100%
• Tidak melakukan Follow up pengaruh paparan terhadap
penyakit
• Mengidentifikas/menggambarkan sampel berdasarkan
variabel penelitian
Studi Cross-Sectional Analitik
 Membandingkan perbedaan terjadinya penyakit
antara kelompok terpapar dan kelompk tidak terpapar
 Membandingkan proporsi orang2 terpapar mengalami penyakit
(a/(a+b)) dengan proporsi orang2 tidak terpapar yg mengalami
penyakit ( c/(c+d))

Contoh : Kebiasaan Olah Raga dan PJK pada Lansia

Olahraga PJK + PJK - Total


Aktif 50 (a) 200 (b) 250 (a+b)
50%
Tdk aktif 50 (c) 700 (d) 750 (c+d)
Total 100 900 1000
 Tepat untuk frekuensi paparan maupun penyakit
(outcome/ masalah kesehatan) cukup tinggi
 Tidak tepat untuk frekuensi paparan maupun penyakit
(outcome/masalah kesehatan) yang rendah
Kekuatan
 Mudah dilakukan dan murah, karena tidak perlu Follow Up
 Effisien untuk mendeskripsikan distribusi penyakit (masalah
kesehatan) dihubungkan dengan karakteristik populasi
 Sering digunakan Administrator Kesehatan untuk merencanakan
fasilitas, pelayanan, maupun program kesehatan (perencanaan
dan evaluasi program)
 Bermanfaat utk memformulasikan hipotesis hub kausal yg diuji pd studi lain

 Tidak memaksa subyek mengalami faktor risiko


 Tidak ada subyek yang kebetulan sebagai kontrol untuk kehilangan
kesempatan mendapatkan terapi /intervensi
 Dapat digunakan sebagai data perantara yang baik bagi studi
Longitudinal
Kelemahan
 Tidak tepat untuk meneliti paparan dan outcome yang jarang
terjadi di masyarakat
 Tidak tepat untuk analisis hubungan kausal paparan dan
penyakit/outcome
 Ketidakpastian mana yang lebih dulu muncul, paparan atau
penyakit/outcome

Latihan Menentukan Deskriptif / Analitik ???


1. Faktor yang berhubungan dengan Ketidak lengkapan Imunisasi Dasar
pada Bayi di Kecamatan Suka
2. Analisis Status Imunisasi Dasar berdasarkan faktor risiko pada Bayi di
Kecamatan Suka Kabupaten Mana.
3. Karakteristik dan Pola Penyakit pada Pekerja di Perkebunan X.
4. Hubungan antara kebiasaan jajan dengan terjadinya diare pada anak
SD

Anda mungkin juga menyukai