Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PRAKTIKUM

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN FISIKA


(MPPF)

TELAAH NASKAH SKRIPSI MAHASISWA


PENDIDIKAN FISIKA

Nama : Retno Puji Lestari


NIM : 14302241029
Kelas : Pendidikan Fisika I 2014

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
A. Identitas Mahasiswa (Penulis Skripsi) :
1. Nama : Trio Tetaro
2. NIM : 07302244057
3. Tanggal Lulus : 25 Mei 2012
4. Pembimbing : 1. Prof. Dr. Mundilarto
2. Joko Sudomo, M.A.
B. Judul, Latar Belakang Masalah, dan Rumusan Masalah :
1. Judul Skripsi
“PENGARUH PENDEKATAN KERJA LABORATORIUM

VERIFIKASI DAN KERJA LABORATORIUM INQUIRY

TERBIMBING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN

PROSES SAINS SISWA PADA MATERI HUKUM - HUKUM

NEWTON”
2. Latar Belakang Masalah (Ringkas)
Pembelajaran sains atau IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) tentu saja

melibatakan ilmu fisika dengan hakikat berupa poduk, proses, dan

sikap ilmiah. Akan tetapi banyak sekolah yang masih menerapkan

pembelajaran fisika siswa dengan metode yang hanya berfokus pada

guru yang aktif dan siswa cenderung pasif. Berdasarkan hasil observasi

yang telah peneliti lakukan di MAN I Yogyakarta proses pembelajaran

fisika terutama dalam kegiatan praktikum atau kerja laboratorium

masih menerapkan konsep kerja laboratorium verifikasi, dimana siswa

hanya membuktikan atau memverifikasi konsep yang ada. Para siswa

dominan mengkaji fisika dalam segi produk saja dengan memverifikasi

konsep, teori maupun hukum. Sehingga segi proses dan segi sikap

ilmiah sangat minim terbentuk oleh siswa. Begitu juga dengan

keterampilan proses sains siswa pada sekolah teersebut belum begitu

terbentuk. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam menemukan


sebuah konsep sendiri, dapat diterapkan dengan model pembelajaran

inquiry. Dalam hal ini karakteristik siswa yang belum terbiasa

meneraapkan model pembelajaran tersebut pendekatan yang dapat

diterapkan yaitu pendekatan yang sederhana inquiry terarah

(terbimbing).
Dengan demikan penting untuk menerapkan kegiatan laboratorium

dengan pendekatan inquiry terbimbing sebagai suatu pendekatan

dalam melakukan pembelajaran fisika di sekolah. Diterapkannya

model pembelajaran seperti ini diharapkan dapat meningkatkan

keterampilan proses sains siswa.


Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti memandang perlu

adanya penelitian untuk mengetahui apakah pendekatan kerja

laboratorium inquiry terbimbing dapat lebih meningkatkan

keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan pendekatan

kerja laboratorium verifikasi.


3. Rumusan Masalah
Adakah perbedaan peningkatan keterampilan proses sains antara

siswa yang menggunakan pendekatan kerja laboratorium verifikasi

dengan siswa yang menggunakan pendekatan kerja laboratorium

inquiry terbimbing ?
C. Metode Penelitian :
1. Metode/Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang

menggunakan rancangan eksperimen randomized control group

pretest-postest design. Dalam penelitian ini ada dua kelas, yaitu kelas

kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol mendapat perlakuan

berupa pembelajaran dengan pendekatan kerja laboratorium verifikasi,


sedangkan kelas eksperimen menggunakan pendekatan kerja

laboratorium inquiry terbimbing. Pengembangannya ialah dengan cara

melakukan satu kali pengukuran di depan (pretest) sebelum adanya

perlakuan. Pretest diberikan untuk melihat apakah kedua kelompok

yang dijadikan sampel penelitian sebelum perlakuan setara atau tidak.


Desain penelitian digambarkan sebagai berikut :
Tabel Desain Penelitian

Kelompok Pretest Treatment Posttest


Kelas Kontrol T1 X1 T2
Kelas Eksperimen T1 X1 T2
Keterangan :
E1: kelas Kontrol dengan pembelajaran menggunakan pendekatan
kerja laboratorium verifikasi.
E2: kelas Eksperimen dengan pembelajaran menggunakan pendekatan
kerja laboratorium inquiry terbimbing.
T1: rerata nilai pretest.
X1: pembelajaran menggunakan pendekatan kerja laboratorium
verifikasi.
X2: pembelajaran menggunakan pendekatan kerja laboratorium
inquiry terbimbing.
T2: rerata nilai posttest.

2. a. Populasi & Sampel Penelitian (Subjek Penelitian)


Populasi penelitian tersebut adalah siswa kelas X pada

semester 1 di MAN I Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011, yang

terdiri dari tujuh kelas dengan jumlah 247 siswa, yaitu kelas XA,

XB, XC, XD, XE, XF, dan XG.


b. Teknik Sampling (Cara Penentuan Sampel/Subjek Penelitian)
Dalam penelitian tersebut, pengambilan sampel dilakukan

dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling yaitu

pengambilan anggota sampel secara random dari tujuh kelas yang

ada dalam populasi yang dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Perwakilan dari


populasi sebagai sampel penelitian ini adalah dua kelas dari tujuh

kelas yang ada. Dalam hal ini digunakan undian kelas, sehingga

didapatkan kelas XF dengan jumlah 2 siswa sebagai kelas kontrol

yang menggunakan pendekatan kerja laboratorium verifikasi, dan

kelas XG dengan jumlah 22 siswa sebagai kelas eksperimen yang

menggunakan pendekatan kerja laboratorium inquiry terbimbing.


3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian tersebut dilakukan dengan

menggunakan tes keterampilan proses sains yang dilakukan sebelum

perlakuan dan sesudah perlakuan. Untuk kedua kelompok, tes sebelum

perlakuan menggunakan instrumen tes pertama sebagai soal pretest,

dan tes sesudah perlakukan menggunakan instrumen tes kedua sebagai

posttest. Untuk pengamatan secara langsung kegiatan siswa selama

pembelajaran digunakan lembar observasi.


4. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah :
a. Tes hasil belajar keterampilan proses siswa
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
c. Lembar Kerja Siswa (LKS)
d. Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa
5. Penentuan Validitas Instrumen
Validitas yang diukur dalam instrumen tersebut yaitu validitas isi

dan validitas konstruk.Validitas isi (validitas kurikulum) yaitu suatu

alat ukur dipandang valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang

hendak diukur. Validitas konstruk yaitu sesuatu yang berkaitan dengan

fenomena dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat diamati dan

diukur.
Pada soal pretest dan posttest dilakukan pengujian validitas isi dan

validitas konstruk. Validitas isi dilakukan dengan mengonsultasikan


soal-soal tersebut ke pembimbing atau dosen ahli.Validitas konstruk

dilakukan dengan mengujikan kepada responden setara yang bukan

sesungguhnyaa. Kemudian instrumen yang lain hanya dilakukan

validitas isi. Pada instrumen lembar observasi ranah keterampilan

proses sains, analisis validitas isi instrumen dilakukan dengan

menggunakan rational jugdment, yaitu dengan meneliti atau

melakukan telaah terhadap butir-butir pernyataan dari masing-masing

komponen dari aspek yang diukur. Tujuan penelaahan ini adalah untuk

mendapatkaan kepastian bahwa butir-butir telah menggambarkan

indikator-indikator teoritis. Pelaksanaan analisis validasi ini dilakukan

oleh dosen pembimbing sebagai ahli (ekspert).


Soal-sol pretest dan posttest yang belum divalidasi sejumlaah 20

butir dan validasi yang dilakukan terlebih dahulu yaitu validasi isi

dengan mengonsultasikan kepada dosen ahli atau dosen pembimbing.

Melalui validasi isi ini, semua soal-soal lolos dengan revisi dan

kemudian dilakukan validasi konstruk yaitu dengan mengujicobakan

kepada responden yang setara, dalam hal ini siswa kelas XI IPA 1

MAN Yogyakarta I.
6. Penentuan Reliabilitas Instrumen

Penghitungan reliabilitas dilakukan setelah butir-butir yang

tidak valid dan tidak memenuhi kriteria uji sebuah instrumen

dihilangkan. Pada tes keterampilan proses sains siswa, reliabilitas

ditentukan dengan menggunakan perhitungan alpha cronbach. Rumus

yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal yaitu :


[ ][ ]
2
k Σs
α= 1− i
k −1 sx

Tabel Tingkat reliabilitas berdasarkan Nilai Alpha

Koefisien
Kategori Reliabilitas
Reliabitas
0,00 – 0,20 Kurang reliabel

>0,20 – 0,40 Agak reliabel

>0,40 – 0,60 Cukup reliabel

>0,60 – 0,80 Reliabel

>0,80 – 1,00 Sangat reliabel

Hasil hitung koefisien reliabilitas dapat dilihat melalui hasil

analisis SPSS 16.0, pada baris nilai alpha di bagian Scale Statistic.

Nilai reliabilitas soal setelah diuji coba adalah 0,845 berarti soal ini

termasuk kategori sangat reliabel.

7. Teknik Analisis Data dan Uji Persyaratan Analisis


a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data

terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan uji

2
Chi Kuadrat ( x ¿ dengan langkah sebagai berikut :
1. Menyusun data dari yang tertinggi ke yang terendah, yaitu

menyusun nilai dari tertinggi hingga nilai terendah dari data

yang sudah didapatkan.


2. Menghitung harga Z dengan rumus :
X X
Z
SB
Keterangan :
X
= rerata kelas
SB = simpangan baku
2
3. Menghitung harga ( x ¿ dengan rumus :
2
(f −f )
x= h 0
2
fh
Keterangan :
fh = frekuensi harapan
fo = frekuensi observasi
4. Menjumlahkan harga (x 2) pada langkah 3, kemudian

membandingkan dengan harga ( x 2) tabel pada taraf

signifikansi 5% dan db = k – 1. Data dinyatakan berdistribusi

2 2
normal bila ( x ) hitung < (x ) .
tabel

Uji normalitas dujikan pada hasil pretest, posttest, dan

lembar observasi kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk

mengetahui bahwa data atau sampel yang diambil pada masing-

masing kelas adalah berdistribusi normal setelah diberkan

perlakuan. Terbuktinya data berdistribusi normal menjadi

syarat awal untuk menguji hipotesis yang ada dan sebagai uji

prasarat hasil. Uji normalitas data dilakukan dengan

menggunakan ujisatu sampel Kolmogorov-Smirnov (One

Sample Kolmogrov-Smirnov Test). Uji normalitas ini dilakukan

dengan bantuan program komputer yaitu SPSS versi 16.0. Data

sampel berdistribusi normal jika p > 0,05.


b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah

varians skor yang diukur pada kedua sampel homogen atau tidak.

Uji homogenitas dilakukan terhadap data pretest, posttest, dan

lembar observasi kelompok kelas kontrol maupun kelas

eksperimen. Pada penelitian tersebut, uji homogenitas dilakukan

dengan analisis Descriptive Statistic. Homogen jika p > 0,05.


Uji homogenitas dilakukan dengan uji variansi dengan

prosedur sebagai berikut :


1. Menghitung variansi masing-masing kelompok (SB2), dengan
2

SB=
√ ∑ X2 − ∑ X
N ( )
N
2. Menghitung harga F dengan rumus :
2
S B varians terbesar
F= b2 =
S Bk varians terkecil
3. Harga Fhitung dibandingkan dengan harga Ftabel dengan db

pembilang (nb-1) dan db penyebut (nk-1). Populasi dinyatakan

homogen bila Fhitung < Ftabel , dan jika p > 0,05.


Uji homogenitas dalam penelitian tersebut menggunakan

uji homogentitas satu jalur. Tes statistik untuk menguji

homogenitas ini dilakukan dengan bantuan komputer yaitu

SPSS versi 16.0.


c. Uji Hipotesis
Uji – t
Untuk dua sampel kecil yang satu sama lain tidak ada

hubungannya, to dapat diperoleh dengan rumus, yaitu :


M 1−M 2
¿=

√( ∑ x 21+ ∑ x22 ) ( N 1+N 2)


( N 1 +N 2−2 ) ( N 1 . N 2 )
Langkah-langkah perhitungan yang hars ditempuh adalah :
1. Mencari Mean variabel X1 dengan rumus :
M 1=
∑ X1
N1
2. Mencari Mean variabel X2 dengan rumus :
M 2=
∑ X2
N2
3. Mencari deviasi skor variabel X1 dengan rumus :
X1  X1  M1,  X1
harus sama dengan nol.
4. Mencari deviasi skor variabel X2 dengan rumus :
X 2  X 2  M 2, X 2
harus sama dengan nol.
X 1
2

5. Menguadratkan X1, lalu dijumlahkan; diperoleh .


X 2
2
6. Menguadratkan X2, lalu dijumlahkan; diperoleh .
7. Mencari to dengan rumus :
M 1−M 2
¿=


( ∑ x 21+ ∑ x22 ) ( N 1+ N 2)
( N 1 + N 2−2 ) ( N 1 . N 2 )
8. Memberikan interpretasi terhadap to atau dapat kita sebut

thitung dengan mempergunakan tabel nilai “t”.


9. Menguji kebenaran hipotesis dengan membandingkan

besarnya t hasil perhitungan thitung dan ttabel dengan terlebih

dahulu menetapkan degrees of freedomnya atau derajat

kebebasannya, dengan rumus :


df atau db=( N 1 + N 2 )−2
dengan diperolehnya df atau db, maka dapat dicari harga

ttabel pada taraf signifikansi 5%. Jika thitung sama besar atau

lebih besar daripada ttabel maka H0 ditolak; berarti ada

perbedaan Mean yang signifikan diantara kedua variabel

yang peneliti selidiki. Jika thitung lebih kecil daripada ttabel


maka H0 diterima; berarti tidak ada perbedaan Mean yang

signifikan antara kedua variabel.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui perbedaan

peningkatan keterampilan proses sains siswa pada kelas kontrol

dan kelas eksperimen. Uji - t dapat dilakukan apabila sebaran data

yang diambil dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi

normal dan homogen. Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan

menggunakan analisis Independent Simple t-Test.

Pengambilan keputusan berdasarkan analisis Independent

Simple t-Test dilakukan dengan cara membandingkan nilai thitung

dengan ttabel dengan ketentuan :

a. Jika ± thitung < ± ttabel , maka Ha ditolak


b. Jika ± thitung > ± ttabel , maka Ha diterima
Dalam penelitian tersebut dibandingkan data pendekatan

untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan

keterampilan proses sains yang signifikan antara siswa yang

menggunakan pendekatan kerja laboratorium verifikasi dengan

siswa yang menggunakan pendekatan kerja laboratorium

inquiry terbimbing. Uji hipotesis perbedaan peningkatan

keterampilan proses sains siswa dilakukan terhadap Standard

Gain dari nilai pretest-posttest. Persamaan untuk mencari

Standard Gain adalah :


( X 2− X 1 )
GST =
( X Maks −X 1 )

Keterangan:

GST = standard gain

Xmaks = nilai maksimum

X1 = nilai awal

X2 = nilai akhir

Hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (H0) yang

merupakan hipotesis komparatif dua variabel dalam penelitian ini

adalah :

Ha : Ada perbedaan peningkatan keterampilan proses sains yang

signifikan antara siswa yang meggunakan pendekatan

kerja laboratorium verifikasi dengan siswa yang

menggunakan pendekatan kerja laboratorium inquiry

terbimbing.

H0 : Tidak ada perbedaan peningkatan keterampilan proses

sains yang signifikan antara siswa yang meggunakan

pendekatan kerja laboratorium verifikasi dengan siswa

yang menggunakan pendekatan kerja laboratorium inquiry

terbimbing.

D. Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan pada tes keterampilan

proses sains antara siswa yang menggunakan pendekatan kerja

laboratorium verifikasi dengan siswa yang menggunakan pendekatan

kerja laboratorium inquiry terbimbing.


2. Dari hasil pengamatan menggunakan Lembar Observasi I dan II tidak

terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan proses sains

antara siswa yang menggunakan pendekatan kerja laboratorium

verifikasi dengan siswa yang menggunakan pendekatan kerja

laboratorium inquiry terbimbing. Siswa yang menggunakan

pendekatan kerja laboratorium inquiry terbimbing lebih baik

dibandingkan siswa yang menggunakan pendekatan kerja laboratorium

verifikasi pada keterampilan mengontrol variabel, menginterpretasikan

data, dan mengkomunikasikan hasil percobaan.


3. Dari hasil pengamatan menggunakan Lembar Observasi III terdapat

perbedaan yang signifikan pada keterampilan proses sains antara siswa

yang menggunakan pendekatan kerja laboratorium verifikasi dengan

siswa yang menggunakan pendekatan kerja laboratorium inquiry

terbimbing. Siswa yang menggunakan pendekatan kerja laboratorium

inquiry terbimbing lebih terampil dalam mengamati, memeriksa

kelengkapan alat dan bahan, merangkai alat percobaan, mengontrol

variabel, menganalisis data, menginterpretasikan data membuat

kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil percobaan dibandingkan

dengan siswa yang menggunakan pendekatan kerja laboratorium

verifikasi.
E. Saran
1. Perlu dibatasi indikator-indikator yang akan diukur dalam

keterampilan proses, sehingga lebih fokus.


2. Keterampilan proses sains yang dikembangkan siswa belum optimal,

hendaknya dirancang pembelajaran yang dapat dijadikan sarana untuk

mengembangkan keterampilan proses sains siswa yang lain.


F. Lampiran
1. Abstrak
2. Penelitian Yang Relevan
a. Fista Adhi Hery Nugroho (2007) yang berjudul “Perbedaan Hasil

Belajar Fisika antar Siswa dengan Pendekatan Kerja Laboratorium

Verifikasi dan Inkuiri Terbimbing”. Hasil penelitian inni menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar kognitif,

afektif, dan psikomotor siswa antara siswa dengan pendekatan kerja

laboratorium verifikasi dan inkuiri terbimbing.


b. Ahmad Tanwir (2009) di SMPN 2 Pleret yang berjudul “Perbedaan

Penggunaan Strategi Pembelajaran 5E Metode Praktikum dengan

Demonstrasi terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Dasar Siswa

pada Pokok Bahasa Massa jenis Zat kelas VII SMPN 2 Pleret bantul

Tahun Ajaran 2008/2009” menyatakan bahwa tedapat perbedaan

peningkatan keterampilan proses sains siswa khususnya dalam

membuat kesimpulan yang signifikan antara siswa yang menggunakan

strategi pembelajaran 5E metode praktikum dengan siswa yang

menggunakan metode demonstrasi.


c. Bayu Aprilianto (2010) yang berjudul “Perbedaan antara Kerja

Laboratorium Verifikasi dengan Kerja Laboratorium Inkuiri

Terbimbing pada Pembelajaran Fisika di SMP Negeri 2 Baawang

ditinjau dari Hasil Belajar, Sikap, dan Aktivitas Belajar Siswa”. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifika

pada hasil belajar siswa, sikap siswa terhadap pembelajaran, dan

aktivitas belajar siswa antara siswa yang mengikuti pembelajaran

fisika menggunakan kerja laboratorium verifikasi dengan siswa yang


mengikuti pembelajaran fisika menggunakan kerja laboratorium

inkuiri terbimbing.
d. Dewi Indriani (2011) yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Analisis

Grafik Gerak Lurus antara Siswa yang Menggunakan Pendekatan

Kerja Laboratorium Verifikasi dengan Kerja Laboratorium

Keterampilan Proses”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak

ada perbedaan signifikan kemampuan analisis grafik gerak lurus

antara siswa yang menggunakan pendekatan kerja laboratorium

verifikasi dengan pendekatan kerja laboratorium keterampilan proses

ditinjau dari tes kognitif dan hasil laporan eksperimen.


e.
3. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai