Anda di halaman 1dari 11

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN II

GAWAT DARURAT TRAUMA NON TRAUMA


PROGRAM STUDI NERS REGULER SEMESTER IV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.F DENGAN DX STEMI


INFERIOR DI RUANGAN ICCU RSUP Prof Dr RD Kandou Manado

Nama Mahasiswa: Trivena Debora


NIM: 7114-3011-9036

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI
BAB I PRE-INTERAKSI
A. KONSEP TEORI STEMI INFERIOR
B. LANDASAN TEORI
C. PATHWAY

KERJA, ASKEP
A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA
D. PERENCANAAN
E. PELAKSANAAN
F. EVALUASI

BAB II TERMINASI
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PRE-INTERAKSI
A. Konsep teori STEMI
Infark miokard akut dengan elevasi ST (ST elevation myocardial infarction =STEMI)
merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina
pektoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST dan IMA dengan elevasi ST. Infark miokard akut
dengan elevasi segmen ST (STEMI) umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun
secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat biasanya tidak
memacu STEMI karena berkembangnya banyak aliran kolateral sepanjang waktu. STEMI
terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskular, di mana
injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur,
ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga
terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkanoklusi arteri koroner. Penelitian
histologis menunjukkan plak koroner cenderung mengalami ruptur jika mempunyai fibrous
cap yang tipis dan inti kaya lipid (lipid rich core). Pada STEMI gambaran patologis klasik
terdiri dari fibrin rich red trombus, yang dipercaya menjadi dasar sehingga STEMI
memberikan respons terhadap terapi trombolitik.
B. LANDASAN TEORI
1. Pengertian SKA
Sindrom koroner akut merupakan masalah kardiovaskular utama dengan angka perawatan
rumah sakit dan angka kematian tinggi. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan elektrokardiogram (EKG), dan pemeriksaan penanda jantung, SKA dibagi
menjadi:
1. STEMI (ST segment Elevation Myocardial Infarction)
2. NSTEMI (Non-ST segment Elevation Myocardial Infarction)
Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI) akut merupakan indikator kejadian
oklusi total pembuluh darah arteri koroner oleh trombus. Beberapa penyebab lain yang
mendasari patofisiologi SKA adalah adanya plak tidak stabil dan ruptur plak.
2. Pengertian STEMI
STEMI adalah singkatan dari ST-elevation myocardial infarction. STEMI adalah salah
satu jenis serangan jantung yang sangat serius dimana salah satu arteri utama jantung (arteri
yang memasok oksigen dan darah yang kaya nutrisi ke otot jantung) mengalami
penyumbatan. Elevasi segmen ST adalah kelainan yang terdeteksi pada EKG 12-lead.
Kondisi ini merupakan keadaan darurat medis yang sangat mengancam jiwa dan biasanya
terkait dengan proses penyakit yang disebut dengan aterosklerosis. Jantung membutuhkan
pasokan oksigen dan nutrisinya sendiri, seperti halnya otot di dalam tubuh. Jantung memiliki
tiga arteri koroner dengan cabang - cabangnya yang berperan mengantarkan darah kaya
oksigen ke otot jantung. Jika salah satu dari arteri atau cabang ini tersumbat secara tiba-tiba,
sebagian dari jantung kekurangan oksigen, maka terjadilah suatu kondisi yang disebut
iskemia jantung.

3. Tanda dan Gejala STEMI

Tanda dan gejala STEMI antara lain:

 Keluhan klasik berupa nyeri atau ketidak nyamanan di dada kiri. Bisa menjalar ke lengan
kiri, punggung, rahang. Nyeri berlangsung 20 menit.
 Sesak napas
 Pusing
 Mual atau muntah
 Diaphoresis (keluar keringat berlebih) namun tidak berkaitan dengan suhu lingkungan
 Palpitasi atau detak jantung berdebar - debar

4. Penyebab dan Faktor Risiko STEMI

Penyebab STEMI kebanyakan adalah karena adanya sumbatan pada pembuluh


darah jantung atau lebih dikenal dengan sebutan atherosklerosis. Adanya plak pada pembuluh
darah jantung akan menghambat aliran darah yang melalui arteri koroner. Serangan jantung
juga bisa disebabkan karena adanya spasme pada arteri koroner dimana arteri ini mengalami
konstriksi temporer (sementara), meskipun hal ini jarang terjadi.

Beberapa faktor risiko terjadinya STEMI adalah:

 Perokok

 Memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi

 Memiliki riwayat keluarga mengalami penyakit jantung koroner atau stroke


 Kurang aktivitas fisik

 Memiliki riwayat penyakit diabetes melitus

 Memiliki berat badan berlebihan (overweight) ataupun obesitas


PATHWAY
FAKTOR RESIKO

ENDAPAN LIPOPROTEIN

ATERPSIDEROSIA, THROMBOSIS, KONTRAKSI ARTERI KORONARE

PENCURAHAN ALIRAN DARAH KEJANTUNG

KEKURANGAN OKSIGEN DAN NUTRISI

ISKEMIK PADA JARINGAN MIOKARD

NEKROSIS

SUPLAY DAN KEBUTUHAN OKSIGEN KEJANTUNG TIDAK SEIMBANG

SUPLAY OKSIGEN KE MIOKARD MENURUN

Rehabilitas Jantung

METABOLISME SELULER RESIKO


ANAEROB HIPOKSIA PENU
RUNAN
GAGGUAN KELEMAHAN NYERI KONTRAKTILITAS CURAH
PERTUKA TURUN JAN
RAN TIMBUNAN ASAM KECEMASAN TUNG
GAS LAKTAT MENINGKAT

INTOLERANSI
AKTIFITAS
A. Analisa Data
Tabel Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1 DS : Rehabilitas jantung
- Pasien mengeluh Lelah
DO : Metabolisme anaerob Intoleransi Aktifitas
- Kesadaran umum (D.0056)
sedang, kesadaran Kelemahan
complement sedang
TD: 102/70 mmHg Timbunan asam laktat
N: 83 x/m meningkat
Suhu : 36ºC
RR: 20 x/mnt Intoleransi Aktifitas
BB : 65 kg
TB : 155 cm

2 Pencurahan aliran darah Resiko penurunan


Ds : kejantung curah jantung
- Pasien mengatakan sesak (D.0011)
nafas kurang lebih 3hari Kekurangan oksigen dan nutrisi
SMRS
Do : Iskemik pada jaringan miokard
- Aktivitas pasien terbatas
karena nyeri pada dada Nekrosis
nya
Suplay dan kebutuhan oksigen
kejantung tidak seimbang
Suplay oksigen ke Miokard
menurun

Seluler hipoksia

Resiko penurunan curah jantung

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Intoleransi Aktivitas b.d Rehabilitas jantung
2. Resiko penurunan curah jantung b.d Terapi Oksigen
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi


Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas Rehabilitas Jantung
(D.0056) (L.05047) (I.02081)
1. Setelah dilakukan Tindakan
intervensi selama 3 x Observasi
24 jam, maka - Monitor tinfkat
toleransi aktivitas aktivitas
meningkat, dengan - Periksa
kriteria hasil: kontraindikasi
a. Frekuensi nadi - Lakukan skrining
meningkat ansietas dan
b. Kebutuhan depresi
dalam Terapeutik
berativitas - Fasilitas pasien
meningkat menjalani Latihan
c. Dispnea saat fase 1 (inpatient)
aktivitas - Fasilitas pasien
menurun. menjalani Latihan
d. Tekanaan fase 2 (outpatient)
darah - Fasilitas pasien
membaik menjalani Latihan
fase 3
(maintenance)
- Fasilitas pasien
menjalani Latihan
fase 4 (long term)

Resiko penurunan curah Curah Jantung (L.02008) Terapi Oksigen ( I.01026)


jantung (D.0011) Setelah dilakukan intervensi Tindakan
keperawatan selama 3 x 24 Observasi
jam, maka Penurunan Curah - Monitor
Jantung meningkat dengan kecepatan aliran
kriteria hasil : oksigen
1.Kekuatan nadi perifer - Monitor posisi
meningkat alat terapi oksigen
2.Palpitasi menurun secara periodic
3.Brakikardia menurun - Monitor tinagakat
4.Takikardia menurun kecemasan
5.Gambaran EKG aritmia Terapeutik
menurun - Pertahankan
6.tekanan darah membaik kepatenan jalan
nafas
- Siapkan dan atur
peralatan
pemberian
oksigen
Edukasi
- Ajarkan pasien
dan keluarga cara
menggunakan
oksigen dirumah
Kolaborasi
- Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
- Kolaborasi
penggunaan
oksien saat
aktivitas dan/atau
tidur

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal PUKUL IMPLEMENTASI EVALUASI


17/05/202 07.00 - Hand Over, dengan (KH) S: -
1 serah terima pasien dr O:
ruangan sebelum nya ke - Kesadaran
ICCU umum sedang
-Memberikan edukasi, - Kesadatan
08.00 dengan (KH) menjelaskan composmetis
kepada keluarga tentang A: masalah belum teratasi
penyakit yang di derita P: lanjut intervensi
pasien dan cara
penanganan nya
-Memantau TTV, dengan
12.00 (KH)
TD: 102/70
N: 83 x/m
Suhu : 36
RR: 20
BB : 65 kg
TB : 155 cm
21.00 -Menganjurkan pasien
untuk istirahat

19/05/202 07.00 -Mengontrol kesedaran S: -


1 umum, dengan (KH) O : KU: sedang, Kes comp:
kesadaran umum sedang sedang
-Mengatur posisi A : masalah belum teratasi
senyaman mungkin, P : lanjutkan intervensi
dengan (KH) mengatur
posisi tempat tidur pasien
dgn baik dan benar
-Menciptkan suasana
lingkungan yang aman dan
nyaman pada pasien,
dengan (KH) selalu
membersihkan sekitaran
bed pasien agar tetap
nyaman dan rapih

Anda mungkin juga menyukai