Nim : A310190180
Modul Ajar
Identitas
Nama Penyusun Syafrudin Daffa Maulana
Jenjang SMA
Fase E/10
Domain Menyimak
Kata Kunci Cerita Rakyat, Latar tempat, waktu, dan suasana
Pengetahuan/ 1.1 Membaca dan memahami cerita rakyat
Keterampilan Prasyarat 1.2 Menganalisis isi cerita rakyat
Alokasi Waktu 1JP x 15 menit
Pertemuan 1 x pertemuan ( 1 x 15 menit )
Moda Pembelajaran Problem Based Learning
Sarana Prasarana Lembar kerja
LCD
Proyektor
Laptop/PC
Target Reguler
16 peserta didik
Jenis Assmen Tertulis
Langkah-Langkah Pembelajaran
No Komponen Diskripsi / Keterangan
1. Nama Penyusun Syafrudin Daffa Maulana
Satuan SMA
Pendidikan
Tahun Ajaran 2022 / 2023
Jenjang Sekolah Menengah Atas
Kelas X ( Sepuluh )
Alokasi Waktu 1 Jam Pembelajaran (JP) = 1 X 15
Pertemuan 1 X Pertemuan
2. Capaian Fase E
Pembelajaran
Elemen/ Menyimak/Cerita Rakyat
Domain CP
Tujuan 1.1 Peserta didik mampu menelaah isi cerita rakyat yang telah
Pembelajaran dibaca
1.2 Peserta didik mampu merangkum latar tempat, waktu, suasana
dari cerita rakyat yang telah dibaca
Pertanyaan Waktu SMP sudahkah mempelajari tentang latar cerita rakyat? Masih
pemantik ingat tidak pengertian latar tempat, waktu dan suasana?
Pengetahuan 1. Membaca dan memahami cerita rakyat
dan/atau 2. Menganalisis isi cerita rakyat
Keterampilan
atau
Kompetensi
Prasyarat
3. Profil Pelajar Mandiri
Pancasila Bernalar Kritis
Kreatif
4. Kegiatan
Pembelajaran
Pertemuan ke 1 Pendahuluan ( 2 menit )
● Salam dan berdoa
Mengecek kehadiran siswa
Siswa diberi pertanyaan pemantik sebagai pembuka materi
Inti ( 10 menit )
● Siswa menyimak video tentang cerita rakyat
● Menyajikan materi tentang latar tempat waktu suasana
● Siswa dibagi menjadi 3 kelompok
● Guru membagikan teks cerita rakyat
● Siswa diminta berdiskusi menelaah latar tempat, waktu dan suasana
dari cerita rakyat yang telah dibaca
● Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya
Penutup ( 3 menit )
● Siswa diberi kesempatan untuk menyakan hal-hal yang belum
diketahui
● Guru memberikan tindak lanjut untuk pertemuan yang akan datang
● Setelah semua selesai, guru meminta salah satu siswa untuk
memimpin doa selesai kegiatan
● Guru menutup kelas
Lampiran Lembar Kerja Peserta Didik
Bacalah teks cerita rakyat di bawah ini!
LEGENDA SANGKURIANG
Legenda Sangkuriang bermula dari khayangan, di mana diceritakan ada sepasang
dewa dan dewi yang dihukum menjadi hewan dan menjalani masa hukumannya di bumi.
Sang Dewa menjelma menjadi seekor anjing jantan bernama Si Tumang, sedangkan sang
Dewi menjadi babi hutan betina bernama Celeng Wayung Hyang.
Suatu ketika, seorang raja bernama Sungging Perbangkara pergi berburu. Di tengah
hutan, raja ingin buang air dan ditampungnya air kencingnya di batok kelapa. Setelah itu,
datang Celeng Wayung Hyang yang kehausan dan meminumnya. Seketika, babi hutan betina
itu hamil dan melahirkan seorang putri cantik. Raja Sungging Perbangkara yang menemukan
bayi itu lantas membawanya pulang ke keraton. Putri itu kemudian diberi nama Dayang
Sumbi atau Rarasati. Dayang Sumbi tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita, sehingga
banyak raja yang menginginkan untuk menjadi suaminya. Namun, semua lamaran ditolak
Dayang Sumbi, hingga membuat para raja berperang karenanya. Dayang Sumbi kemudian
memilih untuk mengasingkan diri dan hidup di hutan dengan ditemani anjing Si Tumang.
Pagi hari, saat sedang asyik menenun, tempat kainnya jatuh dan ia malas untuk
mengambilnya. Dayang Sumbi lalu berujar, siapapun yang mengambil tempat kainnya itu,
jika laki-laki akan dijadikan suami dan jika perempuan akan dijadikan saudara. Ternyata, Si
Tumang yang mengambilkan tempat kain itu. Dayang Sumbi pun memenuhi sumpahnya dan
menjadikan anjing itu sebagai suaminya. Dari pernikahannya dengan Si Tumang, Dayang
Sumbi melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Sangkuriang pergi dari
rumah Seiring berjalannya waktu, Sangkuriang yang telah beranjak remaja mendapatkan
tugas dari ibunya untuk berburu rusa. Sangkuriang pun pergi ke hutan ditemani Si Tumang.
Setelah lama menunggu, ia melihat seekor babi hutan yang gemuk. Sangkuriang segera
menyuruh Si Tumang untuk mengejar babi hutan tersebut, yang ternyata adalah Celeng
Wayung Hyang. Karena itu, Si Tumang enggan menjalankan perintah. Hal itu membuat
Sangkuriang kesal dan mengancam dengan anak panahnya. Secara tidak sengaja, anak panah
itu lepas dan membunuh Si Tumang. Karena bingung, Sangkuriang kemudian menyembelih
peliharaannya untuk diambil hatinya.
Setelah itu, Sangkuriang kembali pulang dan menyerahkan hati tersebut ke ibunya.
Mengira bahwa yang diterimanya adalah hati rusa, Dayang Sumbi pun memasak dan
memakannya. Namun, setelah mengetahui yang ia makan adalah hati Si Tumang, Dayang
Sumbi pun marah besar kepada Sangkuriang. Dayang Sumbi kemudian memukul kepala
putranya itu dengan centong atau sendok nasi yang terbuat dari kayu hingga kepala
Sangkuriang terluka. Karena takut, Sangkuriang akhirnya meninggalkan rumah dan
mengembara meninggalkan Dayang Sumbi. Sangkuriang ingin memperistri Dayang Sumbi
Setelah sekian lama pergi dari rumah, Sangkuriang tumbuh menjadi laki-laki dewasa yang
kuat dan sakti. Suatu ketika, ia mengembara hingga tidak menyadari berjalan sampai ke
tempat Dayang Sumbi berada.
Sangkuriang pun jatuh hati terhadap kecantikan Dayang Sumbi dan tidak mengetahui
bahwa wanita yang dicintainya itu adalah ibunya sendiri. Saat Sangkuriang berniat
menikahinya, Dayang Sumbi menolak karena telah mengetahui bahwa pria yang hendak
meminangnya itu adalah putranya. Dayang Sumbi lantas memberikan syarat yang mustahil
dilakukan kepada Sangkuriang apabila ingin menjadi suaminya. Dayang Sumbi meminta
dibuatkan perahu dan telaga yang harus jadi dalam semalam dengan membendung aliran
Sungai Citarum. Syarat itu ternyata disanggupi oleh Sangkuriang. Mengetahui hal itu,
Dayang Sumbi takut dan memohon kepada Sang Hayang Tunggal agar mengagalkan usaha
Sangkuriang. Ia juga memukulkan alu ke lesung, seolah-olah sedang menumbuk padi dan
menjadi pertanda bahwa fajar telah tiba. Alhasil, makhluk halus anak buah Sangkuriang pun
ketakutan dan pergi sebelum menyelesaikan tugasnya karena mengira pagi segera tiba.
Karena gagal memenuhi persyaratan Dayang Sumbi, Sangkuriang pun mengamuk dan
menendang perahu yang dibuatnya ke arah utara. Dalam sekejap, perahu yang jatuh
menelungkup itu berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu. Setelah itu, Sangkuriang
masih mengejar Dayang Sumbi hingga ke Gunung Putri. Akan tetapi, Sang Hyang Tunggal
segera mengubah Dayang Sumbi menjadi setangkai Bunga Jaksi agar lolos dari kejaran
Sangkuriang. Sedangkan Sangkuriang yang tidak berhasil menemukan Dayang Sumbi
akhirnya menghilang ke alam gaib.
TUGAS KELOMPOK
1. Bacalah isi teks cerita rakyat Sangkuriang diatas!
2. Telaah latar tempat, waktu, dan suasana dari cerita rakyat Sangkuriang tersebut!
3. Setelah kalian telaah, rangkum latar tempat, waktu, suasana dari cerita rakyat pada
kolom dibawah ini!
Latar Tempat Latar Waktu Latar Suasana
Kunci jawaban
LEMBAR OBSERVASI
KETRAMPILAN TERPADU
2. Kelebihan :
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................
3. Kekurangan:
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
...............................................................
4. Saran:
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
..........................................................
Surakarta, ……………...................
Pengamat,
………………………………...................