Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN

KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh:

Aroasih Tri Naimah

F 100 100 193

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN
KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh :
Aroasih Tri Naimah
F 100 100 193

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

ii
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN
KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU

Aroasih Tri Naimah


Lisnawati Ruhaena
Naimtriar17@gmail.com
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstraksi: Remaja dituntut untuk pandai dalam mengatur penggunaan waktu. Adanya
kepedulian terhadap penggunaan waktu dapat mengantarkan keberhasilan seseorang. Kedisiplinan
dalam penggunaan waktu adalah kemampuan menggunakan waktu dengan baik sehingga target yang
diinginkan bisa tercapai. Keberhasilan seorang anak dalam hal penggunaan waktu karena adanya
suatu arahan dari orang tua melalui pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis menjadikan anak
berperilaku lebih terkontrol, mampu mematuhi peraturan dan lebih memperhatikan kebutuhan sendiri.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis dengan
kedisiplinan dalam penggunaan waktu. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara
pola asuh demokratis dengan kedisiplinan dalam penggunaan waktu. Subjek penelitian adalah siswa
SMA Al Azhar 7 Solo Baru dan SMA Al Firdaus Surakarta dengan ciri-ciri remaja dengan rentang
usia 15-18 tahun, masih memiliki ayah dan ibu serta tinggal bersama. Jumlah subjek pada penelitian
ini berjumlah 90 siswa. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif. Analisis data
menggunakan teknik regresi linier sederhana. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan
positif antara pola asuh demokratis dengan kedisiplinan dalam penggunaan waktu dapat dilihat pada
nilai korelasi (r) sebesar 0,422 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). Hasil kategorisasi diketahui bahwa
variabel kedisiplinan dalam penggunaan waktu memiliki rerata empirik sebesar 87,11 dan rerata
hipotetik sebesar 77,5 yang berarti tergolong sedang. Variabel pola asuh demokratis memiliki rerata
empirik sebesar 38,14 dan rerata hipotetik sebesar 30 yang berarti tergolong tinggi. Sumbangan pola
asuh demokratis terhadap kedisiplinan dalam penggunaan waktu sebesar 17,8%, sisanya sebesar
82,2% dipengaruhi oleh faktor lain di luar pola asuh demokratis. Kesimpulan dari hasil penelitian
adalah ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan kedisiplinan dalam penggunaan
waktu.

Kata Kunci : pola asuh demokratis, kedisiplinan dalam penggunaan waktu

v
PENDAHULUAN Salah satu unsur kualitas dari
Remaja adalah generasi penerus sumber daya manusia adalah kedisiplinan
bangsa, penerus perjuangan demi (Astuti, 2004). Menurut Astuti remaja
kemajuan bangsa. Masa remaja adalah harus mampu memanfaatkan seluruh
masa perpindahan dari masa kanak-kanak waktunya dengan baik untuk hal-hal yang
menuju dewasa. Pada masa remaja banyak positif agar apa yang menjadi harapan
sekali permasalahan yang dihadapi oleh bisa tercapai.
remaja, salah satunya adalah masalah Akan tetapi pada kenyataannya
kedisiplinan yang merujuk pada masih banyak ditemui kasus-kasus
kedisiplinan dalam penggunaan waktu kurangnya pemanfaatan waktu dengan
(Sarwono, 2012). baik, seperti kasus-kasus yang ditemui di
Pada hakikatnya waktu adalah masyarakat dan penelitian sebelumnya
barang yang mahal, suatu hal yang yang melibatkan subjek remaja.
mampu mengantarkan seseorang menuju Seperti temuan Rideout,dkk
kesuksesan. Banyak semboyan yang (Santrock, 2012) yang menemukan kaum
berkaitan dengan waktu. Ada yang remaja di AS masih menghabiskan
mengatakan waktu adalah pedang. Waktu waktunya untuk kesenangan pribadi
adalah emas. Waktu adalah kunci seperti menggunakan waktu lebih dari 6
kesuksesan. Memang benar kesuksesan jam untuk sosial media, 3 jam untuk
berawal dari pemanfaatan waktu yang menonton televisi, dan hanya 50 menit
baik. Menggunakan waktu sesuai dengan untuk belajar. Ketidakdisiplinan yang
kebutuhan akan mengantarkan seseorang dilakukan remaja indonesia antara lain
pada keberhasilan. Penggunaan waktu terlambat masuk sekolah, membolos,
yang tepat sering diartikan sebagai terlambat pulang ke rumah, bermain di
disiplin dalam penggunaan waktu. luar kelas ketika guru terlambat masuk
Seseorang dikatakan bisa berdisiplin kelas, menghabiskan waktu di warnet
waktu manakala orang tersebut mampu untuk bermain game online maupun
memanfaatkan seluruh waktu dengan chatting dan menghabiskan waktu untuk
baik, memanfaatkan untuk hal-hal yang mengobrol dengan teman (Rahman,
positif dan sesuai dengan jadwal yang 2008). Hal ini mengindikasikan bahwa
telah dibuat. Sehingga hasilnya sesuai memang terjadi penurunan kedisiplinan di
dengan harapan-harapan yang diinginkan kalangan remaja khususnya kedisiplinan
dan tanpa ada sisa waktu terbuang sia-sia dalam penggunaan waktu. Berdasarkan
(Arianto, 2013). data di atas perlu kiranya dilakukan

1
2

sebuah penelitian mengenai faktor apa Ancok (2004) mendefinisikan


saja yang bisa mempengaruhi kedisiplinan kedisiplinan dalam penggunaan waktu
pada remaja. Dalam penelitian ini sebagai rencana atau jadwal seseorang
menyoroti dari pola asuh demokratis yang yang mampu dikerjakan dengan baik,
diterapkan oleh orang tua. sehingga semua rencana yang dibuat
Lysenko dkk (2013) diprioritaskan untuk dipenuhi targetnya.
mengelompokkan ketidakdisiplinan ke Perquin & Gufron (Nanik, 2007)
dalam perilaku antisosial. Hal tersebut mengaitkan kedisiplinan dalam
terjadi akibat pola asuh orang tua yang penggunaan waktu dengan belajar yaitu
salah. Sedangkan Cope dan Lorraine ketika seseorang mampu mengikuti
(2008) menyatakan bahwa munculnya seluruh proses belajar di sekolah secara
kedisiplinan karena ada latihan dan tepat waktu. Mampu berdisiplin
meniru perilaku orang lain. menggunakan jadwal belajar di rumah
Harriman (1995) menyatakan baik siang, malam maupun di hari libur.
bahwa disiplin merupakan cara Seorang siswa juga diharapkan mampu
pengendalian sosial dimana seorang membagi waktu antara belajar dan
individu melaksanakan wewenang atas membantu orang tua, agar waktu untuk
perintah orang lain. Feldman, dkk (2009) belajar tidak keteteran.
merumuskan kata disiplin sebagai metode Seorang anak yang mempunyai
pembentukan karakter serta pengajaran disiplin waktu yang tinggi mempunyai
kontrol diri dan perilaku yang dianggap ciri-ciri sebagai berikut: menggunakan
pantas. Melakukan hal yang baik untuk seluruh waktunya dengan baik untuk hal-
sosialisasi dengan tujuan mengembangkan hal yang positif; melakukan pekerjaan
disiplin diri. apapun dengan sungguh-sungguh dan
Kohlberg (Widodo, 2013) tidak membiarkan waktu luangnya
menyatakan bahwa kedisiplinan pada terbuang dengan sia-sia; mempunyai
hakikatnya tidak hanya merupakan suatu jadwal yang teratur untuk kegiatan sehari-
kepatuhan pada norma yang berasal dari hari yang akan dilakukan; Dapat
luar, melainkan kemampuan menggunakan waktu yang baik antara
mengendalikan diri yang didasarkan pada waktu untuk belajar dan membantu orang
keinginan untuk menciptakan keteraturan lain.
dan ketertiban di dalam kehidupan Aspek-aspek yang berpengaruh
pribadi. terhadap kedisiplinan dalam penggunaan
waktu adalah tanggung jawab, kontrol diri
3

(Tasmara, 1999). Kohlberg asuh yang memberikan kebebasan


(Widodo,2013) menambahkan mengenai terkontrol, bimbingan penuh pengertian,
taat dan patuh pada peraturan serta dapat keinginan dan pendapat anak
dipercaya. Faktor-faktor yang diperhatikan. Dengan demokratis anak
berpengaruh adalah pola asuh, peraturan, akan tumbuh tanggung jawab dan
fasilitas (Lestari, 2012). Feldman kepercayaan diri.
menambahkan mengenai reward dan Pola asuh demokratis adalah pola
punishment dan astuti (2004) asuh yang mendorong anak untuk mampu
menambahkan mengenai tipe kepribadian. mandiri, memberikan kebebasan yang
Anak-anak dalam kategori remaja terkontrol. Orang tua menunjukkan
masih berada di bawah tanggung jawab kehangatan dan kasih sayang (Santrock,
orang tua, sehingga dalam masalah 2004). Hurlock (2004) menekankan aspek
ketidakdisiplinan, orang tua akan pendidikan dalam membimbing anak
mendapat sorotan pertama sebagai salah sehingga orang tua lebih sering
satu penyebabnya (Astuti, 2004). memberikan pengertian, penjelasan, dan
Salah satu cara yang digunakan penalaran.
orang tua untuk menanamkan kedisiplinan Aspek-aspek yang berpengaruh
dalam penggunaan waktu adalah melalui terhadap pola asuh demokratis adalah
pola asuh demokratis. kasing sayang, kontrol orang tua,
Pola asuh demokratis yaitu pola komunikasi dan tuntutan kedewasaan
asuh yang mendorong anak agar mampu (Baumrind, 1991). Faktor-faktor yang
mandiri tetapi masih menetapkan batas- berperan adalah jenis kelamin orang tua,
batas dan pengendalian atas tindakan- ketegangan orang tua, pengaruh orang tua
tindakan anak. Kondisi orang tua dibesarkan, lingkungan tempat tinggal,
memungkinkan untuk melakukan sub kultur budaya dan status sosial
musyawarah verbal (tatap muka) dan ekonomi (Mussen, 1994).
orang tua menunjukkan kehangatan dan Apabila dilihat dari fenomena yang
kasih sayang kepada anak. Biasanya anak telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan
yang diasuh dengan pola asuh demokratis suatu permasalahan yaitu apakah pola
mempunyai kompetensi sosial yang asuh demokratis akan mempengaruhi
tinggi, percaya diri, dan bertanggung kedisiplinan dalam penggunaan waktu?.
jawab secara sosial (Santrock, 2002). Selanjutnya judul dari penelitian ini
Menurut Gunarsa & Gunarsa adalah “Hubungan Antara Pola Asuh
(1986), pola asuh demokratis adalah pola
4

Demokratis dengan Kedisiplinan Dalam dalam mendisiplinkan diri


Penggunaan Waktu”. apabila orang tua menerapkan
Tujuan dari penelitian ini adalah pola asuh demokratis
untuk : c. Guru Sekolah: bagi para guru
1. Mengetahui hubungan antara pola dapat menggunakan pendekatan
asuh demokratis dengan kedisiplinan demokratis dalam membimbing
dalam penggunaan waktu siswa-siswinya untuk mendorong
2. Mengetahui tingkat kedisiplinan terbentuknya kedisiplinan dalam
dalam penggunaan waktu penggunaan waktu.
3. Mengetahui tingkat pola asuh
demokratis METODE PENELITIAN
4. Mengetahui sumbangan efektif pola Variabel yang digunakan untuk
asuh demokratis terhadap kedisiplinan penelitian ini adalah variabel tergantung
dalam penggunaan waktu. (kedisiplinan dalam penggunaan waktu),
Dari tujuan yang diajukan diatas, variabel bebas (pola asuh demokratis).
maka diharapkan penelitian ini Subjek penelitian yang digunakan dalam
memberikan manfaat bagi: penelitian ini adalah siswa SMA Islam Al
1. Manfaat Teoritis Azhar 7 Solo Baru dengan jumlah 25
a. Penelitian ini diharapkan dapat siswa dan SMA Al Firdaus Surakarta
menambah wawasan dan dengan jumlah 65 siswa yang berasal dari
pengetahuan baru dalam bidang kelas X, XI, dan XII. Total subjek pada
psikologi perkembangan dan penelitian 90 siswa. Kriteria pemilihan
psikologi pendidikan subjek adalah remaja rentang usia 15-18
b. Penelitian ini diharapkan mampu tahun, masih memiliki ayah dan ibu serta
memberikan rujukan referensi tinggal bersama.
bagi peneliti selanjutnya Metode pengumpulan data pada
2. Manfaat Praktis penelitian ini menggunakan pendekatan
a. Orang tua: agar para orang tua kuantitatif dengan menggunakan dua
menerapkan pola asuh skala yaitu skala kedisiplinan dalam
demokratis pada anak sehingga penggunaan waktu dan skala pola asuh
anak mampu mengembangkan demokratis.
sikap disiplin a. Skala kedisiplinan dalam
b. Subjek Penelitian: dapat penggunaan waktu hasil
mengoptimalkan kemampuan modifikasi dari skala yang dibuat
5

Widiyanti (2012) dengan turunnya nilai pola asuh demokratis akan


modifikasi sebaran nomor aitem diikuti oleh turunnya nilai kedisiplinan
dan daftar pertanyaan agar lebih dalam penggunaan waktu. Sehingga
sesuai dengan kondisi penelitian. hipotesis yang diajukan diterima, yaitu
Skala ini mempunyai daya beda ada hubungan positif antara pola asuh
aitem berkisar antara 0,638-0,892, demokratis dengan kedisiplinan dalam
p<0,05, dan koefisien reliabilitas penggunaan waktu.
alat ukur sebesar 0,943. Perilaku yang dimunculkan
b. Skala Pola Asuh Demokratis seseorang merupakan kumpulan dari
hasil modifikasi dari skala yang pengalaman yang telah didapatnya. Sama
dibuat Widiasworo (2013) dengan halnya dengan perilaku kedisiplinan
modifikasi sebaran nomor aitem dalam penggunaan waktu, tidak terlepas
dan daftar pertanyaan agar lebih dari peran orang lain salah satunya adalah
sesuai dengan kondisi penelitian. orang tua. Hal tersebut sesuai dengan teori
Skala ini mempunyai daya beda kognitif sosial yang menyatakan bahwa
aitem antara 0,287-0,724 dengan seseorang belajar melalui pengamatan
p<0,05, koefisien reliabilitas terhadap orang lain atau modelling.
sebesar 0,892. Kemampuan kognitif seseorang mampu
Teknik analisis data yang untuk mengamati perilaku-perilaku yang
digunakan pada penelitian ini adalah diamati sehingga suatu saat perilaku yang
analisis regresi linier sederhana. diamati akan dimunculkan oleh pengamat
(Cervone dan Lawrence, 2012). Menurut
HASIL PENELITIAN DAN teori observational learning dari Bandura
PEMBAHASAN (Hill, 2011) suatu perilaku berubah
Berdasarkan hasil analisis regresi melalui situasi sosial dan interaksi sosial
diperoleh nilai koefisien korelasi r = dengan orang lain. Terbentuknya perilaku
0,422, sig 0,000 (p<0,05) yang didasarkan dari pengamatan, meniru atau
menyatakan bahwa ada hubungan positif mencontoh orang yang berada di
yang signifikan dan searah antara pola sekitarnya.
asuh demokratis dengan kedisiplinan Proses mengamati berlangsung
dalam penggunaan waktu. Artinya secara terus menerus baik yang di sadari
naiknya nilai pola asuh demokratis maka maupun yang tidak di sadari dan
akan diikuti oleh naiknya nilai pengamat mencoba berulang-ulang untuk
kedisiplinan dalam penggunaan waktu dan menghasilkan suatu perilaku yang lebih
6

baik dari sebelumnya. Hal ini sejalan dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari
dengan teori belajar asosiatif yang luar dan dalam diri individu. Dari luar
dikemukan oleh Pavlov yang menyatakan misalnya pola asuh, pengaruh teman
bahwa perilaku dapat dibentuk melalui sebaya dan aturan lingkungan individu
kondisioning atau kebiasaan. Lebih jauh, berada. Faktor dari dalam diri individu
Thorndike dalam memandang misalnya kemampuan mengendalikan diri
kemunculan perilaku pada seseorang (self control), dan kemampuan membuka
didasarkan pada tiga hukum yaitu hukum diri (self disclosure). Seorang individu
kesiapan, hukum latihan dan hukum efek yang memiliki pengendalian diri yang
(Hill,2011). baik dan memiliki keterbukaan diri akan
Secara sadar atau tidak sadar pola memiliki perilaku yang positif, terarah
asuh yang diterapkan orang tua terhadap dan sesuai aturan dalam hal apapun.
anak-anaknya akan turut menentukan Kedisiplinan dalam penggunaan
perilaku anak ketika di lingkungan luar waktu sering diartikan sebagai kepatuhan
rumah. Orang tua merupakan makhluk terhadap waktu, menggunakan seluruh
sosial pertama yang ditemui anak waktunya untuk kegiatan positif dan tidak
sehingga apa pun yang diajarkan orang membuang waktu secara sia-sia. Hal ini
tua pada anak akan turut menentukan sesuai dengan pendapatnya Semiawan
perilaku anak ketika berada di luar rumah. (2008) yang menyatakan bahwa disiplin
Salah satu penyebab munculnya perilaku waktu adalah kepatuhan terhadap waktu,
pada seseorang adalah bagaimana kebiasaan mengatur waktu dalam aktivitas
seseorang dididik atau diasuh berdasarkan sehari-hari.
pengalaman dalam keluarga dan Kedisiplinan dalam penggunaan
lingkungan sosial (Cervone dan waktu subjek tergolong sedang. Hal ini
Lawrence, 2012). bisa disimpulkan berdasarkan teori yang
Kategorisasi variabel kedisiplinan sudah dipaparkan sebelumnya bahwa
dalam penggunaan waktu menghasilkan subjek kurang memiliki kepatuhan
rerata empirik (RE) sebesar 87,11 dan terhadap apa yang menjadi tanggung
rerata hipotetik (RH) sebesar 77,5 yang jawab. Kurang memiliki perencanaan
berarti kedisiplinan dalam penggunaan untuk kegiatan yang akan dilakukan
waktu tergolong sedang. sehingga target yang ingin dicapai kurang
Hal ini sesuai dengan penelitian optimal. Belum menyadari manfaat dari
sebelumnya yang dilakukan oleh Widodo kedisiplinan dalam penggunaan waktu.
(2013), dalam mencapai kedisiplinan
7

Kategorisasi variabel pola asuh dengan waktu yang telah ditentukan. Hal
demokratis mempunyai rerata empirik ini sesuai dengan pendapatnya Berk
(RE) sebesar 38,14 dan rerata hipotetik (2012) orang tua yang memberikan kasih
(RH) sebesar 30 yang berarti pola asuh sayang cukup, pendekatan kepada anak
demokratis tergolong tinggi. hangat, bersedia melakukan diskusi
Hal ini menginformasikan bahwa dengan anak, bersikap tegas, mengawasi
orang tua mempunyai penerapan pola keberadaan dan aktivitas yang dilakukan
asuh yang tepat yaitu pola asuh anak menjadikan anak merasa dihargai
demokratis. Orang tua mengetahui dan dipedulikan. Anak mempunyai
dampak-dampak positif yang akan terjadi pemikiran yang terbuka terhadap aturan
pada anak ketika orang tua menerapkan yang ada dan memiliki pengelolaan diri
pola asuh demokratis salah satunya adalah tinggi.
anak mampu berdisiplin diri. Hal ini Hasil ini dikuatkan oleh penelitian
sesuai dengan pendapatnya Santrock sebelumnya yang dilakukan oleh Rahman
(2012) dan Gunarsa & Gunarsa (1986) (2008) pola asuh yang paling ideal untuk
yaitu seorang anak yang dibesarkan menerapkan kedisiplinan pada remaja
dengan pola asuh demokratis akan adalah pola asuh demokratis. Lingkungan
mempunyai kemampuan sosial yang terbaik untuk membentuk kepribadian
tinggi, percaya diri, dan bertanggung anak adalah lingkungan keluarga yang
jawab secara sosial. Santrock (2011) kondusif, terbuka dan demokratis.
menambahkan anak yang dididik dengan Sumbangan efektif pola asuh
pola asuh demokratis akan menunjukkan demokratis terhadap kedisiplinan dalam
sikap-sikap positif, salah satunya adalah penggunaan waktu sebesar 17,8%. Hal ini
mampu berdisiplin. dapat dilihat pada koefisien determinan
Orang tua demokratis akan sebesar 0,178. Artinya masih ada
mendorong anak-anaknya menuju 82,2% faktor lain yang mempengaruhi
perkembangan yang lebih baik, sesuai kedisiplinan dalam penggunaan waktu
tahap perkembangan dan kesadaran diri selain pola asuh demokratis diantaranya
pada anak lebih berkembang. Seseorang adalah peraturan, fasilitas, reward dan
yang mampu mengelola diri dengan baik punishment serta tipe kepribadian.
perilakunya akan berkembang ke arah Hal ini sesuai dengan pendapatnya
yang lebih positif dan terarah. Mampu Sanderi dkk (2013) yang menyatakan
bertanggung jawab penuh dan bahwa dalam meningkatkan kedisiplinan
mengerjakan sesuatu sesuai aturan, sesuai dalam penggunaan waktu pada remaja
8

selain dari pola asuh orang tua juga meningkatkan kedisiplinan dalam
tergantung pada lingkungan sekolah dan penggunaan waktu. Hal ini sesuai dengan
lingkungan masyarakat melalui peraturan pendapatnya Feldman, dkk (2009) yang
yang sudah ditetapkan serta fasilitas yang mendefinisikan Reward sebagai suatu
memadai. Peraturan diartikan sebagai imbalan yang diberikan pada anak.
suatu aturan, norma atau tata tertib yang Sedangkan punishment adalah suatu
dibuat oleh suatu kelompok untuk di taati hukuman yang diberikan pada anak ketika
bersama. Penerapan peraturan yang ada di anak tidak melakukan suatu perilaku yang
sekolah dan masyarakat membantu kita inginkan.
seseorang menyesuaikan diri dengan baik, Astuti (2004) menambahkan
bertanggung jawab, memiliki kepribadian mengenai tipe kepribadian lah yang akan
yang mantap serta berperilaku sesuai meningkatkan kedisiplinan dalam
dengan peraturan yang sudah ditetapkan. penggunaan waktu.
Fasilitas yang dimaksud adalah Penelitian ini masih jauh dari
segala bentuk sarana dan prasarana yang sempurna. Dalam penelitian ini terdapat
dibutuhkan seseorang untuk mendukung beberapa kelemahan diantaranya adalah
keberhasilan yang maksimal. Sebagai penelitian ini hanya memfokuskan pada
contoh lingkungan sekolah menyediakan lingkungan sekolah. Subjek yang
fasilitas bagi peserta didiknya agar peserta digunakan untuk penelitian hanya terdiri
didik memaksimalkan kedisiplinan dalam dari dua sekolah Islam. Orientasi kancah
penggunaan waktu. Mengajar dengan yang digunakan untuk penelitian kurang
berbagai macam metode dan media agar komprehensif, peneliti kurang memahami
peserta didik tidak bosan, sehingga secara benar mengenai karakteristik lokasi
mengurangi siswa yang membolos. Orang yang digunakan untuk penelitian,
tua di rumah menyediakan jaringan sehingga apa yang menjadi harapan
internet agar anaknya tidak pulang ke peneliti kurang terpenuhi. Artinya pada
rumah terlambat dengan alasan pergi ke tahap awal peneliti kurang mengadakan
warnet untuk mengerjakan tugas. Namun observasi untuk data awal guna
dengan fasilitas ini orang tua juga memahami karakteristik dari dua sekolah.
membutuhkan kontrol agar anak tidak Penelitian yang melibatkan lebih dari satu
terhipnotis dengan internet sehingga sekolah harus benar-benar dicari
waktu belajarnya tidak terabaikan. kesamaan karakteristiknya agar hasil
Penerapan reward dan punishment penelitian benar-benar bisa mewakili
di nilai sebagai suatu hal yang bisa keadaan subjek yang sebenarnya dan
9

tujuan penelitian bisa tercapai Hal ini 2. Subjek penelitian


meliputi karakteristik lokasi, keadaan Bagi subjek penelitian diharapkan
subjek dan fasilitas serta pengelolaan mampu meningkatkan kedisiplinan dalam
lokasi sekolah (Putra, 2011). penggunaan waktu dengan adanya kontrol
diri dan tanggung jawab yang tinggi dan
membiasakan kedisiplinan serta
PENUTUP menyadari pentingnya kedisiplinan dalam
Kesimpulan penggunaan waktu di masa yang akan
1. Ada hubungan positif antara pola datang
asuh demokratis dengan kedisiplinan 3. Pihak Sekolah
dalam penggunaan waktu Bagi pihak sekolah diharapkan bisa
2. Tingkat kedisiplinan dalam memberikan contoh kedisiplinan dalam
penggunaan waktu tergolong sedang penggunaan waktu pada peserta didik.
3. Tingkat pola asuh demokratis Salah satu contohnya adalah guru tidak
tergolong tinggi membiarkan siswa–siswinya bermain di
4. Sumbangan efektif pola asuh luar kelas ketika guru sudah ada di kelas
demokratis terhadap kedisiplinan dalam dan menerapkan peraturan yang mendidik
penggunaan waktu sebesar 17,8%. agar peserta didik bisa berdisiplin dalam
Artinya masih ada 82,2% faktor lain yang penggunaan waktu
berpengaruh terhadap kedisiplinan dalam 4. Peneliti selanjutnya
penggunaan waktu selain pola asuh Penelitian ini hanya memfokuskan
demokratis diantaranya adalah peraturan, pada lingkungan sekolah dan hanya di
fasilitas, reward dan punishment serta tipe lakukan di sekolah Islam, sehingga
kepribadian. diharapkan ada penelitian lanjutan di
lingkungan yang berbeda dan dengan
Saran – saran subjek yang lebih bervariasi. Sumbangan
1. Orang tua efektif dari pola asuh demokratis 17,8%,
Orang tau diharapkan mampu sehingga diharapkan ada penelitian
mempertahankan pola asuh demokratis lanjutan yang menggali kedisiplinan
dan diharapkan ada kerja sama dengan dalam penggunaan waktu selain pola asuh
pihak sekolah untuk meningkatkan demokratis.
kedisiplinan dalam penggunaan waktu
pada anak
10

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, D. (2004). Psikologi Terapan. Yogyakarta: Darussalam.

Arianto. (2013). “Jam karet: Sebuah Budaya Indonesia yang Perlu Dilestarikan?”
(online) (http://www.forumsains.com/sastra-dan-budaya/jam-karet-sebuah-
budaya-indonesia-yang-perlu-
dilestarikan!!/?nowap;PHPSESSID=9qgrpt6od2vtsrdop8kttn0go1,
diunduh tanggal 16 Juli 2013, jam 22.26 Wib).

Astuti, K. (2004). “Pola Asuh, Kepribadian, dan Disiplin Remaja”. 2 (2):3-11. Insight:
Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baumrind, D. (1991). The Influence of Parenting Style on Adolescence


Competence and Subtance Use. 11 (1): 556-95. The Journal of Early
Adolescence.

Berk, L. E. (2012). Development Life Span (Dari Prenatal Sampai Remaja, Transisi
Menjelang Dewasa). Penerjemah: Daryanto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cervone, D., Lawrence, A.P. (2012). Kepribadian (Teori dan Penelitian Edisi 1). Jakarta:
Salemba Humanika.

Cervone, D., Lawrence, A.P. (2012). Kepribadian (Teori dan Penelitian Edisi 2). Jakarta:
Salemba Humanika.

Cope, C and Lorraine S. (2008). “Improving Student Learning About a Harsh Discipline
and Conduct Problems”. 22 (1): 197–214. Sode : Social Development.

Feldman, Papalia & Olds. (2009). Human Development. Jakarta: Salemba Humanika.

Gunarsa & Gunarsa. (1986). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia.

Harriman, PL. (1995). Panduan untuk Memahami Istilah Psikologi. Jakarta: Restu
Agung.

Hill, N.F. (2011). Theories Of Learning (Teor-teori Pembelajaran Konsepsi, Komparasi


dan Signifikansi). Bandung: Nusa Media.

Hurlock, E.B. (2004). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Rahman, I.A. (2008). “Hubungan antara persepsi terhadap pola asuh demokratis ayah dan
ibu dengan perilaku disiplin remaja”. 11 (1): 69-82. Lentera Pendidikan.
11

Lysenko, Edward dan Sara. (2013). “Sex Differences in the Relationship between
Threshold Concept in the IS Discipline”. 1 (2): 349-364. Informing Science: the
International Journal of an Emerging Transdiscipline.

Putra, N. (2011). Research Development (Penelitian dan Pengembangan Suatu


Pengantar).

Sanderi, F., Marjohan., Indah, S. “Kepatuhan Siawa Terhadap Disiplin dan Upaya Guru
BK dalam Meningkatkannya Melalui Layanan Informasi”. 2 (2): 220-224.
Konselor: Jurnal Ilmiah Konseling.

Santrock, J.W. (2002). Life Span Development. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. (2012). Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup Edisi 13


Jilid 1). Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S.W. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Semiawan, C. (2008). Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta: PT Prenhalindo.

Tasmara, T. (1999). Dimensi Doa dan Dzikir Menyelami Samudra Qolbu Mengisi
Makna Hidup. Yogyakarta: PT. Dana Bakti Primarsa.

Widiasworo, T. (2013). “Perilaku Agresi Siswa Ditinjau dari Pola Asuh Demokratis pada
Orang Tua Tunggal (Single Parent)”. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Surakarta:
Fakultas Psikologi UMS.

Widiyanti, S. (2012). “ Pengaruh Motivasi Belajar dan Kedisiplinan Siswa Terhadap


Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS Di SMAN Manyaran Tahun
Ajaran 2010/2011”. Skripsi. Surakarta: FKIP UMS.

Widodo, B. (2013). “Perilaku Disiplin Siswa Ditinjau dari Aspek Pengendalian Diri (Self
Control) dan Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Pada Siswa SMK Wonoasri
Caruban Kabupaten Madiun”. 1(37): 140-151. Jurnal: Widya Warta

Anda mungkin juga menyukai