Dosen Pengampu:
BANJARBARU
2022
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Makalah Media belajar sempoa
bagi anak Autis”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah Bimbingan Konseling dengan dosen pengampu ibu Hayatun Thaibah,M.Psi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Untuk itu, diharapkan kritik dan saran
dari pembaca, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menulis makalah ini.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf.
Akhir kata saya berharap semoga maklah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Terima kasih
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................8
C. Tujuan .......................................................................................................8
A. Pengertian ................................................................................................9
B. Macam- macam........................................................................................10
C. Gejala.......................................................................................................11
D. Ciri-ciri....................................................................................................13
E. Penyebab..................................................................................................15
F. Klasifikasi................................................................................................15
G. Pengertian Media yang pilih....................................................................17
H. Cara Menggunakannya............................................................................17
I. Manfaat Media yang dipilih......................................................................18
BAB III PEMBAHASAN............................................................................19
A. Kesimpulan ............................................................................................25
B. Saran .......................................................................................................25
LAMPIRAN ..............................................................................................27
Soal.............................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami gangguan
pendengaran yang diakibatkan dari kerusakan dan ketidak berfungsian
sebagian atau keseluruhan dari organ pendenganran sehingga menyebabkan
terhambatnya proses informasi bahasa baik dengan menggunakan atau tanpa
menggunakan alat bantu dengar.
2
Namun banyak sekali siswa tunarungu yang masih mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal perkalian ini.hal tersebut mungkin
dipengaruhi oleh cara dan pendekatan dalam pembelajaran yang tidak ssuai
dengan hasil yang ingin dicapai. Oleh karena itu maka stratergi yang diberikan
harus berupa strategi kemudahan dalam menghitung perkalian sehingga anak
dapat merespon secara positif dan menyelesaikan soal dengan mudah. Dalam
Standar Kompetendi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar Luar Biasa
Tunarungu Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (2006), dikatakan bahwa
siswa tunarungu kelas dasar empat seharusnya sudah menguasai atau mampu
menyelesaikan soal-soal operasi hitung perkalianyang lebih sulit.
3
test (2) treatment (3) post test. Hasil rata – rata nilai seluruh siswa tunagrahita
pada pre test dan post test adalah 52,00 dan 84,00. Disimpulkan bahwa media
sempoa geometri berpengaruh terhadap kemampuan berhitung penjumlahan
bilangan 1 – 10 pada siswa tunagrahita
4
Meskipun kemampuan kognitif siswa tunagrahita dalam kategori
rendah namun keterampikan berhitung harus tetap dipelajari oleh siwa
tunagrahita karena nantinya akan menjadi bekal hidupnya, sebab behitung
selalu ada dalam kehidupan sehari – hari manusia. Oleh karena itu dalam
pembelajaran konsep berhitung harus di desain dengan menggunakan media,
agar pembelajaran yang diberikan dapat tersampaikan dengan baik.
5
melakukan tatapan dengan lawan bicara, kecerdasan mental yang cukup baik,
tetapi subjek sering mengoceh-ngoceh sendiri baik diluar kelas maupun
didalam kelas.
Subjek sering menulis hal yang diucapkan diatas meja dan tdak
memperhatikan tugas yang diberikan guru, sehingga membuat tugas yang
diberikan guru sering lambat diselesaikannya. Aktivitas pembelajaran didalam
kelas menggunakan pendekatan tematik, dengan memberikan dua sampai tiga
mata pelajaran dalam satu hari yang disesuaikan oleh kemampuan subjek.
Proses.
6
dan perkalian bersusun kebawah. Subjek masih belum paham meletakkan
angka yang sudah dihitung kedalam letak satuan, puluhan, dan ratusan. Maka
dari itu peneliti memberikan media kartu angka sebagai alternatif dalam
melakukan operasi hitungan penjumalahan dan perkalian bersusun kebawah.
Kartu angka dibuat dengan desain yang menarik. Kartu angka ini
memiliki keunggulan tidak mudah robek, cetakan angka jelas sehingga
membuat siswa lebih mudah memahami, dan mudah dirapihkan kembali
setelah digunakan. 4 Kartu angka yang digunakan dalam bentuk permainan.
Permainan dalam hal ini tentunya yang berhubungan dengan cara menghitung
dalam mata pelajaran matematika.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
1. Konsep pada operasi hitung pengurangan dengan cara meminjam belum
terbentuk dan sering melakukan kesalahan dalam operasi hitung pengurangan.
2. Subjek dalam mengerjakan soal pengurangan teknik meminjam dilakukan
dengan cara terbalik atau mengurangi angka yang lebih besar.
3. Pembelajaran operasi hitung pengurangan dengan metode ceramah dan belum
mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat penelitian ditinjau dari segi praktis dan teoritis. Berikut manfaatnya:
1. Segi praktis
b. Bagi guru penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui sebab anak
kesulitan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari segi metode pembelajaran.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
a. Pengertian Autis
9
dinyatakan sebagai suatu kegagalan dalam penalaran sistematis (systematic
reasoning).
Macam- macam Autis Secara umum jika pada seorang anak yang dibawah
umur 3 tahun mempunyai kesulitan berbicara, tidak mampu melakukan kontak
10
mata dan melakukan gerakan aneh berulang-ulang, maka dapat dikatakan ia
mengalami gejala autis.
Menurut Faisal Y (2003) dalam Hidayat (2004), autism terdiri dari tiga jenis :
1. Autisme persepsi Autisme persepsi merupakan autisme yang timbul sebelum
lahir dengan gejala adanya rangsangan dari luar baik kecil maupun kuat yang
dapat menimbulkan kecemasan.
3. Autisme yang timbul kemudian Jenis autisme ini diketahui setelah anak agak
besar dan akan mengalami kesulitan dalam mengubah perilakunya kerena sudah
melekat atau ditambah adanya pengalaman yang baru.
C. Gejala Autis
Gejala Klinis yang sering dijumpai pada anak autis ( Sunartini, 2000):
1. Gangguan Fisik :
c. Insiden yang tinggi terhadap infeksi saluran nafas bagian atas, infeksi telinga,
sendawa yang berlebihan, kejang demam dan konstipasi
2. Gangguan Perilaku :
11
b. Gangguan komunikasi dan bahasa: kemampuan komunikasi dan bahasa sangat
lambat dan bahkan tidak ada sama sekali. Mengeluarkan gumaman kata-kata yang
tidak bermakna, suka membeo dan mengulang-ulang. Mereka tidak menunjukkan
atau memakai gerakan tubuhnya, tetapi menarik tangan orang tuanya untuk
dipergunakan mengambil objek yang dimaksud.
d. Gangguan emosi, perasaan dan afek: Rasa takut yang tiba-tiba muncul terhadap
objek yang tidak menakutkan. Seringkali timbul perubahan perasaan secara
tibatiba seperti tertawa tanpa sebab atau mendadak menangis.
e. Gangguan persepsi sensoris: seperti suka mencium atau menjilat benda, tidak
merasa sakit bila terluka atau terbentur dan sebagainya.
1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus
ada dua gejala sebagai berikut:
a. tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai: kontak mata
sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik yang kurang tertuju
a. Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tidak berkembang (tidak ada usaha
untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain selain bicara)
12
d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang bisa meniru
3. Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat dan
kegiatan. Sedikitnya harus ada satu dari gejala sbb:
a. Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan
berlebihlebihan
b. Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada
gunanya
D. Karakteristik autisme
13
Masalah atau gangguan di bidang komunikasi, dengan karakteristik yang
nampak pada anak autistic berupa perkembangan bahasa anak autistik
lambat atau sama sekali tidak ada (anak tampak seperti tuli, sulit berbicara,
atau pernah berbicara lalu kemudian hilang kemampuan bicara), kadang-
kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya, mengoceh tanpa arti
secara berulang-ulang, dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh
orang lain, bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi, senang meniru
atau membeo (echolalia). Bila senang meniru, dan dapat menghafal kata-
kata atau nyanyian yang didengar tanpa mengerti artinya.
Masalah atau gangguan di bidang interaksi sosial, dengan karakteristik
berupa anak autistic lebih suka menyendiri, anak tidak melakukan kontak
mata dengan orang lain atau menghindari tatapan muka atau mata dengan
orang lain, tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman, baik yang
sebaya maupun yang lebih tua dari umurnya, bila diajak bermain, anak
autistik itu tidak mau dan menjauh.
Masalah atau gangguan di bidang sensoris, dengan karakteristik berupa
anak autistik tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk, anak
autistik bila mendengar suara keras langsung menutup telinga, senang
mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda yang ada di sekitarnya
dan tidak peka terhadap rasa sakit atau takut.
Masalah atau gangguan di bidang pola bermain, dengan karakteristik
berupa anak autistik tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya, tidak
suka bermain dengan anak atau teman sebayanya, tidak memiliki
kreatifitas dan tidak memiliki imajinasi, tidak bermain sesuai fungsi
mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar-putar, dan senang
terhadap benda-benda yang berputar.
Masalah atau gangguan di bidang pola bermain, dengan karakteristik
berupa:Anak autistik dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif dan
berperilaku berkurangan, anak autistik memperlihatkan perilaku stimulasi
diri atau merangsang diri sendiri seperti bergoyang-goyang mengepakkan
tangan seperti burung. Anak autistik tidak suka kepada perubahan dan
anak autistik duduk benggong, dengan tatapan kosong.
14
Masalah atau gangguan di bidang emosi, dengan karakteristik berupa:
Anak autistik sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa
dan menangis tanpa alasan, dapat mengamuk, kadang agresif dan merusak
dan anak autistik kadang-kadang menyakiti dirinya sendiri.
Penyebab Autis yaitu Faktor genetika yang memegang peranan penting pada
terjadinya autis. Bayi kembar satu telur akan mengalami gangguan autis yang
mirip dengan saudara kembarnya. Faktor dari masa kehamilan, lingkungan juga
berpengaruh namun secara umum autis disebabkan gangguan susunan saraf yang
mempengaruhi pola komunikasi (verbal), interaksi dan perilaku anak autis.
F. Klasifikasi Autis
Menurut Cohen & Bolton (1994) dalam Hadrian J (2008), autism dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa bagian berdasarkan gejalanya. Klasifikasi ini
dapat diberikan melalui Childhood Autism Rating Scale (CARS). Skala ini
menilai derajat kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain, melakukan
imitasi, memberi respon emosi, penggunaan tubuh dan objek, adaptasi terhadap
perubahan, memberikan respon visual, pendengaran, pengecap, penciuman dan
sentuhan. Selain itu, Childhood Autism Rating Scale juga menilai derajat
kemampuan anak dalam perilaku takut/gelisah melakukan komunikasi verbal
dannon verbal, aktivitas, konsistensi respon intelektual serta penampilan
menyeluruh. Pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut :
a. Autis ringan Pada kondisi ini, anak autis masih menunjukkan adanya
kontak mata walaupun tidak berlangsung lama. Anak autis ini dapat memberikan
sedikit respon ketika dipanggil namanya, menunjukkan ekspresi-ekspresi muka,
dan dalam berkomunikasi secara dua arah meskipun terjadinya hanya sesekali.
Tindakan-tindakan yang dilakukan masih bisa dikendalikan dan dikontrol dengan
mudah. Karena biasanya perilaku ini dilakukan masih sesekali saja, sehingga
masih bisa dengan mudah untuk mengendalikannya.
15
b. Autis sedang Pada kondisi ini, anak autis masih menunjukkan sedikit kontak
mata, namun tidak memberikan respon ketika namanya dipanggil. Tindakan
agresif atau hiperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh, dan gangguan motorik yang
stereotipik cenderung agak sulit untuk dikendalikan tetapi masih bisa
dikendalikan.
c. Autis berat Anak autis yang berada pada kategori ini menunjukkan tindakan-
tindakan yang sangat tidak terkendali. Biasanya anak autis memukul-mukulkan
kepalanya ke tembok secara berulang-ulang dan terus-menerus tanpa henti. Ketika
orang tua berusaha mencegah, namun anak tidak memberikan respon dan tetap
melakukannya, bahkan dalam kondisi berada dipelukan orang tuanya, anak autis
tetap memukul-mukulkan kepalanya. Anak baru berhenti setelah merasa kelelahan
kemudian langsung tertidur. Kondisi yang lainnya yaitu, anak terus berlarian
didalam rumah sambil menabrakkan tubuhnya ke dinding tanpa henti hingga larut
malam, keringat sudah bercucuran di sekujur tubuhnya, anak terlihat sudah sangat
kelelahan dan tak berdaya. Tetapi masih terus berlari sambil menangis. Seperti
ingin berhenti, tapi tidak mampu karena semua diluar kontrolnya. Hingga
akhirnya anak terduduk dan tertidur kelelahan.
16
d. Anak “Giftred” Anak Giftred adalah anak dengan intelegensi yang mirip
dengan intelegensi yang super atau genius, namun memiliki gejala-gejala perilaku
yang mirip dengan autisme. Dengan intelegensi yang jauh diatas normal, perilaku
mereka seringkali terkesan aneh. Prasetyono (2008) berpendapat bahwa autis
merupakan gangguan perkembangan pervasive.
Menurut sejarah sempoa adalah alat hitung yang telah digunakan oleh bangsa
China dan Jepang sejak 2400 SM. Sempoa sederhana terbuat dari bahan alami
seperti kayu dan bambu dan juga bahan sintetis atau plastik. Menurut Edu
(2003:251) sempoa dapat dikenali sebagai alat hitung yang terdiri dari manik-
manik yang terbagi menjadi bagian atas dan manik bagian bawah. Sempoa ada
yang menyebutnya soroban dan abacus. Bentuk dari sempoa berupa kotak segi
empat yang dibagi menjadi dua bagian, atas dan bawah dengan manik-manik yang
bernilai lima pada bagian atas, dan manik-manik bernilai satu pada bagian bawah.
Setiap deret sempoa dalam satuan tiang memiliki nilai satuan dan semakin ke kiri
adalah puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya. Sempoa dapat untuk
memudahkan perhitungan tambah, kali, bagi, dan kurang.
Pemakaian sempoa dapat dilakukan untuk semua anak dan terutama untuk
berlatih operasi hitung dasar matematika penjumlahan dan pengurangan. Sempoa
atau soroban yang digunakan merupakan sistem desimal murni yang terdiri dari
dua baris manik-manik. Baris bagian atas terdiri dari satu baris manik-manik dan
baris bagian bawah terdiri dari empat baris manik-manik.
17
1. Ibu jari untuk menaikkan manik-manik bawah (manik bawah menuju ke bar)
2. Jari telunjuk untuk menurunkan manik atas dan manik bawah (manik atas
menuju ke bar dan manik bawah menjauh dari bar)
18
BAB III
PEMBAHASAN
Anak autis merupakan salah satu jenis kekhususan dari anak berkebutuhan
khusus. Anak autis seringkali menunjukkan sikap suka menyendiri; cuek terhadap
lingkungan sekitar; menghindari kontak sosial seperti kontak mata dan sentuhan;
bahkan terkadang takut dengan lingkungan. Anak autis melakukan kegiatan
sehari-harinya dan fokus pada dirinya sendiri. Prasetyono (2008; 11) berpendapat
bahwa “autis merupakan suatu kumpulan sindrom yang mengganggu syaraf”. Jika
syaraf pada anak terganggu, maka perkembangan anak juga akan terganggu. Hasil
diagnosa adanya gangguan perkembangan ini dapat diketahui dari gejala-gejala
atau perilaku yang tampak dan ditunjukkan dengan adanya penyimpangan
perkembangan. Prasetyo (2008; 11) menambahkan bahwa gejala mulai
ditunjukkan anak pada usia 18-36 bulan yang tiba-tiba menolak kehadiran orang
lain sehingga lebih cenderung menyendiri. Banyak ahli berpendapat bahwa anak
autis mengalami gangguan pada fungsi otaknya. Pendapat tersebut menyatakan
bahwa anak autis dapat dilihat saat anak berusia 18- 36 bulan, autis merupakan
kumpulan sindrom gangguan syaraf yang mengakibatkan perkembangan anak
lamban.
19
Karakteristik anak autis dapat dilihat dari interaksi sosial, komunikasi dan
bahasa. Anak autis yang menjadi objek penelitian menampakkan ciri-ciri sebagai
berikut : sering mengulang-ulang ucapan, tidak fokus bila diajak bicara, selalu
meletakkan benda ketempatnya kembali. subjek terbiasa hidup dengan rapih maka
subjek di sekolah pun selalu merapihkan barang-barang yang ada ketempat
semula, bila di dalam ruangan masih terdapat sesuatu yang tidak tepat seperti letak
tas dilantai seharusnya diatas lemari buku subjek tidak akan fokus belajar.
20
matematika dalam kurikulum. Diharapkan siswa dapat berpikir kritis dan rasioanl
dalam menghadapi tantangan dimasyarakat.
21
6) Sesuai dengan konsep pada matematika.
7) Dapat memperjelas konsep matematika dan buka sebaliknya
(mempersulit pemahaman matematika).
8) Peragaan itu agar menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir
abstrak bagi siswa.
9) Bila kita mengharapkan agar siswa itu aktif (sendiri atau berkelompok)
alat peraga itu dapat dimanipulasikan, yaitu dapat diraba, dipegang,
dipindahkan, dimainkan, dipasangkan, dicopot (diambil dari
susunannya)
10) Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah banyak.
Menurut Edu (2003: 1) sempoa dapat dikenali sebagai alat hitung yang terdiri
dari manik-manik yang terbagi menjadi bagian atas dan manik bagian bawah.
Sempoa ada yang menyebutnya soroban dan abacus. Bentuk dari sempoa berupa
kotak segi empat yang dibagi menjadi dua bagian, atas dan bawah dengan manik-
manik yang bernilai lima pada bagian atas, dan manik-manik bernilai satu pada
bagian bawah. Setiap deret sempoa dalam satuan tiang memiliki nilai satuan dan
semakin ke kiri adalah puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya. Sempoa dapat
untuk memudahkan perhitungan tambah, kali, bagi, dan kurang.
22
Sedangkan kekurangan dari media sempoa adalah waktu untuk perlakuan lebih
lama karena perlu mengajarkan bagian-bagian sempoa dan cara menggunakan
rumus untuk pemecahan masalah.
23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Autism spectrum disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan
saraf pada anak terutama dalam domain fungsi sosial, komunikasi, dan
perilaku. Gangguan-gangguan tersebut ditandai oleh adanya defisit persisten
dalam kemampuan komunikasi dan interaksi sosial, serta pola perilaku, minat,
dan aktivitas yang terbatas dan berulang. Gejala umumnya mulai muncul pada
usia 12-24 bulan. Istilah "spectrum" mengacu pada fakta bahwa beberapa
orang memiliki gejala ringan sementara yang lain memiliki gejala parah yang
menyebabkan disabilitas seumur hidup. Diperkirakan faktor genetik yang
memegang peran besar menyebabkan ASD. Pada kriteria diagnosis dalam
ICD 10 maupun DSM IV, gangguan ini disebut sebagai gangguan
perkembangan pervasif dan terdiri dari beberapa sindrom di dalamnya seperti
autisme pada masa kanak, autisme atipikal, sindrom Rett, gangguan
disintegrasi anak, sindrom Asperger, dan gangguan perkembangan pervasive
lainnya.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami. Kami menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata
sempurna, ke depannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang
tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
24
DAFTAR PUSTAKA
(Noor, 2000:5)
(Moetrasi, 2000:12)
( Sunartini, 2000)
Powers (1989)
Handojo (2008)
Prasetyono (2008)
Edu (2003:251)
Siswanto (2000: 6)
Ruseffendi (1980: 2)
Edu (2003: 1)
Siswanto (2002: 3)
25
Dina (2011: 66)
Nur Farra Diba dan Atie Ernawati. (2015). Autism Care Center dengan
Pendekatan Behaviour Architecture di Jakarta Timur. Faktor Exacta 6. No. 1. 24–
34.
Ramadhani Dewi Purwanti, Dona Dinda Pratiwi, dan Achi Rinaldi. (2016).
Pengaruh Pembelajaran Berbatuan Geogebra terhadap Pemahaman Konsep
Matematis ditinjau dari Gaya Kognitif. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika.
No. 1. 115–122.
26
[13.34, 30/4/2022] Humaydi: Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Runtukahu, T., & Kandou, S. (2014). Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
27
Soal
soal essay
1.seseorang anak yang mengalami gangguan komunikasi,
keterampilan sosial, kemampuan bermain, kognitif, dan adaptif
disebut?
2.sebutkan 3 jenis autisme!
3.sebutkan penyebab autisme!
4.sebutkan klasifikasi autisme!
5.sebutkan gejala pada anak autisme!
jawaban
1.Autisme
2.Menurut Faisal Y (2003) dalam Hidayat (2004), autism terdiri dari
tiga jenis : 1. Autisme persepsi Autisme persepsi merupakan autisme
yang timbul sebelum lahir dengan gejala adanya rangsangan dari luar
baik kecil maupun kuat yang dapat menimbulkan kecemasan.
2. Autisme reaktif Autisme reaktif ditunjukkan dengan gejala berupa
penderita membuat gerakan-gerakan tertentu yang berulang-ulang dan
kadang-kadang disertai kejang dan dapat diamati pada anak usia 6 10
7 tahun. Anak memiliki sifat rapuh dan mudah terpengaruh oleh dunia
luar.
3. Autisme yang timbul kemudian Jenis autisme ini diketahui setelah
anak agak besar dan akan mengalami kesulitan dalam mengubah
perilakunya kerena sudah melekat atau ditambah adanya pengalaman
yang baru.
3.Penyebab Autis yaitu Faktor genetika yang memegang peranan
penting pada terjadinya autis. Bayi kembar satu telur akan mengalami
gangguan autis yang mirip dengan saudara kembarnya. Faktor dari
masa kehamilan, lingkungan juga berpengaruh namun secara umum
autis disebabkan gangguan susunan saraf yang mempengaruhi pola
komunikasi (verbal), interaksi dan perilaku anak autis.
4.Autisme ringan,Autisme sedang, dan Autisme Berat
5.Gejala Klinis yang sering dijumpai pada anak autis ( Sunartini,
2000): 1. Gangguan Fisik :
a. Kegagalan lateralisasi karena kegagalan atau kelainan maturasi otak
sehingga terjadi dominasi serebral
28
b. Adanya kejadian dermatoglyphics yang abnormal
c. Insiden yang tinggi terhadap infeksi saluran nafas bagian atas,
infeksi telinga, sendawa yang berlebihan, kejang demam dan
konstipasi
2. Gangguan Perilaku :
a. Gangguan dalam interaksi sosial: anak tidak mampu berhubungan
secara normal baik dengan orang tua maupun orang lain. Anak tidak
bereaksi bila dipanggil, tidak suka atau menolak bila dipeluk atau
disayang. Anak lebih senang menyendiri dan tidak responsif terhadap
senyuman ataupun sentuhan.
b. Gangguan komunikasi dan bahasa: kemampuan komunikasi dan
bahasa sangat lambat dan bahkan tidak ada sama sekali. Mengeluarkan
gumaman kata-kata yang tidak bermakna, suka membeo dan
mengulang-ulang. Mereka tidak menunjukkan atau memakai gerakan
tubuhnya, tetapi menarik tangan orang tuanya untuk dipergunakan
mengambil objek yang dimaksud.
c. Gangguan perilaku motoris: terdapat gerakan yang stereotipik
seperti bertepuk tangan, duduk sambil mengayun-ayunkan badan
kedepan-kebelakang. Koordinasi motoris terganggu, kesulitan
mengubah rutinitas, terjadi hiperaktifitas atau justru sangat pasif,
agresif dan kadang mengamuk tanpa sebab.
d. Gangguan emosi, perasaan dan afek: Rasa takut yang tiba-tiba
muncul terhadap objek yang tidak menakutkan. Seringkali timbul
perubahan perasaan secara tibatiba seperti tertawa tanpa sebab atau
mendadak menangis.
e. Gangguan persepsi sensoris: seperti suka mencium atau menjilat
benda, tidak merasa sakit bila terluka atau terbentur dan sebagainya.
Pilihan ganda
1. Berikut ini merupakan ciri dari autisme , kecuali ?
A. Kesulitan komunikasi
B. Gangguan dalam berhubungan sosial
C. Gangguan perilaku
D. Perilaku yang Berulang
E. Anak terlambat bicara
Jawab E
29
2. Autisme infantile atau autisme masa kanak-kanak Tatalaksana
dalam pengenalan ciri-ciri anak autis diatas 5 tahun usia ini.
Perkembangan otak anak akan sangat melambat. Usia paling ideal
adalah 2-3 tahun, karena pada usia ini perkembangan otak anak berada
pada tahap paling cepat. klasifikasi anak dengan kebutuhan khusus
menurut?
A. Handojo (2008)
B. Hadrian J (2008)
C.Cohen & Bolton (1994)
D. Powers (1989)
E. Faisal Y (2003)
Jawaban : A
30
5. Gangguan pemusatan perhatian pada anak yang menderita
ADHD/ADD disebut dengan istilah...
A. Impulsivitas
B. Disorganisasi
C. Inattention
D. Hiperaktivitas
E. spasticity
Jawaban : C
31