PERMASALAHAN
Pada pengantar bab ini merupakan deskripsi singkat dari bab 1 Permasalahan. Isi bab 1
permasalahan meliputi : deskripsi kegagalan dan mekanisme komponen dari Piston di CV. Imaz
Cemerlang, Bontang.
Prinsip kerja genset adalah sebuah mesin pembakaran (mesin diesel atau mesin bensin)
yang bergerak dengan mengubah energi bahan bakar fosil menjadi energi mekanik, kemudian
energi mekanik tersebut dikonversi oleh generator sehingga menghasilkan daya listrik. Maka dari
itu Genset ini dapat digolongkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan skala
yang kecil. Genset (generator set) biasanya digunakan untuk menghasilkan daya listrik alternatif
atau pengganti sementara, seperti ketika pasokan daya listrik dari industri pembangkit listrik
(PLN) padam/off, atau saat keadaan dimana di daerah tersebut tidak ada pasokan listrik, atau bisa
juga digunakan pada saat diperlukannya daya listrik tambahan.
BAB II
HIPOTESIS
Pada bab 2 hipotesis ini akan menjelaskan mengenai material yang digunakan, cacat yang
mungkin terjadi pada material dan piston, potensi patahan yang terjadi pada dan piston, dan
rencana serta standar pengujian yang akan digunakan.
Gambar 2.1 Foto SEM yang menunjukkan Benchmarks dan striasi secara mikro
(Poursaedi, 2005)
2.2.2 Gagal Karena Kurangnya Lubrikasi Akibat Bocornya Bahan Bakar atau Aus
Deskripsi kegagalan pada piston karena kurangnya lubricant akibat kebocoran oli atau
bahan bakar menyebabkan keausan pada piston sehingga memunculkan tanda bekas gesekan
pada permukaan piston.
Gambar 2.2 Kegagalan Piston
Bahan bakar yang tidak terbakar yang membasahi di permukaan silinder berjalan telah
diencerkan atau membersihkan lm minyak bantalan beban. Sebagai hasilnya, piston dan silinder
menjadi kering terhadap satu sama lain. Ini menghasilkan tanda gesekan yang panjang dan
sempit. Dengan jenis kerusakan ini, zona cincin tetap tidak rusak, karena disini kebanyakan
hanya cincin piston bersentuhan dengan permukaan silinder berjalan. Berikut adalah
macam-macam penyebab aus atau kurangnya pelumas pada piston :
● Pengoperasian mesin yang berlebihan dan masalah pembakaran yang disebabkan oleh
kesalahan dalam sistem intake, filter udara tersumbat, kesalahan dalam persiapan
campuran atau dalam sistem pengapian.
● Kompresi yang tidak memadai dan sebagai akibatnya pembakaran tidak sempurna.
● Perangkat cold starting rusak atau penggunaan choke yang berlebihan (mesin karburator).
● Pengenceran minyak yang disebabkan oleh sering mengemudi jarak pendek atau over
campuran yang banyak
● Keruntuhan sebagian dari pendinginan mekanisme karena kurangnya pendingin,
gelembung udara, endapan kotoran atau lainnya kerusakan sirkuit pendingin.
● Pada silinder bergaris, kotoran mengendap di bagian luar silinder dapat menyebabkan
panas berlebih lokal pada silinder dan oleh karena itu untuk pemecahan film pelumas
● Cacat, hilang atau salah memasang baffle udara pada berpendingin udara mesin.
● Pada mesin dengan desain di mana minyak juga terciprat ke sisi tekanan silinder di
bawah lebih besar memuat melalui jet semprot di batang penghubung, jenis kerusakan ini
juga bisa disebabkan oleh semprotan yang tersumbat jet atau tekanan oli yang tidak
mencukupi.
● Pengenceran oli atau kadar oli yang tidak sesuai dengan tujuan yang dimaksudkan dapat
awalnya menyebabkan kurangnya pelumasan dari sisi tekanan silinder.
....................................................(2.1)
Dimana VHN adalah Vickers Hardness Number, P adalah Beban yang diberikan (kgf), d
adalah panjang diagonal rata-rata hasil
(A)
(B) (C)
Gambar 4.1 Foto Screcth Piston Menggunakan Kamera Hand Phone (A) Tampak Samping (B)
Tampak Depan (C) Tampak Atas
Gambar 4.1 merupakan foto yang menunjukkan patahan dari komponen final drive yang
diterima, foto tersebut sudah diolah menggunakan software untuk menampakkan citra hitam
putih. Dari gambar 4.1 tidak menunjukkan adanya indikasi patahan yang disebabkan fatigue atau
kelelahan. Pada gambar 4.1 tidak ada mengindikasikan adanya beach mark. Bentuk patahan dari
ductile iron yang dihasilkan dari pengamatan visual menggunakan kamera mengindikasi
terjadinya patahan brittle. Indikasi patahan ductile seperti shear lips tidak terdapat pada outer
edge komponen yang amati. Permukaan patahan yang memantulkan cahaya saat pengambilan
gambar menjadi indikasi bahwa patahan brittle terjadi pada komponen.
Secara makroskopis, permukaan retakan memiliki tekstur berbutir atau bersisi (Gambar
4.2b) sebagai akibat dari perubahan orientasi bidang pembelahan dari butir ke butir. Sehingga
butiran-butiran ini akan memantulkan cahaya saat diberi sinar datang. Fitur pembelahan ini
ditunjukkan pada perbesaran yang lebih tinggi dalam mikrograf scanning electron. Untuk
sebagian besar bahan kristal yang brittle, perambatan retak sesuai dengan pemutusan ikatan atom
yang berurutan dan berulang di sepanjang bidang kristalografi tertentu (Gambar 4.2a); proses
seperti itu disebut pembelahan (cleavage). Jenis crack dapat dikatakan transgranular (atau
transkristalin) karena retakan rekahan melewati butir (Callister, 2014).