Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN REKAYASA

IDE
MK. FILSAFAT
PENDIDIKAN
PRODI S1 PADP - FE

SKOR NILAI:

REKAYASA IDE
“PERMASALAHAN FILSAFAT ILMU”

NAMA MAHASISWA : FARAH DILLA


NIM : 7213144022
DOSEN PENGAMPU : WINARA, S.Pd., M.Pd
MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN


FAKULTAS EKONOMI – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2021
Abstrak :

Filsafat itu selalu bersifat “filsafat tentang” sesuatu yang tertentu karena
filsafat bertanya tentang seluruh kenyataan. Contohnya filsafat tentang
manusia, filsafat alam, filsafat kebudayaan, filsafat seni, filsafat agama,
filsafat bahasa, filsafat sejarah, filsafat hukum, filsafat pengetahuan dan
seterusnya. Tujuan penulisan tugas ini untuk mempelajari dan menganalisis
permasalahan yang ada pada filsafat ilmu. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penulisan TRI ini menggunakan metode pustaka yaitu data
yang dicantumkan dalam TRI ini menggunakan data atau informasi dari buku
terkait filsafat ilmu. Hasil dari analisis adalah bahwa permasalahan yang terjadi
dalam Filsafat Ilmu terbagi menjadi 4, yaitu Logika,Ontologi, Epistemologi dan
Aksiologi.

Kata Kunci: Filsafat Ilmu, Permasalahan Filsafat Ilmu

Abstrac:
Philosophy is always a "philosophy of" something specific because philosophy
asks about the whole reality. For example, philosophy of man, natural
philosophy, philosophy of culture, philosophy of art, philosophy of religion,
philosophy of language, philosophy of history, philosophy of law, philosophy of
knowledge and so on. The purpose of writing this assignment is to study and
analyze the problems that exist in the philosophy of science. The data
collection method used in writing this TRI uses the library method, namely the
data included in this TRI using data or information from books related to the
philosophy of science. The result of the analysis is that the problems that occur
in the Philosophy of Science are divided into 4, namely Logic, Ontology,
Epistemology and Axiology.

Keywords: Philosophy of Science, Philosophy of Science Problems

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide
mengenai “Filsafat Ilmu” ini. Saya juga berterima kasih kepada Dosen Pengampu
Pak Winara, S.Pd., M.Pd yang telah memberikan bimbingannya dalam
penyelesaian tugas rekayasa ide ini.

Saya menyadari bahwa tugas ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
sebab itu saya minta maaf dan harap memaklumi apabila terdapat penjelasan
dan hal-hal yang masih belum sempurna. Akhir kata saya ucapkan terima kasih
dan semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 21 November 2021

Farah Dilla

ii
DAFTAR ISI
Abstrak …………………………………………………………………………………………………………………..i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………….…………….ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………...…1


a. Rasionalisasi Pentingnya TRI ………………………………………………………………...…1
b. Tujuan TRI ……………………………………………………………………………….…………...…1
c. Manfaat TRI ………………………………………………………………………………………………1

BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN FILSAFAT ILMU ………………………............…2


a. Permasalahan Umum ………………………………………………………………………….…...2
b. Identifikasi Permasalahan Filsafat Ilmu ………………….……………………………….2

BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN ……………………………………………………………….………3


a. Pembahasan Kesalahan Berpikir Logika ……………………………………………………3
b. Pembahasan Permasalahan Dialektika Zeno …………………………………...….3
c. Pembahasan permasalahan Ontologi ……………………………………………………….4
d. Pembahasan Permasalahan Epistemologi ………………………………………………4
e. Pembahasan Permasalahan Sumber Pengetahuan …………………….…………….5
f. Pembahasan Permasalahan Aksiologi …………………………………………………….6

BAB IV PENUTUP …………………………………………………………………...……………………………8


a. Kesimpulan …………………………………………………………………………………………..…8
b. Rekomendasi ……………………………………………………………………………………….……8

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………………....9

iii

BAB I
PENDAHULUAN
a. Rasionalisasi Pentingnya TRI
Sering kali kita bingung memilih buku atau jurnal referensi untuk kita baca
dan pahami. Terkadang kita memilih satu jurnal, namun kurang memuaskan hati
kita. Misalna dari segi analisis bahasa, pembahasan tentang filsafat pendidikan.
Oleh karena itu, penulis membuat tugas rekayasa ini untuk mempermudah
pembaca dalam memilih buku atau jurnal referensi, terkhusus pada pokok
bahasa tentang filsafat pendidikan.

b. Tujuan Penulisan TRI


1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca mengenai
filsafat pendidikan.
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa dan
membandingkan serta memberikan kritik pada suatu buku atau jurnal
berdasarkan fakta yang ada.
3. Menguatkan pemahaman pembaca tentang filsafat pendidikan.

c. Manfaat TRI
Manfaat dibuatnya TRI adalah agar mempermudah mahasiswa dalam
mempelajari dan memahami isi buku atau jurnal, serta memperkuat ilmu
pengetahuan mahasiswa dalam mengkritisi sebuah jurnal.

1
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN FILSAFAT ILMU
a. Permasalahan Umum
Filsafat, bukan sekedar merupakan mata kuliah. Filsafat adalah suatu
tindakan, suatu aktivitas. Filsafat adalah aktivitas untuk berpikir secara
mendalam tentang pertanyaan-pertanyaan besar dalam hidup manusia (apa
tujuan hidup, apakah Tuhan ada, bagaimana menata organisasi dan masyarakat,
serta bagaimana hidup yang baik), dan mencoba menjawabnya secara rasional,
kritis, dan sistematis. Untuk catatan, filsafat sudah ada lebih dari 2000 tahun,
dan belum bisa (tidak akan pernah bisa) memberikan jawaban yang pasti dan
mutlak, karena filsafat tidak memberikan jawaban mutlak, melainkan
menawarkan alternatif cara berpikir.

Seseorang dengan belajar filsafat, akan mampu melihat masalah dari berbagai
sisi, berpikir kreatif, kritis, dan independen, mampu mengatur waktu dan diri,
serta mampu berpikir fleksibel di dalam menata hidup yang terus berubah.
Filsafat mengajak untuk memahami dan mempertanyakan ide-ide tentang
kehidupan, tentang nilai-nilai hidup, dan tentang pengalaman sebagai manusia.
Berbagai konsep yang akrab dengan kehidupan, seperti tentang kebenaran, akal
budi, dan keberadaan manusia, juga dibahas dengan kritis, rasional, serta
mendalam.

b. Identifikasi Permasalahan FILSAFAT ILMU


1. Logika, Ada cara-cara berpikir yang baik dan itu menjadi pedoman baginya
agar tidak berpikir secara gegabah, sembrono, semaunya, sampai pada
pikiran yang sesat. Cara inilah yang disediakan Logika.
2. Epistemologi, manusia bisa mengetahui sesuatu. Selanjutnya, dengan
berpikir,
3. Ontologi, merupakan kunci pemahaman atas sesuatu yang ada, sesuatu
yang mungkin adanya, dan sesuatu yang tidak ada.
4. Aksiologi, melakukan sesuatu penilaian atas apa yang kita pahami atau
memahami nilai dari apa yang kita pahami.

2
BAB III
SOLUSI DAN PEMBAHASAN
a. Kesalahan Berpikir Logika
Pertama, kita selalu menganggap apa yang kita pikir itu benar. Kedua, kita
selalu menganggap apa yang dipikir orang lain salah bila bertolak belakang
dengan pola pikir kita. Ini awal dari banyak kesalahan berpikir logika. Bahkan
filsuf sekaliber Bertrand Arthur William Russell (1872-1970) pun pernah
mengalami kesalahan ini. Oleh karena itu, hindarilah dua dasar pikiran yang
telah dikutipkan di atas. Sebab, apapun yang kita pikirkan, ucapkan, maupun
yang dinyatakan secara kukuh tetap memiliki kesalahan logis yang bersifat
internal (terkandung di dalamnya) atau internal logical fallacy.

Walaupun demikian, terlepas dari kasus kesalahan logis yang internal, dua
dasar pikiran di atas itu sendiri sebenarnya dapat kita sebut sebagai satu jenis
pola pikir baru yang berhasil dikenali dalam kajian logika. Adalah Charles
Sanders Peirce (1839-1914) yang pertama kali mengenalkan cara menganalisis
jenis pola pikir tersebut. Pola pikir ini bersifat “menduga” (speculation) dan
diberi nama dengan Abduktif.

b. Permasalahan Dialektika Zeno


Bila dilihat dari sejarahnya, Dialektika ini sebenarnya berasal dari kata
dialegestai (Yunani) yang berarti “percakapan”. Sehubungan dengan pikiran
Zeno, ada beberapa uraian menarik yang diberikan olehnya ketika ia sedang
berdialektika. Misalnya, saat ia mengajukan masalah pelik yang membingungkan
banyak orang. Berikut adalah salah satu contoh masalah yang dikemukakannya.

“Achilles tidak dapat memenangi lomba lari melawan kura-kura”

Membaca masalah di atas, mungkin kita akan sedikit heran, atau malah
bingung. Kok bisa ya filsuf mengemukakan masalah yang ganjil serupa ini? Ya,
saat Achilles dinyatakan tidak bisa menang melawan kura-kura dalam lomba lari,
mungkin ini seperti bualan.

Tetapi, kalau boleh disebut, ini bualan yang paling argumentatif. Sebagai
orang Yunani masa itu, Zeno tahu kalau Achilles adalah seorang pelari yang
handal. Bahkan, dalam mitologi Yunani, Achilles adalah seorang pahlawan pada
Perang Troya. Jadi, kalau Achilles harus bertarung lari dengan seekor kura-kura
yang sangat lambat, maka “sungguh mustahil sekali” kalau kura-kura bisa
menang.
3
Akan tetapi, di balik masalah yang Zeno kemukakan, sebenarnya ada suatu
persoalan pelik yang hanya bisa dipahami menggunakan pendekatan fisika
maupun matematika untuk mengatakan pandangan Zeno itu benar. Walalupun
demikian, ada syarat tertentu yang diandaikan oleh pernyataan ini. Syarat ini
tiada lain adalah kura-kura harus memulai lari lebih dahulu daripada Achilles.
Kenapa harus seperti itu? Syarat di atas dibutuhkan dalam memahami pernyataan
Zeno dari sisi fisika maupun matematika.

c. Pembahasan Permasalahan Ontologi


Ontologi merupakan ‘ilmu pengetahuan’ yang paling universal dan paling
menyeluruh. Penyelidikannya meliputi segala pertanyaan dan penelitian lainnya
yang lebih bersifat ‘bagian’. Ia merupakan konteks untuk semua konteks lainnya,
cakrawala yang merangkum semua cakrawala lainnya, pendirian yang meliputi
segala pendirian lainnya. Sebagai tugasnya memang ‘ontologi’ selalu mengajukan
pertanyaan tentang bagaimana proses ‘mengada’ ini muncul. Pertanyaannya
selalu berangkat dari situasi kongkrit. Dengan demikian ontologi menanyakan
sesuatu yang tidakserba tidak terkenal.

Andaikata memang sesuatu tidak terkenal maka mustahil pernah akan dapat
ditanyakan. Dalam ruang kerjanya ‘ontologi’ bergerak di antara dua kutub, yaitu
antara pengalaman akan kenyataan kongkrit dan prapengertian ‘mengada’ yang
paling umum. Dalam refleksi ontologis kedua kutub ini saling menjelaskan.
Pengalaman tentang kenyataan akan semakin disadari dieksplisitkan arti dan
hakikat ‘mengada’. Sebaliknya juga, pra-pemahaman tentang cakrawala
‘mengada’ akan semakin menyoroti pengalaman kongkrit dan membuatnya
terpahami sungguh-sungguh.

d. Pembahasan Permasalahan Epistemologi


Epistemologi dibagi menjadi dua masalah pokok, 1) masalah sumber ilmu dan
2) masalah benarnya ilmu. Masalah pengetahuan termasuk masalah kebenaran
juga menjadi salah satu masalah utama filsafat. Apakah hakekat pengetahuan
itu? Bagaimana kita (umat manusia) dapat memperoleh pengetahuan? Pandangan
epistemologis antara lain akan menjawab bahwa pengetahuan manusia diperoleh
lewat kerjasama antara subyek yang mengetahui dan obyek yang diketahui.
Pengetahuan manusia tidak mungkin ada tanpa salah satunya, sehingga
pengetahuan manusia selalu subyektif-obyektif atau obyektif-subyektif. Di sini
terjadi kemanunggalan antara subyek dan obyek.

4
Subyek dapat mengetahui obyeknya, karena dalam dirinya memiliki
kemampuan-kemampuan, khususnya kemampuan akali dan inderawinya.Para
filosof yang bermazhab empirisme dalam membuktikan tentang kelebih-dahuluan
epistemologi dari ontologi mengatakan bahwa epistemologilah yang yang lebih
dulu ada, karena dia membuktikan lewat sebuah analisa pengetahuan yang
sifatnya emperikal sementara filosof yang lain mengatakan bahwa ontologilah
yang lebih dulu ada, dua hal ini kemudian yang memetakan antara aliran
pemikiran yang bersifat materialistis dan aliran pemikiran yang bersifat
metafisika, pada umumnya tokoh-tokoh filosof dibarat seperti, John Look,
Thomas Hobbes, karl Marx dan David Home, mereka mengatakan bahwa
epitemologilah yang lebih dulu ada dari pada ontologi, namun ada pertanyaan
yang bisa diajukan kepada mereka:

1. Bagaimana caranya mereka bisa mengetahui sesuatu itu ada tanpa adanya
realitas.
2. Apakah keberadaan sesuatu itu karena kita memberikan konsepsi kepada
sesuatu itu, ataukah memang dia mempunyai keberadaan tanpa kita
memberikan penilaian bahwa dia itu mempunyai keberadaan.

Jawaban dari pertanyaan di atas akan memberikan gambaran kepada kita


bahwa apakah realitas itu ada tanpa kita memberikan penilaian keberadaan
terhadap keberadaannya. Mazhab berpikir empirisme mengatakan bahwa untuk
membuktikan sesuatu itu ada maka kita memerlukan pengetahuan atau
epistemologi sebagai sumber dari pengetahuan kita sehingga kita bisa
mengatakan dia ada atau tidak ada karena kita punya pengetahuan tentangnya,
namun pertanyaan kemudian yang diajukan kepada kaum emperik adalah dari
mana pengetahuan itu bisa ada kalau tidak ada realitas yang lebih dulu ada, ini
adalah menjadi problem dalam sebuah sains atau pengetahuan yang berdiri di
atas pijakan yang empirisme terutama yang dibangun di Eropa terutama pasca
Fransisco Bacon.

e. Pembahasan Permasalahan Sumber Pengetahuan


Pada dasarnya ada dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar, yakni dengan mendasarkan diri kepada rasio
(rasionalisme) dan mendasarkan diri kepada pengalaman/fakta/empiri
(empirisme). Dalam menyusun pengetahuannya, kaum rasionalis menggunakan
metode deduktif. Premis yang dipakai dalam penalarannya, didapatkan dari ide-
ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Ide-ide ini menurut
mereka bukanlah ciptaan pemikiran manusia. Prinsip itu sendiri jauh sudah ada
sebalum manusia memikirkannya. Akhirnya paham semacam ini kita kenal
sebagai paham Idealisme.
5
Bagi mereka, fungsi pikiran manusia itu hanyalah mengenai prinsipprinsip
tersebut, yang kemudian menjadi dasar pengetahuannya. Prinsip itu sendiri
sudah ada dan bersifat apriori, dan dapat diketahui oleh manusia lewat
kemampuan berpikir rasionalnya. Pengalaman/empiri tidaklah membuahkan
prinsip. Dan justru malah sebaliknya, hanya dengan mengetahui prinsip yang
didapatkan lewat penalaran rasional itulah, maka kita dapat mengerti kejadian-
kejadian yang berlaku dalam alam sekitar kita.

Secara singkat, dapat dikatakan bahwa ide-ide dalam kaum rasionalis ini
adalah bersifat apriori. dan pra-pengalaman yang didapatkan manusia melalui
penalaran rasional. Masalah utama yang timbul dari cara berpikir seperti ini
adalah mengenai “kriteria” untuk mengetahui akan kebenaran dari suatu ide
yang menurut seseorang adalah jelas dan dapat dipercaya. Ide yang satu bagi si
A mungkin bersifat jelas dan dapat dipercaya, namun hal itu belum tentu bagi si
B. Mungkin saja si B menyusun sistem pengetahuan yang sama sekali tidak sama
dengan sistem pengatahuan si A, karena si B menggunakan ide lain, yang
mungkin bagi si B memang merupakan prinsip yang jelas dan dapat dipercaya.

Jadi masalah utama yang dihadapi kaum rasionalis ini adalah “evaluasi” dari
kebenaran premis-premis yang dipakainya dalam penalaran deduktif. Sebab
premis-premis ini semuanya bersumber pada penalaran rasional yang bersifat
abstrak dan terhindar dari pengalaman (empiris), maka evaluasi semacam ini tak
dapat dilakukan. Oleh sebab itu, maka melalui penalaran rasional akan
didapatkan berbagai macam pengetahuan mengenai suatu obyek tertentu, tanpa
adanya suatu konsensus yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam hal ini,
maka pemikiran rasional itu cenderung untuk bersifat subyektif dan solipsistik
(hanya benar menurut kerangka pemikiran tertentu dalam benak orang yang
berpikir tersebut).

f. Pembahasan Permasalahan Aksiologi


ini menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu itu sendiri. Seperti suatu hal yang
sangat disesalkan oleh Albert Einsten, karena penemuannya tentang nuklir.
Ternyata manusia sebagai pengkonsumsi dari hasil temuan ilmu itu telah
menyimpang atau menyalahi aturan yang ada.

Padahal Einsten meneliti nuklir bukan karena dia ingin menggunakannya


sebagai bom dan membunuh jutaan manusia, tetapi sebaliknya yaitu untuk
kemaslahatan manusia sendiri. Tetapi manusia sendirilah sebagai pengguna yang
telah salah menggunakan hasil pikiran Einstein itu.

6
Dampak buruk perkembangan sains dan teknologi sering dijadikan legitimasi
bahwa ilmu pengetahuan atau sains tidak netral. Ada yang rancu di sini. Antara
sains dan dampak dari sains. Dampak dari sains (dan teknologi) sudah melibatkan
penggunanya (manusia) yang di luar lingkup kajian sains alami.
Dalam hal ini, sistem nilai bukan berpengaruh pada sains, tetapi pada perilaku
manusia penggunanya. Ilmu itu ibarat pisau. Netral. Tidak ada spesifikasi pisau
Islam, pisau Kristen, pisau kapitalis, pisau komunis, pisau tukang sayur atau
pisau tukang daging. Dampak pisau bisa negatif bila digunakan untuk merusak
atau membunuh. Tetapi bisa juga positif.

BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kenyataan yang tidak dapat disangkal adalah bahwa pendidikan dilakukan
kapan saja, di mana saja, dan merupakan suatu proses yang berpengaruh dalam
setiap sistem. Aktivitas pendidikan dilakukan oleh spesialis dalam berbagai
bidang pendidikan serta terungkap dalam sistem sosial apapun.
Dalam menghadapi hak dan tanggung jawab pengembangan ilmu, khususnya
ilmu pendidikan, berbagai kelompok dalam masyarakat demokratis di Indonesia
menampilkan gejala pragmentasi, primordialisme, dan kebingungan (confusion),
sehingga mewarnai sebagian masyarakat di tanah air, maupun institusi
pendidikan di dalamnya.
Ilmu pendidikan yang dibangun atas referensi jamak (multireferensial),
berakar dari antropologi, psikologi, sosiologi, dan filosofi. Ilmu pendidikan
merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia, seperti juga psikologi.
Berbeda dari psikologi yang sifat kajiannya lebih empiris, yakni melihat perilaku
dari kenyataan sebagaimana adanya.
Ilmu pendidikan lebih mengacu pada perilaku normatif (as it should be),
upaya normatif yang membawa manusia dari kondisi apa adanya kepada kondisi
bagaimana seharusnya. Kemana manusia mau dibawa melalui upaya pendidikan?
Jawabannya harus ditemukan melalui dan bermuara pada pemahaman tentang
hakikat manusia.

2. Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang dapat saya berikan dalam rekayas ide filsafat
pendidikan ini adalah tentang gambaran ciri pokok tentang permasalahan yang
sering diperbincangkan tentang filsafat ilmu.

8
DAFTAR PUSTAKA

Muhadjir, Noeng. (2001). Filsafat Ilmu. Yogjakarta: Rake Sarasin.


Suriasumantri, Jujun S. (1993). Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.

Verhak, C. et. Al. (1995). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Rakhmat, Cece. (2010). Membidik Filsafat Ilmu. Modul Kuliah Filsafat Ilmu SPS
UPI Bandung

Salam, Burhanuddin. (2000). Sejarah filsafat ilmu dan teknologi. Bandung:


Rineka Cipta.

Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM. (2007). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty

Anda mungkin juga menyukai