Anda di halaman 1dari 2

Tak Tinggal Diam, Ini Langkah RI Lawan

Gugatan Nikel Eropa


Anisatul Umah, CNBC Indonesia, 27 Maret 2021
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia menegaskan akan terus
memperjuangkan dan melakukan pembelaan terhadap gugatan Uni Eropa
atas larangan ekspor bijih nikel Indonesia ke Badan Penyelesaian Sengketa
Organisasi Perdagangan Dunia atau Dispute Settlement Body (DSB) World
Trade Organization (WTO).

Dalam paparan Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, ada lima langkah
yang dilakukan pemerintah.

Pertama, konsolidasi posisi pemerintah Indonesia untuk menghadapi


penanganan kasus DS 592 bersama dengan Kementerian Perdagangan
(Kemendag), Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Konsultan Hukum yang
dikoordinasi oleh Kemenko Maritim dan Investasi.

Kedua, pemerintah telah menunjuk Law Firm Baker McKenzie di Jenewa dan
Joseph Wira Koesnaidi (JWK) di Jakarta untuk mewakili pemerintah Indonesia
dalam menghadiri sidang Dispute Settlement Body (DSB) WTO dan
menyusun tanggapan atas gugatan Uni Eropa.

"Ketiga, penyusunan statement bersama dalam menanggapi pertanyaan


media dan publik terkait isu DS 592, sehingga seluruh pernyataan dari pejabat
pemerintah terkait sejalan dengan argumentasi Pembelaan Indonesia,"
ungkapnya dalam Rapat Kerja di Komisi VII DPR, Senin (22/03/2021).

Keempat, lanjutnya, Kementerian ESDM menyiapkan data atau informasi


yang relevan dan analisa seluruh aturan-aturan yang terkait untuk mendukung
proses penyelesaian sengketa di Dispute Settlement Body WTO.

Dan terakhir, Pemerintah Indonesia sedang menyiapkan tim tenaga ahli untuk
mendukung dan menyampaikan pembelaan di sidang.

Lebih lanjut dia mengatakan, alur penyelesaian sengketa dimulai dengan


konsultasi sejak 30-31 Januari 2020, lalu sejak awal 2021 dalam tahap
pembentukan panel dan panel terbentuk pada 22 Februari 2021 dan
penentuan jadwal (time table) pada 29 Maret 2021.

Lalu, pada April-Desember 2021 akan dilakukan pengujian oleh panelis. Pada
Januari 2022 diperkirakan baru dikeluarkan laporan interim, komentar
dan review, lalu laporan disirkulasikan kepada anggota pada April 2022.
Lalu pengajuan banding ke WTO maksimal 60 hari setelah sirkulasi atau
dilakukan sekitar Juni-September 2022. Lalu, keputusan sekitar Maret 2022-
Juni 2023.

"Saat ini masih dalam posisi pembentukan panel dan berdasarkan aturan
WTO, penyelesaian maksimal sembilan bulan tanpa banding atau 12 bulan
dengan banding," jelasnya.

Seperti diketahui, Uni Eropa telah menyampaikan permohonan kepada DSB


WTO untuk mengadakan agenda konsultasi dengan Indonesia pada 22
November 2019 terkait larangan dan pembatasan ekspor bijih nikel,
persyaratan pemurnian dan pengolahan dalam negeri, persyaratan
pemenuhan kebutuhan dalam negeri, persyaratan perizinan ekspor, dan
skema pemberian subsidi yang dilarang.

Arifin mengatakan, Uni Eropa secara resmi meminta pembentukan panel


pertama pada 25 Januari 2021 dan pembentukan panel kedua pada 22
Februari 2021 dengan hanya mencakup dua isu dari semula lima isu, yakni
pelarangan ekspor bijih nikel dan persyaratan pemrosesan dalam negeri
karena melanggar Pasal XI (1) dari GATT 1994.

"Indonesia telah menyusun dan mengajukan kriteria pemilihan panel pada 8


Maret 2021 dalam agenda Preference Meeting dan selanjutnya Indonesia
menunggu penetapan anggota panel oleh Sekretariat DSB WTO," ujarnya.

Tak Tinggal Diam, Ini Langkah RI Lawan Gugatan Nikel Eropa (cnbcindonesia.com)

Anda mungkin juga menyukai