Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL PENELITIAN

IDENTIFIKASI SATIRE SEBAGAI BENTUK KOMUNIKASI

NONVERBAL DALAM HUBUNGAN ANTAR PRIBADI MAHASISWA

FISIP UHO

OLEH:

SITI KASMAWATI
C1B117237

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sosial manusia sehari-hari, interaksi manusia tidak lepas

dengan komunikasi. Hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang selalu

ingin berhubungan dengan orang disekitarnya. Manusia sebagai makhluk sosial

atau makhluk bermasyarakat, mempunyai keinginan serta dorongan dalam

melakukan hubungan antar pribadi sebagai kebutuhan berinteraksi.

Dalam berinteraksi dengan masyarakat, manusia menyampaikan informasi

dengan melakukan yang namanya komunikasi. Komunikasi merupakan aktivitas

dasar manusia dalam hubungan antar pribadi, dimana komunikasi terdapat dalam

berbagai konteks kehidupan manusia seperti sosial, budaya, ekonomi, dan politik

yang tentunya manusia itu sendiri saling membutuhkan dalam hal berinteraksi.

Dalam hubungan antar pribadi, komunikasi memiliki peran yang sangat

penting. Karena manusia sebagai makhluk sosial dengan cara komunikasilah

dapat hidup dan berkembang serta berperan sebagai makhluk sosial dengan

melakukan hubungan kerja sama yang baik antar sesama manusia lainnya. Boleh

dibilang sebagian besar hubungan kegiatan manusia berkaitan dengan komunikasi.

Manusia sebagai makhluk sosial melakukan hubungan antar pribadi atau

berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari menggunakan komunikasi verbal

serta menggunakan komunikasi nonverbal.

2
Dengan demikian komunikasi nonverbal merupakan jenis komunikasi yang

diungkapkan melalui berbagai objek disetiap kategori lainnya (the object

language), komunikasi menggunakan gerak (gesture), menggunakan sinyal (sign

language), serta komunikasi melalui tindakan atau gerakan tubuh manusia itu

sendiri (action language). Komunikasi nonverbal juga dapat didefinisikan sebagai

penggunaan pesan-pesan yang dilakukan manusia dengan sengaja atau tidak

sengaja dalam gerakan, tindakan, perilaku, suara-suara atau vokal tentunya

berbeda dengan penggunaan kata dalam verbal.

Dalam hubungan antar pribadi komunikasi sehari-hari manusia memiliki

35% berupa komunikasi verbal dan 65% berupa komunikasi nonverbal. Albert

Mahrabian melakukan sebuah studi (1971) menghasilkan bahwasanya tingkat

kepercayaan dari pembicaraan orang dari bahasa verbal sebanyak 7%, dari vocal

suara sebanyak 38%, serta dari ekspresi muka (nonverbal) sebanyak 55%. Ia

menyimpulkan pada saat manusia berkomunikasi terjadi perselisihan, manusia

cenderung lebih mempercayai sesuatu yang bersifat nonverbal dibandingkan

dengan apa yang diucapkan (verbal). (Kurniati, 2016)

Saat ini komunikasi nonverbal banyak mengandung unsur satire. Satire

sering sekali terdengar maupun terlihat dalam kehidupan kita yaitu dalam

hubungan antar pribadi. Satire biasa terlihat bukan hanya dalam kehidupan antar

pribadi mahasiswa tetapi melalui media juga seperti drama, puitis, majas, lagu,

karikatur, film. Satire dikaitkan dengan bahasa lelucon yang dimaksudkan untuk

mengejek kejahatan atau kesalahan manusia, seringkali dengan hiperbola,

meremehkan, sarkasme, dan ironi. Dalam menggunakan bahasa satire biasanya

3
bahasanya benbentuk humor, dimana satire digunakan untuk melihat kekurangan

maupun kesalahan dalam kehidupan sosial sehari-hari dengan tujuan mengkritik

untuk mendapat perubahan. Satire pula digunakan oleh mahasiswa FISIP UHO

agar membuat perasaan lebih tenang, menghilangkan penat, serta menghibur diri.

Satire merupakan majas atau gaya bahasa yang digunakan untuk sindiran

atau menyinggung peristiwa terhadap suatu keadaan atau merujuk kepada

seseorang dengan memperhalus penggunaan kalimat. Satire kelap dijadikan

sebagai bahan candaan yang sifatnya menghibur tetapi satire pula digunakan agar

menyindir seseorang sehingga merasa tersinggung. Banyak sekali dalam

hubungan antar pribadi mahasiswa di FISIP UHO, Kendari ditemukan bahasa

satire yang sering memicu terjadinya permasalahan bagi mahasiswa itu sendiri.

Salah satu contoh satire dikalangan mahasiswa FISIP UHO yaitu tentang

kelemahan/kekurangan seseorang, dimana dikatakan bagus sekali badanmu tegap

dan besar, buka saja botol tidak bisa. Contoh yang lain juga seperti harumnya

kamu, orang yang disampingmu saja menghindar. Tetapi bahasa satire tersebut

tidak langsung dilontarkan kepada seseorang yang dimaksud, namun dapat merasa

tersinggung karena situasi dan topik yang ada terdapat pada seseorang tersebut.

Akibatnya mahasiswa saling sindir bahkan melalui stori whatsapp.

Berdasarkan pendapat salah satu ahli yaitu Keraf (2010, hlm. 144),

berpendapat bahwa satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak

sesuatu. Sehingga gaya bahasa tersebut cenderung menolak suatu gagasan dan

mengkritiknya dengan cara yang lucu atau mengoloknya.

4
Awalnya komunikasi dengan menggunakan bahasa satire terlihat lebih

menarik dan membawa kebahagiaan bagi hubungan antar pribadi mahasiswa

FISIP UHO karena ada unsur humor yang digunakan. Namun, satire mempunyai

dampak yang lain selain membawa kebahagiaan, satire pula membawa

permasalahan yang membuat diri merasa cemas, bertambahnya pikiran, bahkan

sampai terputusnya hubungan pribadi akibat satire. Penggunaan satire memiliki

kekuatan yang bisa diibaratkan sebagai dua sisi mata uang. Disatu sisi,

penggunaan satire dapat menjadi kekuatan atau daya tarik seseorang. Disisi lain,

penggunaan satire dapat menjadi bumerang bagi pemakainya maupun seseorang

yang sengaja ditujukan kepadanya dari bahasa satire tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan bertempat di FISIP

UHO, Kendari biasanya mahasiswa mengaitkan kejadian atau peristiwa yang

memang terjadi dan ada pada diri seseorang, kemudian menyusun kalimat dalam

bentuk satire yang akan ditujukan untuk peristiwa tersebut. Biasanya saat terjadi

satire, mahasiswa dalam berinteraksi terlihat senang akan candaan yang dibuat.

Tetapi, siapa sangka setelah terjadinya peristiwa tersebut ada pihak yang diam-

diam menjauh dalam hubungan antar pribadi karena merasa tersinggung.

Akibatnya, mahasiswa FISIP UHO saling tatap dengan penuh rasa marah maupun

tatap dengan penuh kesinisan, rasa sakit hati, kecewa, menyinggung dan beberapa

akibat lainnya.

Satire bukan bahasa asing yang jarang kita dengar. Bagi mahasiswa FISIP

UHO, titik tertinggi dalam menjalin komunikasi dan hubungan yang baik disaat

tidak merasa tersinggung lagi dengan candaan orang lain. Pernyataan tersebut

5
bukan hanya diakui oleh mahasiswa FISIP UHO saja, tetapi juga mahasiswa

diluar FISIP bahkan sampai ke masyarakat pernyataan tersebut kerap terdengar.

Namun, siapa sangka kini satire menjadi salah satu hal yang jangan dianggap

remeh oleh mahasiswa FISIP UHO, Kendari karena dapat memicu terjadinya

dampak negatif yaitu terjadinya permasalahan yang membuat putusnya hubungan

antar pribadi. Sekiranya penggunaan satire kerapnya harus menjadi perhatian kita

dalam berkomunikasi satu sama lain.

Alasan memilih judul tentang satire karena peneliti melihat penggunaan

bahasa satire yang selalu membawa canda tawa bagi mahasiswa FISIP UHO

dengan mengkritik menggunakan bahasa halus, dimana canda tawa tersebut

niatnya hanya untuk membawa dampak positif bagi mahasiswa entah untuk

menghilangkan ketegangan antar sesama, menghilangkan capek. Namun, ternyata

dibalik canda tawa yang dilihat terdapat dampak negatif yang merusak hubungan

antar pribadi.

Berangkat dari persoalan tersebut, maka penelitian ini akan difokuskan pada

identifikasi satire sebagai bentuk komunikasi nonverbal dalam hubungan antar

pribadi mahasiswa FISIP UHO.

1.2 Rumusan Masalah

Penulis merumuskan permasalahan pada penelitian ini berdasarkan latar

belakang masalah yang telah diuraikan diatas adalah:

1. Bagaimana bentuk satire dalam komunikasi nonverbal sebagai hubungan

antar pribadi mahasiswa FISIP UHO?

6
2. Bagaimana dampak satire dalam hubungan antar pribadi mahasiswa

FISIP UHO?

1.3 Tujuan Penelitian

Melihat berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan dari penelitian

ini mempunyai tujuan adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk satire dalam komunikasi nonverbal

sebagai hubungan antar pribadi mahasiswa FISIP UHO.

2. Untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat satire dalam hubungan

antar pribadi mahasiswa FISIP UHO.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan melihat tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka

diharapkan penelitian ini secara langsung maupun secara tidak langsung dapat

memiliki manfaat pada bidang Ilmu Komunikasi. Adapun manfaatnya adalah:

1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu menjadi bahan tumpuan

untuk penelitian kedepannya yang berminat meneliti masalah-masalah satire

dalam hubungan antar pribadi. Tentunya penelitian ini juga diharapkan mampu

menjadi bahan rujukan dalam proses perkuliahan komunikasi antar pribadi.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat mempengaruhi masyarakat

untuk tidak menganggap remeh tentang satire. Kita sebagai makhluk sosial tetap

memperhatikan saat berkomunikasi agar satire yang diungkapkan tidak menjadi

permasalahan dalam hubungan antar pribadi.

7
3. Manfaat Metodologis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian bagi peneliti yang

akan mengkaji penelitian satire selanjutnya, dimana dengan menggunakan metode

yang berbeda.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulis akan menyusun proposal dengan sistematika penulisan sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam penelitian pada bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Penelitian dalam bab ini berisi penjelasan tentang landasan teori dan konsep,

penelitian terdahulu, serta kerangka pikir.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini berisi pemaparan mengenai lokasi penelitian, subjek

penelitian, informan penelitian, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan

data, analisis data, desain penelitian, serta konseptualisasi.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Sejarah Satire

Satire telah ada dan digunakan sejak tahun 41 H/661 M. Tahun itu adalah

tahun berdirinya Bani Umayyah. Dinasti Umayyah merupakan sebuah rezim

pemerintahan Islam yang kekuasaannya dipegang oleh keluarga Umayyah yang

terjadi sejak tahun 661 M-750 M.

Pada masa dinasti umayyah satire dilatarbelakangi oleh motif politik,

ekonomi, dan fanatisme kesukuan. Pada masa tersebut ada seorang tokoh yang

terkenal dengan satirenya, dimana tokoh tersebut bernama al-Farazdaq. Satire

yang berkembang pada masa Bani Umayah adalah dalam puisi hija al-Farazdaq.

Jenis satire oleh al-Farazdaq ada 5 jenis yaitu, jenis satire agama (al-hijā al-dīnī)

yaitu satire-satire yang digunakan untuk menyindir perilaku keagamaan

seseorang, satire sosial (al-hijā al-ijtimāi) yaitu sindiran yang terkait perilaku

sosial yang kurang lazim terjadi pada masyarakat pada umumnya, satire politik

(al-hijā al-siyāsi) yang digunakan untuk kepentingan politik, satire moral (al-hijā

al-akhlāqi) yaitu sindiran-sindiran yang ditujukan kepada lawan karena dianggap

memiliki moralitas yang rendah, dan satire personal (al-hijā al-syakhsyi) yaitu

satire yang menyerang pribadi seseorang dengan cara mengejeknya melalui hal-

hal yang bersifat fisik. (Buana, 2019)

Sejarah satire atau asal usul satire juga telah ada pada zaman Yunani Kuno,

seperti satire dalam puisi iambik Semonides of Amorgos (abad ke 7-6 SM) dan

9
Archilochus of Paros (712-664 SM), dan karya komedian seperti Aristophanes

(444-385 SM) yang warisannya diwarisi oleh Humor Romawi seperti Gaius

Lucilio (148-102 SM) dan Luciano de Samósata (125-181).

Faktanya, itu dibudidayakan secara luas di Roma kuno sehingga Marcus

Fabius Quintilian (c.35-c.95) menyebutnya "genus yang sepenuhnya Romawi"

("saturates quidem tota nostra est”).

Satire juga terlihat pada masa reformasi dan pada masa orde lama juga

melalui karikatur. Karikatur masa reformasi lebih banyak menggunakan simbol

atau lambang dalam melukiskan kejadian atau tokoh yang sedang banyak

dibicarakan dalam kehidupan masyarakat. Masa ini banyak mempengaruhi teknik

menggambar dan teknik penggunaan bahasa kartun karikatur. Pada era ini semua

pihak tidak berani melawan kediktatoran pemimpin, mantan Presiden Soeharto.

Ancaman bredel akan didapat media pada masa itu jika media berani mengkritik

jalannya proses roda pemerintahan masa itu, sehingga teknik penggunaan bahasa

yang tadinya kejam atau tajam kini berubah menjadi lebih mulus atau halus. Masa

itu media massa berfungsi sebagai hiburan, penyedia informasi, pengawasan

sosial, mobilisasi, serta sarana transfer nilai. (Arif Wibawa, Jurnal Komunikasi

Massa:21). Kemudian media massa kembali menjadi lebih kritis, tetapi tidak

sarkastik. Halusnya bahasa yang digunakan memang warisan saat masa orde baru

yang halus dan takut-takut. (Perwitasari, 2008)

Pada karikatur orde lama, teknik menggambarkan suatu peristiwa pada masa

itu benar-benar tajam dan bebas. Karikatur politik dalam koran yang terbit saat

itu, begitu tajam dan bebas tertuju kepada tokoh politik yang mengalami masalah,

10
menggambarkan peristiwa tersebut begitu nyata sesuai peristiwa yang terjadi

ketika pada masa orde lama. Media pada masa tersebut masih dibawah kendali

redaktur, dimana redaktur merupakan anggota partai oposan pemerintah.

Karikatur lebih mudah dipahami maknanya pada saat itu, karena media tidak takut

menebarkan pengaruh untuk berebut kekuasaan kepada rakyat.

Dengan terus berjalannya peradaban dunia satire terus-menerus digunakan

masyarakat hingga saat ini. Satire digunakan seperti dalam ranah politik, dalam

masyarakat, sampai dalam ranah pendidikan.

2.1.2 Pengertian Satire

Mengutip dari buku Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia, satire adalah

majas atau gaya bahasa yang mengandung kritik serta berbentuk penolakan.

Mengutip dari ungkapan satire dalam Charlie Hebdo tulisan Sri Ratnawati, satire

pada dasarnya digunakan untuk menyindir secara halus, bahkan bisa dijadikan

sebagai bahan lelucon.

Satire merupakan majas atau gaya bahasa yang ditujukan untuk menyatakan

sindiran terhadap seseorang berdasarkan sebuah peristiwa. Biasanya disampaikan

secara tidak langsung atau berupa kiasan dalam menggunakan bahasa satire.

Sementara itu, Nurdin, Maryani dan Mumu (2002, hlm. 29) satire

merupakan majas berbentuk penolakan yang mengandung kritik dengan tujuan

masalah yang salah dicari solusi atau kebenarannya.

Menurut Keraf (2010, hlm. 144) berpendapat satire adalah ungkapan yang

menertawakan peristiwa atau menolak sesuatu yang mengarah kepada seseorang.

11
Disimpulkan bahwa satire adalah gaya bahasa yang cenderung menolak suatu

gagasan dan mengkritiknya dengan cara yang lucu serta mengoloknya.

Octa Riskiana Diar Resti (2015:2) menjelaskan bahwa satire adalah sebuah

kritikan yang menyindir terhadap suatu keadaan dalam bentuk karya sastra,

namun hanya memberikan gambaran terhadap suatu keadaan yang terjadi, dan

biasanya tidak memberikan solusi positif dari apa yang dikritiknya. Satire

dikemas dalam bentuk humor dimana dapat membangkitkan tawa para penikmat

sastra, dan tawa itulah yang menjadi senjata satire untuk mengkritik dan

mencemooh sesuatu. Abrams (dalam Allen dan Stephens, 1962: 44) satire menjadi

2 jenis: (1) Direct satire, (2) Indirect satire. Ada dua hal penting dalam satire,

yang pertama adalah “Wit and Humour” (kecerdasan dan humor), yang kedua

adalah “attack” (serangan) (Frye dalam Allen dan Stephen, 1962: 16). Humor

tanpa adanya penyerangan hanya akan membentuk kesenangan saja, tidak akan

menjadi sebuah satire (Frye dalam Allen dan Stephen, 1962: 16). Oleh karena itu

kedua hal tersebut sangat menentukan sebuah permasalahan dalam satire.

(Toyadha, 2017)

2.1.3 Klasifikasi Satire

2.1.3.1 Bentuk Satire

Satire terbagi atas tiga bentuk, yaitu satire berbentuk cemooh dan nista,

satire berbentuk perasaan muak, dan satire berbentuk menceritakan kelemahan

seseorang. (Hasanuddin, 2007: 719)

12
1) Satire Cemooh dan Nista

Satire bentuk cemooh dan nista adalah satire berbentuk majas atau gaya

bahasa berupa ejekan yang kasar guna merujuk kepada seseorang atau masyarakat

tertentu. (Hasanuddin, 2007: 719)

2) Satire Perasaan Muak

Satire perasaan muak adalah satire yang penggambarannya tentang

ketidaksukaan terhadap suatu hal atau peristiwa.

3) Menceritakan Kelemahan Seseorang

Bentuk satire ini merupakan pengalaman seseorang melihat orang lain

mempunyai sisi kelemahan yang selalu mereka anggap remeh, bahwa orang

tersebut tidak dapat berbuat sesuatu. (Mantiri & Handayani, 2020)

2.1.3.2 Jenis-Jenis Satire

Berdasarkan sifatnya satire dibagi menjadi dua jenis, yaitu satire lembut dan

satire keras (Lakhsmi, 2008: 98):

a) Satire lembut: Gaya bahasa satire bersifat lembut yaitu penggunaan gaya

bahasa dengan menggunakan penggunaan bahasa yang dianggap pantas untuk

mengkritik seseorang mengenai nilai kehidupan yang baik tanpa merasa

tersinggung. Sehingga orang yang diberi kritik mampu menerimanya dan

akan melakukan perubahan atau perbaikan terkait kelemahan atau kekurangan

yang dimiliki.

b) Satire Keras: Gaya bahasa satire bersifat keras yaitu penggunaan gaya bahasa

dengan nada kasar, marah bahkan dingin untuk mengkritik sesuatu yang

dianggap salah atau tidak dapat ditoleransi. Biasanya jenis satire ini

13
menggunakan kata-kata yang tidak pantas untuk memberi mengkritik. Dosis

sarkasme dan sinisme dalam jenis satire ini sangat tinggi. (Ii & Pustaka,

2013)

2.1.4 Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya disampaikan tidak

menggunakan kata-kata seperti komunikasi verbal, melainkan menggunakan

bahasa nonverbal seperti ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek

pakaian, rambut, simbol, cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas

suara, gaya emosi, gaya berbicara serta gerak isyarat dan bahasa tubuh.

Dalam melakukan komunikasi manusia menggunakan bahasa verbal dan

bahasa nonverbal. Bahasa nonverbal disebut isyarat atau bahasa diam (silent

language). Untuk mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia sedang

marah, bahagia, sedih atau bingung dapat dilihat melalui komunikasi verbalnya.

Antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal, komunikasi nonverbal yang

dianggap paling jujur untuk mengungkapkan sesuatu karena komunikasi

nonverbal terjadi secara tiba-tiba atau spontan.

Dalam hubungan antar pribadi komunikasi sehari-hari manusia memiliki

35% berupa komunikasi verbal dan 65% berupa komunikasi nonverbal. Albert

Mahrabian melakukan sebuah studi (1971) menghasilkan bahwasanya tingkat

kepercayaan dari pembicaraan orang dari bahasa verbal sebanyak 7%, dari vocal

suara sebanyak 38%, serta dari ekspresi muka (nonverbal) sebanyak 55%. Ia

menyimpulkan pada saat manusia berkomunikasi terjadi perselisihan, manusia

14
cenderung lebih mempercayai sesuatu yang bersifat nonverbal dibandingkan

dengan apa yang diucapkan (verbal). (Kurniati, 2016)

2.1.4.1. Jenis Komunikasi Nonverbal

a. Sentuhan (haptic)

Sentuhan berupa pesan nonverbal tetapi tidak melalui non vokal dan non

visual. Lewat kulit kita bisa menerima dan merasakan sentuhan dimana dari

sentuhan tersebut dapat membedakan emosi. Alma I Smith, berpendapat bahwa

emosi bahkan perasaan yang diperoleh melalui sentuhan memiliki khasiat dalam

hal kesehatan. Contohnya seperti sentuhan kasih sayang (mothering). Alma I

Smith adalah seorang peneliti berasal dari Cutaneous Communication Laboratory.

b. Komunikasi Objek

Komunikasi melalui objek biasanya dikaitkan dengan pakaian dalam

berbusana. Orang menilai bisa lewat dari jenis pakaian yang dikenakan.

Contohnya yang menyatakan identitas perusahaan yaitu seragam pegawai

perusahaan tertentu.

c. Kronemik

Kronemik bagian dari komunikasi nonverbal yang bersangkutan dengan

waktu dengan peranan budaya dalam sebuah konteks tertentu. Contoh, seorang

mahasiswa yang hargai waktu, dimana seseorang menilai mahasiswa tersebut bisa

memanfaatkan dan mengaplikasikan waktu yang dimiliki secara efektif dan tepat.

d. Gerakan Tubuh (Kinestetik)

Kata atau frasa biasanya digantikan oleh gerakan tubuh. Bentuk-bentuk dari

gerakan tubuh adalah:

15
a) Emblem, adalah gerakan tubuh yang bentuk terjemahan dari pesan verbal.

Contohnya, saat memberitahu jangan ribut jari telunjuk berada diposisi

depan mulut, tidak setuju kepala mengangguk.

b) Ilustrator, gerakan tubuh menggunakan pesan secara verbal agar

memvisualisasikan informasi sekaligus melengkapi dan memperkuat

informasi. Contoh, saat mengatakan orang lain gemuk atau kurus biasanya

memberi tanda dengan tangan.

c) Affect displays, gerakan tubuh berupa emosi dan perasaan khususnya

melalui wajah. Contoh, saat gembira dan merasa sedih.

d) Regulator, gerakan tubuh dipakai dalam memantau, mengatur,

mengendalikan serta memelihara pembicaraan orang lain. Contoh, saat

orang berbicara kita mendengar dan spontan mata menjadi fokus, ataupun

menganggukkan kepala.

e) Adaptor, gerakan tubuh untuk mengendalikan berbagai emosi akan

kepuasan kebutuhan badan atau fisik. Contoh, saat sendiri dan tanpa sadar

biasanya seseorang menggoyangkan kaki, menggigit bibir, ataupun pensil

yang dipegang digoyangkan.

Dalam komunikasi nonverbal selain kinestetik ada juga gaze atau gerakan

mata. Gerakan mata dalam melakukan interaksi atau komunikasi dengan tujuan

memberi pesan terhadap orang lain serta mendapat pesan terhadap orang lain.

Gerakan mata berfungsi sebagai mencari serta mendapatkan feedback antara

pembicara dan pendengar, mengisyaratkan sifat hubungan (hubungan baik bila

pandangan terfokus dan penuh perhatian, sebaliknya hubungan buruk bila terjadi

16
penghindaran kontak mata), memberitahu orang lain agar bicara, serta sebagai

pengindraan. Contoh, saat melihat orang lain bertengkar, kita dengan spontan

mengalihkan pandangan.

e. Proxemik

Proxemik atau bahasa ruang, adalah jarak yang dipakai saat komunikasi

dengan lawan bicara, ini juga terkait dengan tempat posisi kita berada. Ada

beberapa macam pembagian zona prosemik menurut Richard West dan Lynn H.

Turner pada Introducing Communication Theory (2007), adalah:

a. Jarak intim, berjarak 0-45 cm. (Dekat 0-15 cm, jauh 15-45 cm), jarak ini

terlalu dekat untuk digunakan di depan umum.

b. Jarak personal, berjarak 45-120 cm. (Dekat 45-75 cm dapat disentuh

dengan uluran tangan, jauh 75-120 cm disentuh dengan dua uluran

tangan).

c. Jarak sosial, berjarak 120-360 cm

d. Jarak publik, berjarak lebih dari 360-750 cm

f. Lingkungan

Lingkungan dapat dipakai dalam memberi pesan tertentu. Seperti

penggunaan jarak, ruang, warna, temperatur, serta penerangan.

g. Vokalik

Vokalik atau pra language merupakan sebuah unsur dari nonverbal dari

ucapan yaitu cara bicara. Contoh, nada suara, nada bicara, kecepatan bicara,

kualitas suara, keras atau lemahnya suara serta intonasi. (Kurniati, 2016)

17
2.1.4.2 Fungsi Komunikasi Nonverbal

Kode nonverbal dalam berkomunikasi menurut Mark Knapp (1978)

berfungsi untuk:

a) Repetisi, informasi yang telah disampaikan diulang kembali dalam bahasa

verbal. Misal, kepala menggeleng saat bilang tidak, serta kepala

mengangguk saat bilang iya.

b) Substitusi, mengganti simbol atau lambang verbal. Misal, saat merasakan

rasa haru dilakukan dengan mata yang berlinang air mata bukan dengan

bahasa verbal.

c) Kontradiksi, tidak menanggapi atau memberi arti lain terhadap informasi

secara verbal. Misal, istri bilang bagus saat dimintai komentar saat suami

mencukur rambut namun matanya hanya terus melihat pada masakan yang

ia masak.

d) Komplemen, memperkaya informasi serta melengkapi arti nonverbal.

Misal, mengangkat tangan sambil melambai saat mengucapkan sampai

jumpa.

e) Aksentuasi, mempertegas informasi verbal atau digaris bawah. Misal,

mahasiswa melihat jam saat waktu mata kuliah akan usai, sehingga dosen

mengakhiri kuliah karena sadar diri. (Kurniati, 2016)

2.1.4.3 Karakteristik Komunikasi Nonverbal

Karakteristik komunikasi nonverbal yaitu:

a) Komunikatif, sifat yang dilakukan sengaja atau tidak agar

mengkomunikasikan suatu hal sehingga informasi tersebut secara sadar

18
dapat diterima. Misal, mahasiswa menopang dagu saat berkuliah yang

menyatakan rasa bosannya.

b) Kesamaan sifat, kesamaan sifat nonverbal antara seseorang dengan yang

lainnya. Misalnya dapat dilihat dari segi cara duduk, pola berbicara,

berdiri, saat duduk, maupun diam.

c) Artifaktual, komunikasi nonverbal yang bisa dalam bentuk artefak

misalnya mobil, perabot dengan cara mengaturnya, alat menulis, cara

pakaian.

d) Konstektual, bahasa nonverbal terjadi dalam suatu peristiwa guna

mendukung menentukan arti dari sifat nonverbal. Contoh, pukul meja saat

mendengar info kematian akan beda saat pukul meja pada saat seseorang

berpidato. Misal, saat marah bahasa verbal disertai dengan badan yang

gemetar akan menahan emosi.

e) Dapat dipercaya, secara umum manusia lebih mempercayai bahasa

nonverbal. Contoh, saat orang berbohong akan terlihat melakukan gerakan

yang spontan atau tidak menyadarinya saat bicara.

f) Dikendalikan oleh aturan, saat kecil manusia belajar tentang aturan serta

kaidah mematuhi saat melihat perilaku orang yang lebih dewasa. Contoh,

belajar tentang cara penyampian.

Komunikasi yang dilakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, dimana

sebanyak 35% porsi untuk komunikasi verbal, sisanya sebanyak 65% porsi untuk

komunikasi nonverbal. Antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal

19
saling berkaitan dan saling melengkapi antara keduanya, sehingga komunikasi

verbal dan nonverbal tidak dapat dipisah saat berinteraksi. (Kurniati, 2016)

2.1.5 Hubungan Antar Pribadi

Secara umum antar pribadi merupakan proses berkomunikasi yang

dilakukan dua orang bahkan lebih secara langsung atau tatap muka. Sedangkan

hubungan antar pribadi merupakan hubungan diluar dari diri sendiri maksudnya

melakukan penyesuaian dengan yang lainnya.

Hubungan antar pribadi merupakan hubungan yang terjadi antara dua orang

bahkan lebih yang saling ketergantungan antar sesama dengan konsisten

menggunakan pola interaksi dalam berkomunikasi. Saat menjalin atau melakukan

hubungan antar pribadi, terdapat proses dan dimulai dari interpersonal attraction.

Interpersonal attraction menurut Baron dan Byrne (2006) adalah memberi nilai

terhadap perilaku orang lain.

Menurut Dedy Mulyana, saat melakukan komunikasi seseorang bukan

hanya menyampaian isi dari pesan, tetapi menetukan juga keakraban dari

hubungan antar pribadi yang terjadi. Jadi, dalam berkomunikasi bukan hanya

melihat isi pesannya, namun melihat hubungan juga perlu.

Menurut Enjang, hubungan antar pribadi merupakan komunikasi secara

langsung atau tatap muka, dimana setiap orang dapat menangkap dan mendengar

secara langsung pesan verbal dan pesan nonverbalnya.

Ada dua faktor yang dapat meningkatkan hubungan antar pribadi, faktor

tersebut adalah faktor internal dan eksternal. Internal yaitu dari pengaruh perasaan

serta kebutuhan kita dalam berinteraksi. Eksternal adalah dari kedekatan,

20
kesamaan, dan daya tarik secara fisik. Ada beberapa ciri dari hubungan antar

pribadi, diantaranya:

a. Pesan dua arah, antara pemberi dan penerima berada dalam posisi yang

sejajar dimana arus pesan dua arah tersebut terjadi secara berkelanjutan.

b. Suasana informal, pelaku antara pemberi dan penerima posisinya tidak

kaku, hal ini lebih bersifat pendekatan antara individu dalam ranah

keluarga maupun pertemanan.

c. Umpan balik segera, komunikator dan komunikan dapat segera

mengetahui feedback dari pesan yang telah disampaikan dengan cepat baik

dalam bahasa verbal dan nonverbal.

d. Komunikator dan komunikan dalam berkomunikasi berada dalam jarak

dekat baik secara psikologis maupun dalam satu ruang.

e. Pelaku yang ada dalam melakukan komunikasi sebagai hubungan antar

pribadi mengirimkan informasi yang terjadi secara spontan, baik bahasa

verbal dan nonverbal.

Karakteristik hubungan antar pribadi menurut Judy Pearson, adalah:

a. Dari diri pribadi, maksudnya penilaian seseorang dan penafsiran informasi

berasal dari diri pribadi.

b. Bersifat transaksional/saling mengisi biasa disebut dengan komunikasi

diadik karena dapat berubah-ubah atau dinamis.

c. Menyangkut isi informasi dan hubungan antar pribadi.

d. Terjadi kedekatan secara fisik antara pelaku yang berinteraksi berupa psikis

ataupun fisik.

21
e. Interdependensi, merupakan saling ketergantungan orang yang satu dengan

yang lainnya dalam memberi sebuah kepercayaan. Interdependensi terjadi

saat dua orang bahkan lebih saling mempengaruhi perasaan, pikiran serta

perilaku. http://digilib.uinsby.ac.id (12 September 2021, 19:00 WITA)

2.1.6 Teori Komunikasi Sirkular (Circular Theory)

Teori komunikasi sirkular dikembangkan oleh Charles E. Osgood dan

Wilbur Schramm, dimana mereka memfokuskan pembahasan terhadap sifat

pelaku saat proses komunikasi (Efendy, 2000). Osgood mengemukakan bahwa

tehnical communication model dari Shannon dan Weaver dirancang khusus

masalah-masalah. Model dari Osgood dikembangkan berdasarkan teori psikologis

dan makna. Karena menurut Osgood setiap orang dalam melakukan komunikasi

berfungsi sekaligus menjadi sumber dan menjadi tujuan. Teori komunikasi

sirkular ini ditandai atas adanya umpan balik, yang berarti dalam proses

komunikasi tidak berawal dari satu titik dan berakhir pula pada satu titik yang

lainnya. Model Osgood, input berarti beberapa bentuk dari stimuli dan energi fisik

yang diberi sandi dan diubah dengan implus-implus sensoris.

Secara harfiah sirkular berarti, bundar atau keliling serta bulat. Dimana

dalam proses sirkular komunikasi antara komunikator dan komunikan akan terjadi

umpan balik sebagai bentuk keberhasilan saat komunikasi. Dalam teori

komunikasi sirkular saat proses komunikasi, komunikator dan komunikan dapat

sewaktu-waktu bertukar peran, komunikator dapat menjadi seorang komunikan

dan komunikan dapat menjadi komunikator yang tentunya menghasilkan sebuah

umpan balik dari proses komunikasi yang dilakukan.

22
2.1.7 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama/Tahun/Skripsi- Judul Hasil Perbedaan

Jurnal Penelitian Penelitian Penelitian

Koko Keumala Nurhidayat Analisis Gaya Gaya bahasa Perbedaan

dan Bahasa Satire satire yang penelitiaan ini

Markhamah/2016/Jurnal dan Pesan Pada didapatkan terdapat pada fokus

Rubrik Lincak dari Surat penelitiannya,

Surat Kabar Kabar Harian penelitian terfokus

Harian Solopos Solopos yaitu pada satire dalam

terdapat pesan hubungan antar

moral dan pribadi bukan pada

sosial untuk media (surat kabar

berbuat baik, harian Solopos)

sopan serta

saling

membantu

Gusti Toyadha Tagya Analisis Makna lelucon Penelitian ini

Brantakesuma, Iis Kurnia Semiotika satire pada fokusnya pada

Nurhayati, Arie Pemaknaan novel Grafis satire dalam

Prasetio/2017/Jurnal Lelucon Satire Batman hubungan antar

The Joker Pada menyinggung pribadi yang ada di

Buku Novel keadaan yang lapangan, bukan

23
Grafis Batman: sebenarnya pada tulisan (buku

The Killing Joke terjadi dalam novel)

kehidupan

nyata.

Muhamad Akbar Analisis Resepsi Hasil dari Perbedaan

Ferdiansyah/2020/Skripsi Satire Pada penelitian ini penelitian ini

Konten Atta mendapatkan dengan penelitian

Halilintar Dalam beberapa sebelumnya yaitu

Video Majelis kategori pada medianya,

Lucu Indonesia tentang peneliti terdahulu

Segmen Debat informan, memakai media

Kusir #4 : Atta dima informan Youtube

Halilintar Tidak dominan,

Bersalah negosiasi,

oposisi, dalam

memaknai

kata satire

dalam segmen

debat kusir

Muhammad Bilal dan Cito Penyutradaraan Satire yang Penelitian ini

Yasuki Komedi Satire dijadikan terfokus pada satire

Rahmad/2018/Jurnal Melalui Tokoh lelucon dalam hubungan

Protagonis Pada tersampaikan antar pribadi

24
Film Smart? dengan baik sedangkan

melalui tokoh penelitian

dengan terdahulu terfokus

pemilihan pada satire dalam

kata-kata yang film smart

mudah

dipahami

Dian Rahmiati/2011/Jurnal Satire Politik Lagu yang Perbedaan dengan

dalam Lagu berfungsi penelitian ini,

“Andai Ku sebagai peneliti

Gayus hiburan tetapi sebelumnya

Tambunan” mempunyai meneliti mengenai

pesan satire satire berbau

yang politik melalui

menyatakan media berupa

ketidakadilan, musik/lagu

masalah

moralitas, dan

kekuasaan

yang korup

atas tuntutan

publik

25
2.2 Kerangka Pikir

Dalam kehidupan sosial komunikasi memiliki peran sangat penting. Dimana

manusia sebagai makhluk sosial, hanya dapat hidup dan berkembang serta

berperan sebagai manusia saat melakukan hubungan kerja sama dengan manusia

lainnya. Itu semua dilakukan dengan cara komunikasi dalam menjalin suatu

hubungan antar pribadi. Hampir seluruh atau sebagian kegiatan yang dilakukan

manusia berkaitan dengan yang namanya komunikasi. Saat melakukan

komunikasi, manusia sebagai makhluk sosial kerap menggunakan satire.

Dimana satire adalah majas atau gaya bahasa guna menyatakan sindiran atau

menyinggung terhadap suatu keadaan atas peristiwa atau merujuk kepada orang

tertentu. Berbagai satire pun sudah bermunculan saat ini dalam hubungan antar

pribadi mahasiswa. Ditengah terpaan berbagai macam satire tersebut, terdapat

satire yang dapat menyinggung seseorang terutama yang memicu terjadinya

permasalahan dalam hubungan antar pribadi dikalangan mahasiswa.

Melalui penelitian ini, dengan adanya satire diharapkan kita sebagai

makhluk sosial dalam menjalin hubungan antar pribadi lebih menjaga dan

memikirkan apa yang ingin disampaikan. Karena, satire dapat membuat terjadinya

permasalahan. Dalam penelitian ini, terdapat dua poin penting yang peneliti akan

dibahas secara rinci, yaitu bentuk satire dan dampak dari satire. Untuk lebih

memperjelas, penulis menyajikan kerangka pikir dalam bentuk bagan sebagai

berikut:

26
2.1 Bagan Kerangka Pikir

Identifikasi Satire

Bentuk Satire
Dampak Satire
1. Satire Cemooh/Nista
Terganggunya pikiran/merasa cemas
2. Satire Perasaan Muak
Terputusnya hubungan pribadi
3. Satire Menceritakan kelemahan seseorang

Hubungan Antar Pribadi

Teori Komunikasi Sirkular oleh


Schramm & Osgood

Identifikasi Satire Sebagai Bentuk Komunikasi Nonverbal


2.1 Hasil Modifikasi Penulis (2021)
Dalam Hubungan Antar Pribadi Mahasiswa FISIP UHO

2.1 Hasil Modifikasi Penulis (2021)

27
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini yang nantinya akan dilakukan di FISIP UHO, Kendari dengan

pertimbangan bahwa FISIP UHO salah satu Fakultas yang mempunyai mahasiswa

aktif dalam melakukan hubungan antar pribadi. Aktif yang dimaksud adalah

selalu mengekspresikan dan mengeluarkan gagasan dalam hubungan antar pribadi.

Mengekspresikan dan mengeluarkan gagasan itulah mahasiswa melontarkan

bahasa satire.

3.2 Subjek dan Informan Penelitian

3.2.1 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiwa di FISIP UHO, Kendari yang

terlibat satire dalam menjalin hubungan antar pribadi.

3.2.2 Informan Penelitian

Dalam menentukan informan penelitian, peneliti menggunakan teknik

purposive Sampling. Teknik Purposive Sampling adalah teknik pengambilan

sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu tersebut

misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita

harapkan, atau mungkin dia adalah penguasa, sehingga memudahkan peneliti

dalam menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti. Dalam teknik ini, peneliti

memilih subjek penelitian FISIP UHO, Kendari dengan tujuan untuk menentukan

informan kunci yang sesuai dengan fokus penelitian yang dilakukan secara

sengaja tanpa dibuat-buat untuk mendapatkan kekuatan akurasinya. Pada

28
penelitian ini akan ada 5 informan yang akan membantu penelitian, dengan rentan

umur 20 sampai 24 tahun, dimana para informan merupakan mahasiswa FISIP

UHO yang terlibat satire.

3.3 Jenis Data dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data

kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, bukan dalam bentuk

angka. Data kualitatif dapat diperoleh dengan berbagai macam teknik

pengumpulan data, misalnya analisis dokumen, wawancara, diskusi terfokus serta

observasi yang telah dituangkan dalam bentuk dokumen.

3.3.2 Sumber Data

Adapun sumber data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer, yaitu data yang akan dikumpulkan secara langsung dari

informan penelitian. Data primer dapat bersifat kualitatif atau pernyataan

tentang sesuatu yang menyangkut tentang “Identifikasi Satire Sebagai

Bentuk Komunikasi Nonverbal Dalam Hubungan Antar Pribadi

Mahasiswa FISIP UHO".

2. Data sekunder, merupakan data yang akan dikumpulkan atau diperoleh

dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia

sebelum penelitian ini dilakukan. Data Sekunder dapat berupa data yang

diperoleh dari hasil studi dokumentasi, data tertulis, foto dan literatur yang

berkaitan dengan penelitian “Identifikasi Satire Sebagai Bentuk

Komunikasi Nonverbal Dalam Hubungan Antar Pribadi Mahasiswa FISIP

29
UHO”.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

1. Observasi atau pengamatan, merupakan teknik pengumpulan data dengan

cara melakukan peninjaun secara terfokus terhadap wilayah penelitian

guna memperoleh gambaran mengenai “Identifikasi Satire Sebagai Bentuk

Komunikasi Nonverbal Dalam Hubungan Antar Pribadi Mahasiswa FISIP

UHO”.

2. Wawancara, selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara guna

untuk memperoleh fakta, berita, maupun data dilapangan. Dimana

prosesnya dengan tatap muka secara langsung oleh narasumber, dimana

wawancara ini digunakan untuk menggali sebanyak mungkin data yang

terkait dengan “Identifikasi Satire Sebagai Bentuk Komunikasi Nonverbal

Dalam Hubungan Antar Pribadi Mahasiswa FISIP UHO".

3. Dokumentasi, merupakan catatan peristiwa yang telah lewat atau berlalu,

dokumen ini bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental

dari seseorang yang berkaitan dengan “Identifikasi Satire Sebagai Bentuk

Komunikasi Nonverbal Dalam Hubungan Antar Pribadi Mahasiswa FISIP

UHO”.

30
3.5 Analisis Data

Analisis data menurut Miles dan Huberman (1992), adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection), yaitu mengumpulkan data dilokasi

penelitian dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi

dengan menentukan strategi pengumpulan data yang dipandang tepat dan

untuk menentukan fokus serta pendalaman data pada proses pengumpulan

data.

2. Reduksi data (Data Reduction), yaitu sebagai proses seleksi, pemfokusan

pengabstrakan, transformasi data kasar yang ada dilapangan langsung, dan

diteruskan pada waktu pengumpulan data, dengan demikian reduksi data

dimulai sejak peneliti memfokuskan wilayah penelitian.

3. Penyajian data (Data Presentation), yaitu rangkaian organisasi informasi

yang memungkinkan penelitian dilakukan. Penyajian data diperoleh

berbagai jenis, jaringan kerja, keterkaitan kegiatan atau label.

4. Penarikan kesimpulan (Conclusion Drawing), yaitu dalam pengumpulan

data, peneliti harus mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti

langsung dilapangan dengan menyusun pola-pola pengarahan dan sebab

akibat.

31
3.6 Desain Operasional Penelitian

Tabel 3.1 Desain Operasional Penelitian

Unit Analisa Struktur Kerangka Teknik Pengumpulan

Analisa Data

Bentuk Satire 1. Satire Cemooh/Nista  Observasi

2. Satire Perasaan Muak  Wawancara

3. Satire Menceritakan  Dokumentasi


Kelemahan Seseorang

Dampak Satire 1. Terganggunya  Observasi

pikiran/merasa cemas  Wawancara

2. Terputusnya  Dokumentasi

hubungan pribadi

Sumber: diolah penulis 2021

32
3.7 Konseptualisasi

1. Satire merupakan gaya bahasa yang mengandung kritik dengan

memperhalus kalimat yang dipakai guna menyatakan sindiran kepada

seseorang atau suatu peristiwa.

2. Bentuk satire ada beberapa macam, yaitu bentuk satire cemooh dan nista

merupakan bentuk majas atau gaya bahasa dengan tujuan mengejek yang

kasar ditujukan kepada seseorang atau kelompok masyarakat tertentu.

Bentuk satire perasaan muak adalah salah satu bentuk satire yang

merupakan penggambaran ketidaksukaan terhadap sesuatu hal atau

keadaan. Bentuk satire menceritakan kelemahan seseorang yang biasanya

tentang curahan perasaan tentang seseorang baik itu kelebihan maupun

kelemahan.

3. Dampak satire bisa memicu terputusnya hubungan pribadi dan

terganggunya pikiran yang membuat mahasiswa merasa cemas. Semula

mahasiswa masih berhubungan baik kemudian tidak terjadi lagi

komunikasi.

4. Komunikasi nonverbal merupakan pesan atau informasi yang disampaikan

tidak menggunakan kata verbal melainkan memakai bahasa tubuh, gerak

isyarat, ekspresi wajah serta simbol-simbol.

5. Hubungan antar pribadi adalah hubungan dengan orang lain dalam

kehidupan sosial yang memiliki ketergantungan dan memperkuat

hubungan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Anih Atih. Komunikasi Verbal dan Nonverbal dalam Hubungan Interpersonal.


Universitas Negeri Jakarta, 2015
Brouwer, M.A.W. (1984). Psikologi Fenomenologis. Jakarta: Gramedia.
Clark, Moustakas. Phenomenological Research Methods, California: SAGE,1994.
Desak Putu Yuli Kurniati. Modul Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Universitas
Udayana, 2016
Dyatmika, Teddy. 2021. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Zahir Publishing.
Faisal Wibowo. Komunikasi Verbal dan Nonverbal. 2010
Widyo Nugroho, Modul Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Jurnal:

Bilal, M. (2018). Penyutradaraan Komedi Satire Melalui Tokoh Protagonis Pada


Film Smart? 13–25. http://repository.isi-ska.ac.id/id/eprint/2753

Buana, C. (2019). Budaya Satire pada Masa Dinasti Umayyah dalam Syair Hijā’
Al-Farazdaq. Buletin Al-Turas, 25(2), 209–226.
https://doi.org/10.15408/bat.v25i2.11744

Dalam, B. S. E., Puisi, K., Anak, S., & Tinjauan, K. (2020). Bentuk-bentuk satire
ekologis dalam kumpulan puisi suara anak keerom (tinjauan ekokritik). 9,
1–14. https://doi.org/10.26499/jentera.v9i1.1803

Ferdiansyah, M. A. (2020). Analisis Resepsi Satire Pada Konten Atta Halilintar


Dalam Video Majelis Lucu Indonesia Segmen Debat Kusir# 4: Atta
Halilintar Tidak Bersalah!!!

Halimah, S. N., & Hilaliyah, H. (2019). Gaya Bahasa Sindiran Najwa Shihab
dalam Buku Catatan Najwa. Deiksis, 11(02), 157.
https://doi.org/10.30998/deiksis.v11i02.3648

Habiansyah, O. 2008. Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian-


peneltian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi. Vol. 9. No. 1

Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (2013). No Title. 13–30.

Kurniati, D. P. Y. (2016). No TMODUL KOMUNIKASI VERBAL DAN NON


VERBALitle. MODUL KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL, 12–

34
21.

Mantiri, G. J. M., & Handayani, T. (2020). Bentuk-Bentuk Satire Ekologis dalam


Kumpulan Puisi Suara Anak Keerom: Tinjauan Ekokritik. JENTERA:
Jurnal Kajian Sastra, 9(1), 1. https://doi.org/10.26499/jentera.v9i1.1803

Muslim. (2020). Komunikasi Nonverbal. WARAQAT : Jurnal Ilmu-Ilmu


Keislaman, 1(2), 14. https://doi.org/10.51590/waraqat.v1i2.40

NURHIDAYAT, K. K. (2016). ANALISIS GAYA BAHASA SATIRE DAN


PESAN PADA RUBRIK LINCAK SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVESRSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA JULI, 2016.
http://eprints.ums.ac.id/45418/17/NASKAH PUBLIKASI.pdf

Pandaleke, T., Waleleng, F., & Grace, J. (2020). Peran Komunikasi Sosial
Masyarakat Dalam Melestarikan Bahasa Daerah Pasan Di Desa Rasi
Kecamatan Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara. Acta Diurna
Komunikasi, 2(3).

Rahmiati, D. (2011). Satire Politik Dalam Lagu “Andai Ku Gayus Tambunan.”


Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(1), 69–78.

Toyadha, G. (2017). Analisis Semiotika Pemaknaan Lelucon Satire the Joker Pada
Buku Novel Grafis Batman : the Killing Joke ( Analisis Semiotika Roland
Barthes ). Jurnal Komunikasi, 4(3), 3165–3184.

Wulandari, T. (2013). Memahami Pengembangan Hubungan Antarpribadi Melalui


Teori Penetrasi Sosial. Majalah Ilmiah UNIKOM, 11(1), 1–122.

35
PEDOMAN WAWANCARA

I. Data Informan

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Alamat :

II. Pertanyaan Bentuk Satire

1. Dalam menjalin hubungan antar pribadi apakah pernah terjadi satire?

2. Bagaimana bentuk penyampaian satire tersebut diungkapkan?

3. Bentuk satire apa saja yang anda pernah alami?

4. Bagaimana perasaan anda merasa terlibat satire?

5. Bagaimana cara anda menghadapi bentuk-bentuk satire tersebut?

III. Pertanyaan Dampak Satire

1. Bagaimana perasaan anda merasa terkena satire dalam lingkup pertemanan?

2. Bagaimana cara anda menghadapi perkataan satire tersebut?

3. Pernakah setelah terkena satire, pertemanan anda menjadi renggang bahkan

sampai memutuskan pertemanan?

4. Mengapa anda masih mempertahankan pertemanan setelah merasakan satire?

5. Mengapa anda memilih memutuskan pertemanan setelah merasakan satire?

6. Saat anda memutuskan tetap menjalin pertemanan setelah merasakan satire,

bagaimana keadaan pertemanan anda?

7. Bagaimana respon/tingkah laku teman anda setelah anda memutuskan

pertemanan?

36
PEDOMAN OBSERVASI

Dalam pengamatan observasi yang dilakukan adalah mengamati serta

mencari informasi mengenai Identifikasi Satire Sebagai Bentuk Komunikasi

Nonverbal Dalam Hubungan Antar Pribadi Mahasiswa FISIP UHO.

a. Tujuan

Kegiatan observasi bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai

Identifikasi Satire Sebagai Bentuk Komunikasi Nonverbal Dalam Hubungan

Antar Pribadi Mahasiswa FISIP UHO.

b. Aspek yang diamati

1. Lokasi Penelitian

2. Waktu

3. Konteks Observasi

4. Suasana Hubungan Antar Pribadi

Visi Program Studi Ilmu Komunikasi: Menjadi Program Studi yang unggul,

dalam menghasilkan lulusan yang memiliki kompensasi dibidang ilmu komunikasi

dengan professional dalam penerapan IPTEK untuk mendukung pembangunan

masyarakat maritim dan pedesaan.

37

Anda mungkin juga menyukai