Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KELOMPOK

SPTK ISOLASI SOSIAL

DOSEN PENGAJAR

Ns.Nehru Nugroho,M.Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1 KELAS B

1. AHMAD ASRULLAH (P05120220046)


2. AZIZA INAYAH (P05120220050)
3. DINA PERMATA SARI (P05120220055)
4. KARISMA CINDY ROZA (P05120220062)
5. METI DESTARI (P05120220065)
6. NOVIA LESTARI LUBIS (P05120220068)
7. RAHAYU ANINDYA (P05120220072)
8. SUKMA WIJAYA (P05120220081)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIPLOMA III
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena


berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Makalah dengan judul “SPTK ISOLASI SOSIAL”.
Penyusunan Makalah ini penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan
baik materi maupun nasihat dari berbagai pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu,penulis
mengucapk-an terima kasih kepada : pihak yang membantu menyelsaikan tugas
makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun makalah
laporan ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi
penulisan maupun penyusunan dan metedologi. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat
berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga laporan yang telah penulis susun ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa prubahan positif terutama
bagi penulis sendiri dan mahasiswa lain

Bengkulu,5
februari 2022

penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

gangguan jiwa berupa perubahan pada psikomotor, kemauan, afek emosi


dan persepsi. Akibat dari gejala yang muncul, timbul masalah masalah
bagi klien meliputi, kurang perawatan diri, resiko menciderai diri dan
orang lain, menarik diri, dan harga diri rendah (Townsend, 1998).
Perkembangan jaman menurut kehidupan maniusia semakin modern,
begitu juga semakin bertambahnya stressor psikososial akibat budaya
masyarakat modern yang cenderung lebih sekuler, hal ini dapat
menyebabkan manusia semakin sulit menghadapi tekanan-tekanan hidup
yang datang. Kondisi kritis ini juga membaw dampak terhadap
peningkatan kualitas maupun kuantitas penyakit mental-emosional
manusia. Sebagai akibat maka akan timbul gangguan jiwa khususnya pada
ganggguan isolasi sosial: Menarik diri dalam tingkat ringan ataupun berat
yang memerlukan penanganan dirumah sakit baik dirumah sakit jiwa atau
diunit perawatan jiwa dirumah sakit umum(Nurjannah, 2005).
Menurut Dermawan dan Rusdi (2013), Isolasi sosial: Menarik diri adalah
keadaan dimana seseorang mengalami atau tidak mampu berintraksi
dengan orang lain disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak,tidak
diterima, kesepian dan tidak mampu menbina hubungan yang berarti
dengan orang lain.
Berdasarkan hasil pencatatan Rekam Medik (RM) Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta pada bulan Januari dan Februari 2015, ditemukan
masalah keperawatan pada klien rawat inap dan rawat jalan yaitu
Halusinasi mencapai 5.077klien, Risiko Prilaku Kekerasan 4.074 klien,
Defisit perawatan Diri 1.634 klien, Isolasi Sosial 1.617 klien, Harga Diri
Rendah 1.087 klien dan Waham 363 klien.
4 Data diatas tersebut didapatkan masalah isolasi sosial di Rumah Sakit
Jiwa daerah Surakarta menempati posisi ke empat dan perawat
bertanggung jawab dalam meningkatkan derajat kemampuan jiwa klien
seperti meningkatkan percaya diri klien dan mengajarkan untuk
berinteraksi dengan orang lain. Memberikan pengertian tentang kerugian
menyendiri dan keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain sehingga
diharapkan mampu terjadi peningkatan interaksi pada klien. Berdasarkan
hal tersebut saya selaku penulis tertarik untuk mengangkat masalah isolasi
sosial: Menarik diri menjadi masalah keperawatan utama dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah, dan sekaligus ingin mengetahui sejauh
mana dalam proses keperawata isolasi sosial tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu)


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS :
DO:
2. Diagnosa keperawatan
Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem
penbdukung yang tidak adequat.
3. Tujuan SP 1p:
a. Klien mampu membina hubungan saling percaya pada perawat.
b. Klien mampu mengenal penyebab menarik diri.
c. Klien mampu mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
d. Klien mampu berkenalan dengan orang lain.
e. Klien mampu memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya.
4. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Membantu klien mengenal penyebab menarik diri.
c. Membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
d. Mengajarkan klien berkenalan dengan orang lain.
e. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
hariannya
3. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN.

FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik.
Selamat pagi X. Masih ingat dengan saya ?. Bagus.
2. Evaluasi/ validasi
Bagaimana perasaan X saat ini ? Masih ingat nama saya, bagus. Sudah
diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan? Coba praktekkan lagi
sambil bersalaman dengan suster!
3. Kontrak
Topik :Nah sesuai dengan janji saya kemarin, saya akan mengajak X
mencoba berkenalan dengan teman saya perawat Y.
Tempat : Kita mau ngobrol dimana ? Diruangan ini lagi. Waktu : Kita
ngobrol mau berapa lama ? 15 menit cukup. FASE KERJA:
“Selamat pagi perawat Y, klien X ingin berkenalan dengan perawat Y.
baiklah X, X bisa berkenalan dengan perawat Y seperti yang kita
praktekkan
kemarin. (Klien mendemonstrasikan cara berkenalan dengan perawat Y:
memberi salam, menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan
seterusnya). Ada lagi yang ingin X tanyakan pada perawat Y, coba
tanyakan tentang keluarga perawat Y. kalau tidak ada lagi yang ingin
dibicarakan, X
bisa sudahi perkenalan ini. Lalu X bisa buat janji untuk bertemu lagi
dengan perawat Y, misalnya jam 1 siang nanti. Baiklah perawat Y, karena
X sudah selesai berkenalan, saya dan X akan kembali ke ruangan . selamat
pagi. (Bersama-sama klien dan perawat meninggalkan perawat Y untuk
melakukan terminasi di tempat lain)”.
FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.


a. Evaluasi subjektif.
Bagaimana perasaan X setelah berkenalan dengan perawat Y? X tampak
bagus sekali saat berkenalan tadi.
b. Evaluasi objektif
Pertahankan terus apa yang sudah X lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya
menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana mau coba
dipraktekkan dengan perawat lain?
2. Rencana tindak lanjut.
Mari kita masukkan pada jadwal harian X.
3. Kontrak yang akan datang
Topik: Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk mengajak X
berkenalan dengan pasien lain.
Tempat : Kita akan ngobrol dimana ? Bagaimana kalau ditaman? Waktu :
Kita akan bertemu besok, jam berapa ? Bagaimana kalau jam 9 setelah
makan pagi?

Waktu: Kita akan ketemu lagi jam berapa ? Bagaimana kalau jam 10? Mau
berapa menit? Baiklah, 15 menit ya.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Masalah : Isolasi sosial: Menarik diri Pertemuan : II (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien DS :
DO:
2. Diagnosa keperawatan Isolasi sosial: Menarik diri
3. Tujuan SP 2p:
a. Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain
seperti yang sudah diajarkan.
b. Klien mampu berinteraksi secara bertahap dengan orang pertama
(seorang perawat).
c. Klien mampu memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya
4. Tindakan keperawatan
a. Mengevaluasi dan memvalidasi cara klien berkenalan dengan
orang lain seperti yang sudah diajarkan.
b. Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap dengan orang
pertama (seorang perawat).
c. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
hariannya
4. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN
TINDAKAN

KEPERAWATAN. FASE ORIENTASI


1. Salam terapeutik.
Selamat pagi X.
2. Evaluasi/ validasi
Masih ingat nama saya?Bagaimana perasaan X setelah bercakap-cakap
dengan perawat Y kemarin? Bagus sekali, X menjadi senang karena punya
teman lagi.
3. Kontrak
Topik : Hari ini kita akan mengajak X mencoba berkenalan dengan pasien
lain yang ada di ruangan ini sesuai dengan janji kita kemarin.
Tempat : Kita mau ngobrol dimana ? Ditaman ya.
Waktu : Kita ngobrol mau berapa lama ? 15 menit cukup. FASE KERJA :
(Bersama-sama X, perawat mendekati pasien lain)
”Selamat pagi, ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. Baiklah X, X
sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah X lakukan
sebelumnya. (Klien mendemonstrasikan cara berkenalan: memberi salam,
menyebutkan nama, nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal
yang sama). Ada lagi yang X ingin tanyakan kepada W. Kalau tidak ada
lagi yang ingin dibicarakan, X bisa sudahi perkenalan ini. Lalu X bisa buat
janji untuk bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 3 sore nanti. (X
membuat janji untuk bertemu lagi dengan W). Baiklah W, karena X sudah
selesai berkenalan, saya dan X akan kembali keruangan X. Selamat pagi”.
(Bersama-sama klien, perawat meninggalkan W untuk melakukan
terminasi dengan X di tempat lain).
FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.

a. Evaluasi subjektif.
Bagaimana perasaan X setelah berkenalan dengan W.
b. Evaluasi objektif
Dibandingkan kemarin pagi, X tampak lebih baik saat berkenalan dengan
W tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan W jam 3 sore nanti.
2. Rencana tindak lanjut.
Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap
dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi X bisa
mempunyai banyak teman dengan berkenalan dengan orang lain.
3. Kontrak yang akan datang
Topik: Saya senang bisa ngobrol dengan X. Baiklah besok kita akan
ketemu lagi untuk membicarakan tentang pengalaman X.
Tempat : Kita akan ngobrol dimana ? Di tempat ini lagi ya.
Waktu : Enaknya jam berapa ? Sama seperti ini jam 9 setelah makan pagi.
Sampai jumpa.

CONTOH KASUS :
Setiap lansia pada akhirnya akan mengalami penurunan fungsi organ, Hal
ini timbul karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan
yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereakasi secara
emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan
bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga
kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu
kekhawatiran ini nampaknya tidak hanya menginfeksi para lansia, tetapi
juga mengepidemi pada anak yang mempunyai

orang tua yang lanjut usia. Hal ini rupanya mendorong untuk membawa ke
rumah sakit jiwa.
Delirium merupakan suatu keadaan mental yang abnormal, bukan suatu
penyakit; dengan sejumlah gejala yang menunjukkan penurunan fungsi
mental. Berbagai keadaan atau penyakit (mulai dari dehidrasi ringan
sampai keracunan obat atau infeksi yang bisa berakibat fatal), bisa
menyebabkan delirium. Keadaan
ini paling sering terjadi pada usia lanjut dan penderita yang otaknya telah
mengalami gangguan, termasuk orang yang sakit berat, orang yang
mengkonsumsi obat yang menyebabkan perubahan fikiran atau perilaku
dan
orang yang mengalami demensia. Delirium merupakan masalah umum dan
serius yang mempengaruhi bagian yang bermakna perawatan di rumah
sakit penderita lanjut usia. Penyebab delirium biasanya multifaktorial,
dengan banyak faktor pemicu yang potensial dapat dicegah. Semestinya
terdapat pencarian dan perbaikan yang agresif terhadap seluruh penyebab
potensial, termasuk infeksi
dan abnormalitas metabolik. Pengobatan semestinya ditinjau ulang
sepenuhnya dengan penghentian seluruh obat yang tidak diperlukan.
Terdapat keperluan yang lebih dititikberatkan pada pencegahan dan
deteksi awal delirium. Pegawai rumah sakit hendaklah waspada pada
pasien- pasien itu yang barangkali berkembang menjadi delirium, dan
sangat disarankan bahwa seluruh pasien mempunyai suatu pengkajian
kognitif yang menyeluruh
5. Dialog dengan Pasien Isolasi Sosial (Menarik Diri)

Contoh dialog sesuai Satuan Pelaksana pada pasien gangguan jiwa dengan
isolasi diri atau menarik diri :

Menarik Diri (Isolasi Sosial)

Prolog

Disebuah ruang arjuna terdapat terdapat pasien gangguan jiwa bernama


ibuk inayah. Pasien masuk rumah sakit jiwa karena pasien asyik dengan
pikirannya sendiri, tidak memiliki teman dekat, tidak adanya kontak mata, tampak
sedih, efek tumpul serta melakukan tindakan berulang yang tidak bermakna sama
sekali. Pasien juga merasa ditolak oleh keluarganya sendiri sehingga membuatnya
kesepian. Diagnosa keperawatan untuk pasien yaitu isolasi sosial.

SP 1 : Pasien membina hubungan saling percaya,membantu pasien mengenal


penyebab isolasisosial, membantu pasien mengenal keuntungan hubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan pasien
berkenalan.
Perawat : Ahmad Asrullah
Pasien : Azizah Inayah

Perawat : “Assallamualaikum wr,wb”


Pasien : (pasien hanya diam)
Perawat : “ selamat pagi ibu perkenalkan nama saya ahmad
asrullah, ibuk bisa panggil saya perawat ahmad saya yang bertugas pagi ini di
sini saya yang akan merawat ibu “
Pasien : “Ya”
Perawat : “nama ibu siapa? “Senang dipanggil apa?
Pasien : “inayah”
Perawat : “Apa keluhan ibuk aniyah hari ini
Pasien : “Tidak ada”
Perawat : “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman ibuk inayah ?
Pasien : (hanya mengangguk)
Perawat : “ Mau dimana kita bercakap-cakap buk ? “
Bagaimana kalau ruang tamu?
Pasien : “Ya”
Perawat : “Mau berapa lama, buk inayah ?Bagaimana kalau
15 menit. “
Pasien : “Ya”
Perawat : “ Apa yang ibuk inayah rasakan selama ibuk
dirawat disini ?”
Pasien : “Merasa sendiri”
Perawat : “O …. Ibuk inayah merasa sendirian, siapa saja
yang ibuk kenal diruangan ini. “Apa saja kegiatan yang biasa ibuk inayah
lakukan dengan teman yang ibuk kenal ? “
Pasien : “Tidak mengenal siapapun, tidak melakukan apa-
apa.” (tanpa ekspresi)
Perawat : “Apa yang menghambat dalam berkenal teman /
bercakap-cakap dengan pasien lain.”
Pasien : (diam)

Perawat : “ Menurut ibuk apa saja keuntungan kalau kita


mempunyai teman ?
Pasien : “Ada teman bercakap-cakap”
Perawat : “Wah benar, ada teman bercakap-cakap, apa lagi?”
(sampai pasien dapat menyebutkan beberapa )
Pasien : “Ada teman berbagi, ada teman untuk melakukan
aktivitas”
Perawat : “Nah kalau kerugiannya tidak mempunyai teman
apa iya buk ?”
Pasien : “Tidak punya teman bicara”
Perawat : “Ya terus apa lagi ?”
Perawat : “Kalau begitu inginkan ibuk inayah belajar bergaul
dengan orang lain.”
Pasien : “Ya.”
Perawat : “ Bagus, bagaimana sekarang kita belajar
berkenalan dengan orang lain “ Begini lo buk inayah untuk berkenalan dengan
orang lain kita sebutkan nama kita, nama panggilan yang kita sukai,asal kita,dan
hobbi.
“Contoh : Nama saya inayah , Senang dipanggil inayah , Asal dari bengkulu ,
Hobbi memasak, “selanjutnya ibuk inayah menayakan nama orang yang diajak
berkenalan.Contohnya Begini
“ Nama bapak siapa ? senang dipanggil apa ? asalnya dari mana ? Hobbinya apa
?
“ Ayo ibuk ina dicoba “ Misalnya saya belum kenal denggan ibuk ina coba
berkenalan dengan saya !!!
Pasien : “Nama saya inayah, Senang dipanggil ina, Asal dari
Bengkulu, Hobbi memasak. Nama bapak
siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana? Hobinya apa?.”
Perawat : “Ya bagus sekali “ coba sekali lagi”
Pasien : “Nama saya inayah, Senang dipanggil ina, Asal dari
Bengkulu, Hobbi memasak. Nama bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya
dari mana? Hobinya apa?.”
Perawat : “Bagus sekali. Setelah ibukinah berkenalan dengan orang
tersebut ibuk inayah bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang
menyenangkan ibuk bicarakan , Misalnya tentang cuaca, tentang hobi ,tentang
keluarga , pekerjaan dan sebaginya .”
Pasien : “Ya”
Perawat : “ Bagaimana Perasaan ibuk inayah setelah kita latihan
berkenalan ?”
Pasien : “Senang.”
Perawat : “ ibuk ina tadi sudah mempraktekan cara berkenalan
dengan baik sekali “ selanjutnya ibuk ina dapat mengingat-ingat apa yang kita
pelajar tadi selama saya tidak ada, sehingga ibuk ina lebih siap untuk berkenlan
dengan orang lain . mau praktekan kepasien lain?
Pasien : “Mau”
Perawat : “Mau jam berapa mencobanya?”
Pasien : “Jam 10”
Perawat : “Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya . “
besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak S berkenalan dengan
teman saya perawat H bagaimana apakah ibuk inayah mau kan ?”
Pasien : “Ya”
Perawat : “ Baik lah saya permisi yah buk . Assallamualikum
wr.wb.”
SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap
(berkenalan dengan orang pertama-seorang perawat-)
Perawat : sukma wijaya
Pasien : Kharisma cindy Roza

Perawat : "Selamat pagi, ibuk inayah!"


Pasien : “Pagi”
Perawat : "Bagaimana perasaan ibuk ina hari ini ?”
Pasien : “Baik”
Perawat : "Sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang
berkenalan? Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan suster!"
Pasien : “Nama saya inayah, Senang dipanggil ina, Asal dari
Bengkulu, Hobbi memasak. Nama bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya
dari mana? Hobinya apa?”
Perawat : "Bagus sekali, ibuk inayah masih ingat. Nah seperti janji
saya, saya akan mengajak ibuk ina mencoba berkenalan dengan perawat lain.
Tidak lama kok, sekitar 10 menit.
Pasien : “Ya”
Perawat : "Ayo kita temui perawat rahayu di sana."
Pasien : (berjalan mengikuti perawat Sukma)
Perawat : (Bersama-sama ibuk inayah anda mendekati perawat
rahayu)
"Selamat pagi ibu rahayu, ini pasien ibu inayah ingin berkenalan dengan
ibu.""Baiklah ibuk ina, ibukdapat berkenalan dengan ibu perawat rahayu seperti
yang kita praktikan kemarin."
Pasien : (Pasien mendemostrasikan cara berkenalan dengan
perawat rahayu: memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
Perawat : “Ada lagi yang ibuk ina ingin tanyakan kepada perawat
rahayu. Coba tanyakan tentang keluarga perawat rahayu
Pasien : “Keluarganya berapa?”
Perawat : “Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibuk bisa
sudahi perkenalan ini. Lalu ibuk bisa buat janji bertemu tadi dengan perawat ,
misalnya jam 1 siang hari.”
Pasien : “Saya sudah selesai bicara perawat rahayu. Apa nanti kita
bisa bertemu lagi jam 1 siang?”
Perawat :“Baiklah perawat rahayu, karena ibuk inayah sudah selesai
berkenalan, saya dan ibuk ina akan kembali ke ruangan murai Selamat pagi.”
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat rahayu untuk melakukan
terminasi dengan ibuk ianayah ditempat lain)
Pasien : (mengikuti perawat sukma)
Perawat : “Bagaimana perasaan ibuk inayah setelah berkenalan
dengan perawat rahayu .”
Pasien : “Senang”
Perawat : “ibuk ina tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
“Pertahankan terus apa yang sudah ibuk ina lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya
menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya.Bagaimana, mau coba dengan
perawat lain?”
Pasien : “Ya”
Perawat : “Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali
sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik
nanti ibuk ina coba sendiri.”
Pasien : “Ya”
Perawat : “Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10?
Sampai besok”
Sp 3 pasien : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan
orang kedua sebagai pasien)
Perawat : meti destari
Pasien : dina permata sari

Perawat : “Assalamualaikum ibuk inayah! Bagaimana perasaan hari


ini?”
Pasien : “Baik”
Perawat : “Apakah ibuk ina bercakap- cakap dengan perawat rahayu
kemarin siang?”
Pasien : “Ya”
Perawat : “Bagaimana perasaan ibuk ina setelah bercakap- cakap
dengan perawat rahayu kemarin siang?”
Pasien : “Senang”
Perawat : “Bagus sekali ibuk ina menjadi senang karena punya
teman lagi. Kalau begitu ibuk inayah ingin punya banyak teman lagi?
Pasien : “Ya”
Perawat : “ bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan
orang lain, yaitu pasien seperti biasa, bisa? 10 menit, mari kita temui dia”
Pasien : (mengikuti perawat )

Perawat : (bersama ibuk inayah saudara mendekati pasien)


“Selamat pagi ini ada pasien saya ingin berkenalan, baiklah ibuk inayah, ibuk
sekarang bisa kenalan dengannya seperti telah ibuk inayah lakukan sebelumnya
Pasien : (pasien berkenalan)
Perawat : “ ada lagi ibuk inayah yang ingin tanyakan pada pasien
zizah, kalau tidak ada lagi yang ingin ditanyakan ibuk ina bisa sudahi
perkenalan ini, lalu ibuk inayah bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu
lagi jam 4 sore nanti
Pasien : (ibuk ina membuat janji untuk bertemu kembali dengan
pasien azizah)”
Perawat : “ Baiklah ibuk ziza, karena ibuk sudah selesai
berkenalan, saya dan ibuk ina akan kembali keruang murai, selamat pagi...”
Pasien : (Mengikuti perawat meti )
Perawat : “ Bagaimana perasaan ibuk inayah setelah berkenalan
dengan pasien azizah, dibandingkan kemarin pagi dgn peraway rahayum tampak
lebih baik saat berkenalan dengan pasien zizah.
“Pertahankan apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali
dengan ibuk aziza jam 4 sore”
Pasien : “Ya”
Perawat : “Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan
bercakap dengan oranglain kita tambahkan ke jadwal harian”
Pasien : “Ya”
Perawat : “Jadi satu hari ibuk inayah dapat berbincang- bincang
dengan orang lain sebanyak 3 kali. Jam 10 pagi,
jam 1 siang, dan jam 8 malam. Ibuk inayah bisa bertemu dengan peraway
ayu dan tambah dengan pasien yang dikenal. Selanjutnya ibuk ianayah bisa
berkenalan dengan oranglain lagi secara bertahap. Bagaimana ibuk inayah?”
Pasien : “Ya”
Perawat : “Baiklah ibuk ina besok ketemu lagi untuk membicarakan
pengalaman ibuk ianayah pada jam yang sama. Sampai jumpa buk, saya permisi
dulu yah”
Pasien : “Tidak ada teman melakukan aktivitas”
Lampiran

Perawat ahmad dan pasien aziza

Perawat sukma dan pasien karisma

Perawat rahayu, perawat sukma dan pasien karisma


Perawat meti dan pasien dina

Perawat meti, pasien aziza dan pasien dina


BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:


Balitbang Kemenkes Ri

Anda mungkin juga menyukai