Anda di halaman 1dari 72

Topik Judul Peserta Hadir

KESEHATAN GIGI UNTUK


F1 - Upaya Promosi Kesehatan MASA DEPAN ANAK LEBIH Peserta PIDI Masyarakat
dan Pemberdayaan Masyarakat BAIK Lain-lain

Camat/ Lurah/ Perwakilan


F1 - Upaya Promosi Kesehatan KEGIATAN POSBINDU DESA Peserta PIDI
dan Pemberdayaan Masyarakat SELILING Masyarakat
Camat/ Lurah/ Perwakilan
Peserta PIDI
F1 - Upaya Promosi Kesehatan PENYULUHAN HIPERTENSI Masyarakat
dan Pemberdayaan Masyarakat DESA KALIJAYA Lain-lain

Perwakilan Dinas Kesehatan


Camat/ Lurah/ Perwakilan
GERAKAN MASYARAKAT Peserta PIDI
F1 - Upaya Promosi Kesehatan HIDUP SEHAT DESA Masyarakat
dan Pemberdayaan Masyarakat KALIRANCANG Lain-lain
Perwakilan Dinas Kesehatan
Peserta PIDI Masyarakat
Lain-lain Perwakilan Dinas
Kesehatan
EDUKASI STBM DALAM Peserta PIDI
F1 - Upaya Promosi Kesehatan KARNAVAL PUSKESMAS Masyarakat
dan Pemberdayaan Masyarakat ALIAN Lain-lain

Camat/ Lurah/ Perwakilan


PENYULUHAN DIARE DAN Peserta PIDI
F2 - Upaya Kesehatan PHBS DI POSYANDU Masyarakat
Lingkungan SAWANGAN Lain-lain
PENYULUHAN DAN PRAKTIK Peserta PIDI
F2 - Upaya Kesehatan CUCI TANGAN PAKAI SABUN Masyarakat
Lingkungan DI SD N TANUHARJO Lain-lain
Camat/ Lurah/ Perwakilan
Peserta PIDI
F2 - Upaya Kesehatan PEMICUAN STBM DI DESA Masyarakat
Lingkungan TANUHARJO Lain-lain
Camat/ Lurah/ Perwakilan
PENYULUHAN DIARE DAN Peserta PIDI
F2 - Upaya Kesehatan PHBS DI POSYANDU DESA Masyarakat
Lingkungan KRAKAL Lain-lain

EDUKASI CUCI TANGAN Peserta PIDI


F2 - Upaya Kesehatan PAKAI SABUN DI MI Masyarakat
Lingkungan KEMANGGUAN Lain-lain
PEMICUAN SANITASI TOTAL PEMICUAN SANITASI TOTAL
F2 - Upaya Kesehatan BERBASIS MASYARAKAT DI BERBASIS MASYARAKAT DI
Lingkungan DESA KEMANGGUAN DESA KEMANGGUAN
Dokter Pendamping
F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Peserta PIDI
Anak (KIA) serta Keluarga KELAS IBU HAMIL DESA Masyarakat
Berencana (KB) TANUHARJO Lain-lain
PEMERIKSAAN TUMBUH Camat/ Lurah/ Perwakilan
F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan KEMBANG BALITA DAN Peserta PIDI
Anak (KIA) serta Keluarga IMUNISASI POSYANDU DESA Masyarakat
Berencana (KB) KARANGTANJUNG Lain-lain
Kapuskes
Camat/ Lurah/ Perwakilan
Dokter Pendamping
F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Peserta PIDI
Anak (KIA) serta Keluarga Masyarakat
Berencana (KB) KELAS IBU BALITA DESA KA Lain-lain
Kapuskes
Camat/ Lurah/ Perwakilan
Dokter Pendamping
F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Peserta PIDI
Anak (KIA) serta Keluarga Masyarakat
Berencana (KB) SAFARI KB PUSKESMAS ALIA Lain-lain

PEMERIKSAAN TUMBUH Camat/ Lurah/ Perwakilan


F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan KEMBANG BALITA DAN Peserta PIDI
Anak (KIA) serta Keluarga IMUNISASI POSYANDU DESA Masyarakat
Berencana (KB) BOJONGSARI Lain-lain
Kapuskes
F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Peserta PIDI
Anak (KIA) serta Keluarga KELAS IBU HAMIL DAN Masyarakat
Berencana (KB) POSYANDU Lain-lain
Peserta PIDI
F4 - Upaya Perbaikan Gizi PENTINGNYA 1000 HARI Masyarakat
Masyarakat PERTAMA KEHIDUPAN Lain-lain
Peserta PIDI
F4 - Upaya Perbaikan Gizi DIET HIPERTENSI Masyarakat
Masyarakat POSYANDU KALIRANCANG Lain-lain

Camat/ Lurah/ Perwakilan


GIZI SEIMBANG UNTUK Peserta PIDI
F4 - Upaya Perbaikan Gizi MASA DEPAN BANGSA Masyarakat
Masyarakat (PENCEGAHAN STUNTING) Lain-lain
Peserta PIDI
F4 - Upaya Perbaikan Gizi DIET PADA PENDERITA Masyarakat
Masyarakat DIABETES MELITUS TIPE II Lain-lain
PENYULUHAN GIZI IBU Peserta PIDI
F4 - Upaya Perbaikan Gizi HAMIL PADA KELAS IBU Masyarakat
Masyarakat HAMIL Lain-lain

Camat/ Lurah/ Perwakilan


Peserta PIDI
F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Masyarakat MAKANAN PENDAMPING ASI Lain-lain
Camat/ Lurah/ Perwakilan
F5 - Pencegahan dan PEMICUAN STBM (SANITASI Peserta PIDI
Pemberantasan Penyakit TOTAL BERBASIS Masyarakat
Menular dan Tidak Menular MASYARAKAT) Lain-lain
F5 - Pencegahan dan Peserta PIDI
Pemberantasan Penyakit EDUKASI GERMAS Masyarakat
Menular dan Tidak Menular (GERAKAN MASYARAKAT) Lain-lain
BULAN IMUNISASI ANAK Camat/ Lurah/ Perwakilan
F5 - Pencegahan dan SEKOLAH, IMUNISASI Peserta PIDI
Pemberantasan Penyakit CAMPAK UNTUK ANAK SD Masyarakat
Menular dan Tidak Menular KELAS 1 Lain-lain
SENAM ANTI STROKE DAN
PENYULUHAN PENCEGAHAN
F5 - Pencegahan dan STROKE DI POSYANDU Peserta PIDI
Pemberantasan Penyakit LANSIA DESA Masyarakat
Menular dan Tidak Menular TLOGOWULUNG Lain-lain
SENAM LANSIA DAN Perwakilan Dinas Kesehatan
F5 - Pencegahan dan PENYULUHAN DIABETES Peserta PIDI
Pemberantasan Penyakit MELITUS DI POSYANDU Masyarakat
Menular dan Tidak Menular LANSIA DESA TANUHARJO Lain-lain
Dokter Pendamping
Peserta PIDI
Masyarakat
F6 - Upaya Pengobatan Dasar PENATALAKSANAAN SCABIES Lain-lain

PENGOBATAN HIPERTENSI Peserta PIDI


DI POSYANDU LANSIA Masyarakat
F6 - Upaya Pengobatan Dasar KARANGTANJUNG Lain-lain
Dokter Pendamping
PENATALAKSANAAN GAGAL Peserta PIDI
JANTUNG PADA PRIA 63 Masyarakat
F6 - Upaya Pengobatan Dasar TAHUN Lain-lain

PENGOBATAN DASAR DI Peserta PIDI


PUSKESMAS PEMBANTU Masyarakat
F6 - Upaya Pengobatan Dasar SUROTRUNAN Lain-lain
Kapuskes
Dokter Pendamping
Peserta PIDI
PROLANIS PUSKESMAS Masyarakat
F6 - Upaya Pengobatan Dasar ALIAN JUNI 2019 Lain-lain

PENATALAKSANAAN Dokter Pendamping


SCABIES PADA PASIEN Peserta PIDI
F6 - Upaya Pengobatan Dasar ANAK BERUSIA 10 TAHUN Masyarakat
Latar Belakang Permasalahan

Kesehatan gigi dan mulut sangat berkaitan dengan kesehatan individu secara keseluruhan karena kesehatan gigi dan
mulut dapat mempengaruhi pola makan, fungsi bicara, rasa nyaman dan rasa malu yang berdampak pada sosialisasi
individu dalam meningkatkan kesejahteraan sosial individu tersebut . Di antara berbagai penyakit mulut, penyakit yang
memiliki prevalensi tinggi di dunia dan berdampak sosial yang signifikan adalah karies. WHO melaporkan karies
sebagai pandemi dengan prevalensi 60%-90% anak sekolah di dunia dan penyakit paling awam di Asia dan Amerika
Latin. Dari seluruh populasi anak, prevalensi karies 58%, lebih tinggi daripada prevalensi gizi buruk 49%. Sedangkan
Banyak siswa siswi belum
prevalensi karies di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007 sejumlah 73,3 %, DMF-T= 4,8, ditemukan mengerti dengan jelas manfaat
rata-rata 5 gigi yang pernah rusak pada setiap mulut penduduk Indonesia dan sejumlah satu hingga dua gigi untuk menggosok gigi karena banyak
kelompok usia 12 tahun. Hal ini menjadi alasan penulis untuk melakukan edukasi di sekolah guna meningkatkan
produksivitas siswa dalam belajar. siswa mengalami karies gigi.

Permasalahan yang dihadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah beban ganda penyakit, yaitu
masih banyaknya penyakit infeksi yang harus ditangani, di sisi lain dibarengi meningkatnya Penyakit Tidak Menular
(PTM). Penyakit menular, terutama hipertensi terjadi penurunan dari 31,7% tahun 2007 menjadi 25,8% tahun 2013,
namun berdasarkan hasil riset tahun 2013 mengalami peningkatan yaitu dari sebesar 7,6% pada tahun 2007 menjadi
9,5% pada tahun 2013. Hal yang sama terjadi pada kejadian stroke sebesar 8,3% per 1000 (2007) menjadi 12,1% per
1000 (2013). Demikian halnya Diabetes Mellitus naik dari 1,1% (2007) menjadi
2,1% (2013) (Riskesdas, 2013).
Sesuai Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM (Kemenkes RI 2012), bahwa saat ini kenaikan
kejadian penyakit tidak menular telah menjadi ancaman yang serius, khususnya dalam perkembangan kesehatan
masyarakat. Salah satu strategi yang dikembangkan pemerintah untuk mengendalikan penyakit tidak menular ini
kemudian dikembangkan model Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) berbasis masyarakat
• Tingginya angka kejadian
melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM. Posbindu PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam penyakit tidak menular di
upaya untuk mengendalikan faktor risiko secara mandiri dan berkesinambungan.Pengembangan Posbindu PTM dapat
dipadukan dengan upaya yang telah terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM, dapat segera mungkin
wilayah kerja Puskesmas Alian
dilakukan pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat Indonesia dapat dikendalikan. • Kurangnya kesadaran
Penanggulangan PTM merupakan kombinasi upaya inisiatif pemeliharaan mandiri oleh petugas, masyarakat dan
individu yang bersangkutan serta kebijakan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit harus ditangkap secara
masyarakat untuk rutin berobat
cerdas untuk selanjutnya diimplementasikan kepada masyarakat secara intensif, mengingat banyaknya masyarakat jika terkena hipertensi atau
yang belum tahu tentang berbagai faktor resiko yang dapat menyebabkan penyakit, terutama
penyakit tidak menular. Pos pembinaan terpadu atau Posbindu merupakan salah satu bentuk dari deteksi dini faktor
diabetes mellitus
resiko yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2010). • Kurangnya pengetahuan
Posbindu merupakan kegiatan pelayanan kesehatan yang melibatkan peran masyarakat baik kader, organisasi, masyarakat mengenai penyakit
kelompok masyarakat dan keagamaan. Penyelenggaraan kegiatan Posbindu oleh dan untuk masyarakat khususnya
kader. tidak menular
• Masih kurangnya
pemahaman masyarakat
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan
kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan
mengenai penyakit hipertensi
dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, • Masih kurangnya
pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
kesadaran masyarakat untuk
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan rutin mengonsumsi obat anti
cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat
menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke)
hipertensi
bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan • Masih kurangnya
darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari kesadaran masyakat untuk
berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat
dikendalikan.
terjadinya pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi). Tahun 2015, PTM seperti Stroke, Penyakit Jantung
menerapkan pola hidup sehat
Koroner (PJK), Kanker dan Diabetes justru menduduki peringkat tertinggi.

Sebuah pembelajaran berharga di era jaminan kesehatan nasional (JKN), anggaran banyak terserap untuk membiayai
penyakit katastropik, yaitu: PJK, Gagal Ginjal Kronik, Kanker, dan Stroke. Selain itu, pelayanan kesehatan peserta
JKN juga didominasi pada pembiayaan kesehatan di tingkat lanjutan dibandingkan di tingkat dasar. Fakta ini perlu
ditindaklanjuti karena berpotensi menjadi beban yang luar biasa terhadap keuangan negara.

Meningkatnya PTM dapat menurunkan produktivitas sumber daya manusia, bahkan kualitas generasi bangsa. Hal ini
berdampak pula pada besarnya beban pemerintah karena penanganan PTM membutuhkan biaya yang besar. Pada
akhirnya, kesehatan akan sangat mempengaruhi pembangunan sosial dan ekonomi.

Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RI secara khusus mengingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan
melalui gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) guna mewujudkan Indonesia sehat.

Mengenai Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan
secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku
sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah
bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian.

GERMAS dapat dilakukan dengan cara: Melakukan aktifitas fisik, Mengonsumsi sayur dan buah, Tidak merokok, Tidak
mengonsumsi alkohol, Memeriksa kesehatan secara rutin, Membersihkan lingkungan, dan Menggunakan jamban.
Pada tahap awal, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu: 1) Melakukan aktivitas
fisik 30 menit per hari, 2) Mengonsumsi buah dan sayur; dan 3) Memeriksakan kesehatan secara rutin.

Tiga kegiatan tersebut dapat dimulai dari diri sendiri dan keluarga, dilakukan saat ini juga, dan tidak membutuhkan
biaya yang besar.
• Tingginya angka kejadian
GERMAS merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI yang mengedepankan upaya promotif dan
preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam
penyakit tidak menular di
memasyarakatkan paradigma sehat. Untuk menyukseskan GERMAS, tidak bisa hanya mengandalkan peran sektor wilayah kerja Puskesmas Alian
kesehatan saja. Peran Kementerian dan Lembaga di sektor lainnya juga turut menentukan, dan ditunjang peran serta
seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat dalam mempraktekkan pola hidup sehat,
• Kurangnya kesadaran
akademisi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi profesi dalam menggerakkan anggotanya untuk masyarakat terhadap pola
berperilaku sehat; serta Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dalam menyiapkan sarana dan prasarana
pendukung, memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya.
hidup sehat
• Kurangnya aktivitas
Pencanangan GERMAS menandai puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-52 yang jatuh pada 12
November 2016. Tahun ini, HKN ke-52 mengusung tema Indonesia Cinta Sehat dengan sub tema Masyarakat Hidup
olahraga sehari-hari
Sehat, Indonesia Kuat. Tema ini harus dimaknai secara luas, seiring dengan Program Indonesia Sehat dengan masyarakat sebagai
pendekatan keluarga melalui gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS). Secara khusus, GERMAS diharapkan pencegahan penyakit tidak
dapat meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan produktivitas
masyarakat, dan mengurangi beban biaya kesehatan. menular
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain
di luar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya sendiri, tetapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya dengan masalah kesehatan tersebut.
Menurut Hendrik L. Bloom, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun
kesehatan masyarakat, yaitu genetik, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai
secara optimal, apabila keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah
satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu, maka status kesehatan bergeser di bawah optimal.
Dalam rangka mengoperasionalkan paradigma sehat khususnya yang berkaitan dengan promosi kesehatan di
Indonesia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia membuat Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:2269/MENKES/PER/XI/2011 yang
mengatur upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat atau disingkat PHBS di seluruh Indonesia dengan
mengacu kepada pola manajemen PHBS, mulai dari tahap pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan serta
pemantauan dan penilaian. Upaya tersebut dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dalam memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu secara mandiri ikut aktif
dalam meningkatkan status kesehatannya. Kita menyadari bahwa upaya tersebut bukanlah suatu hal yang mudah Masih tingginya kasus Open
karena upaya tersebut berkaitan sangat erat dengan masalah perilaku sedangkan masalah perilaku merupakan
masalah yang khas dan kompleks.
Defecation Free serta masih
Hasil Riskesdas 2007 diketahui bahwa rumah tangga yang telah mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat terbatasnya akses terhadap air
(PHBS) baru mencapai 38,7%. Oleh sebab itu, Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2010- bersih di wilayah Puskesmas
2014 menetapkan target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan PHBS pada tahun 2014. Persentase rumah
tangga Ber- PHBS memang merupakan salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Kementerian Kesehatan. Alian.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan
kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh Pusat
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat yang saat ini disebut Pusat Promosi Kesehatan. Program PHBS dilaksanakan
dalam berbagai tatanan, seperti tatanan rumah tangga, tatanan pasar dan sebagainya. Provinsi Jawa Tengah
memfokuskan pada tiga tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat ibadah dan institusi pendidikan. Alasan
pemilihan pada tiga jenis tatanan tersebut karena ketiganya mempunyai daya ungkit yang besar dalam pencapaian
derajat kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006).
Upaya peningkatan perilaku sehat di masyarakat belum menunjukkan hasil optimal. Data hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) tahun 2014 menunjukkan bahwa di Indonesia sebanyak 38,5% masyarakat masih merokok di
dalam rumah ketika bersama anggota keluarga yang lain. Perokok laki-laki lebih tinggi dari perempuan (72% dibanding
28%). Selanjutnya 77,3% penduduk usia 15 tahun ke atas kurang melakukan aktivitas fisik,
dengan katagori (82%) kurang bergerak dan (11%) tidak terbiasa melakukan aktivitas fisik. Berdasarkan hasil
pendataan untuk PHBS tatanan rumah tangga provinsi Jawa Tengah sebanyak 68% keluarga belum menjadi peserta
• Tingginya angka kejadian
dana sehat dan sebesar 72% keluarga belum bebas asap rokok (Badan Pusat Statistik, 2015). diare di wilayah kerja
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, di Indonesia memang telah terjadi penurunan angka period prevalence diare dari
9,0% tahun 2007 menjadi 3,4% pada tahun 2014. Kelompok umur balita merupakan kelompok yang paling tinggi
Puskesmas Alian
menderita diare. Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,4%), laki-laki (5,4%), • Masih banyak warga yang
tinggal di daerah pedesaan (5,8%), dan kelompok kuintil indeks kepemilikan akses terhadap air belum memiliki ketersediaan
bersih dan jamban sehat terbawah (6,4%). Selanjutnya insiden malaria penduduk Indonesia tahun 2007 sebesar 3,1%
dan tahun 2014 menjadi 1,8%. jamban sehat dan air bersih
Dalam rangka mengoperasionalkan paradigma sehat khususnya yang berkaitan dengan promosi kesehatan di
Indonesia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia membuat Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:2269/MENKES/PER/XI/2011 yang
mengatur upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat atau disingkat PHBS di seluruh Indonesia dengan
mengacu kepada pola manajemen PHBS, mulai dari tahap pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan serta
pemantauan dan penilaian. Upaya tersebut dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dalam memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu secara mandiri ikut aktif
dalam meningkatkan status kesehatannya. Kita menyadari bahwa upaya tersebut bukanlah suatu hal yang mudah
karena upaya tersebut berkaitan sangat erat dengan masalah perilaku sedangkan masalah perilaku merupakan
masalah yang khas dan kompleks.
Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah. Cuci tangan
pakai sabun mampu untuk mengurangi angka diare sebanyak 45%, tetapi pemakaian sabun untuk cuci tangan hanya
mencapai sekitar 3% dari seluruh masyarakat yang menggunakan sabun untuk cuci tangan. Masih rendahnya perilaku Masih banyaknya siswa sekolah
cuci tangan pakai sabun pada masyarakat dapat menimbulkan resiko penyebaran penyakit infeksi. Kelompok
masyarakat yang paling mudah untuk terserang peyakit infeksi adalah anak prasekolah. Hal tersebut disebabkan
yang datang ke Puskesmas
karena kurangnya pengetahuan pada anak prasekolah sehingga mereka belum memahami pentingnya cuci tangan dengan keluhan diare, disentri,
pakai sabun untuk menjaga kesehatan (Pangesti, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian Listyorini (2012) menunjukan bahwa ada hubungan dengan kebiasaan mencuci tangan
dan sebagian besar dari
dengan kejadian diare pada anak. Cuci tangan merupakan faktor penting dalam mencegah penyebaran penyakit, akan mereka belum memahami cara
tetapi terkadang anak tidak begitu menghiraukannya. Wirawan (2013) menjelaskan bahwa manfaat mencuci tangan cuci tangan yang baik dan
selama 20 detik yaitu dapat mencegah risiko tertular flu, demam dan penyakit menular lainnya sampai 50% dan
menurunakan risiko terkena diare dan penyakit pencernaan lainnya sampai 59%. benar.
Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga diharapkan
terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah
satu upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah melalui program nasional Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat, bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran
penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta meningkatkan akses air minum dan
sanitasi dasar perlu menyelenggarakan STBM.
Program STBM merupakan upaya dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s) tahun 2015 poin 7c,
yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi
penduduk yang belum mendapatkan akses. Data dari BPS dan KemenPU tahun 2012 menyebutkan bahwa capaian
akses sanitasi layak masyarakat Indonesia pada tahun 2012 sebesar 57,35% dengan target MDG’s 2015 sebesar
62,41% , yang artinya ada 5,06% akses sanitasi masyarakat kita yang masih menjadi perhatian pemerintah sampai
tahun 2015.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar (Stop Buang air besar Sembarangan, Cuci
Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga, Status desa ODF di Kecamatan
dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga) akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat
yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan
Alian belum 100%. Perilaku
program STBM dimulai dari pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS). Fokus pertama BABS masih banyak didapati di
dilakukan pada Stop BABS karena pilar tersebut berfungsi sebagai pintu masuk menuju sanitasi total serta merupakan
upaya untuk memutus rantai kontaminasi kotoran manusia terhadap air baku minum, makanan, dan lainnya (Ditjen PP
wilayah kerja Puskesmas Alian.
dan PL, 2011) Akses terhadap jamban sudah
Program STBM ini lebih menekankan pada perubahan perilaku kelompok masyarakat dengan pemicuan
menggunakan metode Metodology Participatory Assesmant Participatory Hygiene And Sanitation Transformasi
memasai namun masih banyak
(MPAPHAST). Pemicuan dilaksanakan dengan cara fasilitasi kepada masyarakat dalam upaya memperbaiki keadaan keluarga yang tidak memiliki
sanitasi di lingkungan mereka hingga mencapai kondisi Open Defecation Free (ODF). Kondisi ODF ditandai dengan
100% masyarakat telah mempunyai akses BAB di jamban sendiri, tidak adanya kotoran di lingkungan mereka, serta
jamban di rumahnya sendiri.
mereka mampu menjaga kebersihan jamban (Permenkes No.3 Tahun 2014). Selain itu terdapat kebiasaan
Pemicuan STBM menjadi perhatian pemerintah Kebumen mengingat masih banyaknya perilaku BABS dan untuk buang air besar di sungai
ketersediaan jamban di Kebumen, termasuk di Kecamatan Alian. STBM merupakan upaya pencegahan terhadap
penyakit khususnya penyakit menular yang sulit untuk diubah.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan
kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh Pusat
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat yang saat ini disebut Pusat Promosi Kesehatan. Program PHBS dilaksanakan
dalam berbagai tatanan, seperti tatanan rumah tangga, tatanan pasar dan sebagainya. Provinsi Jawa Tengah
memfokuskan pada tiga tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat ibadah dan institusi pendidikan. Alasan
pemilihan pada tiga jenis tatanan tersebut karena ketiganya mempunyai daya ungkit yang besar dalam pencapaian
derajat kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006).
Upaya peningkatan perilaku sehat di masyarakat belum menunjukkan hasil optimal. Data hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) tahun 2014 menunjukkan bahwa di Indonesia sebanyak 38,5% masyarakat masih merokok di
dalam rumah ketika bersama anggota keluarga yang lain. Perokok laki-laki lebih tinggi dari perempuan (72% dibanding
28%). Selanjutnya 77,3% penduduk usia 15 tahun ke atas kurang melakukan aktivitas fisik,
dengan katagori (82%) kurang bergerak dan (11%) tidak terbiasa melakukan aktivitas fisik. Berdasarkan hasil
pendataan untuk PHBS tatanan rumah tangga provinsi Jawa Tengah sebanyak 68% keluarga belum menjadi peserta
• Tingginya angka kejadian
dana sehat dan sebesar 72% keluarga belum bebas asap rokok (Badan Pusat Statistik, 2015). diare di wilayah kerja Puskesms
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, di Indonesia memang telah terjadi penurunan angka period prevalence diare dari
9,0% tahun 2007 menjadi 3,4% pada tahun 2014. Kelompok umur balita merupakan kelompok yang paling tinggi
Alian
menderita diare. Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,4%), laki-laki (5,4%), • Masih banyak warka yang
tinggal di daerah pedesaan (5,8%), dan kelompok kuintil indeks kepemilikan akses terhadap air belum memiliki ketersediaan
bersih dan jamban sehat terbawah (6,4%). Selanjutnya insiden malaria penduduk Indonesia tahun 2007 sebesar 3,1%
dan tahun 2014 menjadi 1,8%. jamban sehat dan air bersih

Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang
dicanangkan oleh pemerintah. Cuci tangan pakai sabun mampu untuk
mengurangi angka diare sebanyak 45%, tetapi pemakaian sabun untuk cuci
tangan hanya mencapai sekitar 3% dari seluruh masyarakat yang
menggunakan sabun untuk cuci tangan. Masih rendahnya perilaku cuci
tangan pakai sabun pada masyarakat dapat menimbulkan resiko penyebaran
penyakit infeksi. Kelompok masyarakat yang paling mudah untuk terserang
peyakit infeksi adalah anak prasekolah. Hal tersebut disebabkan karena
kurangnya pengetahuan pada anak prasekolah sehingga mereka belum
memahami pentingnya cuci tangan pakai sabun untuk menjaga kesehatan Masih banyaknya siswa sekolah
(Pangesti, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian Listyorini (2012) menunjukan bahwa ada
yang datang ke Puskesmas
hubungan dengan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare pada dengan keluhan diare, disentri,
anak. Cuci tangan merupakan faktor penting dalam mencegah penyebaran
penyakit, akan tetapi terkadang anak tidak begitu menghiraukannya.
dan sebagian besar dari
Wirawan (2013) menjelaskan bahwa manfaat mencuci tangan selama 20 detik mereka belum memahami cara
yaitu dapat mencegah risiko tertular flu, demam dan penyakit menular lainnya cuci tangan yang baik dan
sampai 50% dan menurunakan risiko terkena diare dan penyakit pencernaan
lainnya sampai 59%. benar.
Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga diharapkan
terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah
satu upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah melalui program nasional Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat, bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran
penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta meningkatkan akses air minum dan
sanitasi dasar perlu menyelenggarakan STBM.
Program STBM merupakan upaya dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s) tahun 2015 poin 7c,
yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi
penduduk yang belum mendapatkan akses. Data dari BPS dan KemenPU tahun 2012 menyebutkan bahwa capaian
akses sanitasi layak masyarakat Indonesia pada tahun 2012 sebesar 57,35% dengan target MDG’s 2015 sebesar
62,41% , yang artinya ada 5,06% akses sanitasi masyarakat kita yang masih menjadi perhatian pemerintah sampai
tahun 2015.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar (Stop Buang air besar Sembarangan, Cuci
Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga, Status desa ODF di Kecamatan
dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga) akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat
yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan
Alian belum 100%. Perilaku
program STBM dimulai dari pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS). Fokus pertama BABS masih banyak didapati di
dilakukan pada Stop BABS karena pilar tersebut berfungsi sebagai pintu masuk menuju sanitasi total serta merupakan
upaya untuk memutus rantai kontaminasi kotoran manusia terhadap air baku minum, makanan, dan lainnya (Ditjen PP
wilayah kerja Puskesmas Alian.
dan PL, 2011) Akses terhadap jamban sudah
Program STBM ini lebih menekankan pada perubahan perilaku kelompok masyarakat dengan pemicuan
menggunakan metode Metodology Participatory Assesmant Participatory Hygiene And Sanitation Transformasi
memasai namun masih banyak
(MPAPHAST). Pemicuan dilaksanakan dengan cara fasilitasi kepada masyarakat dalam upaya memperbaiki keadaan keluarga yang tidak memiliki
sanitasi di lingkungan mereka hingga mencapai kondisi Open Defecation Free (ODF). Kondisi ODF ditandai dengan
100% masyarakat telah mempunyai akses BAB di jamban sendiri, tidak adanya kotoran di lingkungan mereka, serta
jamban di rumahnya sendiri.
mereka mampu menjaga kebersihan jamban (Permenkes No.3 Tahun 2014). Selain itu terdapat kebiasaan
Pemicuan STBM menjadi perhatian pemerintah Kebumen mengingat masih banyaknya perilaku BABS dan untuk buang air besar di sungai
ketersediaan jamban di Kebumen, termasuk di Kecamatan Alian. STBM merupakan upaya pencegahan terhadap
penyakit khususnya penyakit menular. yang sulit untuk diubah.
Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka
dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan,
perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir,mitos,penyakit menular dan akte
kelahiran (Depkes, 2009:1). Dan pada setiap materi kelas ibu hamil yang akan disampaikan disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi ibu hamil tetapi tetap mengutamakan materi pokok (Depkes, 2009:7). Tingginya angka
kematian ibu (AKI) adalah indikator kritis status kesehatan para perempuan, kematian seorang ibu dalam keluarga
memiliki dampak hebat,tidak hanya dalam hal kehilangan suatu kehidupan namun juga karena efeknya pada
kesehatan dan usia hidup anggota keluarga yang ditinggalkan. World Health Organization (WHO) tahun 2007
memperkirakan sekitar 75-85% dari seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan
dengan kehamilannya serta mengancam jiwanya. Departemen kesehatan menyebutkan angka kematian ibu di
Indonesia tahun 2012 mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi
pada saat persalinan dan segera setelah persalinan, Penyebab langsung kematian ibu yaitu perdarahan sebesar 28%,
eklamsia sebesar 24%, dan infeksi sebesar 11%, sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah Kurang
Energi Kronik (KEK) pada saat kehamilan sebesar 37%,dan anemia pada saat kehamilan sebesar 40% (Puspitasari,
2012:1054-1060). Untuk menurunkan AKI diperlukan upaya-upaya yang terkait dengan kehamilan,kelahiran dan nifas,
upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun 1980-an melalui program Safe Motherhood - Masih terdapat tingginya
yang mendapat perhatian besar dan dukungan dalam berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri,pada akhir tahun
1990-an secara konseptual telah diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan strategi dan intervensi dalam
kasus kegawatan obstetri di
menurunkan AKI melalui Making Pregnancy Safer (MPS), yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000. Untuk wilayah Puskesmas Alian.
mempercepat pencapaian program MDG’s diperlukan upaya percepatan penurunan AKI dengan diharapkan
kesadaran terhadap pentingnya kesehatan selama kehamilan menjadi meningkat, program yang diselenggarakan oleh
- Masih banyak ibu hamil
Kementrian Kesehatan untuk mendukung langkah tersebut adalah kelas ibu hamil (Puspitasari, 2012:1054-1060). dengan anemia dan kurang gizi
Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat badan yang paling pesat dibanding dengan
kelompok umur lain, masa ini tidak terulang sehingga disebut window of opportunity, untuk mengetahui apakah balita
tumbuh dan berkembang secara normal atau tidak, penilaian tumbuh kembang balita yang mudah diamati adalah pola
tumbuh kembang fisik, salah satunya dalam mengukur berat badan balitapemberdayaan masyarakat dan pihak swasta
dalam pembangunan kesehatan dalam tingkat nasional maupun global.
Proses pertumbuhan dan proses perkembangan pada anak terjadi sejak dalam intra uterine hingga dewasa. Namun
tak jarang dalam proses tersebut terjadi penyimpangan-penyimpangan tertentu. Masalah penyimpangan tumbuh
kembang anak yang terjadi dimasyarakat memang sangatlah bervariasi, diantaranya terjadi gangguan perkembangan,
gangguan bicara, gangguan perkembangan motorik, autisme, sindrom Down, gangguan mental dan lain-lain. Oleh
karena itu penyimpangan tumbuh kembangpun perlu ditelaah masalahnya dari proses yang berlangsung sejak intra
uterine hingga dewasa pula Oleh karena itu sosialisasi mengenai Gizi seimbang yang sudah teranngkum dalam KMS
harus gencar dilakukan guna meningkatkan taraf kesehatan balita khususnya diwilayah kerja puskesmas Alian
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.
Terdapat beberapa penelitian mengkaitkan antara masalah motorik anak dengan DSLDs (Developmental speech and
language disorders) terutama pada fungsi motorik halus. Penelitian tersebut memperlihatkan secara signifikan anak-
anak dengan DSLDs memiliki ketrampilan motorik lebih lambat dibanding anak-anak umumnya terutama koordinasi
Masih tingginya jumlah ibu yang
mata-tangan. Peneliti lain menyatakan bahwa makin sulit gerakan oral, makin berhubungan dengan kemampuan belum rutin memeriksakan
bicara, mungkin karena hal tersebut menyerupai suatu percakapan. Dari hasil ini, terlihat bahwa anak-anak yang
gerakan oral motornya buruk sebelum usia dua tahun, juga memiliki kemampuan bahasa yang buruk.
anaknya ke Posyandu.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan pendidikan kesehatan tentang Terdapat balita dengan gizi
perkembangan balita kepada ibu, karena apabila ibu tidak mengetahui bagaimana perkembangan anaknya dengan kurang dan melakukan
tepat maka akan dapat mengakibatkan terjadinya masalah keterlambatan perkembangan pada anak mereka di
kemudian hari. imunisasi sesuai jadwal.
• Kurangnya pengetahuan
ibu mengenai stunting baik dari
penyebab, gejala dan tanda,
lalu penanganan dan
pencegahannya yang
menyebabkan angka stunting di
Indonesia cukup tinggi.
• Kurangnya kesadaran
pemberian ASI secara eksklusif
• Kurangnya pengetahuan
ibu akan pentingnya Imunisasi
Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko terkena bermacam gangguan kesehatan (kesakitan dan pada bayi
kematian). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Balita di
Indonesia sebesar 40/10.000 Kelahiran Hidup. Bila dihitung secara matematis, berarti dalam setiap jamnya terjadi 22 • Kurangnya keterampilan
kematian balita di Indonesia, suatu jumlah yang tergolong fantastis untuk ukuran di era globalisasi. Oleh karena itu ibu dalam pemberian MP-ASI
Depkes telah meluncurkan berbagai program kesehatan untuk menanggulangi hal ini.
Melalui SK No. 284/MenKes/SK/III/2004 Tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Menteri Kesehatan RI dan gizi seimbang kepada
memutuskan Buku KIA sebagai buku pedoman resmi yang berisi informasi dan catatan Kesehatan Ibu dan Balita
Anak. Sebagai buku resmi Buku KIA merupakan satu-satunya alat pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan
anak sejak ibu hamil, melahirkan dan selama nifas hingga bayi yang dilahirkan berusia lima tahun. • Kurangnya kemampuan
Penggunaan Buku KIA sejalan dengan Konvensi Hak Anak yang disetujui PBB pada 20 November 1989 dan ibu memantau pertumbuhan
mulai berlaku 2 September 1990 khususnya tentang: 1) hak untuk kelangsungan hidup dan berkembang,
2) hak untuk mendapatkan standar hidup yang layak, 3) hak untuk mendapatkan standar kesehatan yang
dan melaksanakan stimulasi
paling tinggi, 4) hak untuk mendapatkan pelatihan keterampilan, dan 5) hak untuk bermain. Secara umum Buku perkembangan Balita
KIA telah memperlihatkan hasil yang berarti dengan meningkatnya pemahaman ibu terhadap kesehatan anak.
Untuk meningkatkan pemanfaatan Buku KIA tersebut perlu diadakan kegiatan yang disebut Kelas Ibu Balita.
• Kurangnya pengetahuan
Selaras dengan upaya strategis desentralisasi dengan cara meningkatkan kemandirian keluarga dan ibu tentang cara perawatan gigi
masyarakat dalam memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak melalui penggunaan Buku KIA, maka
dalam kegiatan Proyek fase II “Ensuring MCH Services with the MCH Handbook” tahun 2006-2009,
Balita dan mencuci tangan yang
dikembangkan model peningkatan penggunaan Buku KIA oleh masyarakat melalui Kelas Ibu Balita. Kelas Ibu benar
Balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-
sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi
• Kurangnya pengetahuan
pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh fasilitator, dalam hal ini digunakan Buku KIA. ibu tentang penyakit terbanyak,
Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu mempunyai anak berusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama- cara pencegahan dan
sama berdiskusi , tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi
pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh fasilitator dengan menggunakan buku KIA. perawatan Balita
Pertambahan penduduk di dunia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Menurut United Nation Population
Fund (UNFPA), pada tahun 1989 penduduk dunia telah mencapai 5,2 milyar orang. Kemudian setiap tahun meningkat
lebih dari 90 juta orang. Pada akhir abad ini jumlah penduduk dunia diperkirakan akan menjadi 6,25 milyar orang. Dan
pada tahun 2025 diperkirakan akan bertambah sebesar 2 milyar atau menjadi 8,5 milyar orang. Dari jumlah tersebut,
sebagian besar tinggal di negara-negara yang sedang berkembang (Wiknjosastro,2007).
Program KB selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga
kecil yang makin mandiri. Hasil sensus penduduk pada tahun 1990 menunjukan bahwa Program KB telah berhasil
merampungkan landasan keluarga kecil, dalam rangka pelembagaan dan pembudayaan Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera (NKKBS) (Wiknjosastro,2007).
Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut ternyata belum
merata. Secara nasional, penggunaan alat kontrasepsi cenderung pada alat kontrasepsi jangka pendek. Pemakaian
kontrasepsi suntikan meningkat cukup signifikan dari 15,2% (1994) menjadi 27,8% (2002) dan 31,8% (2007).
Masih tingginya angka
Sedangkan pemakaian alat kontrasepsi yang bersifat jangka panjang dan lebih efektif (seperti sterilisasi dan kelahiran bayi di wilayah kerja
vasektomi), IUD dan Implant cenderung menurun (BKKBN, 2009).
Berdasarkan data Keluarga Berencana di Kabupaten Kebumen pada bulan September 2009 terdapat 158.638 PUS
Puskesmas Alian
yang aktif menggunakan alat kontrasepsi. Bila dilihat dari penggunaan alat kontrasepsi dapat dikatakan bahwa 48,86 Masih rendahnya tingkat
% akseptor KB memilih suntik, 19,57 % akseptor memilih Implant, 19,28% akseptor memilih PIL, 6,07 % akseptor penggunaan metode
memilih IUD, dan lainnya 6,19 %.
Masih rendahnya angka penggunaan MKJP menjadi alasan pengadaan safari KB di Puskesmas Alian kontrasepsi jangka panjang

Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat badan yang paling pesat dibanding dengan
kelompok umur lain, masa ini tidak terulang sehingga disebut window of opportunity, untuk mengetahui apakah balita
tumbuh dan berkembang secara normal atau tidak, penilaian tumbuh kembang balita yang mudah diamati adalah pola
tumbuh kembang fisik, salah satunya dalam mengukur berat badan balitapemberdayaan masyarakat dan pihak swasta
dalam pembangunan kesehatan dalam tingkat nasional maupun global.
Proses pertumbuhan dan proses perkembangan pada anak terjadi sejak dalam intra uterine hingga dewasa. Namun
tak jarang dalam proses tersebut terjadi penyimpangan-penyimpangan tertentu. Masalah penyimpangan tumbuh
kembang anak yang terjadi dimasyarakat memang sangatlah bervariasi, diantaranya terjadi gangguan perkembangan,
gangguan bicara, gangguan perkembangan motorik, autisme, sindrom Down, gangguan mental dan lain-lain. Oleh
karena itu penyimpangan tumbuh kembangpun perlu ditelaah masalahnya dari proses yang berlangsung sejak intra
uterine hingga dewasa pula Oleh karena itu sosialisasi mengenai Gizi seimbang yang sudah teranngkum dalam KMS
harus gencar dilakukan guna meningkatkan taraf kesehatan balita khususnya diwilayah kerja puskesmas Alian
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.
Terdapat beberapa penelitian mengkaitkan antara masalah motorik anak dengan DSLDs (Developmental speech and
language disorders) terutama pada fungsi motorik halus. Penelitian tersebut memperlihatkan secara signifikan anak-
anak dengan DSLDs memiliki ketrampilan motorik lebih lambat dibanding anak-anak umumnya terutama koordinasi
Masih tingginya jumlah ibu yang
mata-tangan. Peneliti lain menyatakan bahwa makin sulit gerakan oral, makin berhubungan dengan kemampuan belum rutin memeriksakan
bicara, mungkin karena hal tersebut menyerupai suatu percakapan. Dari hasil ini, terlihat bahwa anak-anak yang
gerakan oral motornya buruk sebelum usia dua tahun, juga memiliki kemampuan bahasa yang buruk.
anaknya ke Posyandu.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan pendidikan kesehatan tentang Terdapat balita dengan gizi
perkembangan balita kepada ibu, karena apabila ibu tidak mengetahui bagaimana perkembangan anaknya dengan kurang dan melakukan
tepat maka akan dapat mengakibatkan terjadinya masalah keterlambatan perkembangan pada anak mereka di
kemudian hari. imunisasi sesuai jadwal.
- Masih terdapat tingginya
kasus kegawatan obstetri di
Puskesmas Alian sebagai Puskesmas PONED sering kali menerima pasien yang hendak melahirkan, namun masih
wilayah Puskesmas Alian.
banyak kasus dimana pasien datang dengan kondisi yang tidak baik (misal: PEB, anemia) ataupun telah terjadi - Masih tingginya jumlah ibu
kegawatan terlebih dahulu (misal: eklampsia dan KPD).
Selain itu masih terdapat ibu-ibu yang belum rutin memeriksakan anaknya ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi
yang belum rutin memeriksakan
dan pencatatan/penimbangan rutin meski telah diberikan informasi mengenai hal tersebut. anaknya ke Posyandu.
Seribu hari pertama merupakan saat terpenting dalam tumbuh kembang anak. Seribu hari diawali ketika sang bayi
dalam kandungan hingga ulang tahun kedua anak. Kehamilan 270 hari ditambah tahun pertama 365 hari dan tahun
kedua 365 hari sama dengan 1.000 hari. Seribu hari itu merupakan kesempatan emas untuk membentuk anak yang
sehat dan pintar hingga kemudian hari. Pada seribu hari pertama itu yang harus diperhatikan ialah nutrisi.
Berikut perkembangan anak dimulai sejak janin
• Pada delapan minggu pertama di dalam kandungan: Terbentuk bakal janin yang akan berkembang menjadi
otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan dan lengan, kaki, serta organ tubuh lainnya.
• Pada sembilan minggu hingga lahir : Organ tubuh janin yang ada dalam rahim bertumbuh dan berkembang
sehingga siap untuk hidup di dunia baru, yakni di luar kandungan ibu.
• Setelah lahir: Sebagian organ masih berkembang sampai usia dua hingga tiga tahun, misalnya otak.
Janin memiliki sifat plastisitas atau fleksibilitas selama dalam periode perkembangan. Janin akan menyesuaikan diri
dengan apa yang terjadi pada ibunya, termasuk apa yang diasup oleh ibunya selama mengandung. Jika nutrisi kurang,
perkembangan sel-sel tubuh bayi akan terhambat.
Periode perkembangan ini merupakan masa yang penting. Jika nutrisi yang dibutuhkannya tak terpenuhi, maka
plastisitas dan kapasitas fungsional yang ada pada janin akan hilang.
Seorang ibu hamil yang menderita gizi buruk, bayinya akan beresiko
• mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan
• meninggal dalam kandungan
• mengalami gangguan kognitif dan fisik seumur hidup
• memiliki masalah kesehatan yang kronis
Nutrisi yang diterima anak pada periode 1.000 hari pertama kehidupan berpengaruh pada kemampuan anak untuk
belajar dan bekerja. Pengaruh nutirsi baik terhadap masyarakat ialah terbentuk masyarakat yang sehat dan sejahtera
dalam jangka panjang. Kekurangan gizi masih menjadi penyebab nomor satu kematian anak. Kekurangan gizi pada
anak di bawah usia dua tahun akan menimbulkan dampak buruk yang sulit dikembalikan ke kondisi semula dan
cenderung berpengaruh sampai dewasa. Akibat gizi buruk pada anak usia di bawah 1.000 hari pertama ialah sebagai
berikut.
• Masih banyak ibu hamil
• Menimbulkan kematian; dengan status gizi kurang
• Melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga anak rentan menderita penyakit pneumonia, diare, dan malaria.
Dampak positif jika anak mendapat nutrisi yang benar selama 1.000 hari pertama ialah
energi kronik (KEK)
• Menyelamatkan lebih dari 1 juta nyawa setiap tahun yang akan meninggal akibat gizi buruk • Terdapatnya balita dengan
• Mengurangi beban masyarakat dan ekonomi karena terbebas dari penyakit tuberkulosis, HIV/AIDS, dan malaria
• Mengurangi resiko berkembangnya penyakit tidak menular seperti diabetes dan kondisi kronis lainnya pada
status gizi kurang
usia lanjut • Kurangnya pengetahuan
• Meningkatkan pencapaian dalam bidang pendidikan dan potensi pendapatan ibu mengenai gizi untuk ibu
• Meningkatkan Gross Dosmetic Bruto, yaitu besarnya pendapatan negara, setidaknya dua hingga tiga persen
per tahun. hamil dan balita
Penyakit hipertensi merupakan salah satu pembunuh diam-diam (silent killer) diantara pembunuh lainnya seperti
diabetes, hiperkolesterolemia dan osteoporosis. Saat ini penyakit hipertensi masih cukup tinggi dan masih cendurung
meningkat, yang disebabkan penderita tidak patuh melaksanakan diit karena kurangnya pengetahuan tentang diit
hipertensi sehingga penyakit hipertensi sering kambuh (Franz, 2011).
Penyakit hipertensi telah membunuh 9.4 juta warga didunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang besar.
Negara maju memiliki 35%. Kawasan Amerika serikat sebanyak 35%. Di Asia Tenggara sebanyak 36%. Menurut
• Tingginya prevalensi
Khancit pada tahun 2011, WHO mencatat ada satu milyar orang yang terkena hipertensi sementara untuk kawasan hipertensi di wilayah kerja
Asia penyakit hipertensi telah membunuh 1.5 juta orang setiap tahunnya. Sedangkan di Indonesia angka penderita
mencapai 32% pada tahun 2008 dengan kisaran usia atas dari 25 tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42.7%
Puskesmas Alian
sedangkan wanita 39.2% ( Widiyani, 2013). • Masih namyak warga yang
Salah satu cara mencegah hipertensi umumnya berupa diit rendah garam atau dengan kata lain membatasi
penggunaan garam dan konsumsi makanan yang kaya akan garam. Garam jika dikonsumsi secara berlebihan akan
tidak mengetahui pola makan
menahan cairan dan menaikkan kerja jantung sehingga tekanan darah juga akan meningkat. Pemberian nutrisi dan yang sehat
pola diit yang optimal pada lansia perlu mendapat perhatian yang lebih. Diit yang optimal merupakan kunci bagi
kesembuhan penyakit dan tentu saja jika penderita tidak patuh dengan diit yang diberikan penyakit akan kambuh
• Mencegah timbulnya
kembali (Purba, 2005). komplikasi dan keparahan pa

Stunting merupakan permasalahan yang semakin banyak ditemukan dinegara berkembang, termasuk Indonesia.
Menurut United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) satu dari tiga anak mengalamistunting.
Sekitar 40% anak di daerah pedesaan mengalami pertumbuhanyang terhambat. Oleh sebab itu, UNICEF mendukung
sejumlah inisiasi untukmenciptakan lingkungan nasional yang kondusif untuk gizi melalui peluncuranGerakan Sadar
Gizi Nasional (Scaling Up Nutrition – SUN) di mana program inimencangkup pencegahan stunting.
Stunting didefinisikan sebagai keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD di
bawah median panjang atau tinggi badan. Stunting juga sering disebut sebagai Retardasi Pertumbuhan Linier
(RPL) yang muncul pada dua sampai tiga tahun awalkehidupan dan merupakan refleksi dari akibat atau pengaruh dari
asupan energidan zat gizi yang kurang serta pengaruh dari penyakit infeksi, karena dalamkeadaan normal, berat Kurangnya pengetahuan ibu
badan seseorang akan berbanding lurus atau linierdengan tinggi badannya.
Anak dengan status gizi stunting akan mengalami gangguan pertumbuhan hingga masa remaja sehingga
mengenai stunting baik dari
pertumbuhan anak lebih rendah dibandingkan remaja normal. Remaja yang stunting berisiko mendapatkan penyakit penyebab, gejala dan tanda,
kronik salah satunya adalah obesitas. Remaja stunting berisiko obesitas dua kali lebih tinggi dari pada remaja yang
tinggi badannya normal (Riskesdas 2010).Oktarina tahun 2013 mengatakan hal sama bahwa anak yang mengalami
lalu penanganan dan
stunting pada dua tahun kehidupan pertama dan mengalami kenaikan berat badan yang cepat, berisiko tinggi pencegahannya yang
terhadap penyakit kronis, seperti obesitas.Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai oleh menyebabkan angka stunting di
penimbunan jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan.Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara
energi yang masuk dengan energi yang keluar. Indonesia cukup tinggi.
Kurangnya pengetahuan dan
kesadaran lansia tentang
Diabetes melitus merupakan kelompok gangguan metabolik pada tubuh yang tampak dengan kondisi klinis pengertian, penyebab, akibat,
hiperglikemia kronis dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein sebagai akibat dari defek sekresi
insulin, kerja insulin, ataupun keduanya. Gangguan ini dipengaruhi berbagai macam faktor dan dapat mengakibatkan
faktor risiko, gejala,
komplikasi-komplikasi pada organ tubuh yang lain. Tujuan dilaksanakannya penyuluhan ini adalah meningkatkan pencegahan dan terutama
pengetahuan lansia tentang pengertian, penyebab, akibat, faktor risiko, gejala, pencegahan dan terutama terapi diet terapi diet pada penderita
pada penderita diabetes melitus tipe II, serta meningkatkan kesadaran dan partisipasi lansia untuk mencegah DM Tipe
II, dan meningkatkan pemberdayaan lansia dalam mencegah DM Tipe II pada lingkungan diabetes melitus tipe II.
Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini
masih terdapat di Indonesia yang dapat meningkatkan risiko morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi. Angka anemia pada ibu hamil tetap saja masih tinggi
meskipun sudah dilakukan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan.
Prevalensi anemia ibu hamil masih lagi belum mengalami perubahan dari tahun
1995-2000, namun Departmen Kesehatan RI (Depkes RI) sampai dengan tahun 2010
akan berusaha menurunkan prevalensi anemia ibu hamil dari 51% menjadi 40%
(Depkes RI, 2000).
Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan
anemia dilakukan ketika ibu sedang hamil dan bukan dimulai dari sebelum
kehamilan. Berdasarkan Profil Kesehatan tahun 2010, didapatkan data bahawa
cakupan pelayanan K4 (kunjungan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standar paling sedikit empat kali) meningkat dari 80,26% pada tahun 2007
menjadi 86,04% pada tahun 2008. Berbeda dengan cakupan pemberian
tablet Fe (besi) kepada ibu hamil yang mengalami penurunan yaitu dari 66,03% pada
tahun 2007 menjadi 48,14% pada tahun 2008 (Depkes RI, 2008).
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan
hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur, partus
Masih tingginya jumlah ibu
prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan hamil dengan anemia serta
atonis), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi kasus Stunting di wilayah
dan stress, produksi ASI rendah), dan gangguan janin (abortus, dismaturitas,
mikrosomi, berat badan lahir rendah, kematian perinatal, dll) (Rukiyah, 2010). Puskesmas Alian.

1. Kurang nya pengetahuan


ibu muda baru mengenai
pentingnya MPASI
2. Kurangnya pengetahun ibu
muda baru mengenai kapn
waktu yang tepat memberikan
MPASI
Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan pada bayi atau anak
usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari air susu ibu (DepKes RI, 2006). Menurut Chomaria (2014)
3. Kurangnya pengetahuan
MP-ASI merupakan peralihan asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. ibu muda baru mengenai
Pada umumnya, setelah usia 6 bulan, kebutuhan nutrisi bayi baik makronutrien maupun mikronutrien tidak dapat
terpenuhi hanya oleh ASI. Selain itu, keterampilan makan (oromotor skills) terus berkembang dan bayi mulai
tekstur,takaran/jumlah, dan
memperlihatkan minat akan makanan lain selain susu (ASI atau susu formula). frekuensi pemberian MPASI
Oleh karena itu, memulai pemberian MPASI pada saat yang tepat akan sangat bermanfaat bagi pemenuhan
kebutuhan nutrisi dan tumbuh kembang bayi. Periode ini dikenal pula sebagai masa penyapihan (weaning) yang
4. Kurangnya pengetahuan
merupakan suatu proses dimulainya pemberian makanan khusus selain ASI secara bertahap jenis, jumlah, frekuensi ibu muda baru mengenai
maupun tekstur dan konsistensinya sampai seluruh kebutuhan nutrisi anak dipenuhi oleh makanan. Masa peralihan ini makanan bergizi kualitas 4
yang berlangsung antara 6 bulan sampai 23 bulan merupakan masa rawan pertumbuhan anak karena bila tidak diberi
makanan yang tepat, baik kualitas maupun kuantitasnya, dapat terjadi malnutrisi. bintang
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya danperilaku penduduk yang terbiasa
buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan
kebutuhan higienis lainnya.

Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak di bawah 3 tahun yaitu sebesar 19% atau
sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya dan kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari
Produk Domestik Bruto (studi World Bank, 2007).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, penanganan masalah sanitasi merupakan kewenangan daerah,
tetapi sampai saat ini belum memperlihatkan perkembangan yang memadai. Oleh sebab itu, pemerintah daerah perlu
memperlihatkan dukungannya melalui kebijakan dan penganggarannya.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah pendekatan untuk merubah
perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.

Komunitas merupakan kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial berdasarkan kesamaan kebutuhan dan
nilai-nilai untuk meraih tujuan.

Open Defecation Free yang selanjutnya disebut sebagai ODF adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas
tidak buang air besar sembarangan.

Cuci Tangan Pakai Sabun adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga yang selanjutnya disebut sebagai PAMRT adalah suatu proses pengolahan,
penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya
Masih tingginya tingkat Open
seperti berkumur, sikat gigi, persiapan makanan/minuman bayi. Defecation di beberapa wilayah
Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:
di Puskesmas Alian.
Tidak buang air besar (BAB) sembarangan. Beberapa desa telah memiliki
Mencuci tangan pakai sabun.
Mengelola air minum dan makanan yang aman.
dana untuk pembuatan jamban
Mengelola sampah dengan benar. sehat bersama.
Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Masih rendahnya tingkat
Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. penggunaan jamban di
Sanitasi dasar adalah hádala sarana sanitasi rumah tanggayang meliputi sarana Luang air besar, sarana pengelolaan
beberapa wilayah, meski akses
sampah dan limbah rumah tangga. terhadap jamban sudah ada.
Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan besar yakni masalah kesehatan triple burden, karena masih adanya
penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi
muncul kembali. Pada era 1990, penyakit menular seperti ISPA, Tuberkulosis dan Diare merupakan penyakit
terbanyak dalam pelayanan kesehatan. Namun, perubahan gaya hidup masyarakat menjadi salah satu penyebab
terjadinya pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi). Tahun 2015, PTM seperti Stroke, Penyakit Jantung
Koroner (PJK), Kanker dan Diabetes justru menduduki peringkat tertinggi.

Sebuah pembelajaran berharga di era jaminan kesehatan nasional (JKN), anggaran banyak terserap untuk membiayai
penyakit katastropik, yaitu: PJK, Gagal Ginjal Kronik, Kanker, dan Stroke. Selain itu, pelayanan kesehatan peserta
JKN juga didominasi pada pembiayaan kesehatan di tingkat lanjutan dibandingkan di tingkat dasar. Fakta ini perlu
ditindaklanjuti karena berpotensi menjadi beban yang luar biasa terhadap keuangan negara.

Meningkatnya PTM dapat menurunkan produktivitas sumber daya manusia, bahkan kualitas generasi bangsa. Hal ini
berdampak pula pada besarnya beban pemerintah karena penanganan PTM membutuhkan biaya yang besar. Pada
akhirnya, kesehatan akan sangat mempengaruhi pembangunan sosial dan ekonomi.

Penduduk usia produktif dengan jumlah besar yang seharusnya memberikan kontribusi pada pembangunan, justru Masih banyak masyarakat yang
akan terancam apabila kesehatannya terganggu oleh PTM dan perilaku yang tidak sehat, tutur Menteri Kesehatan RI,
Nila Farid Moeloek, dalam sambutannya dalam rangka Hari Kesehatan nasional (HKN) ke-52 tahun 2016 di Jakarta
tidak menerapkan pola hidup
(14/11). sehat sehingga mudah
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RI secara khusus mengingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan
terjangkit penyakit menular dan
melalui gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) guna mewujudkan Indonesia sehat. tidak menular.
Imunisasi yang telah diperoleh
Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan bagi masyarakat melalui pembangunan kesehatan dengan pada waktu bayi belum cukup
perencanaan terpadu. Pembangunan kesehatan di Indonesia memiliki beban ganda (double burden), dimana penyakit
menular masih masalah karena tidak mengenal batas wilayah administrasi sehingga tidaklah mudah untuk untuk melindungi terhadap
memberantasnya. Dengan tersedianya vaksin mampu mencegah penyakit menular sebagai salah satu tindakan penyakit PD3I (Penyakit Yang
pencegahan yang efektif dan efisien. Pemberian vaksin melalui program imunisasi merupakan salah satu strategi
pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat. Program imunisasi mengacu kepada Dapat Dicegah Dengan
konsep Paradigma Sehat, dimana prioritas utama dalam pembangunan kesehatan yaitu upaya pelayanan peningkatan Imunisasi) sampai usia anak
kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan bahwa program imunisasi sebagai salah satu sekolah. Hal ini disebabkan
upaya pemberantasan penyakit menular. Upaya imunisasi telah diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. karena sejak anak mulai
Upaya ini merupakan upaya kesehatan yang terbukti paling cost effective. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi
dikembangkan menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit memasuki usia sekolah dasar
yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), yaitu tuberculosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus dan hepatitis terjadi penurunan terhadap
B. Beberapa bulan yang lalu pada beberapa daerah di Indonesia terserang kembali wabah penyakit difteri dan
campak. Seperti kasus peningkatan kasus infeksi difteri di Jawa Timur berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 8
tingkat kekebalan yang
Desember 2011 terjadi 560 kasus klinis difteri dengan 13 kematian. Kasus difteri ini sudah menyebar ke beberapa diperoleh saat imunisasi ketika
daerah lain di Indonesia. Penyakit-penyakit yang kembali mewabah ini (emerging diseases) merupakan penyakit yang
angka kejadiannya memiliki kecenderungan untuk meningkat dalam waktu dekat dan area geografis penyebarannya
bayi. Oleh sebab itu,
meluas. Selain itu, termasuk juga penyakit yang mencuat kembali (reemerging diseases), yaitu penyakit meningkat pemerintah menyelenggarakan
kembali setelah sebelumnya mengalami penurunan angka kejadian yang signifikan. Untuk mengatasi hal tersebut,
pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sejak tahun 1984 telah mulai melaksanakan program
imunisasi ulangan pada anak
imunisasi pada anak sekolah. Program ini kemudian dikenal dengan istilah Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang usia sekolah dasar atau
diresmikan pada 14 November 1987 melalui Surat Keputusan bersama dari Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri.
sederajat (MI/SDLB) yang
BIAS adalah salah satu bentuk kegiatan operasional dari imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pelaksanaannya serentak di
pada bulan tertentu setiap tahunnya dengan sasaran seluruh anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) atau sederajat Indonesia dengan nama Bulan
(MI/SDLB) kelas 1, 2, dan 3 di seluruh Indonesia. Imunisasi lanjutan sendiri adalah imunisasi ulangan yang ditujukan
untuk mempertahankan tingkat kekebalan diatas ambang perlindungan atau memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak, bukan oleh sebab
yang lain (WHO). Gangguan fungsi syaraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatik.
Gangguan syaraf tersebut menimbulkan gejala antara lain: kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar,
bicara tidak jelas (pelo), perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain. Stroke merupakan penyebab
disabilitas nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung iskemik baik di negara
maju maupun berkembang.
Stroke dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan yang akan menurunkan status kesehatan dan kualitas hidup
penderita stroke, di samping itu akan menambah beban biaya kesehatan yang ditanggung keluarga dan negara.
Data World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan sekitar 31% dari 56,5 juta orang atau 17,7 juta orang
di seluruh dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari seluruh kematian akibat penyakit
kardiovaskuler, sebesar 7,4 juta disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner, dan 6,7 juta disebabkan oleh stroke.
Prevalensi stroke nasional berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar 12,1‰, tertinggi di provinsi Sulawesi Selatan
(17,9‰) dan terendah provinsi Papua Barat, Lampung, dan Jambi (5,3‰). Adapun prevalensi stroke adalah sebagai
berikut:
Berdasarkan kelompok umur : >75 tahun sebesar 67,0‰; 65-74 tahun sebesar 46,1‰; 55-64 tahun sebesar 33,0‰;
45-54 tahun sebesar 16,7‰; 35-44 tahun sebesar 6,4‰; 25-34 tahun sebesar 3,9‰; dan 15-24 tahun sebesar 2,6‰.
Berdasarkan status ekonomi : tingkat bawah sebesar 13,1‰; menengah bawah sebesar 12,6‰; menengah sebesar
12,0‰; menengah atas sebesar 11,8‰; dan teratas sebesar 11,2‰. Menurut data Riskesdas, faktor
Berdasarkan tempat tinggal : perdesaan sebesar 11,4‰, dan perkotaan sebesar 12,7‰ risiko perilaku utama yang
Berdasarkan tingkat pendidikan : tidak sekolah sebesar 32,8‰; tidak tamat SD sebesar 21,0‰; tamat SD sebesar
13,2‰; tamat SMP sebesar 7,2‰; tamat SMA sebesar 6,9‰; dan tamat D1,D3, dan Perguruan Tinggi sebesar 9,8‰. menjadi tantangan dalam upaya
Berdasarkan jenis kelamin : Laki-laki sebesar 12,0‰, dan perempuan sebesar 12,1‰. pengendalian Penyakit Tidak
Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014 menunjukkan stroke merupakan penyebab kematian utama, Menular di Indonesia adalah :
yaitu sebesar 21,1% dari seluruh penyebab kematian untuk semua kelompok umur. • Sekitar 93,5% penduduk
1,27 T pembiayaan JKN untuk stroke tahun 2016
Data Badan Penyelenggara Kesehatan (BPJS) tahun 2015 menyatakan bahwa stroke menghabiskan biaya pelayanan berusia >10 tahun kurang
kesehatan sebesar Rp1,15 triliun dan meningkat menjadi Rp 1,27 triliun pada tahun 2016. Hal ini berarti terjadi konsumsi buah dan sayur.
peningkatan pembiayaan sebesar 10,4% untuk stroke dalam kurun waktu 1 tahun.
Stroke dapat dicegah dengan pengendalian perilaku yang berisiko seperti penggunaan tembakau, diet yang tidak
• Sekitar 36,3% penduduk
sehat dan obesitas, kurang aktivitas fisik serta penggunaan alkhohol. berusia >15 tahun merokok,
Menurut data Riskesdas, faktor risiko perilaku utama yang menjadi tantangan dalam upaya pengendalian Penyakit
Tidak Menular di Indonesia adalah :
perempuan berusia > 10 tahun
• Sekitar 93,5% penduduk berusia >10 tahun kurang konsumsi buah dan sayur. yang merokok sekitar 1,9%.
• Sekitar 36,3% penduduk berusia >15 tahun merokok, perempuan berusia > 10 tahun yang merokok sekitar
1,9%.
• Sekitar 26,1% penduduk
• Sekitar 26,1% penduduk kurang melakukan aktivitas fisik. kurang melakukan aktivitas
• Sekitar 4,6% penduduk berusia >10 tahun minum minuman beralkhohol.
Faktor perilaku tersebut di atas, merupakan penyebab terjadinya faktor risiko fisiologis atau faktor risiko seperti
fisik.
hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia , obesitas, dan lain-lain yang dapat menyebabkan terjadinya stroke. • Sekitar 4,6% penduduk
Untuk mencegah terkena penyakit tidak menular seperti stroke maka dianjurkan untuk setiap individu meningkatkan berusia >10 tahun minum
gaya hidup sehat dengan perilaku “CERDIK”, yaitu , Cek Kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin
aktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres. minuman beralkhohol.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu
mengalami peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Diabetes merupakan serangkaian
gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin, sehingga menyebabkan kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif, akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (Infodatin, 2014;
Sarwono, dkk, 2007). Kurangnya aktivitas fisik pada
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insiden dan prevalensi DM
tipe-2 di berbagai penjuru dunia. Berdasarkan perolehan data International Diabetes Federation (IDF) tingkat
lansia
prevalensi global penderita DM pada tahun 2013 sebesar 382 kasus dan diperkirakan pada tahun 2035 mengalami Tingginya angka prevalensi
peningkatan menjadi 55% (592 kasus) diantara usia penderita DM 40-59 tahun (International Diabetes Federation, diabetes mellitus di Puskesmas
2013). Tingginya angka tersebut menjadikan Indonesia peringkat keempat jumlah pasien DM terbanyak di dunia
setelah Amerika Serikat, India dan China (Suyono, 2006). Alian
pasien sering terbangun hampir
setiap malam. Rasa gatal yang
dirasakan membuat pasien
menggaruk kulit hingga timbul
luka akibat garukan dan
beberapa luka bernanah, rasa
gatal tidak disertai panas dan
pedih. Pasien tinggal di
pesantren, dan teman
mengalami hal serupa. Pasien
tidak digigit oleh serangga.
Keluhan batuk pilek, demam,
sakit menelan, konsumsi obat-
obatan dan jamu disangkal.

Status Lokalis:
a. Lokasi : sela sela jari tangan
kanan dan kiri, tungkai kanan
bawah, selangkangan serta
bokong.
UKK ( Inspeksi) :
1) Morfologi : papul, vesikel,
Scabies merupakan manifestasi klinis yang disebabkan oleh penetrasi kutu parasit obligat pada manusia, Sarcoptes
pustule dan eksoriasi
scabies var. hominis ke dalam lapisan epidermis. Kutu scabies ini adalah hewan Arthropoda yang awalnya 2) Distribusi : terlokalisir
diidentifikasi pada tahun 1600-an, namun tidak dikenal sebagai penyebab erupsi kulit hingga tahun 1700-an. Perkiraan
sekitar 300 juta jiwa diseluruh dunia terinfeksi kutu scabies. Scabies menyerang seluruh lapisan masyarakat, dimana
3) Konfigurasi : diskret
wanita dan anak-anak lebih banyak terinfeksi. Penyakit ini umumnya cenderung banyak ditemukan pada area urban, 4) Batas : tegas
khususnya pada area padat penduduk. Terdapat bukti adanya variasi musim, dimana banyak kasus dilaporkan pada
saat-saat musim dingin daripada saat musim panas. Insiden scabies telah meningkat dalam 2 dekade terakhir ini,
5) Warna : hiperpigmentasi
terutama di rumah-rumah perawatan, penjara, dan bangsal-bangsal rumah sakit. Transmisi parasit ini biasanya terjadi 6) Ukuran : lentikuler
melalui kontak personal, meskipun kutu scabies ini dapat hidup di kulit manusia selama lebih dari 3 hari.1 Riwayat Palpasi : perabaan keras, nyeri
kontak di sekolah, atau dengan teman dekat merupakan hal yang penting, terutama ketika tidak ada konfirmasi
laboratorium. tekan (-) ukuran 0,5x0,5x0,5 cm

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang memiliki prevalensi cukup tinggi di dunia maupun
Indonesia. Hipertensi diperkirakan diderita oleh 20 % orang dewasa di seluruh dunia dan meningkat pada usia lebih
dari 60 tahun.Hipertensi juga merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia kemudian merokok dan
dislipidemia.Prevalensi hipertensi mencapai 1 miliyar di dunia dan menyebabkan kematian pada 9.4 juta penduduk
dunia setiap tahunnya.Data WHO tahun 2013 menunjukkan bahwa 40% penduduk dunia usia 25 tahun ke atas
menderita hipertensi. Angka kejadian hipertensi diperkirakan akan meningkat sebesar 60% pada tahun 2025.
Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat.Secara umum angka kejadian
hipertensi lebih tinggi di negara berkembang dibanding dengan negara maju.Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 didapatkan prevalensi hipertensi pada usia 18 tahun ke atas sebanyak 9,5% yang naik sekitar 2%
dibandingkan dengan data Riskesdas 2007. Namun pada Riskesdas 2018didapatkan prevalensi hipertensi naik dari
25,8% menjadi 34,1%.Dari profil penyakit tidak menular tahun 2016 terdapat 45,8% penderita hipertensi dari 511.783
orang yang melakukan pemeriksaan tensi.Pada pemeriksaan tekanan darah, ternyata sudah ditemukan kurang lebih
17,9 % penderita hipertensi pada umur 20-29 tahun dan terus meningkat 63 % pada umur > 60 tahun.
Hipertensi merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan mengendalikan faktor resiko yang sebagian besar ingginya angka prevalensi
merupakan faktor perilaku dan kebiasaan hidup.Hipertensi jarang memiliki gejala sehingga sering disebut silent killer, hipertensi di wilayah kerja
oleh karena itu deteksi dini perlu dilakukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi hipertensi lebih
lanjut. Puskesmas Alian
Seorang pasien laki-laki, 63
tahun, datang ke Poliklinik
Umum Puskesmas Alian
dengan keluhan sesak napas.
Sesak napas dirasakan hilang
timbul sejak 2 tahun yang lalu
namun dirasakan memberat
sejak 2 hari yang lalu,
bertambah dengan aktivitas dan
saat batuk, tidak berkurang
dengan istirahat. Batuk (-), nyeri
ulu hati (+) terasa seperti
ditindih saat beraktivitas berat
kurang lebih 5 menit kemudian
membaik dengan istirahat, nyeri
Gagal jantung adalah merupakan gangguan kesehatan yang terus meningkat di dunia dengan penyandang lebih dari
dada (-), jantung berdebar-
20 juta jiwa. Prevalensi gagal jantung sangat meningkat seiring dengan bertambahna usia dengan 6-10% pada usia di debar (-), demam (-), nyeri
atas 65 tahun. Menurut World Health Organisation (WHO) pada tahun 2016, menyebutkan bahwa 17,5 juta orang
meninggal akibat penyakit kardiovaskular pada tahun 2008, yang mewakili dari 31% kematian di dunia. Di Amerika
kepala (+), pilek (-), mual (+),
Serikat penyakit gagal jantung hampir terjadi 550.000 kasus pertahun. Di negara-negara berkembang di dapatkan muntah (-).
kasus sejumlah 400.000 sampai 700.000 per tahun (WHO,2016).
Gagal jantung adalah diagnosis kardiovaskular yang jumlahnya meningkat cepat (Schilling, 2014). Di Dunia 31% dari
Dari hasil pemeriksaan
58 juta angka kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskular (WHO, 2016). Angka tersebut, benua Asia memiliki didapatkan kondisi pasien
angka tertinggi kematian akibat penyakit jantung dengan jumlah penderita 276,9 ribu jiwa. Indonesia menduduki tingat
kedua di Asia Tenggara dengan jumlah 371 ribu jiwa (WHO, 2014).
sesak, bising sistolik pada
Berdasarkan data Kementrian Republik Indonesia pada tahun 2011, penyakit jantung telah menjadi salah satu auskultasi jantung, dan edema
penyakit penting kesehatan di masyarakat dan merupakan penyebab kematian utama. Sedangkan berdasarkan Riset palpebra dan ekstremitas
Kesehatan Dasar atau Riskesdas pada tahun 2009, menunjukkan bahwa penyakit jantung menempati urutan ketiga
terbanyak jumlah pasien di rumah sakit di Indonesia (Depkes, 2008). inferior

Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam suatu wadah pelayanan kesehatan, yang disebut
sarana atau pelayanan kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat penyelenggaraan
upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi (Handa, 2004).
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan di tingkat dasar,
diharapkan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, memuaskan, sesuai standar dan etika profesi.
Puskesmas merupakan unit pelaksana tehnis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah Kecamatan (Kemenkes, 2004). Masih terdapat warga yang
Puskesmas Pembantu (Pustu) adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan
membantu memperluas jangkauan Puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas
belum mendapatkan akses
dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan layanan kesehatan karena
kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Kegiatan pengobatan dasar di pustu membantu meningkatkan derajat terkendala transportasi dan
kesehatan masyarakat dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama yang tinggal jauh
dari puskesmas. jauh dari lokasi puskesmas.
Saat ini Indonesia mengalami transisi epidemiologi, dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit menular namun
terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak menular (PTM) atau penyakit degeneratif. Menurut hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Program pemerintah dalam sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang
dilaksanakan
secaraterintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan adalah PROLANIS (Program Tingginya angka prevalensi
Pengelolaan Penyakit Kronis).
Terdapat 347 juta orang di dunia mengidap diabetes. Pada tahun 2004 diperkirakan 3,4 juta orang meninggal akibat
penyakit kronis terutama
tingginya kadar gula darah puasa. Di negara yang berpenghasilan rendah dan sedang memiliki angka mortalitas hipertensi dan diabetes melitus
sebesar 80 % akibat DM. Diabetes menjadi
penyebab kematian utama peringkat 7 pada tahun 2030 (WHO, 2013).
di wilayah kerja Puskesmas
Diabetes melitus tipe 2 mencapai angka 25,8 juta orang atau 8,3% dari populasi penduduk Amerika Serikat (Inzucchi, Alian
2012). WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pasien pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pasien pada
tahun 2030 di Indonesia (PERKENI, 2011).
Masih banyak penderita
PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi diabetes dan hipertensi yang
yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi
peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya
tidak berobat secara rutin
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Prolanis bertujuan mendorong peserta penyandang penyakit kronis Kurangnya kepatuhan minum
mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama obat pasien hipertensi, DM, dan
memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis
terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit. penyakit kronis lainnya
malam hari dan menyebabkan
pasien sering terbangun hampir
setiap malam. Rasa gatal yang
dirasakan membuat pasien
menggaruk kulit hingga timbul
luka akibat garukan dan
beberapa luka bernanah, rasa
gatal tidak disertai panas dan
pedih. Pasien tinggal di
pesantren, dan teman
mengalami hal serupa. Pasien
tidak digigit oleh serangga.
Keluhan batuk pilek, demam,
sakit menelan, konsumsi obat-
obatan dan jamu disangkal.

a. Lokasi : sela sela jari tangan


kanan dan kiri, tungkai kanan
bawah, selangkangan serta
bokong.
UKK ( Inspeksi) :
1) Morfologi : papul, vesikel,
Scabies merupakan manifestasi klinis yang disebabkan oleh penetrasi kutu parasit obligat pada manusia, Sarcoptes
pustule dan eksoriasi
scabies var. hominis ke dalam lapisan epidermis. Kutu scabies ini adalah hewan Arthropoda yang awalnya 2) Distribusi : terlokalisir
diidentifikasi pada tahun 1600-an, namun tidak dikenal sebagai penyebab erupsi kulit hingga tahun 1700-an. Perkiraan
sekitar 300 juta jiwa diseluruh dunia terinfeksi kutu scabies. Scabies menyerang seluruh lapisan masyarakat, dimana
3) Konfigurasi : diskret
wanita dan anak-anak lebih banyak terinfeksi. Penyakit ini umumnya cenderung banyak ditemukan pada area urban, 4) Batas : tegas
khususnya pada area padat penduduk. Terdapat bukti adanya variasi musim, dimana banyak kasus dilaporkan pada
saat-saat musim dingin daripada saat musim panas. Insiden scabies telah meningkat dalam 2 dekade terakhir ini,
5) Warna : hiperpigmentasi
terutama di rumah-rumah perawatan, penjara, dan bangsal-bangsal rumah sakit. Transmisi parasit ini biasanya terjadi 6) Ukuran : lentikuler
melalui kontak personal, meskipun kutu scabies ini dapat hidup di kulit manusia selama lebih dari 3 hari.1 Riwayat Palpasi : perabaan keras, nyeri
kontak di sekolah, atau dengan teman dekat merupakan hal yang penting, terutama ketika tidak ada konfirmasi
laboratorium. tekan (-) ukuran 0,5x0,5x0,5 cm
 PERENCANAAN &
Pelaksanaan Monitoring & Evaluasi
PEMILIHAN INTERVENSI

Penyuluhan menggosok gigi


dilakukan bersama-sama
antara petugas kesehatan, guru
Pertemuan petugas kesehatan serta siswa siswi untuk
dan guru serta siswa siswi ini meningkatkan pengetahuan
bertujuan agar siswa siswi dan kesadaran serta
dapat memahami serta aktif meningkatkan sikap dan
dalam meningkatkan status perilaku siswa siswi dalam
kesehatan gigi mereka agar menjaga kesehatan gigi dan
tidak timbul penyakit pada gigi mulut. Penyuluhan dilakukan
dan mulut, serta memberikan bersama dengan kunjungan ke Meningkatnya kesadaran dalam
contoh menyikat gigi yang sekolah untuk BIAS dimana menggosok gigi serta
benar agar efektif dan tidak dilakukan skrining dan edukasi berkurangnya angka kunjungan
timbul komplikasi. mengenai kebersihan diri. anak ke poli gigi.

Pelaksanaan dilakukan di
rumah kader Posbindu Desa
Seliling. Kegiatan diikuti oleh
masyarakat, dokter internship,
Melakukan penyuluhan dan bidan desa. Kegiatan
mengenai pola hidup sehat meliputi pemeriksaan lemak
pada peserta posbindu Desa tubuh, antropometri, dan
Seliling dan mengenai tanda tekanan darah kemudian Monitoring dan evaluasi
dan gejala, pengertian, dilakukan konseling secara dua dilakukan pada saat kegiatan
pengobatan, dan pencegahan arah dan face to face mengenai posbindu dengan melihat kartu
penyakit tidak menular. pola hidup sehat. catatan kunjungan posbindu.
Penyuluhan mengenai
hipertensi dilakukan pada
• Memberikan penyuluhan kegiatan posbindu di Desa
mengenai hipertensi dan pola Kalijaya. Penyuluhan meliputi
hidup sehat tanda dan gejala hipertensi, Melakukan pengawasan dan
• Melakukan pemeriksaan pola hidup sehat, pencegahan pemantauan angka kejadian
tekanan darah pada saat hipertensi, dan pengobatan hipertensi pada lansia dan usia
kegiatan posbindu atau peserta hipertensi. Setelah dilakukan produktif dengan cara rutin
dapat datang ke pustu dan penyuluhan dilakukan melakukan pemeriksaan
puskesmas alian untuk pengukuran tekanan darah dan tekanan darah minimal 1 bulan
diberikan pengobatan agar konseling secara face to face sekali pada saat kegiatan
tekanan darah dapat terkontrol. mengenai pola hidup sehat posbindu.

Kegiatan Germas dilakukan di


halaman PAUD Desa
Kalirancang. Kegiatan diawali
dengan senam lansia bersama,
diikuti dengan makan bersama
dan penyuluhan mengenai diet
hipertensi, penyakit hipertensi,
dan pencegahan penyakit tidak
• Melakukan penyuluhan menular dengan germas. Selain
mengenai GERMAS, gizi, dan itu, dilakukan pemeriksaan Monitoring dan evaluasi
penyakit tidak menular. tekanan darah untuk dilakukan melalui setiap
• Melakukan senam germas mengetahui faktor risiko kunjungan kegiatan Posyandu
bersama hipertensi. Lansia.
Kami melakukan edukasi Kami melakukan edukasi
kepada masyarakat bertepatan kepada masyarakat bertepatan
dengan perayaan 17 Agustus di dengan perayaan 17 Agustus di
Kebumen dan pawai 17-an Kebumen dan pawai 17-an
yang dilaksanakan tanggal 18 yang dilaksanakan tanggal 18
Agustus 2019. Agustus 2019. Masyarakat antusias dengan
Edukasi yang dilakukan meliputi Edukasi yang dilakukan meliputi pawai yang dilaksanakan serta
STBM, Open Defecation Free STBM, Open Defecation Free menyimak informasi mengenai
dan Air Minum Bersih. dan Air Minum Bersih. STBM.

Dilakukan penyuluhan PHBS


dan ibu hamil serta praktik cuci
tangan.Kegiatan dilaksanakan
di rumah kader Posyandu
Sawangan . Kegiatan meliputi Warga dapat melakukan cuci
Pemberian penyuluhan pengukuran berat badan, tinggi tangan dengan benar
mengenai PHBS dan diare badan, serta dilakukan Monitoring dan evaluasi dengan
pada ibu penderita serta praktik penyuluhan dan praktik cuci menilai angka kejadian diare di
cuci tangan tangan. Puskesmas Alian
Kegiatan Edukasi dan
Demonstrasi "Cuci Tangan
Pakai Sabun" (CTPS) di SD N
Tanuharjo
Kegiatan dilaksanakan 4 sesi:
1. Penyuluhan mengapa
pentingnya cuci tangan dan
PHBS (tidak BAB
sembarangan, membuang
sampah pada tempatnya) serta
rantai penularan penyakit
2. Edukasi cara cuci tangan 6
langkah
3. Peragaan cara cuci tangan
Kunjungan ke sekolah dan dengan bantuan cat air
pemberian edukasi dan praktik 4. Demonstrasi siswa cuci Anak-anak antusias dalam
cara cuci tangan yang baik dan tangan di air mengalir dengan mendengarkan materi edukasi
benar serta edukasi rantai bantuan cairan betadin-lem dan dapat melakukan cuci
penularan penyakit. warna hitam tangan 6 langkah dengan baik.
Intervensi yang dilakukan
adalah penyuluhan mengenai
PHBS dan STBM. Masyarakat Pemicuan STBM
diberikan pengetahuan tentang Dilaksanakan bersama
akibat dari perilaku buang air perangkat desa, Pak Lurah, dan
besar sembarangan. perwakilan dari puskesmas
Penyuluhan dilakukan yaitu petugas kesehatan
bersamaan dengan kegiatan lingkungan dan dokter
posyandu, kemudian dilakukan internship. Perwakilan
pernyataan komitmen dari puskesmas memberikan Telah dilaksanakan pemicuan
masing-masing wakil keluarga penyuluhan mengenai STBM dan dilanjutkan dengan
untuk menghentikan perilaku pentingnya BAB di tempat yang MOU antara Kelurahan dengan
BABS dan menyatakan sesuai untuk mencegah Puskesmas mengenai
ketersediaan jamban keluarga. terjadinya penularan penyakit. Penggunaan Jamban Sehat.
Dilakukan penyuluhan PHBS
dan ibu hamil serta praktik cuci
tangan.Kegiatan dilaksanakan
di rumah kader Posyandu
Krakal . Kegiatan meliputi Warga dapat melakukan cuci
Pemberian penyuluhan pengukuran berat badan, tinggi tangan dengan benar
mengenai PHBS dan diare badan, serta dilakukan Monitoring dan evaluasi dengan
pada ibu penderita serta praktik penyuluhan dan praktik cuci menilai angka kejadian diare di
cuci tangan tangan. Puskesmas Alian

Kegiatan Edukasi dan


Demonstrasi "Cuci Tangan
Pakai Sabun" (CTPS) di MI
Kemangguan

Kegiatan dilaksanakan 4 sesi:


- Edukasi cara cuci tangan yang 1. Penyuluhan mengapa
baik dan benar pentingnya cuci tangan dan
- Pemberian hand rub ukuran PHBS (tidak BAB
kecil pada siswa sembarangan, membuang
sampah pada tempatnya)
2. Edukasi cara cuci tangan 6
langkah
3. Peragaan cara cuci tangan
dengan bantuan cat air
4. Demonstrasi siswa cuci
Intervensi yang dipilih: Edukasi tangan di air mengalir dengan Anak-anak dapat melakukan
dan Demonstrasi cara cuci bantuan cairan betadin-lem cuci tangan 6 langkah dengan
tangan yang baik dan benar warna hitam baik.
Pemicuan STBM dilaksanakan
pada tanggal 25 Juli 2019
bersamaan dengan Posyandu
Balita di RT 3/ RW 2, Sempor,
Intervensi yang dilakukan Desa Kemangguan pukul 9.00-
adalah penyuluhan mengenai 12.00. Pemicuan dilakukan
PHBS dan STBM. Masyarakat dalam bentuk penyuluhan
diberikan pengetahuan tentang mengenai PHBS, lingkungan
akibat dari perilaku buang air dan rumah sehat, serta jamban
besar sembarangan. sehat. Warga yang hadir Masyarakat aktif dan antusias
Penyuluhan dilakukan berjumlah 30 orang. Keluarga terhadap penyuluhan sehingga
bersamaan dengan kegiatan yang masih belum memiliki terjadi diskusi bersifat 2 arah.
posyandu, kemudian dilakukan jamban atau sedang dalam Masyarakat mau berkomitmen
pernyataan komitmen dari proses pembangunan sebanyak untuk tidak BAB sembarangan
masing-masing wakil keluarga 11 keluarga dan sudah dan memiliki jamban keluarga.
untuk menghentikan perilaku berkomitmen akan memiliki Pembuatan dan kepemilikan
BABS dan menyatakan jamban hingga akhir tahun jamban akan terus dievaluasi
ketersediaan jamban keluarga. 2019. hingga akhir 2019.
Pelaksanaan kelas ibu hamil
dilakukan di Pos kesehatan
desa Tanuharjo dan dihadiri
oleh kepala puskesmas, dokter
internsip, dan bidan.
Penyuluhan yang diberikan
meliputi penyuluhan mengenai
Diadakan kelas ibu hamil kehamilan risiko tinggi,
sebanyak 3 pertemuan, masalah-masalah yang dapat Ibu-ibu hamil paham mengenai
didahului oleh pretest, terjadi pada kehamilan serta tanda bahaya kehamilan risiko
kemudian dilakukan tanda bahaya yang harus tinggi ditandai dengan kenaikan
penyuluhan mengenai gizi ibu diwaspadai oleh masyarakat hasil posttest. Monitoring
hamil, senam, dan hal-hal yang pada kehamilan, serta gerakan dilakukan saat peserta kelas ibu
perlu diwaspadai selama senam yang boleh dilakukan hamil memeriksakan diri ke poli
kehamilan oleh ibu hamil. KIA atau ke bidan desa.
Pelaksanaan dilakukan dengan
melakukan penyuluhan dan
diskusi 2 arah guna
meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, merubah sikap
dan perilaku ibu mengenai
pentingnya stimulasi dalam
memaksimalkan pertumbuhan
dan perkembangan bayi dan
balita.yang bertempat di
Posyandu Desa Karangtanjung
Posyandu dilaksanakan sekali dengan peserta bidan desa, ibu
dalam sebulan untuk satu balita Desa Karangtanjung, Melakukan pengecekan rutin
wilayah Posyandu. Aktivitas kader posyandu Desa KMS setiap kunjungan
posyandu meliputi pengukuran Karangtanjung, dan dokter posyandu ataupun ketika
tinggi/panjang badan dan berat internship Puskesmas Alian. pemeriksaan di MTBS guna
badan yang kemudian Selain dilaksanakan mengetahui keberhasilan
dilakukan plotting pada KMS pemeriksaan tumbuh kembang penyuluhan dalam
dan melakukan penyuluhan untuk deteksi dini stunting, meningkatkan derajat
mengenai gizi dan penyakit dilaksanakan pula imunisasi kesehatan balita khususnya di
pada balita. pada bayi dan balita. Desa Karangtanjung.
tidak diposisikan hanya pemantauan pelaksanaan
menerima informasi karena Kelas Ibu Balita. Pelaksanaan
posisi pasif cenderung tidak Kelas Ibu Balita diiringi oleh
efektif dalam merubah prilaku. kegiatan monitoring dan
Oleh sebab itu Kelas Ibu Balita evaluasi berkala dan
dirancang dengan metode berkesinambungan. Monitoring
belajar partisipatoris dimana dilakukan oleh Tim Kecamatan,
para ibu tidak dipandang Dinas Kesehatan
sebagai murid, melainkan Kabupaten/Kota beserta sektor
sebagai warga belajar. Dalam dan Dinas Kesehatan Provinsi
prakteknya para ibu didorong beserta sektor dengan
untuk belajar dari pengalaman menggunakan instrumen
sesama, sementara fasilitator Evaluasi Dampak Kegiatan
berperan sebagai pengarah Evaluasi dilakukan dengan
kepada pengetahuan yang menggunakan perangkat
benar. Fasilitator bukanlah guru Pelaksanaan dilakukan di balai evaluasi (instrumen) yang lebih
atau dosen yang mengajari, desa Karangkembang dengan spesifik berupa daftar isian
namun dalam lingkup terbatas peserta berasal dari perwakilan yang disusun dengan indikator-
ia dapat menjadi sumber ibu yang telah memiliki balita indikator tertentu. Evaluasi oleh
belajar. dari desa Karangkembang. pelaksana (Bidan/Bidan
Pertemuan kelas ibu balita Para peserta diberi penyuluhan kordinator/Dokter) dilakukan
dimaksud agar ibu balita dapat dan diskusi 2 arah guna pada setiap pertemuan Kelas
memahami dan memantau meningkatkan pengetahuan, Ibu Balita.
lebih lanjut mengenai stunting. keterampilan, merubah sikap Pencatatan/Pelaporan
Metode yang dilakukan adalah dan perilaku ibu mengenai Menggunakan registrasi yang
intervensi dan diskusi 2 arah stunting dan pentingnya sudah ada seperti Kohort ibu,
dengan menayangkan materi- pencegahannya dengan kohort bayi dan kohort balita
materi secara visual guna memperhatikan gizi saat hami, dan pelaporan menjadi kegiatan
meningkatkan pemahaman gizi saat menyusui dan gizi stimulan tumbuh kembang
peserta kelas ibu hamil. balita. balita (LB3 KIA).
Pelaksanaan safari KB
dilaksanakan pada tanggal 20
Juni 2019 di Puskesmas Alian
berupa pelayanan pemasangan
Puskesmas, Dinas Kesehatan, KB IUD dan implant secara
Kecamatan , dan Kepolisian gratis kepada ibu usia subur.
bekerja sama untuk Pelaksanaan meliputi
memberikan sarana pelayanan pendaftaran, pelayanan KB,
KB jangka panjang yaitu konsultasi KB, dan pemberian
implant dan IUD secara gratis medikasi. Pelayanan dilakukan Monitoring dan evaluasi
yang dilakukan pada satu hari oleh bidan Puskesmas Alian dilakukan pada saat peserta
yaitu 20 Juni 2019 pada jam dan dokter internship safari KB kontrol ke poli KIA/KB
pelayanan Puskesmas Alian. Puskesmas Alian. Puskesmas Alian

Pelaksanaan dilakukan dengan


melakukan penyuluhan dan
diskusi 2 arah guna
meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, merubah sikap
dan perilaku ibu mengenai
pentingnya stimulasi dalam
memaksimalkan pertumbuhan
dan perkembangan bayi dan
balita.yang bertempat di
Posyandu dilaksanakan sekali Posyandu Desa Bojongsari
dalam sebulan untuk satu dengan peserta bidan desa, ibu Melakukan pengecekan rutin
wilayah Posyandu. Aktivitas balita Desa Bojongsari, kader KMS setiap kunjungan
posyandu meliputi pengukuran posyandu Desa Bojongsari, dan posyandu ataupun ketika
tinggi/panjang badan dan berat dokter internship Puskesmas pemeriksaan di MTBS guna
badan yang kemudian Alian. Selain dilaksanakan mengetahui keberhasilan
dilakukan plotting pada KMS pemeriksaan tumbuh kembang penyuluhan dalam
dan melakukan penyuluhan untuk deteksi dini stunting, meningkatkan derajat
mengenai gizi dan penyakit dilaksanakan pula imunisasi kesehatan balita khususnya di
pada balita. pada bayi dan balita. Desa Bojongsari.
A. Kelas Ibu Hamil A. Kelas Ibu Hamil
Pada kelas ibu hamil kami Pada kelas ibu hamil kami
memberikan penyuluhan memberikan penyuluhan
mengenai kehamilan risiko mengenai kehamilan risiko
tinggi, masalah-masalah yang tinggi, masalah-masalah yang
dapat terjadi pada kehamilan dapat terjadi pada kehamilan
serta tanda bahaya yang harus serta tanda bahaya yang harus
diwaspadai oleh masyarakat diwaspadai oleh masyarakat
pada kehamilan. pada kehamilan.

B. Posyandu B. Posyandu
Posyandu dilakukan 5 meja, Posyandu dilakukan 5 meja,
dan disertai dengan imunisasi. dan disertai dengan imunisasi.
Pasien diberikan informasi Pasien diberikan informasi
untuk datang di bulan depan untuk datang di bulan depan
(Agustus) untuk mendapat (Agustus) untuk mendapat
Vitamin A. Selain itu diberikan Vitamin A. Selain itu diberikan Ibu-ibu hamil paham mengenai
pula penyuluhan mengenai pula penyuluhan mengenai tanda bahaya kehamilan risiko
penyakit-penyakit pada anak penyakit-penyakit pada anak tinggi.
serta penyuluhan KB bersama serta penyuluhan KB bersama Ibu-ibu memeriksakan anaknya
PLKB Kecamatan. PLKB Kecamatan. ke posyandu.
Melakukan pengecekan rutin
KMS setiap kunjungan
Pelaksanaan dilakukan posyandu ataupun ketika
bersamaan dengan kegiatan pemeriksaan di MTBS guna
Melakukan penyuluhan posyandu Desa Wonokromo. mengetahui keberhasilan
mengenai gizi dan pentingnya Kegiatan dihadiri oleh bidan penyuluhan dalam
nutrisi yang baik untuk desa, peserta PIDI, ibu balita, meningkatkan drajat
pertumbuhan dan dan kader posyandu. Kegiatan kesehatann balita khususnya
perkembangan anak terutama meliputi penyuluhan gizi dan didaerah wilayah kerja
1000 hari kehidupan pertama penimbangan balita. Puskesmas Alian
a. Monitoring : Diskusi
1. Mampu mengetahui
pemilihan diet dan terapi gizi
pada penderita hipertensiLansia
dapat menjelaskan pencegahan
dan komplikasi hipertensi
b. Evaluasi :
1. Sebagian besar peserta
dapat memahami
penatalaksanaan diet dan gizi
pada penderita hipertensi
Menggunakan metode ceramah Penyuluhan mengenai diet 2. Perlu dievaluasi apakah
dan diskusi dua arah untuk pada penderita hipertensi terjadi komplikasi diabetes
penyampaian materi mengenai dilakukan bersamaan dengan melitus pada penderita
diet pada penderita hipertensi kegiatan Posyandu Lansia hipertensi
yang dilaksanakan bersamaan Desa Kalirancang. Posyandu 3. Perlunya kerja sama
dengan kegiatan Posyandu Lansia dihadiri oleh 25 orang dengan fasilitas kesehatan
Lansia di wilayah kerja warga yang sebagian besar rujukan dalam penatalaksanaan
Puskesmas Alian menderita hipertensi. hipertensi

Pelaksanaan dilakukan di
Posyandu Jatimulyo berupa
Pertemuan di Posyandu penyuluhan mengenai
dimaksud agar ibu balita dapat pentingnya gizi seimbang yang
memahami dan memantau baik untuk bayi dan balita.
lebih lanjut mengenai stunting. Setelah penyuluhan dilakukan
Metode yang dilakukan adalah sesi tanya jawab sehingga
intervensi dan diskusi 2 arah terjadi komunikasi dua arah. Monitoring dan evaluasi melalui
dengan menayangkan materi- Selain itu, dilakukan grafik pertumbuhan dan
materi secara visual guna pengukuran dengan alat dari perkembangan pada KMS yang
meningkatkan pemahaman dinas kesehatan untuk deteksi dibawa saat Posyandu atau
peserta kelas ibu hamil. dini stunting. saat pemeriksaan di MTBS.
pada tanggal 17 Juni 2019 di
kegiatan Posyandu Lansia
Desa Tanuharjo pada pukul
9:00-10:30. Penyuluhan ini
diikuti oleh kurang lebih 20
lansia yang dilakukan
bersamaan dengan kegiatan
posyandu lansia. Penyuluhan
disampaikan secara interaktif Monitoring : Diskusi
dengan tanya jawab antara 1. Mampu mengetahui
lansia dan dokter di tengah pemilihan diet dan terapi gizi
tengah penyuluhan yang pada penderita diabetes melitus
bertujuan meningkatkan tipe II Lansia dapat
pemahaman lansia. Selain itu menjelaskan pencegahan dan
juga dilanjutkan sesi tanya komplikasi diabetes melitus tipe
jawab, diskusi mengenai betapa II
Berdasarkan latar belakang dari pentingnya menjaga kadar gula Evaluasi :
permasalahan diatas, perlu darah, berbagi pengalaman 1. Sebagian besar peserta
dilakukan upaya promosi dengan lansia dalam upaya dapat memahami
kesehatan untuk meningkatkan pemilihan diet yang tepat bagi penatalaksanaan diet dan gizi
pengetahuan tentang penderita DM Tipe II. Dalam pada penderita diabetes melitus
pentingnya pemilihan diet pada penyuluhan juga dijelaskan tipe II
penderita diabetes tipe II. Kami bagaimana cara mengontrol 2. Perlu dievaluasi apakah
memilih “Metode Penyuluhan” kadar gula darah secara terjadi komplikasi diabetes
dalam perencanaan dan farmakologis dan non melitus pada penderita diabetes
pemilihan intervensi. farmakologis yang berupa melitus tipe II
Penyuluhan ini dilakukan di kegiatan sehari-hari yang 3. Perlunya kerja sama
dalam kegiatan Posyandu mudah dan diharapkan dapat dengan fasilitas kesehatan
Lansia yang termasuk wilayah lansia praktekkan dan terapkan rujukan dalam penatalaksanaan
kerja Puskesmas Alian sehari-hari. diabetes melitus tipe II
Penyuluhan Gizi kepada Ibu
Hamil di Kelas Ibu Hamil
Penyuluhan dilakukan oleh
dokter Internship dan petugas
gizi (Mbak Ais) kepada ibu
hamil di Kelas Ibu Hamil.
Selain gizi untuk ibu hamil, kami
juga menjelaskan mengenai
pengaturan gizi untuk ibu post-
partum dan untuk bayi,
termasuk ASI Eksklusif dan Ibu hamil paham tentang gizi
pengaturan makanan pada yang baik untuk ibu hamil dan
anak. bayi.

Pelaksanaan kegiatan
penyuluhan dilakukan Melakukan pengecekan rutin
bersamaan saat melakukan KMS setiap kunjungan
kegiatan posyandu Desa posyandu ataupun ketika
Karangtanjung dengan jumlah pemeriksaan di MTBS guna
peserta sebanyak 50 orang. mengetahui keberhasilan
Melaksanakn penyuluhan Kegiatan dilakukan sebelum penyuluhan dalam
kepada ibu muda baru melalui peserta melakukan meningkatkan drajat
metode ceramah dan diskusi penimbangan, dengan melalui kesehatann balita khususnya
dua arah di Posyandu wilayah metode ceramah dan diskusi 2 didaerah wilayah kerja
kerja Puskesmas Alian arah mengenai MPASI. Puskesmas Alian
- Pemicuan STBM
Dilaksanakan bersama
perangkat desa, Pak Lurah, dan
perwakilan dari puskesmas
yaitu petugas kesehatan
lingkungan dan dokter
internship. Perwakilan
puskesmas memberikan Telah dilaksanakan pemicuan
penyuluhan mengenai STBM dan dilanjutkan dengan
- Penyuluhan mengenai bahaya pentingnya BAB di tempat yang MOU antara Kelurahan dengan
Open Defecation sesuai untuk mencegah Puskesmas mengenai
- Pemicuan STBM terjadinya penularan penyakit. Penggunaan Jamban Sehat.
Kami menghimbau masyarakat Kami menghimbau masyarakat
untuk mulai melakukan germas untuk mulai melakukan germas
yang terdiri dari 6 tindakan yaitu yang terdiri dari 6 tindakan yaitu
: :
1. Cek kesehatan rutin 1. Cek kesehatan rutin
2. Enyahkan asap rokok 2. Enyahkan asap rokok
3. Berolahraga teratur 3. Berolahraga teratur
4. Diet gizi seimbang 4. Diet gizi seimbang Masyarakat paham dan
5. Istirahat cukup 5. Istirahat cukup senantiasa menerapkan pola
6. Kelola stres 6. Kelola stres hidup sehat melalui germas
BIAS campak dilaksanakan Tim Puskesmas Alian bekerja
serentak pada bulan Agustus sama dengan tim UKS SD/MI
untuk anak SD kelas 1. dan guru SD/MI melaksanakan
Kegiatan dilaksanakan untuk imunisasi campak untuk kelas 1
semua SD dan MI yang ada di SD dan skrining kesehatan
wilayah kerja Puskesmas Alian. meliputi, kebersihan diri,
Tim yang terdiri dari dokter, kesehatan gigi, kesehatan Monitoring dan evaluasi
bidan, dan perawat dibentuk mata, dan telinga. Dari hasil dilakukan oleh guru dan orang
dan secara bergilir mengunjungi skrining didapatkan masih tua anak. Apabila anak demam,
SD melaksanakan skrining banyak anak yang menderita petugas kesehatan
kesehatan untuk anak kelas 1-6 carries, kuku panjang dan kotor, menasihatkan untuk
dan imunisasi campak untuk anemia, dan liang telinga kotor. memeriksakan anak ke
kelas 1 untuk tanggal yang Anak yang sakit dan belum Puskesmas. Selain tiu
telah dijadwalkan. Imunisasi diimunisasi akan didata dan dilakukan pengecekan saat
dan skrining dilakukan pada dilakukan sweeping saat sweeping anak yang belum
saat jam pelajaran. kegiatan BIAS selesai. diimunisasi.
Kegiatan senam anti stroke dan
penyuluhan mengenai stroke
dilakukan di Posyandu Lansia
Tlogowulung dengan jumlah
peserta sekitar 25 orang.
Kegiatan diawali dengan
pendaftaran, pengecekan berat
badan dan tinggi badan,
Kurangnya aktivitas fisik dapat pengecekan tekanan darah, lalu Monitoring dan evaluasi
diatasi dengan pengadaan diberikan penyuluhan dengan dilakukan saat kunjungan ke
senam rutin khususnya saat metode ceramah dan diskusi Posyandu Lansia melalui
posbindu ataupun posyandu dua arah. Kemudian dilakukan pengecekan tensimeter secara
lansia senam anti stroke rutin
Kegiatan senam lansia,
pemeriksaan kadar gula darah,
dan penyuluhan mengenai
germas dan diabetes mellitus
serta diskusi dilakukan
bersamaan dengan kegiatan
Posyandu Lansia Desa
Tanuharjo. Kegiatan dihadiri
sekitar 30 orang lansia, kader Monitoring: Lansia paham
Dilakukan senam lansia dan Posyandu Lansia Desa mengenai germas dan diabetes
pemeriksaan kadar gula darah Tanuharjo, bidan desa, mellitus
bersamaan dengan kegiatan mahasiswa KKN, dosen UMP Evaluasi:
Posyandu Lansia. sebagai pembina mahasiwa Meningkatnya kepatuhan
Pemberian materi mengenai KKN, dan perwakilan dinas minum obat penderita diabetes
diabetes melitus, meliputi tanda kesehatan dan bertempat di mellitus
dan gejala, pengobatan, rumah kader Posyandu Lansia Menurunnya prevalensi
pencegahan, dan faktor risiko. Desa Tanuharjo. diabetes mellitus tipe II
Penatalaksanaan dilakukan di
Poliklinik Umum Puskesmas
Alian tanggal 27 Mei 2019
1) Permetrin 5% cream tube Terapi yang diberikan:
No.1 dioleskan selama 8-10 jam 1. Cetirizin syrup 5 mg/ 5 ml 1/2 Pada saat kontrol berikutnya
sedikit ditekan sebelum tidur cth/ 24 jam lesi telah membaik, hanya
malam 2. Permethrin 5% cream oles didapatkan sedikit krusta pada
2) Anti histamin untuk seluruh tubuh minimal 8 jam area yang borok karena
mengurangi gatal 3. Bedak salisilat 2x/hari digaruk.
3) Bedak salisilat untuk Edukasi cara pengolesan krim Pasien diminta untuk
mengurangi gatal dan gesekan permethrin melanjutkan terapi dengan
sehingga luka tidak bertambah Kontrol 1 minggu berikutnya gentamisin krim hanya pada
parah Konseling kesehatan area yang borok karena
Kontrol 1 minggu berikutnya lingkungan digaruk.

Kegiatan pengobatan dasar


dilakukan bersamaan dengan
kegiatan Posyandu Lansia
Desa Kalijaya meliputi Monitoring dan evaluasi
Dilakukan pemeriksaan tekanan pengukuran antropometri, dilakukan setiap kunjungan
darah dan antropometri serta tekanan darah, pengobatan, peserta ke Posyandu Lansia
dilakukan pengobatan dengan dan konseling mengenai pola atau saat peserta posyandu
obat anti hipertensi untuk hidup sehat dan pencegahan datang memeriksakan diri ke
peserta Posyandu Lansia. hipertensi. Puskesmas Alian
Dilakukan pengobatan pada
pasien di Poliklinik Umum
Puskesmas Alian tanggal 16
Juli 2019 dengan terapi:
Amlodipin tablet 5 mg/ 24 jam
PO
Furosemide tablet 40 mg/ 24
jam PO
Isosorbid dinitrat tablet 5 mg
Dilakukan rujukan ke spesialis sublingual jika nyeri dada
Penyakit Dalam untuk Ranitidin tablet 150 mg/ 12 jam
pengobatan dan pemeriksaan PO
lebih lanjut Caviplex 1 kaplet/ 24 jam PO
Memberikan terapi:
1. Obat anti hipertensi untuk Edukasi:
mengatasi hipertensi - Edukasi untuk istirahat
2. Diuretik untuk mengatasi cukup dan tidak beraktivitas
edema dan mengurangi beban berat
jantung - Edukasi untuk mengurangi
3. Obat anti aritmia untuk konsumsi air
mengatur irama jantung dan - Edukasi untuk mengurangi
membantu kerja jantung konsumsi garam
4. Nitrat untuk mengatasi - Edukasi untuk langsung Monitoring dan evaluasi
nyeri dada dengan cara memeriksakan diri ke spesialis berdasarkan hasil kontrol ke
melebarkan pembuluh darah penyakit dalam dan melakukan Puskesmas Alian ditandai
terutama pembuluh darah pemeriksaan EKG dengan perbaikan kondisi
koroner - Kontrol saat obat habis pasien

Mengadakan pelayanan
pengobatan dasar di
Puskesmas pembantu untuk Pelaksanaan kegiatan
memperluas akses masyarakat pengobatan dasar dilakukan di
terhadap layanan kesehatan. Puskesmas Pembantu
Adanya puskesmas pembantu Surotrunan pada tanggal 22
membantu penanganan Juni 2019. Kegiatan Monitoring dan evaluasi
penyakit menular dan tidak pengobatan dasar meliputi dilakukan dengan melihat
menular di wilayah kerja kegiatan promotif, preventif, jumlah kunjungan warga ke
Puskesmas Alian sehingga kuratif, dan rehabilitatif. Puskesmas Pembantu
diharapkan dapat menurunkan Pelayanan kuratif di Puskesmas Surotrunan dan angka
prevalensi penyakit menular Pembantu Surotrunan dilayani prevalensi penyakit menular
dan tidak menular di kecamatan oleh bidan desa dan dokter maupun tidak menular di
Alian. internship wilayah kerja Puskesmas Alian.
Dilakukan program prolanis
setiap rabu minggu pertama Pelaksanaan dilakukan di aula
tiap bulannya untuk peserta Puskesmas Alian. Kegiatan Monitoring dan evaluasi
BPJS yang menderita meliputi penyuluhan mengenai dilakukan pada setiap
hipertensi, DM, dan penyakit penyakit kronis, pemeriksaan kunjungan ke prolanis atau ke
kronis lainnya agar tekanan darah, konsultasi poliklinik umum yang diukur dari
mendapatkan obat selama dengan dokter, dan pemberian kadar gula darah dan tekanan
sebulan dan rutin berobat. obat untuk 1 bulan. darah pasien.

Terapi:
1) Permetrin 5% cream tube
No.1 dioleskan selama 10 jam
1) Permetrin 5% cream tube sedikit ditekan sebelum tidur Pada saat kontro berikutnya lesi
No.1 dioleskan selama 10 jam malam, dihabiskan telah membaik, hanya
sedikit ditekan sebelum tidur 2) Salep gentamisin untuk hari didapatkan sedikit krusta pada
malam ke-2 sampai ke-7 area yang borok karena
2) Salep gentamisin untuk hari 3) CTM 4 mg 1x1 tab No. X jika digaruk.
ke-2 sampai ke-7 gatal Pasien diminta untuk
3) CTM 4 mg 1x1 tab No. X jika Edukasi cara pengolesan melanjutkan terapi gentamisin
gatal permethrin tube krim hanya pada area yang
Kontrol 1 minggu berikutnya Kontrol 1 minggu berikutnya borok karena digaruk.

Anda mungkin juga menyukai