Anda di halaman 1dari 25

USUL SKRIPSI

PERBEDAAN KADAR KORTISOL TIKUS PUTIH


(Rattus norvegicus) JANTAN PASCA INDUKSI
BERBAGAI MODEL STRES SLEEP DEPRIVATION

Oleh :
Nirmala Muflihatul Khalida
G1A014015

Penelaah : Dr. dr. VM Wahyu Siswandari, Sp.PK, M.Si, Med


Pembimbing I : Dr. dr. Fitranto Arjadi, M.Kes
Pembimbing II : dr. Vitasari Indriani, MM, M.Si. Med, Sp.PK
Wakil Komisi : dr. Tisna Sendy P., M.Si

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
PURWOKERTO
2017
Outline
▪ Pendahuluan
▪ Tinjauan Pustaka
▪ Metode Penelitian
Latar Belakang
Tidur adalah proses Sleep deprivation
20% – 50% orang Stres akibat sleep
pemulihan kembali yang dapat menimbulkan
dewasa mengalami deprivation pada
penting bagi kesehatan stres dan
gangguan tidur dan manusia dapat
fisik maupun psikologis mengaktivasi aksis
17% menderita disamakan dengan
dimana orang dewasa HPA sehingga dapat
gangguan tidur yang berbagai model stres
membutuhkan sekitar 7 meningkatkan
serius pada hewan coba yaitu
sampai 9 jam dalam hormon kortisol
(Potter & Perry, 2012) PSD dan TSD
sehari untuk tidur (Alhola, 2007). (Arjadi et al., 2015).
(Periasamy et al., 2015).

Sleep recovery adalah PSD selama 20 jam


Belum banyak diteliti pengembalian waktu tidur selama 1 hari dapat
Perbedaan kadar kortisol pasca tikus pada kondisi semula. meningkatkan kadar
induksi stres paradoxical sleep
Peningkatan kortisol kortisol hingga 2 kali lipat
deprivation, total sleep deprivation, Sleep recovery selama 5 hari (Olayaki et al., 2015)
menimbulkan gangguan
paradoxical sleep deprivation setelah SD selama 20 jam
pada sistem imun,
dengan sleep recovery, dan total selama 5 hari dapat Durasi tidur malam 4-6
metabolisme, fungsi
sleep deprivation dengan sleep kognitif, dan memori menurunkan kadar kortisol jam dapat meningkatkan
recovery. (Wahyuni et al., 2015). lebih rendah daripada kadar kortisol pada pagi
kontrol hari (Jacobus, 2016)
(Olayaki et al., 2015)
Rumusan Masalah

“Apakah terdapat perbedaan kadar


kortisol pada tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan pasca induksi
berbagai model stres sleep
deprivation?”.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum Manfaat teoritis
Mengetahui perbedaan kadar kortisol pada tikus putih Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
(Rattus norvegicus) jantan pasca induksi berbagai ilmiah tentang dampak stres akibat berkurangnya
model stres sleep deprivation. waktu tidur terhadap kadar kortisol tikus putih jantan.

Tujuan khusus Manfaat praktis


▪ Membandingkan kadar kortisol kelompok tikus putih ▪ Bagi Masyarakat
jantan pasca induksi model stres PSD dengan
kelompok kontrol sehat. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
▪ Membandingkan kadar kortisol kelompok tikus putih kewaspadaan masyarakat dan memberikan informasi
jantan pasca induksi model stres TSD dengan mengenai dampak stres akibat berkurangnya waktu
kelompok kontrol sehat. tidur terhadap kesehatan.
▪ Membandingkan kadar kortisol kelompok tikus putih
jantan pasca induksi model stres PSD dilanjutkan sleep ▪ Bagi Peneliti Lain
recovery dengan kelompok kontrol sehat.
▪ Membandingkan kadar kortisol kelompok tikus putih Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
jantan pasca induksi model stres TSD dilanjutkan sleep dan masukan bagi peneliti lain untuk melakukan
recovery dengan kelompok kontrol sehat. penelitian selanjutnya.
▪ Mengetahui model stres sleep deprivation yang
berpengaruh terhadap kadar kortisol tikus putih jantan.
Keaslian Penelitian
NO Nama Peneliti Judul Persamaan Perbedaan
1 Olayaki, L.A., Vitamin C Prevents Sleep a. Variabel dependent : kadar a. Variabel independent: model
Sulaiman S.O. and Deprivation-induced kortisol tikus putih stres sleep deprivation akut
Anoba N.B. (2015) Elevation in Cortisol and b. Durasi waktu: 20 jam sleep dan kronik dan pemberian
Lipid Peroxidation in the Rat deprivation, 4 jam istirahat vitamin C
Plasma
selama 5 hari

2 Slobodanka Effects of recovery sleep a. Variabel dependent : kadar a. Durasi waktu: selama 13 hari
Pejovic, Maria after one work week of mild kortisol dengan 4 hari sebagai
Basta, Alexandros sleep restriction on baseline, 6 hari sleep
N. Vgontzas et al., interleukin-6 and cortisol deprivation dan 3 hari sleep
(2013) secretion and daytime recovery
sleepiness and performance b. Subjek : manusia

3 Debi Zartika (2017) Pengaruh stres terhadap a. Variabel dependent : kadar a. Variabel independent:
kadar kortisol dan kortisol model stres dengan renjatan
perkembangan kelenjar listrik
mammae tikus (Rattus b. Durasi waktu: 14 hari
norvegicus) c. Hewan coba: tikus putih
hamil
Hormon Sekresi
glukokortikoi dipengaruhi
d yang oleh ACTH,
Tinjauan Pustaka bertanggung
jawab
stres, dan
variasi diurnal
terhadap serta diatur
respon stres oleh aksis
dan takut HPA (Griffing,
(Mitrovic, 2008). 2010)

laki-laki : 55
μmol/L
Hormo perempuan:
44 μmol/L
n Tikus: 150 –
250 ng/ml
Kortisol (Zabidi
2015)
et al.,

Proses
metabolisme
karbohidrat,
protein, dan
lemak,
pemeliharaan
keseimbangan
elektrolit dan air,
menjaga tonus
pembuluh darah,
integritas
endotel (Yusni et
al., 2014).
Tinjauan Pustaka
Pengurangan durasi Kekurangan tidur selama 6
tidur, terganggunya hari maupun hanya tidur
waktu tidur, atau selama 4 jam setiap malam
kombinasi dari keduanya  penurunan kortisol 6x
(Krishnan et al., 2011). lebih lambat di sore hari
(Cauter, 2008)

Penyebab: kondisi sakit,


obat – obatan, insomnia, Sleep Menimbulkan gangguan
gangguan irama Deprivation pada aksis HPA sehingga
sirkadian, narkolepsi, meningkatkan sekresi
pekerjaan (Krishnan et al., hormon kortisol (Olayaki et
2011). al., 2015).

PSD : berkurangnya Induksi Stress  Menimbulkan stres


hampir seluruh waktu metode Single Platform oksidatif akibat
tidur (Oh et al., 2012). Method dan Modified pembentukan dan
TSD : pengurangan Multiple Platform eliminasi ROS yang tidak
waktu tidur selama 24 jam Method (Jeddi et al., 2016). seimbang (Periasamy et al., PSD : Paradoxical Sleep
penuh (Chennaoui et al., 2015 2015) deprivation
TSD : Total Sleep
deprivation
Modified Multiple Platform Method
Tinjauan pustaka

Sleep Recovery

Memulihka Sleep
Interaksi n aktivitas recovery
aksis HPA antioksida selama 24
Pengemba jam pasca
lian waktu akibat n
(glutathion TSD
tidur sleep selama 24
menjadi deprivatio e) dalam
mengham jam dan 48
seperti n dapat jam akan
semula bat
(Dickinson et
kembali terjadinya memulihka
al., 2008). normal stres n hingga
(Everson et oksidatif 72% dan
al., 2007). (Everson et al., 42% (Mattice
2007). et al., 2011)
Kerangka Teori
PSD TSD

Aktivasi aksis HPA

CRH & AVP

ACTH
Sleep recovery  

Glukokortikoid
Gluthatione  

Stress Oksidatif

Kortisol 
Kerangka Konsep Hipotesis
Kelompok
kontrol Terdapat perbedaan kadar
hormon kortisol pada tikus putih
PSD (SD 20 jam, 4 (Rattus norvegicus) jantan galur
jam istirahat) selama Wistar yang diinduksi stres
5 hari model paradoxical sleep
deprivation (PSD), total sleep
deprivation (TSD), paradoxical
TSD (SD 24 jam) Kadar kortisol
selama 5 hari
sleep deprivation (PSD) dengan
sleep recovery, dan total sleep
deprivation (TSD) dengan sleep
PSD (SD 20 jam, 4 jam recovery.
istirahat) selama 5 hari
+ sleep recovery 5 hari

TSD (SD 24 jam)


selama 5 hari + sleep
recovery 5 hari
Metode Penelitian

A. Rancangan Penelitian
Penelitian true experimental dengan post-test only with control grup design terhadap hewan
coba tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar dan menggunakan modified
multiple platform method (MMPM) yang dilengkapi alat muscle atonia untuk induksi stres

B. Rancangan Percobaan dan Pengambilan Sampel

Rumus Federer Berdasarkan perhitungan tersebut maka


dibutuhkan sebanyak 25 ekor hewan coba
(t-1) (r-1) ≥ 15 untuk 5 kelompok perlakuan.
(5-1)(r-1) ≥ 15
Untuk menghindari terjadinya dropout, perlu
4(r-1) ≥ 15
4r – 4 ≥ 15 ditambahkan 1 ekor hewan coba untuk setiap
4r ≥ 19 kelompok perlakuan.
r ≥ 4,75  dibulatkan menjadi 5 (setiap
Keterangan: kelompok minimal terdiri dari 5 ekor Maka, jumlah total hewan coba yang
t : jumlah perlakuan hewan coba) dibutuhkan adalah 30 ekor
n : jumlah ulangan
Metode Penelitian

Kelompok Perlakuan

KI KII KIII KIV KV

PSD (SD 20 jam pkl PSD (SD 20 jam pkl TSD (SD 24 jam pukul
Kelompok TSD (SD 24 jam
11.00-07.00 WIB, 4 11.00-07.00 WIB, 4 jam 04.00-04.00 WIB)
kontrol pukul 04.00-04.00
jam istirahat pkl 07.00- istirahat pkl 07.00-11.00 selama 5 hari + sleep
11.00 WIB) selama 5 WIB) selama 5 hari WIB) selama 5 hari + recovery 5 hari
hari sleep recovery 5 hari
Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi


Usia 3-4 bulan Sakit saat aklimatisasi
Tanda: gerakan tidak aktif, tidak mau makan, rambut
kusam, dan rontok
Berat badan 200-300 gram Penurunan berat badan lebih dari 10% setelah
aklimatisasi.
Keadaan normal dan sehat Mati saat perlakuan
Alat dan Bahan

Alat Penelitian Bahan Penelitian


1. Timbangan analitik OHAUS 1. Bahan pakan hewan coba yaitu Comfeed AD II
2. Kandang tikus berukuran 60 x 30 x 30 cm 2. Bahan minuman hewan coba berupa air mineral
3. Tangki berukuran 123 x 44 x 44 cm berisi air AQUA®
4. Alat kejut muscle atonia 3. Sampel darah hewan coba sebanyak 2 cc
5. Mesin sentrifuge dan microsentrifuge darah sampel
6. Tabung sampel darah non EDTA
7. KIT immulite kortisol
8. ELISA Washer
9. ELISA Reader
10. Tabung microsentrifuge
11. Mikropipet single channel ukuran 100-1000 μl dan
20-200 μl serta mikropipette multichannel
12. Tip micropipette
13. Gelas ukur
14. Spektrofotometer
15. Pipet mikrohematokrit
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Jenis Data Skala Data
Berbagai Berbagai model stres yang model digunakan menggunakan stres modified
1 model stres Kategorik Nominal
multiple platform method (MMPM) yang dilengkapi dengan alat kejut
muscle atonia (Monico-Neto, 2015; Oh et al., 2012).
a. Paradoxical sleep deprivation (PSD) dilakukan selama 5 hari (20 jam
sleep deprivation, 4 jam istirahat) (Olayaki et al., 2015).
b. Total sleep deprivation (TSD) dilakukan selama 5 hari (100 jam) penuh
tanpa disertai waktu istirahat.
c. Paradoxical sleep deprivation (PSD) dengan sleep recovery dilakukan
selama 5 hari (20 jam sleep deprivation, 4 jam istirahat), kemudian
diberi perlakuan sleep recovery selama 120 jam.
d. Total sleep deprivation (TSD) dengan sleep recovery dilakukan selama
120 jam penuh tanpa waktu tidur, kemudian diberi perlakuan sleep
recovery selama 120 jam.
Kadar Masing – masing kelompok dilakukan pengambilan sampel darah pada
2 hormon pukul 13.00 – 14.00 WIB melalui retro orbital sebanyak 2 mL dengan pipet Numerik Rasio
kortisol mikrohematokrit. Sampel darah kemudian dimasukkan ke dalam tabung
non-EDTA dan disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 2500 rpm
serta disimpan dalam suhu -20oC. Pemeriksaan serum kortisol dilakukan
dengan metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) yang
dibaca pada ELISA reader dengan gelombang absorbansi 450 nm (Zabidi et
al., 2015; Yusni, 2014; Jameel et al., 2015).
Cara Mengukur Variabel
Pengambilan sampel darah melalui retro orbital sebanyak
2 mL pada pukul 13.00 – 14.00 WIB

Sampel darah dimasukkan ke dalam tabung non-EDTA

Sentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan


2500 rpm dan dapat disimpan dalam suhu -20oC

Pemeriksaan kadar kortisol serum menggunakan


metode ELISA yang dibaca pada ELISA reader
dengan gelombang absorbansi 450 nm
Tata Urutan Kerja
Analisis Data
Analisis Univariat Mean, median, dan standar
Deviasi
Analisis Bivariat

Uji Shapiro-
Wilk
Distribusi dan One Way Post hoc
varians normal Tukey
Anova

Post hoc
Uji dengan Man
Levene Withney
Normal
Distribusi
Transformasi
dan varians Tidak Uji Krusskall
Data
tidak normal Normal Wallis
Waktu dan tempat

Tempat penelitian
Waktu
a. Perlakuan dan pengamatan terhadap hewan coba
Pemberian perlakuan berbagai model sleep
dilakukan di Laboratorium Hewan Coba, Jurusan
deprivation dilakukan selama 5 hari dan
Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universiats Jenderal
pemberian perlakuan sleep recovery dilakukan
Soedirman.
selama 5 hari.
b. Pemeriksaan kadar hormon kortisol dilakukan di
Laboratorium Riset Fakultas Kedokteran Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Jadwal Penelitian

2017
No Kegiatan
April Mei Juni Juli Agustus September Oktober

             
1 Tahap Persiapan

2 Tahap Pelaksanaan              
Tahap Pengolahan              
3 Data dan Analisis
data
Tahap Akhir              
4
Penelitan
Daftar Pustaka
Alhola, P., Päivi Polo-Kantola. 2007. Sleep deprivation: Impact on cognitive Performance. Neuropsychiatric Disease
and Treatment. 3(5).

Arjadi, F., Soejono, S.K. & Pangestu, M., 2014. Paradoxical sleep deprivation decreases serum testosterone and
Leydig cells in male rats. Universa Medicina. Vol.33(1). pp.27–35.

Cauter E V et al., 2008. The Impact of Sleep Deprivation on Hormones and Metabolism.  Medscape Neurology. Vol 7
(1).

Chennaoui, M., Gomez-Merino, D., Drogou, C., Geoffroy, H., Dispersyn, G., Langrume, C., et al. 2015. Effects of
Exercise on Brain and Peripheral Inflammatory Biomarkers Induced by Total Sleep Deprivation in Rats. Journal of
Inflammation (London, England). 12(56): 1-10.

Dickinson, D. L., & Drummond, S. P. A. 2008. The Effects Of Total Sleep Deprivation On Bayesian Updating, 3(2).

Jameel, Mohammed Khaleel. Anuradha, Rajiv Joshi, Jayashree Dawane., Meghana Padwal, AR Joshi, VA Pandit, RR
Melinkeri. 2014. Effect of Various Physical Stress Models on Serum Cortisol Level in Wistar Rats. Journal of
Clinical and Diagnostic Research. pp.181–183.

Jacobus, D. J. 2016. Risiko Diabetes Melitus. CDK-237 Vol. 43(2), 144–146.


Daftar Pustaka
Kadir, Akmarawita. 2007. Perubahan Hormon Terhadap Stress. Lecturer Faculty of Medicine. University of Wijaya Kusuma
Surabaya.

Krishnan, Vidya., Dennis Auckley. 2011. Sleep Deprivation: Pathophysiology. Sleep and Safety. Vol. 13-14.

Mitrovic, Igor. 2008. Introduction to the Hypothalamo-Pituitary-Adrenal (HPA) Axis.

Mattice, C., Brooks, R., Lee-Chiong, T. 2011. Fundamentals of Sleep Technology. Second Edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.

Mônico-Neto, M., Giampá, S. Q. de C., Lee, K. S., de Melo, C. M., Souza, H. de S., Dáttilo, M., et al. 2015. Negative
Energy Balance Induced by Paradoxical Sleep Deprivation Causes Multicompartmental Changes in Adipose Tissue and
Skeletal Muscle. International Journal of Endocrinology. 908159.

Oh, M. M., J. W. Kim, M. H. Jin, J. J. Kim, D. G. Moon. 2012. Influence of Paradoxical Sleep Deprivation and Sleep
Recovery on Testosterone Level in Rats of Different Ages. Asian Journal of Andrology. 14: 330-334

Olayaki, L.A., Sulaiman S.O. and Anoba N.B. 2015. Vitamin C Prevents Sleep Deprivation-induced Elevation in Cortisol
and Lipid Peroxidation in the Rat Plasma. Niger. J. Physiol. Sci. 30(2015) 005-009

Periasamy, S., Hsu, D., Fu, Y., & Liu, M. 2015. Original Article : Sleep Deprivation-Induced Multi-Organ Injury : Role Of
Oxidative Stress And Inflammation, 672–683.
Daftar Pustaka
Potter dan Perry. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4. Volume 2.
Jakarta: EGC.

Pejovic, S., Basta, M., Vgontzas, A. N., Kritikou, I., Shaffer, M. L., Tsaoussoglou, M., Chrousos, G. P. 2013. Effects
Of Recovery Sleep After One Work Week Of Mild Sleep Restriction On Interleukin-6 And Cortisol Secretion
And Daytime Sleepiness And Performance. 17033, 890–896. Http://Doi.Org/10.1152/Ajpendo.00301.2013

Wahyuni, Leni Tri., Adnil Edwin Nurdin., Eliza Anas. 2015. Pengaruh Gangguan Tidur Terhadap Kadar Hormon
Testosteron dan Jumlah Spermatozoa pada Tikus Jantan Wistar. Jurnal Kesehatan Andalas. 4(3).

Zartika, Debi. 2017. Pengaruh Stres Terhadap Kadar Kortisol Dan Perkembangan Kelenjar Mammae Tikus Rattus
Novergicus Hamil. Tesis. Program Magister Ilmu Biomedik Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas

Yusni., Ibrahim Puteh. 2014. Kajian Kemampuan Seledri (Apium Graveolens Linn.) Sebagai Herbal Antistres Pada
Tikus Wistar (Rattus Norvegicus). Jurnal Kedokteran Hewan. Vol. 8 No. 2.

Zabidi, L. et al., 2015. Kadar Kortisol Serum sebagai Indikator Prognosis Sepsis pada Anak. Sari Pediatri Vol. 17
No. 2 (42), pp.101–106.

Anda mungkin juga menyukai