Anda di halaman 1dari 11

RESUME MANAJEMEN MASJID

Disusun untuk memenuhi Tugas Mandiri mata kuliah Manajemen Masjid


Dosen Pengampu : H. Amin Hamdani, S.Ag., M.Ag

Oleh

Mohammad Taqwa Waspada 1184030072


MD / 4 / B

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
A. Landasan/Dalil Manajemen Masjid
1. A. Ayat Alqur’an Tentang Manajemen
Istilah yang sepadan dengan kata manajemen adalah mengelola/mengatur. Dalam
bahasa Arab istilah manajemen sering disamakan dengan istilah “At-Tadbir” yang berasal
darai kata Dabbara – Yudabbiru – Tadbiran. Dalam Alquran ditemukan kata “yudabbiru”
dalam Qs. As-Sajdah ayat 5:
َ‫ض ثُ َّم يَ ْع ُر ُج إِلَ ْي ِه فِي يَوْ ٍم َكانَ ِم ْقدَا ُرهُ أَ ْلفَ َسنَ ٍة ِم َّما تَ ُع ُّدون‬
ِ ْ‫يُ َدبِّ ُر اأْل َ ْم َر ِمنَ ال َّس َما ِء ِإلَى اأْل َر‬
Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya
dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (As Sajdah: 5).
B. Ayat Al-Qur’an Tentang Masjid
Menurut M. Quraish Shihab kata masjid dalam berbagai bentuk terulang dalam Alquran
sebanyak 28 kali. Diantaranya:
Qs. Al-Baqarah (2): 114, 144, 149, 150, 187, 191, 196, 217,
Qs. Al-Maidah (5) : 2
Qs. Al-A’raf (7) : 29
Qs. Al-Anfal (8) : 34
Qs. At-Taubah (9) : 7, 17, 18, 19, 28, 107, 108
Qs. Al-Israa (17) : 1, 7
Qs. Al-Kahfi (18) : 21
Qs. Al-Hajj (40) : 25, 40
Qs. Al-fath (48): 25, 27
Qs. Al-Jin (72) : 18
2. Hadits Manajemen Masjid
Manajemen dalam kontek memakmurkan masjid menurut beberapa hadits, tahapannya
sebagai berikut:
1. Mendirikan/ membangun masjid
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ َ‫ص قَطَا ٍة أَ ْو أ‬
‫ص َغ َر بَنَى هللاُ لَهُ بَ ْيتا ً فِي ا ْل َجنَّ ِة‬ ِ ‫س ِجداً َولَ ْو َك َم ْف َح‬
ْ ‫) َمنْ بَنَى ِهللِ َم‬
“Barangsiapa membangun sebuah masjid karena/untuk Allah walau seukuran sarang
(kandang) burung atau lebih kecil dari itu, maka Allah akan membangunkan untuknya
rumah di dalam syurga.” (HR. Ibnu Majah dan al-Baihaqi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-
Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 6128).
Manajemen dalam kontek memakmurkan masjid menurut beberapa hadits, tahapannya
sebagai berikut:
2. Memelihara Masjid
Hal itu telah diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana
diceritakan oleh ‘Aisyah ra:
«)124 /1( ‫اج ِد فِي الدُّو ِر َوأَنْ تُنَظَّفَ َوتُطَيَّ َب» سنن أبي داود‬
ِ ‫س‬َ ‫سلَّ َم بِبِنَا ِء ا ْل َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫أَ َم َر َر‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬
__________
[‫ ]حكم األلباني‬: ‫صحيح‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk membangun masjid-masjid
di perkampungan-perkampungan, (lalu) dibersihkan dan diberi wewangian.”
B. MANAJEMEN MASJID MENURUT STANDAR Keputusan Direktur Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam nomor DJ.II/802 tahun 2014:
 Standar Idarah ( pengelolaan organisasi)
 Standar Imarah (memakmurkan )
 Standar Ri'ayah (pemeliharaan)

A. Prinsip Dasar Perencanaan


a. Menentukan tujuan, yaitu sasaran spesifk dan terukur yang akan dicapai pada waktu
yang akan datang.
b. Menetapkan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu dengan menganalisa faktor
terkait.
c. Waktu yang diperlukan untuk mewujudkan, apakah dalam jangka panjang atau
pendek.
d. Pengaturan pelaksanakan, yaitu bagaimana cara melaksanakan perencanaan tersebut.

Prinsip-prinsip Perencanaan:
1. Kontinuitas
2. Berdasarkan Fakta Hari ini dan Perkiraan Situasi di Masa yang akan Datang.
3. Futuristik
4. Fleksibilitas
5. Realistis

Prinsip-prinsip Pelaksanaan Manajeman Masjid


a. Prinsip mengarah pada tujuan
b. Prinsip keharmonisan dengan tujuan
c. Prinsip kesatuan komando
a. Prinsip pertama, Mengarah Kepada Tujuan
Tujuan utama dalam menajemen masjid telah ditentukan secara terukur dan
spesifik dalam perencanaan.
b. Prinsip kedua, Prinsip Keharmonisan dengan Tujuan
Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak
mungkin sama dengan tujuan lembaga. Mereka mengkehendaki demikian, tetapi tidak
boleh terjadi penyimpangan yang terlalu besar dan kebutuhan mereka dapat dijadikan
sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan lembaga.
c. Prinsip Kesatuan Komando
Prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan
dan tangggung jawab para bawahan.

C. Prinsip Dasar Pengelolaan Masjid:


Dalam pengelolaan Masjid, setidaknya ada empat prinsip dasar sebagai acuan,
diantaranya:
1. Membina dan memelihara masjid sesuai dengan tuntunan dan ajaran Islam. 
2. Memelihara dan mempertahankan kehormatan masjid sebagai lambang kesatuan
umat. 
3. Membina dan memelihara silaturahmi sesama jamaah masjid dan masyarakat
sekitarnya. 
4. Mengoptimalkan fungsi masjid sebagai pusat dakwah dan syiar Islam yang
menimbulkan simpati, kedamaian dan ketenteraman bagi lingkungan sekitarnya.

D. Prinsip Dasar Pengelolaan Masjid:

Dalam term pengorganisasian (organizing), prinsip di bawah ini sangat


penting di tegakkan:

1. Prinsip Spesialisasi Kerja: Penentuan Staf harus berdasar pada aspek kualifikasi
dan keterampilan yang dimiliki.
2. Prinsip Otoritas dan Wewenang: Pemberian otoritas dan wewenang kepada staf
akan membuat mereka kreatif dan maksimal dalam bekerja.
3. Rantai Komando: Sangat penting memberikan penjelasan kepada bawahan
mengenai rantai koordinasi dan pelaporan
Fungsi Masjid Sebagai Pusat Dakwah Islam :
1.) Fungsi Spiritual
Masjid dapat mengantarkan seseorang pada kehebatan spiritual. Tahapan
pembentukan spiritual antara lain:
1. Shalat, shalat yang dilakukan setiap hari, baik yang wajib maupun yang sunnat dapat
membentuk seseorang pada kekuatan spiritual.
2. Tilawah Qur’an
3. Dzikir /wirid
4. Shaum
5. Shadaqah

2.) Fungsi Sosial


Masjid dapat dijadikan sebagai fungsi sosial:
1. Berinteraksi satu sama lain saat melaksanankan kegiatan berjamaah (shalat, tilawah,
kajian, phbi, dll)
2. Bekerjasama dalam pembangunan dan pemeliharaan masjid
3. Gotong royong mengerjakan kegiatan
4. Penyelesaian konflik saat terjadi pertikaian

3.) Fungsi Pendidikan


Fungsi Masjid sebagai pusat pendidikan :
- Pada zaman Nabi Saw.
- Pada zaman Dinasti Abasiyah
- Pada tahap selanjutnya, kegiatan pendidikan mulai beralih dari masjid ke
madrasah/sekolah.
- Pada zaman sekarang masjid hanya sebagai tempat kajian ilmu keislaman saja atau
biasa kita menyebutnya ta’lim atau kajian.

4.) Fungsi Budaya


Masjid Sebagai pusat budaya, menurut Sekretaris Dewan Masjid Indonesia
(Daruquthi), artinya masjid bisa menjadi tempat memberdayakan umat dalam hal apa
pun. Menurut dia, ada tiga hal yang perlu dilakukan agar masjid menjadi pusat budaya
dan ilmu pengetahuan.
1. Setiap pengurus masjid harus mengetahui visi masjid sebenarnya, yakni visi
kemakmuran.
2. Jamaah masjid perlu diperkuat agar peran pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan.
Apabila hal ini terjadi maka masjid bisa berkembang dalam segala hal. Misalnya,
mengalami perbaikan dan perkembangan dari segi bangunan, terbentuknya pusat
kesehatan dan konsultasi, dan sebagainya.
3. Masjid harus dilengkapi instrumen seperti internet."
Agar masjid bisa mencapai hal dan peran tersebut, Daruquthi berharap ada kerja sama
lintas sektor, yakni antara ormas Islam, pemerintah, dan umat.
Dari masjid-masjid yang ada sampai saat ini, kebanyakan masjid hanya berfungsi dalam 3 hal
saha :
1. Masjid berfungsi sebagai pusat ritual (ibadah dan zikir)
2. Masjid berfungsi sebagai tempat ta’lim /kajian ilmu keislaman yang terbatas tema dan
jama’ahnya.
3. Masjid sebagai tempat interaksi sosial sesama jama’ah yang suka ke masjid.

Unsur-Unsur Manajemen Masjid :


1. Manajemen Pengelola Masjid
2. Manajemen Jama’ah Masjid
3. Manajemen Kegiatan Masjid
1. Manajemen Pengelola Masjid
Pengelolaan adalah seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan
pecapaian tujuan.
Dalam manajemen pengelolaan masjid, setidaknya ada 3 bidang yang dilakukan:
1. Pembinaan bidang Idarah
2. Pembinaan bidang imarah
3. Pembinaan bidang ri’ayah

1. Idarah masjid
Idarah masjid disebut juga manajemen masjid, pada garis besarnya dibagi
menjadi 2 bidang:
1.) Idarah binail maadiy (physical management)
Idarah binail maadiy adalah manajemen secara fisik yang meliputi: kepengurusan,
pengaturan pembangunan masjid, penjagaan kehormatan, kebersihan, ketertiban dan
keindahan masjid, pemeliharaan tata tertib dan keamanan masjid, penataan keuangan
masjid, dan sebagainya
2.) Idarah binail ruhiy (functional management)
Idarah binail ruhiy adalah pengaturan tentang pelaksanaan fungsi masjid
sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat pembangunan umat dan kebudayaan
Islam seperti dicontohkan oleh Rasulullah saw. Idarah binail ruhiy meliputi ini
meliputi pengentasan bid`ah dan pendidikan aqidah Islamiyah, pembinaan akhlakul
karimah,
Tujuan Idarah Binail Ruhiy adalah:
a. Pembinaan pribadi muslim menjadi umat yang benar-benar mukmin.
b. Pembinaan manusia mukmin yang cinta ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Pembinaan muslimah masjid menjadi mar’atun shalihatun.
d. Pembinaan remaja atau pemuda masjid menjadi mukmin yang selalu mendekatkan
diri kepada Allah SWT
e. Membina umat yang giat bekerja, tekun, rajin dan disiplin yang memiliki sifat sabar,
syukur, jihad dan takwa.
f. Membangun masyarakat yang memiliki sifat kasih sayang, masyarakat marhamah,
masyarakat bertaqwa dan masyarakat yang memupuk rasa persamaan.
g. Membangun masyarakat yang tahu dan melaksanakan kewajiban sebagaimana
mestinya, masyarakat yang bersedia mengorbankan tenaga dan pikiran untuk
membangun kehidupan yang diridhai Allah SWT.

B. Pembinaan Bidang Imarah


Di samping hal yang dikemukakan pada poin di atas, perlu juga diadakan hal-hal
berikut :
1. Management Kesejahteraan Umat
Beberapa kegiatan lain yang dapat diselenggarakan untuk meningkatkan kesejahteraan
umat adalah:
a.      Sumbangan ekonomi.
b.      Bimbingan dan penyuluhan.
c.      Ukhuwah islamiyah.
d.      Bakti sosial.
e.      Rekreasi.
2. Management Pembinaan Remaja Masjid
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam upaya-upaya pembinaan Remaja Masjid
antara lain:
a.       Kepengurusan.
b.      Musyawarah Anggota.
c.       Kegiatan.
d.      Bimbingan.
e.       Kepanitiaan.
B. Pembinaan Bidang Ri’ayah
Bangunan, sarana pendukung dan perlengkapan Masjid harus dirawat agar dapat
digunakan sebaik-baiknya serta tahan lama. Seiring dengan bertambahnya usia bangunan
maka kerusakan akan timbul bahkan bagian tertentu dapat mengalami disfungsi atau
kerusakan, seperti misalnya pintu, jendela, atap, dinding atau yang lainnya. Disamping itu
kebutuhan jama’ah akan Masjid yang lebih luas agar dapat menampung jama’ah shalat
yang lebih banyak juga semakin dirasakan. Tidak ketinggalan pula sarana-sarana
pendukungnya seperti Perpustakaan, Sarana pendidikan formal, TPA, sarana ekonomi
ataupun poliklinik keberadaannya semakin terasa diperlukan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :


1.      Renovasi dan pengembangan bangunan Masjid.
2.      Kebersihan dan kesehatan.
3.      Pengaturan ruangan dan perlengkapan.
4.      Inventarisasi.

2. Manajemen Jama’ah Masjid


Manajemen Jama’ah Masjid setidaknya perlu memperhatikan 3 langkah berikut ini :
Pemetaan, Pelayanan, dan Pemberdayaan.
1. Pemetaan
Pada konteks Pemetaan, bisa diartikan, setiap Masjid harus memiliki peta dakwah yang
jelas, wilayah kerja yang nyata, dan jama’ah yang terdata. Pendataan yang dilakukan
Masjid terhadap jama’ah mencakup potensi dan kebutuhan, peluang dan tantangan,
kekuatan dan kelemahan.
2. Pelayanan
Pada konteks pelayanan, masjid memberikan pelayanan terhadap jama’ah minimal pada
beberapa hal :
a. Tempat jamaah di dalam masjid yang kondusif, baik secara syar’i maupun penunjang
lainnya.
b. Peralatan jamaah
c. Kesehatan jamaah
d. Kesejahteraan jamaah
3. Pemberdayaan Jamaah
Berdasarkan data terhadap jamaah, ada jamaah yang menetap dan pendatang,
diklasifikasikan dahulu. Bagi pendatang cukup dengan pelayanaan saja.
1. Pemberdayaan dalam bidang pengetahuan
2. Pemberdayaan dalam bidang spiritual
3. Pemberdayaan dalam bidang keterampilan
4. Pemberdayaan dalam bidang ekonomi keluarga (kesejahteraan jamaah).

2. Manajemen Kegiatan Masjid


Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
Tipologi kegiatan berdasarkan usia jamaah masjid
1. Orang tua (dewasa)
2. Remaja
3. Anak-anak
Kegiatan-kegiatan :
1. Orang tua / dewasa, berupa :
a. Kajian rutin ilmu keislaman
b. Penguatan spiritual
c. Optimalisasi pengelolaan ZISWAF
d. Manajemen donatur
e. Manajemen kegiatan PHBI
2. Manajemen Kegiatan Masjid
Remaja, kegiatannya berupa :
a. Pengorganisasian jamaah remaja masjid
b. Pelatihan dan pengembangan keterampilan
c. Kegiatan sosial
d. Kajian keremajaan
e. Manajemen kegiatan PHBI
3. Anak-Anak, kegiatannya berupa :
a. Optimalisasi kegiatan pendidikan anak (TPA)
b. Belajar beribadah dengan tertib
c. Manajemen kegiatan PHBI
RESUME JURNAL : Konsep Masjid Ramah Anak Dalam Pandangan Badan
Kemakmuran Masjid (BKM) Rustam Pakpahan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara rustam_pakpahan@uinsu.ac.id

Menurut BKM, fungsi masjid bagi umat Islam adalah sebagai tempat beribadah, baik
ibadah mahdoh maupun ghairu mahdoh. Masjid memiliki fungsi utama yaitu tempat
sholat. Selain itu, masjid juga berfungsi sebagai tempat menggelar pengajian-pengajian
dan pengkajian, tempat belajar dan menuntut ilmu, tempat bermusyawarah dan
bergotong-royong. Masjid juga digunakan sebagai tempat melaksanakan kegiatan
pendidikan, tempat membahas mengenai ekonomi, dan semua kepentingan masyarakat
Islam serta tempat memberdayakan masyarakat Islam.
Namun, salah satu BKM berpendapat bahwa fungsi masjid hanya untuk shalat, tidak
ada fungsi lain. Dalam pandangan BKM, masjid diperuntukkan bagi umat Muslim tanpa
ada penggolongan dan pembedaan, tanpa pandang jenis kelamin, usia, status sosial.
rekannya tanpa pandang jenis kelamin atau pendidikan untuk kepentingan agama dan
sosial. 76 Untuk umat nonMuslim, sebagian BKM berpendapat boleh masuk dengan
batasan, tetapi BKM lainnya berpandangan hal tersebut dilarang. Masjid ditujukan untuk
semua umur, baik orang dewasa maupun anak-anak. Mengenai keberadaan anak di
masjid, sebagian BKM menganggap merupakan hal biasa dan positif bagi anak dan bagi
masjid karena merupakan generasi penerus masjid. Bagi sebagian BKM lainnya,
kehadiran anak ke masjid dianggap mengganggu karena membuat bising, bermain saat
sholat, berlari-lari dan berkelahi. Namun, kehadiran anak tetap dibiarkan. Bagi BKM, hak
anak di masjid adalah pendidikan agama, mengikuti orang dewasa beribadah sebagai
bentuk pembelajaran dan pembiasaan. Namun ada pula BKM yang menganggap, tidak
ada hak anak di masjid.
Tidak ada kebijakan khusus BKM secara tertulis mengenai anak saat berada di
masjid. Kebijakan yang ada hanya bersifat lisan, kondisional dan bersifat pribadi masing-
masing pengurus BKM atau kebijaksanaan orang dewasa yang di masjid. Sebagian BKM
belum menyediakan sarana khusus anak karena keterbatasan atau memang tidak
menyediakan sarana karena menganggap anak belum diwajibkan sholat. BKM lainnya
sudah menyediakan sarana khusus anak, khususnya sarana belajar dan bermain. Menurut
persfektif sebagian BKM, masjid bisa menjadi tempat nyaman bagi anak tanpa ada yang
membahayakan, dan bisa juga membahayakan bagi anak. Ketidaknyamanan anak di
masjid terkait dengan beberapa hal. Peraturan dan kebijakan yang tak berpihak kepada
anak, bangunan fisik masjid dan bagian-bagian serta lingkungannya yang tak ramah anak,
dan ketiadaan sarana prasarana yang khusus dimaksudkan untuk the best interest of the
child adalah tiga diantaranya Kekerasan terhadap anak masih menjadi hal biasa di banyak
masjid. Kekerasan ini umumnya dalam bentuk psikis, yaitu anak dimarahi dan dibentak.
Tetapi dipukul dengan alasan mendidik atau menghukum supaya menimbulkan efek jera
juga tak jarang terjadi. Kendati demikian, sebagian BKM menyadari bahwa kekerasan
terhadap anak tidak dianjurkan dalam ajaran Islam, sehingga lebih memilih cara lembut
dan memberikan pencarahan kepada anak sebagai bentuk pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai