Disusun Oleh :
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan kasih-Nya
yang telah memberikan nikmat sehat dan kekuatan sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah
ini tanpa ada halangan yang berarti, guna memenuhi tugas Hukum bisnis.
Saya menyadari bahwa makalah ini tidak dapat sepenuhnya terselesaikan dengan baik tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan kali ini Saya ingin
menyampaikan terima kasih sebesar–besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun materi kepada Saya selama penyusunan makalah ini, semoga Tuhan
Yang Maha Esa meberikan ganjaran yang sesuai atas bantuan yang telah diberikan. Kemudian
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Syaharuddin Y, SE.,MM.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena masih banyak terdapat
kekurangan, namun sesungguhnnya tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan untuk makalah
selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………….. I
Daftar isi……………………………………………………………………II
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………….. 4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………. 4
BAB 2 ISI
Hukum Dagang Internasional
1. Hukum Dagang Romawi-Jerman ……….................................................5
2. Hukum Dagang Prancis…………………………………………………6
3. Hukum Dagang Belanda………………………………………………...7
4. Hukum Dagang Indonesia…………………………………………….....9
BAB 3 PENUTUPAN
A. Simpulan………………………………………………………….…….13
B. Saran……………………………………………………………………13
Daftar Pustaka…………………………………………………………....14
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia sebagai makhluk sosial selalu mengadakan hubungan atau dengan kata
lain melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Hubungan tersebut terjadi sejak
manusia dilahirkan sampai dia meninggal dunia. Secara kodrati timbulnya hubungan
antar manusia artinya makhluk hidup dalam hal ini yaitu sebagaimanusia dikodratkan
untuk selalu hidup bersama.Manusia dalam kedudukannya sebagai individu dan
makhluk sosial jugamempunyai kebebasan asasi. Kebebasan asasi yang dimiliki
manusia harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selainitu, pelaksanaan hak asasi di Indonesia lebih berfungsi sosial, artinya dalam
pelaksanaannya harus disesuaikan dengan kepentingan orang lain yang jugamempunyai
kebebasan asasi.
Banyak peraturan yang mengatur jenis-jenis persoalan masyarakat, salah satunya
adalah hukum dagang. Hukum dagang ini merupakan aturan untuk dapat membatasi
para pebisnis untuk melakukan hal yang tidak semena-mena. Dengan adanya sebuah
hukum dalam bisnis akan membuat para pebisnis dapat menghargai pebisnis yang lainya
secara tidak lansung.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Kapan hukum perdata dan hukum dagang dibentuk.
2. Buat apa hukum perdata dalam dagang.
C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui sejarah hukum perdata dan hukum dagang.
2. Untuk mengetahui fungsi hukum perdata dalam dagang.
BAB II
ISI
Hukum Romawi dianggap lebih sempurna karena sejak abad ke-1, ahli
hukum Yunani yaitu Gajus Ulpanus sudah menciptakan dan
mempersembahkan suatu sistem hukum kepada negara dan bangsanya,
bahkan pada abad ke-6, Kaisar Romawi Timur Justinian I dapat menyajikan
kodifikasi hukum Romawi dalam kitab yang dinamakan Corpus Juris Civils.
Anggapan hukum Romawi sempurna ini timbul atas hasil penelitian para
pencatat dan peneliti dalam abad pertengahan.
Namun pada akhir abad ke-18, dapat diterbitkan tiga buah ordonansi
mengenai hal-hal yang khusus dan diberi nama ordonansi daguesseau.
Ordonansi yang dimaksud adalah L’ordonance sur les donations (1731),
L’ordonance sur les testaments (1735), dan L’ordonance sur les substituions
fideicommisaires (`1747).
Setelah Kemper meninggal (1824), ketua panitia diganti oleh Nicolai dari
Belgia. Akibatnya kode hukum Belanda sebagian besar leih didasarkan pada
Code Napoleon dibandingkan hukum Belanda kuno. Namun demikian
susunannya tidak sama persis dengan Code Napoleon, melainkan lebih mirip
dengan susunan Institusiones dalam Corpus Juris Civils yang terdiri dari
empat buku. Dalam hukum dagang Belanda, Belanda tidak berdasar pada
hukum Perancis melainkan berdasar pada peraturan-peraturan dagang yang
dibuat sendiri yang kemudian menjadi himpunan hukum yang berlaku khusus
bagi para golongan pedagang. Sejarah perkembangan hukum dagang Belanda
ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan hukum dagang yang di Perancis
Selatan dan di Italia.
Metode kodifikasi dalam suatu sistem hukum yang terjadi adalah hukum
selalu tertinggal di belakang perkembangan masyarakat, karena banyak
masalah-maslaah yang tak mampu diselesaikan oleh kodifikasi hukum.
Kodifikasi tidak lagi dianggap sebagai suatu produk yang dapat mengatur
masyarakat secara keseluruhan dan secara sempurna, melainkan masih
tercipta kekosongan hukum yang berarti masih banyak hal-hal yang belum
diatur. Maka alam yang akan menyelesaikan masalah-masalah yang belum
diatur tersebut.
Kemudian pada abad yang ke-16 dan ke-17 sebagian besar kota di
Perancis mengadakan pengadilan-pengadilan istimewa khusus
menyelesaikan perkara-perkara di bidang perdagangan (pengadilan
pedagang). Hukum pedagang ini pada mulanya belum merupakan unifikasi
(berlakunya satu sistem hukum untuk seluruh daerah), karena berlakunya
masih bersifat kedaerahan. Tiap-tiap daerah mempunyai hukum pedagangan
sendiri-sendiri yang berlainan satu sama lainnya.
Kemudian disebabkan bertambah eratnya hubungan perdagangan antar
daerah, maka dirasakan perlu adanya kesatua hukum diantara hukum
pedagang ini. Oleh karena itu di Perancis pada abad ke 17 diadakanlah
kodifikasi dalam hukum pedagang; Menteri Keuangan dari Raja Louis XIV
(1643-1715) yaitu Colbert membuat suatu peraturan "Ordonance Du
Commerce" (1673). Dan pada tahun 1681 dibuat Ordonnance de la Marine.
[3] Peraturan ini mengatur hukum pedagang ini sebagai hukum untuk
golongan tertentu yakni kaum pedagang. Ordonance Du Commerce ini pada
tahun 1681 disusul degan peraturan lain yaitu "Ordonansi De La Marine"
yang mengatur hukum perdagangan laut (untuk pedagang-pedagang kota
pelabuhan).
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum dagang pada awalnya berasal dari Romawi kuno yang terus berkembang
didaerah eropa yaitu Prancis dan italia. Hukum dagang dibelanda bermula dari hukum
kebiasaan. Karena terjadi penjajahan oleh bangsa perancis, maka terjadilah percampuran
antara hukum kebiasaan (Hukum Belanda Kuno) itu dengan hukum Code Civil.
Pemerintah Belanda menginginkan adanya hukum dagang sendiri. dalam usul KUHD
Belanda dari Tahun 1819 direncanakan sebuah KUHD yang terdiri atas tiga kitab akan
tetapi di dalamnya tidak mengakui lagi pengadilan istimewa yang menyelesaikan
perkara-perkara yang timbul dibidang perdagangan hanya tetapi perkara-perkara dagang
diselesaikan di pengadilan biasa. Usul KUHD Belanda inilah yang kemudian disahkan
menjadi KUHD Belanda tahun 1838. Yang pada akhirnya, berdasarkan asas konkordasi,
maka KUHD Belanda 1838 ini kemudian dijadikan contoh bagi pembuatan KUHD di
Indonesia 1848. Dan berdasarkan asas Konkordansi pula, perubahan ini diadakan juga di
Indonesia pada tahun 1906. Lalu dengan asas konkordansi hukum dagang di Indonesia
di ganti dengan WvK, dan BW.
B. SARAN
Untuk saat ini, kita peran sebagai anak muda wajib untuk tetap dalam menjaga
kreatifitas dalam menjalankan rencana terutama pada bisnis dagang. Peraturan
kedepannya bakalan tetap berubah seiring dengan perkembangan zaman, oleh karena itu
kita anak muda harus dapat mempelajari keadaan dan memanfaatkan setiap keadaan
terutama untuk anak muda yang fokus mengembangkan dirinya dalam bisnis. Dari
sejarah yang kita baca, sangat banyak perubahan perubahan yang terjadi tetapi jiwa
bisnis dan jiwa berdagang harus tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/35476727/MAKALAH_HUKUM_DAGANG
https://www.academia.edu/8628994/SEJARAH_HUKUM_DAGANG
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaan di Indonesia, Rajawali Press, Jakarta,
2005