BAB II
TEORI TENTANG DEWAN KEMAKMURAN MASJID, KEGIATAN
KEAGAMAAN DAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN REMAJA
16
ا(ا هاأمح )ا.ِإ َذ َذاَذْعْيُهْي ُه ُها َّرال ُه َذا ْيَذ ْع َذ ُها اْع َذ ْع ِإ َذ ا َذَذ ْع َذ ُه اَذ ُها ِإ اْع َذْعَذ ِإاا
Artinya: “Apabila kamu melihat orang berulang kali datang ke masjid maka
saksikanlah sesungguhnya ia adalah orang yang beriman.” (A. Kadir Yatim
Attamimy, 1983: 39)
2. Fungsi Dewan Kemakmuran Masjid
ا:اعلَذْعي ِإا َذ َذسلَّر َذا ا َذ َذاااس ُه ِإ:ع ا ِإآا ا َّراا ِإاا ِإ ا ااعْع ا َذ َذاا
اصلَّرىا اُه َذ واا ا َذ َذ ُه ْع َذ َذ َذ ُه َذ ُه َذ َذ ْع
اا ِإاِفا اْع َذ ْع ِإ ِإا ْيَذْعيُه ُها ِإ َّراْع ِإحا َذ َّرال ْعمحَذِإةا
اك ِّاتَذ ِإق ٍّ ا َذ تَذ َذك َّرف َذا اُهااِإ َذ ْع اك َذ َذت ُه ِإ
َذاْع َذ ْع ُه ا ْيَذْعي ُه
اا ْع َذو نِإ اِإاِإ َذَلا ْعْلَذ ِإَّرةا(ا ها اطرب ا)ا اصل ِإطاِإ َذَل ِإ
اعلَذىا ِّ َذ ْعْلَذَذو ِإز َذ
Artinya: Dari Abi Darda ra. beliau berkata: telah bersabda Rasulullah saw
“Masjid itu adalah rumah tiap orang yang bertaqwa. Allah akan menjamin
orang yang menjadikan masjid itu sebagai rumahnya dengan ketentraman,
rahmat dan selamat dalam menjalani shirotol Mustaqim menuju keridhoan
Allah (surga).” (Kadir Yatim Attamimy, 1983 : 38).
Keberadaan DKM sangat penting untuk mengelola masjid dengan baik.
Karena bukan hanya persolan bangunan fisik yang menjadi tangung jawab dari
sebuah DKM tetapi lebih dari itu. Yaitu bagaimana kiprah dari DKM dapat
membina masyarakat kearah yang lebih baik. Terutama para remaja. Karena
merekalah harapan bangsa, harapan masa depan Islam.
Ahmad Yani (2009 : 156) mengungkapkan beberapa sebab yang
membuat pengurus/DKM tidak menjalankan peranannya dengan baik,
diantaranya karena pertama, komitmen dan tanggung jawab pengurus yang
rendah. Kedua, ada pengurus yang tidak mengerti tentang bagainmana
18
Ada suatu hal yang penting yang harus diperhatikan dalam menyusun
struktur organisasi bagi sebuah manajemen masjid. Struktur orgaisasi sebuah
manajemen masjid tentunya sangat berbeda dengan sebuah manajemen
perusahaan atau lembaga lainnya. Hal ini dapat disusun pada waktu melakukan
planning (perencanaan) atau pada saat melaksanakan organizing
(pengorganisasian). Struktur organisasi bagi sebuah manajemen masjid tentu
saja harus berdasarkan dan atau sesuai dengan syari‟at Islam khususnya yang
berkaiatan dengan etika memakmurkan masjid (Eman Suherman, 2012: 35).
KETUA
PELINDUNG WAKIL KETUA BADAN
PEMBANTU UMMUM
Selain seksi-seksi yang sudah dijelaskan di atas ada juga seksi tentang
kewanitaan, dan seksi pemuda dan remaja masjid. Walaupun sebenarnya tentang
kewanitaan; pemuda dan remaja masjid sudah termasuk dalam uraian kerja
pengurus di seksi pendidikan dan dakwah di atas. Namun, Ahmad Yani (2009:
90) menjadikan kedua hal tersebut menjadi seksi-seksi tersendiri, dalam artian
agar lebih spesifik. Hal ini ditujukan agar masing-masing anggota kepengurusan
masjid dapat menjalankan tugasnya secara maksimal.
Adapaun uraian kerja dari seksi kewanitaan dan seksi pemuda dan remaja
masjid menurut Ahmad Yani (2009: 90) adalah sebagai berikut:
1) Seksi Kewanitaan
a) Bertanggung jawab terhadap konsep dan berlangsungnya aktivitas
masjid bagi jamaah wanita seperti pengajian ibu-ibu, pembinaan
ibu rumah tangga dan keluarga yang islami dan lain-lain.
b) Bertanggung jawab kepada ketua I.
2) Seksi Pemuda dan Remaja Masjid
a) Bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan remaja
masjid baik menyangkut struktur, pengkaderan maupun program
kegiatannya.
b) Bertanggung jawab kepada ketua I.
Pandangan ini di ungkap oleh Piaget (Elizabeth B. Hurlock, 1999: 206) yang
mengatakan bahwa secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat desa, usia di mana anak tidak lagi merasa di
bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan
yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat
(dewasa) mempunyai banyak efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa
puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi
intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk
mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya
merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
E.H. Erikson mengemukakan awal masa remaja berlangsung kira-kira
dari usia 13 tahun sampai 16/17 tahun dan akhir masa remaja dimulai usia 16/17
tahun sampai 21 tahun.
b. Karakter Remaja Usia 13-15 Tahun
Menurut Elvi Yuliani Rochmah, (2005: 186-189) ciri-ciri masa remaja awal
diantaranya sebagai berikut:
1) Status tidak menentu
Pada masa ini status anak remaja dalam masyarakat tidak dapat
ditentukan atau membingungkan. Pada suatu waktu dia diperlakukan
seperti anak-anak, akan tetapi bila ia berkelakuan seperti anak-anak tidak
diperkenankan oleh sekelompok masyarakatnya.
2) Emosional
Umumnya, pada remaja terjadi „strum und drang‟. Artinya, suatu
masa di mana terdapat ketegangan emosi yang dipertinggi yang
disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam keadaan fisik dan bekerjanya
kelenjar-kelenjar yang tejadi pada waktu ini.
3) Tidak stabil keadaannya
Karena mengalami ketegangan-ketegangan sebagaimana di atas,
maka remaja tidak stabil keadaannya. Kegembiraan tiba-tiba berganti
menjadi kesedihan, percaya diri berubah dengan rasa meragukan diri
sendiri, altruisme berganti menjadi egoisme, antusiasme secara tia-tiba
26
atau mungkin juga karena merasa takut dosa. Dalam hal ini reaja akan
merasa bahwa sembahyangnya atau membaca Kitab Suci dan kegiatan-
kegiatan agama lainnya dapat menurangkan kesedihan, ketakutan dan rasa
menyesalnya.
Jadi keyakinan remaja akan sifat-sifat Tuhan yang banyak itu
berubah-ubah sesuai dengan kondisi emosinya, dan ia mengalami keyakinan
yang mundur-maju. Kadang-kadang terasa sekali olehnya keyakinan kepada
Tuhan, terasa dekat dan seolah-olah dia berdialog langsung dengan Tuhan.
Tetapi kadang-kadang ia merasa jauh, tidak bisa memusatkan pikiran waktu
berdoa atau sembahyang (Zakiah Daradjat (2010: 97).
b. Pemahaman Keagamaan Remaja
Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan
responden mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang
diketahuinya (M. Ngalim Purwanto, 2012: 44). Bisa diartikan juga bahwa
pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan,
menterjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri serta
pengetahuan yang pernah diterima.
Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan
moral. Bahkan sebagaiman dijelaskan oleh Adams dan Gullotta dalam
(Desmita, 2010: 208), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga
membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat
menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan
untuk apa seseorang berada di dunia ini. Agama memberikan perlindungan
rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya
(Desmita, 2010: 208).
Dibandingkan dengan masa awal anak-anak misalnya, keyakinan
agama remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau
pada masa awal anak-anak, ketika mereka baru memiliki kemampuan
berpikir soimbolik. Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada di awan,
maka pada masa remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep
yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensinya. Perkembangan
30
a. Majelis Ta‟lim
Idealnya, majelis ta‟lim remaja tidak hanya berbentuk ceramah umum,
tapi lebih banyak dalam bentuk kelompok-kelompok kajin sesuai dengan
tingkat pemahaman dan kesadaran mereka terhadap ajaran Islam. Satu demi
satu, masalah-masalah keislaman dibahas dalam kelompok kajian ini. Dan
paling tidak, sebulan sekali diselenggarakan ceramah umum yang
merupakan gabungan dari kelompok-kelompok kajian itu, ditambah dengan
masyarakat umum yang merupakan jamaah masjid (Ahmad Yani, 2009:
127).
Pemberantasan buta huruf al-Qur‟an merupakan salah satu bagian
yang tidak boleh terlewatkan dalam majelis ta‟lim remaja masjid. Ini
dimaksudkan agar tidak ada lagi remaja masjid yang tidak memiliki
33
Masjid yang makna asalnya adalah tempat untuk bersujud, secara luas
mengandung pengertian sebagai suatu bagunan suci yang berlandaskan sebgai
suatu bangunan suci yang berlandaskan kepada sikap ketaqwaan dan berfungsi
sebagai pusat peribadatan. Tetapi pengertian ini pada dua dasa warsa terakhir,
semakin luas yaitu sebagai sarana untuk berkonsultasi antara sesama jamaah
masjid, baik dalam bentuk ibadah, muamalah, munakahah, siyasah maupun
upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan keagamaan. Fungsi
masjid dalam bentuk yang terakhir inilah dapat dikategorikan sebagai apa yang
disebut madrasah (Taqiyuddin M, 2008: 158).
اااااااااااااا
baik harus ditempuh dengan cara-cara yang baik pula (Ahmad Yani 2009:
41).
e. Madrasah Ilmu
Rasulullah saw. juga menjadikan masji sebgai tempat mengajar
ilmu yang telah diperolehnya dari Allah SWT berupa wahyu. Ini berarti,
masjid berfungsi sebagai madrasah yang di dalamnya kaum Muslimin
memperoleh ilmu pengetahuaan. Melalui ilmu, para sahaba juga terbina
karakternya menjadi orang-orang yang kuat ikatannya kepada Allah
SWT. Sehingga, dengan cepat para sahabat memperoleh ilmu dan
menyebarkannya kepada umat manusia (Ahmad Yani 2009: 45).
f. Tempat Berdakwah
Masjid amat bersar fungsinya dalam dakwah, baik dakwah yang
dilakukan oleh Rasulullah saw. kepada para sahabatnya, maupun antar
sahabat. Oleh karena itu, dakwah merupakan sesuatu yang amat mulia di
dalam Islam dan masjid menjadi sarana utamanya (Ahmad Yani 2009:47).
g. Pelaksanaan Kegiatan Ramadhan
Bulan suci Ramadhan selalu merupakan bulan yang istimewa. Pada
bulan suci ini, jamaah terdorong untuk mengikuti dan menghadiri
kegiatan yang dilangsungkan di masjid-masjid. Seluruh shaf masjid,
khususnya di hari-hari pertama Ramadhan, terisi penuh. Kesempatan
baik ini biasanya dimanfaatkan pengurus dengan menyelenggarakan
kuliah atau ceramah Ramadhan. Jamaah hadir untuk mendapatkan
siraman rohani, menambah amal, dan memperbaiki takwa (Mohammad E.
Ayub 2005: 96). Selain itu biasanya juga terdapat kultum/kulsub setelah
shalat subuh dan kegiatan pesantren kilat.